anemia bie2

33
Pendahuluan Anemia dalam kehamilan merupakan suatu masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan ekonomi masyarakat dan sangat besar pengaruhnya terhadap sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil disebut juga Pontensial Danger to Mother And Child ( Pontensial Membahayakan Ibu dan Anak) karena itu anemia sangat memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan dalam lini terdepan (Manuaba, 1998). Kekurangan zat besi akan mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb), dimana zat besi sebagai salah satu unsur pembentukanya. Hemoglobin berfungsi sebagai pengikat ogsigen yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme sel. Hal ini dapat menyebabkan anak lahir berat badan rendah (BBLR), keguguran dan juga menyebabkan anemia dan akibat anemia antara lain ,persalinan prematur, perdarahaan ante partum , ganguan pertumbuhan janin dalam rahim, as phyxia intrauterine, gestosis, mudah infeksi, IQ rendah, dekompensio cordis sampai kematian ibu akibat perdarahan karena kekurangan zat besi. (Majalah kebidanan, 2010). Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil dalam mengkomsumsi zat besi dengan tingkat kejadian anemia di Puskesmas Air Molek Kecamatan Pasir Penyu tahun 2011. Metoda penelitian Desain penelitian ini adalah kwalitatif dengan rancangan corecsional.penelitian ini dilakukan di Puskesmas Air Molek ,mulai Januari s/d Maret pada tahun 2011,data yang digunakan data sekunder dan data primer,data sekunder didapat dari register Puskesmas .Populasi dan sampel ibu hamil yang ada diwilayah kerja Puskesmas Air Molek pada tahun 2011dengan cara purvosif sampel, dengan besar sampel adalah 88 ibu hamil, instrument yang digunakan adalah kuisoner yang telah diuji rebalitas dan validitas dengan nila 0,8. Adapaun yang ingin diketahui dalam lembar kuisoner adalah pengetahuan ibu. Tingkat pendidikan,mamfaat zat besi dan hasil dari HB ibu hamil yang dilakukan melalui pemeriksaan HB sahli. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan tabel1. Jumlah ibu hamil 88 orang dari jumlah tersebut pengetahuan ibu hamil mengenai zat besi adalah rendah sebanyak 88 orang (43,2%), Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa masih banyaknya ibu hamil yang kurang pengetahuannya tentang zat besi. Hal ini disebabkan karena pendidikan ibu hamil yang rendah yaitu SD sebanyak 28 orang (31,8%), ini disebabkan kurangnya informasi yang diperoleh ibu hamil.sesuai dengan teori yang ada, yaitu Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindaran

Upload: suciprincess

Post on 25-Oct-2015

210 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pendahuluan

Anemia dalam kehamilan  merupakan suatu masalah  nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan

ekonomi  masyarakat dan sangat besar pengaruhnya  terhadap sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

disebut juga Pontensial Danger to Mother And Child  ( Pontensial Membahayakan Ibu dan Anak) karena itu anemia

sangat memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan dalam lini

terdepan  (Manuaba, 1998).

Kekurangan zat besi akan mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb), dimana zat besi sebagai salah satu

unsur pembentukanya. Hemoglobin berfungsi sebagai pengikat ogsigen yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme

sel. Hal ini dapat menyebabkan anak lahir berat badan rendah (BBLR), keguguran dan juga menyebabkan anemia

dan akibat anemia antara lain ,persalinan prematur, perdarahaan ante partum , ganguan pertumbuhan janin dalam

rahim, as phyxia intrauterine, gestosis, mudah infeksi, IQ rendah, dekompensio cordis sampai kematian ibu akibat

perdarahan karena kekurangan zat besi. (Majalah kebidanan, 2010).

       Adapun tujuan penelitian ini adalah  Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil dalam mengkomsumsi

zat besi dengan  tingkat kejadian anemia di Puskesmas Air Molek Kecamatan Pasir Penyu tahun 2011.

Metoda penelitian

       Desain penelitian ini adalah kwalitatif dengan rancangan corecsional.penelitian ini   dilakukan di Puskesmas Air

Molek ,mulai Januari s/d Maret pada tahun 2011,data yang digunakan data sekunder dan data primer,data sekunder

didapat dari register Puskesmas .Populasi  dan sampel ibu hamil yang ada diwilayah kerja Puskesmas Air Molek

pada tahun 2011dengan cara purvosif sampel, dengan besar sampel adalah 88 ibu hamil, instrument yang

digunakan adalah kuisoner yang telah diuji rebalitas dan validitas dengan nila 0,8. Adapaun yang ingin diketahui

dalam lembar kuisoner adalah pengetahuan ibu. Tingkat pendidikan,mamfaat zat besi dan hasil dari HB ibu hamil

yang dilakukan melalui pemeriksaan HB sahli.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

            Berdasarkan tabel1. Jumlah  ibu hamil  88 orang dari jumlah tersebut pengetahuan ibu hamil mengenai zat

besi  adalah rendah  sebanyak 88 orang (43,2%), Berdasarkan data  tersebut dapat disimpulkan bahwa masih

banyaknya ibu hamil yang kurang pengetahuannya  tentang zat besi. Hal ini disebabkan karena pendidikan ibu

hamil yang rendah yaitu SD sebanyak 28 orang (31,8%), ini disebabkan  kurangnya informasi yang diperoleh ibu

hamil.sesuai dengan teori yang ada, yaitu  Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan pengindaran terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan  atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Overt Behavior). ( Notoatmojo (2005).  Kemudian

pengetahuan sedang sebanyak 34 orang (38,6%), pengetahuan tinggi 16 orang (18,2%). Jika dikaitkan dengan

dengan hasil penelitian diatas , ibu yang memiliki pengetahuan tinggi  tentang zat besi baik terhadap dirinya sendiri

akan mengkomsumsi zat besi untuk kesehatan ibu dan janinya, kerena ibu telah mengetahui mamfaat dari zat besi

tersebut dan secara teratur mengkomsumsinya untuk terhindar dari anemia. Pendidikan  ibu hamil yang rendah yaitu

SD sebanyak 28 orang (31,8%), pendidikan ibu yang rendah menyebabkan ibu tidak mengerti dengan

mamfaat tablet besi untuk mencegah anemia. Sedangkan   pendidikan Tinggi 14 orang (15,9%). seringnya  ibu

mendapat  informasi yang cukup mengenai zat besi yang diperoleh ibu, seperti mendengarkan penyuluhan yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan, dan  kemungkinan lain adalah pendidikan ibu yang tinggi. Tingkat  pengetahuan

seseorang dapat diperoleh dariberbagai usaha, baik disengaja maupun secara kebetulan dengan sengaja meliputi

berbagai metode dan konsep, baik melalui proses pendidikan maupun pengalaman.(Notoadmoj,2005)

            Berdasarkan pada tabel 2.Tterlihat bahwa dari 88 ibu hamil 46 ( 46%) ibu hamil mengalami anemia sedang,

dan anemia ringan 23 (26,1%). Berdasarkan data tersebut maka dapat dilihat masih banyak ibu hamil yang

mengalami anemia.  Hal  ini akan menimbulkan masalah kesehatan terhadap ibu dan bayinya terutama pertumbuhan

dan perkembangan bayi dalam kandungan. Dampak  yang mungkin  ditimbulkan akibat  anemia selama kehamilan.

seperti berat badan lahir rendah (BBLR) , prematur ,abortus, pertumbuhan janin terhambat, kematian maternal dan

perinatal, ( Proverawati, 2009 ).

Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang zat besi sangat berkaitan erat dengan kejadian anemia pada ibu

hamil. Hasil penelitian pada tabel 4. didapatkan bahwa pengetahuan rendah tentang zat besi  sebanyak 38 orang

(43,2%),terdapat 26 orang  (29,5%) mengalami anemia sedang dan 18 orang (20,4%) mengalami anemia ringan.

Berdasarkan hasil analisa  statistik ( person product moment)  didapatkan  adanya hubungan pengetahuan

ibu hamil dengan tingkat kejadian anemia di Puskesmas Air Molek. Hal ini dapadt dilihat dari hasil nilai statistik yang

diperoleh yaitu nilai kolerasi (r=0,553) dan nilai p < 0,01.memiliki hubungan yang kuat dan arah hubungan

positi.Berdasarkan  hasil statistik  dapat  disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu hamil dengan tingkat

kejadian anemia di Puskesmas Air Molek.

Kesimpulan

            Berdasarkan hasil penilitian mengenai hubungan antara pengetahuan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat

besi dengan tingkat kejadian anemia di  wilayah  kerja Puskesmas Air Molek kecamatan Pasir Penyu Kabupaten

Indragiri Hulu tahun 2011 yang dilakukan 88 responden, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:  Mayoritas  ibu

hamil di wilayah kerja Puskesmas Air molek  kecamatan Pasir Penyu memiliki tingkat pengetahuan yang

rendah  sebanyak (43,2%) dan pengetahuan sedang  (38,6%) , dan yang pengetahuan tinggi sebanyak

(18,2%) .Secara umum gambaran  tingkat kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Air Molek

Kecamatan Pasir Penyu terdapat anemia sedang sebanyak (46,6%), anemia ringan ( 16,1%), (27,2%) ibu yang tidak

mengalami anemia. Hubungan  yang bermakna antara pengetahuan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi dengan

tingkat kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Air Molek kecamatan Pasir Penyu Kabupaten

Indragiri hulu dengan nilai p= <0,01.berati nilai p lebih kecil dari α (0,05) dengan nilai r 0,5

DaftarPustaka.Arisman, (2004).  Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.

