analisis strategi pengembangan pelabuhan- pelabuhan...
TRANSCRIPT
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN-
PELABUHAN UTAMA PADA KORIDOR SULAWESI
SKRIPSI
Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik
Di Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
OLEH :
CHAIRUL IMAM SALEH
D 311 08 003
\
PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
ABSTRAK
IMAM SALEH, CHAIRUL. Analisis Strategi Pengembangan Pelabuhan-Pelabuhan
Utama pada Koridor Sulawesi (dibimbing oleh DR.Ir.Misliah Idrus, M.S.Tr dan A. St.
Chairunnisa.M. ST. MT)
Koridor Sulawesi merupakan salah satu koridor yang telah ditetapkan dalam MP3EI
dalam rangka meningkatkan perekonomian Indonesia.Di dukung 3 Pelabuhan yang
bertaraf Internasional yakni Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Bitung dan Pelabuhan
Pantoloan menjadikan pulau Sulawesi sebagai acuan pertumbuhan perekonomian
Indonesia bagian timur khususnya dalam sektor perdagangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh 3 Pelabuhan tersebut
terhadap perekonomian Koridor Sulawesi. Selain itu guna mengoptimalkan peran dari 3
pelabuhan ini maka diperlukan analisa terhadap startegi yang diperlukan dalam
pengembangan pelabuhan.
Metode kuantitatif analisis SWOT adalah metode yang digunakan untuk menentukan
strategi pelabuhan. Dengan mengidentifikasi faktor eksternal dan internal
pelabuhan,maka akan diketahui letak pelabuhan dalam kuadran SWOT yang nantinya
akan menjelaskan kondisi pelabuhan saat ini dan menentukan strategi yang harus
dijalankan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelabuhan Makassar berada pada kuadran 1 dalam
kuadran SWOT, Pelabuhan Bitung berada di kuadran II dan Pelabuhan Pantoloan berada
di kuadran IV. Kondisi dan strategi mengacu pada letak pelabuhan dalam kuadran.
Kata Kunci: Koridor Sulawesi, faktor eksternal, faktor internal, SWOT,dan kuadran
SWOT
ABSTRAC
IMAM SALEH , CHAIRUL . Development Strategy Analysis of Main Ports in Sulawesi
Corridor ( guided by DR.Ir.Misliah M.STr.,and A.St.Chairunnisa.ST MT)
Sulawesi corridor is one that has been set in the corridor in order to improve
the economy MP3EI Indonesia.From support an international port in Port of Makassar ,
Bitung Port and Port Pantoloan Sulawesi island as a reference to make Indonesia's
economic growth , especially in the eastern part of the trade .This study aims to determine
how much influence the 3 port on the economy Sulawesi corridor . In addition to
optimizing the role of the port 3 will require an analysis of strategies needed in the
development of the port .
SWOT analysis is a quantitative method which is the method used to determine the port
strategy . By identifying external factors and internal port , it will note the location of the
port in the SWOT quadrant which will explain the current condition of the port and
determine the strategy to be followed
The results showed that the Port of Makassar is in quadrant 1 to quadrant SWOT , Port of
Bitung is in quadrant II and Port of Pantoloan are in quadrant IV . Conditions and the
strategy refers to the location of the port in the quadrant .
Keywords : Corridor Sulawesi , external factors , internal factors , SWOT and SWOT
quadrant
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang
telah menganugerahi kekuatan dan limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Shalawat dan salam penulis
haturkan untuk junjungan termuliah Muhammad saw. yang menjadi teladan bagi
seluruh umat manusia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Tugas Akhir ini, sangatlah
sulit bagi penulis untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Daeng Paroka, ST., MT., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Teknik
Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
2. Ibu DR.Ir. Misliah Idrus M.S.Tr selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bantuan dan bimbingannya kepada penulis.
3. Ibu A. St. Chairunnisa,M ST., MT. selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bantuan dan bimbingannya kepada penulis.
4. Ibu Ir.Rosmani.,MT selaku penguji yang telah memberikan masukan dan
arahan kepada penulis
5. Bapak Ir.Lukman Bochary,.MT selaku penguji yang telah memberikan
masukan dan arahan kepada penulis
6. Bapak Abdul Haris Djalante,ST.MT selaku penguji yang telah memberikan
masukan dan arahan kepada penulis
7. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Perkapalan yang telah memberikan
pengetahuannya kepada penulis.
8. Seluruh Staf Pegawai Jurusan Teknik Perkapalan yang telah membantu segala
keperluan administrasi penulis.
9. Pihak PT. PELINDO IV Pusat, atas data – data dan waktu yang diberikan
kepada penulis.
10. Kedua Orang Tuaku tercinta, Ayahanda Drs. H. Muhammad Saleh Idris
dan Ibunda Hj.Fauziyah Abdullah A.Md , serta saudara – saudaraku tercinta
(Chairani Saleh, Chairati Saleh, Chairun Nas Saleh, Chairah Muflihah Saleh,
Chairur Rezqy Saleh, Chairul Wildan Saleh) serta segenap keluarga atas
dukungan, do’a dan bantuannya selama ini kepada penulis.
11. Terkhusus kepada A.Auliyah Warsyidah , atas motivasi dan do’a yang
tidak henti-hentinya diberikan kepada penulis, serta teman – teman Teknik
Perkapalan Angkatan 2008 ( Ari, Ade, Mario, Fahcri, Ichsan, Arif, Jefri, Tono,
Yudi, Alan, Achi, Ato, Andi, Sul ) dan masih banyak lagi yang tidak peneliti
tuliskan satu persatu. Terima kasih atas bantuan, nasehat dan motivasi yang
diberikan selama penelitian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tentunya masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis perlukan untuk
membangun kesempurnaan penyusunan. Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini
dapat memberi manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya.
Makassar, Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Abstrak ......................................................................................................... i
Abstrac ......................................................................................................... ii
Kata Pengantar .............................................................................................. iii
Daftar Isi ....................................................................................................... vi
Daftar Gambar .............................................................................................. ix
Daftar Tabel .................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3. Batasan Masalah .................................................................................... 5
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
1.6. Sistematika Penulisan…………………………………………………… 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7
2.1. Pelabuhan ............................................................................................. 7
2.1.1. Pengertian Pelabuhan .......................................................................... 7
2.1.2. Peran dan Fungsi Pelabuhan ................................................................ 9
2.1.2.1. Peranan Pelabuhan .................................................................. 9
2.1.2.2. Fungsi Pelabuhan .................................................................... 9
2.1.3. Tipe-Tipe Pelabuhan ........................................................................... 11
2.1.4. Hierarki Pelabuhan Laut ...................................................................... 13
2.1.5.Kebijakan-Kebijakan yang Menyangkut Pelabuhan ............................. 17
2.2. Operasional Pelabuhan ........................................................................... 19
2.2.1. Kegiatan Operasional Pelabuhan .............................................. 19
2.2.2. Fasilitas Penunjang .................................................................. 20
2.2.3 Kinerja Pelabuhan ..................................................................... 22
2.3. Metode Analisis SWOT ......................................................................... 24
2.3.1. Metode Kualitatif Matriks SWOT ............................................ 24
2.3.2. Metode Kuantitatif Analisis SWOT ......................................... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 31
3.1. Sumber Data .......................................................................................... 31
3.2. Jenis Data............................................................................................... 31
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 31
3.4. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 31
3.5. Teknik Analisa Data ............................................................................... 32
3.6. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 34
4.1. Gambaran Umum Pelabuhan-Pelabuhan Utama di Koridor Sulawesi .... 34
4.1.1. Gambaran Umum Pelabuhan Makassar ...................................... 34
4.1.2. Gambaran Umum Pelabuhan Bitung ........................................ 38
4.1.3. Gambaran Umum Pelabuhan Pantoloan..................................... 41
4.2. Peran dan Fungsi Pelabuhan Utama terhadap Perekonomian Pulau Sulawesi46
4.2.1. Peran .......................................................................................... 46
4.2.2. Fungsi ........................................................................................ 50
4.3. Analisa Pengembangan Strategi Pelabuhan ........................................... 51
4.3.1. Faktor Internal dan Faktor Eksternal Pelabuhan .......................... 51
4.3.2 Identifikasi S(Strength), W(Weaknees), O(Opportunity), T(Threats) 57
4.3.3 Normalisasi ( Pembobotan ) ........................................................ 61
4.3.4 Benchmarking dan Titik Koordinat Pelabuhan ............................ 64
4.3.4 Posisi Pelabuhan dalam Kuadran SWOT .................................... 65
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 71
5.1. Kesimpulan ............................................................................................ 71
5.2. Saran ...................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Jenis Kinerja Pelabuhan ....................................................................... 22
2.2. Kuadran SWOT ..................................................................................... 29
3.1 Flowchart Penelitian............................................................................... 33
4.1 Posisi Pelabuhan Makassar di Pulau Sulawesi ........................................ 35
4.2. Lay Out Pelabuhan Makassar ................................................................ 35
4.3. Peta Wilayah Hinterland Pelabuhan Makassar ........................................ 36
4.4. Trafik Pelabuhan Makassar Tahun 2005-2010 ........................................ 37
4.5. Posisi Pelabuhan Bitung di Pulau Sulawesi ............................................ 38
4.6. Lay Out Pelabuhan Bitung ..................................................................... 39
4.7. Peta Wilayah Hinterland Pelabuhan Bitung ............................................ 39
4.8. Trafik Pelabuhan Bitung Tahun 2006-2010 ........................................... 40
4.9 Posisi Pelabuhan Pantoloan di Pulau Sulawesi ....................................... 41
4.10. Lay Out Pelabuhan Pantoloan .............................................................. 42
4.11. Peta Wilayah Hinterland Pelabuhan Pantoloan ..................................... 43
4.12. Trafik Pelabuhan Pantoloan Tahun 2008-2012 ..................................... 44
4.13. Hierarki Faktor Internal Pelabuhan ....................................................... 53
4.14. Hierarki Faktor Eksternal Pelabuhan .................................................... 54
4.15. Posisi Pelabuhan dalam Kuadran SWOT .............................................. 66
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Volume B/M Antar Pulau dan Luar Negeri Pulau Sulawesi .................... 3
2.1 Metode Pendekatan Kualitatif Analsis SWOT ........................................ 25
4.1 Arus Penumpang Pelabuhan Makassar Tahun 2012 ................................. 47
4.2. Arus Petikemas Pelabuhan Pantoloan .................................................... 49
4.3. Arus Penumpang Pelabuhan Pantoloan Tahun 2012 ............................... 50
4.4. Data Faktor Internal Pelabuhan .............................................................. 55 4.5. Data Faktor Eksternal Pelabuhan ............................................................ 56
4.6. Bobot Kriteria Tiap Pelabuhan dari Faktor Internal ............................... 62
4.7. Bobot Kriteria Tiap Pelabuhan dari Faktor Eksternal .............................. 64
4.8. Titik Kordinat Pelabuhan pada Kuadran SWOT .................................... 65
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Koridor Sulawesi merupakan salah satu koridor ekonomi Indonesia yang
menjadi bagian dari strategi utama dalam peningkatan potensi ekonomi wilayah
Indonesia. Koridor ini memiliki tema “Pusat Produksi dan pengolahan Hasil
Pertanian, Perkebunan, Perikanan, dan Pertambangan Nikel”. Adapun kegiatan-
kegiatan ekonomi utama di dalam koridor ekonomi Sulawesi akan berpusat pada
enam pusat ekonomi yakni Kota Makassar, Manado, Palu, Kendari, Gorontalo dan
Mamuju yang terkoneksi melalui jalur penghubung koridor.
Pengembangan melalui koridor ekonomi di Indonesia ini terdapat dalam
sebuah dokumen kerja yang disebut Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Dengan adanya masterplan ini maka
perkembangan perekonomian di Indonesia khususnya melalui koridor-koridor
wilayah diharapkan bisa mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri,
maju,adil dan makmur. Untuk mendukung MP3EI, sesuai dengan kondisi sumber
daya dan geografis Pulau Sulawesi, upaya percepatan dan perluasan pembangunan
difokuskan pada beberapa sektor unggulan, yaitu pertanian pangan khususnya
padi dan jagung, kakao, perikanan dan nikel. Selain itu, kegiatan ekonomi utama
minyak dan gas bumi dapat dikembangkan yang potensial untuk menjadi mesin
pertumbuhan ekonomi di koridor ini.
Dengan hasil kekayaan melimpah seperti ini menjadikan koridor Sulawesi
sebagai acuan dalam pertumbuhan perekonomian di Kawasan Timur Indonesia
(KTI) khususnya di sektor perdagangan. Hal ini ditambah dengan letak geografis
Pulau Sulawesi yang berhadapan dengan Samudera Pasifik menjadikan wilayah
Sulawesi berpotensi menjadi hub jaringan antarnegara dan antarpulau dalam
rangka mendukung perdagangan luar negeri.
