andal purworejo

Upload: cantikapih

Post on 11-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Andal Purworejo

TRANSCRIPT

BAB

BAB.I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Dalam rangka mendayagunakan sumberdaya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup. Untuk itu perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

Pengelolaan lingkungan hidup didefiniskan sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup (Pasal 1 UUPL 23 Tahun 1997).

Satu hal penting dalam pengelolaan lingkungan hidup adalah penetapan hak setiap orang atau lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hak ini merupakan suatu hak subyektif yang harus dihormati oleh setiap orang baik individu maupun badan hukum.

Pengelolaan lingkungan hidup dalam industri pertambangan secara umum mempunyai garis besar yang sama yakni suatu usaha pemanfaatan pendayagunaan sumberdaya mineral yang dapat menunjang berbagai aspek yang terkait dengan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan atau berwawasan lingkungan. Untuk mendukung pengelolaan yang optimum maka pemerintahan menerbitkan berbagai kebijakan, undang-undang, peraturan pemerintah dan surat-surat keputusan.

Peraturan perundang-undangan lingkungan hidup yang berfungsi untuk penyangga bagi pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah sebagai berikut :

1. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

2. UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang

3. Kep. Men. LH No. Kep. 13 / Men / II / 1994 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup.

4. Kep. Men. LH. No. Kep. 13 / Men / III / 1994 tentang Baku Mutu Emisi Sumber tidak Bergerak.

5. Peraturan Pemerintah RI No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

6. Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

7. Kep. Men. LH. No. 3 tahun 2000 tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi Amdal

8. Kep. Men. LH.No. 3 tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Amdal

9. Kep. Men. Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1453 K / 29 / MEM / 2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Pertambangan Umum.

10. Kep. Ka. Bapedal No. 09 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Amdal.

Dalam Pasal 4 ayat 1 Kep. Men Energi dan Sumberdaya Mineral No. 1453 K / 29 / MEM / 2000 menyatakan bahwa Pemerintah daerah sesuai lingkup kewenangan masing-masing bertanggung-jawab dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dilaksanakan oleh pemegang KP, KK, PKP2B sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (tentunya termasuk SIPD).

Industyri pertambangan tidak bisa lepas dengan sektor lain, sehingga sebelum kegiatan dilaksanakan perlu dipersiapkan komponen-komponen data pendukung agar tumpang tindih kepentingan tidak terjadi dan akan justru tercipta daya dukung baru yang dapat menimbulkan dampak positif baik terhadap aspek lingkungan biotis maupun abiotis.

Lokasi kegiatan penambangan pasir di Sungai Boyong terletak di BOD (Boyong of Dam) VI dan BOD VII di dusun Turgo, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Lokasi penambangan dari kota Yogyakarta berjarak 20 km ke arah jalan Monkali ke utara menuju bukit Turgo, sebelum sampai Turgo belok kanan 500 meter menuju ke Sungai Boyong.

Di atas Sugai Boyong banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk ditanami salak dan tanaman tahunan lain sebagai konservasi alam yang mempunyai diameter < 10 cm s.d. >10 cm. Sedang tanaman yang lain adalah rumput gajah dan rumput kolonjon sebagai makanan ternak. Kondisi spesifik alamnya dikelilingi oleh tebing-tebing yang relatif curam.

1.2. Tujuan dan Kegunaan Studi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), adalah dokumen yang memuat telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan atau kegiatan berdasarkan arahan yang telah disepakati dalam dokumen Kerangka Acuan (KA).

1.2.1. Tujuan dari Studi ANDAL antara lain :

1. Dapat mengidentifikasikan potensi dampak penting terhadap lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan pasir dan batu sejak dari tahap persiapan operasi sampai pasca operasi baik dampak positif maupun negatif.

2. Mengidentifikasikan Rona Lingkungan Awal, yaitu kondisi dan tatanan lingkungan wilayah setempat sebelum adanya kegiatan pertambangan, terutama komponen-komponen yang terkena dampak.