      Almatsier,S (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT: Gramedia pustaka Utama.

      Amiruddin & Wahyuddin 2004.Studi kasus control Faktor Bio Medis. Terhadap Kejadian Anemia Dipuskesmas Banti Murung

Moros.

Arikunto Suharsimi.(2002). Revisi V.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratek.

Agustini N. (2009). (hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR:  di BPRSU Rantau prapat labuhan Batu.

 Depkes RI.(2004).  kajian kamatian dan anak diindonesia.

Ejidokun.OO. (2002). Comonity Atitudes to pregnancy, Anemia,Iron,and folat.

Herlianto D.(2008).  pengetahuan tentang zat besi  diaksrs tgl 25 oktober2010

               Diakses dari: hpt:/www.google.com

   Manuaba,Ida BagusGde. (1998). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana. Jakarta:EGC.

Majalah kebidanan.(2009). vol XIV-NO-03. Sebuah dilema bagi kaum perempuan.

Mulyo A (2009). Pengertian, ilmu pengetahuan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3. http://woodpres.com/agung.

Mayasari, Ika.  (2007). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia dengan Perilaku Pemenunuhan Zat Besi di

wilayah Kerja:   Puskesmas  Kedawung II Undergraduate thesis, Diponegoro university.

 Notoatmojo Soekidjo (2005,2006). Ilmu kesehatan masyarakat, pendidikan dan prilaku kesehatan: Jakarta Rineke Cipta.

Nursalam.(2003). Pendekatan pratek metodelogi riset keperawatan, sagung sapto: Jakarta.

Profil Dinas Kesehatan Profinsi Riau tahun 2009.

Prawira Sarwono. ( 2005) . Obsetri Gynekologi: YBP-SP.

Profil Dinas  Kabupaten Inhu dan profil Puskesmas Air Molek 2009.

Rika Varinora. (2008).  Hubungan Pengetahuan dan Prilaku ibu Hamil dengan kejadian anemia. Di Kabupaten Indragiri Hulu,

( tesis paska sarjana FKUGM).

Republika. (2009). Jagan Kalah Oleh Kurang Darah diakses tgl 25 oktober 2010. Diakeses dari hpt://www. Republika co.id.

Saifudin AB. (2001). Buku Acuan Nasional Pelayanan keseatan Maternal Dan    Neonatal.

Spritiayayasan. (2009). Pentingnya Zat Besi Pada Kehamilan http://–or.id/1-

Wirakusumah, (1999). Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi.Jakarta:Trubus Agriwidjaya.

 Yudi Supriadi. (2009). .Anemia dalam kehamilan diakses tgl 14 November dari http:// www.geogle.co.id.

Sukowati F (2007. Surakata. efektifitas program pemberian tablet merah terhadap penigkatan hemoglobin ibu hamil  dengan

anemia ringan

Read more: http://aneka-wacana.blogspot.com/2012/06/hubungan-pengetahuan-ibu-hamil-dalam.html#ixzz2WTUQZsdX

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DENGAN STATUS ANEMIA DALAM KEHAMILAN DI PUSKESMAS KALIBAWANG3 Mei 2009

OLEH: MARDIWIONO

A. Latar Belakang

Salah satu indikator tingkat kesehatan yang penting dan tantangan bagi bangsa Indonesia adalah masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 307/100.00 kelahiran hidup (SDKI, 2003). Tingginya angka tersebut disebabkan antara lain oleh keadan kesehatan dan gizi ibu yang rendah selama masa hamil, terlihat dengan masih banyaknya kejadian anemia gizi besi pada ibu hamil yaitu 63.5 %. Sasaran akhir pelita VII adalah menurunkan AKI menjadi 189 per 100.000 kelahiran hidup dan menurunkan kejadian anemia pada ibu hamil menjadi sekitar 35 %. Salah satu faktor masih tingginya angka kejadian anemia, kurangnya pengetahuan disini adalah ketidaktahuan akan tanda-tanda, gejala dan dampak yang ditimbulkan oleh anemia akibatnya kalaupun individu tersebut terkena anemia ia tidak merasa dirinya “sakit“ (Gillespie, 1998. Cit Widiyanto, 2001).

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar hemoglobin (Hb) yang berada di bahwa normal. Di Indonesia Anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan Zat Besi,sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bahwa 11 gr/dl selama trimester III.(Depkes RI,1998).

Tubuh mampu mengatur penyerapan zat besi sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan meningkatkan penyerapan pada kondisi kekurangan dan menurunkan penyerapan saat kelebihan zat besi. Kemungkinan lain yang dapat menyebabkan anemia adalah meningkatnya kebutuhan karena kondisi fisiologis, misalnya kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau mensturasi, adanya penyakit kronis atau infeksi, misalnya infeksi cacing tambang, malaria, tuberkulose atau TB (dulu dikenal sebagai TBC).(Notoatmodjo,2003)

Penduduk yang miskin salah satu bentuk gangguan gizi yang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di seluruh dunia, terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Penyebab utama anemia kurang besi tampaknya adalah karena konsumsi zat besi yang tidak cukup dan absorsi zat besi yang rendah dari pola makanan yang sebagian besar terdiri dari nasi, dan menu yang kurang beraneka ragam. Di fase ini sangat diperlukan zat gizi cukup seperti zat besi, vitamin A, dan kalsium, dan susunan menu makanan yang dikonsumsi tergolong pada tipe makanan yang rendah absorbsi zat besinya.Selain itu infeksi cacing tambang memperberat keadaan anemia yang diderita pada daerah-daerah tertentu,terutama di daerah pedesaan dan dapat mensosialisasikan masalah anemia guna menurunkan angka kejadian anemia.

Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional, bahkan internasional. Anemia pada ibu hamil mempunyai pengaruh yang besar terhadap kualitas sumber daya manusia (Manuaba, 1998). Anemia yang terjadi selama kehamilan memberikan akibat pada ibu dan janinnya. Bagi ibu, keadaan anemia akan menurunkan daya tahan tubuh ibu, sehingga rentan terhadap infeksi. Selain itu akibat yang terjadi pada persalinan antara lain adalah lemahnya kontraksi rahim, tenaga mengejan yang lemah. Perdarahan post

partum akibat otonia uteri, dan tubuh tidak mentoleransi terjadinya kehilangan darah seperti wanita yang sehat. Kehilangan darah hingga satu liter selama persalinan tidak akan membunuh seorang wanita yang sehat, tetapi pada wanita yang jelas anemia kehilangan sekitar 150 ml saja dapat berakibat fatal (Royston, & Amstrong, 1994). Akibat pada janin yang dikandung menyebabkan gangguan nutrisi dan oksigenasi utero plasenta. Hal ini jelas menimbulkan gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sehingga sering terjadi abortus, persalinan prematurus, cacat bawaan, IUFD (Intra Uterin Fetus Death) atau BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Anemia hamil disebut“Potensial danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak) (Manuaba. 1998).

Ibu hamil yang menderita anemia mempunyai resiko kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal. Akibatnya mereka mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan, pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan (Depkes RI, 1996). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya.

Berdasarkan data SDKI 2002-2003, Angka kematian ibu atau Maternal Mortality Ratio (MMR) di Indonesia untuk periode tahun 1998-2002, adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup.AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI dibutuhkan sampel yang besar, mengingat kejadian kematian ibu adalah kasus yang jarang. Oleh karena itu kita umumnya digunakan AKI yang telah tersedia untuk keperluan pengembangan..Kematian ibu hamil disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor sosial, faktor budaya dan faktor ekonomi. Kemiskinan masyarakat akan membawa kemiskinan pengetahuan dan informasi. Dan pada kondisi kemiskinan, keluarga khususnya ibu akan mengalami resiko kekurangan gizi, menderita anemia dan berat bayi lahir rendah (BBLR) (Anita Rahman,2003).

Hasil survey anemia di Jawa Tengah pada tahun 1998 sampai pada tahun 1999 diperoleh gambaran bahwa pengetahuan ibu hamil tentang tablet besi dan anemia sebesar 78,1%. Hasil tersesbut termasuk kategori rendah dan pada calon pengantin wanita sebesar 78% juga termasuk kategori rendah tentang tablet besi dan anemia. Pengetahuan tentang penyebab dan penanggulangan anemia yaitu sebesar 39,2% pada ibu hamil dan pada calon pengantin sebesar 39,2% dimana keduanya termasuk dalam kategori pengetahuan rendah dalam pengetahuan tentang penyebab dan penaggulangan anemia. (DepKes, 1999)

Hasil penelitian di rumah sakit pendidikan, di Indonesia menunjukan bahwa anemia meningkatkan angka kematian ibu. Tingkat kematian ibu pada kehamilan dengan anemia kira-kira 7 per 100 persalinan, sedangkan pada ibu yang tidak menderita anemia 1,9 per 1000 persalinan (UNICEF, 1989) Sebagian besar ibu di pedesaan menderita anemia sehingga tingkat kematiannya lebih tinggi dari pada perkotaan (7,6 per 1000 persalinan di pedesaan, dibandingkan dengan 2,5 per 1000 persalinan di perkotaan)

Masalah anemi gizi pada wanita hamil dari tahun 2001 sampai 2003 terjadi penurunan prevalensi, angka prevalensi tersebut masih termasuk dalam kategori tinggi yaitu diatas 40% berdasarkan klasifiikasi WHO/UNICEF/UNU 1996 (Gillespie, 1998 Cit Widiyanto, 2001). Dalam lingkup yang lebih kecil data menunjukan bahwa Anemi Gangguan Besi (AGB) di kabupaten Kulonprogo masih cukup tinggi yaitu 37,10% pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 sebesar 22,49%. Khususnya untuk Puskesmas Kalibawang pada tahun 2002 yaitu 32,48%. (Profil Kesehatan Kota Wates, 2003).

