anatomi fisiologi asmatikus
DESCRIPTION
Anatomi dan Fisiologi Status Asmatikus (Keperawatan Gawat Darurat)TRANSCRIPT
A. Anatomi fisiologi asmatikus
Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan
Organ-organ pernafasan terdiri dari :
1. Hidung / Nasal
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang ( kavum nasi ),
dipisahkan oleh sekat hidung ( septum nasi ). Didalamn ya terdapat bulu-bulu yang
berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran-kotoran yang masuk ke dalam
lubang hidung. Lapisan-lapisan lubang hidung yaitu :
1. lapisan luar dinding terdiri dari lapisan kulit
2. lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan
3. lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat (konka nasali/karang
hidung) yang berjumlah 3 buah yaitu konka nasalis inferior, konka nasalis media, dan
konka nasalis superior.
Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata disebut tuba lakrimalis. Fungsi
hidung yaitu sebagai saluran pernafasan, penyaring udara pernafasan yang dilakukan
oleh bulu-bulu hidung, menghangatkan udara pernafasan yang dilakukan oleh
mukosa, membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernafasan oleh
leukosit yang terdapat dalam selaput lendir ( mukosa ).
2. Tekak / Faring
Faring merupakan persimpangan antara jalan pernafasan dengan pencernaan, yang
terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung atau mulut sebelah
depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain : ke atas
berhubungan dengan rongga hidung, ke depan berhubungan dengan rongga mulut.
Rongga faring terdiri dari dalam tiga bagian : sebelah atas yang sama tingginya
dengan koana disebut nasofaring, bagian tengah yang sama tingginya dengan ismus
fausium disebut orofaring, bagian bawah sekali dinamakan laringofaring.
3. Pangkal / Tenggorok
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak didepan
bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea di
bawahnya.
4. Batang tenggorok / Trakea
Merupakan lanjutan dari faring yang dibentuk oleh 16 s/d 20 cincin yang terdiri dari
tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C), sebelah dalam
diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar disebut sel bersilia, hanya bergerak
kearah luar. Panjang trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang
dilapisi oleh otot polos. Sel-sel berselia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda
asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan, yang memisahkan trakea
menjadi bronkus kiri dan kanan yang disebut karina.
5. Cabang tenggorok / Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra
torakalis ke IV dan ke V. Mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh
jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus
kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih
ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-11 cincin mempunyai 2 cabang.
6. Paru – paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-
gelembung udara (alveoli). Gelembung-gelembung alveoli terdiri dari: sel-sel epitel
dan endotel. Pada lapisan ini terjadi pertukaran darah, O2 masuk kedalam darah dan
CO2 dikeluarkan dari darah. Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan
pulmoner: ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara dalam alveoli
dengan udara luar; arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk
ke seluruh tubuh, karbondioksida dari tubuh masuk ke paru-paru; distribusi arus udara
dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat yang bisa dicapai untuk
semua bagian; difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler
karbondioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen
(Syaifuddin, 1997, hal. 87-93).
B. Konsep dasar asmatikus
1. Definisi asmatikus
Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme
akut otot polos bronkeolus. (Corwin. 2001. hal, 430).
Asma adalah penyakit jalan napas yang tak dapat pulih yang terjadi karena
spasme bronkus yang disebabkan oleh berbagai penyebab seperti allergen,
infeksi dan latihan (Hudak & Gallo. 1997. hal, 565).
Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespon
terhadap terapi konvensional ( Brunner & suddart. 2001. hal 614).
Status asmatikus adalah keadaan spasme bronkeolus berkepanjangan yang
mengancam nyawa yang tidak dapat dipulihkan dengan pengobatan
(Corwin. 2001.hal, 432).
Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak
merespons terapi konvensional. Serangan dapat berlangsung lebih dari 2
jam. Infeksi, kecemasan, penggunaan tranquiliser berlebihan,
penyalahgunaan nebulizer,dehidrasi,peningkatan blok adrenergik,dan
iritan nonspesifik dapat menunjang episode ini. Episode akut mungkin
dicetuskan oleh hipersensitivitas terhadap penisilin (smeltzer dan
bare,2002 ).