Transportasi laut mempunyai peranan penting dalam menunjang
pergerakan penumpang dan barang di koridor Sulawesi. Keberadaan transportasi
laut dinilai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan
perekonomian Sulawesi. Adanya transportasi laut semakin memudahkan alur
pendistribusian untuk angkutan barang dan penumpang antar provinsi, antar pulau
dan juga memudahkan untuk menjangkau wilayah-wilayah yang tidak dapat
diakses melalui darat
Untuk mendukung peran transportasi laut, saat ini wilayah Sulawesi
memiliki 81 pelabuhan yang tersebar diberbagai daerah. 3 pelabuhan berskala
internasional yakni Pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara yang juga merupakan
pelabuhan hub internasional, Pelabuhan Pantoloan di Sulawesi Tengah,dan
Pelabuhan Makassar di Sulawesi Selatan, 7 pelabuhan berskala nasional antara
lain Pelabuhan Manado di Sulawesi Utara, Pelabuhan Toli-Toli dan Pelabuhan
Donggala di Sulawesi Tengah,Pelabuhan Pare-Pare di Sulawesi Selatan,
Pelabuhan Kendari di Sulawesi Tenggara, Pelabuhan Gorontalo di Gorontalo,
Pelabuhan Belang-Belang di Sulawesi Barat. dan 71 pelabuhan berskala lokal
yang melayani perdagangan antar pulau dan dalam wilayah Sulawesi.(RPJMN
2010-2014)
Keberadaan pelabuhan-pelabuhan ini tentunya mempunyai pengaruh
terhadap perekonomian di wilayah Sulawesi. Badan Pusat Statistik (BPS)
Prov.Sulawesi Selatan mencatat bahwa sekitar 60% keberhasilan perekonomian di
Sulawesi berasal dari sektor perdagangan melalui transportasi laut
Tabel 1.1 Volume Bongkar Muat Perdagangan Antar Pulau dan Luar Negeri
Melalui Pelabuhan Diusahakan Wilayah Pulau Sulawesi, Tahun 2009
Sumber : Renstra Pulau Sulawesi 2011 Dari data tersebut menunjukkan bahwa jasa transportasi laut dalam hal ini
pelabuhan di wilayah Sulawesi mempunyai kontribusi dalam perdagangan antar
pulau maupun luar negeri. Pada pelabuhan yang diusahakan dengan pangsa
bongkar antar pulau sebesar 5,80 % nasional dan pangsa muat sekitar 4,90 %
nasional. Untuk perdagangan luar negeri dengan pangsa bongkar sekitar 3,18 %
dan muat mencapai 0,75 % nasional
Kegiatan ekspor dan impor barang Sulawesi terutama dilakukan dari 3
pelabuhan utama yang berada di koridor Sulawesi,yakni Pelabuhan Makassar,
Pelabuhan Bitung dan Pelabuhan Pantoloan. Ekspor dari Pelabuhan Makassar
memberikan kontribusi terbesar terhadap total nilai ekspor Sulawesi secara
Bongkar Muat (M-B) Bongkar Muat (M-B)
1 Sulawesi Utara 2 809846 176851 -632995 45944 295858 249914
2 Sulawesi Tengah 3 709891 1263916 554025 0 102025 102025
3 Sulawesi Selatan 2 6938495 3858301 -3080194 1199458 667821 -531637
4 Sulawesi Tenggara 1 459438 14550 -444888 0 0 0
5 Gorontalo 1 360475 54990 -305485 0 73921 73921
6 Sulawesi Barat 0
Pulau Sulawesi 9 9278145 5368608 -3909537 1245402 1139625 -105777
% Indonesia 10.59 5.8 4.9 3.18 0.75
Indonesia 85 159.836.222 109.577.820 50.258.402 39.103.018 152.639.355 113.536.337
No Wilayah Pulau/Provinsi Jumlah Pelabuhan
Antar Pulau (ton) Luar Negeri (ton)
keseluruhan, karena hampir seluruh ekspor biji kakao yang merupakan komoditi
ekspor utama Sulawesi dilakukan dari Pelabuhan Makassar. Selain biji kakao,
selama tahun 2008 juga tercatat adanya ekspor golongan Ikan dan Hewan Air
Lainnya (HS03) dari Makassar yang mencapai 90,22 persen dari keseluruhan
ekspor golongan HS03. Nikel dari Pelabuhan Pantoloan Sedangkan komoditi yang
diekspor dari Pelabuhan Bitung terutama adalah minyak sawit dan golongan Ikan
& Hewan Air (HS03) serta dan Kayu & Barang-barang dari Kayu. ( Renstra Pulau
Sulawesi 2011)
Sejalan dengan paradigma tersebut maka perlu dilakukan suatu penelitian
untuk mengetahui apa saja peran serta fungsi pelabuhan-pelabuhan utama
terhadap perekonomian koridor Sulawesi, kemudian analisis ini juga bertujuan
untuk mengetahui bagaimana strategi pengembangan yang sebaiknya dilakukan
oleh pelabuhan-pelabuhan utama tersebut dalam meningkatkan kualitas dan
kinerja demi kemajuan perekonomian koridor Sulawesi. Penelitian ini berjudul
“ ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN UTAMA DI
KORIDOR SULAWESI”
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peran dan fungsi pelabuhan-pelabuhan utama terhadap
perekonomian koridor Sulawesi
2. Bagaimana strategi pengembangan yang sebaiknya dilakukan oleh
pelabuhan-pelabuhan utama tersebut dalam meningkatkan kualitas dan
kinerja demi kemajuan perekonomian koridor Sulawesi
I.3 Batasan Masalah
Untuk melakukan penelitian sesuai dengan kerangka alurnya sehingga
diberikan asumsi yang membatasi masalah sebagai berikut :
1. Objek penelitian adalah pelabuhan utama primer (hub internasional) dan
pelabuhan utama sekunder ( internasional ) yang berada pada koridor
Sulawesi, dalam hal ini pelabuhan yang dimaksud adalah Pelabuhan
Makassar, Pelabuhan Bitung dan Pelabuhan Pantoloan
2. Analisis strategi pengembangan pelabuhan menggunakan metode
kuantifikasi Analisis SWOT
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penilitian ini adalah :
1. Mengetahui peran dan fungsi pelabuhan utama dalam mendorong
perekonomian di koridor Sulawesi,
2. Menganalisis strategi pengembangan pelabuhan –pelabuhan utama di
koridor Sulawesi dalam hal ini pelabuhan yang dimaksud adalah
Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Bitung dan Pelabuhan Pantoloan
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai tambahan pengetahuan dalam perencanaan pengembangan
pelabuhan
2. Sebagai bahan referensi alternatif bagi peneliti lain yang hendak
melakukan penelitian lebih lanjut.
3. Sebagai bahan acuan bagi pemerintah Indonesia untuk perencanaan
pembangunan dan pengembangan pelabuhan di seluruh Indonesia
4. Sebagai acuan dalam penentuan strategi pengembangan pelabuhan.
I.5 Sistematika Penulisan
Untuk membantu mengetahui materi-materi yang dibahas dalam penelitian
ini, maka uraian secara singkat bab demi bab adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
batasan masalah, serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini dibahas tentang teori-teori dari berbagai literature yang
digunakan dalam menyelesaikan dan memmbahas permasalahan penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dikemukakan jenis dan sumber data, metode pengumpulan data,
teknik analisa data,dan penyajian data
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi analisis hasil penelitian yang akhirnya akan
mengeluarkan suatu output yang merupakan arahan atau rencana yang
direkomendasikan.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini disimpulkan hasil analisa serta diberikan beberapa saran yang
berhubungan dengan hasil penelitian itu sendiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PELABUHAN
2.1.1. Pengertian Pelabuhan
Banyak definisi pelabuhan, tergantung dari aspek atau sudut pandang
mana kita melihatnya. Pelabuhan adalah tempat berlabuhnya kapal-kapal untuk
melakukan kegiatan bongkar muat barang atau penumpang serta pekerjaan lainnya
yang menyangkut masalah kepentingan muatan dan kapal itu sendiri. Selain itu
fungsi utama dari pelabuhan adalah untuk menyediakan fasilitas masuk dan keluar
dari obyek-obyek yang akan diangkut, penumpang atau barang, menuju atau dari
sistim.
Menurut Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia, Pelabuhan
adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-
batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang
digunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan
atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran
dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan
antar moda transportasi.
Kepelabuhanan adalah meliputi segala sesuatau yang berkaitan dengan
kegiatan penyelenggraan pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan
fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu
lintas kapal, penumpang dan barang, keselamatan berlayar, serta tempat
perpindahan intra dan antar moda.
Fasilitas-fasilitas yang harus dimiliki oleh suatu pelabuhan baik di wilayah
daratan maupun di wilayah perairan adalah sebagai berikut :
a) Dermaga
b) Gudang lini 1
c) Lapangan penumpukan lini 1
d) Terminal penumpang
e) Terminal petikemas
f) Terminal ro-ro
g) Fasilitas penampungan dan pengolahan limbah
h) Fasilitas bunker
i) Fasilitas pemadam kebakaran
j) Fasilitas untuk gudang Bahan/ Barang Berbahaya dan Beracun (B3)
k) Fasilitas pemeliharaan dan perbaikan peralatan dan Sarana Bantu Navigasi-
Pelayaran (SBNP)
l) Alur pelayaran
m) Perairan tempat labuh
n) Kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal
o) Perairan tempat alih muat kapal
p) Perairan untuk kapal yang mengangkut Bahan/Berbahaya dan Beracun(B3)
q) Perairan untuk kegiatan karantina
r) Perairan alur penghubung intrapelabuhan
s) Perairan pandu
t) Perairan untk kapal pemerintah
2.1.2. Peran dan Fungsi Pelabuhan
A. Peranan Pelabuhan
Pelabuhan laut merupakan industri jasa dan dapat memadu dengan
industri-industri disekitarnya. Dengan adanya fasilitas pelabuhan yang baik akan
mengundangn pertumbuhan industri di sekitarnya. Menurut Sabirin S. (1989)
peranan pelabuhan dapat dikelompokkan atas :
1. Pelabuhan sebagai interface artinya pelabuhan menyediakan berbagai
fasilitas dan pelayanan jasa atau service yang dibutuhkan dalam rangka
memindahkan barang dari kapal ke angkutan darat atau sebaliknya dan
memindahkan dari satu kapal ke kapal lainnya.
2. Pelabuhan sebagai link artinya pelabuhan dipandang sebagai salah satu mata
rantai dalam proses transportasi mulai dari tempat asal barang sampai ke
tempat tujuan, sehingga pelabuhan baik dilihat dari performance maupun dari
segi biaya akan sangat mempengaruhi kegiatan transportasi keseluruhan.
3. Pelabuhan sebagai gateway artinya pelabuhan sebagai pintu gerbang dari
suatu negara atau daerah sebagaimana halnya pelabuhan udara sehingga dapat
memegang peranan penting bagi perekonomian suatu negara atau daerah.
4. Pelabuhan sebagai industry entity artinya suatu daerah sekitar pelabuhan
berkembang kantong-kantong industri yang dapat berorientasi kepada ekspor
dari suatu daerah atau negara.
B. Fungsi Pelabuhan
Fungsi utama pelabuhan adalah untuk perpindahan muatan dan fungsi
industri. Pelabuhan merupakan suatu perusahaan dalam sistem ekonomi yang
melibat kan perubahan struktur akibat keterlibatan berbagai pihak yang terkait
dengan aktifitas pelabuhan. Pihak-pihak tersebut antara lain : pengusaha
pelabuhan selaku operator pelabuhan, pemilik kapal, pengirim barang selaku
pemakai jasa pelabuhan dan pemerintah. Pengusaha pelabuhan melengkapi
fasilitas-fasilitas terhadap keperluan kegiatan kapal di pelabuhan, peralatan
tambat, kegiatan bongkar dan muat di dermaga, pengecekan barang, pergudangan,
penyediaan jaringan transportasi lokal di kawasan pelabuhan lainnya. Pemilik
kapal membutuhkan pelayanan kapal selama di pelabuhan seefisien mungkin
sehingga waktu kapal di pelabuhan dapat dipercepat. Pengirim barang
membutuhkan jaminan atas terselenggaranya aliran barang keluar masuk
pelabuhan dalam keadaan baik dan lancar, sehingga biaya yang terjadi serendah
mungkin. Sedangkan menurut pemerintah dengan adanya kelancaran arus barang
dapat diperoleh manfaat sosial yang maksimal. Adapun fungsi pelabuhan antara
lain :
1. Pelabuhan berfungsi sebagai penyedia jasa dan pelayanan artinya pelabuhan
menyediakan jasa dan melayani kegiatan labuh tambat, penundaan,
pengepilan, bongkar muat barang, petikemas, gudang, lapangan penumpukan,
dan lain-lain.
2. Pelabuhan berfungsi sebagai pusat kegiatan artinya pelabuhan merupakan
tempat melangsungkan kegiatan pemerintahan dan ekonomi.
3. Pelabuhan sebagai tempat intra dan antar moda artinya pelabuhan sebagai
tempat perpindahan atau pertukaran moda transportasi.
2.1.3. Tipe-Tipe Pelabuhan
Tatanan Kepelabuhanan Nasional yang tertuang dalam Undang-Undang
No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran merupakan kumpulan tatanan kepelabuhanan
regional, tatanan kepelabuhanan lokal/invidual sesuai dengan hinterland(daerah
pelayaran) masing-masing pelabuhan secara terpadu dan tidak dapat dipisah-
pisahkan. Dalam Peraturan Pemerintah No.61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan, tatanan kepelabuhanan Nasional diuraikan lebih lanjut dalam
pelaksanaan operasionalnya berdasarkan jenis, penyelenggaraan, klasifikasi,
pengguna, kegiatan dan fungsi.
1. Pelabuhan menurut jenisnya ;
Pelabuhan Umum adalah pelabuhan yang diselenggarakan untuk
kepentingan pelayanan masyarakat umum
Pelabuhan Khusus adalah pelabuhan yang dikelola untuk kepentingan
sendiri guna menunjang kegiatan tertentu
2. Pelabuhan menurut penyelenggaraannya :
Penyelenggara oleh pemerintah, yang dioperasikan dan dikelola oleh
UPT/Kantor pelabuhan, untuk menunjang keperintisan dan pelayaran
rakyat, agar terjadi rangsangan dan dorongan terhadap perekonomian
daerah, terbukanya isolasi dan semakin kuatnya admistrasi pemerintah
disamping factor-faktor social,politik dan pertahanan keamanan.
Penyelenggara pelabuhan umum yang dilakukan oleh pemerintah yang
pelaksanaanya dilimpahkan kepada BUMN/BUP (Badan Usaha
Pelabuhan) yang dalam hal ini adalah PT.Persero Pelabuhan Indonesia I,
II, III, IV serta pelimpahan kepada pihak swasta.
3. Pelabuhan menurut klasifikasinya ,berdasarkan pada organisasi pengelola dari
unsure pemerintah berupa kantor administrator pelabuhan kelas I, II, III, IV
dan untuk pelabuhan yang diselenggarakan oleh PT Persero Pelabuhan
Indonesia dan kantor pelabuhan kelas I, II, III, IV dan V
4. Pelabuhan menurut pengunaannya :
Pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan luar negeri, yang di
dalamnya terdapat unsure-unsur bea cukai, imigrasi, karantina dan
pelabuhan. Dalam hal ini pelabuhan yang ditetapkan pemerintah
sebagai pelabuahn ekspor, sehingga barang yang dimuat dapat
langsung ke Negara tujuan ekspor.
Pelabuhan yang tidak terbuka untuk perdagangan luar negeri.
5. Pelabuhan menurut kegiatannya :
Pelabuhan menurut kegiatannya terdiri dari pelabuhan yang melayani
kegiatan:
Pelabuhan angkutan laut mengakomodir kegiatan bongkar muat barang
yang dilakukan oleh angkutan kapal baik lokal, regional, nasional,
maupun internasional
Pelabuhan angkutan sungai mengakomodir angkutan kapal yang
beroperasi di sungai
Pelabuhan angkutan penyeberangan mengakomodir angkutan kapal
penyeberangan yang menghubungkan dua pelabuhan untuk
menyeberangi selat, telu dan laut yang pada umumnya dilakukan oleh
kapal jenis Ro-ro
6. Pelabuhan menurut fungsinya :
Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani
kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat
angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan
sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan
penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi.
Pelabuhan Pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya
melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut
dalam negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan
penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan
jangkauan pelayanan antarprovinsi.
Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya
melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut
dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi
pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal
tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan
dengan jangkauan pelayanan dalam provinsi.