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 15-30 Desember 2007 dengan cara observasi di Desa Dekso didapatkan hasil bahwa kejadian anemia ibu hamil di Puskesmas Kalibawang Wates Kulonprogo sebanyak 22,49%. Kejadian tersebut juga didukung dari hasil wawancara pada 15 ibu hamil yang datang ke Puskesmas Kalibawang didapatkan hasil bahwa 14 dari ibu hamil tersebut terkena anemia akibat kekurangan gizi. Hal ini diakibatkan karena kurangnya pengetahuan ibu hamil tersebut tentang anemia seperti penyebab anemia, gejala, akibat dan cara penanganan dari anemia tersebut. Meskipun petugas Puskesmas Kalibawang sudah melakukan berbagai usaha untuk menurunkan angka kejadian anemia di Puskesmas Kalibawang dan bidan merupakan salah satu pelaksana kegiatan dalam rangka penurunan angka kejadian anemia yaitu dengan melakukan kegiatan yang meliputi penyuluhan dan konseling tentang pentingnya gizi bagi ibu hamil,

pencegahan anemia, melakukan deteksi dini ibu hamil/ nifas penderita anemia dengan pemeriksaan Hb, dan pemberian tablet tambah darah

Berbeda dengan ibu hamil yang datang di Puskesmas Nanggulan Kulonprogo dimana dari 15 ibu hamil yang ditemui,didapatkan hasil bahwa 13 responden ibu hamil tidak mengalami anemia dan mempunyai pengetahuan yang baik tentang anemia yaitu seperti pengertian, penyebab, akibat dan cara penanganan anemia.

Mengingat begitu seriusnya akibat yang biasa timbul oleh adanya anemia selama kehamilan serta masih tingginya angka prevalensi anemia pada wanita hamil di Puskesmas Kalibawang maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia Dengan Status Anemia Dalam Kehamilan di Puskesmas Kalibawang.”

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut di atas dan tingginya permasalahan dalam kehamilan akibat anemia, maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan: Apakah Ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia Dengan Status Anemia Dalam Kehamilan di Puskesmas Kalibawang?

C. Tujuan Penelitian.

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan status anemia dalam kehamilan di Puskesmas Kalibawang.

1. Tujuan Khusus

a.   Diketahui tingkat pengetahuan ibu hamilan tentang anemia Di Puskesmas Kalibawang Wates Kulonprogo.

b.   Diketahui status anemia dalam kehamilan Di Puskesmas Kalibawang Wates Kulonprogo.

c.   Diketahui hubungan tingkat pengetahuan ibu kehamilan tentang anemia dengan status anemia dalam kehamilan Di Puskesmas Kalibawang Wates Kulonprogo.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Kalibawang

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan pihak puskesmas dalam menyusun perencanaan dalam penanggulangan dan penurunan anemia pada ibu hamil.

1. Bagi Ilmu Keperawatan

Dapat menambah ilmu pengetahuan penelitian tentnag anemia dan juga menambah pengalaman berharga dalam dalam proses penelitian dengan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama kuliah.

1. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi sumbangan sumber bacaan ilmiah untuk penelitian berikutnya yang sejenis.

1. Bagi Ibu Hamil di Kecatamatan Kalibawang

Diharapkan dapat menambah bahan bacaan dan menambah pengetahuan ibu hamil tentang anemia sehingga angka kejadian anemia pada ibu hamil berkurang.

E. Keaslian Penelitian

Peneitian yang berkaitan dengan Anemia ibu hamil telah dilakukan oleh beberapa orang, diantaranya:

1. Arsulfa, 2002, Karakteristik Ibu Hamil Dengan Anemia di RS. Sarjito Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskritif non analitik, data yang diambil secara retrospektif (sekunder) dalam kurun waktu 1 Januari – 31 Desember 2001. Hasil disajikan dalam bentuk tabel frekuensi sesuai dengan karakteristik yang akan diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang gambaran karakteristik ibu hamil dengan kejadian anemia, dimana karakteristik ibu hamil itu meliputi umur, paritas jarak kehamilan, umur kehamilan, tingkat pendidikan, dan frekuensi ANC. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tujuan yang ingin dicapai yaitu ingin mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan status anemia dalam kehamilan, subyek penelitian yaitu ibu hamil trimester II dan III yang mengalami anemia. Variabel, cara pengambilan data, waktu penelitian serta cara pengelolahan data.

2. Nisan Mauyah, Studi Status Gizi dan Paritas Dengan Tingkat Anemia pada ibu hamil di puskesmas Tegalrejo Yogyakarta pada tahun 2001, jenis penelitian deskriptif analitik, dilakukan di puskesmas Tegalrejo, hasil disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan frekuensi variabel yang diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran status gizi dan paritas dengan tingkat anemia pada ibu hamil, dan mengetahui manfaat gizi bagi ibu hamil.

Perbedaan dengan penelitian ini yaitu : Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan status anemia dengan kreteria ibu hamil berumur 18-35 tahun dipoli KIA Puskesmas Kalibawang Wates Kulonprogo Yogyakarta. Variabel bebas yaitu : Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia. Penelitian ini adalah kuantitatif non analitik dengan rancangan Cross Sectional.

Ingin mendapatkan lengkapnya hubungi : [email protected] atau tinggalkan pesan Anda

About these

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahKejadian anemi di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini terbukti menurut penelitian Chi, dkk menunjukkan bahwa angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu. Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain (Ridwanamirudin, XXXX).Badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%, hal ini semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara yang sedang berkembang daripada negara yang sudah maju. Menurut penelitian yang dilakukan Fakultas Kedokteran Udayana di Bali menunjukkan 63,5% ibu hamil di Indonesia terkena anemia (Depkes, XXXX). Sedangkan kejadian anemi pada ibu hamil di Jawa Tengah sebesar 58,1 gr % (Amin, XXXX).Upaya penanggulangan anemia telah banyak dilakukan, tetapi belum menunjukkan penurunan yang berarti. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar ibu belum menyadari pentingnya pencegahan anemia serta bahaya yang akan ditimbulkan. Salah satu penanganannya adalah perlu melakukan analisis cermat perubahan perilaku pada sasaran yang lebih dini, yaitu penilaian tiga bentuk operasional perilaku berupa pengetahuan, sikap dan praktek (PSP) yang ada di masyarakat (BKKBN, XXXX).Penelitian sejenis berjudul Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Pencegahan Anemia Selama Kehamilan dari Muzayyaroh, Penelitian ini menggunakan jenis Cross Sectional dengan 30 sampel penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil dengan pencegahan anemia selama kehamilan. Pada 30 responden diperoleh pengetahuan baik sebesar 46,7%, cukup baik sebesar 26,7 % dan kurang baik sebesar 30%. Sedangkan responden yang mempunyai pencegahan anemia dalam katagori baik adalah 43,3%, cukup baik sebesar 26,7%, dan kurang baik sebesar 30%. Teknik pengambilan data menggunakan alat bantu berupa kuesioner. Keadaan tersebut memungkinkan ibu hamil mengalami anemia karena kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang anemia. Oleh karena itu, pencegahan terhadap anemia sangat diperlukan untuk menekan angka kejadian anemia.Sumber data yang didapat dari BPS (Bidan Praktek Swasta) X menyebutkan prevalensi anemia ibu hamil pada tahun XXXX sebesar 60%. Anemia paling sering dijumpai pada ibu hamil disebabkan karena defisiensi zat besi (Manuaba, XXXX).Berbagai alasan di atas menjadi suatu ketertarikan peneliti untuk melakukan penilitian tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

B. Rumusan MasalahAdakah hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada ibu hamil di BPS X tahun XXXX?

C. Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada ibu hamil di BPS X.2. Tujuan Khususa. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil di BPS Xb. Mengidentifikasi kejadian anemia pada ibu hamil di BPS Xc. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia denagan kejadian anemia pada ibu hamil di BPS X

D. Manfaat PenelitianUpaya menurunkan anemia dengan cara meningkatkan pengetahuan bagi ibu hamil sehingga ada sikap positif ibu hamil dalam upaya pencegahan anemia.

Pendahuluan

Anemia dalam kehamilan  merupakan suatu masalah  nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan

ekonomi  masyarakat dan sangat besar pengaruhnya  terhadap sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

disebut juga Pontensial Danger to Mother And Child  ( Pontensial Membahayakan Ibu dan Anak) karena itu anemia

sangat memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan dalam lini

terdepan  (Manuaba, 1998).

Kekurangan zat besi akan mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb), dimana zat besi sebagai salah satu

unsur pembentukanya. Hemoglobin berfungsi sebagai pengikat ogsigen yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme

sel. Hal ini dapat menyebabkan anak lahir berat badan rendah (BBLR), keguguran dan juga menyebabkan anemia

dan akibat anemia antara lain ,persalinan prematur, perdarahaan ante partum , ganguan pertumbuhan janin dalam

rahim, as phyxia intrauterine, gestosis, mudah infeksi, IQ rendah, dekompensio cordis sampai kematian ibu akibat

perdarahan karena kekurangan zat besi. (Majalah kebidanan, 2010).

