analisis tataniaga cengkeh di kecamatan amahai, … · produksi cengkeh nasional digunakan untuk...

58
ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, KABUPATEN MALUKU TENGAH, PROVINSI MALUKU YENI PURNAMASARI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: vuongkhanh

Post on 04-Mar-2019

256 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI

KECAMATAN AMAHAI, KABUPATEN MALUKU TENGAH,

PROVINSI MALUKU

YENI PURNAMASARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik
Page 3: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Tataniaga

Cengkeh di Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Yeni Purnamasari

NIM H34087033

Page 4: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

ABSTRAK

YENI PURNAMASARI. Analisis Tataniaga Cengkeh di Kecamatan Amahai,

Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Dibimbing oleh ANNA

FARIYANTI.

Syzygium aromaticum atau yang lebih dikenal sebagai cengkeh merupakan

tanaman obat yang juga banyak digunakan dalam industri rokok nasional. Tujuan

penelitian ini adalah untuk menganalisis pola saluran pemasaran cengkeh di

Kecamatan Amahai, menganalisis besarnya margin pemasaran dan tingkat

efisiensi pemasaran cengkeh di Kecamatan Amahai dan menganalisis biaya dan

keuntungan pemasaran pada tingkat lembaga pemasaran dalam saluran pemasaran

cengkeh di Kecamatan Amahai. Data dianalisis menggunakan pola saluran

pemasaran, besarnya margin pemasaran, rasio biaya dan keuntungan pemasaran

pada tingkat lembaga pemasaran di Kecamatan Amahai untuk mendapatkan

seberapa efisien tataniaga cengkeh di Kecamatan Amahai. Analisis margin

tataniaga dan farmer’s share menunjukkan bahwa saluran tataniaga I lebih

efisien karena walaupun tidak memiliki marjin tataniaga terkecil dan farmer’s

share terbesar tetapi memiliki volume perdagangan yang lebih tinggi dibanding

saluran II. Sedangkan berdasarkan analisis rasio keuntungan dan biaya,

saluran pemasaran I relatif lebih efisien karena memiliki rasio keuntungan dan

biaya terbesar yakni 19.37.

Kata kunci: cengkeh, tataniaga, efisiensi

ABSTRACT

YENI PURNAMASARI. Clove Trading System Analyze in Amahai District,

Central Moluccas Regency, Moluccas Province. Supervised by ANNA

FARIYANTI.

Syzygium aromaticum or better known as clove is a medicinal plant that is

also widely used in the national cigarette industry. The purpose of this study was

to analyze the pattern of clove marketing channels in the District Amahai, to

analyze the magnitude of marketing margins and marketing efficiency levels in

the District Amahai and to analyze the costs and benefits of marketing on the level

of the marketing channel marketing agency cloves in the District Amahai. Data

were analyzed using a pattern of marketing channels, the magnitude of the

marketing margin, the ratio of costs and benefits of marketing on the level of

marketing agencies in the District Amahai how efficient trading system to get the

cloves in District Amahai. Analyze margin trading system and farmer’s share

trading system shows that the channel one is more efficient because although do

not have smallest margin trading system and biggest farmer’s share but has the

trading volume is higher than the second channel. While based on the ratio of

benefit and cost analyze, marketing channels one are relatively more efficient

because have the greatest cost benefit ratio and the 19.37.

Keywords: cloves, trading system, efficiency.

Page 5: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik
Page 6: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI

KECAMATAN AMAHAI, KABUPATEN MALUKU TENGAH,

PROVINSI MALUKU

YENI PURNAMASARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 7: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik
Page 8: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

Judul Skripsi : Analisis Tataniaga Cengkeh di Kecamatan Amahai, Kabupaten

Maluku Tengah, Provinsi Maluku

Nama : Yeni Purnamasari

NIM : H34087033

Disetujui oleh

Dr Ir Anna Fariyanti M.Si

Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, M.Si

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 9: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik
Page 10: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2011 ini ialah

tataniaga, dengan judul Analisis Tataniaga Cengkeh di Kecamatan Amahai,

Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi selaku

pembimbing, serta Dr.Ir. Netti Tinaprilla, MM dan Amzul Rifin, PhD yang telah

memberikan saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak

Camat dari Kecamatan Amahai, Bapak Hafis Karepesina, SP sebagai Kabid Bina

Produksi Perkebunan Kabupaten Maluku Tengah , Bapak Umar Sonalitu sebagai

ketua kelompok tani di Desa Sepa dan Tamilao yang telah membantu selama

pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu,

mama, suami, almiraku serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih

sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

Yeni Purnamasari

Page 11: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

Gambaran Usahatani Cengkeh 6

Gambaran Tataniaga 8

KERANGKA PEMIKIRAN 9

Kerangka Pemikiran Teoritis 9

Kerangka Pemikiran Operasional 16

METODE PENELITIAN 17

Lokasi dan Waktu 17

Data dan Instrumentasi 18

Metode Penentuan Responden 18

Analisis Lembaga dan Fungsi Tataniaga 19

Analisis Saluran Tataniaga 19

Analisis Struktur Pasar 19

Analisis Marjin Tataniaga 20

Analisis Farmer’s Share 20

Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya 20

HASIL DAN PEMBAHASAN 20

Karakteristik Petani Responden 21

Karakteristik Pedagang Responden 23

Gambaran Usahatani Cengkeh di Kecamatan Amahai 24

Sistem Tataniaga 24

Saluran Pemasaran 25

Fungsi Tataniaga Pada Setiap Lembaga Pemasaran 27

Struktur Pasar 32

Analisi Marjin Tataniaga 36

Farmer’s Share 39

Page 12: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

Rasio Keuntungan dan Biaya 40

SIMPULAN DAN SARAN 41

Simpulan 41

Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 42

RIWAYAT HIDUP 44

Page 13: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan kontribusi PDB lapangan usaha atas dasar harga

berlaku tahun 2006-20101 1

2 Persentase kontribusi sub sektor pertanian dalam PDB atas dasar

harga konstan 2000, tahun 2009-2014 2

3 Perkembangan volume ekspor dan impor cengkeh tahun2007-2012 3

4 Perkembangan luas areal, produksi, ekspor, dan impor, Tahun 2007-

2012 3

5 Perkembangan produksi cengkeh di beberapa provinsi di Indonesia

Tahun 2012-2014 4

6 Perkembangan harga cengkeh di pasar dalam negeri dan pasar dunia

Tahun 2007-2012 5

7 Standar mutu cengkeh America Spice Trade Association 8

8 Karakteristik struktur pasar untuk pangan dan serat 13

9 Karakteristik petani responden komoditi cengkeh di Kecamatan

Amahai 21

10 Karakteristik pedagang responden komoditi cengkeh di Kecamatan

Amahai 23

11 Fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh lembaga pemasaran

cengkeh 28

12 Marjin tataniaga cengkeh di Kecamatan Amahai, 2011 38

13 Farmer’s share dan marjin tataniaga pada saluran tataniaga cengkeh

di kecamatan Amahai 2011 39

14 Rasio keuntungan dan biaya untuk setiap saluran pemasaran di

Kecamatan Amahai 40

DAFTAR GAMBAR

1 Saluran pemasaran barang konsumsi 12

2 Konsep marjin pemasaran 15

3 Kerangka pemikiran operasional analisis tataniaga cengkeh di

Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku 17

4 Saluran pemasaran cengkeh di Kecamatan Amahai 25

Page 14: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik
Page 15: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan dalam pengadaan

pangan, bahan baku industri, meningkatkan penerimaan devisa, menciptakan

lapangan pekerjaan, dan meningkatkan pendapatan petani. Hal ini berarti sektor

pertanian turut serta dalam menggerakkan perekonomian bangsa. Kontribusi

sektor pertanian dalam Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku

sekitar 14.44 persen pada tahun 2012, menempati posisi kedua setelah industri

pengolahan. Namun dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan.

Terlihat pada Tabel 1. tentang perkembangan kontribusi PDB beberapa lapangan

usaha atas dasar harga berlaku tahun 2009-2012.

Tabel 1. Perkembangan kontribusi Produk Domestik Bruto beberapa lapangan

usaha atas dasar harga berlaku, Tahun 2009-2012 (persen)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011*)

2012**)

Pertanian, peternakan,

kehutanan, dan perikanan 15.29 15.29 14.70 14.44

Pertambangan dan

penggalian 10.56 11.16 11.85 11.78

Industri pengolahan 26.36 24.80 24.33 23.94

Listrik gas, dan air bersih 0.83 0.76 0.77 0.79

Konstruksi 9.90 10.25 10.16 10.45

Perdagangan, hotel, dan

restoran 13.28 13.69 13.80 13.90

Pengangkutan dan

komunikasi 6.31 6.56 6.62 6.66

Keuangan, real estate dan

jasa 7.23 7.24 7.21 7.26

Jasa-jasa 10.24 10.24 10.56 10.78

PDB 100.00 100.00 100.00 100

PDB tanpa migas 88.90 89.50 89.40 91.70 Sumber: BPS (2013) Keterangan:

* = angka sementara

** = angka sangat sementara

Berdasarkan bidang usahanya, sektor pertanian terbagi atas subsektor

tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan perikanan. Peranan sub sektor

perkebunan menyumbang 14.44 persen dari sektor pertanian pada tahun 2012.

Peranan sub sektor perkebunan sebesar 1.94 persen dalam menyumbang PDB

sektor pertanian tahun 2012 dapat dilihat dalam Tabel 2. Persentase kontribusi sub

sektor pertanian dalam Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku, Tahun

2009-2012.

Page 16: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

2

Tabel 2. Persentase kontribusi sub sektor pertanian dalam Produk Domestik Bruto

atas dasar harga konstan 2000, Tahun 2009-2012

Sektor Pertanian 2009r)

2010r)

2011*)

2012**)

Pertanian Sempit (Sub Sektor)

a. Tanaman Bahan

Makanan

b. Tanaman Perkebunan

c. Peternakan dan hasil-

hasilnya

7.48

1.99

1.89

7.48

2.11

1.85

7.14

2.07

1.74

6.97

1.94

1.77

d. Kehutanan 0.80 0.75 0.70 0.67

e. Perikanan 3.15 3.09 3.05 3.10

Sektor Pertanian 15.29 15.29 14.70 14.44 Sumber: BPS (2013) Keterangan:

r = angka diperbaiki

* = angka sementara

** = angka sangat sementara

Dari beberapa komoditas perkebunan, cengkeh memiliki karakteristik

yang unik yakni kebutuhan dalam negeri yang tinggi hingga membuat pemerintah

harus melakukan impor pada kondisi panen dalam negeri rendah. Dilain pihak

kualitas cengkeh dalam negeri yang bagus dan tingginya permintaan pasar luar

negeri juga membuat pemerintah tergiur untuk melakukan ekspor. Hal ini terlihat

dari data pada Tabel 3. Volume ekspor-impor cengkeh Tahun 2000-2012.

Tabel 3. Volume ekspor-impor cengkeh Tahun 2000-2012

Tahun Ekspor Impor

Volume(Ton) Nilai(000US$) Volume(Ton) Nilai(000US$)

2000 4 655 8 281 20 873 52 390

2001 6 324 10 670 16 899 17 365

2002 9 399 25 973 796 653

2003 15 688 24 929 172 151

2004 9 060 16 037 9 8

2005 7 680 14 916 1 1

2006 11 270 23 533 1 1

2007 14 094 33 951 0 0

2008 4 251 7 251 0 0

2009 5 142 5 586 31 112

2010 6 008 12 581 277 1 336

2011 5 397 16 304 14 979 345 151

2012 5 941 24 767 7 164 110 793

Sumber : Pusdatin Kementerian Pertanian (2014)

Volume dan nilai ekspor yang rendah dari komoditas cengkeh bila

dibandingkan dengan komoditi perkebunan lainnya dapat dimaklumi karena

sebagian besar produksi cengkeh diserap untuk keperluan dalam negeri. Konsumsi

cengkeh di Indonesia dipenuhi dari produksi dalam negeri maupun impor.

Perkembangan konsumsi cengkeh selama tahun 1970 - 2008 meskipun

berfluktuasi namun cenderung meningkat (Pusdatin Kementerian Pertanian 2010).

Page 17: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

3

Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik

untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik. Selengkapnya

perkembangan luas areal, produksi, ekspor, dan impor cengkeh untuk tahun 2004-

2008 dapat dilihat dalam Tabel 4. Perkembangan produksi, ekspor, impor, dan

konsumsi cengkeh Indonesia, Tahun 2004-2008.

Tabel 4. Perkembangan Luas Areal, Produksi, Ekspor dan impor cengkeh, Tahun

2007-2012

Tahun Luas Areal

(Ha)

Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Impor (Ton)

2007 453 292 80 404 14 094 0

2008 456 471 70 535 4 251 0

2009 467 316 81 988 5 142 31

2010 470 041 98 386 6 008 277

2011

485 191 72 207 5 397 14 979

2012

493 888 99 890 5 941 7 164 Sumber : Pusdatin Kementerian Pertanian (2014)

Berdasarkan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) tahun 2014

Kementerian Pertanian produksi cengkeh pada tahun 2010 dan 2012 lebih tinggi

dibanding pada tahun-tahun lainnya. Bahkan pada periode 2012 produksi cengkeh

mencapai 99 890 ton. Hal ini disebabkan sesuai dengan karakter sifat cengkeh

yang akan mengalami panen raya setiap dua tahun sekali juga adanya

pertambahan luasan perkebunan yang diusahakan.

Tanaman cengkeh merupakan salah satu tanaman yang menginginkan

kondisi agroklimat tertentu. Walaupun dapat hidup di iklim tropikal seperti di

Indonesia, belum tentu tanaman cengkeh tersebut dapat berproduksi dengan baik.

Sehingga dalam perkembangan produksi cengkeh terdapat beberapa provinsi yang

menjadi sentra produksi cengkeh. Sejak tahun 2012-2014 telah memberikan

kontribusi kumulatif yang tinggi hingga mencapai 15.008 persen, yakni Provinsi

Sulawesi Utara. Selanjutnya Maluku memiliki kontribusi 12.64 persen

menyumbang produksi cengkeh nasional pada tahun 2012-2014. Berturut-turut

Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Jawa

Tengah, DKI Jakarta, Kepualauan Riau dan Bali adalah beberapa provinsi yang

memiliki produksi cengkeh yang relatif tinggi dibanding provinsi lain di Indonesia.

Data beberapa provinsi sebagai sentra penghasil cengkeh di Indonesia tahun 2012-

2014 dapat dilihat pada Tabel 5. Perkembangan produksi cengkeh di beberapa

provinsi, Tahun 2012-2014.

Peningkatan produksi cengkeh nasional tidak terlepas dari semakin

meningkatnya industri rokok nasional. Pada tahun 1942, harga 1 kg cengkeh

kering sama dengan 1 gr emas murni. Tertarik dengan harga yang tinggi, maka

pada waktu itu petani berlomba-lomba menanam cengkeh. Bahkan gabungan

pengusaha pabrik rokok Indonesia mempelopori pendirian perkebunan besar

cengkeh yang sebelumnya tidak ada di Indonesia. Sejak saat itu, tanaman cengkeh

dikembangkan secara besar-besaran dan pengembangannya hampir diseluruh

wilayah Indonesia. Namun dengan semakin luasnya areal pengembangan cengkeh

dan meningkatnya produksi, sejak tahun 1982 keadaan mulai berubah.

Page 18: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

4

Tabel 5. Perkembangan produksi cengkeh di beberapa provinsi, Tahun 2012-2014

Provinsi Produksi (Ton)

Rata-rata Share (%) 2012 2013

*) 2014

**)

Sulawesi Utara 14 965 15 116 15 288 45 369 15.008

Maluku 12 669 12 734 12 823 38 226 12.64

Sulawesi Tengah 10 690 10 710 10 736 32 136 10.63

Sulawesi Selatan 10 536 10 552 10 572 31 660 10.47

Jawa Timur 10 146 10 337 10 522 31 005 10.25

Sulawesi Tenggara 6 692 6 699 6 719 20 110 6.65

Jawa Tengah 6 500 6 565 6 656 19 721 6.609

DKI Jakarta 5 628 5 652 5 677 16 957 5.60

Kepulauan Riau 3 247 3 262 3 282 6 544 2.16

Bali 3 092 3 101 3 111 9 304 3.07

Lainnya 18 972 15 997 12 684 51 253 17.00

Total Indonesia 99 890 100 725 101 670 302 285 100.00 Sumber: Kementerian Pertanian 2014

Perumusan Masalah

Adanya kebebasan menentukan pasar cengkeh setelah BPPC dihentikan,

maka telah mengembalikan harga cengkeh kembali normal. Hal ini merangsang

kembali masyarakat untuk membudidayakan tanaman cengkeh tersebut. Semakin

banyaknya yang membudidayakan cengkeh menyebabkan jumlah produksi

cengkeh meningkat. Dengan peningkatan produksi tanaman cengkeh, maka

pemasaran sangat diperlukan guna menjual hasil produksi yang bertambah.

Apalagi rantai pemasaran yang dulunya dikuasai oleh BPPC telah dihapuskan

maka para petani harus mencari sistem saluran pemasaran sendiri dan berdasarkan

pertimbangan yang tepat. Pertimbangan tersebut meliputi jumlah panen atau

besaran panen, jarak tempuh dan pertimbangan lainnya sehingga dapat

memaksimalkan pendapatan petani.

