analisis zonasi ekosistem mangrove

24
ANALISIS ZONASI EKOSISTEM MANGROVE DI SEGARA ANAKAN CILACAP JAWA TENGAH 1 Endang Hilmi, Dr, S.Hut, M,Si 2 , Asrul Sahri S, Drs, M.Si 2 , Erla Supriyana, S.Pi 3 dan Parengrengi, S.Pi, M.Si 4 Abstrak Zonasi mangrove dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan diantaranya tekstur tanah, salinitas dan pasang surut. Penurunan keanekaragaman dan ukuran hutan mangrove ditemukan di tiap zonasi yang digambarkan oleh perubahan kondisi lingkungan dari tepi laut menuju ke arah daratan. Perubahan kondisi tersebut dapat menggambarkan kondisi vegetasi dan zonasi mangrove di Plawangan Barat Segara Anakan Cilacap. Penelitian “Model Zonasi Mangrove Akibat Perubahan Tekstur Tanah, Salinitas dan Pasang Surut Air laut di Plawangan Barat Segara Anakan, Cilacap” ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2008. Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi tekstur tanah, salinitas dan pasang surut, tipe zonasi, hubungan tekstur tanah, salinitas dan pasang surut dengan zonasi mangrove. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai dengan teknik pengambilan sampel stratifikasi. Analisis data yang digunakan yaitu secara deskriptif kualitatif, regresi linier dan model spasial. Kondisi substrat tanah yang diperoleh adalah liat dengan nilai salinitas dan pasang surut rataan sebesar 13,74 ppt dan 1,3 meter. Zonasi di Plawangan Barat Segara Anakan dibedakan menjadi tiga zona, yaitu: zona Avicennia- Sonneratia, zona Rhizophora-Sonneratia, dan zona Rhizophora- Bruguiera. Salinitas dan pasang surut berkorelasi erat dengan zonasi mangrove sedangkan tekstur tanah berkorelasi rendah dengan zonasi mangrove. Model zonasi mangrove di 1 Konferensi nasional VI Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut 27 -29 Agustus 2008 2 Dosen Program Studi Perikanan dan Kelautan Fakultas Sain dan Teknik Unsoed 3 Sarjana Perikanan dan Kelautan Fakultas Sain dan Teknik Unsoed 4 Staf Pengajar Fakultas Perikanan Unri

Upload: endanghilmi

Post on 09-Jun-2015

2.596 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Zonasi Ekosistem Mangrove

ANALISIS ZONASI EKOSISTEM MANGROVEDI SEGARA ANAKAN CILACAP JAWA TENGAH1

Endang Hilmi, Dr, S.Hut, M,Si2, Asrul Sahri S, Drs, M.Si2, Erla Supriyana, S.Pi3

dan Parengrengi, S.Pi, M.Si4

AbstrakZonasi mangrove dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan diantaranya tekstur

tanah, salinitas dan pasang surut. Penurunan keanekaragaman dan ukuran hutan mangrove ditemukan di tiap zonasi yang digambarkan oleh perubahan kondisi lingkungan dari tepi laut menuju ke arah daratan. Perubahan kondisi tersebut dapat menggambarkan kondisi vegetasi dan zonasi mangrove di Plawangan Barat Segara Anakan Cilacap.

Penelitian “Model Zonasi Mangrove Akibat Perubahan Tekstur Tanah, Salinitas dan Pasang Surut Air laut di Plawangan Barat Segara Anakan, Cilacap” ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2008. Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi tekstur tanah, salinitas dan pasang surut, tipe zonasi, hubungan tekstur tanah, salinitas dan pasang surut dengan zonasi mangrove. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai dengan teknik pengambilan sampel stratifikasi. Analisis data yang digunakan yaitu secara deskriptif kualitatif, regresi linier dan model spasial.

Kondisi substrat tanah yang diperoleh adalah liat dengan nilai salinitas dan pasang surut rataan sebesar 13,74 ppt dan 1,3 meter. Zonasi di Plawangan Barat Segara Anakan dibedakan menjadi tiga zona, yaitu: zona Avicennia-Sonneratia, zona Rhizophora-Sonneratia, dan zona Rhizophora-Bruguiera. Salinitas dan pasang surut berkorelasi erat dengan zonasi mangrove sedangkan tekstur tanah berkorelasi rendah dengan zonasi mangrove. Model zonasi mangrove di Plawangan Barat Segara Anakan, Cilacap adalah Y = 491,652 X (tekstur liat) + 21673,130 X (Salinitas) – 412,260 X (Pasang surut) – 49912,9.