       Adapun tujuan penelitian ini adalah  Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil dalam mengkomsumsi

zat besi dengan  tingkat kejadian anemia di Puskesmas Air Molek Kecamatan Pasir Penyutahun 2011.

Metoda penelitian

       Desain penelitian ini adalah kwalitatif dengan rancangan corecsional.penelitian ini   dilakukan di Puskesmas Air

Molek ,mulai Januari s/d Maret pada tahun 2011,data yang digunakan data sekunder dan data primer,data sekunder

didapat dari register Puskesmas .Populasi  dan sampel ibu hamil yang ada diwilayah kerja Puskesmas Air Molek

pada tahun 2011dengan cara purvosif sampel, dengan besar sampel adalah 88 ibu hamil, instrument yang

digunakan adalah kuisoner yang telah diuji rebalitas dan validitas dengan nila 0,8. Adapaun yang ingin diketahui

dalam lembar kuisoner adalah pengetahuan ibu. Tingkat pendidikan,mamfaat zat besi dan hasil dari HB ibu hamil

yang dilakukan melalui pemeriksaan HB sahli.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

            Berdasarkan tabel1. Jumlah  ibu hamil  88 orang dari jumlah tersebut pengetahuan ibu hamil mengenai zat

besi  adalah rendah  sebanyak 88 orang (43,2%), Berdasarkan data  tersebut dapat disimpulkan bahwa masih

banyaknya ibu hamil yang kurang pengetahuannya  tentang zat besi. Hal ini disebabkan karena pendidikan ibu

hamil yang rendah yaitu SD sebanyak 28 orang (31,8%), ini disebabkan  kurangnya informasi yang diperoleh ibu

hamil.sesuai dengan teori yang ada, yaitu  Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan pengindaran terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan  atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Overt Behavior). ( Notoatmojo (2005).  Kemudian

pengetahuan sedang sebanyak 34 orang (38,6%), pengetahuan tinggi 16 orang (18,2%). Jika dikaitkan dengan

dengan hasil penelitian diatas , ibu yang memiliki pengetahuan tinggi  tentang zat besi baik terhadap dirinya sendiri

akan mengkomsumsi zat besi untuk kesehatan ibu dan janinya, kerena ibu telah mengetahui mamfaat dari zat besi

tersebut dan secara teratur mengkomsumsinya untuk terhindar dari anemia. Pendidikan  ibu hamil yang rendah yaitu

SD sebanyak 28 orang (31,8%), pendidikan ibu yang rendah menyebabkan ibu tidak mengerti dengan mamfaat

tablet besi untuk mencegah anemia. Sedangkan  pendidikan Tinggi 14 orang (15,9%). seringnya  ibu

mendapat  informasi yang cukup mengenai zat besi yang diperoleh ibu, seperti mendengarkan penyuluhan yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan, dan  kemungkinan lain adalah pendidikan ibu yang tinggi. Tingkat  pengetahuan

seseorang dapat diperoleh dariberbagai usaha, baik disengaja maupun secara kebetulan dengan sengaja meliputi

berbagai metode dan konsep, baik melalui proses pendidikan maupun pengalaman.(Notoadmoj,2005)

            Berdasarkan pada tabel 2.Tterlihat bahwa dari 88 ibu hamil 46 ( 46%) ibu hamil mengalami anemia sedang,

dan anemia ringan 23 (26,1%). Berdasarkan data tersebut maka dapat dilihat masih banyak ibu hamil yang

mengalami anemia.  Hal  ini akan menimbulkan masalah kesehatan terhadap ibu dan bayinya terutama pertumbuhan

dan perkembangan bayi dalam kandungan. Dampak  yang mungkin  ditimbulkan akibat  anemia selama kehamilan.

seperti berat badan lahir rendah (BBLR) , prematur ,abortus, pertumbuhan janin terhambat, kematian maternal dan

perinatal, ( Proverawati, 2009 ).

Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang zat besi sangat berkaitan erat dengan kejadian anemia pada ibu

hamil. Hasil penelitian pada tabel 4. didapatkan bahwa pengetahuan rendah tentang zat besi  sebanyak 38 orang

(43,2%),terdapat 26 orang  (29,5%) mengalami anemia sedang dan 18 orang (20,4%) mengalami anemia ringan.

Berdasarkan hasil analisa  statistik ( person product moment)  didapatkan  adanya hubungan pengetahuan

ibu hamil dengan tingkat kejadian anemia di Puskesmas Air Molek. Hal ini dapadt dilihat dari hasil nilai statistik yang

diperoleh yaitu nilai kolerasi (r=0,553) dan nilai p < 0,01.memiliki hubungan yang kuat dan arah hubungan

positi.Berdasarkan  hasil statistik  dapat  disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu hamil dengan tingkat

kejadian anemia di Puskesmas Air Molek.

Kesimpulan

            Berdasarkan hasil penilitian mengenai hubungan antara pengetahuan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat

besi dengan tingkat kejadian anemia di  wilayah  kerja Puskesmas Air Molek kecamatan Pasir Penyu Kabupaten

Indragiri Hulu tahun 2011 yang dilakukan 88 responden, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: Mayoritas  ibu hamil

di wilayah kerja Puskesmas Air molek  kecamatan Pasir Penyu memiliki tingkat pengetahuan yang rendah  sebanyak

(43,2%) dan pengetahuan sedang  (38,6%) , dan yang pengetahuan tinggi sebanyak (18,2%) .Secara umum

gambaran  tingkat kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Air Molek Kecamatan Pasir Penyu

terdapat anemia sedang sebanyak (46,6%), anemia ringan ( 16,1%), (27,2%) ibu yang tidak mengalami anemia.

Hubungan  yang bermakna antara pengetahuan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi dengan tingkat kejadian

anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Air Molek kecamatan Pasir Penyu Kabupaten Indragiri hulu

dengan nilai p= <0,01.berati nilai p lebih kecil dari α (0,05) dengan nilai r 0,5

DaftarPustaka.Arisman, (2004).  Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.

      Almatsier,S (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT: Gramedia pustaka Utama.

      Amiruddin & Wahyuddin 2004.Studi kasus control Faktor Bio Medis. Terhadap Kejadian Anemia Dipuskesmas Banti Murung

Moros.

Arikunto Suharsimi.(2002). Revisi V.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratek.

Agustini N. (2009). (hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR:  di BPRSU Rantau prapat labuhan Batu.

 Depkes RI.(2004).  kajian kamatian dan anak diindonesia.

Ejidokun.OO. (2002). Comonity Atitudes to pregnancy, Anemia,Iron,and folat.

Herlianto D.(2008).  pengetahuan tentang zat besi  diaksrs tgl 25 oktober2010

               Diakses dari: hpt:/www.google.com

   Manuaba,Ida BagusGde. (1998). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana. Jakarta:EGC.

Majalah kebidanan.(2009). vol XIV-NO-03. Sebuah dilema bagi kaum perempuan.

Mulyo A (2009). Pengertian, ilmu pengetahuan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3.http://woodpres.com/agung.

Mayasari, Ika.  (2007). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia dengan Perilaku Pemenunuhan Zat Besi di

wilayah Kerja:   Puskesmas  Kedawung II Undergraduate thesis, Diponegoro university.

 Notoatmojo Soekidjo (2005,2006). Ilmu kesehatan masyarakat, pendidikan dan prilaku kesehatan:Jakarta Rineke Cipta.

Nursalam.(2003). Pendekatan pratek metodelogi riset keperawatan, sagung sapto: Jakarta.

Profil Dinas Kesehatan Profinsi Riau tahun 2009.

Prawira Sarwono. ( 2005) . Obsetri Gynekologi: YBP-SP.

Profil Dinas  Kabupaten Inhu dan profil Puskesmas Air Molek 2009.

Rika Varinora. (2008).  Hubungan Pengetahuan dan Prilaku ibu Hamil dengan kejadian anemia. Di Kabupaten Indragiri Hulu,

( tesis paska sarjana FKUGM).

Republika. (2009). Jagan Kalah Oleh Kurang Darah diakses tgl 25 oktober 2010. Diakeses dari hpt://www. Republika co.id.

Saifudin AB. (2001). Buku Acuan Nasional Pelayanan keseatan Maternal Dan    Neonatal.

Spritiayayasan. (2009). Pentingnya Zat Besi Pada Kehamilan http://–or.id/1-

Wirakusumah, (1999). Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi.Jakarta:Trubus Agriwidjaya.

 Yudi Supriadi. (2009). .Anemia dalam kehamilan diakses tgl 14 November dari http:// www.geogle.co.id.

Sukowati F (2007. Surakata. efektifitas program pemberian tablet merah terhadap penigkatan hemoglobin ibu hamil  dengan

anemia ringan

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Zat Besi Dengan Tingkat Kejadian AnemiaMonday, 11 June 20120 comments

                

Abstrak

Zat besi sangat penting bagi ibu hamil,dalam mencegah anemia.Penelitian ini bertujuan untuk melihat

hubungan  pengetahuan ibu hamil dalam mengkomsaumsi zat besi dengan tingkat kejadian anemia di Puskesmas

Air Molek Kecamatan Pasir Penyu. Penelitian adalah penelitian kwalitatif dengan desain  kolerasi,

dengan  pendekatan purposive.  Jumlah sampel yang digunakan 88 responden ibu hami. Alat  ukur yang digunakan

adalah kuesioner dengan 25 pertanyaan  tentang pengetahuan, manfaat, efek samping zat besi. Analisa yang

digunakan adalah  analisa univariat dan bivariat. Hasil tentang gambaran umur responden mayoritas  (64,5%)

berumur 20-35 tahun, pendidikan SD sebanyak 28 orang (31,8%), berdasarkan pengetahuan mayoritas rendah (43,

2%), dan berdasarkan usia kehamilan mayoritas 3-6 bulan (53,4) 47 orang, dan berdasarkan Hb mayoritas sedang

(46,6%). Berdasarkan kolerasi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu hamil dengan tingkat

kejadian anemia di Puskesmas Air Molek dengan nilai kolerasi (r = 0,553) dan nilai p < 0,1. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut maka dibutuhkan penyuluhan  untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya zat besi

untuk ibu hamil secara periodik.

