analisis spasial penderita dbd pada daerah ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. skripsi full tanpa...

80
ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ENDEMIK DI WILAYAH UTARA KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2018 SKRIPSI Oleh: NURMA RETNO NINGTYAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2020

Upload: others

Post on 16-Aug-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ENDEMIK

DI WILAYAH UTARA KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh:

NURMA RETNO NINGTYAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2020

Page 2: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ENDEMIK

DI WILAYAH UTARA KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2018

Oleh:

NURMA RETNO NINGTYAS

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2020

Page 3: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

ABSTRACT

SPATIAL ANALYSIS OF DHF PATIENTS IN THE ENDEMIC AREA OF

NORTH BANDAR LAMPUNG IN 2018

By

NURMA RETNO NINGTYAS

Background: Dengue infection is a disease caused by dengue virus and carried

by vector of Aedes sp. Bandar Lampung is a dengue endemic area.

Geographically, the incidence of DHF in the northern area of Bandar Lampung

city is higher compared to other regions. This study aims to determine the spatial

analysis of dengue patients in endemic areas in the northern city of Bandar

Lampung in 2018.

Method: This research is a descriptive cross sectional method. The research

sample is the coordinate address of DHF patients in the endemic area of the

northern city of Bandar Lampung in 2018. The results of the study were analyzed

by Average Nearest Neighboar (ANN) & buffer in (Geographic Information

System) GIS software.

Results: The results showed that the highest dengue cases in 2018 were in May

and July. Puskesmas Way Kandis is the highest Puskesmas with the highest

incidence. The average distance between DHF cases is <500 meters (clustered),

500-1000 m (random), >1000 m (dispersed). There are buffering patterns that

intersect and extend to exceed the administrative boundaries of the district.

Conclusions: The distribution of DHF patients by month appears to spread in all

districts of the study location and there are clusters in certain months (February

and April-July). The buffer area is an area at risk of DHF transmission formed at a

radius of 100 meters from the patient's home

Keywords: DHF patients, Bandar Lampung, spatial analysis.

Page 4: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

ABSTRAK

ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ENDEMIK

DI WILAYAH UTARA KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2018

OLEH

NURMA RETNO NINGTYAS

Latar Belakang : Infeksi DBD adalah penyakit oleh virus dengue dan dibawa

oleh vektor nyamuk Aedes sp. Bandar Lampung termasuk wilayah endemis DBD.

Kejadian DBD di wilayah utara kota Bandar Lampung lebih tinggi dibandingkan

dengan wilayah lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis spasial

penderita DBD pada daerah endemik di wilayah utara kota Bandar Lampung

tahun 2018.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif metode cross sectional.

Sampel penelitian merupakan titik koordinat alamat pasien DBD pada daerah

endemik wilayah utara kota Bandar lampung tahun 2018. Hasil penelitian

dianalisis dengan Average Nearest Neighboar (ANN) & buffer pada perangkat

lunak Sistem Informasi Geografi (SIG).

Hasil : Hasil penelitian didapatkan bahwa kasus DBD tertinggi tahun 2018 berada

di bulan Mei dan Juli. Puskesmas Way Kandis merupakan puskesmas dengan

kejadian DBD tertinggi. Diketahui jarak rata rata antar kasus DBD sejauh <500

meter (clustered), 500-1000 m (random), >1000 m (dispersed). Terdapat pola

buffering yang saling berpotongan dan meluas hingga melewati batas administrasi

kecamatan.

Simpulan : Sebaran penderita DBD berdasarkan bulan tampak menyebar pada

semua wilayah kecamatan lokasi penelitian dan terdapat cluster pada bulan bulan

tertentu (Februari dan April-Juli). Daerah buffer merupakan daerah beresiko

terjadinya penularan DBD terbentuk pada radius 100 meter dari rumah penderita

Kata Kunci : Analisis Spasial, Bandar Lampung, Penderita DBD.

Page 5: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

HALAMAN PERSETUJUAN

Page 6: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

HALAMAN MENGESAHKAN

Page 7: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

Lembar Pernyataan + Materai 6000

Page 8: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai

anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Purwanto dan Ibu Nurul Hidayah.

Penulis memiliki satu orang adik perempuan bernama Anisa Aprilyana.

Pendidikan Taman kanan-kanan (TK) diselesaikan pada TK LESTARI,

Cilegon, Banten pada tahun 2003. Sekolah Dasar (SD) diselesaikan pada SDN 1

Cilegon, Banten pada tahun 2009. Sekolah Menengah Pertama (SMP)

diselesaikan di SMPN 1 Cilegon, Banten pada tahun 2012 dan Sekolah Menengah

Atas (SMA) diselesaikan di SMAN Cahaya Madani Banten Boarding School pada

tahun 2015. Tahun 2016 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SBMPTN).

Page 9: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

Tanpa mengurangi rasa syukurku kepada Allah

SWT

Kupersembahkan karyaku untuk

Mamah, Bapak dan Ica, yang selama ini telah

mendukung, mendoakan, dan melimpahkan kasih

sayang dari awal kehidupanku hingga saat ini

Page 10: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berkat

serta karunianya dan mencurahkan segala kasih sayangnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

Skripsi ini berjudul “ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA

DAERAH ENDEMIK DI WILAYAH UTARA KOTA BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2018” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Allah SWT yang selalu memberikan nikmat-Nya sehingga penulis memiliki

kemampuan dan kesehatan dalam menjalani segala hal. Allah SWT selalu

memberikan kekuatan kepada penulis untuk bertahan. Terima kasih atas

nikmat iman, nikmat islam yang Engkau berikan kepada hamba sehingga

hamba dapat menjalani segala kegiatan setiap hari.

2. Prof. Dr. Karomani, M.Si selaku rektor Universitas Lampung;

3. Dr. Dyah Wulan SRW, SKM., M. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung dan selaku pembimbing akademik saya selama di

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Terima kasih saya ucapkan atas

Page 11: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

kesediaan Ibu untuk selalu menyempatkan waktu untuk membimbing saya

dalam perkuliahan ini dan memberikan saran-saran dalam perkuliahan yang

saya jalani ini.

4. Dr. dr. Jhon Fatriyadi Suwandi, S.Ked, M.Kes selaku Pembimbing Pertama

dari skripsi yang saya kerjakan di Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung ini, yang telah membimbing saya dengan sebaik-baiknya,

menuntun dan mengajari saya dalam banyak hal yang saya belum mengerti.

Terima kasih atas kesabaran dokter selama ini yang disegala kesibukannya

beliau masih bersedia menyempatkan diri untuk membimbing saya

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Dr. dr. TA. Larasati, S. Ked., M. Kes selaku Pembimbing Kedua dari skripsi

yang saya kerjakan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Terima

kasih banyak atas waktu yang selalu beliau sempatkan dalam menuntun dan

memberikan masukan berharga sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik;

6. Dr. dr. Betta Kurniawan, S. Ked., M. Kes selaku Penguji Utama dan

Pembahas dalam skripsi ini. Terima kasih telah mengajarkan banyak hal

yang tidak saya ketahui, terima kasih atas semua masukan-masukan yang

telah diberikan oleh dokter atas skripsi ini sehingga skripsi ini bisa

terselesaikan dengan baik;

7. Kepada Bapak dan Mamah, selaku orang tua yang telah membesarkan saya

dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Terima kasih atas segala

dukungan dan semangat yang selalu diberikan kepada saya dalam segala

kegiatan yang saya jalani selama ini. Terima kasih atas semua doa-doa yang

Page 12: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

selalu membantu lancarnya semua kegiatan saya. Terima kasih atas semua

langkah dan kerja keras yang bapak dan mamah lakukan, sehingga semua

kebutuhan dan kasih sayang saya dan saudara-saudara saya selalu terpenuhi.

8. Seluruh dosen FK Unila yang telah memberikan ilmu pengetahuan,

dukungan serta nasihat selama penulis menempuh pendidikan dokter.

Terima kasih atas semua waktu yang telah dokter-dokter berikan sehingga

peneliti dapat menerima banyak ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung ini.

9. Seluruh staf TU, administrasi dan akademik FK Unila yang telah banyak

membantu dalam proses penelitian dan perkuliahan ini.

10. Kepada ciwi-ciwi, yaitu Mia, Salsa, Ica, Inda, Eca, Nabila, Vani, Reva,

Ayu, Nadila, Jihan yang telah banyak menemani dan membantu perkuliahan

saya setiap hari. Terima kasih untuk semangat, waktu, dan saran yang selalu

kalian berikan sehingga semua kegiatan yang saya jalankan di Fakultas

Kedokteran ini terasa lebih ringan dan menyenangkan.

11. Kepada teman-teman satu bimbingan, Mia, Jihan, Dea, Samuel, Wilda,

Rangga, Kiki, Uta, Nada dan Rizka. Terima kasih karena sudah sering

menunggu kehadiran dokter bersama, saling menyemangati untuk

menyelesaikan skripsi kita.

12. Terima kasih untuk Mia Audina yang sudah menjadi rekan satu tim yang

sangat membantu dalam penelitian ini;

13. Seluruh rekan sejawat Fakultas Kedokteran Unila angkatan 2016

Trigeminus yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas semua doa,

semangat dan kerja sama nya selama ini.

Page 13: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi semoga skripsi yang sederhara ini berguna dan bermanfaat bagi setiap

orang yang membacanya.

Bandar Lampung, Januari 2019

Penulis,

Nurma Retno Ningtyas

Page 14: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

DAFTAR TABEL................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

1.3.1. Tujuan Umum............................................................................ 5

1.3.2. Tujuan Khusus ........................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 6

1.4.1. Bagi Masyarakat ........................................................................ 6

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan........................................................... 6

1.4.3. Bagi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung .......................... 6

1.4.4. Bagi Peneliti Selanjutnya .......................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7 2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD) ...................................................... 7

2.1.1. Definisi DBD ............................................................................. 7

2.1.2. Epidemiologi DBD .................................................................... 7

2.1.3. Etiologi DBD ............................................................................. 8

2.1.4. Vektor DBD .............................................................................. 9

2.1.4.1. Klasifikasi Aedes sp. .................................................. 9

2.1.4.2. Morfologi Aedes sp. ................................................... 9

2.1.4.3. Tempat Perindukan Aedes sp. .................................. 14

2.1.4.4. Penyebaran Aedes sp. ............................................... 15

2.1.4.5. Umur Aedes sp. ........................................................ 15

2.1.4.6. Jarak Terbang Aedes sp. ........................................... 15

2.1.5. Patogenesis dan Patofisiologi DBD ........................................ 16

2.1.6. Penularan DBD........................................................................ 18

2.1.7. Faktor Yang Berhubungan DBD ............................................. 19

2.1.7.1. Faktor Pejamu (Host) ............................................... 19

2.1.7.2. Faktor Penyebab Penyakit (Agent) ........................... 21

2.1.7.3. Faktor Lingkungan ................................................... 22

Page 15: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

ii

2.2. Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue ......... 24

2.3. Tatalaksana Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) .... 26

2.4. Pengertian Surveilans DBD ............................................................. 30

2.4.1. Pelaksanaan Surveilans DBD .................................................. 30

2.4.2. Sumber Data Surveilans DBD ................................................. 31

2.4.3. Presentasi dan Analisis Data ................................................... 32

2.4.4. Kegunaan Data Surveilans untuk Manajemen ........................ 32

2.4.5. Surveilans Epidemiologi DBD di Puskesmas ......................... 32

2.4.6. Pengumpulan dan Pencatatan Data ......................................... 33

2.4.7. Pengolahan dan Penyajian Data .............................................. 33

2.5. Alur Pelaporan Surveilans DBD ...................................................... 35

2.5.1. Pelaporan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota ....................................................................... 35

2.5.2. Pelaporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke Dinas

Kesehatan Propinsi .................................................................. 35

2.5.3. Pelaporan dari Dinas Kesehatan Propinsi ke Pusat (Subdit

Arbovirosis, Ditjen P2M & PL) .............................................. 36

2.5.4. Pelaporan dalam Situasi Kejadian Luar Biasa (KLB) ............. 36

2.5.5. Umpan Balik............................................................................ 37

2.6. Sistem Informasi Geografi ............................................................... 38

2.7. Analisis Spasial Dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) ............. 41

2.8. Aplikasi SIG pada Penanggulangan DBD ....................................... 43

2.9. Kerangka Penelitian ......................................................................... 45

2.9.1. Kerangka Teori ........................................................................ 45

2.9.2. Kerangka Konsep .................................................................... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 47 3.1 Desain Penelitian ............................................................................. 47

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 47

3.3 Populasi Penelitian ........................................................................... 48

3.4 Sampel Penelitian ............................................................................ 49

3.4.1 Kriteria Sampel........................................................................ 49

3.4.1.1. Kriteria Inklusi ......................................................... 49

3.4.1.2. Kriteria Eksklusi ....................................................... 49

3.4.2 Besar Sampel Minimal ............................................................ 49

3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel ................................................... 50