3. Memperkirakan dampak dan mengevaluasi dampak penting yang akan terjadi pada setiap tahap pertambangan baik besaran maupun kepentingannya.

4. Mengemukakan saran tentang usaha dan alternatif kegiatan yang diperlukan untuk meningkatkan dampak positif dan menekan dampak negatif sebagai bahan pengambilan keputusan dalam menetapkan aktifitas pengelolaan dan pemantauan lingkugan (RKL dan RPL).

1.2.2. Kegunaan Studi ANDAL

1. Membuat pemrakarsa mengenali sejak dini dampak potensial yang akan ditimbulkan oleh rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.

2. Memberikan petunjuk/pedoman bagi pemrakarsa dalam melakukan upaya-upaya pengelolaan dampak lingkungan beserta pemantauannya dari kegiatan tersebut.

3. Membantu Instansi pembina kegiatan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan tersebut serta dalam pemantauan dan pembinaannya.

4. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang dampak negatif dan memanfaatkan dampak positif yang ditimbulkannya.

BAB. II.

METODE STUDI

BAB. III.

DESKRIPSI KEGIATAN

4.1. Identitas Pemrakarsa dan Penyusun Andal

a. Identitas Pemrakarsa

- Nama

: TIDAK ADA

- Alamat : -

b. Identitas Penyusun Andal

1. Nama

: Akhmad Muzahhid Zyen

Alamat

: Jl. Gorongan V/176, Condong Catur, Depok, Sleman

Bidang/Ahli

: Pertambangan

2. Nama

: Secilia Rovitasari

Alamat : Wartel Citramuda jl. Ringroad Utara Karangnogko Depok Sleman

Bidang/Ahli

: Sosial

3. Nama

:

Alamat

:

Bidang/Ahli

:

4. Nama

:

Alamat

:

Bidang/Ahli

:

5. Nama

:

Alamat

:

Bidang/Ahli

:

4.2. Tujuan dari Rencana Kegiatan

Adapun tujuan dilaksanakan penambangan pasir di daerah Kecamatan Jati Kontal dan Jati Malang adalah :

1. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Dengan adanya proyek penambangan pasir ini pendapatan masyarakat sekitar akan meningkat baik dari proyek langsung dengan menjadi tenaga kerja maupun tidak langsung misalnya dengan membuka warung atau toko makanan, toko kelontong dan lain-lain.

2. Memenuhi kebutuhan masyarakat tentang bahan balian golongan c khususnya pasir besi.

Kebutuhan masyarakat akan pasir besi sebagai salah satu bahan dasar pembuatan baja ataupun bahan bangunan yang lain semakin hari semakin meningkat dengan adanya kegiatan kontruksi di kota-kota dan daerah sekitar.

3. Mengurangi pengangguran

Dengan adanya proyek ini diharapkan mengurangi angka pengangguran masyarakat sekitar, dari kegiatan usaha yang tidak menentu menjadi kegiatan usaha yang sudah pasti sebagai karyawan kegiatan penambangan.

4. Memanfaatkan sumberdaya alam.

5. Pemerataan pendapatan penduduk.

Dengan adanya proyek ini masyarakat akan mendapatkan manfaat langsung dengan meningkatnya pendapatan mereka.

6. Meningkatkan pendapatan asli daerah/pemerintah.

Melalui pajak dan retribusi pertambangan yang ditetapkan oleh pemerintah maka diharapkan akan meningkatkan pendapatan asli daerah khususnya Kabupaten Sleman.

4.3. Kegunaan dan Keperluan Rencana Usaha dan Kegiatan

1. Meningkatkan penghasilan pemrakarsa

2. Meningkatkan taraf hidup masyarakat

3. Pemerataan penduduk

4. Mengurangi keisolasian suatu daerah

5. Meningkatkan pendapatan asli daerah/pemerintah

4.4. Lokasi Kegiatan.

Kegiatan penambangan pasir besi tepatnya di Desa Jati Kontal, Kecamtan Temon, Kabupaten Purworejo, terletak sekitar 50 Km ke arah barat dari Yogyakarta. Untuk akses jalan menuju ke lokasi, telah ada jalan local dan jalan setapak. .