Kata kunci: Mangrove, Zonasi, Tekstur Tanah, Salinitas, Pasang Surut, Model Spasial, Model Matematika.

1 Konferensi nasional VI Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut 27 -29 Agustus 20082 Dosen Program Studi Perikanan dan Kelautan Fakultas Sain dan Teknik Unsoed3 Sarjana Perikanan dan Kelautan Fakultas Sain dan Teknik Unsoed4 Staf Pengajar Fakultas Perikanan Unri

Page 2: Analisis Zonasi Ekosistem Mangrove

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mangrove adalah Ekosistem yang menggambarkan suatu varietas komunitas

pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-

semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Hutan mangrove

merupakan salah satu ekosistem pesisir yang bersifat kompleks dengan karakteristik

terdiri: atas flora yang bersifat halofit fakultatif (Hilmi, 2005), fauna pantai dan dapat

beradaptasi dengan ekosistem daratan dan laut. Hutan mangrove dapat tumbuh subur dan

bersifat luas (eury) di daerah delta dan aliran sungai yang besar dan muara yang lebar.

Hutan mangrove terdapat zonasi yang tergantung dari adaptasi tiap jenis

tumbuhan terhadap lingkungan. Daya adaptasi dari tiap jenis tumbuhan mangrove

terhadap keadaan tempat tumbuh akan menentukan komposisi jenisnya. Setiap zonasi

diidentifikasikan berdasarkan individu jenis mangrove atau kelompok jenis dan

dinamakan sesuai dengan jenis yang dominan atau sangat melimpah. Zonasi di tepi air

biasanya tipis dan ditumbuhi oleh jenis pionir, seperti Avicennia alba dan Sonneratia

alba, setelah itu zona Rhizophora spp. dan kemudian zona Bruguiera spp (Hilmi, 2005).

Zonasi mangrove dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti tekstur tanah,

salinitas, dan pasang surut. Pengaruh tekstur tanah antara lain ditujukan oleh sebagian

genus Rhizophora. Di daerah-daerah dengan tanah berlumpur dalam, Rhizophora

mucronata merupakan vegatasi yang dominan, sedangkan daerah-daerah yang yang

berlumpur dangkal didominasi oleh Rhizophora apiculata. Pengaruh salinitas ditujukan

oleh kenyataan bahwa bila salinitas menurun karena banyaknya air tawar maka

Rhizophora akan merana dan permudaan diganti oleh jenis yang kurang peka terhadap

perubahan salinitas misalnya Lumnitzera. Pasang surut juga memberikan kontribusi bagi

perubahan massa air tawar dan air asin, yang akhirnya memberikan pengaruh terhadap

perubahan dan penyebaran jenis-jenis mangrove (Hilmi, 2005).

Pengaruh sifat fisik kimia tanah dan air tersebut dapat menggambarkan kondisi

vegetasi dan zonasi mangrove di suatu wilayah atau pulau. Berdasarkan pada adaptasi

dan perubahan kondisi lingkungan akan dapat menentukan zonasi mangrove, selanjutnya

distribusi spasial (vegetasi dan lingkungan) dapat disusun. Ini diperoleh dengan cara

Page 3: Analisis Zonasi Ekosistem Mangrove

membuat modeling antara vegetasi mangrove dan kondisi lingkungan yang dalam hal ini

tekstur tanah, salinitas dan pasang surut air laut.