Mekanisme tataniaga cengkeh yang mana petani bebas menentukan pasar

yang dituju, panjangnya rantai tataniaga dan rendahnya produksi pada tahun 2008,

menyebabkan harga cengkeh pada 2008 mencapai 53 000 rupiah per kilogram.

Rentang harga cengkeh dalam negeri dan luar negeri dalam kurun waktu 2004-

2008 menyebabkan kekhawatiran tersendiri bagi pelaku usaha cengkeh di dalam

negeri, khususnya petani dan pedagang cengkeh. Karena jika pengusaha rokok

sudah merasa tidak mampu dan tidak mau lagi membeli cengkeh dari petani lokal,

maka mereka akan meminta pemerintah untuk melakukan impor cengkeh. Impor

cengkeh dipilih karena harga cengkeh dunia yang lebih murah daripada harga

cengkeh produksi dalam negeri. Jika benar terjadi, maka hal ini tentu sangat

merugikan petani. Perkembangan harga cengkeh di pasar dalam negeri dan pasar

dunia antara tahun 2007 – 2012 dapat dilihat pada Tabel 6. Perkembangan harga

cengkeh di pasar dalam negeri dan dunia.

Harga rata-rata di perusahaan rokok sebagai konsumen akhir yang tinggi

pada tahun 2011 mencapai 125 000 rupiah menimbulkan pertanyaan mengenai

harga yang diterima petani sebagai produsen cengkeh. Sedangkan harga yang

diterima petani jauh lebih rendah sebesar 43 000 rupiah dari pada harga yang

dibayarkan konsumen akhir kepada pedagang besar. Hal ini tidak terlepas dari

Page 19: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

5

peranan lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran cengkeh. Perbedaan

lokasi, perbedaan fungsi dan perbedaan perlakuan/kegiatan lembaga tataniaga

menyebabkan harga di tiap lembaga tataniaga pun menjadi berbeda.

Tabel 6. Perkembangan harga cengkeh di pasar dalam negeri dan dunia, Tahun

2007-2012

Tahun Dalam Negeri Internasional

Rp/Kg Pertumbuhan (%) US$/lb Pertumbuhan (%)

2007 39 304 -9.57 - -

2008 53 005 34.85 - -

2009 47 921 -9.59 - -

2010 49 890 4.10 - -

2011 125 756 152.06 7.10 2.20

2012 85 389 -32.09 - -

Sumber: Kementerian Pertanian 2014

Adanya lembaga tataniaga juga akan menyebabkan harga produk berubah

setelah sampai di konsumen. Hal ini dikarenakan setiap lembaga tataniaga

berusaha melakukan fungsi tataniaga yang menambah nilai guna utilitas dari

produk tersebut sehingga memperbesar biaya tataniaga. Besar biaya pemasaran

biasanya dibebankan kepada pihak produsen dan konsumen, yaitu dengan

meningkatkan harga konsumen atau menekan harga produsen.

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang dapat dikemukakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana lembaga dan fungsi tataniaga, saluran tataniaga, struktur

pasar, dan perilaku pasar cengkeh di Kecamatan Amahai, Kabupaten

Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

2. Apakah proses tataniaga yang berlangsung sudah efisien berdasarkan

analisis marjin tataniaga, farmer’s share, serta rasio keuntungan dan

biaya

Hal inilah yang mendorong peneliti mengadakan penelitian mengenai

analisis pemasaran cengkeh di Maluku sebagai salah satu sentra penghasil

cengkeh.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan :

1. Menganalisis pola saluran pemasaran cengkeh di Kecamatan Amahai,

Kabupaten Maluku Tengah .

2. Menganalisis besarnya margin pemasaran dan tingkat efisiensi pemasaran

cengkeh di Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah.

3. Menganalisis biaya dan keuntungan pemasaran pada tingkat lembaga

pemasaran dalam saluran pemasaran cengkeh di Kecamatan Amahai.

Page 20: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

6

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada petani dan

lembaga tataniaga, masyarakat, penulis, dan pembaca sebagai akademisi.

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan

dan pengetahuan yang lebih luas mengenai pemasaran cengkeh.

2. Bagi lembaga tataniaga, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi tambahan dan masukan dalam membuat keputusan dalam

memasarkan produk cengkeh.

3. Bagi petani atau pedagang, hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat

digunakan sebagai bahan acuan dalam rangka peningkatan usaha dan

mampu memperbaiki manajemen usaha.

4. Bagi perguruan tinggi, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan informasi yang berguna sebagai acuan dalam melakukan

penelitian lebih lanjut terhadap pemilihan saluran pemasaran.

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Usahatani Cengkeh

Tanaman cengkeh mempunyai dua masa kritis dalam siklus hidupnya,

yaitu masa sebelum berumur tiga tahun dan setelah umur delapan tahun, terutama

pada awal dan sesudah panen pertama. Keadaan pertumbuhan tanaman tersebut

sangat dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh dan cara budidaya. Tanaman cengkeh

dimasukkan dalam kategori tanaman manja dalam arti memerlukan lingkungan

yang khusus dan pemeliharaan yang intensif (Ruhnayat, 2002).

Cengkeh menghendaki iklim yang panas dengan curah hujan yang cukup

merata, karena tanaman itu tidak tahan kemarau panjang. Tanaman cengkeh

tumbuh dengan baik dengan suhu optimum 18o

-30o

C, kelembaban optimum

antara 60-80 persen, ketinggian 600-900 meter dari permukaan laut dan curah

hujan 2000-6000 mm tiap tahun (Hadiwijaya, 1989). Selain itu tanah yang sesuai

adalah tanah yang gembur, solum yang tebal (minimal 1,5 meter) dan kedalaman

air tanah lebih dari tiga meter dari permukaan tanah serta memiliki tingkat

kemasaman 5.5 – 6.5 pH. Jenis tanah yang cocok antara lain latosol, podsolik

merah, mediterian dan andosol (Ruhnayat, 2002).

Menurut Kemala (1999), perkembangan luas areal tanaman cengkeh

sangat dipengaruhi harga. Jika harga dan luas areal tanaman cengkeh

dipertahankan dikuatirkan produktifitas akan terus menurun. Penurunan

produktivitas ini disebabkan oleh keterbatasan modal yang dimiliki petani

sehingga mereka tidak mampu mengelola usahatani cengkeh dengan baik. Hal

tersebut berakibat terhadap menurunnya pasokan cengkeh pada tahun-tahun yang

akan datang.

Wahid dalam Yuhono (1997) menyatakan bahwa tanaman cengkeh

termasuk tanaman yang berbunga terminal dalam arti mengenal siklus produksi

dimana setiap tiga sampai empat tahun terjadi satu kali berbunga lebat, satu kali

berbunga sedang dan satu kali berbunga sedikit. Disisi lain tanaman cengkeh

mengenal kesesuaian lahan dan agroklimat dimana tiap daerah dapat berbeda satu

Page 21: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

7

sama lain sehingga jatuh tempo dari siklus produksi dapat bervariasi bagi seluruh

wilayah produsen cengkeh di Indonesia. Pengaruh simultan dari faktor tersebut

menyebabkan fluktuasi produksi cengkeh nasional. Ruhnayat (1997)

menyimpulkan penyebab utama fluktuasi produksi tanaman cengkeh adalah faktor

iklim, genetis, fisiologis dan budaya.

Untuk meningkatkan dan menekan variasi mutu akan diperlukan standar

mutu cengkeh. Dengan adanya standar mutu yang telah disepakati antara produsen

dan konsumen maka kepastian perdagangan dapat ditingkatkan. Konsumen dapat

mengetahui dengan pasti mutu barang yang akan di beli dan produsen dapat

mengarahkan mutu produksinya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Standar mutu cengkeh yang berlaku di Indonesia adalah SNI No. 01-3392-

1994 yang dibuat oleh Dewan Standardisasi Nasional (DSN). Standar mutu

cengkeh tersebut disusun berdasarkan hasil survei ke perkebunan rakyat dan

swasta, pabrik rokok kretek, wawancara dengan pihak-pihak yang berkecimpung

dalam perdagangan cengkeh, dan membandingkan dengan standar mutu cengkeh

dari America Spice Trade Association (ASTA), beberapa negara importir dan

negara eksportir cengkeh.

Syarat mutu dari cengkeh terdiri dari ukuran, warna, bahan asing, gagang

cengkeh, cengkeh inferior, cengkeh rusak, kadar air dan kadar minyak atsiri.

Bahan asing dalam syarat mutu diartikan sebagai semua bahan yang bukan berasal

dari bunga cengkeh. Cengkeh inferior adalah cengkeh keriput, patah dan cengkeh

yang telah dibuahi. Sedangkan cengkeh rusak adalah cengkeh berjamur dan telah

diekstraksi.

Beberapa upaya perbaikan untuk menanggulangi permasalahan mutu

cengkeh antara lain dapat dilakukan dengan perwilayahaan cengkeh sehingga

penanaman dilakukan pada daerah yang sangat sesuai, penggunaan varietas

unggul serta perbaikan dan standarisasi cara pengolahan. Perbaikan cara

pengolahan antara lain dengan waktu panen yang tepat sehingga rendemen

cengkeh kering dan minyak meningkat serta inferior dan menir berkurang. Untuk

mengurangi kadar bahan asing, pengeringan sebaiknya dilakukan pada lantai

jemur yang bersih atau di atas para-para menggunakan tampah atau dengan

pengering buatan. Selain itu kadar bahan asing dan persentase gagang cengkeh

dapat dilurangi dengan melakukan sortasi sebelum cengkeh disimpan atau

dipasarkan.

Tabel 7. Standar mutu cengkeh America Spice Trade Association

Syarat Mutu Mutu

Mutu I Mutu II Mutu III

Ukuran Rata Rata Tidak rata

Warna Coklat

kehitaman

Cokelat Cokelat

Bahan Asing (%, b/b) maks. 0.5 1 1

Gagang Cengkeh (%, b/b) maks 1 3 5

Cengkeh inferior (%,b/b) maks 2 2 5

Cengkeh rusak Negatif Negatif Negatif

Kadar air (%,v/b) maks 14 14 14

Kadar minyak atsiri (%, v/b) min 20 18 16

Sumber: Ruhnayat, 2002

Page 22: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

8

Menurut Sinaga (1999), tataniaga merupakan bagian perilaku ekonomi

yang termasuk dalam kelompok distribusi. Tataniaga atau sistem pemasaran

adalah suatu cara untuk menyalurkan barang yang diproduksi oleh produsen agar

dapat sampai pada konsumen. Fungsi tataniaga merupakan peningkatan kegunaan

suatu barang yang dikonsumsi oleh konsumen, dimana peningkatan kegunaan

tersebut berhubungan dengan kegunaan waktu, bentuk dan harga. Pada prinsipnya

fungsi tataniaga tersebut lebih menekankan pada peningkatan nilai guna tempat

dari waktu suatu barang, di dalam pendistribusiannya diperlukan adanya perantara

atau yang disebut pedagang perantara.

Tataniaga cengkeh merupakan suatu sistem yang mengatur mekanisme

transaksi perdagangan cengkeh hasil produksi dalam negeri dari tingkat produksi

(perkebunan rakyat, perkebunan swasta dan perkebunan swasta) hingga ke tingkat

konsumen yaitu industri (rokok dan obat-obatan) dan rumah tangga. Tataniaga

cengkeh memiliki suatu keunikan karena produsennya banyak tapi jumlah industri

rokok serta pabrik lainnya yang menggunakan cengkeh sebagai bahan baku hanya

sedikit. Strategi terhadap tataniaga cengkeh di Indonesia yang bersifat oligopsoni,

di samping cengkeh merupakan komoditi pertanian yang memiliki nilai strategis

bagi perekonomian nasional maka tataniaga cengkeh diatur melalui kebijakan

pemerintah dengan tujuan:

a. Agar petani sebagai produsen cengkeh menerima harga yang wajar

sehingga tingkat pendapatan petani dapat meningkat.

b. Agar dapat menjamin ketersediaan stok cengkeh sebagai persyaratan

terjaminnya serta berkesinambungan produksi pabrik rokok kretek.

Gambaran Tataniaga

Produk pertanian, khususnya produk yang dihasilkan oleh sub sektor

perkebunan, memerlukan sejumlah perlakuan agar dapat dikonsumsi oleh

konsumennya. Harus melalui proses pengolahan termasuk adanya proses sortasi

atau grading. Jarak pusat produksi ke pusat konsumsi juga berpengaruh. Disinilah

peranan sejumlah lembaga pemasaran yang dibutuhkan untuk melaksanakan

fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi pertukaran terdiri atas kegiatan penjualan dan

pembelian, dilakukan oleh semua pedagang kecuali petani yang hanya melakukan

kegiatan penjualan. Fungsi-fungsi pemasaran lainnya juga dilakukan oleh masing-

masing lembaga pemasaran adalah fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi fisik

terdiri dari kegiatan-kegiatan pengangkutan, bongkar muat, penimbangan,

pengemasan dan penyimpanan. Sedangkan fungsi fasilitas terdiri atas kegiatan-

kegiatan sortasi, grading, penanggungan risiko, retribusi pasar dan informasi

harga. Untuk fungsi fisik, hampir semua lemabaga pemasaran melakukan

kegiatan tersebut kecuali pengemasan yang tidak dilakukan oleh petani, pedagang

pengumpul tingkat desa dan pedagang pengumpul tingkat kecamatan. Sedangkan

pada fungsi fasilitas, kegiatan sortasi tidak dilakukan oleh petani dan pedagang

pengumpul tingkat desa. Grading hanya dilakukan oleh pedagang besar dan

eksportir, sementara kegiatan penanggungan risiko hanya dilakukan oleh eksportir

saja (Sallatu 2006).

Mahaputra dkk(2006), menyatakan bahwa dari tiga lembaga tataniaga

cengkeh di Bali, pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang antar pulau

malakukan beberapa fungsi pemasaran sekaligus yang masing-masing lembaga

dapat sama maupun berbeda. Pedagang pengumpul di tingkat desa maupun

Page 23: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

9

kecamatan selain melakukan fungsi pertukaran juga melakukan fungsi fisik.

Fungsi fisik ini berupa penyimpanan untuk menghidari kerugiaan saat harga turun.

Sementara pedagang besar dan pedagang antar pulau memegang peranan penting

dalam hal fungsi fasilitas berupa informasi harga yang diperoleh dari konsumen.

Berdasarkan hasil tataniaga ubi jalar di Desa Gunung Malang, Kecamatan

Tenjolaya, Kabupaten Bogor, diketahui bahwa terdapat lima lembaga tataniaga

dalam sistem tataniaga ubi jalar di desa Gunung Malang. Setiap lembaga tataniaga

tersebut melakukan fungsi tataniaga yang berbeda-beda. Struktur pasar pada

petani dan pedagang grosir cenderung mendekati pasar persaingan sempurna,

sedangkan pedagang pengumpul pertama, tingkat kedua dan pengecer cenderung

menghadapi pasar oligopoli(Purba, 2010).

Purba (2010), menyatakan bahwa berdasarkan hasil analisa marjin

tataniaga dan rasio keuntungan dan biaya pada tataniaga ubi jalar di Kecamatan

Tenjolaya menyatakan saluran tataniaga I lebih efisien, karena memiliki rasio

keuntungan dan biaya yang terbesar serta volume penjualan yang tinggu pula.

Mahaputra dkk(2006), untuk mengetahui efisiensi tataniaga cengkeh

menggunakan analisis distribusi margin. Berdasarkan hasil penelitiannya tersebut

rantai tataniaga cengkeh yang relatif pendek belum tentu lebih efisien. Karena

ternyata margin pemasaran cukup tinggi, namun bagian yang diterima petani

cengkeh rendah, sedangkan margin keuntungan pedagang cukup tinggi. Hal ini

karena pedagang menahan untuk tidak menjual cengkeh di saat harganya turun

untuk mengurangi kerugian. Sementara petani tetap menjual hasil panennya

berapapun harga yang diberikan oleh lembaga tataniaga selanjutnya.

Sebelum BPPC dihapuskan tataniaga cengkeh memiliki kecenderungan

bahwa sistem tataniaga yang dilaksanakan pada waktu itu belum efisien karena

setiap lembaga tataniaga belum berperan sebagai mana mestinya. Sehingga petani

belum memperoleh farmer’s share yang semestinya. Octavianus (2003),

menyatakan bahwa setelah dihapuskannya BPPC dalam sistem tataniaga cengkeh,

harga cengkeh yang diterima mengalami peningkatan. Namun pada penelitian

yang dilakukan Mahaputra (2006), disebutkan ternyata saluran tataniaga dengan

jumlah lembaga tataniaga yang relatif pendek pun belum menjamin efisiensi

saluran tataniaga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa efisiensi saluran

tataniaga cengkeh sehingga hasil dari penelitian ini bermanfaat bagi lembaga

tataniaga yang berperan dalam sistem tataniaga cengkeh.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Konsep Tataniaga

Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga atau pemasaran

merupakan terjemahaan dari marketing, selanjutnya tataniaga dapat didefinisikan

sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan bergeraknya barang-

barang dan jasa dari produsen sampai konsumen. Dapat disimpulkan bahwa tujuan

akhir dari tataniaga adalah menempatkan barang-barang dan jasa ke tangan

konsumen akhir.