2.1.4 Hierarki Peran dan Fungsi Pelabuhan
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 53 Tahun 2002
tentang tatanan kepelabuhanan nasional, hierarki peran dan fungsi pelabuhan laut
terdiri dari :
o Pelabuhan Hub Internasional ( Pelabuhan Utama Primer )
o Pelabuhan Internasional (Pelabuhan Utama Sekunder)
o Pelabuhan Nasional (Pelabuhan Utama Tersier)
o Pelabuhan Regional ( Pelabuhan Pengumpan Primer)
o Pelabuhan Lokal ( Pelabuhan Pengumpan Sekunder)
Adapun kriteria-kriteria pelabuhan laut antara lain :
1. Pelabuhan Hub Internasional adalah pelabuhan utama primer yang berfungsi
melayani kegiatan dan alih muatan angkutan laut nasional dan internasional
dalam jumlah besar dan jakauan pelayaran yang sangat luas serta merupakan
simpul dalam jaringan transportasi laut internasional. Kriterianya adalah :
a. berperan sebagai pelabuhan internasional hub yang melayani angkutan alih
muat (transhipment) peti kemas nasional dan internasional dengan skala
pelayanan transportasi laut dunia;
b. berperan sebagai pelabuhan induk yang melayani angkutan peti kemas
nasional dan internasional sebesar 2.500.000 TEU's/tahun atau angkutan
lain yang setara;
c. berperan sebagai pelabuhan alih muat angkutan peti kemas nasional dan
internasional dengan pelayanan berkisar dan 3.000.000 - 3.500.000
TEU's/tahun atau angkutan lain yang setara;
d. berada dekat dengan jalur pelayaran internasional ± 500 mil;
e. kedalaman minimal pelabuhan : -12 m LWS;
f. memiliki dermaga peti kemas minimal panjang 350 m',4 crane dan
lapangan penumpukan peti kemas seluas 15 Ha;
g. jarak dengan pelabuhan internasional hub lainnya 500 - 1.000 mil.
2. Pelabuhan Internasional adalah pelabuhan utama sekunder yang berfungsi
melayani kegiatan dan alih muatan angkutan laut nasional dan internasional
dalam jumlah besar dan jankauan pelayanan yang luas serta merupakan
simpul dalam jaringan transportasi laut internasional. Kriterianya adalah
a. berperan sebagai pusat distribusi peti kemas nasional dan pelayanan
angkutan peti kemas internasional;
b. berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan angkutan peti kemas;
c. melayani angkutan peti kemas sebesan 1.500.000 TEU's/tahun atau
angkutan lain yang setara;
d. berada dekat dengan jalur pelayaran internasional + 500 mil dan jalur
pelayaran nasional ± 50 mil;
e. kedalaman minimal pelabuhan - 9 m LWS;
f. memiliki dermaga peti kemas minimal panjang 250 m',2 crane dan
lapangan penumpukan kontener seluas 10 Ha:
g. jarak dengan pelabuhan internasional lainnya 200 - 500 mil.
3. Pelabuhan Nasional adalah pelabuhan utama tersier yang berfungsi melayani
kegiatan dan alih muatan angkutan laut nasional dalam jumlah yang relatif
kecil serta merupakan pengumpan dari pelabuhan utama. Kriterianya adalah,
a. berperan sebagai pengumpan angkutan peti kemas nasional;
b. berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang umum nasional;
c. berperan melayani angkutan peti kemas nasional di seluruh Indonesia;
d. berada dekat dengan jalur pelayaran nasional + 50 mil.
e. kedalaman minimal pelabuhan –9 m LWS;
f. memiliki dermaga multipurpose minimal panjang 150 m', mobile crane atau
skipgear kapasitas 50 ton;
g. jarak dengan pelabuhan nasional lainnya 50 - 100 mil.
4. Pelabuhan Regional adalah pelabuhan pengumpan primer yang berfungsi
melayani kegiatan dan alih muatan angkutan laut nasional dalam jumlah yang
relatif kecil serta merupakan pengumpan dari pelabuhan utama. Kriterianya
adalah,
a. berperan sebagai pengumpan pelabuhan hub internasional, pelabuhan
internasional pelabuhan nasional;
b. berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang dari/ke pelabuhan
utama dan pelabuhan pengumpan:
c. berperan melayani angkutan taut antar Kabupaten/Kota dalam propinsi;
d. berada dekat dengan jalur pelayaran antar pulau ± 25 mil:
e. kedalaman minimal pelabuhan -4 m LWS:
f. memiliki dermaga minimal panjang 70 m;
g. jarak dengan pelabuhan regional lainnya 20 - 50 mil.
5. Pelabuhan Lokal adalah pelabuhan pengumpan sekunder yang berfungsi
melayani kegiatan angkutan laut regional dalam jumlah kecil serta merupakan
pengumpan pada pelabuhan utama dan atau pelabuhan regional. Kriterianya
adalah,
a. berperan sebagai pengumpan pelabuhan hub internasional, pelabuhan
internasional, pelabuhan nasional dan pelabuhan regional;
b. berperan sebagai tempat pelayanan penumpang di daerah terpencil,
terisolasi, perbatasan, daerah perbatasan yang hanya didukung oleh mode
transportasi laut;
c. berperan sebagai tempat pelayanan moda transportasi laut untuk mendukung
kehidupan masyarakat dan berfungsi sebagai tempat multifungsi selain
sebagai terminal untuk penumpang juga untuk melayani bongkar muat
kebutuhan hidup masyarakat disekitamya;
d. berada pada lokasi yang tidak dilalui jalur transportasi laut reguler kecuali
keperintisan;
e. kedalaman minimal pelabuhan -1,5 m LWS;
f. memiliki fasilitas tambat;
g. jarak dengan pelabuhan lokal lainnya 5 - 20 mil.
2.1.5 Kebijakan-kebijakan yang menyangkut kepelabuhanan
Di dalam rencana pembangunan dan pengembangan pelabuhan, terdapat
kebijakan – kebijakan yang mendukung terlaksana nya program tersebut antara
lain tertera dalam Peraturan Pemerintah No.61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan, Sistem Transportasi Nasional ( SISTRANAS) ,Peraturan
Pemerintah No.20 Tahun 2010 tentang Angkutan Di Perairan, dan Undang –
Undang No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
Peraturan Pemerintah No.61 Tahun 2009 mengatur mengenai Tatanan
Kepelabuhanan Nasional, Rencana Induk Pelabuhan serta Daerah Lingkungan
Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan, penyelenggaraan kegiatan
di pelabuhan, pembangunan dan pengoperasian pelabuhan, terminal khusus dan
terminal untuk kepentingan sendiri, penarifan, pelabuhan dan terminal khusus
yang terbuka bagi perdagangan luar negeri, dan sistem informasi pelabuhan..
Keputusan Menteri No.49 Tahun 2005 mengenai Sistem Transportasi
Nasional,merupakan tatanan tansportasi yang terorganisir secara kesisteman untuk
dijadikan sebagai pedoman dan landasan dalam perencanaan, pembangunan,
penyelenggaraan transportasi guna mampu mewujudkan penyediaan jasa
transportasi yang efektif dan efisien.
Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2010 tentang Angkutan Di Perairan
mengatur mengenai kegiatan angkutan laut, angkutan sungai dan danau, angkutan
penyeberangan, angkutan di perairan untuk daerah masih tertinggal dan/atau
wilayah terpencil, kegiatan jasa terkait dengan angkutan di perairan, perizinan,
penarifan, kewajiban dan tanggung jawab pengangkut, pengangkutan barang
khusus dan barang berbahaya, pemberdayaan industry angkutan di perairan,
sistem informasi angkutan di perairan, dan sanksi administratif.
Kebijakan yang menyangkut pelabuhan juga terdapat dalam UU No.17
2008 tentang Pelayaran. Dalam undang-undang ini kebijakan atau pengaturan di
bidang kepelabuhanan memuat ketentuan mengenai penghapusan monopoli dalam
penyelenggaraan pelabuhan, pemisahan antara fungsi regulator dan operator serta
memberikan peran serta pemerintah daerah dan swasta secara proposional di
dalam penyelenggaraan kepelabuhanan
2.2 OPERASIONAL PELABUHAN
2.2.1 Kegiatan Operasional Pelabuhan
Kegiatan operasional di pelabuhan dapat digolongkan ke dalam 3 kegiatan
utama yaitu
a. Pelayanan Kapal
Merupakan jasa kegiatan operasional kapal mulai dari masuk hingga
keluar pelabuhan, meliputi pelayanan: Jasa Labuh, Jasa Tambat, Jasa
Pandu, Jasa Pelayanan Air, Jasa Tunda dan Kepil, Jasa Telepon
b. Pelayanan Barang
Merupakan pelayanan bongkar muat mulai dari kapal hingga penyerahan
ke pemilik barang meliputi :Jasa Bongkar Muat, Jasa Penumpukan, dan
Pelayanan Dermaga
c. Pelayanan Rupa-Rupa
Pelayanan rupa-rupa merupakan jasa pelayanan yang menunjang kegiatan
yang ada di pelabuhan meliputi :Jasa Persewaan Alat-Alat Pelabuhan,
Penyediaan Listrik, Penyediaan Air Bersih dan Telepon Umum, Pelayan
Jasa Lainnya
Selain berbagai kegiatan usaha utama tersebut Perseroan juga
mengembangkan kegiatan usaha lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan
Perseroan dan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
Perseroan, meliputi: Jasa Angkutan; Jasa persewaan dan perbaikan fasilitas dan
peralatan; Jasa perawatan kapal dan peralatan di bidang kepelabuhanan; Jasa
pelayanan alih muat dari kapal ke kapal (ship to ship transfer) termasuk jasa
ikutan lainnya; Properti di luar kegiatan utama kepelabuhanan; Kawasan Industri;
Fasilitas pariwisata dan perhotelan; Jasa konsultan dan surveyor kepelabuhanan;
Jasa komunikasi dan informasi; Jasa konstruksi kepelabuhanan; Jasa
forwarding/ekspedisi; Jasa kesehatan; Perbekalan dan catering; Tempat tunggu
kendaraan bermotor dan shuttle bus; Jasa penyelaman (salvage); Jasa Tally; Jasa
pas pelabuhan; serta Jasa timbangan.
2.2.2 Fasilitas Penunjang
Fasilitas-fasilitas yang harus dimiliki oleh suatu pelabuhan dalam
mendukung kegiatan operasionalnya adalah sebagai berikut :
a. kawasan perkantoran;
b. fasilitas pos dan telekomunikasi;
c. fasilitas pariwisata dan perhotelan;
d. instalasi air bersih, listrik, dan telekomunikasi;
e. jaringan jalan dan rel kereta api;
f. jaringan air limbah, drainase, dan sampah;
g. areal pengembangan pelabuhan;
h. tempat tunggu kendaraan bermotor;
i. kawasan perdagangan;
j. kawasan industri; dan
k. fasilitas umum lainnya.
Instansi-instansi dan unit-unit kerja yang tugasnya berkaitan dengan lalu lintas
kapal, penumpang, barang dan hewan di pelabuhan menurut Peraturan Pemerintah
No. 11 tahun 1983 adalah :
a) Unit pelaksana adalah badan usaha pelabuhan di pelabuhan yang
diusahakan oleh badan usaha pelabuhan, dalam hal ini cabang perusahaan
umum pelabuhan.
b) Unit pelaksana teknis pelabuhan di pelabuhan-pelabuhan yang tidak
diusahakan oleh badan usaha pelabuhan dan disebut kepala pelabuhan.
c) Unit-unit teknis instansi pemerintah bidang perhubungan laut selain kedua
instansi tersebut di atas yang terdiri dari:
Kesyahbandaran
Distrik Navigasi
Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai
Kantor Lalu Lintas Angkutan Laut
d) Instansi-instansi pemerintah lain seperti :
Kantor wilayah dirjen bea dan cukai
Imigrasi
Port health service
Kesatuan pelaksana pengaman pelabuhan
Instansi pemerintah daerah
e) Badan usaha milk negara dan swasta lainnya
f) Administrasi pelabuhan di pelabuhan-pelabuhan yang diusahakan oleh
badan usaha pelabuhan.
Tidak semua instansi dan unit kerja di atas ada pada setiap pelabuhan.
Kehadiran instansi dan unit-unit kerja itu tergantung pada kebutuhan suatu
pelabuhan. Dan bahkan ada beberapa pelabuhan yang harus mendatangkan
petugas suatu instansi kota atau pelabuhan lainnya.
2.2.3 Kinerja Pelabuhan
Kinerja pelabuhan adalah output dari tingkat keberhasilan
pelayanan/penggunaan fasilitas alat-alat pelabuhan pada suatu periode (waktu)
tertentu yang ditetapkan dalam ukuran satuan waktu, satuan berat, ratio
perbandingan (persentase) atau satuan lainnya.
Satuan dan tujuan dari analisa kinerja pelabuhan.
Sebagai parameter dalam pengelolaan manajemen pelabuhan
Parameter dalam perencanaan pengembangan serta menetapkan kebijakan-
kebijakan.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan, produktivitas dan efisiensi
penggunaan fasilitas pelabuhan pada periode waktu tertentu.
Dalam menganalisis kinerja pelabuhan terdapat beberapa faktor yang
dikelompokkan dalam jenis kinerja pelabuhan sebagai dasar untuk menganalisa:
Gambar 2.1 Jenis Kinerja Pelabuhan
Adapun indikator kinerja pelayanan yang terkait dengan jasa pelabuhan terdiri
dari :
Kinerja Pelabuhan
Pelayanan Kapal Produktivitas Bongkar Muat Utilisasi fasilitas dan alat
a. Waktu Tunggu Kapal ( Waiting Time/WT ) merupakan jumlah waktu sejak
pengajuan permohonan tambat setelah kapal tiba di lokasi labuh sampai
kapal digerakkan menuju tambatan.
b. Waktu Pelayanan Pemanduan ( Approach Time/AP ) merupakan jumlah
waktu terpakai untuk kapal bergerak dari lokasi labuh sampai ikat tali di
tambatan atau sebaliknya
c. Waktu Efektif ( Effective Time/ET ) merupakan jumlah jam bagi suatu
kapal yang benar-benar digunakan untuk bongkar muat selama kapal di
tambatan
d. Bert Time (BT) merupakan jumlah waktu siap operasi tambatan untuk
melayani kapal
e. Receiving/Delivery petikemas merupaka kecepatan pelayanan penyerahan /
penerimaan di terminal petikemas yang dihitung sejak alat angkut masuk
hingga keluar yang dicatat di pintu masuk.
f. Berth Occupancy Ratio ( BOR ) atau Tingkat Penggunaan Dermaga
adalah perbandingan antara waktu penggunaan dermaga dengan waktu
yang tersedia(dermaga siap operasi) dalam periode waktu tertentu yang
dinyatakan dalam persentase
g. Shed Occupancy Ratio ( SOR ) atau Tingkat pemanfaatan Gudang adalah
perbandingan antara jumlah pengguna ruang penumpukan dengan ruang
penumpukan yang tersedia yang dihitung dalam satuan ton hari atau M³
hari
h. Yard Occupancy Ratio ( YOR ) atau Tingkat pemanfaatan Lapangan
Penumpukan adalah perbandingan antara jumlah penggunaan ruang
penumpukan dengan ruang penumpukan yang tersedia(siap operasi) yang
dihitung dalam satuan ton hari atau M³
i. Kesiapan operasi peralatan merupakan perbandingan antara jumlah
peralatan yang siap untuk dioperasikan dengan jumlah perlatan yang
tersedia dalam periode tertentu.