3.5 Pengumpulan Data ........................................................................... 51

3.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel ................. 51

3.6.1 Identifikasi Variabel ................................................................ 51

3.6.2 Definisi Operasional Variabel ................................................. 52

3.7 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................ 52

3.8 Prosedur dan Alur Penelitian ........................................................... 53

3.9 Analisis Data .................................................................................... 53

3.10 Etika Penelitian ................................................................................ 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 55 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................ 55

4.2. Hasil ................................................................................................ 57

Page 16: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

iii

4.2.1. Kasus DBD Bulan Januari Tahun 2018 .................................. 60

4.2.2. Kasus DBD Bulan Februari Tahun 2018 ................................ 62

4.2.3. Kasus DBD Bulan Maret Tahun 2018 .................................... 64

4.2.4. Kasus DBD Bulan April Tahun 2018...................................... 66

4.2.5. Kasus DBD Bulan Mei Tahun 2018........................................ 68

4.2.6. Kasus DBD Bulan Juni Tahun 2018 ....................................... 70

4.2.7. Kasus DBD Bulan Juli Tahun 2018 ........................................ 72

4.2.8. Kasus DBD Bulan Agustus Tahun 2018 ................................. 74

4.2.9. Kasus DBD Bulan September Tahun 2018 ............................. 76

4.2.10. Kasus DBD Bulan Oktober Tahun 2018 ............................... 78

4.2.11. Kasus DBD Bulan November Tahun 2018 ........................... 80

4.2.12. Kasus DBD Bulan Desember Tahun 2018 ............................ 82

4.3. Pembahasan ..................................................................................... 84

4.4. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 90

BAB V KESIMPULAN....................................................................................... 91 5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 91

5.2. Saran ................................................................................................ 91

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 93

LAMPIRAN

Page 17: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Kasus DBD di Puskesmas Wilayah Utara Kota Bandar Lampung

Tahun 2018. ....................................................................................................... 48

2. Jumlah Kasus DBD Per puskesmas per bulan Tahun 2018 .............................. 48

3. Jumlah Minimal Sampel per Puskesmas ........................................................... 51

4. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran komponen ................................... 52

5. Batas Administratif Kota Bandar Lampung ...................................................... 55

6. Kejadian DBD, Curah Hujan, Jumlah Hari Hujan, Suhu dan Kelembaban

per Bulan pada Tahun 2018. .............................................................................. 56

7. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk per Keamatan

Tahun 2018. ....................................................................................................... 57

8. Jumlah kasus DBD tahun 2018 di 8 puskesmas. .............................................. 58

9. Hasil Analisis Average Nearest Neighbor (ANN) Kasus DBD tahun 2018

per Bulan. .......................................................................................................... 88

Page 18: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Telur Aedes sp. .................................................................................................. 10

2. Larva Aedes sp. ................................................................................................. 11

3. Pupa Aedes sp. .................................................................................................. 12

4. Perbedaan Aedes aegypti dan Aedes albopictus ................................................ 14

5. Alur Pelaporan Data DBD ................................................................................ 37

6. Ilustrasi Subsistem SIG ..................................................................................... 41

7. Kerangka Teori.................................................................................................. 45

8. Kerangka Konsep .............................................................................................. 46

9. Alur Penelitian .................................................................................................. 53

10. Peta Distribusi Penderita DBD Kota Bandar Lampung Tahun 2018 .............. 59

11. Peta Distribusi Penderita DBD Kota Bandar Lampung Bulan Januari 2018 .. 61

12. Peta Distribusi Penderita DBD Kota Bandar Lampung Bulan Februari 2018 63

13. Peta Distribusi Penderita DBD Kota Bandar Lampung Bulan Maret 2018 .... 65

14. Peta Distribusi Penderita DBD Kota Bandar Lampung Bulan April 2018 ..... 67

15. Peta Distribusi Penderita DBD Kota Bandar Lampung Bulan Mei 2018 ....... 69

16. Peta Distribusi Penderita DBD Kota Bandar Lampung Bulan Juni 2018 ....... 71

17. Peta Distribusi Penderita DBD Kota Bandar Lampung Bulan Juli 2018........ 73

18. Peta Distribusi Penderita DBD Kota Bandar Lampung Bulan Agustus 2018 . 75

19. Peta Distribusi Penderita DBD Kota Bandar Lampung Bulan September

2018 ................................................................................................................. 77

Page 19: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

vi

20. Peta Distribusi Penderita DBD Kota Bandar Lampung Bulan Oktober 2018 . 79

21. Peta Distribusi Penderita DBD Kota Bandar Lampung Bulan November

2018 ................................................................................................................ 81

22. Peta Distribusi Penderita DBD Kota Bandar Lampung Bulan Desember

2018 ................................................................................................................ 83

Page 20: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Ethical clearance

2. Surat Izin Pre-survei Penelitian

3. Surat Izin Melakukan Penelitian

4. Tabel Ceklis Data

5. Lembar Observasi Plotting Kasus Per Bulan

6. Hasil Analisis Average Nearest Neighbor (ANN)

7. Peta Distribusi Penderita DBD Kota Bandar Lampung Tahun 2018

Page 21: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam berdarah dengue atau DBD adalah penyakit yang diakibatkan oleh

virus dengue. Virus ini biasanya dibawa oleh suatu vektor. Vektor penularan

DBD ke manusia berupa nyamuk yang berasal dari spesies Aedes aegypti, A.

albopictus, A. polynesis, dan beberapa spesies dari A. scutellaris. Setiap

masing-masing spesies memiliki ekologi dan distribusi geografis yang

berbeda-beda. Spesies utama nyamuk tropikal dan sub tropikal yang tersebar

hampir di seluruh bagian dunia adalah Aedes Aegypti (WHO, 2009).

Infeksi DBD merupakan penyakit yang masih menjadi masalah di

Indonesia. Kejadian DBD di Indonesia pertama kali ditemukan di Surabaya

pada tahun 1968. Sampai saat ini jumlah pasien DBD di Indonesia terus

meningkat dan tersebar ke berbagai daerah di seluruh provinsi. Menurut

data Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Incidence

Rate (IR) di Indonesia tahun 2018 sebesar 24,75 per 100.000 penduduk.

Provinsi Lampung sendiri memiliki Incidence Rate (IR) sebesar 34,31 per

100.000 penduduk (Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2019).

Infeksi DBD di kota Bandar Lampung juga masih menjadi masalah dan

bersifat endemis. Kota Bandar Lampung tahun 2018, memiliki angka

Incidence Rate (IR) sebesar 107,8 per 100.000 penduduk. Angka Incidence

Page 22: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

2

Rate (IR) DBD Kota Bandar Lampung dari tahun 2016 sampai 2019

mengalami fluktuatif. Pada tahun 2016 IR DBD adalah 117,5 per 100.000

penduduk, lalu menurun menjadi 93,4 per 100.000 penduduk di tahun 2017.

Pada tahun 2018 kembali mengalami peningkatan menjadi 107,8 per

100.000 penduduk, lalu kembali menurun di tahun 2019 IR DBD menjadi

103,3 per 100.000 penduduk (Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung,

2019).

Infeksi DBD telah menyebar luas ke seluruh wilayah puskesmas di Kota

Bandar Lampung. Pada tahun 2018 sudah ada 30 puskesmas yang

melaporkan kasus DBD. Jika dilihat dari kejadian kasus DBD selama tahun

2018 sendiri, maka di Kota Bandar Lampung yang memiliki 20 kecamatan

kesemuanya termasuk dalam kategori kecamatan endemis DBD. Suatu

daerah dinyatakan endemis apabila terjadi kasus DBD secara terus-menerus

tiap tahun minimal dalam kurun waktu tiga bulan. Jika wilayah dinyatakan

sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) bila memenuhi kriteria, yaitu adanya

kenaikan jumlah pasien DBD dua kali atau lebih dalam waktu satu minggu

atau satu bulan dibandingkan dengan minggu atau bulan sebelumnya di

bulan yang sama atau di tahun yang sama (Kirana, 2016).

Secara geografi, kejadian DBD di wilayah utara kota Bandar Lampung lebih

tinggi jika dibandingkan dengan wilayah lainnya. Ini mungkin terjadi karena

di wilayah itu, kepadatan penduduk dan mobilitas penduduknya tinggi.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung tentang kasus

DBD tahun 2018, 10 kasus DBD tertinggi hampir semua berada di wilayah

Page 23: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

3

utara kota Bandar Lampung. Puskesmas Way Kandis 138 kasus, puskesmas

Way Halim 91 kasus, puskesmas Sukaraja 82 kasus, puskesmas Labuhan

Ratu 66 kasus, puskesmas Kedaton 58 kasus, puskesmas Kemiling 56 kasus,

puskesmas Sukabumi 56 kasus, puskesmas Sukarame 50 kasus, puskesmas

Rajabasa Indah 44 kasus dan puskesmas Segala Mider 41 kasus (Dinas

Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2018).

Wilayah utara kota Bandar Lampung meliputi kecamatan Kemiling,

kecamatan Rajabasa, kecamatan Tanjung Senang, kecamatan Labuhan Ratu,

kecamatan Langkapura, kecamatan Sukarame, kecamatan Sukabumi,

kecamatan Kedaton dan Kecamatan Way Halim. Kecamatan kecamatan ini

memiliki jumlah puskesmas sebanyak 17 puskesmas. Dari 17 puskesmas

tersebut hanya 8 puskesmas yang memiliki angka kasus DBD diatas rata-

rata kasus DBD wilayah utara kota Bandar Lampung. Diharapkan cut point

berupa nilai rata-rata ini dapat mewakili populasi penelitian. Maka dari itu

itu, pengambilan data penelitian ini dilakukan hanya di 8 puskesmas. (Dinas

Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2018).

Kasus DBD sudah diminimalisir kejadiannya dengan berbagai kegiatan

seperti kegiatan fogging, kegiatan pemantauan jentik nyamuk satu rumah

satu juru pemantau jentik (1R1J) dan kegiatan Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus. Dukungan untuk menekan angka

kasus DBD salah satunya adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang bisa

menganalisis data surveilans. Pemantauan kejadian DBD yang dilakukan

dengan tabel dan grafik belum bisa menunjukkan tren dan pola spasial.

Page 24: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

4

Maka dari itu, diperlukan suatu upaya pemantauan sebagai acuan

pembentukan program yang dapat menentukan strategi pengendalian vektor

secara efektif dan efisien. Teknik dan metodologi yang dapat digunakan

sebagai upaya acuan program yang berfungsi untuk analisis kejadian

penyakit di permukaan bumi yaitu analisis spasial. Analisis spasial adalah

sekumpulan teknik yang dapat digunakan dalam pengolahan data Sistem

Informasi Geografi (SIG). Analisis spasial dalam Sistem Informasi Geografi

(SIG) dapat memetakan penyakit berbasis alamat penderita, ini dapat

bermanfaat dalam mengetahui sebaran penyakit sehingga dapat

teridentifikasi daerah yang beresiko tinggi dalam penularan DBD. Analisis

dalam penelitian ini menggunakan analisis Average Nearest Neighbor

(ANN) dan buffering (Kusuma, 2015).

Analisis dengan Average Nearest Neighbor (ANN) adalah suatu analisis

yang digunakan untuk menentukan pola penyebaran kasus DBD. Nilai

Average Nearest Neighbor (ANN) dinyatakan dalam 3 pola. ANN sama

dengan 1 berarti berpola acak (random), ANN kurang dari 1 berarti berpola

berkerumun (cluster) dan ANN lebih dari 1 berarti berpola menyebar

(dispersed). Buffering digunakan untuk mengetahui kemungkinan

penyebaran kasus DBD berdasarkan jarak terbang nyamuk. Jarak buffer

penyebaran DBD didasarkan pada jarak terbang nyamuk, yaitu sekitar 40-

100 meter per hari. Fungsi buffering ini dapat mengetahui daerah potensi

penularan DBD (Kusuma, 2015).

Page 25: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

5

Berdasarkan uraian tersebut, penulis termotivasi melakukan penelitian

tentang analisis spasial penderita DBD pada daerah endemik di wilayah

utara kota Bandar Lampung tahun 2018 sebagai upaya pengendalian dan

pencegahan DBD. Maka dari itu penulis akan melakukan penelitian dengan

judul “Analisis Spasial Penderita DBD Pada Daerah Endemik Di Wilayah

Utara Kota Bandar Lampung Tahun 2018”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka masalah pada penelitian

ini adalah bagaimana analisis spasial penderita DBD pada daerah endemik

di wilayah utara kota Bandar Lampung tahun 2018?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui analisis

spasial penderita DBD pada daerah endemik di wilayah utara kota

Bandar Lampung tahun 2018.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui sebaran atau pemetaan dan pola clusterisasi penderita

DBD pada daerah endemik di wilayah utara kota Bandar

Lampung tahun 2018.