Page 24: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

10

Tataniaga merupakan rangkaian tahapan fungsi yang diperlukan dalam

penanganan/pergerakan input ataupun produk mulai dari titik produsen primer

sampai konsumen akhir. Serangkaian fungsi tersebut terdiri dari proses produksi,

pengumpulan, pengolahan, dan penyaluran oleh pedagang grosir, pedagang

pengecer sampai konsumen (Dahl dan Hammond 1977).

Kohls dan Uhl (2002) mendefinisikan tataniaga pertanian sebagai suatu

keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang atau jasa komoditas

pertanian mulai tingkat produksi(petani) sampai konsumen akhir, yang mencakup

aspek input dan output pertanian. Kohls dan Uhl (2002) menggunakan beberapa

pendekatan dalam menganalisis sistem tataniaga:

1. Pendekatan Fungsi (The Fungsional Approach)

Pendekatan fungsi digunakan untuk mengetahui fungsi tataniaga apa

saja yang dijalankan oleh pelaku yang terlibat dalam tataniaga. Fungsi-fungsi

tersebut adalah fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik

(penyimpanan, transportasi, dan pengolahan), serta fungsi fasilitas

(standarisasi, penanggungan risiko, pembiayaan, dan informasi pasar).

2. Pendekatan Kelembagaan (The Institutional Approach)

Pendekatan kelembagaan digunakan untuk mengetahui berbagai macam

lembaga atau pelaku yang terlibat dalam tataniaga. Pendekatan kelembagaan

juga membantu memahami mengapa ada spesialisasi pedagang perantara

dalam sistem tataniaga, mengapa petani dan konsumen tidak dapat berhadapan

pada satu tempat, bagaimana karakter dari berbagai jenis pedagang perantara

(middlemen), hubungan agen perantara, serta susunan dan organisasi dari

aktivitas tataniaga dalam produk pertanian. Pendekatan kelembagaan terdiri

dari pedagang perantara (merchant middlemen), agen perantara (agent

middlemen), spekualtor (speculative middlemen), pengolah dan pabrikan

(processors and manufacturers), dan organisasi (facilitative organization).

3. Pendekatan Sistem (The Behavioral sistem approach)

Pendekatan sistem merupakan pelengkap dari pendekatan fungsi

kelembagaan untuk mengetahui aktivitas-aktivitas yang ada dalam proses

tataniaga, seperti perilaku lembaga yang terlibat dalam tataniaga dan

kombinasi dari fungsi tataniaga. Pendekatan ini terdiri dari the input-output,

the power system, dan the communication system.

Konsep Lembaga Tataniaga

Dalam prosesnya, dalam tataniaga terdapat berbagai pelaku ekonomi yang

terlibat secara langsung maupun tidak langsung, keterlibatan ini dilakukan dengan

melaksanakaan fungsi-fungsi tataniaga. Menurut Hanafiah dan Saifudin (2006),

lembaga tataniaga adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau

fungsi tataniaga dengan nama barang-barang bergerak dari pihak produsen sampai

pihak konsumen. Sehingga dapat dikatakan bahwa semua pihak yang terlibat

dalam pelaksanaan fungsi tataniaga adalah termasuk dalam bagian lembaga

tataniaga, baik itu bentuknya kelompok ataupun perorangan.

Menurut Sudiyono (2001), lembaga tataniaga adalah badan usaha atau

individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari

produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha

atau individu lainnya. Lembaga tataniaga ini adalah lembaga yang akan

Page 25: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

11

menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen

semaksimal mungkin. Aliran produk pertanian dari produsen ke konsumen akhir

disertai peningkatan nilai guna komoditi-komoditi pertanian akan ada apabila

lembaga tataniaga ini menjalankan fungsi-fungsi tataniaganya.

Konsep Fungsi Tataniaga

Menurut Kohls dan Uhl (2002), fungsi tataniaga dikelompokkan menjadi

tiga fungsi utama yaitu : (1) fungsi pertukaran; (2) fungsi fisik; dan (3) fungsi

fasilitas. Fungsi pertukaran merupakan kegiatan untuk memperlancar pemindahan

hak milik atas barang dan jasa dari penjual kepada pembeli. Adapun fungsi

pertukaran terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian. Kegaitan fungsi penjualan

ini diperlukan untuk mencari tempat dan waktu yang tepat untuk melakukan

penjualan barang dan jasa sesuai dengan yang diinginkan konsumen baik dilihat

dari jumlah, bentuk, dan mutunya. Kegiatan fungsi pembelian diperlukan untuk

menentukan jenis barang yang akan dibeli yang sesuai dengan kebutuhan baik

untuk dikonsumsi langsung maupun untuk kebutuhan produksi dengan cara

menentukan jenis, jumlah, kualitas, tempat pembelian serta cara pembelian barang

atas jasa yang akan dibeli.

Fungsi fisik merupakan seluruh kegiatan yang langsung berhubungan

dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, kegunaan

bentuk, dan kegunaan waktu. Fungsi-fungsi fisik dari tataniaga yaitu fungsi

penyimpanan yang bertujuan agar komoditas selalu tersedia pada saat dibutuhkan,

fungsi pengankutan yang bertujuan untuk menyediakan barang dan jasa di daerah

konsumen sesuai dengan permintaan, dan fungsi pengolahan yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas barang yang bersangkutan baik dalam rangka memperkuat

daya tahan barang tersebut maupun dalam rangka peningkatan nilainya.

Fungsi fasilitas adalah segala kegiatan yang memperlancar kegiatan

pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari

empat fungsi utama, yaitu : (1) fungsi standarisasi dan grading, dimana

standarisasi merupakan suatu ukuran atau penentuan mutu suatu barang dengan

menggunakan berbagai ukuran atau kriteria tertentu, sedangkan grading adalah

tindakan mengklasifikasikan hasil-hasil pertanian menurut suatu standarisasi yang

diinginkan sehingga kelompok barang yang terkumpul sudah menurut satu ukuran

standar; (2) fungsi pembiayaan adalah penyediaan biaya untuk keperluan selama

proses pemasaran dan juga kegiatan pengelolaan biaya tersebut; (3) fungsi

penanggungan resiko, merupakan penanggungan resiko terhadap kemungkinan

kehilangan selama proses tataniaga akibat resiko fisik maupun resiko ekonomi

atau pasar; (4) fungsi informasi pasar, fungsi ini meliputi kegiatan pengumpulan

informasi pasar serta menafsirkan data informasi pasar tersebut.

Konsep Saluran Tataniaga

Saluran pemasaran adalah organisasi-organisasi yang saling tergantung

yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau jasa menjadi tersedia

untuk digunakan atau dikonsumsi. Adanya jarak antara produsen dengan

konsumen maka proses penyaluran produk dari produsen ke konsumen

melibatkan beberapa perantara (Kotler dan Keller 2008).

Terdapat empat macam saluran pemasaran yaitu saluran nol-tingkat terdiri

dari produsen yang menjual langsung ke pelanggan akhir (konsumen). Saluran

Page 26: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

12

satu-tingkat berisi satu perantara penjualan, seperti pedagang pengecer. Saluran

dua-tingkat terdapat dua perantara, misalnya pedagang besar dan pedagang

pengecer. Saluran tiga-tingkat terdapat tiga perantara, misalnya pedagang besar,

pemborong, dan pedagang pengecer. Perincian mengenai empat saluran

pemasaran dapat dilihat pada Gambar 1. Saluran pemasaran barang konsumsi.

Konsep Struktur Pasar

Menurut Dahl dan Hammond (1977), struktur pasar menggambarkan fisik

dari industri atau pasar. Terdapat empat faktor penentu dari karakteristik struktur

pasar, yaitu (1) jumlah atau ukuran perusahaan atau usahatani di dalam pasar, (2)

kondisi atau keadaan produk yang diperjualbelikan, (3) hambatan keluar masuk

pasar bagi pelaku tataniaga, dan (4) tingkat informasi pasar yang diketahui oleh

partisipan (penjual dan pembeli) dalam tataniaga, misalnya biaya, harga, dan

kondisi pasar antara partisipan.

Struktur pasar berkaitan dengan jumlah atau volume perusahaan di pasar

(pangsa pasar), ukuran dan konsentrasi perusahaan secara umum dalam industry

atau pasar tersebut. Secara garis besar ada dua struktur pasar yaitu pasar

persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna. Bentuk-bentuk

lainnya, merupakan antara dari dua karakteristik jenis pasar tersebut. Pasar

persaingan sempurna dikatakan jenis pasar yang efisien, sedangkan pasar

persaingan tidak sempurna (monopoli atau monopsoni) merupakan pasar yang

tidak efisien.

Struktur pasar yang karakteristiknya cenderung mendekati pasar

persaingan sempurna adalah struktur pasar persaingan monopolistik. Dimana

struktur pasar tersebut dikatakan relatif efisien karena masih ada unsur persaingan

di dalamnya. Karakteristik pasar yang mendekati pasar persaingan tidak sempurna

(monopili atau monopsoni) cenderung dikatakan pasarnya tidak efisien (oligopoli

atau oligopsoni). Secara terinci ada lima jenis struktur pasar pangan dan serat

(Dahl dan Hammond 1977), seperti terdapat pada Tabel 8. Karakteristik struktur

pasar untuk pangan dan serat.

Struktur pasar persaingan sempurna memiliki ciri-ciri terdapat banyak

pembeli dan penjual yang bertindak sebagai penerima harga (price taker), bebas

keluar masuk pasar, produk yang dipasarkan homogen, dan tidak ada campur

pihak ketiga. Pada pasar persaingan sempurna, jumlah yang diinginkan konsumen

dan yang ditawarkan produsen adalah sama (market clearing).

Saluran nol-tingkat

Saluran satu-tingkat

Saluran dua-tingkat

Saluran tiga-tingkat

Gambar 1. Saluran pemasaran barang konsumsi Sumber : Kotler (2003)

K

O

N

S

U

M

E

N

P.Besar

P.Besar Pemborong

Pengecer

Pengecer

Pengecer

P

R

O

D

U

S

E

N

Page 27: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

13

Pasar monopolistik memiliki ciri-ciri terdapat banyak pembeli dan penjual

yang melakukan transaksi pada berbagai tingkat harga dan bukan atas dasar satu

harga pasar. Adanya beberapa macam harga disebabkan penjual dalam pasar

monopolistik ini tidak homogen. Produk dapat dibedakan menurut kualitas, ciri

atau gaya, pelayanan (service) yang berbeda, perbedaan pengepakan, warna

bungkus, dan harga. Penjual melakukan penawaran yang berbeda untuk segmen

pembeli yang berbeda dan bebas menggunakan merek, periklanan, dan personal

selling.

Tabel 8. Karakter struktur pasar untuk pangan dan serat

Karakteristik Struktur pasar

Jumlah

Perusahaan Sifat Produk Sisi Penjual Sisi Pembeli

Banyak Standardisasi Persaingan murni Persaingan murni

Banyak Diferensiasi Persaingan monopolistik Persaingan monopsonistik

Sedikit Standardisasi Oligopoli murni Oligopsoni murni

Sedikit Diferensiasi Oligopoli diferensiasi Oligopsoni diferensiasi

Satu Unik Monopoli Monopsoni

Sumber : Dahl dan Hammond (1977)

Pasar oligopoli terdiri dari beberapa penjual yang sangat peka akan strategi

pemasaran dan penetapan harga perusahaan lainnya. Produk dapat berupa produk

homogen atau berupa produk heterogen. Sedikitnya jumlah penjual ini disebabkan

oleh tingginya hambatan untuk memasuki industri yang bersangkutan. Hambatan

tersebut dapat berupa paten, kebutuhan modal yang besar, pengendalian bahan

baku, pengetahuan yang sifatnya perorangan, dan lokasi yang langka.

Pasar monopoli memiliki ciri-ciri terdapat satu penjual yang berbentuk

perusahaan monopoli, pemerintah atau swasta menurut undang-undang, dan dapat

berupa monopoli swasta murni. Produk bersifat unik dan tidak dapat

disubstitusikan barang lain, serta ada pengendalian harga dari penjual. Tindakan

diskriminasi harga dengan menjual produk yang sama pada tingkat harga yang

berbeda-beda dan pada pasar yang berbeda.

Konsep Efisiensi Tataniaga

Secara teoritis, tataniaga yang efisien adalah struktur pasar persaingan

sempurna (perfect competition). Struktur pasar seperti ini secara realita tidak dapat

ditemukan. Ukuran efisiensi adalah kepuasan dari konsumen, produsen, maupun

lembaga-lembaga yang terlibat dalam mengalirkan barang dan jasa mulai dari

petani sampai ke konsumen akhhir. Ukuran untuk menentukan tingkat kepuasan

tersebut adalah sulit dan sangat relatif. Oleh sebab itu banyak pakar yang

mempergunakan indikator efisiensi harga dan efisiensi operasional

(teknis)(Asmarantaka, 2010).

Efisiensi harga menekankan kepada kemampuan sistem tataniaga dalam

mengalokasikan sumberdaya dan mengkoordinasikan seluruh produksi pertanian

dan proses tataniaga sehingga efisien yang sesuai dengan keinginan konsumen.

Analisis efisiensi harga dapat dianalisis dengan menggunakan tingkat keterpaduan

pasar yaitu ada atau tidaknya keterpaduan (integrasi) harga di tingkat pasar acuan

dengan harga di tingkat pasar pengikutnya(Asmarantaka 2010).

Page 28: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

14

Efisiensi operasional berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas tataniaga

yang dapat meningkatkan atau memaksimumkan rasio output-input tataniaga.

Input tataniaga adalah sumberdaya (tenaga kerja, pengepakan, mesin-mesin, dan

lain-lain) yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi-fungsi tataniaga. Output

tataniaga termasuk didalamnya adalah kegunaan (utilities) waktu, bentuk, tempat,

dan kepemilikan yang berhubungan dengan kepuasan konsumen. Oleh sebab itu,

penggunaan sumberdaya dalam tataniaga adalah biaya, sedangkan kegunaan

(utilities) adalah manfaat (benefits) dari efisiensi tataniaga. Analisis yang

digunakan dalam kajian efisiensi operasional adalah analisis marjin tataniaga,

farmer’s share, serta rasio keuntungan dan biaya (Dahl dan Hammond 1977).

Konsep Marjin Tataniaga

Margin tataniaga merupakan perbedaan harga atau selisih harga yang

dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima produsen. Margin tataniaga

dapat dikatakan juga sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga

sejak dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen akhir. Kohls dan Uhl (2002)

mendefinisikan margin tataniaga sebagai harga dari kumpulan jasa-jasa tataniaga

sebagai akibat adanya aktivitas produktif yang terjadi dalam proses tataniaga

tersebut.

Setiap lembaga tataniaga yang terlibat dalam sistem tataniaga memiliki

tujuan atau motivasi untuk memperoleh keuntungan atau imbalan dari

pengorbanan yang diberikan. Artinya, dengan pengorbanan tertentu yang

disumbangkan, akan diusahakan untuk mendapatkan manfaat dan keuntungan

yang maksimal atau dengan keuntungan tertentu akan diusahakan meminimumkan

pengorbanan atau pengeluarannya.

Marjin tataniaga adalah perbedaan harga yang terjadi antara lembaga satu

dengan lembaga tataniaga lainnya dalam saluran tataniaga komoditas yang sama.

Marjin tataniaga juga dapat didefinisikan sebagai jarak vertikal antara kurva

permintaan dan penawaran tingkat petani dengan tingkat lembaga tataniaga yang

terlibat yaitu tingkat pengecer.

Teori marjin tataniaga (Tomek dan Robinson, diacu dalam

Asmarantaka,2010) dapat menjelaskan konsep permintaan turunan (derived

demand), yang menjelaskan bagaimana perubahan di setiap tingkat pasar

(lembaga tataniaga) akan tercermin pada pasar yang lain, sedangkan permintaan

awal (primary demand) yaitu permintaan dari konsumen akhir. Penawaran awal

(primary supply) merupakan penawaran di tingkat petani, sedangkan penawaran

turunan (derived supply) merupakan penawaran ditingkat pedagang atau pabrik

pengolahan maupun penawaran di tingkat pedagang pengecer (retail), seperti

yang dapat dilihat pada

Berdasarkan Gambar 2. Marjin tataniaga dapat dilihat besarnya nilai

marjin tataniaga adalah hasil perkalian dari perubahan harga dua tingkat lembaga

tataniaga dengan jumlah produk yang dipasarkan. Besarnya nilai marjin tataniaga

adalah sebesar segiempat (Pr-Pf) x Qr,f. Nilai (Pr-Pf) menunjukkan besarnya

marjin tataniaga suatu komoditas per satuan atau per unit.