4.5. Umur Kegiatan.

Kegiatan penambangan pasir besi di Desa Jati Kontal sebelumnya belum pernah dilakukan. Melihat perencanaan penambangan yang mempunyai sasaran produksi 800.000 ton/tahun, umur kegiatan penambangan adalah 25. Ini berdasarkan cadangan yang terukur. Namun umur kegiatan secara pasti belum dapat direncanakan, tetapi secara berkala (tahunan) akan dievaluasi bersama pemerintah dengan cara pengurusan SIPD baik memperpanjang maupun memperbaharuinya. 4.6. Hubungan antara Lokasi Kegiatan dengan Sumber daya dan Kegiatan Lain.

Kegiatan penambangan pasir yang direncanakan di laksanakan di daerah Kabupaten Purworejo berpengaruh terhadap kegiatan yang ada di sekitarnya. Di daerah Pantai Jatimalang dan Pantai Congot yeng merupakan daerah pariwisata, perlu diperhatikan keberadaannya. Kegiatan pertanian, peternakan, perikanan juga merupakan sumber pendapatan masyarakat. Seperti pada Desa Jati Kontal banyak dari penduduknya berprofesi sebagai nelayan dan memelihara ikan di tambak-tambak sekitar pantai. Di Pantai Jati Malang terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI), yang setiap musim ikan ramai oleh pembeli dan penjual ikan. Di hampir setiap lahan kosong digunakan masyarakat untuk bertani, seperti tanaman padi, kacang, kelapa dan masih banyak yang lain. Sekitar 50 km ke arah barat yang termasuk wilayah Kabupaten Kutoarjo terdapat tambang bijih besi. 4.7. Cadangan.

Perhitungan cadangan pasir besi yaitu cadangan kotor yang berisi campuran tanah dan pasir besi .

C = L x d c SG

C = pasir Besi

L = Luas daerah sisa cadangan

D = Kedalaman titik bor

SG = Spsific Gravity

Cadangan Konsentrat yaitu cadangan pasir murni. Konsentrat bagian yang kaya mineral berharga sebagai hasil pemisahan dari pengolahan mineral bijih.

Konsntrat (ton) = C x % MD

C = Pasir Besi

% MD = Magnetik Degree (dalam %)

Ton Fe = Konsentrat x kadar Fe rata-rata.

Untuk mendapatkan data SG, % MD dan % Fe dilakukan analisis laboratorium dengan menggunakan metode Cone and Quartering. Preparasi sample, dilakukan untuk mendapatkan sample yang representative sebagai proses persiapan sebelum dilakuan proses lebih lanjut. Prinsip dari pekerjaan preparasi sample adalah untuk analisa kimia. Secara garis besar preparasi conto itu mempunyai tujuan untuk menyeragamkan sample dan untuk menghilangkan kandungan air dan memperkecil ukuran butir.

Spesific Gravity merupakan perbandingan antara densitas atau kerapatan benda dengan densitas air. sampel diambil 100 gram kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volumenya, setelah itu sampel dicampur dengan air tunggu sampai pasir mengendap kemmudian dibuang airnya dan dicatat volumenya.

SG =

Analisa % MD (Magnetic Degree), dilakukan dengan bantuan magnet. Sampel ditarik dengan magnet untuk mendapatkan berat pasir besi besih.

%MD = Berat sesudah ditarik magnet x 100%

Berat sebelum ditarik magnet

% Fe merupakan perbandingan antara Volume besi dalam Sampel dengan volume sampel..

Dari empat kali pengambilan conto dilapangan dan diketahui ketebalan lapisan pasir adalah 10 meter, didapat data sebagai berikut :

1. Sampel pertama yaitu di koordinat

SG = 1,94

% MD = 24,94 %

%Fe=

2. Sampel kedua yaitu di koordinat

3. Sampel ketiga yaitu di koordinat

4. Sampel keempat yaitu di koordinat

Luas daerah penambanagn adalah 100 Ha. Maka dengan kedalaman lapisan pasir besi 10 meter didapat volume cadangan sebesar 10.000.000 m3.