2. Etiologi
Menurut Mansjoer. 2003 hal 461 faktor pencetus dari asma adalah allergen,
infeksi (terutama saluran nafas bagian atas) iritan, cuaca, kegiatan jasmani, refluks
esophagus dan psikis. Sedaangkan status asmatikus itu sendiri menurud Brunner
& Suddart 2002 hal 614, disebabkan oleh infeksi, asietas, penggunaan tranguilizer
berlebihan, penggunaan nebulizer berlebihan, dehidrasi, peningkatan blok
adrenergic dan iritan non spesifik serta hipersensitifitas terhadap penicillin.
3. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik status asmatikus adalah sama dengan manifestasi yang terdapat
pada asma hebat – pernapasan labored, perpanjangan ekshalasi, perbesaran vena
leher, mengi. Namun, lamanya mengi tidak mengindikasikan keparahan serangan.
Dengan makin besarnya obstruksi, mengi dapat hilang, yang sering kali menjadi
pertanda bahaya gagal pernapasan.
Mengenal suatu serangan suatu asma akut pada dasarnya sangat mudah. Dengan
pemeriksaan klinis saja diagnosis sudah dapat ditegakkan, yaitu dengan adanya
sesak napas mendadak disertai bising mengi yang terdengar diseluruh lapangan
paru. Namun yang sangat penting dalam upaya penganggulangannya adalah
menentukan derajat serangan terutama menentukan apakah asam tersebut
termasuk dalam serangan asma yang berat.
Asma akut berat yang mengancam jiwa terutama terjadi pada penderita usia
pertengahan atau lanjut, menderita asma yang lama sekitar 10 tahun, pernah
mengalami serangan asma akut berat sebelumnya dan menggunakan terapi steroid
jangka panjang. Asma akut berat yang potensial mengancam jiwa, mempuyai
tanda dan gejala sebagai berikut.
a. Bising mengi dan sesak napas berat sehingga tidak mampu menyelesaikan
satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan dalam bergerak.
b. Frekuensi napas lebih dari 25 x / menit
c. Denyut nadi lebih dari 110x/menit
d. Arus puncak ekspirasi ( APE ) kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai
tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120 lt/menit
e. Penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi. Pulsus paradoksus,
lebih dari 10 mmHg.
4. Patofisiologi+patoflow
Allergen masuk ke dalam tubuh
↓
Merangsang sel plasma
↓
Ig E
↓
Sejumlah mediator (histamine, neokotrien, factor pengaktifasi platelet, bradikinin dll)
↓
Permeabilitas kapiler meningkat
↓
Produksi mucus meningkat (pembengkakan mukosa bronchial dan
pengentalan sekresi)
↓
Diameter bronchial menurun
↓
Abnormalitas ventilasi perfusi
↓
Hipoksemia dan respirasi alkalosis
↓
Respirasi asidosis
(Brunner & Suddart. 2002. hal 614).
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati :
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
Spiral curshman, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat muncul
plug.
Pemeriksaan darah
Analisa gas darah terdapat peningkatan normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatermia dan kadar leukosit kadang-kadang diatas 15.000/mm3 dimana
menadakan terdapatnya suatu infeksi.
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada
waktu serangan dan penurunan pada waktu bebas dari serangan.
2. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan
gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang
didapatadalah sebagai berikut :
Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak dihilus akan bertambah.
Bila terdapat komplikasiempisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardim,
maka dapat diliat bentuk gambaran pada paru-paru.
3. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi yang berbagai alergi yang dapat menimbulkan reaksi
yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes tempel.
4. Elektrokardiografi
Gambaran Elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian,
dan disesuakan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
· Perubahan aksis jantung, yakni pada umunya terjadi right axis deviasi dan clokwise
ratation.
· Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapat RBB ( Right bundle branch
block).
· Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapat pada sinus tachycardia, SVES, dan
· VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan
sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol
(inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEVI atau FVC sebanyak lebih
dari 20% menunjukan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari
20%. Pemeriksaan spirometri tidk saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga
penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan
tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obtruksi. (Medicafarma, 2008)
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan:
a. Berikan posisi fowler/ semi powler serta longgarkan pakaian klien.
b. Buka saluran pernafasan dengan mengekstensikan leher.
c. Tanda- tanda dehidrasi diidentifikasi dengan memeriksa turgor kulit.
d. Masukan cairan penting untuk melawan dehidrasi.
e. Mengencerkan sekresi dan untuk memudahkan ekspekturasi hingga 3
sampai 4 liter per hari kecuali jika ada kontra indikasi.
f. Pemantauan terhadap pasien oleh perawat secara terus- menerus penting
dilakukan dalam 12 sampai 24 jam pertama, atau sampai status asmatikus
dapat diatasi.
g. Enegi pasien harus dihemat dan ruangan harus tenang serta bebas dari
iritan pernapasan, termasuk bunga, asap tembakau, perfume, atau bau
bahan pembersih.
h. Bantal non alergik harus digunakan.
i. Berikan pendidikan kesehatan pada pasien berupa instruksi untuk dengan
segera melaporkan tanda dan gejala yang menyulitkan seperti bangun saat
malam hari dengan serangan akut, tidak mendapatkan peredaan komplit
dari penggunaan inhaler atau mengalami infeksi pernapasan.
Penatalaksanaan medik:
a. Dalam lingkungan kedaruratan pasien mula- mula diobati dengan agonis beta
(misalnya metapropanol, terbutalin, dan albuteron) dan kortikosteroid.
b. Pasien juga membutuhkan oksigen supplemental dan cairan intravena untuk
dehidrasi.
c. Terafi oksigen dilaksanakan untuk mengatasi dipsnea, sianosis, dan
hipoksemia.
d. Aliran oksigen yang diberikan harus didasarkan pada nilai gas darah. PaO2
dipertahankan antara 65 dan 85 mmHg.
e. Pemberian sedative merupakan kontra indikasi jika tidak mendapat respon dari
pengobatan berulang, dibutuhkan perawatan dirumah sakit.
7. Pencegahan
Serangan Asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari.
Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan minuman obat sebelum
melakukan olah raga. Dan upaya pencegahan asma pada anak dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu pada anak yang asmanya belum bermanifestasi.
Tindakan pencegahan pada anak yang belum bermanifestasi
Mencegah terjadinya sesitisasi pada anak ; walau faktor genetik
merupakan faktor penting, tetapi manifestasinya dipengaruhi oleh faktor
lingkungan.
Penghindaraan terhadap makanan-makanan yang mempunyai tingkat
elerginitis tinggi pada ibu hamil dan yang menyusui maupun sang anak.
Orang tua terutama ibu dianjurkan tidak merokok.
Menghindarkan faktor pencetus ; alergen makanan, inhalan, bahan iritan,
infeksi virus atau bakterial, hindari latihan fisik yang berat, perubahan
cuaca dan emosi sebagai faktor pencetus.
Penggunaan obat-obatan, untuk mengatasi serangan asma.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada asma anak
Hindari makan makanan yang mengandung kola, bersoda, kacang-
kacangan, minuman dingin, atau es, goreng-gorengan.
Hindari debu yang sering terdapat pada kasur dan bantal kapuk, selimut,
lantai kerpet, gordin, perabotan rumah.sebaiknya laci dan rak dibersihkan
dengan lap basah, gordin dan selimut dicuci setiap 2 minggu, kerpet,
majalah, mainan, buku dan apakian yang jarang dipakai diletakkan diluar
kamar tidur dab lantai diapel setiap hari.
Hindarkan zat-zat yang mengiritasi ; obat semprot rambut, minyak wangi,
asap rokok, asap obat nyamuk, bau cat yang tajam, bau bahan kimia,
udara yang tercemar, udara dan air dingin.
