anisa albasiroh-fah.pdf
TRANSCRIPT
TERJEMAHAN TAFSIR AL-QURAN AL-KARȊ M KARYA MAHMUD
YUNUS:
KALIMAT MAJEMUK SUBORDINATIF HUBUNGAN
KOMPLEMENTASI DALAM SURAT AL-BAQARAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana (S.S)
Oleh:
ANISA ALBASIROH
1111024000008
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2015 M
i
ABSTRAK
ANISA ALBASIROH
“Terjemahan Al-quran Karya Mahmud Yunus: Kalimat Majemuk Subordinatif
Hubungan Komplementasi dalam surat al-Baqarah” di bawah bimbingan Dr.
Abdullah, M. Ag.
Pokok permasalahan penelitian kali ini yaitu, bahwa tidak jarang kita menemui
sejumlah kesalahan dalam menyepadankan antara konjungsi dalam bahasa Indonesia
ke dalam bahasa Arab termasuk dalam masalah konjungsi kalimat majemuk
subordinatif dalam terjemahan Tafsir Al-quran karya Mahmud Yunus.
Untuk menjawab pertanyaan ini, Peneliti menggunakan metode analisis deskriptif
kualitatif dengan mengumpulkan data-data yang terkait dengan masalah yang akan
diteliti, yaitu berupa teks-teks atau kata-kata, bukan angka-angka. Data didapat oleh
Penulis dari sumber hasil terjemahan surat al-Baqarah. Dalam penelitian ini yang
pertama kali dilakukan oleh Penulis adalah mencari kalimat majemuk subordinatif
yang terdapat dalam terjemahan surat al-Baqarah.
Dalam penelitian ini, Peneliti menemukan 202 data yang meliputi kalimat majemuk
subordinatif hubungan komplementasi dengan tiga kategori yaitu, inna, anna, dan
qâla. Data yang diperoleh dalam kategori inna terdapat 32,7 %, kategori anna
terdapat 12,4%, dan kategori qâla terdapat 55%.
Dalam menafsirkan ayat-ayat Al-quran Mahmud Yunus bersifat ringkas dan
sederhana. Hal ini terlihat dalam penyajian tafsirnya, penafsiran dilakukan pertama
kali dengan memberi arti dari ayat-ayat Al-quran, kemudian harus memberikan
penafsiran global, tanpa mengawali dengan penjelasan arti kata. Dengan tidak
menambahkan catatan-catatan dalam tafsirnya seolah-olah Mahmud Yunus ingin
mengajak pembaca untuk konsentrasi berdialog dengan Tuhan. Tafsir Al-quran in
sistematika penafsirannya sama seperti isi Al-quran dan terjemahan disamping kanan
ayat (setiap ayat) kemudian terjemahannya dibawahnya terdapat penafsiran.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta langit dan
bumi serta segala isinya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta kasih sayang-
Nya kepada Peneliti sehingga Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan
salam Peneliti panjatkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, dan para
sahabatnya semoga kita mendapatkan curahan syafa‟atnya di hari akhir kelak.
Dalam Penelitian skripsi ini Peneliti banyak diberi bantuan serta bimbingan
oleh berbagai pihak. Terima kasih Peneliti ucapkan kepada civitas academica
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Sukron
Kamil, M.Ag., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Moch. Syarif Hidayatullah,
M.Hum., Ketua Jurusan Tarjamah serta Sekretaris Jurusan Tarjamah Rizki
Handayani, MA. Serta jajaran dosen yang telah banyak memberikan ilmu dan
pengalaman. Semoga ilmu dan pengalaman yang Peneliti terima bermanfaat di
kemudian hari.
Ucapan terima kasih dan doa Peneliti tujukan kepada Dr. Abdullah, M.Ag.
yang telah meluangkan waktunya untuk membaca, mengoreksi, dan member saran
yang berguna selama proses penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu
memberikan kebaikan serta keberkahan kepada Bapak dan keluarga. Amin. Kepada
Dr. Akhmad Saehudin, M.ag. dan Drs. Ikhwan Azizi, M.A., selaku dosen penguji
terima kasih telah menilai, mengoreksi, dan membimbing, sehingga penulisan skripsi
ini dapat diselesaikan.
iii
Kepada orangtua, Mamah dan Bapak, terima kasih atas cinta, kasih, serta doa
yang tidak pernah bosan diberikan kepada Peneliti selama ini. Kepada adik-adik
Faisal Albasyir, Nadia Albasyiroh, Fachrial Albasyir dan Alfiatussyifa Albasyiroh
terima kasih atas senyum, pelukan serta keceriaan dan motivasi kepada Peneliti.
