anggaran bahan baku - azizsugiharto.files.wordpress.com · seorang manajer ingin menghitung biaya...
TRANSCRIPT
PERTEMUAN KE 6
ANGGARAN BAHAN
BAKU
PENDAHULUAN
Pada umumnya perusahaan menggunakan
cara tradisional dalam mengelola
persediaan.
Yaitu dengan cara memiliki persediaan
minimal untuk mendukung kelancaran
proses produksi.
Disamping itu perusahaan juga
memperhitungkan biaya persediaan
yang paling ekonomis yang dikenal
dengan istilah Ekonomi Order
Quantity (EOQ)
Perusahaan manufaktur pada umumnya
memperhitungkan tiga macam
persediaan, yaitu :
1. Persedian bahan baku
2. Persediaan barang dalam proses
3. Persediaan barang jadi
Tingkat perputaran (trun over) ketiga jenis persediaan
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perputaran bahan baku (Raw material turnover)
yaitu bahan baku yang digunakan dibagi rata-rata
persediaan bahan baku.
2. Perputaran barang dalam proses (Work in process
turnover) yaitu harga pokok produksi dibagi dengan
rata-rata persediaan barang dalam proses )
3. Perputaran barang jadi (Finished goods turnover)
yaitu harga pokok penjualan dibagi rata-rata
persediaan barang jadi atau hasil penjualan dibagi
rata-rata persediaan barang jadi
Dalam perusahaan dagang juga harus
dihitung perputaran barang dagangan
yaitu dengan model :
1. Harga pokok penjualan dibagi rata-rata
persediaan barang dagangan
Atau
2. Penjualan bersih dibagi rata-rata
persediaan barang dagangan.
Besar kecilnya nilai persediaan bahan baku
dipengaruhi oleh :
1. Estimasi dan perencanaan volume
penjualan.
2. Estimasi dan perencanaan volume produksi.
3. Estimasi dan kebutuhan bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi
4. Biaya order pembelian.
5. Biaya penyimpanan
6. Harga bahan baku.
Dalam pengelolaan bahan baku dibutuhan dua unsur
biaya variabel utama yaitu :
1. Biaya pesanan (procurement cost atau set up cost).
2. Biaya penyimpanan (storage cost atau carrying cost)
Yang termasuk biaya pesanan antara lain adalah :
1. Biaya proses pemesanan bahan baku,
2. Biaya pengiriman pesanan.
3. Biaya penerimaan bahan baku yang dipesan.
4. Biaya untuk memproses pembayaran bahan baku
yang dibeli.
Yang termasuk biaya penyimpanan
(penggudangan) adalah :
1. Biaya untuk mengolah bahan baku (biaya
penimbangan dan menghitung).
2. Biaya sewa gudang.
3. Biaya pemeliharaan dan penyelamatan
bahan baku.
4. Biaya asuransi.
5. Biaya pajak.
6. Biaya modal.
Manajemen harus menghitung biaya yang paling ekonomis padasetiap jumlah barang yang dibeli (pesan)
Tenik perhitungan ini lazim disebut Ekonomic Order Quantity(EOQ)
Dimana :
R : Requirement of raw material (jumlah bahan baku yangdibutuhkan)
S : Set up cost (Biaya pesanan setiap kali pemesanan)
P : Price (harga bahan baku persatuan )
I : Inventory (biaya penyimpanan persediaan yang umum-nya dinyatakan dalam persentase dari nilai rata-ratapersediaan bisa juga dinyatakan dalam nilai uang (Rp)
Contoh :
Seorang manajer ingin menghitung biaya yang paling
ekonomis jika diketahui jumlah bahan baku yang
dibutuhkan selama satu periode adalah 1.200 unit dan
biaya pemesanan untuk setiap kali pesan adalah Rp 15
dan harga bahan baku per unit Rp 1 dan biaya
penyimpanan 40 %
Dengan demikian diketahui angka 300 unit setiap
pesanan, berarti dalam satu tahun dilakukan 4 kali
pesanan
Perhitungan biaya persediaan yang paling ekonomis
Keterangan :
*Rp 200 = ( 400 x Rp 1 )/2
**Rp 45 = 3 kali pesan @ Rp 15 persekali pesan
***Rp 80 = 40 % x 200 nilai persediaan rata-rata
Frekwensi Pemesanan 3 x 4 x 6 x
Jumlah bahan baku yang 400 unit 300 unit 200 unit
Nilai persediaan rata-rata *Rp 200 Rp 150 Rp 100
Biaya pesanan **Rp 45 Rp 60 Rp 90
Biaya penyimpanan ***Rp80 Rp 60 Rp 40
Jumlah biaya persediaan Rp 125 Rp 120 Rp 130
Jika biaya penyimpanan dinyatakan dalam rupiah
per unit ( misalnya Rp. 0,1) maka EOQ dapat
dihitung
Dalam pengelolaan persediaan bahan baku
perusahaan harus mempunyai persediaan besi
(safety stock) yaitu suatu jumlah persediaan
bahan baku yang harus selalu ada didalam
gudang untuk menjaga kemungkinan
terlambatnya bahan baku dipesan.