Sebelum melakukan aktifitas fisik sebaiknya jangan melakukan aktifitas
fisik yang berat, sebelum melakukan aktifitas sebaiknya melakukan
pemanasan terlebih dahulu, dan jka perlu pemberian obat sebelum
beraktifitas.( Medicafarma, 2008 )
8. Komplikasi
Komplikasi dari status asmatikus adalah gagal nafas ( Brunner & Suddart. 2002. hal, 614).
1. Pemeriksaan diagnostic
2. Pemeriksaan fungsi paru: digunakan untuk mengkaji obstruksi jalan nafas akut
3. Pemeriksaan gas darah arteri: dilakukan jika klien tidak mampu melakukan manufer
fungsi pernapasan, karena obstruksi berat atau keletihan atau jika klien tidak berespon
terhadap tindakan
4. Respirasi alkalosis( CO2 rendah) adalah temuan yang palibg umum pada pasien
asmatikus dan peninglatan PCO2) ke kadar normal atau kadar yang menandakan
respirasi asidosis) sering kali merupakan tanda bahaya serangan gagal nafas
5. Lakukan fototoraks
6. Lakukan pemeriksaan EKG
C. Askep Asmatikus
Pengkajian
a. Identitas klien
1). Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin
Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan
Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2). Riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.
3). Riwayat keluarga: riwayat keturunan
4). Status mental : lemas, takut, gelisah
5). Pernapasan
Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu,
melebarkan hidung.
Adanya bunyi napas mengi.
Adanya batuk berulang.
6). Gastro intestinal : adanya mual, muntah.
7). Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah
ii. Pemeriksaan Fisik
Dada:
1). Contour, Confek, tidak ada defresi sternum
2). Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal
3). Keabnormalan struktur Thorax
4). Contour dada simetris
5). Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna merata
6). RR dan ritme selama satu menit.
Palpasi :
1). Temperatur kulit
2). Premitus : fibrasi dada
3). Pengembangan dada
4). Krepitasi (bunyi seperti gesekan rambut dengan jari)
5). Massa
6). Edema (penimbunan cairan yang berlebih didalam jaringan).
Auskultasi:
1). Vesikuler
2). Broncho vesikuler
3). Hyper ventilasi
4). Rochi
5). Wheezing
6). Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.
iii. Diagnosa Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUANKRITERIA
HASILINTERVENSI RASIONAL
1. Tidak
efektifnya
Jalan nafas Sesak berkurang,
batuk berkurang,
1. Auskultasi bunyi
nafas, catat adanya
1. Beberapa derajat
spasme bronkus terjadi
bersihan jalan
nafas
berhubungan
dengan
akumulasi
mukus.
kembali efektif. klien dapat
mengeluarkan
sputum,
wheezing
berkurang/hilang,
vital dalam batas
normal keadaan
umum baik.
bunyi nafas, misalnya :
wheezing, ronkhi.
dengan obstruksi jalan
nafas. Bunyi nafas
redup dengan ekspirasi
mengi (empysema),
tak ada fungsi nafas
(asma berat).
2. Kaji / pantau frekuensi
pernafasan catat rasio
inspirasi dan ekspirasi.
2. Takipnea biasanya
ada pada beberapa
derajat dan dapat
ditemukan pada
penerimaan selama
strest/adanya proses
infeksi akut.
Pernafasan dapat
melambat dan
frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding
inspirasi.
3. Kaji pasien untuk
posisi yang aman,
misalnya : peninggian
kepala tidak duduk
pada sandaran
3. Peninggian kepala
tidak mempermudah
fungsi pernafasan
dengan menggunakan
gravitasi.
4. Observasi
karakteristik batuk,
menetap, batuk pendek,
basah. Bantu tindakan
untuk keefektipan
memperbaiki upaya
batuk.
4. batuk dapat menetap
tetapi tidak efektif,
khususnya pada klien
lansia, sakit
akut/kelemahan.
5. Berikan air hangat. 5. penggunaan cairan
hangat dapat
menurunkan spasme
bronkus.