4.8. Sistem Panambangan.

Pada penambangan pasir besi di Jati Kontal dan Jati Mlang dilakukan dengan metode tambang terbuka dengan system tambang semprot. Sistem ini menggunakan monitor untuk melakukan penambangan. Perlu tersedianya air untuk melakukan system tambang semprot. Digunakan air Sungai Bogowonto sebagai penyedia air . Untuk meningkatkan kadar pasir besi, sebelum dipasarkan diolah terlebih dahulu dengan menggunakan Magnetik Separator.

Penggunaan metode ini berakibat debit air sungai semakin berkurang karena digunakan untuk memenuhi kebutuhan monitor. Selain itu air hasil pengolahan dari magnetic .

4.9. Fasilitas Penunjang.

Karena lokasi penmabangan yang ada di Sungai Boyong maka fasilitas-fasilitas penunjang yang ada tidak terlalu banyak karena khawatir kalau banjir. Untuk pemukiman para pekerja baik operator backhoe maupun pekerja lainnya berada di rumah penduduk di Dusun Ngriping, Purwobinangun, Pakem dengan sistem sewa.

4.10. Komponen Kegiatan Pertambangan.

Komponen kegiatan pertambangan yang diperkirakan menimbulkan dampak lingkungan adalah :

1. Tahap Persiapan.

a. Pembebasan Lahan

Masyarakat yang mempunyai lahan dan kemudian terkena dampak proyek misalnya untuk jalan tambang akan mempunyai masalah tersendiri. Baik dari ganti rugi maupun pengelolaan jalannya. Selain itu daerah penambangan merupakan areal perkebunan masyarakat setempat dan penggunaan air tanah sebagai media untuk penambangan pasir besi dengan monitor, dapat menimbulkan masalah tersendiri.

b. Penerimaan tenaga kerja

Tenaga kerja lokal tentunya menuntut prioritas dimasukkan sebagai karyawan tambang dengan mengsampingkan profesionalisme dari segi sosial akan menguntungkan tetapi dari segi teknis ekonomis tidak menguntungkan perusahaan.

c. Mobilitas peralatan.

Dengan alat-alat berat maka tentunya membutuhkan jalan masuk yang besar dan berdaya dukung kuat. Hal ini berakibat pada rusaknya jalan masuk ke daerah tambang dan meresahkan masyarakat.

d. Pembuatan jalan tambang dan jalan angkut.

Hal ini ada kaitannya dengan pembebasan lahan khususnya untuk jalan baru (masuk daerah penambangan).

2. Tahap Operasi/Penambangan.

a. Penggalian/pemuatan : kebisingan, pencemaran udara (debu), terganggunya sistem hydrogeology

Dengan beroperasinya alat-alat mekanis akan menimbulkan kebisingan dan asap dari alat tersebut. Hal ini berakibat pada pencemaran udara. Selain itu daerah penambangan yang berdebu dengan beroperasinya alat-alat berat maka akan membuat debu tersebut terbang dan mencemari udara setempat dan sekitar penambangan. Penambangan dengan system semprot yang menuntut tersedianya air untuk melakukan penambangan akan berakibat air tnah akan semakin berkurang. Pasir salah satu panyimpan air tanah tidak berfungsi lagi oleh karena itu dengan sendirinya system hydrogeology akan terganggu.

b. Pengangkutan : kebisingan, pencemaran udara (debu, asap)

Kebisingan diakibatkan oleh lalu lintas alat angkut truck yang cukup padat dan debu dari jalan yang dilalui maupun pasir yang diangkut oleh truck.

3. Tahap Pasca Operasi.

a. Penataan kembali bekas tambang dan reklamasi lahan.