Dahl dan Hammond (1977) menyatakan bahwa nilai dari marjin tataniaga

adalah selisih harga di tingkat konsumen dan petani dikalikan dengan jumlah

produk yang dipasarkan. Secara matematika sederhana nilai dari marjin tataniaga

adalah VMM= (Pr-Pf) Qr.f. Nilai dari marjin tataniaga (VMM) dapat dipandang

Page 29: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

15

secara agregat atau ke dalam dua aspek yang berbeda. Aspek yang pertama dari

VMM adalah penerimaan dari input yang dipergunakan dalam proses pengolahan

atau jasa tataniaga yang dipergunakan dari tingkat petani sampai konsumen,

marketing cost (returns to factors) termasuk dalam kelompok ini adalah upah,

bunga, sewa, dan keuntungan. Aspek yang kedua adalah marketing charges

(returns to institutions) yaitu aspek balas jasa terhadap kelembagaan tataniaga,

dimana terdiri atas pedagang eceran, grosir, pengolah, pabrikan, dan pengumpul.

P (Harga) Sr

Pr Sf

Marjin Pemasaran Nilai Marjin = (Pr-Pf) Qrf

(Pr -Pf ) Dr

Pf

Df

O Qr,f

Q (Jumlah)

Gambar 2. Konsep Marjin Pemasaran

Sumber : Tomek dan Robinson 1990 diacu dalam Asmarantaka 2010

Keterangan:

Dr = kurva permintaan ditingkat konsumen akhir (primary demand)

Df = kurva permintaan ditingkat petani (derived demand)

Sf = kurva penawaran ditingkat petani (primary supply)

Sr = kurva permintaan ditingkat konsumen akhir (derived supply)

Pf = harga ditingkat petani

Pr = harga ditingkat konsumen akhir

Qr,f = jumlah produk ditingkat petani dan konsumen akhir

Konsep Farmer’s Share

Farmer’s share merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk

menentukan efisiensi tataniaga yang dilihat dari sisi pendapatan petani. Kohls dan

Uhl (1985) mendefinisikan farmer’s share sebagai persentase harga yang diterima

oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen dari kegiatan usahatani

yang dilakukannya. Farmer’s share mempunyai hubungan negatif dengan marjin

tataniaga. Marjin tataniaga yang semakin tinggi umumnya akan mengakibatkan

farmer’s share akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya, semakin kecil marjin

tataniaganya maka farmer’s share akan semakin tinggi.

Rasio Keuntungan dan Biaya

Rasio keuntungan dan biaya menunjukkan berapa besarnya keuntungan

yang akan diperoleh dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan

tataniaga. Besarnya rasio keuntungan dan biaya digunakan untuk mengukur

Page 30: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

16

tingkat efisiensi tataniaga. Semakin menyebarnya rasio keuntungan dan biaya

maka dari segi operasional sistem tataniaga akan semakin efisien.

Kerangka Pemikiran Operasional

Penelitian dimulai dengan meninjau masalah-masalah yang terkait dengan

tataniaga cengkeh di lokasi penelitian. Selanjutnya dilakukan analisis sistem

tataniaga cengkeh yaitu dengan menganalisis saluran dan lembaga tataniaga,

fungsi-fungsi tataniaga, struktur pasar serta analisis efisiensi operasional yang

mencakup marjin tataniaga, farmer’s share, serta rasio keuntungan dan biaya.

Fungsi-fungsi tataniaga yang dianalisis meliputi fungsi pertukaran berupa

penjualan dan pembelian; fungsi fisik berupa pengangkutan, penyimpanan, dan

pengolaham; serta fungsi fasilitas berupa standarisasi dan grading, penanggungan

risiko, pembiayaan, dan informasi pasar.

Struktur pasar dapat diketahui dengan mengetahui jumlah pembeli dan

penjual yang terlibat pada tataniaga cengkeh, heterogenitas produk yang

dipasarkan, mudah tidaknya keluar masuk pasar, serta informasi perubahan harga

pasar. Struktur pasar akan menentukan keragaan pasar yang dapat diukur dengan

efisiensi operasional yang mencakup analisis marjin tataniaga, farmer’s share,

serta rasio keuntungan dan biaya. Dengan melihat hasil dari analisis tersebut, akan

dapat diketahui apakan tataniaga cengkeh tersebut sudah efisien atau belum.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3. Kerangka pemikiran operasional

tataniaga cengkeh di Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi

Maluku.

Page 31: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

17

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah,

Provinsi Maluku. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

(purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah yang dipilih merupakan salah

satu sentra produksi Cengkeh di Provinsi Maluku. Kecamatan Amahai memiliki

jumlah produksi cengkeh sebesar 2 039 ton pada tahun 2009. Kecamatan Amahai

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Tataniaga Cengkeh di Kecamatan Amahai,

Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku

Sistem Tataniaga Cengkeh di Kecamatan Amahai

Pasca dihapuskannya BPPC terjadi

Peningkatan harga cengkeh

Bertambahnya saluran tataniaga cengkeh

Bagaimana Sistem Tataniaga Cengkeh di Kec. Amahai

Analisis Farmers

Share

Lembaga Fungsi Saluran Struktur Pasar

Sistem Tataniaga Cengkeh Efisien

Analisis Marjin

Tataniaga

Analisis Rasio Keuntungan dan

Biaya

Efisiensi Tataniaga

Page 32: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

18

selain sebagai sentra produksi cengkeh juga merupakan sentra produksi hasil

perkebunan yang lain diantaranya, kelapa, kopi dan pala. Pengambilan cengkeh

sebagai sampel komoditas untuk penelitian juga dipertimbangkan dengan melihat

harga yang terjadi pada komoditas tersebut. Harga yang terjadi pada selang waktu

penelitian untuk komoditas cengkeh sedang mengalami peningkatan harga yang

terjadi di pasaran, dengan peningkatan harga yang terjadi di pasar sangat

menguntungkan bagi pelaku usaha cengkeh di Kecamatan Amahai. Pengumpulan

data dilapangan dilakukan pada bulan April – Juli 2011.

Data dan Instrumentasi

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan (observasi)

di lapangan dan wawancara langsung dengan pihak yang terkait dengan tataniaga

cengkeh di Kecamatan Amahai, yaitu petani, pedagang pengumpul tingkat

pertama, pedagang kabupaten. Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait

yang berhubungan dengan penelitian seperti BPS Indonesia, Kementerian

Pertanian Indonesia, Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Maluku Tengah

serta instansi terkait lainnya.

Pengumpulan data dilakukan selama dua bulan, yaitu mulai bulan April -

Juli 2011. Metode yang digunakan selama pengumpulan data, antara lain metode

observasi langsung, wawancara, kuesioner, maupun browsing internet.

Metode Penentuan Responden

Metode pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan

panduan kuisioner dengan para responden. Pengambilan petani responden

dilakukan secara sengaja (purposive) terhadap petani yang membudidayakan

cengkeh di Kecamatan Amahai dan mengambil sampel sebanyak 19 orang.

Pengambilan sampel 19 orang responden adalah mengacu kepada sumber

informasi berdasarkan hasil wawancara dengan pegawai di Kecamatan Amahai

yang menyebutkan daerah-daerah yang menjadi penghasil cengkeh, dari informasi

tersebut dilakukan penelusuran ke daerah lokasi petani penanam cengkeh,

kemudian dilakukan pengambilan sampel menggunakan metode kuisioner.

Karakteristik petani di Kecamatan Amahai tergolong homogen, yaitu

pengambilan responden 14 petani mempertimbangkan dengan pola pemasaran

yang sama yaitu setiap petani cengkeh rata-rata melakukan pola pemasaran yang

sama. Disamping itu saluran tataniaga yang digunakan pun sama yaitu dari petani,

pedagang pengumpul desa, pedagang besar, dan supplier di Surabaya. Terdiri dari

petani pertama (sebagai titik awal) yang menjadi responden, yakni petani yang

memiliki pengalaman usahatani di bidang perkebunan cengkeh dan memiliki luas

lahan cengkeh minimal 1 ha. Sementara penentuan responden pedagang dilakukan

dengan menggunakan teknik snow ball sampling. Pedagang tersebut terdiri atas

pedagang pengumpul desa, pedagang besar, dan supplier di Surabaya.

Berdasarkan karakteristik tersebut, pengambilan sampel sebanyak 19 responden

didasarkan pada sumber informasi yang didapat dari Kecamatan Amahai.

Penentuan responden untuk lembaga pemasaran cengkeh didapat melalui metode

snow ball sampling yaitu dengan cara mengikuti alur pemasaran hingga produk

Page 33: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

19

sampai ke konsumen dengan menelusuri saluran pemasaran cengkeh di daerah

penelitian berdasarkan informasi yang diperoleh dari pelaku pasar yaitu mulai dari

tingkat petani sampai pedagang kabupaten. Diperoleh 14 responden petani dari

dua Desa Sepa dan Desa Tamilao, terdiri dari 8 petani di Desa Sepa dan 6 petani

di Desa Tamilao. Pedagang pengumpul desa terdiri dari 3 responden pedagang

pengumpul desa, 2 di Desa Sepa dan 1 Desa Tamilao. Terdapat dua pedagang

besar di Kabupaten Masohi.

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan

untuk menganalisis saluran tataniaga, lembaga dan fungsi-fungsi tataniaga, serta

struktur pasar. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis marjin tataniaga,

farmer’s share, serta rasio keuntungan dan biaya. Analisis dengan metode

kuantitatif diolah dengan bantuan kalkulator, software Microsoft excel dan sistem

tabulasi data.

Analisis Lembaga Dan Fungsi Tataniaga

Analisis tataniaga ini digunakan untuk mengetahui fungsi-fungsi tataniaga

yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga. Analisis fungsi-fungsi

digunakan untuk mengetahui kegiatan tataniaga yang dilakukan oleh lembaga

tataniaga dalam menyalurkan cengkeh dari petani sebagai produsen hingga ke

konsumen dan digunakan untuk mengevaluasi biaya tataniaga.

Analisis fungsi tataniaga dapat dilihat dari (1) fungsi pertukaran yang

terdiri atas aktivitas penjualan dan pembelian; (2) fungsi fisik meliputi aktivitas

penyimpanan, pengolahan, pengangkutan, dan pengemasan produk; serta (3)

fungsi fasilitas berupa standarisasi dan grading, penanggungan resiko,

pembiayaan, dan informasi pasar.

Analisis Saluran Tataniaga

Analisis ini digunakan untuk mengetahui saluran tataniga yang dilalui oleh

komoditas cengkeh dari produsen sampai konsumen. Dari analisis saluran

tataniaga ini dapat diketahui berapa banyak jumlah lembaga tataniaga yang

terlibat dalam tataniaga cengkeh tersebut. Selain itu juga dapat diketahui pola

saluran tataniaga yang terjadi berdasarkan pelaku tataniaga yang terlibat, sehingga

akan terbentuk peta rantai saluran tataniaga. Semakin panjang rantai saluran

tataniaga, maka saluran tersebut akan semakin tidak efisien karena marjin tataniga

yang terjadi antara produsen dan konsumen akan semakin besar.

Analisis Struktur Pasar

Analisis struktur pasar diperlukan untuk mengetahui apakah struktur pasar

tersebut akan cenderung mendekati persaingan sempurna atau persaingan tidak

sempurna dengan melihat komponen-komponen yang mengarahkan pasar tersebut

ke suatu struktur tertentu. Struktur pasar dapat diidentifikasi dengan mengetahui

jumlah pembeli dan penjual yang terlihat, sifat atau heterogenitas produk yang

dipasarkan, kondisi atau keadaan produk, mudah tidaknya keluar masuk pasar,

serta informasi perubahan harga pasar.

Page 34: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

20

Analisis Marjin Tataniaga

Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi tataniaga dari

petani sampai konsumen akhir. Marjin tataniaga merupakan perbedaan harga di

tingkat petani dnegan harga di tingkat konsumen akhir. Secara matematis dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

MT = Marjin tataniaga

Pr = Harga di tingkat retail (konsumen akhir)

Pf = Harga di tingkat petani

Analisis Farmer’s Share

Farmer’s share digunakan untuk menghitung efisiensi suatu saluran

tataniaga dnegan membandingkan seberapa besar bagian yang diterima petani dari

harga yang dibayarkan oleh konsumen. Berdasarkan farmer’s share akan dilihat

apakah saluran tataniaga tersebut memberikan balas jasa yang seimbang kepada

semua pihak yang terlibat dalam tataniaga. Secara matematis, farmer’s share

dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

Fs=farmer’s share

Pf=harga di tingkat petani

Pr= harga di tingkat retail (konsumen akhir)

Farmer’s share memiliki hubungan yang negatif dengan marjin tataniaga,

sehingga semakin besar marjin tataniaga maka bagian yang diperoleh petani akan

semakin rendah atau kecil.

Analisis Rasio Keuntungan Dan Biaya

Tingkat efisiensi sebuah sistem tataniaga dapat juga dilihat dari rasio

keuntungan terhadp biaya tataniaga. Dengan semakin meratanya rasio keuntungan

terhadap biaya tataniaga, maka secara teknis (operasional) sistem tataniaga

tersebut semakin efisien. Untuk mengetahui penyebaran rasio keuntungan dan

biaya pada masing-masing lembaga tataniaga dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

Πi=keuntungan tataniaga pada tingkat lembaga ke-i

Ci= biaya tataniaga pada tingkat lembaga ke-i

MT = Pr – Pf

Fs=

Rasio keuntungan dan

biaya (R/C)=

Page 35: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

21

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Petani Responden

Pengambilan petani responden dalam penelitian ini meliputi beberapa

aspek yang dikaji yaitu: umur responden, tingkat pendidikan, jenis kelamin, luas

lahan pengusahaan cengkeh dan status kepemilikan lahan. Responden dipilih

sebanyak 14 orang dalam satu kecamatan, yaitu petani yang melakukan usahatani

cengkeh. Petani responden tidak hanya menanam cengkeh sebagai komoditi

utama, tetapi juga menanam berbagai komoditi perkebunan antara lain seperti

kelapa, coklat, dan pala. Dalam satu lahan, petani memisahkan berbagai

komoditas dalam beberapa area lahan. Sehingga dapat dikatakan pula usahatani

cengkeh merupakan mata pencaharian sampingan, karena musim panennya yang

setahun sekali.

Umur petani yang menjadi responden dalam penelitian ini berkisar 40-50

tahun yakni sekitar 42.85 persen. Luas penguasaan lahan berkisar antara 1-3

hektar dimana status lahan bukan milik sendiri. Sebagian besar petani sudah

bertani selama minimal lima tahun terakhir. Tingkat pendidikan petani responden

terendah yaitu tamatan SD sebesar 7.14 persen, sedangkan tamatan SLTP dan

SMA masing-masing adalah 35.71 dan 57.14 persen. Sedangkan jenis kelamin

petani responden yaitu semuanya laki-laki. Tabel 9. Karakteristik petani

responden cengkeh di Kecamatan Amahai menyajikan jumlah petani responden

berdasarkan kriteria umur, tingkat pendidikan, dan tingkat pengalaman.

Tabel 9. Karakteristik petani responden komoditi cengkeh di Kecamatan Amahai

Umur (tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

30-40 4 28.57

40-50 6 42.85

>50 4 28.57

Tingkat Pendidikan

Tamat SD 1 7.14

Tamat SLTP 5 35.71

Tamat SLTA 8 57.14

Tingkat pengalaman

≤ 5 tahun 1 7.14

≥ 6 tahun 13 92.86

Dari Tabel 9. Karakteristik petani responden komoditi cengkeh di

Kecamatan Amahai diatas diketahui bahwa tingkat pendidikan petani responden

yang tamat sekolah dasar sebanyak 7.14 persen. Merupakan petani yang memiliki

usia lebih dari 50 tahun. Hal tersebut terjadi karena kesadaran pentingnya

pendidikan dimasa itu relatif masih rendah. Namun pada periode selanjutnya

kesadaran akan pentingnya pendidikan semakin tinggi. Terlihat dari jumlah petani

responden yang memiliki latar belakang pendidikan sekolah menengah pertama

dan atas adalah sebesar 35.71 persen. Sebagian besar petani yang menjadi

responden memiliki pengalaman bertani lebih dari lima tahun. Hal ini karena

Page 36: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

22

kegiatan usahatani di Kecamatan Amahai telah dilakukan secara turun-temurun

dan sifat dari tanaman cengkeh sendiri yang berbunga bagus setelah usia tanam

lebih dari 4 tahun.

Jenis kelamin yang diambil dalam penelitian ini adalah laki-laki dengan

pertimbangan sebagai kepala keluarga dalam rumah tangga, untuk perempuan

bertugas membantu suami dalam pengerjaan kegiatan pertanian terutama

usahatani cengkeh yang dilaksanakan dengan anggota keluarga lainnya.

Pengalaman bertani juga mempengaruhi keberhasilan usahatani cengkeh, petani

yang sudah berpengalaman dalam usahatani cengkeh akan lebih mengerti dan

memahami cara budidaya yang baik, namun hingga kini petani masih

menggnakan teknik bertani yang masih tradisional secara turun-temurun.