2. Mengetahui pola buffering penderita DBD pada daerah endemik

di wilayah utara kota Bandar Lampung tahun 2018.

Page 26: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

wilayah rentan DBD secara spasial dan dapat meningkatkan upaya

pencegahan serta pengendalian penyebaran DBD yang dilakukan oleh

masyarakat terutama di wilayah yang rentan DBD.

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

kejadian DBD dan dapat menjadi sumber dokumentasi yang bisa

digunakan sebagai data dalam penelitian serupa di masa mendatang.

1.4.3. Bagi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

petugas kesehatan setempat dan pembuat kebijakan dalam membuat

program pengendalian dan pemberantasan penyakit DBD di Kota

Bandar Lampung melalui pemetaan penyakit berdasarkan wilayah.

1.4.4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti lain

dalam menambah wawasan pengetahuan dan dapat dijadikan bahan

referensi, informasi dan pertimbangan untuk melakukan penelitian

lebih lanjut mengenai gambaran spasial kejadian DBD dan upaya

program pengendalian serta pemberantasannya.

Page 27: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)

2.1.1. Definisi DBD

Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi virus akut

yang disebabkan oleh virus dengue. Menurut World Helath (WHO),

demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari

empat tipe virus dengue. Gejala yang muncul seperti demam

mendadak, sakit kepala, nyeri belakang bola mata, mual, dan

manifestasi perdarahan seperti mimisan atau gusi berdarah serta

adanya kemerahan di bagian permukaan tubuh pada penderita

(Kementerian Kesehatan RI, 2017).

2.1.2. Epidemiologi DBD

Penyakit DBD banyak ditemukan di daerah beriklim tropis dan sub-

tropis. Data menyatakan bahwa benua Asia menempati posisi pertama

dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sejak tahun 1968

sampai tahun 2009, World Health Organization (WHO) menyatakan

bahwa negara Indonesia adalah negara tertinggi kasus DBD di Asia

Tenggara.

Page 28: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

8

Penyakit DBD sampai saat ini masih menjadi masalah utama dalam

bidang kesehatan masyarakat. Luas daerah penyebaran dan jumlah

kasus DBD di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya.

Peningkatan ini sejalan dengan adanya peningkatan mobilitas dan

kepadatan penduduk di masyarakat. Demam berdarah dengue di

Indonesia, pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968

dengan jumlah kasus sebanyak 58 orang dan 24 diantaranya

meninggal dunia.

Penyakit DBD di Indonesia, sudah menjadi masalah kesehatan

masyarakat sejak tahun 1968. Ini digambarkan dengan adanya

peningkatan wilayah persebaran DBD yang awalnya hanya ada di 2

provinsi menjadi 32 provinsi pada tahun 2009 (97%). Selain itu terjadi

juga peningkatan jumlah kasus DBD yang awalnya hanya 58 kasus di

tahun 1968 menjadi 158.912 di tahun 2009. Peningkatan wilayah

sebaran dan jumlah kasus DBD ini kemungkinan disebabkan oleh

mobilitas penduduk yang tinggi, perkembangan wilayah perkotaan,

perubahan iklim, perubahan kepadatan dan distribusi penduduk serta

faktor epidemiologi DBD (Putri, 2008).

2.1.3. Etiologi DBD

Virus dengue (arbo virus) adalah genus dari Flavivirus dan familia

Flaviviridae. Virus ini memiliki ukuran 50 nm dengan RNA rantai

tunggal sebagai genome. Virion terdiri atas nukleokapsid yang

berbentuk kubus simetris dengan amplop 9 lipoprotein. Virus dengue

Page 29: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

9

mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu virus dengue serotipe-1 (DEN-1),

DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Serotipe terbanyak yang sering

ditemukan di Indonesia adalah DEN-3. Infeksi salah satu serotipe

virus dapat membentuk sistem imun dari serotipe yang menginfeksi.

Jika terjadi infeksi sekunder dengan tipe serotipe lain atau infeksi

multipel dengan serotipe yang berbeda dapat menyebabkan infeksi

dengue yang berat.

2.1.4. Vektor DBD

2.1.4.1. Klasifikasi Aedes sp.

Filum : Anthropoda

Kelas : Insekta

Ordo : Diptera

Famili : Culicidae

Genus : Aedes

Spesies : Aedes aegypti

Aedes albopictus

2.1.4.2. Morfologi Aedes sp.

Nyamuk Aedes sp. memiliki siklus hidup metamorfosis

sempurna yang terdiri dari beberapa stadium. Morfologi

nyamuk dibagi menjadi beberapa stadium antara lain :

a. Telur Aedes sp. : berbentuk lonjong, berukuran kecil,

dan ujung telur meruncing. Warna telur yang baru

keluar biasanya putih namun satu atau dua jam

Page 30: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

10

kemudian akan berubah warna menjadi hitam. Dinding

luar telur (eksokorion) mengandung glikoprotein yang

lengket dan akan mengeras jika kering. Telur akan

menetas satu sampai tiga hari diantara suhu 23 ֯C-30 ֯C.

Nyamuk Aedes sp. dapat menghasilkan 80-125 butir

(rata-rata 100 butir) telur setelah menghisap darah.

Telur dapat bertahan pada kondisi kering dalam waktu

lebih dari satu tahun.

Gambar 1. Telur Aedes sp.

Sumber : (CDC, 2012)

b. Larva Aedes sp. : berbentuk silindris dengan kepala

bulat, antena pendek dan halus. Alat penafasan

menggunakan siphon yang ada di ruas ke delapan dari

abdomen, sedangkan untuk mengambil makanan

menggunakan rambut-rambut yang ada di kepala yang

berbentuk sikat. Larva ini dalam pertumbuhan dan

perkembangnya mengalami 4 kali pergantian kulit.

Larva instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan,

Page 31: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

11

panjang 1-2 mm, spina pada thorax belum begitu jelas

dan corong pernafasan (sifon) belum menghitam. Larva

instar II bertambah besar, ukuran 2,5 – 3,9 mm, spina

belum jelas, dan corong pernafasan sudah berwarna

hitam. Larva instar III dan IV telah lengkap struktur

anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi

bagian kepala (cephal), dada (thorax) dan perut.

Gambar 2. Larva Aedes sp.

Sumber : (Zettel & Kaufman, 2013)

Pada kepala ada sepasang mata majemuk, sepasang

antena tanpa duri dan alat mulut tipe pengunyah

(chewing). Pada thorax tampak paling besar dengan

bulu simetris. Abdomen tersusun atas 8 ruas. Ruas ke-8

terdapat alat bernafas yaitu sifon dengan pectin dan

berwarna hitam.

Terdapat beberapa ciri yang membedakan larva Aedes

aegypti dengan Aedes albopictus. Larva Aedes aegypti

Page 32: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

12

tak berambut palma, bernafas dengan sifon, comb scale

1 baris, rambut antena sedikit, sifon pendek gemuk,

rambut sifon satu kelompok, memiliki pecten, mouth

brush ada/sedikit, ketika beristirahat membentuk sudut,

gigi sisir berduri lateral dan gigi sisir pada segmen ke-8

berbentuk seperti mahkota, mempunyai pelana yang

terbuka. Larva Aedes albopictus memiliki Sifon

panjang dan bulunya satu pasang, segmen anal pelana

tidak menutup segmen, gigi sisir yang tidak berduri

lateral dan gigi sisir pada segmen ke-8 berbentuk

seperti trisula.

c. Pupa Aedes sp. : berbentuk koma, dipermulaan

berwarna putih lalu berubah menjadi coklat dan

sebelum dewasa menjadi hitam. Kepala dan thorax

tebal, abdomen melengkung ke bawah dan ke belakang.

Gambar 3. Pupa Aedes sp.

Sumber : (CDC, 2012)

Page 33: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

13

d. Nyamuk Dewasa : tubuh nyamuk dewasa terdiri dari 3

bagian, yatu kepala (caput), dada (thorax) dan perut

(abdomen). Badan nyamuk berwarna hitam dan

memiliki bercak dan garis-garis putih dan tampak

sangat jelas pada bagian kaki dari nyamuk Aedes sp.

Pada bagian kepala terpasang sepasang mata majemuk,

sepasang antena dan sepasang palpi, antena berfungsi

sebagai 15 organ peraba dan pembau. Pada nyamuk

betina, antena berbulu pendek dan jarang (tipe pilose).

Pada nyamuk jantan, antena berbulu panjang dan lebat

(tipe plumose). Thorax terdiri dari 3 ruas, yaitu

prothorax, mesotorax, dan methatorax. Pada bagian

thorax terdapat 3 pasang kaki dan pada ruas ke 2

(mesothorax) terdapat sepasang sayap. Abdomen terdiri

dari 8 ruas dengan bercak putih keperakan pada

masing-masing ruas. Pada ujung atau ruas terakhir

terdapat alat kopulasi berupa cerci pada nyamuk betina

dan hypogeum pada nyamuk jantan.

Aedes aegypti dan Aedes albopictus secara makroskopis

terlihat sama namun perbedaannya terletak pada

morfologi thorax dimana Aedes aegypti memiliki

gambar garis seperti violin berbentuk dengan 2 garis

Page 34: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

14

lengkung dan 2 garis lurus putih sementara Aedes

albopictus hanya memiliki 1 garis putih.

Gambar 4. Perbedaan Aedes aegypti dan Aedes albopictus

Sumber : (Sivanathan, 2006)

2.1.4.3. Tempat Perindukan Aedes sp.

Aedes aegypti tinggal di tempat berisi air bersih yang ada di

dalam rumah atau di tempat yang berdekatan dengan rumah

dan biasanya tak melebihi jarak 500 meter dari rumah.

Tempat perindukan bisa berupa tempat perindukan “buatan

manusia”, seperti tempayan, bak mandi, tangka atau menara

air, talang hujan, jamban atau pot bunga, kaleng, botol dan

ban mobil yang ada di dalam rumah atau di kebun yang berisi

air hujan. Selain itu, ada juga tempat perindukan alami seperti

kelopak daun tanaman, tempurung kelapa dan lubang pohon

yang berisi air hujan (Sianipar, Anwar, & Handayani, 2018).

Page 35: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

15

2.1.4.4. Penyebaran Aedes sp.

Penyebaran Aedes aegypti berkaitan dengan perkembangan

sistem transportasi. Misalnya di Indonesia, spesies nyamuk

dari kota kota pelabuhan bisa menyebar ke daerah di

pedalaman (desa-desa) ini disebabkan oleh transportasi antar

daerah yang menyangkut tempat tempat penampungan air

hujan, seperti drum, kaleng, ban bekas dan benda benda

lainnya yang bisa menjadi tempat hidup larva Aedes aegypti

(Marisa, 2007).

2.1.4.5. Umur Aedes sp.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya Aedes aegypti mampu hidup selama 2 bulan jika

ditempatkan di dalam kandang nyamuk dengan menjaga suhu

di 28ºC dan kadar kelembaban udara 80% serta diberi air gula

sebagai makanan sehari-hari Aedes aegypti. Jika di alam

bebas usia Aedes aegypti diperkirakan hanya sekitar 10 hari

saja. Dalam jangka waktu tersebut Aedes aegypti sudah

mampu mengembangbiakan efficient vector (Setiyaningsih &

Boewono, 2011).

2.1.4.6. Jarak Terbang Aedes sp.

Nyamuk Aedes aegypti termasuk serangga dengan

kemampuan terbang jarak pendek. Penyebaran nyamuk

terbagi jadi dua, yaitu penyebaran aktif dan penyebaran pasif.

Page 36: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

16

Penyebaran aktif terjadi jika nyamuk menyebar ke berbagai

tempat menurut kebiasaaan terbangnya, sedangkan

penyebaran pasif jika nyamuk terbawa oleh angin atau

kendaraan (bukan oleh kekuatan terbangnya sendiri).

Nyamuk betina Aedes aegypti memiliki kemampuan terbang

rata-rata 40 meter hingga 100 meter. Secara pasif karena

angin atau terbawa kendaraan, nyamuk dapat berpindah lebih

jauh hingga jarak 2 km. Keberadaan nyamuk jantan Aedes

aegypti cukup banyak ditemukan disuatu tempat yang

diindikasikan sebagai tempat perindukan nyamuk.

Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat

mencari mangsa hingga kembali ke tempat beristirahat

ditentukan oleh kemampuan terbang nyamuk (Ayuningtyas,

2013).

2.1.5. Patogenesis dan Patofisiologi DBD

Pada infeksi DBD akan terbentuk antibodi yang terdiri dari Ig G yang

berfungsi untuk menghambat peningkatan replikasi virus dalam

monosit, yaitu enchancing antibody dan neutralising antibody.