2. Tidak
efektifnya pola
nafas
berhubungan
dengan
penurunan
ekspansi paru.
Pola nafas
kembali efektif.
Pola nafas
efektif, bunyi
nafas normal
atau bersih, TTV
dalam batas
normal, batuk
berkurang,
ekspansi paru
mengembang.
1. Kaji frekuensi
kedalaman pernafasan
dan ekspansi dada.
Catat upaya pernafasan
termasuk penggunaan
otot bantu pernafasan /
pelebaran nasal.
1. kecepatan biasanya
mencapai kedalaman
pernafasan bervariasi
tergantung derajat
gagal nafas. Expansi
dada terbatas yang
berhubungan dengan
atelektasis dan atau
nyeri dada
2. Auskultasi bunyi nafas
dan catat adanya bunyi
nafas seperti krekels,
wheezing.
2. ronki dan wheezing
menyertai obstruksi
jalan nafas / kegagalan
pernafasan.
3. Tinggikan kepala dan
bantu mengubah posisi.
3. duduk tinggi
memungkinkan
ekspansi paru dan
memudahkan
pernafasan.
4. Observasi pola batuk
dan karakter sekret.
4. Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk
sering/iritasi.
5. Dorong/bantu pasien
dalam nafas dan latihan
batuk.
5. dapat
meningkatkan/banyak
nya sputum dimana
gangguan ventilasi dan
ditambah ketidak
nyaman upaya
bernafas.
3. Gangguan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Kebutuhan nutrisi
dapat terpenuhi.
Keadaan umum
baik, mukosa
bibir lembab,
nafsu makan
1. Kaji status nutrisi
klien (tekstur kulit,
rambut, konjungtiva).
1. menentukan dan
membantu dalam
intervensi selanjutnya.
2. Jelaskan pada klien
tentang pentingnya
2. peningkatan
pengetahuan klien
berhubungan
dengan intake
yang tidak
adekuat.
baik, tekstur kulit
baik, klien
menghabiskan
porsi makan yang
disediakan, bising
usus 6-12
kali/menit, berat
nutrisi bagi tubuh. dapat menaikan
partisipasi bagi klien
dalam asuhan
keperawatan.
3. Timbang berat badan
dan tinggi badan.
3. Penurunan berat
badan yang signifikan
merupakan indikator
kurangnya nutrisi.
4. Anjurkan klien minum
air hangat saat makan.
4.air hangat dapat
mengurangi mual.
5.Anjurkan klien
makan sedikit-sedikit
tapi sering
5. memenuhi kebutuhan
nutrisi klien.
4. Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan
fisik.
Klien dapat
melakukan
aktivitas sehari-
hari secara
mandiri.
KU klien baik,
badan tidak
lemas, klien
dapat beraktivitas
secara mandiri,
kekuatan otot
terasa pada skala
sedang
1. Evaluasi respons
pasien terhadap
aktivitas. Catat laporan
dyspnea peningkatan
kelemahan/kelelahan
dan perubahan tanda
vital selama dan setelah
aktivitas.
1. menetapkan
kebutuhan/kemampua
n pasien dan
memudahkan pilihan
intervensi.
2. Jelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana
pengobatan dan
perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat.
2. Tirah baring
dipertahankan selama
fase akut untuk
menurunkan
kebutuhan metabolik,
menghemat energi
untuk penyembuhan.
3. Bantu pasien memilih
posisi nyaman untuk
istirahat dan atau tidur.
4. Bantu aktivitas
keperawatan diri yang
diperlukan. Berikan
3.pasien mungkin nyaman
dengan kepala tinggi
atau menunduk
kedepan meja atau
bantal.
kemajuan peningkatan
aktivitas selama fase
penyembuhan
4. meminimalkan
kelelahan dan
membantu
keseimbangan suplai
dan kebutuhan
oksigen.
5. Berikan lingkungan
tenang dan batasi
pengunjung selama fase
akut sesuai indikasi.