Petani responden di Kecamatan Amahai untuk berproduksi cengkeh belum

dilakukan secara optimal hal ini dikarenakan karakteristik petani di Kecamatan

Amahai masih sangat bergantung terhadap iklim. Karena cengkeh memiliki syarat

tumbuh dan berbunga yang spesifik. Akibatnya apabila iklim tidak sesuai dengan

syarat tumbuhnya, maka dapat satu tahun petani responden tidak panen. Hal ini

yang menyebabkan sering terjadi fluktuatif produksi cengkeh dipasar, hal ini

berimplikasi terhadap output yang tersedia dipasar terkadang untuk satu komoditi

produksi belum memenuhi jumlah permintaan pasar sehingga mengakibatkan

produk langka dan menjadikan harga suatu komoditi tersebut mengalami

peningkatan harga. Hal sebaliknya terjadi terhadap komoditi yang banyak tersedia

dipasar. Untuk menyiasati hal tersebut petani responden melakukan metode

penanaman dengan sistem tumpangsari yaitu menanam beberapa komoditi dalam

satu petak lahan, metode seperti ini yang dominan dilakukan oleh petani

perkebunan di wilayah Kecamatan Amahai.

Untuk proses penjualan hasil panen petani responden mayoritas menjual

hasil panennya ke tengkulak atau pedagang pengumpul desa sehingga

ketergantungan tehadap pedagang pengumpul desa dalam hasil penjualan panen

masih sangat besar, walaupun terdapat beberapa petani yang menjual cengkeh

langsung ke pasar atau ke beberapa pedagang besar. Beberapa petani yang

menjual langsung ke pasar mempertimbangkan dengan volume hasil panen yang

dihasilkan dan dihubungkan dengan biaya transportasi serta proses pengangkutan.

Petani yang langsung menjual hasil panennya ke pasar atau pedagang

besar mempertimbangkan biaya transportasi karena untuk volume hasil panen

Cengkeh yang sedikit sekali pengiriman jika dijual kepasar akan banyak

membutuhkan biaya transportasi yang besar, tidak efisien jika petani dengan hasil

panen skala kecil dijual langsung ke pasar atau pedagang besar hal tersebut yang

menyebabkan mayoritas petani dengan skala usaha kecil menjual hasil panennya

melalui pedagang pengumpul desa. Hal kedua yang dipertimbangkan adalah

proses pengangkutan, untuk petani cengkeh dengan skala usaha kecil melakukan

pengangkutan hasil panen cengkeh digabungkan dengan hasil panen komoditi lain

sehingga hal ini akan menghemat biaya transportasi melalui efisiensi proses

pengangkutan. Petani dengan keterbatasan sarana dan prasarana khususnya dalam

hal transportasi dan pengangkutan hasil panen ke pasar melakukan penyewaan

kendaraan angkutan umum, yaitu angkutan kota untuk pasar terdekat.

Page 37: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

23

Karakteristik Pedagang Responden

Pedagang responden yang ada dalam saluran pemasaran cengkeh di

Kecamatan Amahai sesuai dengan metode snow ball sampling adalah terdiri dari

tiga pedagang desa, dua pedagang besar. Enam pedagang pengumpul desa berasal

dari wilayah Kecamatan Amahai yang berdomisili dari Desa Sepa dan Tamilao.

Sedangkan dua pedagang besar berasal dari Kota Masohi.

Dari setiap lembaga pemasaran memiliki berbagai karakter yang

berpengaruh terhadap kinerja dan usaha yang dilakukan dalam menjalankan

usahanya. Pengalaman sangat dibutuhkan karena dengan pengalaman seseorang

yang menjalankan suatu usaha dapat mengidentifikasikan kemungkinan yang

terjadi, baik peluang maupun resiko yang akan dihadapi. Pendidikan formal

pedagang memberikan sudut pandang yang berbeda dalam menekuni usaha

berdagang hasil bumi khususnya cengkeh. Tabel dibawah ini menyajikan

karakteristik pedagang responden komoditas cengkeh.

Tabel 10. Karakteristik pedagang responden komoditas cengkeh di Kecamatan

Amahai

Karakter Pedagang Responden

Pedagang Desa Pedagang Besar

Orang % Orang %

Umur(Tahun)

45-50 3 100.00 1 50.00

>50 0 0 1 50.00

Pendidikan

Tamat SMA 3 100.00 1 50.00

Diploma 0 0 1 50.00

Pengalaman(Tahun)

≤ 5 2 66.67 0 0

≥5 1 33.33 2 100.00

Bedasarkan tabel 11 tentang karakteristik pedagang responden mayoritas

berusia 45-50 tahun mulai dari pedagang desa sampai pedagang besar. Presentase

terbesar terjadi pada pedagang Desa mencapai 100 persen. Selain karena usia

kematangan sebagai pedagang, juga mengingat daur panen Cengkeh yang tidak

setiap tahun Panen. Dengan demikian pedagang yang berusia antara 45-50 tahun

memiliki pengalaman dalam berniaga cengkeh, serta mengetahui karakteristik

komoditas cengkeh itu sendiri. Pedagang desa yang menjadi responden memiliki

latar belakang pendidikan SMA sebesar 100 persen. Sementara pada pedagang

besar 50 persen telah menyelesaikan pendidikan menengah atas. Pendidikan

memberikan sudut pandang yang berbeda pada masing-masing tingkatan.

Sementara pengalaman dalam melakukan perdagangan cengkeh, lembaga

tataniaga memiliki pengalaman lebih dari lima tahun. Pedagang desa dan

pedagang besar semua sudah berpengalaman lebih dari lima tahun.

Page 38: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

24

Gambaran Usahatani Cengkeh di Kecamatan Amahai

Budidaya cengkeh meliputi kegiatan pengolahan lahan, penanaman,

perlindungan tanaman dan perawatan yang dilakukan hingga panen. Faktor-faktor

produksi yang umumnya digunakan adalah bibit/benih, peralatan dan tenaga kerja.

Pupuk kandang yang digunakan biasanya berasal dari kotoran ayam atau kambing,

sedangkan petani jarang menggunakan pupuk kimia.

Kegiatan budidaya cengkeh terdiri dari beberapa tahap antara lain

persiapan lahan, pelubangan, pemberian pupuk kandang, penanaman, perawatan

lahan tanaman, pemupukan dan panen. Untuk usahatani cengkeh di Kecamatan

Amahai petani responden memiliki luasan lahan rata-rata sebesar 500-1000 m2.

Namun tidak semuanya digunakan sebagai lahan budaya cengkeh, melainkan

digunakan pula sebagai lahan budidaya kelapa, coklat, dan pala. Kegiatan

pengolahan tanah, perawatan kebun dan panen dilakukan secara bergotong royong

diantara petani, tidak ada sistem pengupahan disini. Hanya memberikan konsumsi

kepada petani yang turut berpartisipasi dalam gotong royong tersebut.

Tenaga kerja yang digunakan untuk pengolahan tanah dan perawatan

kebun dilakukan oleh tenaga kerja dari keluarga. Tenaga kerja pria mengerjakan

pengolahan tanah. Sedangkan petani menggunakan pekerja wanita untuk jenis

pekerjaan perawatan kebun, perawatan kebun dilakukan pada saat tertentu yaitu

ketika lahan yang ditanami tanaman ditumbuhi gulma atau alang-alang yang dapat

menggangu pertumbuhan tanaman, dalam satu bulan petani melakukan proses

perawatan kebun sebanyak 2 kali per bulan dan dilakukan selama satu hari.

Sementara untuk pemanenan petani menggunakan sistem bagi hasil bagi yang

bekerja untuknya. Artinya setiap hasil cengkeh yang dipetik selama memanen

harus dibagi dua dengan pemilik kebun. Hal ini dikarenakan keterbatasan tenaga

kerja dan masa panen cengkeh yang relatif singkat. Petani akan merasa rugi jika

cengkeh akan tua di pohon dan terjatuh ke tanah. Sehingga menggunakan sistem

bagi hasil untuk membayar upah untuk memanen cengkeh.

Sistem Tataniaga

Sistem tataniaga cengkeh di wilayah Kecamatan Amahai melibatkan

beberapa lembaga pemasaran yaitu petani yang berperan sebagai produsen,

pedagang pengumpul desa, pedagang besar dan pedagang pengecer, serta tanpa

melibatkan lembaga pemasaran lain. Pada umumnya cengkeh yang diproduksi di

Kecamatan Amahai sebagian besar dipasarkan keluar kecamatan. Melalui

pedagang yang berada di Kota Masohi, cengkeh dipasarkan ke Surabaya, hal ini

disebabkan permintaan cengkeh banyak dipasok untuk industri rokok.

Berdasarkan informasi yang didapat dari pelaku usaha atau lembaga

pemasaran yang terlibat dalam alur sistem tataniaga cengkeh di wilayah

Kecamatan Amahai, komoditi cengkeh merupakan komoditi yang hanya panen

setahun sekali. Oleh sebab itu harga cengkeh di pasaran sangat berfluktuasi. Pada

saat panen harga cenderung rendah, sementara disaat komoditi sudah tidak ada,

harga cengkeh akan berada di harga yang tinggi. Komoditi cengkeh di Kecamatan

Amahai merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai ekonomi tinggi

dibandingkan dengan komoditi perkebuanan lain karena harga cengkeh yang

relatif lebih tinggi. Namun karena tidak setiap tahunnya panen, maka cengkeh

Page 39: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

25

dianggap sebagai bonus oleh petani. Harga yang berfluktuatif dipengaruhi

ketersediaan Cengkeh di pasar. Pada saat pengambilan sampel dalam penelitian

ini untuk cengkeh harganya sedang meningkat, disebabkan ketersediaan Cengkeh

dipasar relatif terbatas dibandingkan komoditi lain.

Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran adalah adalah serangkaian organisasi atau lembaga

pemasaran yang terlibat dalam proses alur produk barang dan jasa yang

dipasarkan mulai dari tingkat produsen yaitu petani sampai kepada konsumen

akhir yaitu konsumen. Pengambilan sampel konsumen sebagai konsumen akhir

ketika cengkeh yang dijual pada tingkat konsumen belum berubah bentuk, dalam

hal ini konsumen dibedakan menjadi konsumen domestik(pengguna dalam skala

kecil) dan konsumen(supplier rokok di Surabaya).

Berdasarkan hasil kuisioner, pemasaran cengkeh di Kecamatan Amahai

memiliki dua pola saluran pemasaran dan melibatkan beberapa lembaga

pemasaran. Lembaga pemasaran yang terlibat diantaranya adalah petani,

pedagang pengumpul desa, dan pedagang pengumpul besar. Jumlah produksi rata-

rata cengkeh berdasarkan sampel 14 petani responden untuk setiap kali produksi

adalah sebesar 845 kg dengan masa produksi satu tahun dan masa panen 45 hari.

Harga rata-rata yang diterima oleh petani rata-rata antara 49 000 rupiah per

kilogram sampai 54 000 rupiah per kilogram. Pola saluran pemasaran cengkeh

yang terbentuk di Kecamatan Amahai sebagai berikut:

1. Saluran I : Petani – Pedagang Pengumpul Desa – Pedagang Besar –

Konsumen (Supplier di Surabaya)

2. Saluran II : Petani – Pedagang Besar - Konsumen (Supplier di

Surabaya)

Proses tataniaga cengkeh di Kecamatan Amahai diawali dari penjualan oleh

petani kepada pedagang pengumpul desa kemudian dijual ke beberapa lembaga

pemasaran yang lain. Petani yang menjual ke pedagang pengumpul desa

dikarenakan kondisi petani mengalami hal-hal sebagai berikut ;

1. Petani tidak perlu mencari pasar dan menghemat waktu

2. Volume penjualan petani yang relatif sedikit

3. Biaya yang dikeluarkan dalam pemasaran untuk transportasi tidak sedikit

jika harus ke lembaga pemasaran yang lokasinya jauh

4. Terdapat ketergantungan petani akan kebutuhan sehari-hari kepada

pedagang pengumpul desa,

Sebanyak 8 orang petani melakukan penjualan cengkeh melalui pedagang

pengumpul desa, namun ada 6 petani yang menjual cengkehnya melalui pedagang

Gambar 4. Saluran Pemasaran Cengkeh di Kecamatan Amahai Tahun 2011

PETANI

PEDAGANG PENGUMPUL DESA

PEDAGANG BESAR

KONSUMEN/SUPPLIER

Page 40: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

26

besar. Komoditi cengkeh yang dijual melalui pedagang besar oleh petani

dipertimbangkan dengan kondisi ketika petani akan pergi ke Kota Masohi, jika

tidak beberapa petani berkumpul di desa tersebut untuk kemudian akan menjual

hasil cengkehnya ke pedagang besar bersama-sama. Hal ini dilakukan dengan

mempertimbangkan biaya angkut.

Pola saluran 1 merupakan saluran terpanjang dalam rantai tataniaga

cengkeh yang terdapat di Kecamatan Amahai, yang terdiri dari petani - Pedagang

Pengumpul Desa (PPD) – Pedagang Besar – Konsumen (Supplier di Surabaya).

Dari 14 petani responden dalam sampel yang diambil terdapat 8 petani responden

atau 57.14 % yang menjual cengkeh melalui pedagang Pengumpul Desa (PPD),

terdapat enam petani yang menjual hasil panen cengkeh tersebut ke pedagang

besar dengan memperhatikan faktor harga dan biaya.

Alasan petani kelompok pertama menjual keseluruhan hasil panennya

melalui PPD adalah karena petani tidak perlu memasarkan sendiri hasil panennya,

sehingga dapat menghemat biaya pengangkutan. Cengkeh yang dijual petani

melalui PPD kemudian diangkut menuju lembaga pemasaran selanjutnya. Petani

tidak bertanggung jawab atas kerusakan cengkeh yang dijual PPD kepada

pedagang besar. Selain hal tersebut, hasil panen cengkeh dianggap sebagai bonus

akhir tahun oleh petani, yang terkadang dijadikan jaminan petani kepada

pedagang pengumpul desa saat akan meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan

putra-putrinya sekolah atau kebutuhan produksi pertanian. Sementara kelompok

kedua, petani yang menjual sebagian saja hasil panen cengkeh merupakan petani

yang tidak memiliki keterikatan modal kepada PPD, sehingga petani dapat

menjualnya ke pedagang besar ataupun pedagang pengumpul.

Petani yang menjual hasil panen cengkeh ke pedagang besar

mempertimbangkan faktor harga dan efisiensi pengiriman. Petani yang melakukan

penjualan melalui pedagang besar mengkombinasikan dengan komoditi lain atau

mengirim dengan volume pengiriman dan penjualan yang cukup besar yaitu 400

kg untuk komoditi. Sedangkan rata-rata penjualan cengkeh dari petani ke PPD

adalah 300 kg saat musim panen. Harga rata-rata yang diterima petani untuk

komoditi cengkeh selama musim panen adalah 45 000 rupiah sampai 55 000

rupiah per kilogram.

Cengkeh yang terkumpul di PPD dalam saluran satu kemudian dipasarkan

melalui pedagang besar yang berada di Kota Masohi. Berdasarkan hasil kuisioner

pedagang besar di Kota Masohi, pada saat panen cengkeh yang dapat dipasarkan

mencapai 2-3 ton untuk satu responden pedagang besar dengan kisaran harga

46 000 rupiah sampai 75 000 rupiah per kilogram.

Komoditi cengkeh yang terkumpul di pedagang besar di Masohi kemudian

dipasarkan kepada perusahaan pengumpul/supplier di Surabaya, yang mana

cengkeh tersebut akan disuplai ke perusahaan rokok yang berada di Jawa Timur.

Pedagang besar yang berada di Masohi mampu memasarkan Cengkeh mencapai

500 – 700 ton. Dengan kisaran harga yang diterima Pedagang Besar mencapai Rp.

56.000,00 – Rp. 125.000,00 per kilogram.

Saluran pemasaran dua merupakan saluran yang terdiri dari Petani –

Pedagang Besar - Konsumen (Supplier di Surabaya). Pada saluran dua terdapat

jalur pemasaran cengkeh langsung dikirim dari petani ke pedagang besar yang di

Page 41: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

27

Kota Masohi. Terdapat dua pedagang besar responden yang mengirimkan

cengkeh ke pihak supplier, dan harga cengkeh ditingkat pedagang besar untuk

supplier adalah 56 000 – 125 000 rupiah per kilogram.

Pedagang besar membeli komoditi cengkeh dari petani dengan harga

46.000 - 75.000 rupiah per kilogram, dan volume rata-rata pembelian yang

dilakukan oleh pedagang besar adalah 700 kg per hari. Berdasarkan kuisioner dari

19 responden terdapat 5 petani yang menjual langsung hasil panennya langsung ke

pedagang besar, selanjutnya cengkeh yang telah terkumpul di tingkat pedagang

besar disortir kembali untuk dijual ke supplier di Surabaya. Diangkut

menggunakan kapal yang berlabuh dari Pelabuhan Amahai menuju Pelabuhan

Tanjung Perak di Surabaya.

Khusus saluran dua, Supplier di Surabaya menjadi tujuan utama dari

penjualan cengkeh tersebut. Berdasarkan dua sampel pedagang responden yang

menjual hasilnya ke suplaier, cengkeh yang dijual adalah kualitas yang baik

melalui penyortiran yang teliti sesuai standar yang ditentukan oleh supplier. Jika

produk yang dihasilkan kurang baik maka cengkeh yang dikirim tersebut akan

mendapat potongan lebih tinggi dari supplier, sehingga pihak pedagang akan

mengalami kerugian.