2.5 METODE ANALISIS SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu
organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang
strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor
kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal
mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (ThreathS).
Ada dua macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu:
A. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT
Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns
menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal
(Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal
(Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu
strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor internal dan
eksternal.
Tabel 2.1 Metode Pendekatan Kualitatif Analisis SWOT
Keterangan:
Sel A: Comparative Advantages
Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga
memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih
cepat.
Sel B: Mobilization
Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan
upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk
memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu
menjadi sebuah peluang.
Sel C: Divestment/Investment
Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar.
Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang
yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena
kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang
diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain)
atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi).
Sel D: Damage Control
Sel ini merupakan kondisi yang paling lemah dari semua sel karena merupakan
pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya
keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi
yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga
tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.
B. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT
Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui
perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson
(1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Metode
yang dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
Langkah 1 : Tentukan apa yang akan dibandingkan, misalnya perusahaan A dan B
dll
Langkah 2 : Identifikasi yang menjadi faktor eksternal dan internal perusahaan
untuk membangun struktur hierarki
Langkah 3 : Kumpulkan data untuk tiap faktor eksternal dan internal perusahaan.
Data tersebut merupakan data kuantitatif dari perusahaan-perusahaan yang
dibandingkan (misalnya fasilitas perusahaan, kinerja perusahaan,dll)
Langkah 4 : Normalisasi Kinerja. Normalkan semua data yang telah dikumpulkan
.Tujuannya adalah untuk mendapatkan bobot faktor tiap perusahaan.Berikut ini
adalah metode normalisasi yang disarankan :
a. Normalisasi untuk faktor yang bersifat menguntungkan ( data yang
terbesar adalah yang paling menguntungkan).ditandai dengan symbol (+)
Rumus :
rij = pij nj ………………………… (1) max pij,
contoh :
p11 = 2, p12 = 4, p13 = 5, p14 = 3
kemudian,
r11 = p11 = 2 = 0,4 max p1j 5 berturut-turut :
r12 = 0,8, r13 = 1,0, r14 = 0,6
b. Normalisasi untuk faktor yang bersifat merugikan ( data yang terbesar
adalah yang paling merugikan).ditandai dengan symbol (-)
Rumus :
rij = min pij nj ………………….(2) pij,
contoh :
p11 = 2, p12 = 4, p13 = 5, p14 = 3
kemudian,
r11 = min p1j = 2 = 1,0 p11 2 berturut-turut :
r12 = 0,5, r13 = 0,4, r14 = 0,67
Langkah 5 : Tentukan Nilai Benchmarking dan Titik Kordinat Perusahaan
1. Nilai Benchmarking adalah rata-rata dari nilai rata-rata bobot tiap
pelabuhan. Penentuan nilai benchmarking dapat dilakukan dengan
menggunakan dua pendekatan: (1) mengambil mean sebagai nilai
benchmarking, atau (2) mengambil benchmarking perusahaan sebagai
nilai benchmarking. Pendekatan pertama dianjurkan untuk membuat
perhitungan lebih mudah.
2. Titik koordinat tiap pelabuhan di tentukan berdasarkan nilai rata-rata
bobot faktor eksternal dan internal dan nilai benchmarking. Pertama,
nilai internal dan eksternal dari tiap pelabuhan yang dibandingkan
harus ditambahkan bersama-sama dan kemudian dikurang dengan nilai
benchmarking.
Rumus :
ICj = Ij – IB j = 1,2,,,,n
ECj = Ej – EB j = 1,2,,,,,n
dimana,
ICj : titik koordinat faktor internal dari j perusahaan
I j : nilai rata-rata bobot faktor internal
IB : nilai benchmarking dari penilaian internal.
ECj : titik koordinat faktor eksternal dari j perusahaan
E j : nailai rata-rata bobot faktor eksternal
EB : nilai benchmarking dari penilaian eksternal.
-1 ≤ IC ≤ +1 -1 ≤ ECj ≤ +1
Nilai akhir akan menjadi nilai koord
dibandingkan dalam matriks analisis SWOT. Nilai koordinat akan
berada dalam
yang kuat
tetapi pelabuhan relatif
koordinatnya
Langkah 6 : Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada
kuadran SWOT
Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima
dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi,
memperbesar pertumbuhan dan meraih k
Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan
Nilai akhir akan menjadi nilai koordinat dari pelabuhan
dibandingkan dalam matriks analisis SWOT. Nilai koordinat akan
berada dalam -1~ 1. Pelabuhan akan memiliki kekuatan dan peluang
yang kuat ketika nilai koordinat lebih besar dari nilai benchmarking,
pelabuhan relatif lemah dan menghadapi ancama
koordinatnya lebih kecil dari nilai benchmarking.
Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada
Gambar 2.2 Kuadran SWOT
Kuadran I (positif, positif)
menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima
dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi,
memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan
pelabuhan yang telah
dibandingkan dalam matriks analisis SWOT. Nilai koordinat akan
memiliki kekuatan dan peluang
ketika nilai koordinat lebih besar dari nilai benchmarking,
lemah dan menghadapi ancaman ketika nilai
Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada
menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima
dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi,
emajuan secara maksimal.
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan
yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi,
artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan
berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus
berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi
disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.
Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi
disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama
dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus
memperbaiki kinerja organisasi.
Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan
besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya
kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya
organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan
kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil
terus berupaya membenahi diri.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 SUMBER DATA
Pengumpulan data merupakan hal pokok dalam penyelesaian sebuah
penelitian. Data yang diperoleh berasal dari berbagai sumber, antara lain :
a. PT. Pelindo 4 Pusat yang terletak di kota Makassar.
b. PT. Pelindo 4 Cabang Makassar,
c. PT. Pelindo 4 Cabang Bitung,
d. PT. Pelindo 4 Cabang Pantoloan,
e. Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan
III.2 JENIS DATA
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yakni
merupakan data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, laporan, jurnal,
dan lain-lain. Sedangkan metode pengambilan data berupa metode dokumentasi
dimana dokumen-dokumen yang dipelajari untuk memperoleh data dan informasi.
data yang diperoleh melalui bahan tertulis dan dari sumber yang mendukung dan
memperkuat teori yang terdapat dalam penelitian. \
II.3 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Lokasi penelitian ini dilakukan di 3 Pelabuhan Utama di Koridor Sulawesi yang
berada di bawah naungan PT Pelindo IV Waktu penelitian berlangsung pada bulan
Maret-Juni 2013
III.4 METODE PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Dengan sistem dokumentasi, yaitu pengambilan data dalam bentuk gambar
maupun arsip.
b. Dengan melakukan wawancara untuk memperoleh informasi secara
terperinci dan teratur.
III.4 TEKNIK ANALISIS DATA
Langkah-langkah analisis data yakni,
1. Identifikasi dan Perumusan Masalah.
Masalah yang akan diselesaikan bagaimana mengetahui peran dan fungsi
pelabuhan utama terhadap perekonomian Pulau Sulawesi dan mengetahui
strategi pengembangan pelabuhan dalam menghadapi era persaingan di
bidang jasa kepelabuhanan
2. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan yakni data –data yang berasal dari laporan-laporan
perusahaan, database perusahaan, , buku-buku perusahaan (dalam hal ini
perusahaan yang dimaksud adalah PT Pelindo4 Pusat) ,serta data dari
internet. Data-data tersebut berupa data internal dan eksternal pelabuhan.
Data Internal yang dimaksud adalah Fasilitas Pelabuhan, Kinerja
Operasional Pelabuhan, Produksi Pelabuhan, Tarif Pelabuhan. Data
Eksternal antara lain Letak Geografis Pelabuhan, dan Wilayah Hinterland
Pelabuhan Keseluruhan data ini nantinya akan diolah menggunakan
metode pendekatan kuantitatif analisis SWOT
3. Analisis data dengan menggunakan metode SWOT
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan mengunakan metode SWOT.
Dari analisis metode ini, akan diketahui rekomendasi apa yang dikeluarkan
untuk pelabuhan dalam menentukan startegi pengembangannya,
rekomendasi dapat dibaca berdasarkan posisi pelabuhan dalam kuadran
SWOT
III.5 KERANGKA PEMIKIRAN
Untuk mempermudah pengerjaan penelitian ini, maka digambarkan
alurnya dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 3.1 Flowchart Penelitian
Identifikasi Masalah
Peran dan fungsi pelabuhan utama serta strategi
pengembangan pelabuhan
Pengumpulan Data
Kesimpulan
Strategi Pengembangan
Pelabuhan-Pelabuhan Utama
Variabel Eksternal Pelabuhan :
1. Letak Geografis
2. Potensi Hinterland
Variabel Internal Pelabuhan :
1. Fasilitas Pelabuhan
2. Kinerja Operasional
3. Produksi Pelabuhan
4. Tarif Pelabuhan
Analisis SWOT
1. Normalisasi (Pembobotan)
2. Penentuan Benchmarking
3. Penentuan Titik Koordinat
Pelabuhan
4. Posisi Pelabuhan dalam
kuadran SWOT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Pelabuhan-Pelabuhan Utama Pada Koridor Sulawesi
Pelabuhan yang berada di kawasan Sulawesi merupakan pelabuhan-
pelabuhan yang berada di bawah naungan PT.Pelabuhan Indonesia IV. Selain di
Sulawesi , PT Pelindo IV yang kini berganti nama PT.Inaport4 juga menaungi
pelabuhan-pelabuhan yang berada di kawasan Kalimantan Timur, Maluku dan
Papua.
Saat ini terdapat 3 Pelabuhan Internasional, 7 Pelabuhan Nasional, dan 71
Pelabuhan Lokal yang tersebar di Pulau Sulawesi. Pelabuhan-Pelabuhan
Internasional tersebut antara lain Pelabuhan Bitung sebagai Pelabuhan Utama
Primer, Pelabuhan Makassar dan Pelabuhan Pantoloan sebagai Pelabuhan Utama
Sekunder
Berikut adalah gambaran umum mengenai Pelabuhan-Pelabuhan
internasional yang menjadi obyek penelitian :
4.1.1. Pelabuhan Makassar
Pelabuhan Makassar yang berada di Propinsi Sulawesi Selatan adalah
pelabuhan kelas utama dalam wilayah kerja PT.Pelindo IV , terletak pada 05° -
2’S dan 119° - 4’T.
Gambar 4.1 Posisi Pelabuhan Makassar di Pulau Sulawesi
Posisi yang strtegis dengan ditunjang hasil pertanian, hasil laut, dan
industri yang semakin berkembang menjadikan Pelabuhan Makassar sangat
potensil sebagai pusat konsolidasi dan penyaluran barang ekspor maupun impor.
Sebagai pintu gerbang (gateway port) di kawasan timur Indonesia, pelabuhan
Makassar mepunyai fungsi strategis yakni diharapkan menjadi pelabuhan hub
internasional sekaligus menjamin konsolidasi dan distribusi barang, baik ekspor
maupun impor terhadap pulau-pulau disekitarnya yang semakin berkembang di
masa mendatang
Gambar 4.2. Lay Out Pelabuhan Makassar
A. Hinterland Pelabuhan Makassar
Wilayah hinterland Pelabuhan Makassar meliputi seluruh wilayah kabupaten di
Sulawesi Selatan dengan luas wilayah mencapai 46717,5 Km². Komoditi
perdagangan antar pulau yang masuk dan keluar melalui Makassar antara lain
beras, jagung, kacang-kacangan, rotan, coklat, ternak besar, dan terigu Komoditi
ekspor dominan antara lain biji coklat,hasil laut,dan plywood yang sebagian besar
dikapalkan ke Jepang dan Singapura Komoditi hasil Industri kayu sebagian besar
diekspor ke Amerika, Jepang, Cina, Korea, dan Singapura. Komoditi biji mente
diekspor ke Singapura, India, dan Jepang.( Ashari.2013,)
Gambar 4.3 Peta Wilayah Hinterland Pelabuhan Makassar
B. Trafik Pelabuhan Makassar Tahun 2005 – 2010
Trafik dibawah ini merupakan trafik arus kapal, barang, petikemas dan
penumpang di Pelabuhan Makassar dalam kurung waktu tahun 2005 hingga
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
LUAR NEGERI 243 298 321
DALAM NEGERI 4.596 4.687 5.075
2005 2006 2007
2010..Tingkat pertumbuhan rata
Makassar mengalami peningkatan sebesar 1,
arus barang baik dari luar negeri maupun dalam negeri mengalami penurunan
sebesar 8,30 %, Tingkat rata
Terminal petikemas Makassar mengalami peningkatan sebesar 5,66 %
penumpang rata-rata pertumbuhan meningkat sebesar 2,92 %
Arus Kunjungan Kapal (Call)
Arus Petikemas (Teus)
Gambar 4.4
321 319 252 124
5.075 4.897 5.068 2.539
2007 2008 2009SMT I - 2010
2010..Tingkat pertumbuhan rata-rata untuk arus kunjungan kapal di Pelabuhan
Makassar mengalami peningkatan sebesar 1,86% . Namun tingkat pertumbuhan
arus barang baik dari luar negeri maupun dalam negeri mengalami penurunan
sebesar 8,30 %, Tingkat rata-rata pertumbuhan untuk arus kunjungan kapal di
Terminal petikemas Makassar mengalami peningkatan sebesar 5,66 %
rata pertumbuhan meningkat sebesar 2,92 %
Arus Kunjungan Kapal (Call) Arus Barang (Ton)
Arus Petikemas (Teus) Arus Penumpang
Gambar 4.4 Trafik Pelabuhan Makassar 2005 – 2010
0
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
7.000.000
8.000.000
LUAR NEGERI 1.726.647 1.917.191 1.673.259
DALAM NEGERI 7.956.155 7.819.863 6.377.963
2005 2006 2007
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
DEBARKASI 348.048 456.406 338.574
EMBARKASI 426.462 586.550 454.278
2005 2006 2007
rata untuk arus kunjungan kapal di Pelabuhan
86% . Namun tingkat pertumbuhan
arus barang baik dari luar negeri maupun dalam negeri mengalami penurunan
rata pertumbuhan untuk arus kunjungan kapal di
Terminal petikemas Makassar mengalami peningkatan sebesar 5,66 % .Untuk arus
Arus Barang (Ton)
Arus Penumpang (orang)
1.673.259 1.234.869 1.193.948 706.498
6.377.963 4.812.842 5.174.596 2.837.097
2007 2008 2009SMT I -
2010
338.574 384.707 375.004 104.209
454.278 552.310 529.820 137.519
2007 2008 2009 SMT I - 2010
4.1.2. Pelabuhan Bitung
Pelabuhan Bitung yang berada di propinsi Sulawesi Utara merupakan
salah satu pelabuhan utama dalam wilayah kerja PT.Pelindo IV, terletak pada 01°
- 05’ – 00” dan 125° - 02’ – 00” E.