Plawangan Barat, Segara Anakan merupakan laut yang dipisahkan oleh Pulau

Nusakambangan dari Samudra Hindia, sehingga merupakan rawa payau. Hal ini

menyebabkan pengaruh daratan berperan sangat dominan dalam proses pengendapannya

sehinggga material-material yang ada di Segara Anakan merupakan sedimen rawa yang

berupa lempung dan lanau yang bercampur dengan material organis dan membentuk

dataran alluvial. Di dalam ekosistem laguna Segara Anakan dicirikan oleh keberadaan

hutan mangrove, pulau-pulau timbul dan endapan sedimen muara sungai. Karena proses

akumulasi transpor material sungai yang kontinue menjadikan kawasan Segara Anakan

menjadi kawasan ekosistem pesisir yang berubah secara dinamis. Oleh karena itu kajian

mengenai zonasi mangrove akibat perubahan tekstur tanah, salinitas dan pasang surut

perlu dilakukan di Plawangan Barat Segara Anakan Cilacap. Hal inilah yang mendorong

penulis untuk melakukan kajian tentang zonasi mangrove akibat perubahan tekstur tanah,

salinitas dan pasang surut air laut di Segara Anakan Cilacap.

Tujuan

Tujuan dari tulisan ini adalah : untuk mengetahui potensi zonasi di Segara Anakan

dan untuk membangun model hubungan antara faktor lingkungan dengan zonasi

mangrove.

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Maret 2008 di

Plawangan Barat Segara Anakan Cilacap. Pengamatan sampel dilakukan di Laboratorium

Perairan Tawar, Program Sarjana Perikanan dan Kelautan, serta di Laboratorium Ilmu

Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.

Page 4: Analisis Zonasi Ekosistem Mangrove

Variabel Penelitian

Variabel yang diamati adalah model zonasi mangrove yang meliputi jumlah jenis

dan jumlah individu tiap spesies mangrove serta tekstur tanah, salinitas dan pasang surut,

dengan varaibel pendukungnya adalah sifat fisik kimia air dan tanah yang meliputi

temperatur, pH air dan tanah, oksigen terlarut, DHL dan C-organik.

Analisis Data

1. Analisis faktor lingkungan. Dengan mengukur tekstur tanah, salinitas, pasang surut,

dan variabel kualitas air seperti suhu air, pH, DHL, C organik dan oksigen terlarut.

2. analisis zonasi mangrove : analisis tingkat kerapatan, analisis vegetasi, dan analisis

keanekaragaman hayati dengan indeks shanon wiener dan margaleff.

3. Analisis Spasial, dengan menggunakan perangkat arc view 3.2 version.

4. Analisis hubungan dengan menggunakan software data fit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Faktor Lingkungan Zonasi Mangrove di Segara Anakan

Faktor lingkungan pada zonasi mangrove di daerah Segara Anakan Cilacap Jawa

Tengah terdiri dari :

Potensi Tekstur Tanah

Hasil pengukuran tekstur tanah yang diperoleh di Plawangan Barat, Segara

Anakan untuk debu pada stasiun I sampai V berkisar 28,73-33,70% dengan rataan

30,70±2,04. Nilai liat pada stasiun I sampai V berkisar 66,22-71,19% dengan rataan

69,17±2,09, sedangkan untuk pasir pada stasiun I sampai V berkisar 0,08-0,28% dengan

rataan 0,14±0,08 dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 5: Analisis Zonasi Ekosistem Mangrove

30.6

69.1

2

0.28

28.9

470

.92

0.14

31.5

168

.38

0.11

28.7

371

.19

0.08

33.7

66.2

2

0.08

0

20

40

60

80

100

Tek

stu

r T

anah

(%

)

St-I St-II St-III St-IV St-V

Stasiun

Pasir

Liat

Dedu

Gambar 1. Kondisi tekstur tanah masing-masing stasiun di Plawangan Barat Segara Anakan, Cilacap.

Potensi Salinitas Tanah

Hasil pengukuran salinitas air yang di peroleh di Plawangan Barat, Segara

Anakan mempunyai kisaran nilai 7,4-15,75 ppt dengan rataan sebesar 13,74±3,56. Nilai

salinitas masing-masing stasiun sebagai berikut: stasiun I, II, III, IV dan V mempunyai

nilai 15 ppt; 15,75 ppt; 15,4 ppt; 15,17 ppt; dan 7,4 ppt (Gambar 2).

0

5

10

15

20

25

30

Sal

init

as (

pp

t)

St-I St-II St-III St-IV St-V

Stasiun

Gambar 2. Nilai salinitas masing-masing stasiun di Plawangan Barat, Segara Anakan, Cilacap.