Kata kunci: pengetahuan , zat besi, ibu hamil.

ABSTRACS

Resulte this study aims to see the relationship of knowledge in cuonsuming iron with an incidence rate of anamia

clinic water  gualitative.

Resulte with  correlation desingn with the approach pur the sampeles used for 88 preganat women

respondents. Measuring instrument used was a guestionnere with 25 guestions about knowledge, benefits, side

effects of iron. Analysis was used univarit and bivarit analysis. Results of the picture the majority of respondents age (

64.5%) aged 20-35 yaers.  element tri schoolas much         the (31.8%).  Based on of the majority of low (43,2%) and

on the basis of a majority of 3-6 months of gestation (53.4) 47 people and based on majority HB was (46.65%). Under

the cooperativ cab be concluded that there is a colerration betwen knowledge of pregnat women with anemia at the

clinic level Molek water with cooperative values (r= 0.553) and p < 0.01Based on the result of these research studies

are needed counseling for increasing knowledge, iron for pregnant women.

Kywood: knolowege.ferro.pregnan women.

Pendahuluan

Anemia dalam kehamilan  merupakan suatu masalah  nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan

ekonomi  masyarakat dan sangat besar pengaruhnya  terhadap sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

disebut juga Pontensial Danger to Mother And Child  ( Pontensial Membahayakan Ibu dan Anak) karena itu anemia

sangat memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan dalam lini

terdepan  (Manuaba, 1998).

Kekurangan zat besi akan mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb), dimana zat besi sebagai salah satu

unsur pembentukanya. Hemoglobin berfungsi sebagai pengikat ogsigen yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme

sel. Hal ini dapat menyebabkan anak lahir berat badan rendah (BBLR), keguguran dan juga menyebabkan anemia

dan akibat anemia antara lain ,persalinan prematur, perdarahaan ante partum , ganguan pertumbuhan janin dalam

rahim, as phyxia intrauterine, gestosis, mudah infeksi, IQ rendah, dekompensio cordis sampai kematian ibu akibat

perdarahan karena kekurangan zat besi. (Majalah kebidanan, 2010).

       Adapun tujuan penelitian ini adalah  Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil dalam mengkomsumsi

zat besi dengan  tingkat kejadian anemia di Puskesmas Air Molek Kecamatan Pasir Penyutahun 2011.

Metoda penelitian

       Desain penelitian ini adalah kwalitatif dengan rancangan corecsional.penelitian ini   dilakukan di Puskesmas Air

Molek ,mulai Januari s/d Maret pada tahun 2011,data yang digunakan data sekunder dan data primer,data sekunder

didapat dari register Puskesmas .Populasi  dan sampel ibu hamil yang ada diwilayah kerja Puskesmas Air Molek

pada tahun 2011dengan cara purvosif sampel, dengan besar sampel adalah 88 ibu hamil, instrument yang

digunakan adalah kuisoner yang telah diuji rebalitas dan validitas dengan nila 0,8. Adapaun yang ingin diketahui

dalam lembar kuisoner adalah pengetahuan ibu. Tingkat pendidikan,mamfaat zat besi dan hasil dari HB ibu hamil

yang dilakukan melalui pemeriksaan HB sahli.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

            Berdasarkan tabel1. Jumlah  ibu hamil  88 orang dari jumlah tersebut pengetahuan ibu hamil mengenai zat

besi  adalah rendah  sebanyak 88 orang (43,2%), Berdasarkan data  tersebut dapat disimpulkan bahwa masih

banyaknya ibu hamil yang kurang pengetahuannya  tentang zat besi. Hal ini disebabkan karena pendidikan ibu

hamil yang rendah yaitu SD sebanyak 28 orang (31,8%), ini disebabkan  kurangnya informasi yang diperoleh ibu

hamil.sesuai dengan teori yang ada, yaitu  Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan pengindaran terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan  atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Overt Behavior). ( Notoatmojo (2005).  Kemudian

pengetahuan sedang sebanyak 34 orang (38,6%), pengetahuan tinggi 16 orang (18,2%). Jika dikaitkan dengan

dengan hasil penelitian diatas , ibu yang memiliki pengetahuan tinggi  tentang zat besi baik terhadap dirinya sendiri

akan mengkomsumsi zat besi untuk kesehatan ibu dan janinya, kerena ibu telah mengetahui mamfaat dari zat besi

tersebut dan secara teratur mengkomsumsinya untuk terhindar dari anemia. Pendidikan  ibu hamil yang rendah yaitu

SD sebanyak 28 orang (31,8%), pendidikan ibu yang rendah menyebabkan ibu tidak mengerti dengan mamfaat

tablet besi untuk mencegah anemia. Sedangkan  pendidikan Tinggi 14 orang (15,9%). seringnya  ibu

mendapat  informasi yang cukup mengenai zat besi yang diperoleh ibu, seperti mendengarkan penyuluhan yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan, dan  kemungkinan lain adalah pendidikan ibu yang tinggi. Tingkat  pengetahuan

seseorang dapat diperoleh dariberbagai usaha, baik disengaja maupun secara kebetulan dengan sengaja meliputi

berbagai metode dan konsep, baik melalui proses pendidikan maupun pengalaman.(Notoadmoj,2005)

            Berdasarkan pada tabel 2.Tterlihat bahwa dari 88 ibu hamil 46 ( 46%) ibu hamil mengalami anemia sedang,

dan anemia ringan 23 (26,1%). Berdasarkan data tersebut maka dapat dilihat masih banyak ibu hamil yang

mengalami anemia.  Hal  ini akan menimbulkan masalah kesehatan terhadap ibu dan bayinya terutama pertumbuhan

dan perkembangan bayi dalam kandungan. Dampak  yang mungkin  ditimbulkan akibat  anemia selama kehamilan.

seperti berat badan lahir rendah (BBLR) , prematur ,abortus, pertumbuhan janin terhambat, kematian maternal dan

perinatal, ( Proverawati, 2009 ).

Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang zat besi sangat berkaitan erat dengan kejadian anemia pada ibu

hamil. Hasil penelitian pada tabel 4. didapatkan bahwa pengetahuan rendah tentang zat besi  sebanyak 38 orang

(43,2%),terdapat 26 orang  (29,5%) mengalami anemia sedang dan 18 orang (20,4%) mengalami anemia ringan.

Berdasarkan hasil analisa  statistik ( person product moment)  didapatkan  adanya hubungan pengetahuan

ibu hamil dengan tingkat kejadian anemia di Puskesmas Air Molek. Hal ini dapadt dilihat dari hasil nilai statistik yang

diperoleh yaitu nilai kolerasi (r=0,553) dan nilai p < 0,01.memiliki hubungan yang kuat dan arah hubungan

positi.Berdasarkan  hasil statistik  dapat  disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu hamil dengan tingkat

kejadian anemia di Puskesmas Air Molek.

Kesimpulan

            Berdasarkan hasil penilitian mengenai hubungan antara pengetahuan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat

besi dengan tingkat kejadian anemia di  wilayah  kerja Puskesmas Air Molek kecamatan Pasir Penyu Kabupaten

Indragiri Hulu tahun 2011 yang dilakukan 88 responden, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: Mayoritas  ibu hamil

di wilayah kerja Puskesmas Air molek  kecamatan Pasir Penyu memiliki tingkat pengetahuan yang rendah  sebanyak

(43,2%) dan pengetahuan sedang  (38,6%) , dan yang pengetahuan tinggi sebanyak (18,2%) .Secara umum

gambaran  tingkat kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Air Molek Kecamatan Pasir Penyu

terdapat anemia sedang sebanyak (46,6%), anemia ringan ( 16,1%), (27,2%) ibu yang tidak mengalami anemia.

Hubungan  yang bermakna antara pengetahuan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi dengan tingkat kejadian

anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Air Molek kecamatan Pasir Penyu Kabupaten Indragiri hulu

dengan nilai p= <0,01.berati nilai p lebih kecil dari α (0,05) dengan nilai r 0,5

DaftarPustaka.

Arisman, (2004).  Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.

      Almatsier,S (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT: Gramedia pustaka Utama.

      Amiruddin & Wahyuddin 2004.Studi kasus control Faktor Bio Medis. Terhadap Kejadian Anemia Dipuskesmas Banti Murung

Moros.

Arikunto Suharsimi.(2002). Revisi V.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratek.

Agustini N. (2009). (hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR:  di BPRSU Rantau prapat labuhan Batu.

 Depkes RI.(2004).  kajian kamatian dan anak diindonesia.

Ejidokun.OO. (2002). Comonity Atitudes to pregnancy, Anemia,Iron,and folat.

Herlianto D.(2008).  pengetahuan tentang zat besi  diaksrs tgl 25 oktober2010

               Diakses dari: hpt:/www.google.com

   Manuaba,Ida BagusGde. (1998). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana. Jakarta:EGC.