Gambar 4.5 Posisi Pelabuhan Bitung di Pulau Sulawesi
Posisnya sangat strategis karena berhadapan langsung dengan samudera
pasifik di utara Sulawesi sehingga menjadikan Pelabuhan Bitung sebagai pusat
konsolidasi dan disribusi barang dari dank e wilayah Pasifik.
Perkembangan industri di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang cukup
pesat. Interaksi perdagangan dan industry terhadap pelabuhan sangat erat karean
didukung oleh sebuah kawasan industri KABIMA yang hanya berjarak sekitar 7
km dari Pelabuhan Bitung.
Gambar 4.6 Lay Out Pelabuhan Bitung
A. Hinterland Pelabuhan Bitung
Hinterland Pelabuhan Bitung meliputi seluruh daerah-daerah di Provinsi
Sulawesi Utara dengan luas wilayah daratan 68,033 kilometer persegi dan luas
laut mencapai 189,480 kilometer persegi yang mencakup semenanjung bagian
timur dan sebagian semenanjung bagian utara serta Kepulauan Togean di Teluk
Tomini dan pulau-pulau di Banggai Kepulauan di Teluk Tolo. Provinsi
Sulawesi Utara kaya akan potensi komoditi dan sektor pertanian, perikanan,
peternakan, dan industri.Beberapa produk tersebut seperti ikan tuna segar,
minyak kelapa, bungkil, tepung,cengkeh, vanili, virgin coconut oil ( VCO).
( Mario. 2013.)
Gambar 4.7 Peta Wilayah Hinterland Pelabuhan Bitung
0
50
100
150
200
2006 2007 2008Unit Teus
B. Trafik Pelabuhan Bitung Tahun 2006
Trafik dibawah ini merupakan trafik arus kapal, barang, petikemas dan
penumpang di Pelabuhan Bitung dalam kurung waktu tahun 2006 hingga 2010.
Dari trafik ini dapat
kapal,barang maupun penumpang.Tingkat pertumbuhan rata
kunjungan kapal di Pelabuhan Bitung mengalami penurunan yakni sebesar 2,75%
. Tingkat pertumbuhan arus barang sebesar 5,6% Untuk ar
pertumbuhan bongkar muat sebesar 9,7% sedangkan arus penumpang rata
pertumbuhannya adalah 7,3%
Arus Kunjungan Kapal (Call) Arus Barang (Ton)
Arus Petikemas (Teus) Arus Penumpang (orang)
Gambar 4.8
2008 2009 2010Teus
Trafik Pelabuhan Bitung Tahun 2006 – 2010
Trafik dibawah ini merupakan trafik arus kapal, barang, petikemas dan
penumpang di Pelabuhan Bitung dalam kurung waktu tahun 2006 hingga 2010.
Dari trafik ini dapat diketahui tingkat pertumbuhan rata-rata terhadap arus
kapal,barang maupun penumpang.Tingkat pertumbuhan rata-rata untuk arus
kunjungan kapal di Pelabuhan Bitung mengalami penurunan yakni sebesar 2,75%
. Tingkat pertumbuhan arus barang sebesar 5,6% Untuk arus petikemas rata
pertumbuhan bongkar muat sebesar 9,7% sedangkan arus penumpang rata
pertumbuhannya adalah 7,3%
Arus Kunjungan Kapal (Call) Arus Barang (Ton)
Arus Petikemas (Teus) Arus Penumpang (orang)
Gambar 4.8 Trafik Pelabuhan Bitung Tahun 2006-2010
Trafik dibawah ini merupakan trafik arus kapal, barang, petikemas dan
penumpang di Pelabuhan Bitung dalam kurung waktu tahun 2006 hingga 2010.
rata terhadap arus
rata untuk arus
kunjungan kapal di Pelabuhan Bitung mengalami penurunan yakni sebesar 2,75%
us petikemas rata-rata
pertumbuhan bongkar muat sebesar 9,7% sedangkan arus penumpang rata-rata
Arus Kunjungan Kapal (Call) Arus Barang (Ton)
Arus Petikemas (Teus) Arus Penumpang (orang)
40
4.1.3. Pelabuhan Pantoloan
Pelabuhan Pantoloan terletak di wilayah kota Palu yang merupakan
pelabuhan utama di Propinsi Sulawesi Tengah. Letak geografis pelabuhan
Pantoloan 00” – 06” LU/119” – 07” BT dan merupakan pelabuhan terbuka untuk
pelayaran Dalam Negeri dan Luar Negeri.
Gambar 4.9 Posisi Pelabuhan Pantoloan di Pulau Sulawesi
Sebelum pelabuhan Pantoloan dibangun, yang menjadi pelabuhan utama
di Propinsi Sulawesi Tengah adalah pelabuhan Donggala. Sejalan dengan
meningkatnya arus perdagangan dalam dan luar negeri, kegiatan pelabuhan
Donggala dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sehingga perlu diimbangi
dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk kelancaran arus kapal, barang,
penumpukan dan hewan.
Sejak tahun 1975 dibangunlah pelabuhan Pantoloan yang terletak 23 Km
disebelah utara kota Palu yang dinilai mempunyai prospek lebih baik untuk
dikembangkan sebagai pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan Dalam Negeri
dan Luar Negeri.
Gambar 4.10 Lay Out Pelabuhan Pantoloan
A. Hinterland Pelabuhan Pantoloan
Yang menjadi wilayah hinterland Pelabuhan Pantoloan adalah seluruh
kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tengah ditambah 2 (dua) kabupaten di
Provinsi Sulawesi Barat, yaitu Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Mamuju
Utara. Luas wilayah keseluruhan hinterland Pelabuhan Pantoloan mencapai
79090,87 Km². Nilai ekspor Sulawesi Tengah naik dari US$ 289,05 juta pada
tahun 2009 menjadi US$ 441,92 juta pada tahun 2010 atau naik sekitar
52,88%. Komoditas ekspor utama Sulawesi Tengah adalah biji coklat dengan
volume perdagangan sebesar 109,51 ribu ton yang nilainya mencapai US$ 297
juta. Dibandingkan tahun sebelumnya, volume ekspor biji coklat tahun 2009
lebih rendah sekitar 1400 ton. (Fahcry, 2013)
Gambar 4.11 Peta Wilayah Hinterland Pelabuhan Pantoloan
B. Trafik Pelabuhan Pantoloan Tahun 2008 – 2012
Trafik dibawah ini merupakan trafik arus kapal, barang, petikemas dan
penumpang di Pelabuhan Pantoloan dalam kurung waktu tahun 2008vhingga
2012. Dari trafik ini dapat diketahui tingkat pertumbuhan rata-rata terhadap arus
kapal,barang maupun penumpang. Tingkat pertumbuhan rata-rata untuk arus
kunjungan kapal di Pleabuhan Pantoloan meningkat sebesar 1,61 %,. Namun
tingkat pertumbuhan arus barang mengalami penurunan dari tahun ke tahun
sebesar 8,61%,.Untuk arus petikemas rata-rata pertumbuhan bongkar muat
meningkat sebesar 10,38 %, sedangkan arus penumpang juga mengalami
penurunan rata-rata pertumbuhannya sebesar 11,5 %
Arus Kunjungan Kapal (Call) Arus Barang (Ton)
Arus Petikemas (Teus)
Gambar 4.12
Tabel.4.1 . Fasilitas dan Kinerja Operasional Pelabuhan
Fasilitas Pelabuhan Makassar
Alur
Pelayaran
Panjang : 25 Mil
Lebar : 150 M
Kedalaman :-16 M
Tambatan
Soekarno, p: 1.360 m
Hatta, p: 850 m
Hasanuddin, p: 210 m
Paotere, p: 510 m
Arus Kunjungan Kapal (Call) Arus Barang (Ton)
Arus Petikemas (Teus) Arus Penumpang (orang)
Gambar 4.12 Trafik Pelabuhan Pantoloan 2008-2012
Tabel.4.1 . Fasilitas dan Kinerja Operasional Pelabuhan-Pelabuhan Utama Koridor Sulawesi
Pelabuhan
Pelabuhan Makassar Pelabuhan Bitung
16 M LWS
Panjang : 9 Mil
Lebar : 600 M
Kedalaman : -9-10 M
Panjang : 11,5 Mil
Lebar : 3,20 M
Kedalaman : 35
Soekarno, p: 1.360 m
Hasanuddin, p: 210 m
Samudera, p: 748 m
Nusantara, p: 600 m
Lokal ,p: 60 m
LCT , p: 20 m
TPB ,p : 357 m
Penumpang ,p:150 m
Container Terminal,
Breakbulk,p
Arus Kunjungan Kapal (Call) Arus Barang (Ton)
Arus Penumpang (orang)
Pelabuhan Utama Koridor Sulawesi
Pelabuhan Pantoloan
Panjang : 11,5 Mil
Lebar : 3,20 M
Kedalaman : 35-95 M LWS
Penumpang ,p:150 m
Container Terminal, p:130 m
Breakbulk,p : 100 m
Gudang
101,luas: 3800 m2
102,luas: 3800 m2
103,luas: 3800 m2
104,luas: 4000 m2
105,luas: 3800 m2
A,luas: 4.320 m2
C,luas: 4.320 m2
D,luas: 4.320 m2
Buttler,luas: 4.320 m2
Luas Area: 2.000 m2
Lapangan
Penumpukan
100,luas: 26.538 m2
101,luas: 1.213 m2
102,luas: 1.930 m2
103,luas: 3.374 m2
104,luas: 1.017 m2
105,luas: 1.216 m2
Eks.Puri: 11.802m2
Eks.Kap: 7.174 m2
A,luas: 7.319 m2
B,luas: 1.687 m2
C,luas: 12.236 m2
D,luas: 6.866 m2
E,luas: 2.999 m2
F,luas: 30.280 m2
Petimekas,luas : 23.160 m2
Non-Petikemas : 2.500 m2
Kapal Pandu
& Kapal
Tunda
Kapal Pandu:
MPI-029,MPS-029,MP LAE-
LAE,
Kapal Tunda:
ANGGADA IX,SELAT
TANAKEKE,ANOMAN
VIII,ANOMAN IX
Kapal Pandu :
MPS SILADEN,MPI
SARENA
Kapal Tunda:
SELAT
LEMBEH,BUNAKEN
Kapal Tunda:
A
Kapal Pandu :
MPI-029
Peralatan
B/M
4 Container Crane 40 ton
8 Transtainer 40 ton
2 Reachstacker
20 Chassis
2 Top Loader
3 RTG Crane
2 Transtainer 40 ton
2 Reachstacker
5 Head Truck
8 Chassis
1 Luffing Crane
5 Forklift
2 Reachstacker
7 Headtruck
4 Chassis
(sambungan Tabel 4.1 )
2 Mobil Crane
14 Head Truck
1 Bottom Lift
11 Forklift
1 Mobil PMK
5 Foklift
2 Truck Tronton
1 Mobil Crane
2 Terminal Tractor
1 Top Loader
Kinerja
Pelabuhan
TRT (Rata2) : 62.23 Jam
ET (Rata2) : 50.74 Jam
BOR : 48,98%
YOR : 79,34%
SOR :14,102 %
Pelayanan General Cargo : 23.24
T/G/J
Pelayanan Bag Cargo : 22.32 T/G/J
TRT(Rata2): 53.16 Jam
ET(Rata2) : 33.4 Jam
BOR : 65,57%
YOR : 78,01 %
SOR : 62,23 %
Pelayanan General
Cargo:21 T/G/J
Pelayanan Bag Cargo : 20
T/G/J
TRT(Rata2) : 114,12 Jam
ET(Rata2) : 66,93 Jam
BOR : 63,75 %
YOR : 13,77 %
SOR : 5,81 %
Pelayanan General Cargo :
69,83 T/G/J
Pelayanan Bag Cargo : 69,83
T/G/J
Sumber : PT.Pelindo IV Pusat
4.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Utama terhadap perekonomian Pulau
Sulawesi
4.2.1 Peran
1. Sebagai Pelabuhan Utama dan Pelabuhan Internasional di Sulawesi, Pelabuhan
Makassar berperan :
a. Sebagai pusat distribusi petikemas nasional dan melayani angkutan
petikemas internasional
(sambungan Tabel 4.1 )
Kota Makassar merupakan pusat kegiatan perekonomian di kawasan timur
Indonesia,hal ini didukung oleh penyaluran barang dari dalam dan luar
pulau Sulawesi yang semakin tahun semakin meningkat.Barang-barang
yang akan didistribusikan ke daerah-daerah kawasan timur Indonesia
khususnya ke wilayah Sulawesi Selatan kebanyakan melalui Pelabuhan
Makassar. Di tahun 2012 petikemas yang ditangani oleh Terminal
Petikemas Makassar mencapai 245.681 TEUs atau meningkat 10,09 %
dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 223.168 TEU’s. Tidak
hanya dalam negeri, Terminal Petikemas Makassar juga melayani
angkutan petikemas ke luar negeri, petikemas yang ditangani untuk
perdagangan luar negeri mencapai 11.061 TEU’s di semester I tahun 2012.
b. Sebagai tempat alih muat penumpang dalam dan luar negeri
Pelabuhan Makassar berperan sebagai penyedia jasa transportasi untuk
manusia yang ingin bepergian dengan menggunakan transportasi laut,baik
yang menuju ke Makassar maupun keluar Makassar. Menurut sumber,
kebanyakan penumpang di Pelabuhan Makassar didominasi oleh tujuan ke
beberapa daerah di Jawa, sedangkan yang masuk ke Makassar didominasi
dari beberapa daerah di Sulawesi, Kalimantan dan Papua.
Tabel 4.1 Arus Penumpang di Pelabuhan Makassar tahun 2012
SA REAL
NO URAIAN TU TAHUN
AN 2012
1 2 3 8
1 LUAR NEGERI :
Debarkasi Orang 60
Embarkasi Orang 60
JUMLAH 1 Orang 120
2 DALAM NEGERI :
Debarkasi Orang 398,807
Embarkasi Orang 535,853
Jumlah 2 Orang 934,660
JUMLAH 1 + 2 Orang 934,780
Cabang : Makassar
Sumber : PT.Pelindo IV Pusat
2. Sebagai Pelabuhan Utama dan Pelabuhan Hub Internasional di Sulawesi,
Pelabuhan Bitung berperan :
a. Melayani angkutan alih muat (transshipment) petikemas nasional dan
internasional dengan skala pelayanan transportasi laut dunia.
Pelabuhan Bitung saat ini telah ditetapkan menjadi Pelabuhan Hub
Internasional di kawasan timur Indonesia dan telah memasuki tahap
pengembangan. Berdasarkan Keputusan Menteri No.53 Tahun 2005,
mengenai peran pelabuhan Hub, diharapkan nantinya Pelabuhan Bitung
akan menjadi pelabuhan transshipment petikemas nasional dan
internasional dengan skala pelayanan transportasi laut dunia.
b. Sebagai pelabuhan induk yang melayani angkutan petikemas nasional
dan internasional sebesar 2.500.00 Teus/Tahun atau angkutan lain yang
setara.