Salah satu pihak yang selama ini baik dalam lembaga pemasaran pedagang

besar yang menjual hasil cengkehnya ke supplier Surabaya adalah Toko Yulia

yang didirikan oleh Bapak Johny selaku pemilik dan pendiri. Untuk memenuhi

permintaan cengkeh yang berkualitas dengan standar tinggi oleh supplier,maka

Toko Yulia melakukan penyortiran, sehingga cengkeh yang kurang kering

misalnya di keringkan terlebih dahulu sebelum dikirim.

Pengiriman Toko Yulia ke supplier yakni sekitar 550-700 ton setiap kali

pengiriman. Toko Yulia tidak memfokuskan diri pada satu komoditi, selain

cengkeh terdapat komoditi lain pula yang diusahakan yakni pala, kopra, dan

cokelat.

Fungsi Tataniaga Pada Setiap Lembaga Pemasaran

Fungsi tataniaga diperlukan dalam kegiatan tataniaga untuk memperlancar

proses distribusi barang dan jasa dari setiap lembaga pemasaran yang terlibat

didalam proses system tataniaga cengkeh. Lembaga yang terlibat dalam fungsi

pemasaran antara lain, Pedagang pengumpul Desa, Pedagang Besar, dan

Konsumen (Pedagang Pengecer dan Supplier. Lembaga-lembaga pemasaran di

dalam sistem tataniaga melakukan fungsi-fungsi tataniaga yaitu fungsi fisik,

fungsi pertukaran dan fungsi fasilitas.

Fungsi fisik adalah kegiatan didalam fungsi tataniaga yang merupakan

perlakuan fisik yang berhubungan dengan kegunaan bentuk, tempat dan waktu,

yang diperlukan agar komoditas dapat tersedia pada tempat yang diinginkan,

sehingga konsumen dapat mengaksesnya pada saat membutuhkan. Fungsi fisik

meliputi pengolahan, penyimpanan dan pengangkutan. Fungsi pertukaran

merupakan kegiatan yang memperlancar perpindahan atas hak milik produk

komoditas dari barang dan jasa yang dipasarkan. Kegiatan fungsi pertukaran

meliputi fungsi pembelian dan fungsi penjualan, fungsi pembelian merupakan

penetapan berupa jumlah dan kualitas yang akan dibeli sedangkan fungsi

Page 42: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

28

penjualan adalah fungsi yang meliputi keputusan penjualan, cara-cara penjualan

yang dilakukan untuk mendapatkan pembeli pada tingkat harga yang

menguntungkan.

Fungsi fasilitas adalah segala aspek kegiatan yang bertujuan untuk

memfasilitasi proses kegiatan pertukaran barang dan jasa antara produsen dan

konsumen. Fungsi fasilitas meliputi pembiayaan, penanggungan resiko dan

informasi pasar. Fungsi pembiayaan merupakan kegunaan biaya untuk berbagai

aspek-aspek yang memfasilitasi didalam proses tataniaga. Fungsi penanggungan

resiko adalah penerimaan terhadap resiko yang akan dihadapi dari kerugian

pemasaran produk yang terdiri dari resiko harga dan resiko fisik. Resiko fisik

terjadi akibat kerusakan produk sedangkan resiko harga terjadi akibat perubahan

nilai harga di pasar. Untuk menghindari hal tersebut dibutuhkan informasi pasar

yang akurat yang diperlukan oleh produsen dan lembaga-lembaga pemasaran yang

terlibat.

Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat didalam sistem tataniaga

cengkeh di Kecamatan Amahai menjalankan fungsi tataniaga yang berbeda. Tabel

11. Fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh lembaga pemasaran cengkeh

menjelaskan fungsi-fungsi yang dijalankan oleh setiap lembaga pemasaran yang

terlibat.

Tabel 11. Fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh lembaga pemasaran cengkeh

Saluran dan

Lembaga

Pemasaran

Fungsi – fungsi Pemasaran

Pertukaran Fisik Fasilitas

Jual Beli Angkut Simpan Sortasi/

pengeringan

Resiko Biaya Informasi

pasar

Saluran I

Petani √ _ * _ √ _ √ √

Pedagang

Pengumpul

Desa

√ √ √ √ √ √ √ √

Pedagang

Besar

√ √ √ √ √ √ √ √

Supplier √ √ _ √ √ √ √ √

Saluran II Petani √ _ √ √ √ _ √ √

Pedagang

Besar

√ √ √ √ √ √ √ √

Supplier √ √ - √ √ √ √ √

Keterangan: √ = Melakukan fungsi pemasaran

* = Kegiatan terkadang dilakukan

_ = Tidak melakukan fungsi pemasaran

Berdasarkan Tabel 11. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga

pemasaran cengkeh tersebut menjelaskan bahwa fungsi fisik yang dilakukan oleh

masing-masing lembaga pemasaran berbeda, yang termasuk kedalam fungsi fisik

adalah fungsi pengangkutan dan penyimpanan. Perlakuan untuk masing-masing

saluran terhadap fungsi fisik relatif sama terhadap masing-masing lembaga

pemasaran. Pada saluran I dan II, pedagang besar melakukan fungsi penyimpanan

karena cengkeh pada kedua jalur tataniaga tersebut disimpan dalam jumlah besar

oleh pedagang besar. Hal tersebut dipengaruhi oleh kepemilikan modal keuangan

Page 43: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

29

guna melakukan proses penyimpan cengkeh dalam jumlah banyak dan dalam

waktu agak lama.

Fungsi pertukaran adalah kegiatan – kegiatan yang dilakukan untuk

memperlancar distribusi barang dan jasa, yang termasuk kedalam fungsi

pertukaran adalah fungsi penjualan dan pembelian. Lembaga pemasaran untuk

masing – masing saluran terdapat pada Tabel 11. Fungsi pemasaran yang

dilakukan oleh lembaga pemasaran cengkeh melakukan fungsi penjualan, dan

terhadap fungsi pembelian tidak dilakukan oleh petani. Petani selaku produsen

memiliki fungsi sebagai penyedia komoditas cengkeh yang melakukan budidaya

dan menghasilkan produk cengkeh.

Fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang bertujuan untuk

memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen

yang terdiri dari fungsi standarisasi, pembiayaan, penanggungan resiko, informasi

pasar dan juga fungsi grading. Fungsi standarisasi merupakan kegiatan

pengelompokkan barang sesuai dengan penentuan mutu yang diinginkan

konsumen. Kegiatan fungsi standarisasi ini di tempat penelitian akan dilakukan

jika produk tersebut akan di pasok ke supplier sedangkan pasar lokal biasanya

hanya dilihat secara keseluruhan dan tidak mengalami kerusakan dan kering.

Fungsi pembiayaan merupakan penyediaan sejumlah uang untuk kegiatan

transaksi pembayaran atau disebut juga dana lain atau simpanan sedangkan fungsi

lainnya adalah penanggungan resiko atas penerimaan dari kerugian yang mungkin

terjadi dan fungsi informasi pasar dilakukan untuk dapat mengetahui harga yang

berlaku.

Petani

Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani cengkeh di Kecamatan

Amahai terbagi menjadi ke dalam dua saluran pemasaran, hal ini disebabkan

setiap saluran pemasaran petani akan melakukan berbagai fungsi tataniaga seperti

fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas.

a. Fungsi Pertukaran

Petani di Kecamatan Amahai pada saluran pemasaran hanya

melakukan fungsi penjualan dan tidak melakukan fungsi pembelian. Petani

responden yang melakukan penjualan langsung ke pedagang pengumpul

desa sebanyak 8 orang dengan alasan karena telah memiliki kontrak

sebelum panen dilakukan. Dengan kata lain petani mengambil modal

terlebih dahulu di pedagang pengumpul desa dan setelah panen petani

akan membayar menggunakan hasil panen cengkeh. Sementara terdapat

enam petani yang menjual langsung ke pedagang besar di Kabupaten

Masohi. Berdasarkan fungsi penjualan, petani tidak hanya melakukan

penjualan cengkeh pada satu lembaga pemasaran artinya satu orang petani

dapat melakukan proses penjualan ke beberapa lembaga pemasaran

tergantung pada volume produksi yang dihasilkan. Dipengaruhi pula

kontrak atau perjanjian antara petani dengan lembaga pertanian tertentu.

b. Fungsi Fisik

Fungsi fisik hanya dilakukan pada saluran pemasaran kedua yaitu

angkut, hal ini karena petani menjual hasil panen cengkeh langsung ke

pedagang pengumpul desa dengan menggunakan motor atau mobil yang

disesuaikan dengan jumlah volume pengiriman. Fungsi fisik yang berupa

Page 44: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

30

kegiatan penyimpanan cengkeh dari hasil panen tidak dilakukan petani

karena selesai panen langsung dijual guna memenuhi kebutuhan dari

petani sendiri. Dilihat dari sifat cengkeh merupakan hasil bumi yang

mampu bertahan cukup lama, artinya tidak mudah rusak jika disimpan

dalam keadaan kering. Namun petani langsung menjual cengkeh ke

pedagang pengumpul desa tanpa melakukan fungsi penyimpanan. Hal ini

membuat setiap kali panen, petani seperti membayar hutang kepada

pedagang pengumpul desa. Padahal berdasarkan waktu pengambilan

sampel di bulan April-Juli 2011 komoditas cengkeh sedang mengalami

peningkatan harga yang mencapai 150 000 rupiah per kg. Dengan rata-rata

harga 125 756 rupiah per kg, fluktuasi harga tersebut terjadi karena pada

saat penelitian dilakukan cengkeh belum memasuki panen. Nilai

permintaan yang tetap tinggi, sementara volume komoditas cengkeh

sedikit menyebabkan harga cengkeh melambung.

c. Fungsi Fasilitas

Fungsi Fasilitas yang dilakukan oleh petani meliputi sortasi. Pada

kedua saluran petani melakukan sortasi sesuai permintaan pedagang besar

yakni mengeringkan cengkeh agar kadar airnya kurang dari lima persen.

Informasi pasar di peroleh petani melalui petani lainnya yang telah

menjual hasil panen terlebih dahulu dan mengikuti perkembangan

permintaan konsumen terhadap produk yang diinginkan. Setelah

mengetahui informasi pasar petani dapat memutuskan waktu penjualan

hasil produksinya, hanya saja petani tidak dapat melakukan proses tawar

menawar dan tidak mampu melakukan penyimpanan cengkeh terlalu lama.

Artinya harga ditentukan oleh pedagang. Fungsi pembiayaan yang

dilakukan petani meliputi pembiayaan untuk modal kegiatan produksi dan

pemasaran. Modal petani berasal dari petani sendiri dan juga pinjaman dari

pedagang pengumpul desa. Keuntungan sistem pembiayaan dengan

meminjam adalah petani dapat segera memperoleh modal usaha. Namun

terdapat kekurangan dari sistem pembiayaan dengan meminjam dari

pedagang pengumpul desa adalah petani tidak dapat mendapatkan harga

sesuai dengan harga pasar. Karena harga ditentukan oleh pedagang

pengumpul desa.

Pedagang Pengumpul

Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah fungsi

pertukaran berupa fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa fungsi

pengangkutan, fungsi fasilitas berupa informasi pasar, resiko dan penangguhan

biaya.

a. Fungsi Pertukaran

Kegiatan fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang

pengumpul adalah fungsi pembelian dan penjualan. Pedagang pengumpul

di Kecamatan Amahai melakukan fungsi pembelian dengan membeli

cengkeh dari petani. Pedagang pengumpul desa di Kecamatan Amahai

rata-rata memiliki langganan tetap dari satu pedagang responden memiliki

3-6 orang petani langganan tetap. Persediaan cengkeh yang tersedia di

pasaran tidak semua berasal dari Kecamatan Amahai, pedagang

pengumpul desa responden juga membeli cengkeh di kecamatan lain

Page 45: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

31

diantaranya dari Desa Tehoru, Kecamatan Tehoru. Cengkeh tersebut

kemudian dijual ke pedagang besar Kabupaten Masohi. Penentuan harga

cengkeh dilakukan tanpa proses tawar menawar, namun berdasarkan harga

yang telah ditentukan oleh pedagang besar.

b. Fungsi Fisik

Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengumpul desa yaitu

kegiatan pengangkutan. Pedagang pengumpul mengangkut cengkeh

dengan menggunakan mobil bak terbuka sewa dengan membayar biaya

pengangkutan. Besar biaya pengangkutan menuju Kabupaten Masohi jika

hanya untuk mengangkut cengkeh saja besar, sehingga untuk mengurangi

kerugian maka pedagang mengusahakan tidak hanya memuat satu

komoditi cengkeh saja, tapi juga membawa serta kakao, pala dan kopra.

Pada saluran tataniaga I, pedagang pengumpul melakukan fungsi

penyimpanan sebelum dijual ke pedagang besar.

c. Fungsi Fasilitas

Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengumpul meliputi

informasi pasar, sortasi, resiko dan pembiayaan. Informasi pasar diperoleh

berdasarkan sesama pedagang lain di Kecamatan Amahai. Sortasi

dilakukan dengan cara melakukan pengeringan cengkeh. Penanggungan

resiko sepenuhnya ditanggung oleh pedagang pengumpul desa terhadap

produk cengkeh apabila terjadi penurunan harga jual komoditi cengkeh di

pedagang besar. Harga rendah yang diberikan oleh pedagang besar bisa

terjadi karena kerusakan produk. Kerusakan produk adalah karena proses

pengangkutan yang tidak sempurna dan mengakibatkan meningginya

kerusakan produk yakni cengkeh menjadi patah. Fungsi pembiayaan yang

dilakukan oleh pedagang pengumpul yaitu penyedia modal untuk membeli

cengkeh dan biaya pengangkutan mulai dari petani sampai cengkeh siap

jual ke pedagang besar.

Pedagang Besar

Pedagang besar yaitu pedagang yang menampung pasokan cengkeh dalam

jumlah besar. Pedagang besar menerima pasokan cengkeh dari berbagai

kelembagaan pemasaran antara lain, petani, PPD dan terkadang diantara pedagang

besar saling melengkapi permintaan atas cengkeh. Transaksi penjualan cengkeh

dilakukan dengan cara mengirimkan cengkeh menggunakan kapal menuju

supplier yang berada di Surabaya. Pedagang besar menanggung biaya dari

Pelabuhan Amahai hingga Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Berdasarkan

kuisioner pedagang responden yang diambil dari pedagang besar, maka tidak ada

pedagang besar yang memfokuskan pada komoditas cengkeh saja.

Pedagang besar yang menjadi responden adalah sebanyak dua orang yang

menjadi pemasok ke supplier rokok. Mengingat cengkeh merupakan salah satu

bumbu penentu cita rasa rokok, maka pasokan cengkeh dari pedagang dituntut

memiliki kualitas yang prima. Pedagang besar melakukan fungsi-fungsi tataniaga

mulai dari fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fisik (pengangkutan dan

penyimpanan) dang fungsi fasilitas (resiko, pembiayaan, sortasi dan informasi

pasar).

Page 46: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

32

a. Fungsi Pertukaran

Fungsi pertukaran yang dilakukan pedagang besar adalah pembelian

cengkeh dari pengumpul desa, dan petani. Harga beli terhadap petani

43 555.56 rupiah per kg, pedagang pengumpul desa 59 333.33 rupiah per

kg. Penentuan harga antara pedagang besar dan supplier disesuaikan

dengan mekanisme pasar yang terjadi atau didasarkan pada harga yang

berlaku untuk pasar lokal, dan perjanjian terhadap supplier Surabaya.

b. Fungsi Fisik

Fungsi penyimpanan yang dilakukan pedagang besar adalah jika

terjadi pembayaran yang belum dibayarkan sehingga terjadi penundaan

pengiriman dan menunggu jumlah cengkeh cukup jika dikirim. Cengkeh

merupakan komoditas yang memiliki ketahanan jika disimpan dalam

waktu yang agak lama. Sehingga alasan pedagang besar menyimpan

cengkeh sedikit lama selain tersebut di atas, pedagang besar juga

memanfaatkan fluktuasi harga cengkeh. Proses penyimpanan disimpan

pada suhu kamar. Akibat dari proses penyimpanan ini terkadang pedagang

besar mengalami resiko penyusutan berupa komoditas cengkeh yang rusak,

penambahan biaya tenaga kerja akibat penyimpanan. Fungsi pengangkutan

akan mengeluarkan biaya transportasi dan bongkar muat. Pedagang besar

melakukan fungsi fisik berupa pengemasan untuk komoditi cengkeh.

Cengkeh yang akan dikirim ke supplier dikemas dengan karung.

c. Fungsi Fasilitas

Kegiatan fungsi-fungsi fasilitas yang dilakukan pedagang besar

adalah berupa kegiatan penyortiran. Kegiatan penyortiran dilakukan untuk

menggolongkan ukuran, pemisahan akibat kerusakan serta tingkat kadar

air cengkeh. Fungsi pembiayaan berupa modal yang disediakan untuk

mendapatkan cengkeh, berupa biaya pembelian, retribusi, bongkar muat,

sortasi, penyimpanan dan penyusutan. Untuk informasi pasar berupa

perkembangan harga beli dan harga jual diperoleh dari beberapa supplier

dari Surabaya. Adapun sistem pembayaran yang diterapkan oleh pedagang

besar terhadap pedagang pengumpul desa dan pedagang pengecer adalah

pembayaran tunai dan pemberian modal diawal kepada pedagang

pemngumpul desa. Sementara pedagang besar memperoleh hasil

pembayaran dari supplier melalui transfer langsung maupun bertahap.