5.menurunkan stress dan
rangsangan berlebihan
meningkatkan
istirahat.
5. Kurangnya
pengetahuan
tentang proses
penyakitnya
berhubungan
dengan
kurangnya
informasi
Pengetahuan klien
tentang proses
penyakit menjadi
bertambah.
Mencari tentang
proses penyakit :
- Klien mengerti
tentang definisi
asma
- Klien mengerti
tentang penyebab
dan pencegahan
dari asma
- Klien mengerti
komplikasi dari
asma
1. Diskusikan aspek
ketidak nyamanan dari
penyakit, lamanya
penyembuhan, dan
harapan kesembuhan.
1. informasi dapat
manaikkan koping dan
membantu
menurunkan ansietas
dan masalah
berlebihan.
2. Berikan informasi
dalam bentuk tertulis
dan verbal.
2. kelemahan dan
depresi dapat
mempengaruhi
kemampuan untuk
mangasimilasi
informasi atau
mengikuti program
medik.
3. Tekankan
pentingnya
melanjutkan batuk
efektif atau latihan
pernafasan.
3. selama awal 6-8
minggu setelah
pulang, pasien
beresiko besar untuk
kambuh dari
penyakitnya.
4. Identifikasi tanda
atau gejala yang
memerlukan pelaporan
pemberi perawatan
4. upaya evaluasi dan
intervensi tepat waktu
dapat mencegah
meminimalkan
kesehatan. komplikasi.
5. Buat langkah untuk
meningkatkan
kesehatan umum dan
kesejahteraan, misalnya
: istirahat dan aktivitas
seimbang, diet baik.
5. menaikan pertahanan
alamiah atau imunitas,
membatasi terpajan
pada patogen.
N
ODIAGNOSA INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Tidak efektifnya bersihan
jalan nafas berhubungan
dengan akumulasi mukus.
Atur posisi klien semi
fowler
Berikan terapi oksigen
Anjurkan istirahat yang
cukup
Mengatur posisi klien
semi fowler
Memberikan terapi
oksigen
Menganjurkan istirahat
yang cukup
S: klien mengatakan jalan
nafas kembali efektif.
O: Klien tidak sesak nafas
: masalah teratasi
:Intervensi diberhentikan
2. Tidak efektifnya pola
nafas berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru.
Atur posisi klien semi
fowler
Berikan terapi oksigen
Anjurkan istirahat yang
cukup
Mengatur posisi klien
semi fowler
Memberikan terapi
oksigen
Menganjurkan istirahat
yang cukup
S: klien mengatakan pola
nafas kembali efektif
O: klien tidak sesak nafas
A: masalah teratasi
P: Intervensi diberhentikan
3. Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
Anjurkan klien minum
air hangat saat makan
Anjurkan klien makan
sedikit demi sedikit tapi
sering
Menganjurkan klien
minum air hangat saat
makan
Menganjurkan klien
makan sedikit demi
sedikit tapi sering
S: Klien mengatakan
kebutuhan nutrisi
terpenuhi
O: klien tidak kekurangan
nutrisi
A: Masalah teratasi
P: Intervensi diberhentikan
4. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan fisik.
Anjurkan istirahat yang
cukup
Anjurkan minum air
yang banyak
Menganjurkan istirahat
yang cukup
Menganjurkan minum
air yang banyak.
S: Klien mengatakan dapat
melakukan aktifitas.
: klien tidak mengalami
kelemahan fisik
: masalah teratasi
: intervensi diberhentikan
5. Kurangnya pengetahuan
tentang proses penyakitnya
berhubungan dengan
kurangnya informasi
Anjurkan untuk lebih
banyak membaca Koran
atau buku-buku lain
atau juga dengan
browsing internet
Menganjurkan untuk
lebih banyak membaca
Koran atau buku-buku
lain atau juga dengan
browsing internet.
S: klien mengatakan
pengetahuan tentang
proses penyakit menjadi
bertambah.
O: klien tidak kekurangan
informasi
A: masalah teratasi
P: intervensi diberhentikan.