Meskipun pada saat ini Pelabuhan Bitung dan Terminal Petikemas Bitung
baru melayani petikemas sebesar ± 210.000 Teus di tahun 2012, namun
setelah ditetapkan menjadi pelabuhan hub internasional diharapkan nantinya
pelayanan petikemas di Pelabuhan Bitung akan semakin meningkat dan
mampu menjadi pelabuhan induk bagi angkutan petikemas.
3. Sebagai Pelabuhan Utama dan Pelabuhan Internasional di Sulawesi, Pelabuhan
Pantolan berperan:
a. Sebagai pusat distribusi petikemas nasional dan melayani angkutan
petikemas internasional.
Pada tahun 2010, arus petikemas di Pelabuhan Pantoloan sebanyak 71.396
TEUs, hal ini terus meningkat dari tahun ke tahunnya.Pada tahun 2011 arus
petikemas di pelabuhan ini mencapai 75.626 TEU’s, artinya terjadi
peningkatan 5,9 %, kemudian di tahun 2012 arus petikemas Pelabuhan
Pantoloan kembali naik dan mencapai 87.533 TEU’s atau mengalami
kenaikan sekitar 15,7% dari tahun sebelumnya. Dari statistik tersebut bisa
disimpulkan bahwa Pelabuhan Pantoloan telah menjadi salah satu pusat
distribusi petikemas di wilayah timur Indonesia, hal ini dikarenakan arus
petikemas yang tiap tahunnya mengalami peningkatan.
Tabel.4.2 Arus Petikemas Pelabuhan Pantoloan 2008 - 2012
Sumber : PT. Pelindo IV Pusat
b. Sebagai tempat alih muat penumpang dalam dan luar negeri
Penumpang kapal laut dari Sulawesi Tengah umumnya menuju Surabaya,
Makassar, Balikpapan, dan Ternate, sedangkan penumpang kapal laut yang
menuju ke Pelabuhan Pantoloan didominasi dari Papua, Ambon dan
Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Bongkar 25.893 29.391 34750 37.779 44.191
Muat 26.195 28.805 36.646 37.847 43.342
Total 52.088 58.196 71.396 75.626 87.533
Cabang : Pantoloan
SA REAL
NO URAIAN TU TAHUN
AN 2012
1 2 3 8
1 LUAR NEGERI :
Debarkasi Orang 0
Embarkasi Orang 0
JUMLAH 1 Orang 0
2 DALAM NEGERI :
Debarkasi Orang 39,239
Embarkasi Orang 43,798
Jumlah 2 Orang 83,037
JUMLAH 1 + 2 Orang 83,037
Makassar.Penumpang pada umumnya adalah penduduk asli Sulawesi Tengah
dan pelaku transmigrasi yang mencari kehidupan di daerah timur Indonesia.
Tabel. 4.3 Arus Penumpang di Pelabuhan Pantoloan tahun 2012
Sumber: PT. Pelindo IV Pusat
4.2.2 Fungsi
Pada umumnya fungsi pelabuhan utama seperti Pelabuhan Makassar,
Pelabuhan Bitung dan Pelabuhan Pantolan adalah :
1. Sebagai penyedia jasa dan pelayanan,artinya pelabuhan-pelabuhan ini
menyediakan dan melayani jasa kepelabuhanan, jasa yang dimaksud seperti
jasa kegiatan labuh, tambat, penundaan, pengepilan, bongkar muat barang,
petikemas, gudang, lapangan penumpukan, dan lain-lain
2. Sebagai pusat kegiatan, artinya bahwa pelabuhan merupakan tempat
melangsungkan kegiatan pemerintahan dan ekonomi. Kegiatan
pemerintahan yang dimaksud seperti pengaturan, pembinaan,pengendalian,
dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan serta kemanan pelayaran.
3. Sebagai tempat intra dan antar moda,artinya pelabuhan sebagai tempat
perpindahan atau pertukaran moda tansportasi
4.3 Analisa Penentuan Strategi Pengembangan Pelabuhan dengan
menggunakan Metode Kuantitatif Analisis SWOT
Dalam penelitian ini yang dibandingkan adalah Pelabuhan-Pelabuhan
Utama yang berada di koridor Sulawesi. Pelabuhan yang di maksud adalah
Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Bitung dan Pelabuhan Pantoloan. Adanya
perbandingan ke tiga pelabuhan dikarenakan keberhasilan perekonomian Pulau
Sulawesi di sektor perdagangan melalui transportasi laut dipengaruhi oleh 3
pelabuhan utama ini. Pengaruh penting pelabuhan berdampak pada
persaingan,dan persaingan mengacu pada strategi pengembangan pelabuhan.
Pelabuhan yang dibandingkan :
1. Pelabuhan Makassar
2. Pelabuhan Bitung
3. Pelabuhan Pantoloan
4.3.1 Faktor Internal dan Eksternal Pelabuhan
Metode Kuantitatif Analisis SWOT adalah suatu metode analisis yang
mempertimbangkan kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi.
Kondisi internal dan eksternal ini selanjutnya akan digunakan sebagai dasar
untuk merancang strategi dan program kerja. Dalam penelitian ini faktor
internal adalah segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pengembangan
pelabuhan yang berasal dari dalam pelabuhan itu sendiri. Faktor-faktor internal
tersebut terutama terkait dengan fasilitas pelabuhan, kinerja operasional
pelabuhan,produksi pelabuhan dan tarif pelabuhan. Beberapa item rincinya
antara lain panjang dermaga,kedalaman kolam, panjang alur pelayaran, jumlah
peralatan B/M ketika stevedoring,cargodoring maupun saat receiving, luas
gudang,luas lapangan penumpukan, waktu kapal selama berada di pelabuhan (
TRT ,WTN ,PT, AT, ET, NOT, dan IT ),utilisasi fasilitas ( BOR,YOR, SOR )
arus kapal,arus kapal,penumpang,petikemas, tarif labuh,tarif tambat,tarif
pandu, tarif tunda dll. Sedangkan faktor eksternal adalah segala sesuatu yang
berpengaruh terhadap pengembangan pelabuhan yang berasal dari luar
pelabuhan. Faktor eksternal terutama terkait dengan letak geografis pelabuhan
dan wilayah hinterland pelabuhan. Secara hirarki, faktor internal dan eksternal
pelabuhan dapat di uraikan sebagai berikut :
Gambar. 4.13 Hierarki faktor internal pelabuhan
Internal
Port
Fasilitas
Pelabuhan
Kinerja Operasional
Pelabuhan
Tarif
Pelabuhan
Produksi
Pelabuhan
Utilisasi Fasilitas
Panjang Dermaga
Kedalaman Kolam
Alur Pelayaran
Jmlh Peralatan B/M
Luas Gudang
Luas Lap. Penumpukan
Pelayanan Kapal
Pelayanan Barang
Arus Kapal
Arus Petikemas
Arus Barang
Arus Penumpang
Tarif Pelayanan Barang
Tarif Pelayanan Petikemas
Tarif Pelayanan Jasa Kapal
Alat Stevedoring
Alat Cargodoring
Alat Receiving
Kapal Dalam Negeri
Kapal Luar Negeri
Pely. Dlm Negeri
Pely. Luar Negeri
YOR
SOR
BTP
STP
YTP
BOR
Tarif Jasa Dermaga
Tarif Jasa Penumpukan
Jasa Dermaga
Stevedoring Crane Kapal
Haulage/Trucking
Lift On/Off
Jasa Labuh
Jasa Tambat
Jasa Pandu
Jasa Tunda
WTN
PT
AT
WTG
ET
TNT
NOT
IT
Kpl Gnrl Cargo
Kpl Bag Cargo
Pelabuhan Makassar
Pelabuhan Bitung
Pelabuhan Pantoloan
Gambar. 4.14 Hierarki faktor eksternal pelabuhan
Eksternal Port
Letak Geografis
Wilayah Hinterland
Jarak dari Pelabuhan Hub Internasional
Jarak ke alur pelayaran Internasional
Jumlah perusahaan pelayaran
Frekuensi Komoditas
Luas Hinterland
Pelabuhan Makassar
Pelabuhan Bitung
Pelabuhan Pantoloan
Setelah mengidentifikasi faktor internal dan eksternal pelabuhan, selanjutnya
adalah mengumpulkan data yang berkaitan dengan faktor-faktor tersebut. Data
yang dikumpulkan berupa data kuantitatif yang berasal dari sumber
terpercaya,dalam hal ini PT. Pelindo IV Pusat,PT.Pelindo IV cabang Makassar,
Bitung dan Pantoloan. Berikut data yang telah dihimpun :
Tabel 4.4 Data faktor internal Pelabuhan-Pelabuhan Utama pada Koridor
Sulawesi pada tahun 2012
Makassar Bitung Pantoloan
A1 Panjang Dermaga M ( + ) 2420 1378 380
A2 Kedalaman Kolam M ( + ) 12 10 9
A3 Alur Pelayaran MIL ( + ) 25 9 12
Jumlah Peralatan B/M
A4 Alat Stevedoring UNIT ( + ) 6 4 1
A5 Alat Cargodoring UNIT ( + ) 23 11 8
A6 Alat Receiving UNIT ( + ) 34 13 11
A8 Luas Gudang M2 ( + ) 19800 14595 2000
A9 Luas Lapangan Penumpukan M2 ( + ) 55638 93233 23160
Kapal Luar Negeri
A10 Turn Round Time (TRT) JAM ( - ) 62.23 53.16 114.12
A11 Waiting Time Net (WTN) JAM ( - ) 0.16 0.4 23.64
A12 Postpone Time (PT) JAM ( - ) 0.36 0.41 0.1
A13 Approach Time (AT) JAM ( - ) 1.84 1 6.78
A14 Waiting Time Gross (WTG) JAM ( - ) 2.36 1.81 30.42
A15 Effective Time (ET) JAM ( - ) 50.74 33.4 66.93
A16 Not Operating Time (NOT) JAM ( - ) 5.08 16.45 8.22
A17 Idle Time (IT) JAM ( - ) 4.05 1.5 8.55
Kapal Dalam Negeri
A18 Turn Round Time (TRT) JAM ( - ) 32.01 54.2 124.91
A19 Waiting Time Net (WTN) JAM ( - ) 0.13 0.4 25.76
A20 Postpone Time (PT) JAM ( - ) 1.55 0.41 0.1
A21 Approach Time (AT) JAM ( - ) 1.46 1 0.76
A22 Waiting Time Gross (WTG) JAM ( - ) 3.14 1.81 26.52
A23 Effective Time (ET) JAM ( - ) 22.44 33.85 60.31
A24 Not Operating Time (NOT) JAM ( - ) 3.41 17.45 36.39
A25 Idle Time (IT) JAM ( - ) 3.02 1.09 1.69
Kinerja Operasional Pelabuhan
Satuan Sifat
Pelabuhan
Fasilitas Pelabuhan
Kode Faktor
Pelayanan Kapal
Makassar Bitung Pantoloan
B1 Jarak ke Alur Pelayaran Internasional Mil - 1235 1874 1381
B2 Jarak dari Pelabuhan Hub Internasional Km - 1762 0 975
B3 Jumlah Perusahaan Pelayaran Unit + 56 22 20
B4 Frekuensi Komoditas Ton/M3 + 1575047 524692 66703
B5 Luas Hinterland Km2 + 46717.5 68033 79090.87
Kode Faktor Satuan Sifat
Pelabuhan
Tabel.4.5 Data Faktor Eksternal Pelabuhan-Pelabuhan Utama Koridor Sulawesi
(sambungan Tabel 4.4 )
Sumber : PT.Pelindo IV Pusat
Sumber : PT.Pelindo IV Pusat
Pelayaran Luar Negeri
A26 Kapal General Cargo T/G/J ( + ) 22.62 22 81.54
A27 Kapal Bag Cargo T/G/J ( + ) 22.25 23 81.54
Pelayaran Dalam Negeri
A28 Kapal General Cargo T/G/J ( + ) 23.24 21 69.83
A29 Kapal Bag Cargo T/G/J ( + ) 22.32 20 69.83
A30 BOR % ( + ) 48.98 65.77 63.75
A31 YOR % ( + ) 79.34 78.01 13.77
A32 SOR % ( + ) 14.02 62.23 5.81
A33 Berth Throgh Put (BTP) TON/M2 ( + ) 1765.99 723 674.08
A34 Shed Through Put (STP) TON/M2 ( + ) 15.45 4.5 155.35
A35 Yard Through Put (YTP) TON/M2 ( + ) 0.19 1.703 100.81
A36 Arus Kapal CALL ( + ) 5493 3776 2099
A37 Arus Petikemas BOX/TEUS ( + ) 6367 95125 87533
A38 Arus Barang TON/M³ ( + ) 5392986 4310168 1509998
A39 Arus Penumpang ORANG ( + ) 934780 237521 83037
Tarif Jasa Dermaga
A40 Petikemas uk.20' Rp/BOX ( - ) 41600 60600 47000
A41 Petikemas uk.40' Rp/BOX ( - ) 62400 91000 73000
Tarif Jasa Penumpukan
A42 Gudang Rp/Ton/M3.Hr ( - ) 750 470 350
Lapangan :
A43 Barang Umum Rp/Ton/M3.Hr ( - ) 420 250 200
A44 Petikemas uk.20' Rp/BOX ( - ) 15000 11500 7000
A45 Petikemas uk.40' Rp/BOX ( - ) 30000 23000 12250
A46 Jasa Dermaga Rp/Full 20" ( - ) 61000 50000 47000
A47 Stevedoring Crane Kapal Rp/Full 20" ( - ) 134400 126000 112000
A48 Haulage / Trucking Rp/Full 20" ( - ) 61000 60000 65000
A49 Lift On / Off Rp/Full 20" ( - ) 75000 63000 62000
A50 Jasa Labuh Rp/GT ( - ) 85.36 81 81
A51 Jasa Tambat Rp/GT ( - ) 92.84 61 63
A52 Jasa Pandu Rp/Gerak ( - ) 67265 69000 53500
Jasa Tunda :
A53 Tarif Tetap Kapal s/d 3.500 GT Rp/JAM ( - ) 546260 528000 195000
A54 Tarif Tetap Kapal 3.501-8000 GT Rp/JAM ( - ) 771456 528000 520000
A55 Tarif Tetap Kapal 8.001-14.000 GT Rp/JAM ( - ) 1299100 798000 760000
A56 Tarif Tetap Kapal 14.001-18.000 GT Rp/JAM ( - ) 1760000 1050000 1000000
A57 Tarif Tetap Kapal 18.001-26.000 GT Rp/JAM ( - ) 2860000 1680000 1312500
Produksi Pelabuhan
Tarif Pelabuhan
Pelayanan Barang
Utilisasi Fasilitas
Tarif Pelayanan Barang
Tarif Pelayanan Petikemas
Tarif Pelayanan Jasa kapal
4.3.2 Identifikasi S (Strength), W (Weakness), O (Opportunity) dan T
(Threats)
1. Pelabuhan Makassar
a. Strength ( Kekuatan)
Pelabuhan Makassar memiliki kekuatan pada fasilitas pelabuhan ,produksi
pelabuhan dan kinerja operasional pelabuhan. Dari data yang telah
dihimpun terlihat bahwa fasilitas Pelabuhan Makassar lebih baik
dibandingkan 2 pelabuhan utama lainnya. Pelabuhan Makassar unggul dari
segi panjang dermaga,kedalaman kolam,jumlah alat B/M,dan luas gudang.