Potensi Pasang Surut

Hasil pengukuran pasang surut yang di peroleh di Plawangan Barat, Segara

Anakan mempunyai kisaran nilai 1,2-1,4 m dengan rataan sebesar 1,3±0,1. Nilai pasang

surut masing-masing stasiun sebagai berikut: stasiun I, II, III, IV dan V mempunyai nilai

1,4 m; 1,19 m; 1,34 m; 1,35 m; dan 1,2 m (Gambar 3).

Page 6: Analisis Zonasi Ekosistem Mangrove

0

0.5

1

1.5

2

Pas

ang

Su

rut

(m)

St-I St-II St-III St-IV St-V

Stasiun

Gambar 3. Nilai pasang surut masing-masing stasiun di Plawangan Barat, Segara Anakan, Cilacap.

Page 7: Analisis Zonasi Ekosistem Mangrove

Desa Klaces

Desa Ujungalang

S. Dangan

S. Kembangkuning

Desa Panikel

Desa Binangun

Ketapang

Lapongpucung

80 0 80 160 Miles

N

PETA SEBARAN TEKSTUR TANAHDI PLAWANGAN BARAT SEGARA ANAKAN

CILACAP

2

2

4

4

6

6

8

8

10

10

12

12

-10 -10

-8 -8

-6 -6

-4 -4

-2 -2

0 0

Nusakambangan Sumber:- Peta Batas Kawasan Segara Anakan Cilacap, Skala 1:170.000- Peta Hutan Mangrove Segara Anakan Cilacap, Tahun 2005- Peta Tata Ruang Kawasan Segara Anakan Cilacap

Pembuat:Erla Supriyana

Legenda:

Desa Ujungalang

PerairanPemukiman

NusakambanganMangrove (Perhutani)

Substrat:

DebuLiatPasir

Batas kawasanSungai

Gam

bar

4.

Peta

sebara

n t

eks

tur

tan

ah d

i Pla

wang

an B

ara

t Segara

An

aka

n

Cila

cap

Page 8: Analisis Zonasi Ekosistem Mangrove

Desa Klaces

Desa Ujungalang

S. Dangan

S. Kembangkuning

Desa Panikel

Desa Binangun

Ketapang

Lapongpucung

80 0 80 160 Miles

N

PETA SEBARAN SALINITASDI PLAWANGAN BARAT SEGARA ANAKAN

CILACAP

2

2

4

4

6

6

8

8

10

10

12

12

-10 -10

-8 -8

-6 -6

-4 -4

-2 -2

0 0

Nusakambangan

Legenda:

Sumber:- Peta Batas Kawasan Segara Anakan Cilacap, Skala 1:170.000- Peta Hutan Mangrove Segara Anakan Cilacap, Tahun 2005- Peta Tata Ruang Kawasan Segara Anakan Cilacap

Pembuat:Erla Supriyana

PerairanPemukimanNusakambanganMangrove (Perhutani)

Salinitas:1 - 8 ppt9 - 12 ppt13 - 17 ppt

Batas kawasanSungai

Gam

bar

5.

Peta

sebara

n s

alin

itas

di Pla

wangan B

ara

t Segara

Anaka

n C

ilaca

p

Page 9: Analisis Zonasi Ekosistem Mangrove

Desa Klaces

Desa Ujungalang

S. Dangan

S. Kembangkuning

Desa Panikel

Desa Binangun

Ketapang

Lapongpucung

80 0 80 160 Miles

N

PETA SEBARAN PASANG SURUTDI PLAWANGAN BARAT SEGARA ANAKAN

CILACAP

2

2

4

4

6

6

8

8

10

10

12

12

-10 -10

-8 -8

-6 -6

-4 -4

-2 -2

0 02

2

4

4

6

6

8

8

10

10

12

12

-10 -10

-8 -8

-6 -6

-4 -4

-2 -2

0 0

Legenda:

Sumber:- Peta Batas Kawasan Segara Anakan Cilacap, Skala 1:170.000- Peta Hutan mangrove Segara Anakan Cilacap, Tahun 2005- Peta Tata Ruang Kawasan Segara Anakan Cilacap

Pembuat:Erla Supriyana

Nusakambangan

PerairanPemukimanNusakambanganMangrove (Perhutani)

Pasang surut:

< 1 m> 1 m

Batas kawasanSungai

Tidak terdeteksi

Gam

bar

6.