Disamping itu perusahaan juga harus
memperhitungkan penggunaan bahan baku
selama waktu menunggu datangnya bahan
baku (lead time).
Saling hubungan safety stock dengan lead time
dapat dihitung titik pemesanan kembali (re-
order point)
Contoh :
Lead time 6 minggu dan kebutuhan bahan baku
tiap minggu 50 unit dan safety stock ditentukan 40
% dari kebutuhan selama lead time, re-order point
adalah sebagai berikut :
Re-order point(ROP) = (6x50)+40%(6x50)=420 unit
Safety stock juga dapat ditentukan berdasarkan
kebutuhan bahan baku dalam beberapa minggu
misalnya dalam 5 minggu, maka :
Re-order Point(ROP) = (6x50)+(5x50)=550 unit
Yang berhak menentukan besarnya safety
stock dan lead time adalah Manajer pabrik
berdasarkan pengalaman dari waktu-ke
waktu dan pengetrapan teori dalam
praktek produksi.
Pada hakikatnya praktek produksi
menentukan teori produksi.
Oleh sebap itu walau jenis produksi sama,
prakteknya belum tentu sama, dan teori
untuk memecahkan masalah juga tidak
sama
PERSEDIAAN MODEL JIT (JUST IN TIME)
Dalam kegiatan industri manufaktur,
pengelolaan persediaan dapat
dilakukan dengan dua model :
1. Just in time (JIT) atau Tepat Pada
Waktunya (TPW).
2. Model tradisional
Model JIT adalah model yang menempatkan
pemasok sebagai mitra bisnis sejati ; mereka didik
dibina, dan diperlakukan sebagai bagian dari
perusahaan yang memasok bahan bakunya.
Model tradisional adalah model yang
menempatkan pemasoknya sebagai mitra bisnis
sementara karena perhitungan untung rugi
diterapkan pada mereka, sehingga perusahaan
yang menggunakan model ini akan mengalami
gonta ganti pemasok dalam hal ini dapat
menggangu proses produksi
Pengertian JIT adalah persediaan dengan
nilai nol atau mendekati nol, artinya
perusahaan tidak menanggung biaya
persediaan.
Bahan baku akan tepat datang pada saat
yang dibutuhkan dan model ini tentunya
pemasok adalah pemasok yang setia dan
profesional.
Dengan model ini terjadi efisiensi biaya
persediaan bahan baku.
JIT atau TPW adalah bertujuan mengubah
budaya perusahaan Peningkatan kualitas
diseluruh perusahaan (Company wide
quality improvement = CQI), yaitu usaha
organisasi terbaik dari atas kebawah.
Setiap orang adalah pakar bagi
perkerjaannya sendiri dengan berfikir
kolektif dan kreatif
Berfikir kolektif artinya mengumpulkan
informasi dari bawah kemudian
mengolahnya secara ilmiah, hasilnya
dijadian informasi relevan untuk
mengambil keputusan
Berfikir kreatif artinya informasi masa
depan sebagai peluang dan risiko yang
diolah secara ilmiah hasilnya berbagai
alternatif informasi untuk pengambilan
keputusan.
Perancangan bisnis harus dimulai dari
rancangan produk sampai ke purna jual.
Oleh sebab itu perancangan harus
mengetahui dan memahami :
1. Spesifikasi pelanggan.
2. Spesifikasi penjualan.
3. Spesifikasi proses produksi
Jika produk gagal, maka tim perancangan harusmeninjau ulang proses perancangan dan harusmenemukan penyebab kegagalan antara lain :
1. Apakah materialnya yang salah.
2. Metode kerja yang salah.
3. Tenaga kerjanya yang salah
4. Alat kerjanya yang salah
5. Pelanggannya yang salah
6. Pelayanan purna jual yang salah.
7. Cara menjualnya yang salah
8. Cara distribusi yang salah
9. Cara promosi yang salah
10. Kebijakan harga yang salah
Perbedaan sistem Just in time dengan sistem safety
stock
Sistem (JIT) Sistem Safety Stock (Barat)
Mengutamakan proses produiksi
Melalui pengendalian terpadu
Mengutamakan hasil akhir (output)
Melalui pemeriksaan (inspeksi)
Mengutamakan kerja tim Mengutamakan kerja individu
Kontrak jangka panjang dengan
pemasok, dan diperlakukan sebagai
mitra bisnis sejati yang loyal
(kerjasama)
Kontrak jangka pendek dengan
pemasok, dan diperlakukan sebagai
pesaing
Berusaha terus menerus
menghilangkan penyimpangan
Toleransi terhadap penyimpangan
Kepusaan pelanggan melalui
pelayanan purna jual
Kepuasan pelanggan melalui harga
dan kualitas produk
ANGGARAN BAHAN BAKU VERSUS AKTUAL
Anggaran bahan baku dibandingkan dengan
aktual bahan baku baik dalam pembeliannya
maupun dalam penggunaannya.