Begitupun dari segi produksi nya, pergerakan muatan di pelabuhan
Makassar seperti arus kunjungan kapal,arus barang, dan arus penumpang
masih lebih baik. Dari segi Kinerja Operasional, kekuatan Pelabuhan
Makassar terletak pada pelayanan kapal dalam negeri ( TRT, WTN, ET,
NOT) dan utilisasi fasilitas ( YOR, BTP)
b. Weakness ( Kelemahan)
Kelemahan Pelabuhan Makassar adalah tarif terhadap penggunaan jasa
pelabuhan. Tarif yang ditetapkan lebih besar atau lebih mahal
dibandingkan pelabuhan Bitung dan Pelabuhan Pantoloan. Sebagai
contohnya adalah jasa tambat. Jasa tambat di Pelabuhan Makassar
dikenakan tarif Rp.92,84 per GT, sedangkan di Pelabuhan Bitung hanya
Rp.61 per GT, dan di Pelabuhan Pantoloan sebesar Rp.63 per GT.
Kelemahan lain yang dimiliki pelabuhan Makassar berdasarkan data
adalah produksi pelabuhan khususnya arus petikemas. Arus petikemas di
Pelabuhan Bitung masih lebih banyak atau lebih kuat daripada Pelabuhan
Makassar.
c. Threats ( Ancaman)
Jika dilihat dari data eksternal pelabuhan, ancaman terhadap Pelabuhan
Makasar sangat minim, semua faktor-faktor eksternal pelabuhan Makassar
sangat menguntungkan bagi Pelabuhan Makassar sendiri. Hanya saja yang
menjadi kekurangan adalah jarak Pelabuhan Makassar ke Pelabuhan Hub
Internasional yang cukup jauh, akibatnya akan menambah biaya
operasional kapal dan memakan waktu
d. Opportunity ( Peluang)
Dikarenakan faktor internal yang sangat mendukung dan faktor eksternal
pelabuhan yang sangat menguntungkan maka peluang Pelabuhan
Makassar untuk berkembang sangat besar.
2. Pelabuhan Bitung
a. Strength ( Kekuatan)
Kekuatan Pelabuhan Bitung terletak pada fasilitas pelabuhan, produksi
pelabuhan dan kinerja operasional pelabuhan. Dari segi fasilitas,Pelabuhan
Bitung memiliki lapangan penumpukan yang lebih luas.Dari segi produksi
pelabuhan,arus petikemas Pelabuhan Bitung lebih banyak dibandingkan 2
pelabuhan lain. Sedangkan dari segi kinerja operasional, Pelabuhan Bitung
kuat dalam hal pelayanan kapal luar negeri ( TRT, AT,WTG, ET, IT) dan
dalam hal utilisasi fasilitas (BOR, SOR )
b. Weakness ( Kelemahan)
Pelabuhan Bitung memiliki kelemahan pada Kinerja Operasional
Pelabuhan dimana dalam hal ini adalah pelayanan terhadap barang, baik
pelayaran luar negeri maupun pelayaran dalam negeri. Kelemahan lain
yang dimiliki adalah tarif pelabuhan. Sama dengan pelabuhan Makassar,
tarif jasa pelabuhan yang ditetapkan oleh pengelola pelabuhan Bitung
dianggap masih terlalu mahal.
c. Threats ( Ancaman)
Jika diliat dari data eksternal, pelabuhan Bitung selalu berada di bawah
Pelabuhan Makassar, ancaman kapan saja bisa datang kepada Pelabuhan
Bitung, terlebih saat ini pelabuhan sementara dalam proses pembangunan
dan pengembangan.
d. Opportunity ( Peluang)
Penetapan Pelabuhan Bitung menjadi Pelabuhan Hub Internasional
membuat Pelabuhan Bitung berpeluang untuk menjadi pelabuhan/terminal
petikemas terbesar di dunia di masa akan datang.
3. Pelabuhan Pantoloan
a. Strength ( Kekuatan)
Satu-satu nya yang menjadi kekuatan atau kelebihan Pelabuhan Pantoloan
dibandingkan 2 pelabuhan utama lainnya adalah dari segi tarif jasa
kepelabuhanan. Tarif yang dikenakan pengelola Pelabuhan Pantoloan
merupakan yang terendah atau termurah dibandingkan pelabuhan lain. Jika
dilihat dari data internal pelabuhan, Pelabuhan Pantoloan sebenarnya
masih memiliki kekuatan lain, antara lain Shed Through Put (STP) dan
Yard Through Put (YTP) nya yang lebih baik dibanding Pelabuhan
Makassar dan Bitung.
b. Weakness ( Kelemahan)
Diantara semua pelabuhan utama yang berada di koridor Sulawesi,
Pelabuhan Pantoloan merupakan pelabuhan yang terkecil dan terpendek.
Kelemahan Pantoloan berada pada fasilitas yang dimiliki, kinerja
pelabuhan, serta produksi yang dihasilkan pelabuhan. Fasilitas pelabuhan
sangat minim dan terbatas,contohnya gudang yang dimiliki Pelabuhan
Pantoloan hanya seluas 2000 m² , bandingkan dengan Pelabuhan Makassar
yang memiliki luas gudang 19.800 m² , dan Pelabuhan Bitung seluas
14.595 m². Begitu pula produksi pelabuhan Pantoloan, arus muatan baik
berupa kunjungan kapal, penumpang,barang maupun petikemas sangat
kurang dibanding pelabuhan lainnya.Dari segi kinerja operasional,
Pelabuhan Pantoloan hanya kuat pada STP dan YTP, selebihnya
Pelabuhan Pantoloan selalu berada di bawah Pelabuhan Makassar dan
Pelabuhan Bitung.
c. Threats ( Ancaman)
Kondisi Pelabuhan Pantoloan saat ini adalah faktor internal nya lemah dan
faktor eksternal nya pun tidak mendukung.Jika hal ini terus
dibiarkan,mengakibatkan pelabuhan terancam mandat, pergerakan muatan
bisa beralih ke pelabuhan lain
d. Opportunity ( Peluang)
Peluang Pelabuhan Pantoloan untuk membaik bisa saja terjadi apabila
faktor internl dan eksternal pelabuhan segera dibenahi.
4.3.3 Normalisasi ( Pembobotan )
Normalisasi bertujuan untuk mendapatkan bobot tiap kriteria terhadap pelabuhan
yang diteliti. Perhitungan menggunakan metode normalisasi dilakukan dengan
cara :
a. Jika normalisasi dilakukan terhadap kriteria yang bersifat benefit
criteria atau menguntungkan (ditandai dengan symbol “+” ) artinya
data yang terbesar adalah yang terbaik. Rumus :
rij = pij nj ………………………… (1) max pij,
contoh :
Karena faktor Panjang Dermaga bersifat benefit criteria (+) maka data yang
terbesar adalah yang terbaik. Cara menghitungnya adalah :
Pelabuhan Makassar : 2420 = 1,000 2420
Pelabuhan Bitung : 1378 = 0,569 2420
Pelabuhan Pantoloan : 380 = 0,157 2420
b. Jika normalisasi dilakukan terhadap kriteria yang bersifat merugikan
(ditandai dengan symbol “-” ) artinya data yang terkecil adalah yang
terbaik. Rumus :
Makassar Bitung Pantoloan
A1 Panjang Dermaga M ( + ) 2420 1378 380
Kode Faktor Satuan Sifat
Pelabuhan
61
Makassar Bitung Pantoloan
A1 Panjang Dermaga 1.000 0.569 0.157
A2 Kedalaman Kolam 1.000 0.833 0.750
A3 Alur Pelayaran 1.000 0.360 0.480
A4 Alat Stevedoring 1.000 0.667 0.167
A5 Alat Cargodoring 1.000 0.478 0.348
A6 Alat Receiving 1.000 0.382 0.324
A8 Luas Gudang 1.000 0.737 0.101
A9 Luas Lapangan Penumpukan 0.597 1.000 0.248
Kapal Luar Negeri
A10 Turn Round Time (TRT) 0.854 1.000 0.466
A11 Waiting Time Net (WTN) 1.000 0.400 0.007
A12 Postpone Time (PT) 0.278 0.244 1.000
A13 Approach Time (AT) 0.543 1.000 0.147
A14 Waiting Time Gross (WTG) 0.767 1.000 0.060
A15 Effective Time (ET) 0.658 1.000 0.499
A16 Not Operating Time (NOT) 1.000 0.309 0.618
A17 Idle Time (IT) 0.370 1.000 0.175
Kinerja Operasional Pelabuhan
Kode Faktor
Pelabuhan
Fasilitas Pelabuhan
Jumlah Peralatan B/M
Pelayanan Kapal
rij = min pij nj ………………….(2) pij,
contoh :
Karena faktor “Jarak ke Alur Pelayaran Internasional” bersifat cost criteria (-)
maka data yang terkecil adalah yang terbaik. Cara menghitungnya adalah :
Pelabuhan Makassar : 1235 = 1,000 1235
Pelabuhan Bitung : 1235 = 0,659 1874
Pelabuhan Pantoloan : 1235 = 0,894 1381 Berikut adalah keseluruhan total bobot kriteria tiap pelabuhan stelah normalisasi :
Tabel 4.6 Bobot kriteria tiap pelabuhan untuk Faktor Internal Pelabuhan
Makassar Bitung Pantoloan
B1 Jarak ke Alur Pelayaran Internasional Mil - 1235 1874 1381
Kode Faktor Satuan Sifat
Pelabuhan
Kapal Dalam Negeri
A18 Turn Round Time (TRT) 1.000 0.591 0.256
A19 Waiting Time Net (WTN) 1.000 0.325 0.005
A20 Postpone Time (PT) 0.065 0.244 1.000
A21 Approach Time (AT) 0.685 1.000 1.316
A22 Waiting Time Gross (WTG) 0.576 1.000 0.068
A23 Effective Time (ET) 1.000 0.663 0.372
A24 Not Operating Time (NOT) 1.000 0.195 0.094
A25 Idle Time (IT) 0.361 1.000 0.645
Pelayaran Luar Negeri
A26 Kapal General Cargo 0.277 0.270 1.000
A27 Kapal Bag Cargo 0.273 0.282 1.000
Pelayaran Dalam Negeri
A28 Kapal General Cargo 0.333 0.301 1.000
A29 Kapal Bag Cargo 0.320 0.286 1.000
A30 BOR 0.745 1.000 0.969
A31 YOR 1.000 0.983 0.174
A32 SOR 0.225 1.000 0.093
A33 Berth Throgh Put (BTP) 1.000 0.409 0.382
A34 Shed Through Put (STP) 0.099 0.029 1.000
A35 Yard Through Put (YTP) 0.002 0.017 1.000
A36 Arus Kapal 1.000 0.687 0.382
A37 Arus Petikemas 0.067 1.000 0.920
A38 Arus Barang 1.000 0.799 0.280
A39 Arus Penumpang 1.000 0.254 0.089
Tarif Jasa Dermaga
A40 Petikemas uk.20' 1.000 0.686 0.885
A41 Petikemas uk.40' 1.000 0.686 0.855
Tarif Jasa Penumpukan
A42 Gudang 0.467 0.745 1.000
Lapangan :
A43 Barang Umum 0.476 0.800 1.000
A44 Petikemas uk.20' 0.467 0.609 1.000
A45 Petikemas uk.40' 0.408 0.533 1.000
A46 Jasa Dermaga 0.770 0.940 1.000
A47 Stevedoring Crane Kapal 0.833 0.889 1.000
A48 Haulage / Trucking 0.984 1.000 0.923
A49 Lift On / Off 0.827 0.984 1.000
A50 Jasa Labuh 0.949 1.000 1.000
A51 Jasa Tambat 0.657 1.000 0.968
A52 Jasa Pandu 0.795 0.775 1.000
Jasa Tunda :
A53 Tarif Tetap Kapal s/d 3.500 GT 0.357 0.369 1.000
A54 Tarif Tetap Kapal 3.501-8000 GT 0.674 0.985 1.000
A55 Tarif Tetap Kapal 8.001-14.000 GT 0.585 0.952 1.000
A56 Tarif Tetap Kapal 14.001-18.000 GT 0.568 0.952 1.000
A57 Tarif Tetap Kapal 18.001-26.000 GT 0.459 0.781 1.000
38.372 38.003 36.223
0.673 0.667 0.635
Produksi Pelabuhan
Tarif Pelabuhan
Tarif Pelayanan Barang
Total
Jumlah Bobot Rata-Rata
Tarif Pelayanan Jasa kapal
Tarif Pelayanan Petikemas
Utilisasi Fasilitas
Pelayanan Barang
(sambungan Tabel 4.6)
Sumber : Olahan Data
Tabel 4.7 Bobot kriteria tiap pelabuhan untuk Faktor Eksternal Pelabuhan
4.3.3 Nilai Benchmarking dan Titik Kordinat Pelabuhan
3. Nilai Benchmarking :
Nilai rata-rata bobot faktor internal ( Ij ) :
Pelabuhan Makassar : 0,673
Pelabuhan Bitung : 0,667
Pelabuhan Pantoloan : 0,635
Benchmarking ( IB ) :
0,673 + 0,667 + 0,635 : 0,658
3
Nilai rata-rata bobot eksternal ( Ej )
Pelabuhan Makassar : 1,000
Pelabuhan Bitung : 0,331
Pelabuhan Pantoloan : 0,292
Benchmarking ( EB ) :
1,000 + 0,710 + 0,747 : 0,819
3
Sumber : Olahan Data
Makassar Bitung Pantoloan
B1 Jarak Alur Pelayaran Internasional 1.000 0.659 0.894
B2 Jarak dari Pelabuhan Hub Internasional 0.000 0.000 0.000
B3 Jumlah Perusahaan Pelayaran 1.000 0.393 0.357
B4 Frekuensi Komoditas 1.000 0.333 0.042
B5 Luas Hinterland 1.000 1.456 1.693
4.000 2.841 2.987
1.000 0.710 0.747
Faktor
Pelabuhan
Total
Jumlah Bobot Rata-Rata
Kode
4. Titik Koordinat Pelabuhan
Rumus :
ICj = Ij – IB j = 1,2,,,,n
ECj = Ej – EB j = 1,2,,,,,n
dimana,
ICj : titik koordinat faktor internal dari 3 Pelabuhan
I j : nilai rata-rata bobot faktor internal
IB : nilai benchmarking dari penilaian internal.
ECj : titik koordinat faktor eksternal dari 3 Pelabuhan
E j : nailai rata-rata bobot faktor eksternal
EB : nilai benchmarking dari penilaian eksternal.