Pasca penambangan merupakan permasalahan tersendiri yang perlu perhatian cukup besar. Biaya reklamasi seharusnya masuk dalam biaya pertambangan secara umum hal ini berdampak pada keuntungan perusahaan.

b. Pengembalian lahan kepada yang berhak

Pemilik lahan keberatan menerima lahannya apabila dalam kondisi rusak maka perlu ada perhatian dari perusahaan bagaimana mengembalikan dalam keadaan semula ditinjau dari segi kualitas.

c. Pemutusan hubungan kerja

Pemtusan hubungan kerja mengakibatkan kerawanan khususnya untuk masalah pesangon dan lapangan kerja setelah penambangan selesai.

d. Penjualan asset yang masih ada

Penjualan asset akan mengakibatkan kerawanan social masyarakat sekitar dan pekerja tambang.

BAB IV

RONA LINGKUNGAN AWAL

4.1. Rona lingkungan hidup awal

Daerah Purworedjo khususnya di daerah Jatimalang dan Jantikontal merupakan daerah daratan pantai, yang terlelat pada garis pantai selatan. Rona lingkungannya terbentang laut yang luas, dimana pada tepi pantai terdapat beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh. Tumbuh-tumbuhan tersebut kebanyakan tumbuhan jenis pandan-pandanan monokotil (akar serabut). Beberapa flora yang dapat ditemui antara lain Spenivek, Palmae, Ipamae serta dibeberapa tempat terdapat tanaman kelapa. Di dataran sekitar 300 m dari garis pantai terdapat beberapa perkebunan kelapa milik penduduk dan juga terdapat perkebunan kacang dan ketela. Perairan yang digunakan untuk mengairi perkebunan tersebut diambil dari sungai air payau di sekitar daerah tersebut.

Fauna di daerah Jatimalang dan Jatikontal dipenuhi oleh ragam binatang laut termasuk didalamnya adalah bermacam-macam ikan laut. Ada beberapa hewan ternak yang dipelihara oleh penduduk di sekitar daerah tersebut. Hewan ternak tersebut dipelihara untuk nantinya dijual pada hari raya kurban. Namun ada beberapa hewan ternak yang dipelihara untuk aset pendapatan penduduk yang sewaktu waktu mereka jual untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hewan ternak tersebut di antaranya adalah sapi, kerbau dan kambing. Kendala yang sering dihadapi adalah mengenai pakan ternak. Untuk mendapatkan pakan ternak penduduk banyak mencari di daerah sedikit jauh dari tempat tinggal mereka. Selain itu kendala yang dihadapi adalah mengenai kotoran hewan ternak tersebut. Namun kendala tersebut tidak cukup berarti karena kotoran tersebut digunakan sebagai pupuk di ladang-ladang penduduk. Dibeberapa tempat juga terdapat tambak air payau. Penduduk setempat sebagai pekerja atau mengelola tambak tersebut, namun pemilik tambak tersebut sebagian besar bukan penduduk sekitar daerah tersebut, melainkan orang yang menginvestasikan uangnya untuk pengadaan tambak tersebut.

Panorama pantai di daerah Jatimalang dan Jatikontal merupakan kawasan wisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan domestic dan beberapa wisatawan manca. Selain sebagai kawasan wisata, daerah tersebut sering digunakan sebagai tempat mengadakan kegiatan bagi para pelajar dan mahasiswa, seperti kegiatan pramuka, study tour, penelitian-penelitian, dan lain lain. Dibagian tengah pantai Jatimalang terdapat tempat pelelangan ikan (TPI), yang setiap musim labuh menjadi tempat atau pasar ikan. Di bagian utara pantai terdapat rawa-rawa pantai dan beberapa punggungan pasir di tengah rawa. Daerah rawa-rawa dibelakang punggung pasir pantai dimanfaatkan oleh penduduk sekitar sebagai lahan pertanian. Sedangkan di daerah pasir yang tidak tergenang air di belakang punggung pasir terdapat ladang penduduk.