Dikenal 2 tipe antibodi berdasarkan virion determinant specificity.

Antibodi kelompok monoklonal reaktif yang mempunyai sifat

menetralisasi tetapi memacu replikasi virus dan antibodi yang dapat

menetralisasi secara spesifik tanpa disertai daya memacu replikasi

virus.

Page 37: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

17

Limfosit T juga memegang peran penting dalam patogenesis DBD.

Limfosit T muncul karena telah dirangsang oleh monosit terinfeksi

virus dengue. Lalu kemudian limfosit T akan mengeluarkan interferon

(IFN) alfa dan gamma. Mediator mediator inilah yang akan

menyebabkan kebocoran plasma dan pedarahan pada penderita DBD

(Ramandari, 2009).

Fenomena patofisiologi utama DBD yaitu peningkatan permeabilitas

vaskuler, penurunan volume plasma, hipotensi, trombositopenia dan

diatesis hemoragik. Plasma akan merembes selama perjalanan

penyakit, mulai dari awal masa demam hingga puncaknya saat masa

renjatan. Hematokrit meningkat bersamaan dengan menghilangnya

plasma melalui endotel vaskuler. Meningkatnya hematokrit

menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi akibat kebocoran plasma

ke ekstra vaskuler melalui kapiler yang rusak.

Trombositopenia adalah kelainan hematologis yang sering ditemukan

pada penderita DBD. Trombositopenia ini terjadi diduga akibat

meningkatnya destruksi trombosit dan depresi fungsi megakariosit.

Trombositopenia dan adanya gangguan fungsi trombosit dianggap

sebagi penyebab utama terjadinya pendarahan pada DBD. Selain

trombositopenia, kelainan sistem koagulasi juga berperan dalam

perdarahan penderita DBD (Ramandari, 2009).

Page 38: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

18

Perdarahan kulit umumnya disebabkan oleh faktor kapiler, gangguan

fungsi trombosit dan trombositopenia. Perdarahan massif terjadi

akibat kelainan mekanisme yang lebih kompleks, yaitu

tromobitopenia, gangguan faktor koagulasi dan kemungkinan besar

oleh faktor Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)

(Ramandari, 2009).

2.1.6. Penularan DBD

Penularan penyakit DBD dilakukan oleh nyamuk betina, karena hanya

nyamuk betina yang mengisap darah. Darah diperlukan oleh nyamuk

betina unuk memenuhi kebutuhan proteinnya agar bisa memproduksi

telur. Pengisapan darah dilakukan dari pagi hari sampai petang hari

dengan dua puncak waktu yaitu setelah matahari terbit (8.00-10.00)

dan sebelum matahari terbenam (15.00-17.00). Untuk memperoleh

energi, nyamuk jantan mengisap nektar bunga atau tumbuhan dan tak

membutuhkan darah.

Nyamuk betina Aedes aegypti terinfeksi dengue melalui pengisapan

darah manusia yang sedang sakit DBD. Nyamuk Aedes aegypti dapat

menularkan virus dengue kepada manusia lainnya, baik secara

langsung (setelah mengisap darah orang yang sedang dalam fase

viremia) maupun secara tak langsung (setelah melewati masa inkubasi

dalam tubuh nyamuk).

Masa inkubasi dalam tubuh nyamuk (extrinsic incubation period)

antara 7-14 hari, tergantung pada strain nyamuk, genotip virus, serta

Page 39: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

19

faktor lingkungan seperti kelembaban dan suhu lingkungan Virus

dengue akan bereplikasi di dalam jaringan midgut nyamuk, kemudian

melalui hemolimpha virus akan menyebar ke jaringan lain seperti,

trakea, lemak ubuh, dan kelenjar ludah. Titer virus tertinggi dalam

midgut didapatkan pada 7-10 hari setelah infeksi, dalam abdomen

antara 7-17 hari dan pada kelenjar ludah antara 12-18 hari.

Masa inkubasi di dalam tubuh manusia (intrinsic incubation period)

antara 4-6 hari. Masa infektif pada manusia hanya pada saat viremia

saja (5-7 hari). Berbeda dengan masa infektif pada nyamuk yang

terjadi selama masa hidup nyamuk (Ishartadiati, 2017).

2.1.7. Faktor Yang Berhubungan DBD

Berdasarkan model segi tiga epidemiologi (triangle epidemiology),

ada tiga faktor yang berperan dalam timbulnya suatu penyakit yaitu,

pejamu (host), penyebab penyakit (agent), dan lingkungan

(environment). Sedangkan berdasarkan paradigm sehat yang

dikemukakan oleh HL. Blum, terdapat empat faktor determinan utama

yang berkontribusi terhadap status kesehatan seseorang, yaitu faktor

genetik, pelayanan kesehatan, perilaku dan faktor lingkungan.

2.1.7.1. Faktor Pejamu (Host)

Virus dengue dapat menginfeksi manusia dan beberapa

spesies primata. Manusia merupakan reservoir utama virus

dengue di daerah perkotaan. Beberapa variabel yang

berkaitan dengan karakteristik pejamu adalah umur,

Page 40: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

20

pendidikan, pekerjaan, imunitas, status gizi, ras dan perilaku.

Semua umur bisa diserang virus dengue meskipun baru

berumur beberapa hari setelah lahir (Widodo, 2012).

Pendidikan erat kaitannya dengan pengetahuan seseorang.

Salah satu tujuan pendidikan adalah memberikan dan

meningkatkan pengetahuan sehingga dicapai suatu

masyarakat yang berkembang dan diharapkan dapat merubah

perilaku. Menurut suatu penelitian dinyatakan bahwa tingkat

pendidikan dan pengetahuan yang rendah, lebih beresiko 2-4

kali lebih besar untuk menderita penyakit DBD.

Mobilitas seseorang berpengaruh terhadap risiko kejadian

DBD. Hal ini identik dengan pekerjaan yang dilakukan

sehari-hari. Semakin tinggi tingkat mobilitas seseorang,

semakin besar risiko untuk menderita penyakit DBD.

Imunitas atau daya tahan tubuh terhadap suatu infeksi

penyakit menular erat kaitannya dengan faktor gizi. Menurut

suatu penilitian, status gizi mempengaruhi pembentukkan

antibodi dalam tubuh. Gizi yang kurang akan menghambat

pembentukkan antibodi dalam tubuh sehingga kemampuan

tubuh untuk terhindar dari penyakit berkurang.

Setiap ras memiliki sifat dan kebiasaan masing-masing terkait

penularan penyakit DBD. Hal ini menyangkut keadaan sosial

ekonomi, adat kebiasaan dan kebudayaan suatu masyarakat.

Page 41: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

21

Menurut suatu penelitian, kejadian DBD pada ras kulit hitam

lebih rendah dibandingkan dengan kejadian DBD pada ras

kulit putih, dan ras keturunan Cina tiga kali lebih beresiko

menderita DBD dibanding ras keturunan Melayu (Widodo,

2012).

2.1.7.2. Faktor Penyebab Penyakit (Agent)

Agent (penyebab penyakit) DBD adalah virus dengue yang

termasuk kelompok B arthropoda Borne Virus (Arbovirus).

Anggota dari genus Flavivirus, familia Flaviviridae yang

ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan juga nyamuk

Aedes albopictus yang merupakan vektor infeksi DBD.

Dikenal empat serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2,

Den-3, dan Den-4. Nyamuk dengue menggigit manusia pada

pagi sampai sore hari, biasanya pukul 08.00-12.00 dan 15.00-

17.00. Nyamuk mendapatkan virus dengue setelah menggigit

orang yang terinfeksi virus dengue. Virus ini dapat tetap

hidup di alam lewat 2 mekanisme.

Mekanisme pertama, transmisi vertikal dalam tubuh nyamuk.

Virus dapat ditularkan oleh nyamuk betina pada telurnya,

yang nantinya akan menjadi nyamuk dewasa. Virus ini dapat

ditularkan pada nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui

kontak seksual. Mekanisme kedua, transmisi virus dari

nyamuk ke dalam tubuh makhluk vertebrata dan sebaliknya.

Page 42: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

22

Yang dimaksud dengan makhluk vertebrata disini adalah

manusia dan kelompok kera tertentu.

Virus yang sampai ke lambung nyamuk akan mengalami

replikasi, kemudian akan bermigrasi dan akhirnya sampai ke

kelenjar ludah. Empat hari kemudian virus akan mereplikasi

dirinya secara cepat. Apabila jumlahnya sudah cukup, virus

akan masuk ke sirkulasi darah dan saat itulah manusia yang

terinfeksi akan mengalami gejala (Tabanal, 2017).

2.1.7.3. Faktor Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan yang dapat menjadai faktor

faktor risiko terjadinya penyakit DBD. Faktor lingkungan

terdiri dari faktor lingkungan fisik, biologi dan sosial. Faktor

lingkungan fisik meliputi kepadatan rumah atau tata rumah,

jenis kontainer dan ketinggian tempat tinggal. Bahan-bahan

pembuatan rumah, konstruksi rumah, warna dinding dan

pengaturan barang barang dalam rumah dapat menyebabkan

rumah tersebut disenangi atau tidak oleh nyamuk. Kepadatan

rumah juga dapat mempengaruhi terjadinya DBD. Nyamuk

memiliki kemampuan terbang jarak pendek (100 meter) maka

dari itu nyamuk Aedes aegypti bersifat domestik. Apabila

rumah penduduk saling berdekatan maka nyamuk bisa mudah

berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya.

Page 43: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

23

Jenis kontainer yang dimaksud adalah kontainer yang

berpotensi untuk menjadi teempat perindukan nyamuk. Misal

seperti, bak penampung air yang digunakan untuk kegiatan

sehari hari (bak mandi, gentong/tempayan dan drum), tempat

penampung air yang tak diperlukan sehari-hari (kaleng bekas,

ban bekas dan tempat minum burung), dan tempat

penampung air alamiah (pelepah pisang, lubang pada

potongan bambu, tempurung kelapa. Nyamuk aedes dapat

hidup pada ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut.

Menurut WHO, ketinggian tempat yang kurang dari 500

meter (dataran rendah) memiliki tingkat populasi nyamuk

dari sedang hingga tinggi.

Faktor biologi terdiri dari kelembaban dan pencahayaan.

Tempat dengan kelembaban yang tinggi dapat dijadikan

tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap beristirahat.

Pada kelembaban udara yang rendah (<60%), terjadi

penguapan air dari tubuh nyamuk sehingga dapat

memperpendek umur nyamuk. Intensitas pencahayaan yang

kurang di dalam ruangan rumah dapat menarik nyamuk untuk

singgah atau hinggap. Jentik nyamuk Aedes aegypti

umumnya dapat bertahan lebih baik di ruangan dalam

kontainer yang gelap dan menarik nyamuk betina untuk

meletakkan telurnya.

Page 44: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

24

Faktor lingkungan sosial terdiri dari kebiasaan menggantung

pakaian dan kebiasaan membersihkan tempat penampungan

air (TPA). Kebiasaan menggantung pakaian memiliki

peluang besar terkena penyakit DBD. Pakaian yang

tergantung di balik lemari atau di balik pintu sebaiknya tak

dilakukan, karena nyamuk Aeds aegypti senang hinggap dan

beristirahat di tempat tempat gelap dan kain yang

menggantung. Kebiasaan membersihkan TPA, dapat menjadi

resiko transmisi penularan DBD di masyarakat. Kebiasaan ini

akan menjadi lebih buruk apabila masyarakat sulit

mendapatkan air bersih, sehingga mereka cenderung untuk

menyimpan air dalam penampung air (Marali, 2018).

2.2. Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue

Berdasarkan Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor

581/MENKES/SK/VII/1992 tentang pemberantasan penyakit DBD,

pemberantasan penyakit DBD adalah semua upaya untuk mencegah dan

menangani kejadian DBD. Adanya keputusan tersebut bertujuan untuk

memberikan pedoman bagi masyarakat, tokoh masyarakat, petugas

kesehatan, dan sektor-sektor terkait dalam upaya bersama mencegah dan

membatasi penyebaran penyakit sehingga program Pemberantasan Penyakit

DBD (P2DBD) dapat tercapai (Kemenkes RI, 1992).

Program Pemberantasan Penyakit DBD (P2DBD) mempunyai tujuan utama

diantaranya adalah untuk menurunkan angka kesakitan, menurunkan angka

Page 45: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

25

kematian, dan mencegah terjadinya KLB penyakit DBD. Program P2DBD

termasuk bagian dari program pusat kesehatan masyarakat (Kemenkes RI,

2014). Program P2DBD meliputi :

a. Penemuan penderita tersangka DBD : kasus dilihat dari jumlah suspek

DBD yang datang ke puskesmas.

b. Rujukan penderita DBD : jila terdapat tanda-tanda penyakit DBD,

seperti mendadak panas tinggi 2- 7 hari, tampak lemah dan lesu, suhu

badan antara 38֯C sampai 40֯C atau lebih, tampak bintik-bintik merah

pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang,

kadang-kadang ada perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah darah

atau buang air besar (BAB) berdarah dan tes torniquet positif.

c. Penyuluhan kesehatan : pada penyuluhan masyarakat meliputi,

1. Penyuluhan perorangan : terhadap individu yang berobat melalui

konseling.