-1 ≤ IC ≤ +1 -1 ≤ ECj ≤ +1
Tabel 4.8 Nilai Benchmarking Faktor dan Titik kordinat Pelabuhan
4.3.4 Posisi Pelabuhan dalam Kuadran SWOT
Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa titik koordinat untuk tiap
pelabuhan utama di koridor Sulawesi pada kuadran SWOT dengan faktor internal
Sumber : Olahan Data
Makassar Bitung Pantoloan
titik koordinat faktor eksternal 0.181 -0.109 -0.072
titik koordinat faktor internal 0.015 0.008 -0.023
nilai rata-rata bobot faktor eksternal 1.000 0.710 0.747 0.819
Pelabuhan
Nilai Benchmarking
nilai rata-rata bobot faktor internal 0.673 0.667 0.635 0.658
(Sebagai koordinat titik x)
(Sebagai koordinat titik y)
sebagai koordinat x dan faktor eksternal sebagai koordinat y adalah sebagai
berikut :
1. Pelabuhan Makassar : titik koordinat (x,y)= 0,015 ; 0,181
2. Pelabuhan Bitung : titik koordinat (x,y)= 0,08 ; -0,109
3. Pelabuhan Pantoloan : titik koordinat (x,y)= -0,023 ; -0,072
Dari gambar kuadran SWOT di atas dapat diketahui letak masing-masing
pelabuhan utama yang ada di koridor Sulawesi. Pelabuhan Makassar berada pada
kuadran 1 (positif,positif ) yang artinya bahwa pelabuhan Makassar merupakan
sebuah pelabuhan yang kuat dan berpeluang. Pelabuhan Makassar dalam kondisi
prima dan mantap, hal ini dapat dilihat dari internal dan eksternal pelabuhan yang
berada dalam situasi yang menguntungkan, data internal dan eksternal Pelabuhan
Makassar selalu lebih unggul di bandingkan 2 pelabuhan lainnya,peluang untuk
berkembang juga sangat besar, di tambah lagi letak Pelabuhan Makassar yang
berada di kota Makassar. Kota Makassar saat ini merupakan 1 dari 20 kota di
Gambar 4.15 Posisi Pelabuhan dalam Kuadran SWOT
dunia yang dijuluki kota dunia, kota yang dianggap menjadi titik penting dalam
sistem ekonomi global. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif ,
artinya Pelabuhan Makassar harus terus melakukan ekspansi (perluasan) terutama
perluasan terhadap area pelabuhan.Perluasan area pelabuhan diperlukan untuk
menangani lonjakan arus pertumbuhan barang dan penumpang yang terjadi di
Pelabuhan Makassar. Masalah yang saat ini terjadi di Pelabuhan Makassar adalah
padatnya aktivitas bongkar muat barang. Arus bongkar muat barang sudah
melebihi kapasitas yang dimiliki pelabuhan. Pengusaha pelayaran serta
perusahaan ekspedisi sering mengeluhkan lama waktu bongkar muat barang di
pelabuhan Makasar . Kapal-kapal yang akan sandar di pelabuhan harus menunggu
lama bahkan bisa mencapai dua minggu atau lebih ,terlebih kepada kapal kargo
maupun petikemas. Lamanya waktu bongkar muat barang secara otomatis
berpengaruh pada panjangnya antrian. Oleh sebab itu upaya yang harus
dilaksanakan Pelabuhan Makassar adalah sesegera mungkin memperluas area
pelabuhan seperti menambah panjang/luas dermaga, lapangan penumpukan dan
gudang sehingga proses bongkar muat barang menjadi cepat dan kapal yang akan
bersandar di pelabuhan tidak menunggu lama. Selain ekspansi dan perluasan, item
lain dalam strategi progresif yang diberikan kepada Pelabuhan Makassar adalah
memperbesar arus barang dan penumpang. Pergerakan arus barang dan
penumpang suatu pelabuhan sangat ditentukan oleh luas wilayah layanannya,baik
dari wilayah layanan belakang (hinterland) maupun wilayah layanan kedepan
(foreland). Jadi upaya yang harus dilakukan dalam memperbesar pertumbuhan
arus barang yaitu meningkatkan pelayanan pelabuhan meliputi waktu bongkar
muat dan fasilitas pelabuhan. Serta memperlancar aksesbilitas pelabuhan meliputi
akses jalur,jarak dan waktu tempuh dari wilayah layanan ke pelabuhan. Pelabuhan
Bitung berada di kuadran II ( positif, negatif) , Pelabuhan Bitung sebenarnya
adalah Pelabuhan yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Pelabuhan
Bitung melalui MP3EI telah ditetapkan sebagai pelabuhan hub internasional
khusus di kawasan timur Indonesia, penetapan ini akan menjadikan Pelabuhan
Bitung sebagai pelabuhan transshipment petikemas nasional dan internasional.
Pelabuhan Bitung nantinya akan mampu melayani ekspor dan impor langsung dari
dan ke Eropa,Timur Tengah, Afrika, Asia Selatan, dan Asia Timur, serta melayani
pelabuhan-pelabuhan kelas feeder di tanah air. Ekspor barang dari wilayah timur
Indonesia yang sebelumnya harus melalui pelabuhan-pelabuhan di Jawa kini bisa
langsung dengan melewati Pelabuhan Bitung. Pelabuhan Bitung juga pada
akhirnya diharapkan akan mampu mengurangi ketergantungan kronis
transshipment dan feeder logistik ekonomi negara tetangga. Namun di sisi lain
kondisi seperti ini memuat tantangan yang tidak mudah dan tidak kecil bagi
Pelabuhan Bitung. Tantangan yang saat ini di hadapi pelabuhan Bitung adalah
arus barang dan penumpang yang melonjak namun tidak di imbangi dengan
kesiapan sarana dan prasarana di pelabuhan, rencana dan strategi otoritas
pelabuhan mengenai penambahan luas dermaga,lapangan penumpukan dan
gudang terkendala dengan pembebasan lahan, sementara kapal-kapal yang ingin
bersandar di Pelabuhan Bitung semakin banyak akibatnya antrian panjang tak
terhindarkan. Maka dari itu rekomendasi strategi yang diberikan kepada
Pelabuhan Bitung adalah Diversifikasi Strategi, artinya Pelabuhan Bitung yang
sebenarnya kuat namun menghadapi tantangan besar sebaiknya mengubah strategi
yang telah dijalankan sebelumnya. Sebagai contoh , jika rencana perluasan
pelabuhan menangani kendala lahan, maka ada beberapa langkah strategi yang
bisa dilakukan, misalnya waktu pengoperasian secara maksimal dermaga
multiguna dan petikemas alias bekerja selama 24 jam non-stop, mempercepat
pelayanan bongkar muat barang dengan cara menambah buruh kemudian
memberlakukan sistem kerja shift, mengurangi NOT( Not Operating Time)
apalagi dalam data yang diperoleh memperlihatkan bahwa indikator kinerja
pelayanan kapal khususnya NOT Pelabuhan Bitung sangat besar di bandingkan
Pelabuhan Makassar dan Pelabuhan Pantoloan, yang terakhir melakukan
pemeriksaan dan perbaikan peralatan bongkar muat secara intensif. Hal ini bisa
menjadi solusi sementara sembari terus berupaya mengatasi masalah pembebasan
lahan. Selanjutnya adalah Pelabuhan Pantoloan. Hasil pengolahan data
menempatkan Pelabuhan Pantoloan pada kuadran IV( negatif, negatif ). Posisi ini
mengindikasikan bahwa Pelabuhan Pantoloan dalam posisi yang lemah dan sangat
tidak menguntungkan. Pelabuhan Pantoloan sebenarnya belum memiliki kawasan
kepabeanan yang memadai, diantaranya tidak tersedianya gudang yang memadai
yang dapat menampung barang yang hendak di ekspor, sehingga ketika terjadi
kegiatan ekspor yang kelihatan adalah pemandangan antrian truk yang memanjang
menunggu giliran, hal ini tentunya mengganggu kegiatan pemuatan, karena
gudang yang tersedia di areal pelabuhan tidak memadai. Beberapa kasus yang
menimpa beberapa eksportir kakao di Sulawesi Tengah, sebenarnya bukan
kesalahan eksportir, itu dikarenakan minimnya infrastruktur pelabuhan . Sebagai
contoh dari kelemahan infrastruktur Pelabuhan Pantoloan yakni di tahun 2012
seperti yang diberitakan oleh website www.kpbptpn.co.id/news- , ekspor 30.000 ton
kakao Sulawesi Tengah terancam batal, hal ini dikarenakan kondisi panjang
dermaga yang tidak mendukung. Akibat dari kondisi pelabuhan yang pendek itu
mengakibatkan kelancaran lalu lintas muatan terhambat, hal ini juga
mengakibatkan biaya kapal menjadi mahal. Jika masalah seperti ini terus menerus
terjadi, bukan tidak mungkin tantangan yang akan dihadapi oleh Pelabuhan
Pantoloan adalah beralihnya para eksportir kakao ke pelabuhan-pelabuhan lain di
sekitar Pelabuhan Pantoloan. Berdasarkan kelemahan dan tantangan tersebut,
maka rekomendasi strategi yang diberikan kepada pelabuhan ini adalah Strategi
Bertahan, artinya kondisi eksternal dan internal pelabuhan berada pada pilihan
dilematis. Oleh karenanya disarankan kepada Pelabuhan Pantoloan untuk
meningkatkan kinerja internal,membenahi infrastruktur pelabuhan dan
meminimalisir kelemahan.Hal ini dilakukan agar Pelabuhan Pantoloan tidak
semakin tertinggal dari pelabuhan-pelabuhan utama lain yang berada di Sulawesi .
Strategi ini diharapkan terus dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1. Peran Pelabuhan Utama yang berada di Koridor Sulawesi antara lain :
a. Pelabuhan Makassar :
1. Sebagai pusat distribusi petikemas nasional dan melayani angkutan
petikemas internasional
2. Sebagai tempat alih muat penumpang dalam dan luar negeri
b. Pelabuhan Bitung :
1. Melayani angkutan alih muat (transshipment) petikemas nasional dan
internasional dengan skala pelayanan transportasi laut dunia.
2. Sebagai pelabuhan induk yang melayani angkutan petikemas nasional
dan internasional sebesar 2.500.00 Teus/Tahun atau angkutan lain yang
setara.
c. Pelabuhan Pantoloan
1. Sebagai pusat distribusi petikemas nasional dan melayani angkutan
petikemas internasional.
2. Sebagai tempat alih muat penumpang dalam dan luar negeri
5.1.2. Fungsi Pelabuhan Utama yang berada di Koridor Sulawesi adalah
4. Sebagai penyedia jasa dan pelayanan,artinya pelabuhan-pelabuhan ini
menyediakan dan melayani jasa kepelabuhanan, jasa yang dimaksud seperti
jasa kegiatan labuh, tambat, penundaan, pengepilan, bongkar muat barang,
petikemas, gudang, lapangan penumpukan, dan lain-lain
5. Sebagai pusat kegiatan, artinya bahwa pelabuhan merupakan tempat
melangsungkan kegiatan pemerintahan dan ekonomi. Kegiatan
pemerintahan yang dimaksud seperti pengaturan, pembinaan,pengendalian,
dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan serta kemanan pelayaran.
6. Sebagai tempat intra dan antar moda,artinya pelabuhan sebagai tempat
perpindahan atau pertukaran moda tansportasi
5.1.3. Posisi pelabuhan utama wilayah Sulawesi pada kuadran SWOT adalah :
a. Pelabuhan Makassar berada pada kuadran 1, pelabuhan berada pada posisi
yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
Progresif, pelabuhan diharapkan terus melakukan ekspansi , memperbesar
pertumbuhan serta meraih kemajuan maksimal
b. Pelabuhan Bitung berada pada kuadran II, pelabuhan berada pada kondisi
yang kuat dan diperkirakan akan menghadapi tantangan yang besar.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi,
pelabuhan diharapkan mengubah strategi yang telah dijalankan sebelumnya.
c. Pelabuhan Pantoloan berada pada kuadran IV, kondisi pelabuhan lemah dan
akan menghadapi tantangan yang berat. Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah Deffense Strategi, pelabuhan harus menerapkan strategi
bertahan, sembari terus meningkatkan kinerja internal dan melakukan
pembenahan.
5.2 Saran
Setelah mengetahui kondisi pelabuhan saat ini dan strategi yang sebaiknya
dijalankan, disarankan kepada pelabuhan, dalam hal ini otoritas pelabuhan dan
perusahaan yang membawahi pelabuhan segera melakukan pembenahan.
Mengingat semakin sengitnya persaingan di bidang jasa kepelabuhanan di masa
depan.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari Natsir, Muhammad. 2013. Analisa Tingkat Pemanfaatan Dermaga
General Cargo Pelabuhan Soekarno – Hatta dengan Pendekatan
Model Antrian. Universitas Hasanuddin. Makassar
Ariesta, Mario. 2013. Analisis Tingkat Pemanfaatan Dermaga Terminal
Petikemas Bitung dengan Pendekatan Metode Antrian.Universitas
Hasanuddin. Makassar
Direktur Pelabuhan dan Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan
Laut, 2010. Rencana Induk Pelabuhan Nasional Tahun 2030
Fahcry, Muhammad. 2013. Optimasi Kebutuhan Kapasitas Lapangan
Penumpukan Petikemas Pelabuhan Pantoloan Tahun
2020.Universitas Hasanuddin. Makassar
Hisyam.1998. Analisis SWOT. Jakarta
Hsi Chang-Hsu, Chih Huang-Wen. 2005. Application of a quantification
SWOT analytical method. Department of Harbor and River
Engineering, National Taiwan Ocean University, Keelung, Taiwan,
ROC
Keputusan Menteri Nomor KM 53.Tahhun 2002 tentang Tatanan
Kepelabuhanan Nasional
Masterplan Percepatan Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI), Koriodor Sulawesi
Nurham. 2002. Penerapan Analytycal Hierarchy Process dalam
Penentuan Hierarki Pelabuhan Sebagai Konsep Pengembangan
Pelabuhan Kawasan Timur Indonesia. Universitas
Hasanuddin.Makassar
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhan
Peratuan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 tentang
Angkutan Di Perairan
Rencana Strategi Pulau Sulawesi. 2011, Pembangunan Kapasitas untuk
Perumusan Kebijakan Pembangunan Daerah (Tahap II)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014
Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Pulau Sulawesi 2005
Rencana Kerja Pemerintah.2012 . bab V : Pengembangan Wilayah Sulawesi Shipping Guide 2010 PT. Pelabuhan Indonesia IV Pusat (Persero) Sistem Transportasi Nasional Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran
Website :
(2013) Kinerja Pelabuhan . http://muislife.com/kinerja-pelabuhan.html
(2013) Kinerja Operasional Pelabuhan.
www.bumn.go.id/pelindo4/id/kinerja operasional/
(2012) mp3ei-dan-kesiapan-kawasan-indonesia-timur. http://hatta-
rajasa.info/read/750/
(2010) Analisis SWOT . http://daps.bps.go.id/file_artikel/66/