Peta

sebara

n p

asa

ng s

uru

t di Pla

wangan B

ara

t Segara

Anaka

n

Cila

cap

Page 10: Analisis Zonasi Ekosistem Mangrove

2. Karakteristik Vegetasi

Tingkat Kerapatan Vegetasi Mangrove

Berdasarkan analisis vegetasi, kerapatan mangrove di Plawangan Barat, Segara

Anakan Cilacap rata-rata untuk pohon 6290±2175,55 ind/ha. Kerapatan pancang rata-rata

77920±33721,68 ind/ha dan kerapatan semai 455000±174902 ind/ha (Tabel 2.)

Tabel 3. Kerapatan vegetasi mangrove kategori pohon, pancang dan semai per hektar masing-masing stasiun di Plawangan Barat, Segara Anakan

KerapatanStasiun

Rata-rata StDevI II III IV V

Pohon 6750 3700 7500 9000 4500 6290 2175,6

Pancang 132000 57600 80000 76800 43200 77920 33721,7

Semai 462500 300000 687500 555000 270000 455000 174902

Keanekragaman Hayati

Hasil perhitungan indek keragaman (H’) yang di peroleh di Plawangan Barat

Segara Anakan pada stasiun I sampai V berkisar 1,50-2,07 dengan rataan 1,77±0,22.

Nilai indek keragaman masing-masing stasiun sebagai berikut: stasiun I, II, III, IV dan V

mempunyai nilai sebesar 1,91; 1,69; 2,07; 1,50; dan 1,68. Secara umum nilai indek

keragaman masing-masing stasiun dapat dilihat pada Gambar 9.

0

0.5

1

1.5

2

2.5

Ind

ek K

erag

aman

(H

')

St-I St-II St-III St-IV St-V

Stasiun

Gambar 9. Indek keragaman (H’) tiap jenis vegetasi mangrove tingkat pohon masing-masing stasiun di Plawangan Barat.

Page 11: Analisis Zonasi Ekosistem Mangrove

Desa Klaces

Desa Ujungalang

S. Dangan

S. Kembangkuning

Desa Panikel

Desa Binangun

Ketapang

Lapongpucung

80 0 80 160 Miles

N

PETA KERAPATAN MAGROVEDI PLAWANGAN BARAT SEGARA ANAKAN

CILACAP

2

2

4

4

6

6

8

8

10

10

12

12

-10 -10

-8 -8

-6 -6

-4 -4

-2 -2

0 0

Legenda:

NusakambanganSumber:- Peta Batas Kawasan Segara Anakan Cilacap, Skala 1:170.000- Peta Hutan Mangrove Segara Anakan Cilacap, Tahun 2005- Peta Tata Ruang Kawasan Segara Anakan Cilacap

Pembuat:Erla Supriyana

PerairanPemukimanNusakambangan

Mangrove (Perhutani)

Kerapatan :Jarang

RapatSedang

Batas kawasanSungai

Gam

bar

8.

Peta

kera

pata

n m

angro

ve d

i Pla

wang

an B

ara

t Segara

Anaka

n C

ilaca

p

Page 12: Analisis Zonasi Ekosistem Mangrove

3. Zonasi Mangrove

Zonasi Salinitas

Hasil analisis indek nilai penting jenis vegetasi mangrove dan kelas salinitas

masing-masing stasiun di Plawangan Barat, Segara Anakan Cilacap dapat digolongkan

menjadi dua zona yaitu, zona I dengan kisaran salinitas 1–10 ppt dan zona II dengan

kisaran salinitas 11-20 ppt. Secara umum pembagian zonasi berdasarkan indek nilai

penting dan kelas salinitas masing-masing stasiun dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Zonasi mangrove berdasarkan kelas salinitas dan indek nilai penting masing-masing stasiun di Plawangan barat Segara Anakan

ZonaSalinitas

(ppt)Jenis Dominan

Jenis Lain (Kodominan)