2. Penyuluhan kelompok : melalui diskusi, ceramah, penyuluhan

melalui poster.

d. Surveilans kasus DBD : menghitung Angka Bebas Jentik (ABJ) yaitu

persentase jumlah rumah yang ditemukan jentik dibandingkan dengan

jumlah rumah yang diperiksa.

e. Surveilans vektor : Pemantauan Jentik Berkala (PJB) yaitu persentase

jumlah bangunan yang ditemukan jentik dibandingkan dengan jumlah

bangunan yang diperiksa. PJB dilakukan setiap 3 bulan sekali dalam

setahun dirumah dan tempat-tempat umum yang dipilih secara acak

(random sampling).

Page 46: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

26

f. Pemberantasan vektor

1. Abatisasi : pemberian bubuk abate pada tempat penampungan

air yang tidak bias dikuras

2. Kegiatan 3 M : dengan Badan Gerakan 3M yang perwujudannya

melalui Jumat bersih selama 30 menit setiap satu minggu sekali.

Dilakukan dengan pengawasan kader. Kegiatannya berupa

menguras, menutup, dan mengubur tempat pertumbuhan jentik.

3. Fogging fokus.

g. Pencatatan dan Pelaporan.

Untuk menilai kemajuan atau keberhasilan program P2DBD digunakan

beberapa indikator. Sasaran program P2DBD merupakan sasaran

pengukuran secara nasional yang telah ditetapkan. Maka, indikator yang

ditetapkan adalah indikator untuk capaian pada tahun 2018, diantaranya

yaitu:

a. Angka Bebas Jentik (ABJ) >95%

b. Angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) <1%

c. Penderita DBD yang ditangani 100%

d. Angka kesakaitan atau Incidence Rate (IR) <49 per 100.000 penduduk

(Kemenkes RI, 2010, 2015).

2.3. Tatalaksana Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Setiap diketahui adanya penderita DBD, segera ditindaklanjuti dengan

kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE). Selanjutnya dalam melaksanakan

kegiatan pemberantasan DBD sangat diperlukan peran serta masyarakat,

Page 47: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

27

baik untuk membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan pemberantasan

maupun dalam memberantas jentik nyamuk penularnya. Terdapat 10

kegiatan pokok pengendalian DBD yang harus dilakukan oleh pemerintah

yaitu : surveilans epidemiologi, penemuan dan tatalaksana kasus,

pengendalian vektor, peningkatan peran serta masyarakat, sistem

kewaspadaan dini (SKD) dan penanggulangan KLB, penyuluhan,

kemitraan/ jejaring kerja, capacity building, penelitian dan survei, serta

kegiatan monitoring dan evaluasi.

a. Surveilans epidemiologi : surveilans pada pengendalian DBD meliputi

kegiatan surveilans kasus secara aktif maupun pasif, surveilans vektor

(Aedes sp), surveilans laboratorium dan surveilans terhadap faktor

risiko penularan penyakit seperti pengaruh curah hujan, kenaikan suhu

dan kelembaban serta surveilans akibat adanya perubahan iklim

(climate change).

b. Penemuan dan tatalaksana kasus : penyediaan sarana dan prasarana

untuk melakukan pemeriksaan dan penanganan penderita di

puskesmas dan rumah sakit.

c. Pengendalian vektor : upaya pengendalian vektor dilaksanakan pada

fase nyamuk dewasa dan jentik nyamuk. Pada fase nyamuk dewasa

dilakukan dengan cara pengasapan untuk memutuskan rantai

penularan antara nyamuk yang terinfeksi kepada manusia. Pada fase

jentik dilakukan upaya PSN dengan kegiatan 3M Plus :

1. Secara fisik dengan menguras, menutup dan memanfaatkan

barang bekas

Page 48: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

28

2. Secara kimiawi dengan larvasidasi

3. Secara biologis dengan pemberian ikan

4. Cara lainnya (menggunakan repellent, obat nyamuk bakar,

kelambu, memasang kawat kasa dll).

Kegiatan pengamatan vektor di lapangan dilakukan dengan cara :

1. Mengaktifkan peran dan fungsi Juru Pemantau Jentik (Jumantik)

dan dimonitor olah petugas puskesmas

2. Melaksanakan bulan bakti “Gerakan 3M” pada saat sebelum

musim penularan

3. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) setiap 3 bulan sekali dan

dilaksanakan oleh petugas Puskesmas.

4. Pemantauan wilayah setempat (PWS) dan dikomunikasikan

kepada pimpinan wilayah pada rapat bulanan POKJANAL

DBD, yang menyangkut hasil pemeriksaan Angka Bebas Jentik

(ABJ).

d. Peningkatan peran serta masyarakat : sasaran peran serta masyarakat

terdiri dari keluarga melalui peran PKK dan organisasi

kemasyarakatan atau LSM, murid sekolah melalui UKS dan pelatihan

guru, tatanan institusi (kantor, tempat0tempat umum dan tempat

ibadah). Berbagai upaya secara polotis telah dilaksanakan seperti

instruksi Gubernur/Bupati/Walikota, Surat Edaran Mendagri,

Mendiknas, serta terakhir pada 15 Juni 2011 telah dibuat suatu

komitmen bersama pimpinan daerah Gubernur dan Bupati/Walikota

untuk pengenadalian DBD.

Page 49: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

29

e. Sistem kewaspadaan dini (SKD) dan penanggulangan KLB : upaya ini

sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya KLB dan apabila

telah terjadi KLB dapat segera ditanggulangi dengan cepat dan tepat.

Upaya dilapangan yaitu dengan melaksanakan kegiatan penyelidikan

epidemiologi (PE) dan penanggulangan seperlunya meliputi foging

fokus, penggerakan masyarakat dan penyuluhan untuk PSN serta

larvasidasi. Demikian pula kesiapsiagaan di RS untuk dapat

manampung pasien DBD, baik penyediaan tempat tidur, sarana

logistik, dan tenaga medis, paramedis dan laboratorium yang siaga 24

jam. Pemerintah daerah menyiapkan anggaran untuk perawatan bagi

pasien tidak mampu.

f. Penyuluhan : promosi kesehatan tentang penyakit DBD tidak hanya

menyebarkan leaflet atau poster tetapi juga ke arah perubahan perilaku

dalam pemberantasan sarang nyamuk sesuai dengan kondisi setempat.

g. Kemitraan atau jejaring kerja : disadari bahwa penyakit DBD tidak

dapat diselesaikan hanya oleh sektor kesehatan saja, tetapi peran lintas

program dan lintas sektor terkait sangat besar. Wadah kemitraan telah

terbentuk melalui SK KEPMENKES 581/1992 dan SK MENDAGRI

441/1994 dengan nama Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL).

Organisasi ini merupakan wadah koordinasi dan jejaring kemitraan

dalam pengendalian DBD.

h. Capacity building : peningkatan kapasitas dari sumber daya baik

manusia maupun sarana dan prasarana sangat mendukung tercapainya

target dan indikator dalam pengendalian DBD. Sehingga secara rutin

Page 50: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

30

perlu diadakan sosialisasi/penyegaran/pelatihan kepada petugas dari

tingkat kader, puskesmas sampai dengan pusat.

i. Penelitian dan survei penelitian dan upaya pengembangan kegiatan

pengendalian tetap terus dilaksanakan oleh berbagai pihak, antara lain

universitas, Rumah Sakit, Litbang, LSM dll. Penelitian ini

menyangkut beberapa aspek yaitu bionomik vektor, penanganan

kasus, laboratorium, perilaku, obat herbal dan saat ini sedang

dilakukan uji coba terhadap vaksin DBD.

j. Monitoring dan evaluasi : dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat

kelurahan/desa sampai ke pusat yang menyangkut pelaksanaan

pengendalian DBD, dimulai dari input, proses, output dan outcome

yang dicapai pada setiap tahun (Kemenkes RI, 2010).

2.4. Pengertian Surveilans DBD

Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah proses pengumpulan,

pengolahan, analisis dan interpretasi data, serta penyebarluasan informasi ke

penyelenggara program dan pihak instansi terkait secara sistematis dan terus

menerus tentang situasi DBD dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya

peningkatan secara efektif dan efisien.

2.4.1. Pelaksanaan Surveilans DBD

Surveilans DBD terutama ditujukan untuk deteksi Kejadian Luar

Biasa (KLB) dan monitoring program penanggulangan. Setiap letusan

KLB dilakukan penyelidikan epidemiologi dan pemeriksaan

spesimen.

Page 51: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

31

2.4.2. Sumber Data Surveilans DBD

1. Rumah Sakit : laporan morbiditas dan mortalitas bulanan

penderita rawat inap dan rawat jalan rumah sakit. Laporan

Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KD-RS) setiap ada kasus,

merupakan indeks kasus yang perlu penelusuran lapangan.

2. Puskesmas : laporan morbiditas puskesmas melalui laporan

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)

atau Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) atau

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) yang

datanya dirangkum dalam data Sistem Surveilans Terpadu

Penyakit (SSTP) Kabupaten/Kota atau Propinsi, atau laporan

Puskesmas Sentinel bagi Kabupaten/Kota dan Surveilans

Propinsi, serta Laporan W1 (24 jam) bila ada indikasi KLB.

Laporan bulanan program dengan Form K-DBD di puskesmas

dan tingkat kabupaten kota.

3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium : belum semua Balai

Laboratorium Kesehatan Pusat/Daerah dapat melakukan

pemeriksaan, tetapi hasil data pemeriksaan laboratorium perlu

dimanfaatkan dalam analisa surveilans.

4. Hasil Penyelidikan Kasus di Lapangan oleh Prtugas :

penyelidikan kasus DBD di lapangan sangat penting dan

bermanfaat, karena kemungkinan akan ditemukan faktor resiko

terjadi penularan serta didapatkan kasus.

Page 52: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

32

5. Data Kegiatan Program : laporan pelaksanaan fogging dari form

K-DBD dan Angka Bebas Jentik (ABJ) berkala serta hasil

kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) yang dilakukan

surveilans kabupaten/kota.

2.4.3. Presentasi dan Analisis Data

Presentasi dan analisis data surveilans dapat disajikan dalam bentuk

grafik, tabel dan peta. Grafik dan tabel berfungsi untuk

memperlihatkan tren kasus menurut umur, waktu, jumlah kasus dan

kematian yang ditimbulkan oleh DBD. Penyajian dalam bentuk peta

dapat memberikan informasi tentang daerah yang termasuk daerah

rawan DBD.

2.4.4. Kegunaan Data Surveilans untuk Manajemen

Kegunaan informasi epidemiologi yang dihasilkan dapat digunakan

sebagai berikut :

1. Monitoring Case Fatality Rate (CFR) untuk meningkatkan

manajemen kasus.

2. Monitoring insiden rate (IR) untuk menilai dampak program.

3. Dapat mendeteksi KLB agar dapat segera melakukan tindak

penanggulangan.

2.4.5. Surveilans Epidemiologi DBD di Puskesmas

Surveilans epidemiologi DBD di puskesmas meliputi kegiatan

pengumpulan dan pencarian data tersangka, pengolahan dan penyajian

data penderita DBD. Surveilans ini untuk pemantauan KLB,

Page 53: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

33

Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KD-RS) DBD untuk pelaporan

tersangka DBD, penderita DBD dalam 24 jam setelah diagnosis

ditegakkan, laporan KLB (W1-DBD), laporan mingguan (W2-DBD),

data dasar perorangan penderita DBD (DP-DBD), penentuan

stratifikasi (endemisitas) desa/kelurahan, distribusi kasus DBD per

RW/dusun, penentuan musim penularan, dan kecenderungan DBD.

2.4.6. Pengumpulan dan Pencatatan Data

Pengumpulan data dan pencatatan dilakukan setiap hari, bila ada

laporan tersangka DBD dan penderita DBD. Data tersangka DBD dan

penderita DBD yang diterima puskesmas dapat berasal dari RS atau

dinas kesehatan kabupaten/kota, puskesmas sendiri atau puskesmas

lain (cross notification) dan puskesmas pembantu, unit pelayanan

kesehatan lain (balai pengobatan, poliklinik, dokter praktek swasta

dan lain-lain) dan hasil penyelidikan epidemiologi (kasus tambahan

jika sudah ada konfirmasi dari RS/unit pelayanan kesehatan lainnya).