Hasil perbandingan itu akan menghasilkan
berbagai varian antara lain :
1. Varian pembelian bahan.
2. Varian kuantitas bahan.
3. Varian bauran bahan.
4. Vaarian hasil bahan.
Contoh
Sebuah perusahaan pembuat semen memiliki data bahan
baku sebagai berikut ; pabrik memiliki biaya standar untuk
satuan per 100 ton produk jadi yaitu bahan baku A 55 ton, B
44 ton dan C 11 ton, Harga standar bahan baku per ton A Rp
43,B Rp. 35, C Rp.25. Pembelian bahan baku A 2.000 ton @
Rp 44, B 1.200 ton @ 37, dan C 500 ton @ Rp 24, sedangkan
bahan baku yang digunakan dalam proses produksi adalah A
1.870 ton B 1.100 ton, dan C 440 ton; penyimpanan bahan
baku dicatat padasaat pembelian bahan baku.
Kenyataannya yang terjadi saat ini di pabrik dalam (periode
akuntansi satu tahun) adalah bahwa output rill yang
dihasilkan adalah 3.234 ton seman jadi siap dijual
dipasar.Diminta menghitung varian bahan baku.
Kalkulasi Biaya Standar
Material
(Jenis)
Kuantitas
standar
(unit)
Harga
standar
(Rp)
Total biaya
(Rp)
Biaya Per
unit
(Ro)
A 55 43 2.365
B 44 35 1.540
C 11 25 275
Jumlah 110 4.180
Biaya per unit total berdasarkan input 110 unit (4.180/110) 38,00
Biaya per unit total berdasarkan output 100 unit (4.180/100) 41,80
Perhitungan penyimpangan harga bahan baku
Material
Janis
Beli
Unit
Harga
Standar
(Rp)
Harga
Aktual
(Rp)
Varian
Harga
(Rp)
Total
Varian
(Rp)
A
B
C
2.000
1.200
500
43
35
25
44
37
24
-1
-2
+1
-2.000
-2.400
+500
Jumlah penyimpangan harga pembelian bahan baku
Keterangan :
(-) artinya tidak menguntungankan (unfavorable)
(+) artinya menguntungkn (favorable)
- 3,900
Perhitungan penyimpanan bauran bahan baku
(Material Mix Variance)
Perhitungan penyimpangan hasil bauran bahan baku (Material Yiel Variance)
Berdasarkan output = (3.410/110)x 100 = 3.100 unit
Aktual output = 3.234 unit
Penyimpangan (menguntungkan) = 134 unit
Nilai penyimpangan = 134 x Rp 41,80 = Rp. 5.601,20 (+) menguntungkan
Material
(Jenis)
Digunakan
Quantitas
Standar Quantitas
Berdasarkan Standar Output
Varian
Quantitas
Harga
Standar
Total
Varian
(Rp)
A
B
C
1.870
1.100
440
55/110 x 3.410 = 1.705
44/110 x 3.410 = 1.364
11/110 x 3.410 = 341
-165
+264
-99
43
35
25
-7.095
+9.240
-2.475
Jumlah 3.410 Jumlah varian bauran bahan baku -330
PERHITUNGAN PENYIMPANGAN KUANTITAS BAHAN BAKU
(MATERIAL QUANTITY VARIANCE)
Aktual output sebesar 3.234 unit seharusnya menggunakan bahan
baku sebayak 3.557,4 unit. Standar kuantitas bahan baku untuk
A=55/110x3.557.4=1778,70unit; B=44/110x3,557,4=1422,96;
C=11/110x3,557,4=355,74 .
Perhitunggan Penyimpangan Bahan Baku
Material Yield Varian + Material Mix Variance
+5601,20+(-330)=Rp 5..271,20 (menguntungkan atau favorable)
Catatan : (-) tidak menguntungkan
(+) menguntungkan
Material
(jenis)
Digunakan
quantitas
Standar Quantitas
Digunakan berdasarkan
Aktual Output
Varian
Quantitas
Total
Varian
(Rp)
A 1.870 55/110x3.557,4=1.778,70 -91,30 -9.325,9
B 1.100 44/110x3.557,4=1.422,98 +322,96 +11.303,6
C 440 11/110x3.557,4= 355,74 -84,26 -2.106,5
Jumlah 3.410 3.557,40 +5.271,2
Perhitungan Penyimpangan Bahan Baku
Catatan : (-) tidak menguntungkan
(+) menguntungkan
Keterangan (Rp)
Penyimpangan harga pembelian bahan baku (tm)
Penyimpangan hasil bahan baku (m)
Penyimpangan bauran bahan baku (tm)
3.900,00
5.271,20
330,00
Jumlah penyimpanan bahan baku (m) 1.041,20
SEKIAN & TERIMAKASIH
Selanjutnya Anggaran Tenaga Kerja