Struktur Pasar

Struktur pasar didefinisikan sebagai sifat atau karakteristik pasar. Struktur

pasar cengkeh dianalisis berdasarkan saluran pemasaran yang didukung peranan

fungsi-fungsinya. Faktor penting yang diperlukan dalam penentuan struktur pasar

meliputi jumlah lembaga pemasaran yang terlibat (penjual dan pembeli), sifat dan

keadaan produk, kebebasan keluar masuk pasar dan informasi pasar(biaya, harga

dan kondisi pasar).

Jumlah Penjual dan Pembeli serta Kebebasan Keluar Masuk Pasar

Saluran pemasaran di Kecamatan Amahai melibatkan beberapa lembaga

pemasaran yang membentuk beberapa pola saluran pemasaran mulai dari petani

produsen, pedagang pengumpul desa, pedagang besar hingga cengkeh sampai

ditangan konsumen akhir (Supplier). Lembaga pemasaran Pedagang Pengumpul

Page 47: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

33

Desa yang terlibat dalam saluran pemasaran cengkeh berjumlah tiga responden.

Pedagang pengumpul desa juga berprofesi sebagai petani. Pengambilan responden

pedagang pengumpul desa diambil dari Desa Sepa masing-masing dua dan satu

responden dari Desa Tamilao yaitu pedagang yang memiliki langganan dari petani

yang menjual cengkeh dan hasil bumi lainnya. Dalam melakukan pembelian

cengkeh pedagang pengumpul terkadang membeli di rumah atau di kebun petani.

Artinya petani yang menghampiri dan menghantarkan cengkeh hasil panennya

kepada pedagang pengumpul desa untuk di jual. Antara pedagang pengumpul desa

tidak terjadi tawar menawar, karena sepenuhnya penawaran ditentukan oleh

pembeli bukan oleh petani yang menjual cengkeh. Pada saat pengambilan sampel

harga cengkeh sedang naik, hal ini disebabkan oleh cengkeh sedang tidak musim

panen sehingga cengkeh sulit untuk di dapatkan.

Pedagang pengumpul desa dalam melakukan pembelian menggunakan

beberapa sistem pembayaran sebagian dan tunai. Pembayaran sebagian dilakukan

sebelum masa panen cengkeh dan akan dilunasi ketika petani telah menjual hasil

panen cengkehnya. Pedagang pengumpul desa melakukan pembelian tunai ketika

petani menjual hasil panennya langsung. Berdasarkan hasil wawancara terhadap

responden di Kecamatan Amahai adalah, petani akan lebih mengutamakan

menjual hasil panen kepada pedagang yang membayar sebagian dan tunai terlebih

dahulu. Karena disisi lain, pedagang pengumpul desa yang membayar sebagian

juga sangat membantu petani pada masa produksi, sehingga menjual hasil

panennya kepada pedagang pengumpul desa tersebut juga suatu keharusan.

Terhadap pola pembayaran tunai yang diinginkan masing-masing lembaga

pemasaran tidak begitu mempengaruhi pedagang besar dalam melakukan

keputusan proses pembayaran yang akan dilakukan pedagang besar. Jumlah

pedagang besar yang menjadi tujuan penjualan dari pedagang pengumpul desa

relatif sedikit dibandingkan pedagang pengumpul desa yang jumlahnya banyak.

Sehingga pedagang besar dapat memilih kemana akan membeli cengkeh yang

akan diperdagangkan. Jumlah pedagang pengumpul desa yang banyak

menyebabkan persaingan pedagang besar tidak terlalu kuat, sehingga pedagang

besar memiliki posisi yang kuat dalam proses penawaran cengkeh. Pedagang

besar yang berada di Kabupaten Masohi menjalin hubungan baik.

Pedagang besar telah memiliki tujuan pasar tersendiri yakni supplier di

Surabaya. Pasar yang melalui supplier tidak mudah ditembus oleh pedagang besar,

karena selain harus dalam jumlah yang besar biasanya juga memerlukan modal

yang besar.

Sumber Informasi

Sumber informasi pasar dalam rantai pasar cengkeh di Kecamatan Amahai

belum tersedia sesuai kebutuhan pasar. Informasi pasar dibutuhkan oleh produsen,

dan semua pihak yang terlibat dalam rantai pemasaran yaitu, sumber-sumber

informasi tentang kondisi pasar, lokasi, jenis, mutu, waktu dan harga pasar.

Informasi pasar yang diterima oleh petani pada umumnya petani sudah

mengetahui dari informasi yang terjadi dipasar. Informasi yang terjadi dipasar

yang telah diperoleh petani, tetapi dari sumber informasi tersebut petani tidak

dapat memaksimalkan karena terkendala oleh pembiayaan dan terbiasa dengan

sistem pemasaran yang terjadi pada saluran pemasaran I. Informasi yang diperoleh

Page 48: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

34

didapatkan dari berbagai sumber yang relatif beragam dan bukan informasi yang

sifatnya komersial, sehingga tidak perlu biaya khusus untuk memperoleh

informasi pasar.

Sumber informasi yang diterima pedagang besar didapat melalui langsung

dari supplier. Pedagang besar bertindak sebagai pengambil harga yang ditentukan

oleh supplier dari Surabaya.

Struktur Pasar pada Kelembagaan Pemasaran Cengkeh di Kecamatan

Amahai

Struktur pasar merupakan tipe atau jenis pasar yang didefinisikan sebagai

hubungan atau korelasi antara pembeli (calon pembeli) dan penjual (calon

penjual) yang secara strategi mempengaruhi penentuan harga dan

pengorganisasian pasar. berdasarkan ciri-ciri strategi pasar yang dihadapi

keseluruhan lembaga pemasaran yang terjadi di Kecamatan Amahai mulai dari

petani, Pedagang Pengumpul Desa, Pedagang Besar, Pedagang Pengecer dan

Supplier dapat diketahui termasuk dalam struktur pasarnya dan dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

a. Struktur pasar yang dihadapi petani

Berdasarkan ciri-ciri yang telah diidentifikasi bahwa struktur pasar

yang dihadapi petani cengkeh di Kecamatan Amahai mengarah pasar

persaingan sempurna. Hal ini dapat dilihat;

1. Jumlah petani(penjual yang cukup banyak jika dibandingkan dengan

jumlah pedagang(pembeli).

2. Petani tidak dapat menentukan dan mempengaruhi tingkat harga yang

terjadi di pasar.

3. Hambatan yang dihadapi petani dalam keluar masuk pasar adalah

terkait permasalahan modal

4. Penentuan harga dilakukan oleh pedagang berdasarkan harga yang

berlaku dipasar, karena kedudukan petani sebagai price taker dan

memiliki bargaining position yang lemah.

b. Struktur pasar yang dihadapi Pedagang Pengumpul Desa

Struktur pasar yang dihadapi Pedagang Pengumpul Desa cenderung

hampir seperti pasar persaingan sempurna, hal ini ditunjukan dari hal-hal

sebagai berikut;

1. Jumlah penjual (pedagang pengumpul desa) lebih banyak dari jumlah

(pedagang besar)

2. Pedagang pengumpul desa di Kecamatan Amahai tidak bebas

menentukan pasar tujuannya, permasalahan yang dihadapi keluar

masuk pasar adalah keterikatan permasalahan modal dengan pedagang

besar.

3. Pedagang Pengumpul Desa tidak dapat mempengaruhi harga pasar.

4. Sumber informasi harga pasar diperoleh dari pedagang besar.

5. Produk ditawarkan bersifat homogen.

c. Pedagang Besar

Struktur pasar yang dihadapi pedagang besar cenderung mengarah

kearah struktur oligopoli. Hal ini ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai

berikut:

Page 49: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

35

1. Jumlah penjual besar lebih banyak daripada jumlah supplier di

Surabaya.

2. Hambatan yang terjadi untuk menjadi pedagang besar adalah

permasalahan modal.

3. Pedagang besar tidak dapat mempengaruhi harga yang terjadi, karena

pedagang ini tidak mampu memprediksi harga. Pedagang Besar

menerima harga dari supplier dari Surabaya.

Perilaku Pasar

Perilaku pasar adalah pola tingkah laku lembaga-lembaga pemasaran yang

menyesuaikan dengan struktur pasar dimana lembaga tersebut melakukan

kegiatan penjualan dan pembelian serta bentuk-bentuk keputusan yang diambil

dalam menghadapi struktur pasar. Perilaku pasar meliputi kegiatan pembelian dan

penjualan, penentuan harga dan kerjasama antara lembaga tataniaga.

Praktek Pembelian dan Penjualan

Pola saluran pemasaran cengkeh di Kecamatan Amahai melibatkan

beberapa lembaga pemasaran yang melakukan kegiatan pembelian dan penjualan

kecuali petani yang tidak melakukan praktek pembelian serta. Saluran pemasaran

yang terjadi dimulai dari petani yang menjual cengkeh dengan dua cara, yaitu

penjualan kepada pedagang pengumpul desa (PPD), penjualan petani langsung ke

pedagang besar.

Proses pemanenan dilakukan oleh petani dibantu dengan sistem bagi hasil

panen tergantung hasil prouksi. Setelah cengkeh di panen oleh petani kemudian

dilakukan penjemuran untuk mengurangi kadar air. Cengkeh dijual kepada

pedagang pengumpul desa (PPD) selanjutnya PPD menjual kembali cengkeh

tersebut melalui pedagang besar, yang kemudian cengkeh di jual ke pedagang.

Praktek pembelian ditingkat PPD dilakukan dengan petani. PPD memiliki

langganan dengan beberapa petani, langganan tersebut tidak terikat dengan PPD

sewaktu-waktu petani tersebut mendapatkan tawaran yang lebih tinggi mereka

akan menjualnya ke PPD yang berani menjual dengan harga yang lebih tinggi.

Namun ada beberapa petani yang terikat dengan PPD karena sudah mengambil

modal yang sebenarnya digunakan untuk membiayai sekolah anaknya. dengan

demikian petani harus menjual hasil buminya ke PPD tersebut untuk membayar

modal yang telah diberikan PPD. Praktek penjualan PPD dilakukan ke pedagang

besar, melalui pedagang besar adalah dengan sistem penjualan langsung.

Sistem Penentuan Harga Harga ditingkat petani lebih ditentukan oleh pedagang pengumpul desa,

karena sebagian besar petani mengandalkan PPD untuk memasarkan hasil panen

cengkeh, dengan pertimbangan kemudahan dalam akses pengangkutan menuju

pasar dan PPD lebih menguasai pasar. Sistem penentuan harga cengkeh di

Kecamatan Amahai dilakukan dengan PPD yang menentukan harga berdasarkan

informasi dari Pedagang Besar dan petani sebagai price taker. Harga cengkeh di

setiap lembaga pemasaran juga dipengaruhi ketersediaan komoditi cengkeh di

pasar. Pedagang besar dalam hal ini memiliki posisi yang sama dengan petani,

yakni sebagai price taker dari supplier di Surabaya.

Page 50: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

36

Sistem Pembayaran

Lembaga – lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran

cengkeh di Kecamatan Amahai melakukan berbagai sistem pembayaran yang

beragam disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi di masing-masing

lembaga pemasaran. Kondisi umum lembaga- lembaga pemasarn menghadapi

proses transaksi yang beragam antara lain, sitem pembayaran tunai, sebagian dan

hutang.

Sistem pembayaran tunai adalah sistem yang cenderung banyak dilakukan

masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran

cengkeh di Kecamatan Amahai. Kedua adalah sistem pembayaran hutang adalah

pembayaran yang terjadi setelah petani mengambil uang di awal sebelum panen,

kemudian setelah panen petani mendapatkan sisa dari harga sisa hasil panen

cengkeh. Sistem ini membantu petani dalam mencukupi kebutuhannya, namun

juga merugikan karena mendapatkan harga yang dibawah harga normal.

Kerjasama Antar Lembaga Pemasaran

Kerjasama antara lembaga pemasaran yang terjadi mulai dari tingkat

petani sampai pedagang besar untuk komoditi cengkeh sampai dengan

pengambilan sampel terintregasi dengan baik. Pelaku – pelaku kelembagaan

sudah menjalin kerjasama yang terjalin lama dan baik. Petani berlangganan

dengan PPD, hal tersebut dilakukan untuk meringankan pembiayaan yang

disebabkan oleh pengangkutan dan proses pencarian pasar. PPD dengan pedagang

besar adalah PPD menjadikan pedagang besar tujuan utama dalam pemasaran.

Analisis Margin Tataniaga

Analisis margin tataniaga dilakukan untuk mengetahui efisiensi tataniaga

suatu produk dari suatu sistem tataniaga. Marjin tataniaga adalah perbedaan harga

yang terjadi di setiap lembaga pemasaran. Besar marjin tataniaga ditentukan oleh

besarnya biaya dan keuntungan tataniaga yang terjadi di setiap lembaga tataniaga

yang terlibat. Marjin pemasaran dihitung berdasarkan pengurangan harga

penjualan dengan harga pembelian pada setiap lembaga pemasaran atau perbedaan

harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan konsumen akhir.

Besar marjin yang terjadi untuk komoditas cengkeh di Kecamatan Amahai dapat

dilihat pada Tabel 12. Marjin tataniaga cengkeh di Kecamatan Amahai, 2011.

Analisis marjin tataniaga terdiri dari komponen-komponen pemasaran

antara lain biaya dan keuntungan pemasaran. Biaya pemasaran merupakan biaya

yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam memasarkan komoditas cengkeh.

Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran

meliputi biaya pengeringan, biaya transportasi, biaya packing, biaya sortasi, biaya

pengemasan, retribusi, penyusutan dan bongkar muat. Keuntungan pemasaran

adalah selisih antara harga jual dengan harga beli yang telahditambahakan dengan

biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran tersebut.

Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa saluran pemasaran

I yaitu petani, pedagang pengumpul desa sampai ke tingkat supplier Surabaya

memiliki marjin total pemasaran cengkeh sebesar 38 944 rupiah per kg,

sedangkan pada saluran pemasaran kedua yaitu petani menjual langsung ke

pedagang besar di Kabupaten Maluku Tengah dan berakhir ke eksportir di

Page 51: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

37

Surabaya memperoleh marjin total pemasaran sebesar 23 944 rupiah per kg. Dari

marjin total pemasaran memperlihatkan bahwa saluran I memiliki nilai majin

yang tinggi dibandingkan dengan saluran II, karena pada saluran pemasaran I

masih banyak melibatkan berbagai lembaga pemasaran. Akibatnya efisiensi

pemasaran berkurang dan nilai pangsa harga di tingkat petani terhadap harga

pembeli menjadi rendah.

Pengangkutan cengkeh dari petani menuju pedagang pengumpul

menggunakan kendaraan bermotor, sementara pedagang pengumpul menuju

pedagang besar menggunakan truk atau mobil pick up terbuka. Pengangkutan

cengkeh dari pedagang besar menuju ke Surabaya adalah menggunakan

transportasi laut. Dengan membutuhkan waktu 5-6 hari yang dibutuhkan untuk

sampai ke Surabaya.

Pada Tabel 12. Marjin tataniaga cengkeh di Kecamatan Amahai, 2011

memperlihatkan, bahwa pedagang pengumpul selain membeli hasil cengkeh dari

petani, juga melakukan sortasi, penjemuran ulang. Hal tersebut dilakukan karena

kebanyakan cengkeh kering yang dijual petani mempunyai kadar air yang masih

cukup tinggi, disamping itu juga cengkeh masih tercampur dengan kotoran (daun,

krikil dll), sehingga pedagang pengumpul menanggung biaya penyusutan sebesar

80 rupiah per kg. Biaya penyusutan juga ditanggung oleh pedagang besar yaitu

sebesar 310 rupiah per kg pada kedua saluran.

Pada saluran pemasaran II harga ditingkat petani cukup tinggi bila

dibandingkan dengan saluran pemasaran I yaitu sebesar 59 333.33 rupiah per kg

dari harga tingkat supplier yaitu 82 500 rupiah per kg. Walaupun demikian, petani

harus menanggung biaya dalam proses pemasaran sebesar 525.35 rupiah per kg,

diantaranya biaya pengarungan, transportasi, bongkar muat, sortasi, dan timbang.

Sehingga marjin pemasaran pada saluran pemasaran II ini petani mendapatkan

harga bersih yaitu 58 807.98 rupiah per kg (71.28%). Sedangkan pedagang besar

menanggung marjin biaya total 1 186.43 rupiah per kg dengan total marjin

pemasaran 23 166.67 rupiah per kg. Hal tersebut lebih menguntungkan petani,

Bila dibandingkan dengan saluran petani I.