Majalah kebidanan.(2009). vol XIV-NO-03. Sebuah dilema bagi kaum perempuan.

Mulyo A (2009). Pengertian, ilmu pengetahuan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3.http://woodpres.com/agung.

Mayasari, Ika.  (2007). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia dengan Perilaku Pemenunuhan Zat Besi di

wilayah Kerja:   Puskesmas  Kedawung II Undergraduate thesis, Diponegoro university.

 Notoatmojo Soekidjo (2005,2006). Ilmu kesehatan masyarakat, pendidikan dan prilaku kesehatan:Jakarta Rineke Cipta.

Nursalam.(2003). Pendekatan pratek metodelogi riset keperawatan, sagung sapto: Jakarta.

Profil Dinas Kesehatan Profinsi Riau tahun 2009.

Prawira Sarwono. ( 2005) . Obsetri Gynekologi: YBP-SP.

Profil Dinas  Kabupaten Inhu dan profil Puskesmas Air Molek 2009.

Rika Varinora. (2008).  Hubungan Pengetahuan dan Prilaku ibu Hamil dengan kejadian anemia. Di Kabupaten Indragiri Hulu,

( tesis paska sarjana FKUGM).

Republika. (2009). Jagan Kalah Oleh Kurang Darah diakses tgl 25 oktober 2010. Diakeses dari hpt://www. Republika co.id.

Saifudin AB. (2001). Buku Acuan Nasional Pelayanan keseatan Maternal Dan    Neonatal.

Spritiayayasan. (2009). Pentingnya Zat Besi Pada Kehamilan http://–or.id/1-

Wirakusumah, (1999). Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi.Jakarta:Trubus Agriwidjaya.

 Yudi Supriadi. (2009). .Anemia dalam kehamilan diakses tgl 14 November dari http:// www.geogle.co.id.

Sukowati F (2007. Surakata. efektifitas program pemberian tablet merah terhadap penigkatan hemoglobin ibu hamil  dengan

anemia ringan

KTI KEBIDANAN 2012 : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI BPS

MAU LEBIH LENGKAP HUB : 081225300100 Murah 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan

menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Perkiraan prevalensi anemia secara global sekitar 50%.

Bandingkan dengan prevalensi untuk anak balita sekitar 43%, anak usia sekolah 37%, lelaki dewasa

hanya 18% dan wanita tidak hamil meningkat sampai sebesar 55%. Anemia gizi disebabkan oleh

defisiensi zat besi, asam folat dan atau vitamin B12 yang kesemuanya berakar pada asupan yang tidak

adekuat, ketersediaan hayati rendah (buruk) dan kecacingan masih tinggi. (Arisman, 2004 : 144) Jika ibu

kekurangan zat besi selama hamil, maka persediaan zat besi pada bayi saat dilahirkan pun tidak akan

memadai, padahal zat besi sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak bayi diawal kelahirannya.

Kekurangan zat besi sejak sebelum hamil bila tidak diatasi dapat mengakibatkan ibu hamil menderita

anemia. Kekurangan zat besi juga mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb) dimana zat besi sebagai

salah satu unsur pembentukannya. (Arifin, 2010) Menurut Prawiroharjo (2002) Angka Kematian Ibu (AKI)

merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu negara. Kematian ibu dapat

terjadi karena beberapa sebab, diantaranya karena anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan

dengan meningkatnya kesakitan ibu. Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama

anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada

masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi Hal ini juga diungkapkan oleh Simanjuntak

tahun 1992, bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia gizi. Anemia defisiensi zat besi

merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Dengan

frekuensi yang masih cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20%. (Amiruddin, 2007) Di Jawa Tengah ibu

hamil pada tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi anemia adalah 57,7%. Masih lebih tinggi dari

angka nasional yakni 50,9% (BPS, 2007 Profil Kesehatan Jawa Tengah). Pada tahun 2008 jumlah ibu

hamil di kota Semarang berjumlah 29.261 orang. Ibu hamil yang diukur kadar Hb kurang dari 10 gr% ada

20,79%. (Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2008) Program penanggulangan anemia yang

dilakukan adalah memberikan tablet tambah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan untuk menurunkan

angka anemia pada balita, bumil, bufas, remaja putri, dan WUS (Wanita Usia Subur). Hasil survey anemi

ibu hamil pada 15 kabupaten/ kota pada tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi anemia di Jawa

Tengah adalah 57,7%, angka ini masih lebih tinggi dari angka nasional yakni 50,9%. (Dinas Kesehatan

Kabupaten Semarang, 2008) Penanggulangan anemia pada ibu hamil dilaksanakan dengan memberikan

90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe

di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 sebesar 87,06%, mengalami peningkatan bila dibandingkan

dengan pencapaian tahun 2007 sebesar 85,91%. Meskipun mengalami peningkatan, angka tersebut

masih di bawah target SPM 2010 sebesar 90%. Cakupan tertinggi adalah di Kabupaten Pekalongan yaitu

sebesar 98,95% dan yang terendah adalah di Kabupaten Kebumen sebesar 41,89%. (Dinas Kesehatan

Kabupaten Semarang, 2008) Pada tahun 2008 pemberian tablet (Fe)1 28.440 bumil (101,56) dan

cakupan (Fe)3 25.801 bumil (92,14). Hal ini menunjukan bahwa penjaringan pertama pada ibu hamil

sudah dapat dilaksanakan sesuai target namun untuk penjaringan selanjutnya (Fe)3 90 tablet tidak dapat

mencakup jumlah tersebut. Secara keseluruhan angka tersebut telah memenuhi target yang telah

ditentukan yaitu untuk (Fe)1 90% dan untuk Fe2 82%. Keberhasilan pencapaian target dikarenakan

persediaan tablet Fe yang mencukupi dan juga pelaksaan kegiataan melalui koordinasi dan kerjasama

dengan lintas program dan sektoral yang terkait. (Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2008) Di

semarang, Ibu hamil yang mempunyai tingkat konsumsi Fe kurang yaitu 57,9%, Ibu hamil yang minum

tablet besi dengan menggunakan air teh ada 56,9% dan sisanya dengan air putih, air sirup, dan pisang.

Jumlah rata-rata tablet besi yang diperoleh responden selama hamil 159,47 tablet. Konsumsi tablet besi

yang diperoleh ibu hamil rata-rata 61,11 tablet dengan jumlah terendah 15 tablet dan tertinggi 96 tablet.

Presentase tablet besi yang diminum ibu hamil dibandingkan dengan tablet besi yang diperoleh 38,32%.

Proporsi kadar Hb ibu hamil Trimester III diperoleh hasil 63,2% memiliki kadar Hb<11 gr%. Melihat

tingginya proporsi anemia maka disarankan pada ibu hamil untuk meningkatkan konsumsi protein hewani

terutama golongan Meat factor, menghindari konsumsi tablet besi dengan air teh, perlunya sistim pantau

konsumsi tablet besi dari pihak puskesmas dan peningkatan konsumsi vitamin C pada ibu hamil terutama

dari makanan sehari-hari. (Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2008) Menurut hasil penelitian dari

Amatullah (2009) kurangnya pemanfaatan ANC pada ibu hamil sebagai salah satu faktor yang

mempengaruhi terjadinya anemia karena ibu hamil tidak terpantau dengan baik status gizinya dan kadar

Hbnya. Berdasarkan data DINKES (Dinas Kesehatan) Kabupaten Blora diketahui bahwa ibu hamil yang

mengalami anemia tahun 2007 berkisar 29,5% dengan menetapkan HB 11 gr % sebagai dasarnya. Pada

tahun 2008 angka kejadian anemia pada ibu hamil meningkat yaitu menjadi 33,5% dengan penetapan Hb

11 gr % sebagai dasarnya. (Dinkes Kabupaten Blora, 2009) Dari hasil survey di dapatkan ibu hamil di

BPS Ny. Fitri pada tahun 2009 berjumlah 514 orang, dimana ibu hamil yang menderita anemia sebanyak

124 orang (24%) sedangkan pada tahun 2010 berjumlah 483 orang dengan ibu hamil yang menderita

anemia sebanyak 130 orang (27%). Dapat disimpulkan bahwa terjadi kenaikan ibu hamil yang menderita

anemia dari tahun 2009 ke tahun 2010 sebanyak 3%. Termasuk masih banyak ibu hamil yang menderita

anemia setiap tahunnya. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa ibu hamil yang menderita anemia

dikarenakan cara mengkonsumsi tablet besi yang salah, seperti waktu dan cara minum tablet besi.