Ket

I 0 – 10 - N. fruticans- S. alba

Stasiun V- A. marina- R. apiculata

II 11 - 20

- B. gymnorrhiza- S. alba

Stasiun I- R. apiculata- R. mucronata

- S. alba- R. mucronata

Stasiun II- R. apiculata- A. alba

- R. mucronata- R. apiculata

Stasiun III- A. alba- B. gymnorrhiza

-A. marina- A. alba

Stasiun IV- S. alba- R. apiculata

Tabel 3, terlihat bahwa zonasi mangrove berdasarkan kelas salinitas dapat

digolongkan menjadi dua zona yaitu, (1) zona I dengan kelas salinitas 0-10 ppt, zona ini

terdapat pada stasiun V. Zona ini didominasi oleh jenis N. fruticans (INP= 57,78). Jenis

lain yang diketemukan di zona ini antara lain S. Alba (INP= 40), A. marina (INP= 35,56)

dan R. apiculata (INP= 31,11). (2) zona II dengan kelas salinitas 11-20 ppt, zona ini

terdapat pada stasiun I sampai IV. Zona ini didominasi oleh B. gymnorrhiza (INP=

51,85), S. Alba (INP= 59,46), R. mucronata (INP= 40) dan A. marina (INP= 73,33). Jenis

lain yang diketemukan di zona ini antara lain S. Alba, R. apiculata, R. mucronata, A. alba

dan B. gymnorrhiza.

Page 13: Analisis Zonasi Ekosistem Mangrove

Pola Zonasi berdasarkan Potensi Dominasi Tanaman

Berdasarkan Potensi dominasi tanaman maka zonasi hutan mangrove di

Plawangan Barat Segara Anakan secara umum dapat dibedakan menjadi 3 zona

berdasarkan jenis pohon yang dominan, yaitu zona Avicenia-Sonneratia, Rhizophora-

Sonneratia, dan Rhizophora-Bruguiera. Pola zonasi hutan mangrove di Plawangan Barat

adalah sebagai berikut:

a. Zonasi I Avicennia- Sonneratia

Zona Avicenia-Sonneratia merupakan zona komunitas mangrove yang paling luar

dan langsung berhadapan dengan perairan Segara Anakan. Jenis yang dijumpai pada

daerah ini didominasi oleh A. marina, A. alba, dan S. alba. Tekstur yang ada di bawah

tegakan pada zona ini adalah liat dengan endapan lumpur yang sudah agak lebih padat.

Hal ini sesuai dengan pendapat Watson (1928) dan Anwar (1984) dalam Hilmi (2005),

zonasi yang terdekat dengan laut akan dikuasai oleh Avecennia spp. dan Soneratia spp.

yang bertindak sebagai pionir karena sifat anakannya yang memerlukan cahaya langsung.

Avecennia merupakan jenis yang memiliki kemampuan untuk bertoleransi terhadap

kisaran salinitas yang luas dibandingkan dengan jenis yang lain. Macnae (1966)

mengemukakan bahwa Avecennia marina memiliki kemampuan untuk tumbuh baik pada

kisaran tawar sampai dengan 90 0/00.

b. Zonasi II Rhizophora – Sonneratia

Zona Rhizophora-Sonneratia merupakan zona kedua dibelakang zona Avicenia-

Sonneratia. Jenis yang dijumpai pada daerah ini didominasi oleh R. mucronata, A. alba

dan S. alba. Tekstur yang ada di bawah tegakan pada zona ini adalah liat dengan endapan

lumpur yang masih lunak yang terendap oleh pasang surut. Hal ini sesuai dengan

pendapat Tee (1982) dalam Budiman (1992), bahwa Rhizophora dan Avicennia

umumnya tumbuh baik pada tanah dengan fraksi liat dan lumpur.

c. Zonasi III Rhizophora – Bruguiera

Zona Rhizophora-Bruguiera merupakan wilayah hutan mangrove yang tumbuh

lebih ke darat, terutama di sepanjang pinggiran sungai-sungai besar dan kecil yang

bermuara ke perairan Segara Anakan. Rhizophora spp. dan Bruguiera spp. merupakan

pohon-pohon pembentuk tajuk utama dalam zona ini. Lebih lanjut jenis-jenis yang

banyak dijumpai di zona ini adalah R. Apiculata, R. mucronata, B. gymnoriza,

Page 14: Analisis Zonasi Ekosistem Mangrove

Xylocarpus spp., A. officinalis. Pada zona ini juga dijumpai jenis tumbuhan bawah, yaitu