Untuk pencatatan tersangka DBD dan penderita DBD menggunakan

“Buku Catatan Harian Penderita DBD” yang memuat catatan (kolom)

tersangka DBD.

2.4.7. Pengolahan dan Penyajian Data

Data pada “Buku Catatan Harian Penderita DBD” diolah dan disajikan

dalam bentuk pemantauan situasi DBD mingguan menurut

desa/kelurahan. Dari hasil penjumlahan penderita DBD dari data

mingguan tersebut dapat dideteksi secara dini adanya KLB DBD atau

Page 54: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

34

keadaan yang menjurus KLB DBD. Bila terjadi KLB DBD, maka

lakukan tindakan sesuai dengan pedoman penanggulangan KLB DBD

dan laporan segera ke dinas kesehatan kabupaten/kota menggunakan

formulir W1-DBD.

Penyampaian laporan tersangka DBD dan penderita DBD selambat-

lambatnya dalam 24 jam setelah diagnosis ditegakkan menggunakan

formulir KD-RS DBD. Laporan data dasar perorangan penderita DBD

menggunakan formulir DP-DBD yang disampaikan per bulan.

Laporan mingguan adalah hasil penjumlahan penderita DBD setiap

minggu menurut desa/kelurahan dan dilaporkan ke dinas kesehatan

kabupaten/kota menggunakan formulir W2-DBD. Laporan bulanan

adalah hasil penjumlahan penderita atau kematian DBD termasuk data

kegiatan pokok pemberantasan setiap bulan dan dilaporkan ke dinas

kesehteraan kabupaten/kota menggunakan formulir K-DBD.

Penentuan stratifikasi desa/kelurahan DBD ditentukan menurut

stratifikasi desa/kelurahan yang ada di wilayah cakupan puskesmas.

Distribusi penderita DBD per RW/dusun dibuat setiap tahun dengan

menjumlahkan penderita DBD per RW/dusun. Penentuan musim

penularan dilakukan dengan menjumlahkan penderita DBD per bulan

selama 5 tahun terakhir. Mengetahui kecenderungan situasi penyakit

dilakukan dengan menjumlahkan penderita DBD per tahun sejak

kasus ditemukan.

Page 55: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

35

2.5. Alur Pelaporan Surveilans DBD

2.5.1. Pelaporan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Alur pelaporan data DBD dari puskesmas ke dinas kesehatan

kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan formulir KDRS-DBD untuk pelaporan kasus

DBD dalam 24 jam setelah diagnosis ditegakkan.

2. Menggunakan formulir DP-DBD sebagai data dasar perorangan

DBD yang dilaporkan per bulan.

3. Menggunakan formulir K-DBD sebagai laporan bulanan.

4. Menggunakan formulir W2-DBD sebagai laporan mingguan.

5. Menggunakan formulir W1-DBD jika terjadi KLB.

2.5.2. Pelaporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke Dinas

Kesehatan Propinsi

Alur pelaporan data DBD dari dinas kesehatan kabupaten/kota ke

dinas kesehatan propinsi adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan formulir DP-DBD sebagai data dasar perorangan

DBD yang dilaporkan per bulan.

2. Menggunakan formulir K-DBD sebagai laporan bulanan.

3. Menggunakan formulir W2-DBD sebagai laporan mingguan .

4. Menggunakan formulir W1-DBD bila terjadi KLB.

Page 56: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

36

2.5.3. Pelaporan dari Dinas Kesehatan Propinsi ke Pusat (Subdit

Arbovirosis, Ditjen P2M & PL)

Alur pelaporan data DBD dinas kesehatan propinsi ke pusat (Subdit

Arbovirosis, Ditjen P2M & PL) adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan formulir DP-DBD sebagai data dasar perorangan

DBD yang dilaporkan per bulan.

2. Menggunakan formulir K-DBD sebagai laporan bulanan.

3. Menggunakan formulir W2-DBD sebagai laporan mingguan.

4. Menggunakan formulir W1-DBD bila terjadi KLB.

2.5.4. Pelaporan dalam Situasi Kejadian Luar Biasa (KLB)

Pelaporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota:

1. Menggunakan form W1-DBD.

2. Pelaporan dengan form KDRS-DBD untuk pelaporan kasus

DBD dalam 24 jam setelah diagnosis ditegakkan.

3. Menggunakan formulir W2-DBD sebagai laporan mingguan

KLB DBD.

Pelaporan dari dinas kesehatn kabupaten/kota ke dinas kesehatan

propinsi:

1. Menggunakan form W1-DBD.

2. Menggunakan formulir KDRS untuk pelaporan kasus DBD

dalam 24 jam setelah diagnosis ditegakkan.

3. Menggunakan formulir W2-DBD sebagai laporan mingguan

KLB DBD.

Page 57: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

37

Pelaporan dari dinas kesehatan propinsi ke Ditjen P2M & PL.

1. Menggunakan form W1-DBD.

2. Menggunakan formulir W2-DBD sebagai laporan mingguan

KLB DBD.

2.5.5. Umpan Balik

Umpan balik pelaporan perlu dilaksanakan guna meningkatkan

kualitas dan memelihara kesinambungan pelaporan, kelengkapan dan

ketepatan waktu pelaporan serta analisis terhadap laporan. Frekuensi

umpan balik oleh masing-masing tingkat administrasi dilaksanakan

setiap bulan, minimal dua kali dalam setahun.

Gambar 5. Alur Pelaporan Data DBD

Sumber : (Ardiati, 2009)

RS Pemerintah & Swasta

Unit Pelkes lain, seperti Balai

pengobatan, dokter praktek

swasta, poliklinik, dll

W2 DBD

W1 DBD DP-DBD

K-DBD

W2 DBD

W1 DBD DP-DBD

K-DBD

Ditjen PPM & PL

Dinkes Propinsi

Dinkes Kab/Kota

Puskesmas

Um

pan

Balik

U

mp

an B

alik

Um

pan

Balik

W2 DBD

W1 DBD

DP-DBD

K-DBD

KDRS-DBD (tembusan)

Umpan Balik

Page 58: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

38

2.6. Sistem Informasi Geografi

Menurut sejarah penggunaan dot map secara besar-besaran untuk pertama

kalinya dalam studi epidemiologi dilakukan oleh Dr. John Snow pada

epidemiologi kolera di distrik Soho dan wilayah Golden Square London di

awal tahun 1800-an. Dr. Snow menandai jumlah kasus dan lokasi kasus

berdasarkan tempat tinggal di atas sebuah peta.

Sistem informasi geografi (SIG) pertama kali pada tahun 1960 yang

bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan geografis. Empat puluh tahun

kemudian SIG berkembang tidak hanya bertujuan untuk menyelesaikan

permasalahan geografi saja tetapi sudah merambah ke berbagai bidang

seperti:

Analisis penyakit epidemik (demam berdarah)

Analisis kejahatan (kerusuhan)

Navigasi dan vehicle routing (lintasan terpendek)

Analisis bisnis (sistem stock dan distribusi)

Urban (tata kota) dan regional planning (tata ruang wilayah)

Utility (listrik, PAM, telpon) inventory and management

Pertahanan (military simulation)

Definisi Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu sistem yang

mengorganisisr perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan

data. SIG dapat mendayagunakan sistem penyimpanan, pengolahan,

maupun analisis data secara simultan, sehingga dapat diperoleh informasi

yang berkaitan dengan aspek keruangan. Penelitian tahun 2004 di Amerika

Serikat menunjukkan bahwa penggunanaan secara kombinasi antara analisis

Page 59: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

39

SIG dan surveilans epidemiologi merupakan suatu metode yang efektif

untuk mengidentifikasi kejadian-kejadian transmisi lokal suatu penyakit.

Metode ini dapat digunakan untuk meningkatkan target skrining dan usaha

usaha pengendalian penyakit dengan hasil penurunan transmisi dan kejadian

penyakit.

Dengan menggunakan teknologi software SIG (mapping) maka akan terlihat

dengan mudah data distribusi alamat penderita, kepadatan, population at

risk, kondisi rumah, sanitasi dasar rumah penderita serta bisa ditentukan

siapa dan dimana orang orang yang bisa melakukan akses terhadap

pelayanan kesehatan. Komponen-komponen dalam Sistem Informasi

Geografis, diantaranya adalah:

Perangkat keras; komputer, mouse, digitizer, printer, plotter dan

scanner.

Perangkat lunak; SIG merupakan sistem perangkat lunak yang

tersusun secara modular dimana basis data memegang peranan kunci.

Data dan informasi geografi; SIG dapat mengumpulkan dan

menyimpan data ataupun informasi yang diperlukan baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Manajemen; Suatu proyek SIG akan berhasil jika di manage dengan

baik dan dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang

tepat pada semua tingkatan.

Penggunaan spot map terutama untuk memberikan gambaran penyebaran

penyakit dalam suatu wilayah tertentu dan berbagai interpretasi dapat

Page 60: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

40

dilakukan, seperti penyebaran penduduk yang berisiko tinggi, jalannnya

penularan dan peristiwa wabah serta hubungnnya dengan berbagai keadaan

setempat. Hal itu dapat dilakukan melalui sistem komputerisasi yang

dikenal dengan Sistem Informasi Geografi (SIG). Selain itu jugas SIG dapat

digunakan untuk menggambarkan penyebaran fasilitas kesehatan, sarana

kesehatan yang tersedia, tingkat imunitas penduduk, gambaran sarana dan

hasil kegiatan program kesehatan menurut tempat dan waktu serta gambaran

penyakit menurut daerah kerja.

SIG dapat berperan penting sebagai alat yang dapat memperlihatkan

masalah kesehatan masyarakat, terutama berdasarkan kepadatan wilayah

atau area yang lebih spesifik, melalui kemampuan analisis secara ruang

(spatial analysis), sehingga perencanaan intervensi kesehatan menjadi lebih

spesifik dan berdasar kepada wilayah sasaran. SIG di bidang kesehatan

adalah teknologi atau alat yang dapat dikembangkan untuk membantu

pelayanan dan intervensi kesehatan yang berbasis kepada analisis wilayah

(Achmad, 2010).

SIG merupakan sistem komputer yang memiliki sub sistem yang terdiri atas

empat kemampuan dalam menangani data yang bereferensi geografis, yaitu

Data input, subsistem ini terkait dengan tugas mengumpulkan,

mempersiapkan dan menyimpan data spasial dan atributnya dari

berbagai sumber.

Page 61: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

41

Data output, subsistem yang mampu menampilkan atau menghasilkan

keluaran keseluruhan atau sebagian daa dalam bentuk tabel, grafik,

peta.

Data management, untuk mengorganisasikan data, baik data spasial

maupun atribut yang terkait ke dalam sistem basis data sehingga

mudah untuk dipanggil kembali. Sering disebut juga sebagai

subsistem storage and retrieval.

Data manipulation and analysis, subsistem ini melakukan manipulasi

dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan

yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Geografis.

Gambar 6. Ilustrasi Subsistem SIG

Sumber : (Setyawan, 2014)

2.7. Analisis Spasial Dalam Sistem Informasi Geografis (SIG)

Analisis spasial merupakan suatu teknik atau proses yang melibatkan

sejumlah hitungan dan evaluasi logika yang dilakukan dalam rangka

mencari atau menemukan potensi hubungan atau pola-pola yang terdapat

diantara unsur-unsur geografis. Dengan kata lain, analisis spasial merupakan

Page 62: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

42

sekumpulan teknik untuk menganalisis data spasial, yang hasil-hasilnya

sangat bergantung pada lokasi obyek yang bersangkutan yang sedang

dianalisis dan yang memerlukan akses baik terhadap lokasi obyek maupun

atribut-atributnya.

Fungsi analisis spasial dapat memberikan informasi yang spesifik tentang

peristiwa yang sedang terjadi pada suatu area atau unsur geografis beserta

perubahan atau trend yang terdapat di dalamnya pada selang waktu tertentu.

Adapun fungsi fungsi analisis spasial yang dimaksud dalam hal ini beberapa

diantaranya yaitu, klasifikasi (reclassify), network, overlay, buffering, find

distance, clustering,average nearest neighbor (ANN) dan interpolarasi.

Average nearest neighbor (ANN) merupakan fungsi dari analisis yang

digunakan untuk menentukan pola penyebaran. Nilai ANN dibagi menjadi 3

pola. Pola random atau acak dengan ANN sama dengan 1, pola clustered

atau berkerumun dengan ANN kurang dari 1, dan pola dispersed atau

menyebar dengan ANN lebih dari 1. Fungsi buffering adalah fungsi yang

akan menghasilkan layer spasial baru berbentuk poligon dengan jarak

tertentu dari unsur spasial yang menjadi masukannya. Analisis ini

digunakan untuk menentukan kawasan penyangga dari suatu wilayah,

garis/koridor.