Banyak diantara mereka yg tidak rutin mengkonsumsi tablet besi pada malam hari, dan bahkan

mengkonsumsi dengan menggunakan air teh. Hal tersebut diatas menggambarkan kurangnya

pengetahuan pada ibu hamil. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu“ dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Dimana pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang karena dari pengalaman dan penelitian, ternyata

perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Berdasarkan dari data diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Kejadian Anemia Di BPS

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx“. B. Rumusan Masalah “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap

Kejadian Anemia Di BPS xxxxxxxxxxxx2011?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui

hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap kejadian anemia di BPS Xxxxxtahun 2011. 2. Tujuan

Khusus a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap kejadian anemia di BPS Xxxxxtahun

2011 b. Mendeskripsikan kejadian anemia ibu hamil di BPS Xxxxxtahun 2011 c. Menganalisa hubungan

tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap kejadian anemia di BPS Xxxxxtahun 2011. D. Manfaat Penelitian

1. Untuk Instansi Kesehatan Diharapkan dapat memberikan acuhan dan informasi dalam peningkatan

program pencapaian target penurunan angka kejadian anemia pada ibu hamil 2. Untuk Instansi

Pendidikan Diharapkan dapat sebagai masukan bagi pengembangan pendidikan kebidanan terutama

tentang pengetahuan ibu hamil tentang tablet besi 3. Untuk Masyarakat Diharapkan dapat sebagai bahan

informasi bagi masyarakat agar mereka lebih memahami tentang kesehatan terutama anemia ibu hamil

dan manfaat tablet besi 4. Untuk Peneliti Diharapkan dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh dengan

mengidentifikasi dan menganalisa suatu permasalahan di lapangan serta memperluas penelitian tentang

hal-hal yang berkaitan dengan tablet besi. E. Keaslian Penelitian No Nama Peneliti/ Judul Variabel yang

diteliti Responden Analisa Hasil 1. 2. Sumiyarni (2010) “Hubungan Antara Konsumsi Tablet Besi Dengan

Anemia Ibu Hamil Di Puskesmas Karanganyar II Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak Tahun

2010” Masudah (2010) “Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Anemia Ibu Hamil Di Desa Gemiring

Kidul Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara” Konsumsi tablet besi dengan anemia ibu hamil

Pengetahuan ibu hamil dengan anemia ibu hamil Ibu hamil di Puskesmas Karanganyar II Kecamatan

Karanganyar Kabupaten Demak Ibu hamil di Desa Gemiring Kidul Kecamatan Nalumsari Kabupaten

Jepara Analisis data menggunakan univariat dan bivariat Analisa data dengan menggunakan uji statistik

Chi-Square Hubungan antara konsumsi tablet besi dengan anemia ibu hamil dengan kategori hasil : 1. 70

responden (55,6%) mengkonsumsi tablet besi minimal 90 tablet dan 56 responden (44,4%)

mengkonsumsi tablet besi kurang dari 90 tablet 2. 73 responden ( 57,9%) mengalami anemia sedang 3.

Ada hubungan antara “Konsumsi Tablet Besi Dengan Anemia Ibu Hamil Di Puskesmas Karanganyar II

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak Tahun 2010”, dengan nilai X² hitung = 13,372 > X² tabel =

5,991 dan p value hitung = 0,001 < α = 0,05. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Anemia Ibu

Hamil dengan kategori hasil: 1. Terdapat 60% pada kasus dan 0% pada control dengan kategori

pengetahuan kurang baik tentang anemia di Desa Gemiring Kidul Kecamatan Nalumsari Kabupaten

Jepara 2. Ibu hamil dengan anemia di Desa Gemiring Kidul Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara

sebanyak 15 orang 3. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu hamil dengan kwjadian

anemia pada ibu hamil di Desa Gemiring Kidul Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Anemia Pada Ibu Hamil a. Pengertian Anemia Anemia dalam

kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl selama masa

kehamilan pada trimester 1 dan ke-3 dan kurang dari 10 g/dl selama masa post partum dan trimester 2.

Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan

tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi

pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18% dan

haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan

mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. (Proverawati, 2009 : 76) Anemia dalam

kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin. Anemia pada ibu

hamil dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan postpartum. Bila anemia terjadi sejak awal

kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur. (Proverawati, 2009 : 76) b. Etiologi

Menurut Proverawati (2009 : 76) anemia dalam kehamilan sama seperti yang terjadi pada wanita yang

tidak hamil. Semua anemia yang terdapat pada wanita usia reproduktif dapat menjadi hormon penyulit

dalam kehamilan. Penyebabnya antara lain : 1) Makanan yang kurang bergizi 2) Gangguan pencernaan

dan malabsorpsi 3) Kurangnya zat besi dalam makanan (kurang zat besi dalam diit) 4) Kebutuhan zat

besi yang meningkat 5) Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain 6)

Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain. Sedangkan faktor

predisposisi terbesar terjadinya anemia adalah status gizi yang buruk dengan defisiensi multivitamin,

dimana hal ini masih banyak terjadi di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. c. Klasifikasi

Anemia Kehamilan Menurut Proverawati (2009 : 76) secara umum anemia dalam kehamilan

diklasifikasikan menjadi : 1) Anemia Defisiensi Besi sebanyak 62,3% Anemia defisiensi besi adalah

anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya adalah pemberian tablet

besi yaitu keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan. Untuk

menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa

didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada

hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan metode

sahli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan

sahli dapat digolongkan sebagai berikut : a) Hb 11 gr% : Tidak anemia b) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan c)

Hb 7-8 gr% : Anemia sedang d) Hb <7 gr% : Anemia berat 2) Anemia Megaloblastik sebanyak 29%

Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pterylglutamic acid) dan defisiensi vitamin B12

(cyanocobalamin) walaupun jarang. 3) Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak 8% Anemia

disebabkan karena sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. 4) Anemia

Hemolitik sebanyak 0,7% Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih

cepat dari pada pembuatannya. Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan

oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan vitamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu

hamil dengan anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat

besi (Fe), asam folat, vitamin B12. (Proverawati, 2009 : 76) d. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala ibu

hamil dengan anemia adalah sebagai berikut : keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, sementara tensi

masih dalam batas normal (perlu dicurigai anemia defisiensi), mengalami malnutrisi, cepat lelah, sering

pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang,

nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda (Proverawati,

2009 : 76). e. Akibat Anemia Kehamilan Menurut Proverawati (2009 : 76) akibat yang akan terjadi pada

anemia kehamilan adalah : 1) Hamil muda (trimester pertama) : abortus, missed abortus, dan kelainan

kongenital 2) Trimester kedua : persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan

janin dalam rahim, asphixia intrauterin sampai kematian, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), gestosis dan

mudah terkena infeksi, IQ rendah, dekompensatio kordis-kematian ibu 3) Saat inpartu : gangguan his

primer dan sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan tinggi, ibu cepat lelah,

gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif 4) Pascapartus : ormon uteri menyebabkan

perdarahan, retensio ormone (plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta),

perlukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris peurperalis, gangguan involusi uteri, kematian ibu tinggi

(perdarahan, infeksi peurperalis, gestosis). f. Prinsip Diet Untuk Ibu Dengan Anemia Diet yang dianjurkan

adalah diet yang mengandung besi heme sebagai hemoglobin dan mioglobin, banyak ditemukan dalam

daging, unggas dan ikan, ataupun diet yang mengandung besi non-heme, garam besi ferro atau ferri,

seperti yang ditemukan dalam sumber-sumber non-hewani seperti makanan nabati, suplemen dan

fortikan. Diet yang mengandung pemacu penyerapan zat besi seperti asam askorbat, dan hindari diet

yang mengandung penghambat penyerapan zat besi seperti phitat, polyphenol. Selain itu juga harus kaya

dengan protein yang cukup (bahan pangan hewani : daging, ikan, telur, kacang-kacangan) dan sayuran

berwarna hijau yang mengandung mineral dan vitamin. (Proverawati, 2009 : 78-79) Wanita hamil

dikatakan mengalami anemia jika kadar Hb kurang dari 10gr%. Pengawasan terhadap ibu hamil harus

sudah mulai dilaksanakan pada trimester I dan III, karena pengenceran mencapai puncaknya.

(Proverawati, 2009 : 78-79) g. Pengobatan Menurut Proverawati (2009 : 79-80) pengobatan dilakukan

sesuai dengan jenis anemianya. Kebanyakan ibu hamil menderita anemia defisiensi besi. Hal ini bisa

diatasi dengan pemberian tablet besi yang dilakukan dengan berbagai cara yaitu : 1) Terapi Oral adalah

dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat, atau Na-fero bisirat. Pemberian

preparat 60 mg/ hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Pemberian terapi zat besi oral

tidak boleh dihentikan setelah Hemoglobin mencapai nilai normal, tetapi harus dilanjutkan selama 2-3

bulan lagi untuk memperbaiki cadangan besi. Sebelum dilakukan pengobatan harus dikalkulasikan

terlebih dahulu jumlah zat besi yang dibutuhkan. Misalnya Hemoglobin sebelumnya adalah 6 gr/ dl, maka

kekurangan Hemoglobin adalah 12 - 6 = 6 gr/ dl, sehingga kebutuhan zat besi adalah : 6 x 200 mg.

Kebutuhan besi untuk mengisi cadangan adalah 500 fig, maka dosis Fe secara keseluruhan adalah 1200

+ 500 = 1700 mg. Fero sulfat : 3 tablet/ hari, a 300 mg mengandung 60 mg Fe Fero glukonat : 5 tablet/

hari, a 300 mg mengandung 37 Fe Fero fumarat : 3 tablet/ hari, a 200 mg mengandung 67 mg Fe. Efek

samping : konstipasi, berak hitam, mual dan muntah. Respon : hasil yang dicapai adalah Hb meningkat

0,3 – 1 gr per-minggu, biasanya dalam 4 – 6 minggu perawatan hematokrit meningkat sampai nilai yang

diharapkan, perawatan biasanya dimulai pada minggu ke-2. Peningkatan retikulosit 5- 10 hari setelah

pemberian terapi besi bisa memberikan bukti awal untuk peningkatan produksi sel darah merah. Saat ini

program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis

anemia. 2) Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan

adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua. Pemberian

preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20mg) intravena atau 2 x 10 ml/IM pada

gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr%. Metode sederhana 250 mg besi elemental

sebanding dengan 1 gram Hb. Dosis pemberian zat besi parenteral dapat dihitung dengan mudah

dengan memakai rumus : Zat besi yang diperlukan (mg) = (15-Hb) x BB x 3. Indikasi : anemia defisiensi

berat mempunyai efek samping pada pemberian oral, gangguan absorbsi. Pemberian dapat diberikan

secara intra-muskular maupun intra-vena yaitu preparat : iron dextran (imferon), iron sorbitek (jectofer)

berisi 50 mg/ml, dosis maksimum 100 mg/ hari. Efek samping : nyeri, inflamasi, ple bitis, demam, atralgia,

hipotensi, dan reaksi anafilaktit anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh karena

kekurangan asam folik, jarang sekali karena kukurangan vitamin B12. Pengobatannya : asam folik 15-30

mg per hari, vitamin B12 3 x 1 tablet per hari, sulfas ferosus 3 x 1 tablet per hari. Pada kasus berat dan

pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah. 2. Pengetahuan a.

Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu“ dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003 : 121) Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang karena dari

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Anemia

KTI SKRIPSIHubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Anemia

ABSTRAKMenurut WHO kejadian anemi ibu hamil berkisar 20% sampai 89%. Pemeriksaan Hb secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemi. Rata-rata anemi pada ibu hamil di Indonesia sekitar 46,2%  pada tahun 2002 (www.anemidiidonesia.com/suega). Wilayah kerja Puskesmas tercatat sebagai salah satu wilayah yang tingkat anemi-nya cukup tinggi di Sumatera Barat. (Dinkes Sumbar : 2007).Anemi adalah turunnya kadar hemoglobin kurang dari 12.09/100 ml darah pada wanita yang tidak hamil dan kurang dari 10.09/100 ml darah pada wanita hamil. Pengetahuan dan sikap ibu tentang anemi merupakan salah satu faktor berpengaruh terhadap kejadian anemi pada masa kehamilan.Berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ‘‘Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Anemi di Wilayah kerja Puskesmas tahun ”. Jenis penelitian adalah Deskriptif analitik dengan desain Cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Maret s/d April .Populasi dalam penelitian ini ibu hamil yang berjumlah 120 orang dan 30 orang dijadikan sampel. Hasil analisa univariat 86,7% responden tingkat pengetahuannya tinggi, 86,7% responden memiliki sikap positif. Pada analisa bivariat didapat p value 0,004 > α 0,05 sehingga dapat dinyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan sikap ibu hamil tentang Anemi di wilayah kerja Puskesmas tahun Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar memberikan informasi dan penyuluhan yang lebih banyak tentang makanan yang bergizi dan ekonomis dalam mencegah anemi dalam masa Kehamilan. Pada ibu hamil dianjurkan memakan makanan yang bergizi agar kehamilannya bisa sehat dan bayi yang dilahirkan juga akan sehat

BAB IPENDAHULUAN

A.    Latar BelakangTujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap bangsa agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai  penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes, RI, 1995 : 5).Untuk mewujudkan visi Indonesia sehat 2010 ditetapkan 4 misi pembangunan kesehatan sebagai berikut antara lain : menggerakan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat, memelihara dan meningkatkan kesehatan indifidu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungan (Depkes RI, 1995 :5).Upaya menanggulangi kesehatan individu salah satunya berupa asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat besar 15 % dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mamae), volume darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin sebesar 40 % dan sisanya 60 % digunakan untuk pertumbuhan ibunya (Mellyna Huliana, 2005 : 68). 

Anemia adalah istilah yang menunjukan  rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin serta hemitokrit dibawah norma (Brunner & Sueldart, 2002 : 935).Perubahan fisiologis yang terjadi dalam masa kehamilan mengakibatkan penurunan Hb secara progresif sampai sekitar minggu ke – 30 yang secara fisiologis masih normal. (depkes RI Jakarta, 2002 :2).Definisi anemia yang secara umum dapat diterima adalah turunya kadar hemoglobin kurang dari 12,09/100 ml darah pada wanita yang tidak hamil dan kurang dari 10,09/100 ml darah pada wanita hamil. Anemia yang terkait dengan kehamilan adalah anemia, definisi besi (hamper 95 %), (Helen varness, dkk, 2002 :152 ).Menurut WHO kejadian anemia ibu hamil berkisar antara 20 % sampai 89 % dengan menetapkan Hb 11 gram sebagai dasarnya. Pemeriksaan Hb secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia. Namun ada kecendrungan bahwa kegiatan ini tidak dilaksanakan secara optimal selama masa kehamilan (ida bagus Gde manuaba, 1998 : 92).Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, tiap tahunnya sekitar 14.180 perempuan Indonesia meninggal karena hamil dan melahirkan. Sedangkan di dunia mencapai lebih dari 500 ribu orang.

ADB (Anemia defisiensi besi ) pada kehamilan di negara maju rata-rata 18% (Baker., 2000) dan rata-rata anemia pada ibu hamil di Indonesia sekitar 63,5% (Muhilal,  80,0% tahun 2004). Sebelumnya, Sastromidjojo (2003) mendapatkan proporsi ADB adalah  dari seluruh kehamilan dan relatif menetap dalam dua dekade terakhir. Hasil SKRT tahun 1995 menunjukkn bahwa anemia pada ibu hamil adalah 50,9% (Depkes, 1999). Di Bali ADB pada wanita hamil adalah 46,2% (www.anemidiidonesia.com/suega).Dari hasil survey kesehatan rumah tangga ( SKRT )tahu 1992 menemukan bahwa angka prevalensia anemia gizi ibu hamil cukup tinggi yaitu 82,6% di Sumatra Barat.Anjuran program nasional Indonesia dalam pemberian guma/hari elemental zat besi dan 50 gram asam folat untuk profikasi anemia. Program depkes RI memberikan 90 tablet zat besi selama 3 bulan (depkes Ri, 2002 : 3).Tabel 1.1Angka Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Dari Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Tahun No    Puskesmas    Jumlah ibu hamil    Jumlah Anemia123456789101112131415161718192021

2223        470389201189333618366754441195765148307286338151536264682256783237451    50105333338293719948451082237302101742014874202329

Laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten angka ibu hamil Anemia pada tahun sebanyak 74 orang ibu hamil yang Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas .

Data yang peneliti peroleh tentang angka kejadian anemia pada ibu hamil dari bulan januari sampai Desember tahun di wilayah kerja puskesmas didapat 184 orang yang anemi. Angka tersebut menyatakan bahwa ibu hamil yang berada di puskesmas bulan Januari s/d Desember mengalami anemia cukup tinggi

Tabel 1.2Jumlah Kunjungan Ibu Hamil di Puskesmas Kec V koto Bulan Agustus s/d April 

No    Bulan    Jumlah Kunjungan    Jumlah Kunjungan per bulan        Lama    Baru   1    Agustus     18    15    332    September     10    5    153    Oktober     17    11    284    November     15    13    285    Desember     4    13    176    Januari     15    9    247    Februari     13    12    258    Maret     12    18    309    April     16    2    18Sumber : Laporan bulanan KIA puskesmas tahun Dari jumlah kunjungan ibu hamil di puskesmas dalam bulan Januari s/d Desembar adalah sebanyak 517 orang. Dari jumlah ibu hamil tersebut yang Anemia adalah 184 orang..Jumlah kunjungan ibu hamil bulan Agustus – April ditemukan 218 orang jumlah ibu hamil dari hamil 1 – 9 bulan. Dampak dari anemia sudah terlihat dengan ditemukanya kasus bayi dengan berat badan rendah sebanyak 6 orang pada Tahun .Dari wawancara dari 8 orang ibu hamil yang penulis wawancarai 5 diantaranya dinyatakan tidak mengetahui tentang anemia dan bahaya terhadap kehamilan ibu – ibu tersebut. Saat menanyakan pola makannya ibu hamil mereka saat hamil suka makan makanan berupa mie, apa yang disukai tidak melihat apa kandungan nilai gizinya. Pada saat datang ke Puskesmas ada yang berat badanya sesuai dengan usia kehamilan dan adapula yang tidak.  . Berdasarkan penomena maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap ibu hamil tentang anemia di puskesmas .  B.    Rumusan MasalahBerdasarkan uraian diatas maka penulis merumuskan permasalahan penelitian yaitu bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap ibu hamil tentang anemia berdasarkan kunjungan ibu hamil di puskesmas .

C.    Tujuan penelitian1.  Tujuan UmumUntuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap ibu hamil tentang anemia di puskesmas 2.    Tujuan khususa.    Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia pada ibu hamil.b.    Untuk mengetahui tingkat sikap ibu hamil tentang anemia pada ibu hamil.c.    Untuk mengetahui kejadian anemia pada ibu hamil.d.    Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil.e.    Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

D. Manfaat penelitian1.    Bagi penulis dapat meningkatkan wawasan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap

ibu hamil tentang anemia yang membahayakan kehamilan.2.    Sebagai tugas akhir bagi peneliti untuk menyelesaikan pendidikan D.III pada Akademi Keperawatan Pemerintah Daerah Kabupaten .Data yang dikumpulkan berupa data dasar yang bisa dijadikan sebagai bahan penelitian untuk selanjutnya.

silahkan download KTI SKRIPSI Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Anemia

KLIK DIBAWAH 

Sumber Skripsipedia.com: Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Anemia http://www.skripsipedia.com/2013/04/hubungan-tingkat-pengetahuan-dengan-sikap-ibu-hamil-tentang-anemia-kehamilan.html#ixzz2WUDBFzcx kti skripsi kesehatan hanya di http://www.skripsipedia.com/ Follow us: @skripsipedia on Twitter | skripsipedia on Facebook