4.2. Kodisi Sumber Daya Alam di Sekitar Lokasi

Kondisi sumber daya alam di daerah Jatimalang dan Jatikontal didominasi oleh adanya kandungan pasir besi di daerah sekitar pantai. Hasil pengamatan fisik berupa warna dan berat, menunjukkan bahwa semakin jauh dari garis pantai kualitas pasir pantai semakin buruk. Hal ini ditunjukkan oleh warna pasir yang semakin terang dan semakin ringan dan sebaliknya. Dari hasil analisis MD (Magnetizing Degree) menunjukkan kandungan Fe di daerah tersebut antara 19,82% sampai 45,96% dengan specific gravity (SG) rata-rata 3,47. Selain pasir besi, daerah Jatimalang dan Jatikontal berpotensi untuk mengembangkan usaha perkebunan kelapa, tambak serta pertanian yang dipusatkan pada daerah sekitar rawa-rawa.

4.3 Geofisika-Geokimia

4.3.1 Iklim dan Kualitas Debu

Iklim di daerah pantai Jatimalang dan Jatikontal termasuk dalam golongan iklim basah. Curah hujan rata-rata di kecamatan Purwodadi pada selang tahun 1998 s.d. 2003 dalam satu tahunnya berkisar 55130 mm. Curah hujan terbesar dalam satu tahun sering terjadi pada bulan Desember dan curah hujan terkecil pada bulan Agustus

Tabel 4.1. DATA CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM TAHUN 1998-2003TahunCurah hujan (mm)

199851.870

199952.579

200054.111

200154.625

200253.800

200363.800

Suhu udara rata-rata setempat bervariasi dari waktu ke waktu. Suhu udara rata-rata maksimum pada siang hari adalah 30 - 26 C. Kelembaban udara mempunyai kaitan erat dengan curah hujan, hari hujan, suhu udara dan keadaan vegetasi setempat. Pada musim hujan cuaca di daerah pantai Jatimalang dan Jatikontal sering berwan sepanjang hari. Pada musim kemarau yaitu antara April sampai Oktober awan tidak mendominasi alam sekitarnya sehingga cahaya matahari dapat menyinari permukaan bumi sepanjang hari.

Pada musim hujan, cuaca selalu berawan sepanjang hari, sehingga kadang sinar matahari terhalang oleh awan. Keadaan ini menyebabkan suhu udara akan rendah dan kelembabannya meningkat. Sedang pada musim kemarau antara bulan April sampai Oktober awan tidak mendominasi sehingga sinar matahari dapat menyinari permukaan bumi sepanjang hari yang menyebabkan kembabannya akan menurun.

Kualitas udara di sekitar Pantai Jatimalang dan Jatikontal serta pemukiman penduduk sekitar baik dengan tidak adanya senyawa-senyawa kimia yang membahayakan. Namun untuk debu dapat mengganggu bagi masyarakat setempat, walaupun hal tersebut belum dirasakan, namun dampak bagi kesehatan masyarakat sangat berpengaruh. Debu tersebut berasal dari pasir berukuran sangat halus yang diterbangkan oleh angin laut.

4.3.2. Geomorfologi

Satuan Geomorfik Punggungan Pantai Depan Rawa, tombolo bars : merupakan topografi berbentuk memanjang dengan bentukan berupa gumuk dan lembah. Pada satuan Geomorfik ini digunakan sebagaian sebagai kawasan wisata., lading dan tempat pelelangan ikan (TPI).

Satuan Geomorfik Rawa (Swales) : Merupakan bentukan depresi memanjang diantara dua punggungan, dan sudah terisi oleh genangan air. Satuan Geomorfik ini dipergunakan sebagai lahan persawahan, tambak dan beberapa punggungan yang muncul ditengahnya digunakan sebagai daerah pemukiman dan perkebunan kelapa.

Satuan Geomorfik punggungan Pantai belakang rawa: merupakan topografi memanjang yang berbentuk punggungan. Satuan Geomorfik ini dipergunakan sebagai daerah pemukiman dan perkebunan.

4.3.3. Hidrologi dan Kondisi Air Tanah

Sesuai dengan keadaan yang ada di lapangan, bahwa wilayah SIPD penambangan yang melalui aliran Sungai Bogowonto. Mau tidak mau pasti akan mempengaruhi kondisi hidrologi di sungai tersebut. Penggunaan metode tambang semprot yang banyak membutuhkan air dalam pengoperasian monitor dan pengolahan pasir besi menggunakan Magnetik Sparator, merupakan salah satu penyebab terganggunya kondisi hidologi terutama untuk sungai.