A. ilicifolius dan Aegiceras corniculatum. Tekstur yang ada di bawah tegakan pada zona

ini sudah lebih keras dan kompak (tidak lepas) yang di dominasi oleh faksi liat. Pasang

surut sangat nyata terlihat dengan adanya perubahan permukaan air. Zona peralihan

pasang surut dan pinggiran sungai di hutan mangrove dijumpai vegetasi nipah (N.

fructicans) yang tumbuh bercampur dengan tegakan mangrove dan umumnya terbentang

di antara daerah payau hingga ke air tawar. Hal ini sesuai dengan pendapat Bengen

(1989), daerah yang lebih ke arah darat, hutan mangrove didominasi oleh Rhizophora sp.

Di zona ini juga dijumpai Bruguiera sp. Zona transisi hutan mangrove dengan hutan

daratan ditumbuhi oleh Nypa fruticans dan beberapa spesies lainnya.

4. Model Hubungan Kerapatan Mangrove dengan Faktor Lingkungan

Model hubungan antara kerapatan mangrove dengan tekstur tanah, salinitas dan

pasang surut diperoleh dari data yang tertera pada Tabel 5.

Tabel 5. Hubungan antara tekstur tanah (X1), salinitas (X2) dan pasang surut (X3) dengan kerapatan (Y)

Nilai X1

(tekstur tanah)

Nilai X2

(salinitas)

Nilai X3

(pasang surut)

Nilai Y

(kerapatan)

69,12

70,92

68,38

71,19

66,22

15

15,75

15,4

15,17

7,4

1,4

1,19

1,34

1,35

1,2

6750

3700

7500

9000

4500

Tabel 6. Hasil pengolahan data dengan menggunakan software Data Fit version 7.1.44 di areal hutan mangrove Plawangan Barat, Segara Anakan.

Y X Model R2

Kerapatan tekstur, salinitas dan pasutY= 491,652 X(Tekstur liat) + 21673,130 X(Salinitas) –

412,260 X(Pasang surut) – 49912,90,7155

Page 15: Analisis Zonasi Ekosistem Mangrove

Berdasarkan Tabel 5 dan 6. terlihat bahwa hasil analisis untuk vegetasi mangrove

di Plawangan Barat Segara Anakan, model dengan respon tekstur tanah, salinitas dan

pasang surut dengan variabel kerapatan ternyata diperoleh koefisien determinannya

sebesar 0,7155, artinya bahwa variabel tekstur tanah, salinitas dan pasang di dalam proses

analisis dapat dijelaskan oleh variabel kerapatan sebesar 71,55%, sedangkan sisanya

28,45% ditentukan oleh faktor lain. Dilihat dari hasil analisis variabel tekstur, salinitas

dan pasang surut menunjukan respon yang baik di dalam mempengaruhi vegetasi

mangrove di arel hutan mangrove Plawangan Barat, Segara Anakan.

Hubungan kerapatan mangrove dengan lingkungan seperti tekstur tanah, salinitas

dan pasang surut tidak menunjukkan hubungan yang linear. Hal ini diduga karena

kerapatan mangrove dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, keadaan pasang-surut dan

genangan air laut secara periodik mempengaruhi ketersediaan unsur hara. Hal lain yang

menjadi penyebab adalah dampak yang ditimbulkan oleh perubahan masukan dari

ekosistem air tawar. Perubahan masukan ini dapat berupa meningkatnya sedimentasi dan

berkurangnya masukan unsur hara (nutrient) yang terjadi secara simultan. Secara alami

masukan air tawar dari atas ekosistem mangrove sangat diperlukan sebagai salah satu

sumber unsur hara (nutrient) selain air hujan untuk pertumbuhan.

Hasil pengamatan mengindikasikan bahwa masukan air tawar ke dalam

eksosistem mangrove lebih banyak sehingga menyebabkan pengaruh terhadap jenis

vegetasi mangrove. Menurut informasi penduduk setempat, pada saat musim hujan,

Sungai Citanduy dan beberapa anak sungai kecil seperti Sungai Cibeureum, Kayu Mati

dan Cikujang yang bermuara di kawasan Plawangan Barat sering meluap (banjir) dengan

warna air berubah menjadi coklat-keruh. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi

ekosistem daerah atas (upland) telah mengalami sedimentasi. Sedimentasi dari daerah

hulu ke hutan mangrove menyebabkan terjadinya perubahan komposisi jenis vegetasi

hutan mangrove, karena meningkatnya tinggi permukaan lahan, sehingga keberadaan

lahan yang semula terkena pengaruh pasang surut (tergenang air payau) menjadi tidak

tergenang air payau.