SIG memiliki beberapa keuntungan dalam metode konvensional yang

digunakan dalam perencanaan, manajemen dan penelitian kesehatan. Salah

satunya adalah analisis spasial dengan fungsi buffer dapat menciptakan zona

atau wilayah buffer disekitar daerah yang dipilih. Misalnya, radius 1 km

Page 63: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

43

disekitar sungai untuk menandakan penularan risiko pencemaran melalui

air. Pengguna (user) dapat menyesuaikan ukuran buffer dan

mengkombinasikan dengan informasi data insidensi penyakit untuk

memperkirakan jumlah kasus yang terjadi dalam zona buffer (Setyawan,

2014).

2.8. Aplikasi SIG pada Penanggulangan DBD

Medical geography mempelajari pengaruh lokasi dan iklim tehadap

kesehatan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman terhadap

berbagai faktor yang berpengaruh pada kesehatan masyarakat. Dengan kata

lain, penggabungan antara dua disiplin ini dapat meningkatkan pemahaman

tentang konsep kesehatan dan penyebaran penyakit yang akhirnya

mempermudah dalam penanganan wabah penyakit.

Medical geography dikembangkan pertama kali di London pada

pertengahan tahun 1854 oleh Dr. John Snow. Dia menggunakan suatu

teknik yang kemudian dikenal dengan medical geography untuk

mengidentifikasi suatu wilayah di London (Broad Streat) yang merupakan

wilayah penyebaran penyakit kolera terparah dengan memetakan lokasi

penyebaran penyakit kolera pada suatu pet. Dari penelitian ini, Dr John

Snow dapat menyimpulkan bahwa penyakit kolera menyebar melalui

makanan dan minuman, bukan dari udara yang tercemar. Akhirnya dia

mengambil kesimpulan wabah kolera yang melanda London waktu itu

menyebar melalui air.

Page 64: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

44

Saat itu, sumber air minum di London disediakan oleh dua perusahaan.

Perusahaan satu mengambil sumber airnya dari hulu sungai Themes dan

perusahaan kedua mengambil sumber airnya dari hilir sungai Themes. Dr.

John Snow juga menemukan bahwa di wilayah tersebut jumlah kematian

yang disebabkan wabah kolera mencapai 500 jiwa dalam waktu 10 hari.

Dari hasil penelitian Dr. John Snow, perusahaan yang sebelumnya

mengambil sumber air dari hilir sungai Themes, mengubah sumber airnya

dari hulu sungai Themes. Akhirnya wabah kolera di London dapat diatasi.

Selain digunakan untuk mengatasi penyebaran wabah kolera di London,

medical geography juga digunakkan di negara lain. Medical geography

dipakai di awal abad ke-20 di Colorado untuk menunjukkan pengaruh

kandungan fluoride dalam air tanah terhadap kesehatan gigi. Tahun 1918,

medical geography digunakkan di USA untuk atasi penyebaran penyakit

influenza dan sampai sekarang digunakkan untuk menganalisis penyebaran

penyakit HIV/AIDS di USA. Tahun 1991, medical geography juga

digunakan untuk mengatasi penyebaran penyakit kolera di Peru. India juga

menggunakan medical geography untuk mengatasi penyebaran penyakit

malaria dan kolera.

Ide penggunaan medical geography untuk demam berdarah sudah pernah

dilakukan penelitiannya di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dua kali. Pada

penelitian pertama, digunakkan data historis (rekapitulasi) untuk analisis

perkiraan (trend analysis) dalam upaya pencegahan DBD. Namun hasilnya,

belum ditemukan hubungan yang erat antara sebaran kasus DBD dengan

Page 65: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

45

prediksi akan terjadinya wabah dimasa mendatang. Pada penelitian

berikutnya, digunakan data laporan kasus DBD dari masyarakat secara cepat

(near-realtime) agar dapat memudahkan masyarakat dalam memberikan

laporan. Dalam aplikasi ini, diharapkan semua masyarakat bisa

berpartisipasi memberikan laporan jika terdapat kasus DBD disekitarnya

(Nyoto, Anra, & Sholva, 2014).

2.9. Kerangka Penelitian

2.9.1. Kerangka Teori

Gambar 7. Kerangka Teori

FAKTOR LINGKUNGAN

1. Kondisi Geografis

a. Ketinggian tempat

b. Curah hujan

c. Angin

d. Kelembaban

e. Musim

2.Kondisi Demografis

a.Kepadatan Penduduk

b.Mobilitas

c.Perilaku Masyarakat

d.Sosial Ekonomi

FAKTOR HOST

1. Kerentanan

2. Respon Imun

FAKTOR AGENT

1. Sifat Virus

2. Virulensi Virus

Kejadian

Demam

Berdarah

Dengue

Analisis Spasial

Data Spasial

Page 66: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

46

2.9.2. Kerangka Konsep

Gambar 8. Kerangka Konsep

Data Primer

1. Titik koordinat

tempat tinggal

pasien DBD

Data Sekunder

1. Jumlah kasus DBD

2. Alamat pasien DBD

Data Spasial

Titik koordinat kasus DBD

Analisis Spasial dengan

perangkat lunak SIG

Page 67: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono,

penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih tanpa

membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lainnya

(variabel mandiri adalah variabel yang berdiri sendiri, bukan variabel

independen, karena kalau variabel independen selalu dipasangkan dengan

variabel dependen). Penelitan ini menggunakan pendekatan cross sectional.

Cross sectional adalah penelitian yang dilakukan dalam waktu tertentu,

dimana hanya dilakukan penelitian dalam satu waktu dan tak dilakukan

penelitian diwaktu berbeda untuk diperbandingkan (Sugiyono, 2011).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah utara kota Bandar Lampung yang

dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2019. Puskesmas-

puskesmas yang menjadi tempat penelitian yaitu, puskesmas Way Kandis,

Way Halim, Labuhan Ratu, Kedaton, Kemiling, Sukabumi, Sukarame, dan

Rajabasa Indah. Penentuan tempat penelitian ini didasarkan pada nilai rata-

rata dari kasus DBD di puskesmas puskesmas pada wilayah utara kota

Bandar Lampung.

Page 68: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

48

Tabel 1. Jumlah Kasus DBD di Puskesmas Wilayah Utara Kota Bandar Lampung

Tahun 2018. No. Kecamatan Puskesmas Kejadian

1. Way Halim Way Halim 91

2. Tanjung Karang Barat Susunan Baru 14

Gedung Air 32

3. Langkapura Segala Mider 41

4. Sukarame Sukarame 50

Permata Sukarame 19

Korpri 14

5. Kemiling Kemiling 56

Pinang Jaya 6

Beringin Jaya 32

6. Kedaton Kedaton 58

7. Tanjung Senang Way Kandis 138

8. Sukabumi Sukabumi 56

Campang Raya 4

Way Laga 7

9. Labuhan Ratu Labuhan Ratu 66

10. Rajabasa Rajabasa Indah 44

Jumlah 728

Nilai rata rata 42,8

3.3 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita Demam Berdarah

Dengue dan tercatat di puskesmas Way Kandis, Way Halim, Labuhan Ratu,

Kedaton, Kemiling, Sukabumi, Sukarame, dan Rajabasa Indah tahun 2018.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung tahun 2018

diketahui jumlah pasien DBD di puskesmas wilayah utara kota Bandar

Lampung, yaitu

Tabel 2. Jumlah Kasus DBD Per puskesmas per bulan Tahun 2018

Puskes Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Jumlah

Way Kandis 14 14 16 19 28 8 21 7 1 0 3 7 138

Way Halim 2 8 12 18 7 10 16 7 1 4 4 2 91

Labuhan Ratu 3 9 3 5 10 8 12 5 1 4 4 2 66

Kedaton 0 5 6 8 7 6 8 3 1 4 6 4 58

Kemiling 2 5 3 4 7 3 9 7 5 4 6 1 56

Sukabumi 3 5 3 7 8 7 13 2 3 3 2 0 56

Sukarame 3 9 7 3 5 8 7 1 2 1 3 1 50

Rajabasa Indah 2 4 4 0 11 5 6 6 0 0 3 3 44

Total 29 59 54 64 83 55 92 38 14 20 31 20 559

Page 69: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

49

3.4 Sampel Penelitian

3.4.1 Kriteria Sampel

3.4.1.1. Kriteria Inklusi

- Penderita DBD tercatat di puskesmas Way Kandis, Way

Halim, Labuhan Ratu, Kedaton, Kemiling, Sukabumi,

Sukarame, dan Rajabasa Indah tahun 2018.

- Penderita tinggal di daerah wilayah kerja puskesmas

Way Kandis, Way Halim, Labuhan Ratu, Kedaton,

Kemiling, Sukabumi, Sukarame, dan Rajabasa Indah.

3.4.1.2. Kriteria Eksklusi

- Alamat penderita tak lengkap.

- Alamat yang telah diambil titik koordinatnya

dikarenakan ditempati lebih dari satu orang penderita

DBD di bulan yang sama.

3.4.2 Besar Sampel Minimal

Untuk menentukan ukuran sampel ada beberapa pedoman yang dapat

digunakan sebagai patokan untuk menghitung berapa ukuran sampel

minimal yang harus diambil. Salah satunya dengan menggunakan

teknik Slovin dengan rumus :

n N

1 Ne2

n 559

1 559(0,05)2

Page 70: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

50

n 559

2,4

n 232,9 dibulatkan menjadi ± 233 sampel.

Keterangan:

n : ukuran sampel minimal

N : ukuran populasi

e : % kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kelonggaran 5%

(Sugiyono, 2011).

Adapun penelitian ini menggunakan rumus dengan teknik Slovin

karena jumlah populasi penelitian telah diketahui. Berdasarkan

perhitungan sampel diatas sampel minimal yang menjadi responden

dalam penelitian ini adalah 233 kasus DBD.

3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan

metode proportional random sampling. Proporsi sampel di tiap

puskesmas dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut, yaitu

n N umlah sampel yang diperlukan

umlah populasi

Keterangan :

n : jumlah sampel untuk masing-masing puskesmas

N : Jumlah kasus DBD tiap puskesmas

Page 71: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

51

Tabel 3. Jumlah Minimal Sampel per Puskesmas

Puskesmas Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Jumlah

Way Kandis 6 6 7 8 12 3 9 3 0 0 1 3 58

Way Halim 1 3 5 8 3 4 7 3 0 2 2 1 39

Labuhan Ratu 1 4 1 2 4 3 5 2 0 2 2 1 27

Kedaton 0 2 3 3 3 3 3 1 0 2 3 2 25

Kemiling 1 2 1 2 3 1 4 3 2 2 3 0 24

Sukabumi 1 2 1 3 3 3 5 1 1 1 1 0 22

Rajabasa Indah 1 2 2 0 5 2 3 3 0 0 1 1 20

Sukarame 1 4 3 1 2 3 3 0 1 0 1 0 19

Jumlah 12 25 23 27 35 22 39 16 4 9 14 8 234

3.5 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer berupa titik koordinat lokasi rumah penderita DBD di

wilayah kerja puskesmas Way Kandis, Way Halim, Labuhan Ratu, Kedaton,

Kemiling, Sukabumi, Sukarame, dan Rajabasa Indah selama tahun 2018.

Data sekunder berupa jumlah kasus DBD dan alamat penderita DBD selama

tahun 2018 di wilayah kerja puskesmas Way Kandis, Way Halim, Labuhan

Ratu, Kedaton, Kemiling, Sukabumi, Sukarame, dan Rajabasa Indah.

3.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

3.6.1 Identifikasi Variabel

Variabel adalah suatu objek penelitian atau yang menjadi titik

perhatian dalam sebuah penelitian. Variabel yang terdapat pada

penelitian ini adalah lokasi tempat tinggal penderita DBD tahun 2018

di daerah endemik DBD wilayah utara kota Bandar Lampung.

Page 72: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

52

3.6.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional dalam penelitian ini memberikan penjelasan dan

batasan mengenai variabel yang akan diteliti.

Tabel 4. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran komponen

Variabel Definisi Operasional Alat

Ukur Cara Ukur

Hasil

Ukur

Skala

Ukur

Lokasi

tempat

tinggal

penderita

DBD

Rumah penderita DBD

yang tercatat dan

tinggal di wilayah

kerja puskesmas Way

Kandis, Way Halim,

Labuhan Ratu,

Kedaton, Kemiling,

Sukabumi, Sukarame,

dan Rajabasa Indah

tahun 2018

berdasarkan laporan

Dinas Kesehatan Kota

Bandar Lampung.