Page 52: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

38

Tabel 12. Marjin tataniaga cengkeh di Kecamatan Amahai, 2011

Pelaku Pasar

Saluran Pemasaran I Saluran Pemasaran II

Harga Pangsa Harga Pangsa

(Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (%)

1. Harga Jual Petani 43 555.56 - 59 333.33 -

a. Biaya Pemasaran - - 20.89 -

b. Biaya pengarungan

- 416.14 -

-Biaya transportasi - - 41.67 -

-Biaya bongkar-Muat - - 4.98 -

-Biaya pengeringan dan

timbang 16.35 - 41.67 -

c. Total Biaya 16.35 - 525.35 -

d. Harga Bersih Petani 43 539.21 52.78 58 807.98 71.2

2. Pedagang Pengumpul

a. Harga Beli 43 555.56 - - -

b. Biaya sortasi dan

timbang 16.66 - - -

-Biaya penjemuran ulang 157.14 - - -

- Biaya pengarungan/

packing 16.25 - - -

-Biaya bongkar-muat dan

timbang 107.14 - - -

- Biaya transportasi ke

pedagang besar 142.86 - - -

- Penyusutan 80.00 - - -

- Retribusi desa 200.00 - - -

Total Biaya 720.05 - - -

c. Harga jual 59333.30 18.25 - -

d. Keuntungan Bersih 15 057.71 19.12 - -

e. Marjin Pemasaran 15 777.77 7.93 - -

3. Pedagang Besar

a. Harga Beli 59 333.33 - 59 333.33 -

b. Marjin Biaya Total

-Biaya muat dan timbang 81.25 - 81.25 -

- Biaya sortasi 9.68 - 9.68 -

-Biaya Pengeringan dan

penyimpanan 139.04 - 150 -

- Biaya penyusutan 310.00 - 310 -

-Biaya pengarungan 52.50 - 52.5 -

-Biaya pajak 33.00 - 33 -

-Biaya transportasi ke

Surabaya 550.00 - 550 -

Total Biaya 1 175.47 - 1 186.438 -

c. Harga Jual di Suplier 82 500.00 - 82500 -

Keuntungan bersih 21 991.19 26.65 21 980.23 26.64

Marjin Pemasaran 23 166.67 28.08 23 166.67 28.08

Page 53: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

39

Farmer’s Share

Bagian yang diterima petani (farmer’s share) merupakan perbandingan

harga yang diterima petani cengkeh di Kecamatan Amahai dengan harga yang

dibayar konsumen. Bagian yang diterima petani dinyatakan dalam persentase.

Farmer’s share sering digunakan sebagai indikator dalam mengukur kinerja suatu

sistem tataniaga, tetapi farmer’s share yang tinggi tidak mutlak menunjukkan

bahwa pemasaran berjalan dengan efisien. Hal ini berkaitan dengan besar kecilnya

manfaat yang ditambahkan pada produk (added value) yang dilakukan lembaga

perantara untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Farmer’s share yang diterima

petani pada tiap saluran tataniaga cengkeh di Kecamatan Amahai dapat dilihat

pada Tabel 13. Farmer’s share dan marjin tataniaga pada saluran tataniaga

cengkeh di Kecamatan Amahai.

Tabel 13. Farmer's share dan marjin tataniaga pada saluran tataniaga cengkeh di

Kecamatan Amahai

Saluran Tataniaga

Harga di

Tingkat Petani

(Rp/Kg)

Harga di

Tingkat

Suppier

(Rp/Kg)

Marjin

Tataniaga

(Rp/Kg)

Farmer

Share (%)

Volume

(Kg)

Saluran Tataniaga I 43 555.56 82 500.00 38 944.44 52.79 515.00

Saluran Tataniaga II 59 333.33 82 500.00 23 166.00 71.92 330.00

Farmer’s share berhubungan negatif dengan marjin tataniaga artinya

semakin tinggi margin tataniaga maka bagian yang akan diterima petani semakin

rendah. Pada Tabel 13. Farmer’s share dan marjin tataniaga pada saluran

tataniaga cengkeh di Kecamatan Amahai, 2011 menunjukkan bahwa bagian

terbesar yang diterima petani terdapat pada saluran dua sebesar 71.92 persen,

karena petani melakukan penjualan langsung ke pedagang besar di kabupaten.

Umumnya bila petani meminjam modal atau uang kepada pedagang desa,

maka petani harus menjual hasil produksinya kepada pedagang desa yang telah

memberikan pinjaman modal tersebut. Petani hampir tidak memiliki modal yang

cukup untuk menjalankan proses produksi atau usahataninya, sehingga mereka

terpaksa meminjam kebutuhan modal kepada pedagang desa. Hal tersebut

dilakukan karena tidak ada alternatif lain bagi petani untuk mendapatkan modal

dalam waktu yang cepat dan tanpa banyak persyaratan. Oleh karena itu mereka

mengharapkan adanya alternatif lembaga keuangan yang berfungsi sebagai tempat

meminjam modal dengan persyaratan yang lebih fleksibel dibanding persyaratan

yang diminta oleh perbankan.

Lembaga tataniaga tersebut melakukan fungsi-fungsi tataniaga dalam

proses penyaluran cengkeh. Sehingga ada biaya yang dikeluarkan untuk

melakukan fungsi tersebut. Lebaga tataniaga mengambil sejumlah keuntungan

sebagai balas jasa atas fungsi tataniaga yang dilakukan dan untuk mengimbangi

biaya yang telah dikeluarkan.

Berdasarkan hasil analisis marjin tataniaga dan farmer’s share di atas,

dapat disimpulkan bahwa saluran tataniaga yang relatif lebih efisien adalah

saluran tataniaga II karena memiliki marjin tataniaga terkecil yaitu sebesar 23 166

rupiah per kg dan farmer’s share terbesar yaitu 71.92 persen. Sementara saluran

Page 54: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

40

tataniaga I merupakan saluran tataniaga yang relatif kurang efisien karena

memiliki marjin tataniaga terbesar dan farmer’s share terkecil yaitu masing-

masing sebesar Rp 38 944.44,- kg dan 52.79 persen.

Rasio Keuntungan dan Biaya

Tingkat keuntungan pada setiap lembaga pemasaran tersebar tidak merata,

penyebaran keuntungan pada setiap lembaga tataniaga dapat diukur melalui

analisis rasio keuntungan dan biaya. Biaya pemasaran adalah biaya yang

dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran

cengkeh di Kecamatan Amahai. Sedangkan keuntungan pemasaran yang terjadi

disetiap lembaga merupakan selisih marjin pemasaran dengan biaya yang

dikeluarkan selama proses pemasaran cengkeh. Besarnya rasio keuntungan dan

biaya setiap lembaga tataniaga pada setiap saluran tataniaga dapat dilihat pada

Tabel 14 tentang rasio keuntungan dan biaya untuk setiap saluran pemasaran yang

ada di Kecamatan Amahai.

Tabel 14. Rasio keuntungan dan biaya untuk setiap saluran pemasaran yang ada di

Kecamatan Amahai

Lembaga Pemasaran Saluran Pemasaran

1 2

Petani

Π - -

Ci 16.35 525.35

Rasio Π/ Ci - -

Pedagang Pengumpul Desa

Π 15057.71 -

Ci 720.05 -

Rasio Π /Ci 20.91 -

Pedagang Besar

Π 21991.19 21980.23

Ci 1175.47 1186.43 Rasio Π /Ci 18.70 18.52

Total

Π 37048.90 21980.23 Ci 1911.87 1711.78

Rasio Π /Ci 19.37 12.84

Sumber : Wawancara petani yang di olah

Keterangan : Ci : Biaya pemasaran untuk tiap lembaga pemasaran,

Π : Keuntungan lembaga pemasaran

Berdasarkan Tabel 14, rasio keuntungan dan biaya pada saluran tataniaga I

sebesar 19.37, artinya setiap satu rupiah biaya tataniaga yang dikeluarkan akan

memberikan keuntungan sebesar 19.37 rupiah. Rasio keuntungan dan biaya pada

Page 55: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

41

saluran tataniaga II sebesar 12.84, artinya setiap satu rupiah biaya tataniaga yang

dikeluarkan akan memberikan keuntungan sebesar 12.84 rupiah.

Berdasarkan Tabel 13 untuk mengetahui saluran pemasaran cengkeh di

Kecamatan Amahai yang paling efisien dapat ditinjau dari beberapa langkah

analisis terhadap pola pemasaran cengkeh yang terjadi diantaranya ; 1).

Mengetahui nilai margin yang terjadi di setiap saluran pemasaran yang terdiri dari

lembaga pemasaran yang terlibat pada saluran tersebut. Pada saluran I memiliki

nilai margin terbesar, tetapi hal tersebut belum menentukan bahwa saluran I dapat

dikatakan efisien karena pada saluran I penyebaran margin yang terjadi tidak

merata terhadap lembaga pemasaran yang terlibat pada saluran tersebut. Margin

terjadi dengan mengetahui nilai biaya dan keuntungan, pada saluran I terjadi

ketidakseimbangan pada pengambilan keuntungan yang dilakukan oleh pedagang

besar. 2). Mengetahui nilai farmer’s share pada setiap pola saluran pemasaran

yang terlibat, berdasarkan Tabel 13, farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran

II sebesar 71.92 persen tetapi hal ini belum menjadi indikator saluran pemasaran

tersebut efisien, karena pada saluran II lembaga pemasaran yang dilibatkan

terlampau sedikit dan dilihat dari segi volume yang dipasarkan pada saluran II

rendah yakni sebesar 330 kg. 3). Penyebaran nilai rasio Π /Ci ratio yang merata.

Dari Tabel 14, nilai terhadap rasio Π /Ci ratio menunjukan saluran I tertinggi

dalam perolehan rasio Π /Ci ratio sebesar 19.37 persen, tetapi belum dapat

dikatakan efisien karena penyebaran terhadap lembaga pemasaran yang terlibat

tidak merata, terjadi ketimpangan dalam hal pengeluaran biaya dan pengambilan

keuntungan dari masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat.

Berdasarkan Tabel 14 maka, secara operasional dari dua pola saluran

tataniaga yang ada saluran tataniaga I lebih efisien jika ditinjau dari penyebaran

margin yang merata di setiap lembaga pemasaran yang terlibat dan dilihat dari

penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya (Π /Ci ratio ratio) pada masing-

masing lembaga pemasaran tersebar merata, dengan demikian meratanya

penyebaran (Π /Ci ratio ratio) serta marjin pemasaran secara teknis sistem

pemasaran tersebut semakin efisien.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis tataniaga cengkeh pada Kecamatan Amahai,

Kabuaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku maka di dapatkan hasil bahwa Sistem

tataniaga cengkeh di wilayah Kecamatan Amahai melibatkan beberapa lembaga

pemasaran yaitu petani yang berperan sebagai produsen, pedagang pengumpul

desa, pedagang besar. Berdasarkan hasil kuisioner, pemasaran cengkeh di

Kecamatan Amahai memiliki dua pola saluran pemasaran dan melibatkan

beberapa lembaga pemasaran.

Sumber informasi pasar dalam rantai pasar cengkeh di Kecamatan Amahai

belum tersedia sesuai kebutuhan pasar. Informasi pasar dibutuhkan oleh produsen,

dan semua pihak yang terlibat dalam rantai pemasaran yaitu, sumber-sumber

informasi tentang kondisi pasar, lokasi, jenis, mutu, waktu dan harga pasar.

Page 56: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

42

Secara operasional dari dua pola saluran tataniaga yang ada saluran

tataniaga I lebih efisien jika ditinjau dari penyebaran margin yang merata di setiap

lembaga pemasaran yang terlibat dan dilihat dari penyebaran rasio keuntungan

terhadap biaya (Π /Ci ratio ratio) pada masing-masing lembaga pemasaran

tersebar merata, dengan demikian meratanya penyebaran (Π /Ci ratio ratio) serta

marjin pemasaran secara teknis sistem pemasaran tersebut semakin efisien.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian sistem tataniaga cengkeh di Kecamatan

Amahai, hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki dalam upaya meningkatkan

produksi cengkeh untuk mendukung kegiatan tataniaga cengkeh di Kecamatan

Amahai yaitu ; perlunya lembaga simpan pinjam atau koperasi desa yang

berfungsi sebagai lembaga keuangan yang dapat memberikan modal usahatani

kepada para petani. Sehingga petani tidak terjerat kepada pedagang yang akan

memberikan harga dibawah dari harga pasar. Melalui koperasi, petani dapat

memiliki posisi tawar harga yang lebih tinggi, karena setiap pedagang yang akan

membeli komoditinya melalui satu pintu, satu harga namun dengan jumlah yang

lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Asmarantaka RW.2010. Pemasaran Agribisnis ( Agrimarketing). Bogor : IPB

Press.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Indikator Pertanian 2013. Jakarta. Badan Pusat

Statistik. Jakarta.

______________________. Laporan Perekonomian Indonesia 2013. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Dahl DC dan Hammond JW. 1977. Market and Price Analysis. The Agricultural

Industries. Mc. Graw-Hill Book Company, Inc.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Komoditas Cengkeh di Indonesia 2012-

2014. Kementerian Pertanian.

Hadiwijaya. T. 1989.“Arti Ekonomi, Perkembangan Produksi dan Proses Cengkeh

di Indonesia”. Forum Komunikasi Ilmiah Produksi dan Tataniaga Cengkeh di

Indonesia Prosidin. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.

________________. “ Produksi dan Tataniaga di Indonesia”. Forum Komunikasi

Ilmiah, 24-25 Februari 1989. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.

Bogor.

Hanafiah AM dan Saefudin AM. 2006. Tataniaga Hasil Perikanan. Jakarta :

Universitas Indonesia Press.

Kemala, S dan E. R. Pribadi. 1999. Pengaruh Harga terhadap Produktivitas dan

Pasokan Cengkeh. Perkembangan Penelitian Agroekonomi Tanaman Rempah

dan Obat. Volume IX. Nomor 2. Bogor.

Kohls RL dan Uhl JN. 2002. Marketing of Agricultural Products. Ninth Edition.

Purdue University. New York : Macmillan Publishing Company.

Page 57: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

43

Kotler P. 2003. Marketing Management Eleventh Edition. New jersey : Prentice-

Hall Inc.

Kotler P. dan Keller KL. 2008. Manajemen Pemasaran Jilid 2 Cetakan II. Edisi

12. Benyamin M, penerjemah; Bambang S, editor. Jakarta : PT. Indeks.

Terjemahan dari : Marketing Management.

Lestari, Muji. 2006. Analisis Tataniaga Bengkuang. Skripsi. Fakultas Pertanian.

Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Mahaputra, Ketut dan Rubiyo, Trisnawati. Kontribusi Pendapatan dan Efisiensi

Tataniaga Cengkeh di Bali. Disampaikan dalam Prosiding Seminar Nasional

dan Ekspose Hasil Penelitian di Kendari Sulawesi Tenggara, 18-19 Juli 2005.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan teknologi Pertanian.

Purba, Sulaiman. 2010. Analisis Tataniaga Ubi Jalar (Studi Kasus: Desa Gunung

Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat).

Skripsi. Fakultas Pertanian Bogor. Bogor.

Rosmeilisa, P. dan Ermiati. 1997. Tataniaga Cengkeh di Indonesia. Monograf

Cengkeh. Nomor 2. Monograf Tanaman Obat. Balai Penelitian Tanaman

Rempah dan Obat. Bogor.

Ruhnayat, A. 2002. Memproduktifkan Cengkeh Tanaman Tua dan Tanaman

Terlantar. Cetakan 1. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rumagit, G. 2002. Kajian Ekonomi Keterkaitan Antara Perkembangan Industri

Cengkeh dan Indutri Rokok Kretek Nasional. Disertasi. Sekolah Pascasarjana.

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sallatu, Ima A. 2006. Analisis Pangsa Pasar dan Tataniaga Kopi Arabika di

Kabupaten Tana Toraja dan Enrekang, Sulawesi Selatan. Tesis. Sekolah

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Simamora, Sahat R. 2007. Analisis Sistem Tataniaga Pisang. Skripsi. Fakultas

Pertanian. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Sinaga, B. M. 1999. Dampak Perubahan Faktor Ekonomi terhadap Permintaan

dan Penawaran Cengkeh di Indonesia. Laporan Penelitian. Jurusan Sosial

Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Sudiyono A. 2001. Pemasaran Pertanian. Malang : Universitas Muhammadiyah

Malang Press.

Sumargandi. 1983. Seleksi dan Pemuliaan Tanaman Cengkeh Perlu Digalakkan.

Buletin Pertanian Cengkeh dan Tembakau, Juli-Oktober 1983. Pusat Penelitian

Cengkeh dan Tembakau. Bogor.

Taruli. 2002. Analisis Peluang Ekspor Agribisnis Cengkeh di Indonesia. Skripsi.

Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Page 58: ANALISIS TATANIAGA CENGKEH DI KECAMATAN AMAHAI, … · Produksi cengkeh nasional digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk kebutuhan ekspor maupun pemenuhan konsumsi domestik

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Sragen pada hari Jum’at tanggal 23

Januari 1987. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan

Bapak Parno dan Ibunda Tinuk Hartini (Almarhummah).

Pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SMP

Negeri 1 Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Bogor. Pendidikan lanjutan

menengah atas diselesaikan pada 2004 jurusan Ilmu Pengetahuan Alam di SMA

Negeri 2 Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Penulis diterima pada Program Studi Diploma III Ekowisata Departemen

Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004. Selama mengikuti

pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa

Fajuktas Kehutanan, merupakan anggota Agroedutourism, merupakan anggota

Kelompok Pemerhati Ekowisata pada Himpunan Mahasiswa Konservasi

Sumberdaya Alam di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,

Fakultas Kehutanan. Penulis menyelesaikan pendidikan Diploma III Kehutanan

pada tahun 2007.

Tahun 2009, penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.