Page 16: Analisis Zonasi Ekosistem Mangrove

Desa Klaces

Desa Ujungalang

S. Dangan

S. Kembangkuning

Desa Panikel

Desa Binangun

Ketapang

Lapongpucung

80 0 80 160 Miles

N

PETA ZONASI MANGROVEDI PLAWANGAN BARAT SEGARA ANAKAN

CILACAP

2

2

4

4

6

6

8

8

10

10

12

12

-10 -10

-8 -8

-6 -6

-4 -4

-2 -2

0 0

Nusakambangan

Legenda:

Sumber:- Peta Batas Kawasan Segara Anakan Cilacap, Skala 1:170.000- Peta Hutan Mangrove Segara Anakan Cilacap, Tahun 2005- Peta Tata Ruang Kawasan Segara Anakan Cilacap

Pembuat:Erla Supriyana

PerairanPemukiman

NusakambanganMangrove (Perhutani)

Zonasi:Zona IZona IIZona III

Batas kawasanSungai

Gam

bar

11

. Pe

ta z

on

asi

man

gro

ve d

i Pla

wang

an B

ara

t Segara

An

aka

n C

ilaca

p

Page 17: Analisis Zonasi Ekosistem Mangrove

DAFTAR PUSTAKA

Aksornkae, S. 1993. Ecology and Management of Mangrove. IUCN, Bangkok. Thailand.

Bengen, D. G. 1989. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem mangrove. IPB. Bogor.

. 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. ITB. Bogor, Indonesia.

. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. ITB. Bogor, Indonesia.

Budiman, A dan Suhardjono. 1992. Penelitian Hutan Mangrove di Indonesia: Pendayagunaan dan Konservasi. Prosiding Lokakarya Nasional Penyususnan Program Penelitian Biologi Kelautan dan Proses Dinamika Pesisir. UNDIP. Semarang.

Clarke, L. D. & N. J. Hannon. 1967. The mangrove swamp and salt marsh communities of the Sydney district. I. vegetation, soil and climate. J. Ecol 55: 753-771.

Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1997. Inventarisasi dan Identifikasi Hutan Mangrove di 5 Propinsi. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Hilmi, E. 2005. Ekologi Mangrove Pendekatan Karakteristik, Statistik dan Analisis Sistem Bagi Suatu Ekosistem. PSPK, UNSOED. Purwokerto.

Jurusan Tanah. 1996. Penuntun Praktikum Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kennish, M. J. 1990. Ecology of Estuaries. Vol 2. Biology Aspect. CRC Press, Boca Raton, Boston.

Kusmana, C. 1995. Manajemen Hutan mangrove di Indonesia. Lab Ekologi Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Page 18: Analisis Zonasi Ekosistem Mangrove

Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove. 1998. Rancangan Sistem Pengelolaan Hutan Bakau Segara Anakan Kabupaten Dati II Cilacap Jawa Tengah. Jakarta.

Lugo, A. E & S. C. Snedaker. 1974. The ecology of mangroves. Ann. Rev. Ecol. Syst. 5: 39-64.

Macnae, W. 1966. Mangroves in eastern and southern Australia. Austr. J. Bot. 14: 67-107.

Magurran, A. E. 1955. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton University Press. United Stated of America.

Noor, Y. S., Khazali, M. dan Suryodiputro, N. N. N. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PKA/WI-IP. Bogor. 220 hal.

Purwanto, E. 1997. Pengaruh Perubahan Air Terhadap Komunitas Zoobentos Makro Sungai Kampar Kabupaten Kampar Propinsi Riau. Program Pascasarjana. IPB, Bogor.

Sahri, A. 1998. Studi Penyerapan Garam NaCl dari Rhizophora mucronnata, Bruguiera gymnnostera dan Avicennia marina pada Beberapa Tingkat Salinitas yang Berbeda. Thesis pada Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, Indonesia.