Dari pengamatan di lapangan juga diketahui bahwa 100 meter dari garis pantai suadh merupakan air tawar dan dimanfaatkan penduduk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pasir yang merupakan salah satu penyimpan air apabila ditambang akan mempengaruhi kondisi air tanah. 5.Sosial Ekonomi.

Menurut data yang diambil dari Rekapitulasi Hasil Pendataan Keluarga Tingkat Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo tahun 2004, jumlah penduduk di desa Jatimalang sebesar 1167 jiwa, yang terdiri dari laki-laki berjumlah 584 jiwa dan perempuan sebesar 583 jiwa. Hasil pendataan menunjukkan jumlah penduduk sesuai dengan tingkat umur, dapat ditunjukkan pada table berikut:

Tabel 5.1 JUMLAH PENDUDUK DESA JATIMALANG

MENURUT KELOMPOK UMUR

0 4 Tahun5 6

Tahun7 15

Tahun16 21

Tahun22 60

Tahun60 Tahun ke atas

28 Jiwa

75 Jiwa134 Jiwa125 Jiwa694 Jiwa111 Jiwa

Jumlah penduduk yang bekerja untuk laki-laki berjumlah 315 jiwa dan wanita yang bekerja berjumlah 73 jiwa.

Pertambahan penduduk adalah rata-rata 2,3 % per tahun. Pertambahan penduduk secara alami masih rendah artinya dari kelahiran asih sangat sedikit.

Jumlah penduduk di desa Jatikontal sebesar 825 jiwa, yang terdiri dari laki-laki berjumlah 427 jiwa dan perempuan sebesar 398 jiwa. Hasil pendataan menunjukkan jumlah penduduk sesuai dengan tingkat umur, dapat ditunjukkan pada table berikut:

Tabel 5.1 JUMLAH PENDUDUK DESA JATIKONTAL

MENURUT KELOMPOK UMUR

0 4 Tahun5 6

Tahun7 15

Tahun16 21

Tahun22 60

Tahun60 Tahun ke atas

57 Jiwa

25 Jiwa116 Jiwa60 Jiwa494 Jiwa73 Jiwa

Jumlah penduduk yang bekerja untuk laki-laki berjumlah 216 jiwa dan wanita yang bekerja berjumlah 74 jiwa.

Pertambahan penduduk adalah rata-rata 3,8 % per tahun. Pertambahan penduduk secara alami masih rendah artinya dari kelahiran asih sangat sedikit.

Pekerjaan penduduk di Desa Jatimalang dan Jatikontal pada umumnya adalah nelayan, petani, pedagang, swasta dan PNS. Tetapi sebagian besar adalah sebagai nelayan. Dilihat dari jumlah angkatan kerja yang ada di Desa Jatimalang dan Jatikontal didominasi oleh kaum laki-laki. Dan ini potensi untuk dapat dipekerjakan didaerah pertambangan.

6.Sarana Kesehatan.

Sarana kesehatan di desa Jatimalang dan Jatikontal adalah belum memadahi. Puskesmas hanya dapat ditemui di kecamatan Purwodadi. Untuk di tiap desa tidak ditemui Puskesmas atau Poliklinik terdekat, sehungga penanganan suatu penyakit masih lambat. Untuk tenaga medis di kecamatan masih belum memadai dan untuk sarana obat-obatan belum sepenuhnya tercukupi. Namum pada setiap 6 bulan sekali di setiap kelurahan diadakan pengadaan imunisasi bagi penduduk berusia 1-5 tahun dan juga diadakan pemeriksaan dan pengobatan gratis bagi penduduk usia di atas 60 tahun.

7.Nilai Budaya

Apabila dilihat dari letak lokasi Jatimalang dan Jatikontal yang ada di daerah pesisir pantai selatan maka yang dianut adalah budaya pedesaan. Setiap malam satu Surro

_1177824802.unknown