GPS Mengambil

titik

koordinat

rumah

penderita

DBD

dengan

meng-

gunakan

GPS dan

aplikasi

globe virtual

Titik

koor-

dinat

Numerik

3.7 Alat dan Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa tabel ceklis data, tabel

observasi plotting kejadian DBD, alat Global Positioning System (GPS),

aplikasi globe virtual (Earth Viewer) dan perangkat lunak Sistem Informasi

Geografi (SIG). Tabel ceklis digunakkan untuk melihat kelengkapan data

sekunder yang dibutuhkan dalam peneltian ini yaitu, jumlah kasus dan

alamat penderita DBD di setiap puskesmas Way Kandis, Way Halim,

Labuhan Ratu, Kedaton, Kemiling, Sukabumi, Sukarame, dan Rajabasa

Indah. Tabel observasi plotting digunakan untuk mencatat detail alamat

penderita DBD seperti, nama penderita, kelurahan, RT, RW, jalan,

koordinat longitudinal (Xo) dan koordinat latitude (Y

o).

Page 73: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

53

3.8 Prosedur dan Alur Penelitian

Ada beberapa tahap yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu

Gambar 9. Alur Penelitian

3.9 Analisis Data

Teknik analisis data digunakan untuk menjawab rumusan masalah atau

menguji hipotesis yang telah dirumuskan (Sugiyono, 2011). Analisis data

spasial menggunakan software program SIG yang output-nya berupa

analisis spasial pada lokasi penelitian. Analisis spasial diterapkan pada

komponen-komponen yang diteliti dan dibantu dengan aplikasi Sistem

informasi Geografis (SIG) serta perangkat lunak Global Positioning System

(GPS) digunakan untuk mempermudah peneliti dalam menentukan lokasi

komponen lingkungan maupun kejadian penyakit yang diteliti. Perangkat

Malakukan koordinasi dengan pihak pihak terkait

penelitian ini mengenai prosedur penelitian

Menentukan lokasi pengambilan data

Mempersiapkan instrumen penelitian

Melakukan pengambilan data berupa titik koordinat

lokasi tempat tinggal pasien dengan menggunakan

GPS dan aplikasi globe virtual (Earth Viewer)

Analisis data

Page 74: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

54

lunak SIG digunakan untuk memetakan komponen yang diamati berupa

lokasi penderita DBD.

Titik koordinat kemudian dianalisis dengan Average Nearest Neighbor

(ANN) untuk melihat pola penyebaran kasus DBD. Teknik analisis data ini

dapat mengetahui gambaran persebaran penderita DBD di sekitar wilayah

kerja puskesmas Way Kandis, Way Halim, Labuhan Ratu, Kedaton,

Kemiling, Sukabumi, Sukarame, dan Rajabasa Indah pada wilayah utara

kota Bandar Lampung. Analisis spasial menggunakan SIG yang nantinya

menghasilkan gambaran dengan warna dan simbol yang berbeda untuk

setiap komponen yang diteliti.

Setelah persebaran penderita DBD diketahui dengan melihat persebaran titik

titik koordinat, selanjutnya dilakukan analisa keruangan seperti buffering.

Buffer adalah salah satu fasilitas di software GIS yang memungkinkan untuk

membuat suatu jangkauan atau batasana area tertentu dari titik koordinat

yang telah ada. Dalam penelitian ini buffering dibuat sejauh 100 meter dari

titik koordinat penderita DBD. Jarak 100 meter ini menggambarkan

seberapa jauh nyamuk mampu terbang dari tempat perindukannya (Astrini,

2012).

3.10 Etika Penelitian

Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan kaji etik dari bagian etik

penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor

3867/UN26.18/PP.05.02.00/2019.

Page 75: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

1. Sebaran penderita DBD berdasarkan bulan tampak menyebar pada

semua wilayah kecamatan tempat penelitian dan terdapat cluster pada

bulan bulan tertentu (Februari dan April-Juli).

2. Daerah buffer terbentuk pada radius 100 meter dari rumah penderita

DBD. Daerah buffer merupakan daerah yang beresiko terjadinya

penularan DBD.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut ini saran yang dapat

diberikan oleh peneliti:

1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan alat GPS dan

turun lapang langsung untuk menghindari adanya potensi titik

koordinat yang tak akurat.

2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian aktif

dengan pencarian pasien pada waktu sekarang, bukan menggunakan

data sekunder. Ini untuk mengurangi resiko pasien DBD yang tak

tercatat sehingga hasil bias menjadi bias.

3. Penanggung jawab program DBD di tiap puskesmas diharapkan dapat

melengkapi data data alamat pasien saat pencatatan dan pelaporan

Page 76: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

92

kasus DBD serta menambahkan data berupa titik koordinat rumah

pasien yang dapat diambil saat penyelidikan epidemiologi ke rumah

pasien.

4. Program intervensi penanggulangan penyakit DBD lebih

diprioritaskan di sekitar wilayah penyebaran lokasi kejadian DBD dan

di bulan-bulan yang kejadian kasus DBD-nya tinggi untuk mencegah

terjadinya KLB.

5. Masyarakat di wilayah endemik DBD diharapkan dapat secara aktif

melakukan upaya pengendalian kasus DBD misalnya dengan gerakan

PSN 3M Plus.

Page 77: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

93

DAFTAR PUSTAKA

Achmad FA. 2010. Analisis spasial penyakit tuberkulosis paru bta positif di kota

administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-2008. [Tesis]. Depok:

Universitas Indonesia.

Achmadi UF. 2011. Dasar-dasar penyakit berbasis lingkungan. Jakarta: Rajawali

Press.

Anggraini A. 2016. Pengaruh kondisi sanitasi lingkungan dan perilaku 3M plus

terhadap kejadian demam berdarah dengue di kecamatan

purwoharjo kabupaten banyuwangi. Jurnal Pendidikan Geografi.

3(3): 321–328.

Ardiati L. 2009. Pengembangan sistem pencatatan dan pelaporan demam berdarah

dengue (DBD) berbasis komputer di puskesmas beji kota depok

Tahun 2009. [Skripsi]. Depok: Universitas Indonesia.

Astrini R. 2012. Modul pelatihan quantum GIS tingkat dasar untuk pemetaan

evakuasi tsunami. Mataram: Badan Penanggulangan Bencana

Daerah NTB.

Ayuningtyas ED. 2013. Perbedaan keberadaan jentik Aedes aegypty berdasarkan

karakteristik kontainer di daerah endemis demam berdarah dengue.

[Skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung. 2014. Kota Bandar Lampung dalam

angka 2014. Bandar Lampung: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung. 2019. Kota Bandar Lampung dalam

angka 2019. Bandar Lampung: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2019. Provinsi Lampung dalam angka

2019. Bandar Lampung: Badan Pusat Statistik.

Centre for Disease Control. 2012. Aedes aegypti Aedes albopictus. [diunduh 15

September 2018]. Tersedia dari

https://www.cdc.gov/dengue/resources/30jan2012/comparisondeng

uevectors.pdf

Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. 2018. Kasus DBD menurut wilayah

puskesmas kota Bandar Lampung Januari-Desember tahun 2018.

Page 78: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

94

Bandar Lampung: Dinkes Kota Bandar Lampung

Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. 2019. Angka kesakitan (incidence rate)

kasus DBD kota Bandar Lampung Tahun 2016-2019.

Dini A, Fitriany R, Wulandari R. 2010. Faktor iklim dan angka insiden demam

berdarah dengue di kabupaten Serang. Jurnal Makara Kesehatan.

14(1).

Febrianto MR. 2012. Analisis spasiotemporal kasus demam berdarah dengue di

kecamatan ngaliyan bulan januari-mei 2012. [Skripsi]. Semarang:

Universitas Negeri Semarang.

Fitriana BR., Yudhastuti R. 2018. Hubungan faktor suhu dengan kasus demam

berdarah dengue (DBD) di kecamatan sawahan Surabaya. The

Indonesian Journal of Public Health. 13(1):83-94.

Hilaludin AS. 2015. Analisis spasial prevalensi kasus demam berdarah (DBD) di

wilayah kerja puskesmas gambirsari. Surakarta: Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Ibarra A, Ryan S, Beltran E, Mejia R, Sivia M, Munoz A. 2013. Dengue vector

dynamics (Aedes aegypti) influenced by climate and social factors

in Ecuador: implication for targeted control. PLOS One Journal.

8(11).

Ishartadiati K. 2017. Aedes aegypti sebagai vektor demam berdarah dengue.

Surabaya: Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Kementerian Kesehatan RI. 1992. Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang

Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue

581/MENKES/SK/VII/1992. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Buletin jendela epidemiologi demam berdarah

dengue. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Permenkes RI No. 75 Tahun 2014 Tentang

Pusat Kesehatan Masyarakat.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Rencana strategi kementerian kesehatan tahun

2015-2019. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Demam berdarah dengue (DBD). Jakarta:

Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2019. DBD meyerang tak hanya di musim hujan.

[diunduh 9 Januari 2020]. Tersedia dari:

https://www.kemkes.go.id/article/view/19011400005/dbd-

menyerang-tak-hanya-di-musim-hujan.html

Page 79: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

95

Kirana K. 2016. Analisis faktor lingkungan pada kejadian demam berdarah

dengue di kecamatan genuk. [Skripsi]. Semarang: Universitas

Negeri Semarang.

Kusuma AP. 2015. Analisis spasial kejadian demam berdarah dengue berdasarkan

kepadatan penduduk dan angka bebas jentik Di wilayah kerja

puskesmas kedungmundu Tahun 2015. [Skripsi]. Semarang:

Universitas Negeri Semarang.

Marali R. 2018. Hubungan tindakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan

kejadian demam berdarah dengue (DBD) di wilayah puskesmas

Sudiang. [Skripsi]. Makasar: Universitas Hasanuddin.

Marisa. 2007. Toleransi larva dan nyamuk dewasa Aedes aegypti terhadap

temefos dan malation di wilayah endemik kelurahan duren sawit

Jakarta Timur. [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Nyoto RD. Anra H. Sholva Y. 2014. Sistem tanggap darurat demam berdarah

berbasis sistem informsi geografis dengan dukungan informasi

geografis dengan dukungan informasi masyarakat melalui

perangkat mobile. Sentika 2014. 551–559.

Putri MK. 2008. Analisis spasial penyakit demam berdarah dengue (DBD) per

kecamatan di kotamadya Jakarta Timur tahun 2005-2007. [Skripsi].

Depok: Universitas Indonesia.

Ramandari NLA. 2009. Pengetahuan ibu rumah tangga mengenai penatalaksaan

demam berdarah dengue dan faktor-faktor yang berhubungan di

paseban barat barat jakarta pusat. [Skripsi]. Depok: Universitas

Indonesia.

Sakti DE. 2019. Gambaran perilaku 3M (menguras, menutup, mengubur) dan

pemberian bubuk abate pada penderita dbd di wilayah kerja

puskesmas rawat inap way kandis kota bandar lampung tahun

2018. Bandar Lampung: Poltekkes Tanjungkarang.

Setiyaningsih R. Boewono DT. 2011. Pengaruh sumber nutrisi terhadap umur

vektor demam berdarah dengue Aedes aegypti di laboratorium.

Vektora. 1(2): 123–131.

Setyawan DA. 2014. Pengantar sistem informasi geografis. Surakarta: Politeknik

Kesehatan Surakarta.

Sianipar MY. Anwar C. Handayani D. 2018. Identifikasi larva nyamuk di tempat

penampungan air serta pengetahuan, sikap dan tindakan petugas

kebersihan tentang perkembangbiakan nyamuk di taman wisata

sejarah bukit siguntang palembang. JKK . 5(2):78–88.

Page 80: ANALISIS SPASIAL PENDERITA DBD PADA DAERAH ...digilib.unila.ac.id/60915/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...Penulis dilahirkan di kota Serang pada tanggal 10 Oktober 2019, sebagai anak pertama

96

Sivanathan M. 2006. The Ecology and Biology of Aedes Aegypti (L.) and Aedes

Albopictus (Skuse) (Diptera: Culicidae) and The Resistance Status

of Aedes Albopictus (Field Strain) against Organophosphates in

Penang, Malaysia. Malaysia: Universiti Sains Malaysia.

Sugiyono. 2011. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Tabanal RROM. 2017. Analisis faktor yang mempengaruhi kejadian demam

berdarah dengue (DBD) di wilayah endemis landungsari kabupaten

malang. [Skripsi]. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

World Health Organization. 2009. Dengue guidelines for diagnosis, treatment,

prevention, and control. Geneva: WHO Library Cataloguing.

Widodo NP. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian demam

berdarah dengue (DBD) di kota Mataram provinsi Nusa Tenggara

Barat tahun 2012. [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia.

Wowor R. 2017. Pengaruh kesehatan lingkungan terhadap perubahan

epidemiologi demam berdarah di Indonesia. Jurnal E-Clinic (ECL)

5(2): 105–113.

Zettel C. Kaufman P. 2013. Common name: yellow fever mosquito scientific

name: aedes aegypti (linnaeus) (Insecta: Diptera: Culicidae).