Kepada kak Yayan, terima kasih atas bantuan serta dorongan selama proses
penyusunan skripsi ini kepada Peneliti. Kepada Syawaliyah Faisal dan Darti
Nurmaesaroh terima kasih atas bantuan, motivasi, serta keceriaan dan tidak pernah
bosan mendengarkan isi curahan Peneliti. Kepada kawan-kawan Tarjamah 2011 dan
Sahabat KKN Chanvas 2014 terima kasih atas dorongan dan doa kalian kepada
Peneliti.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, sehingga Peneliti
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan dapat bermanfaat untuk
kita semua khususnya bagi yang berkecimpung dalam dunia penerjemahan.
Jakarta, 30 September 2015
Anisa Albasiroh
iv
A. 15
v
PEDOMAN TRANSLITERASI1
vi
Konsonan
No. HURUF
ARAB HURUF
LATIN
No. HURUF
ARAB
HURUF
LATIN
ا .1Tidak
dilambangkan 16.
طth
zh ظ .b 17 ب .2
.t 18 ت .3 ع
„
g غ .ts 19 ث .4
f ف .j 20 ج .5
q ق .h 21 ح .6
k ك .kh 22 خ .7
l ل .d 23 د 8
m م .dz 24 ذ .9
n ى .r 25 ز .10
w و .z 26 ش .11
h هـ .s 27 س .12
` ء .sy 28 ش .13
y ي .sh 29 ص .14
dl ض .15
1 Pedoman Transliterasi ini merujuk pada Pengurus Besar Nahdlatu al-Ulamâ
vii
Vokal
1. Vokal Tunggal
No. TANDA HURUF
LATIN
No. TANDA
HURUF
LATIN
1.
a 3. u
2. i
Contoh:
وزةسب kataba : كتة : sabbuurah
yadzhabu : يرهة mimsahah : هوسحة
2. Vokal Rangkap
NO. TANDA DAN
HURUF NAMA
GABUNGAN
HURUF NAMA
ي .1 fathah dan yâ`
sukun
ai a dan i
و .2 fathah dan wâu
sukun
au a dan u
Contoh:
haula : هول kaifa : كيف
Maddah (Vokal Panjang)
viii
No.
HURUF
DAN
HARAKAT
TANDA No
.
HURUF DAN
HARAKAT TANDA
1. ا
â 3. و û
2. ي
î
Contoh:
jâlasa : جالس
rahîm : زحين
yaqûlu : يقول
Tâ` Marbûthah
Transliterasi untuk tâ` marbûthah adalah:
1. Tâ` )ة( marbûthah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah atau
dammah, transliterasinya adalah “t”.
wihdat al-wujûd = وحدة الوجود
2. Tâ` marbûthah yang mati atau sukun, transliterasinya adalah “h”.
tarîqah = طسيقة
3. Kata yang akhirnya ta marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata
sandang al (ال ), sedangkan penulisan kedua kata itu dipisah, maka
tâ`marbûthah tersebut ditrasliterasikan dengan “h”, seperti pada kata:
ix
al-Madînah al-Munawwarah الودينة الونوزة=
Kata Sandang
Kata sandang (ال ), ditransliterasikan berdasarkan kata yang diikuti oleh kata
sandang tersebut. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditrasliterasikan
sesuai dengan bunyinya, yakni huruf “l” diganti dengan huruf yang sama dengan
huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut, ditulis terpisah dan
dihubungkan tanda sambung. Contoh:
at- Ta‟lîm = التعلين
an- Niŝa = النسآء
Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah, kata sandang ditulis tetap sebagai
“al”, terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung.
Contoh:
al-Badî‟u = البديع
al-Ma‟nâ = الوعنى
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan arti yang
dinyatakan oleh bentuk itu. Bentuk bahasa terdiri dari satuan-satuan, yang di sini
disebut satuan gramatik. Satuan-satuan itu ialah wacana, kalimat, klausa, frase,
kata dan morfem.1
Kalimat merupakan satuan yang langsung digunakan dalam berbahasa,
maka para tata bahasawan tradisional biasanya membuat definisi kalimat dengan
mengaitkan peranan kalimat itu sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan atau
isi yang akan disampaikan. Oleh karena itu, definisi seperti “Kalimat adalah
susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap” merupakan
definisi umum yang biasa kita jumpai. Malah dalam pelajaran bahasa Arab,
definisi kalimat yang berbunyi “Kalimat adalah lafal yang tersusun dari dua buah
kata atau lebih yang mengandung arti, dan disengaja serta berbahasa Arab.2
Yang akan Peneliti bahas dalam penelitian ini yaitu kalimat majemuk.
Kalimat majemuk termasuk bahan sintaksis, di sebut kalimat majemuk karena
terdiri atas lebih dari satu konstituen yang berupa kalimat sendiri.3 Kalau klausa di
dalam sebuah kalimat terdapat lebih dari satu, maka kalimat itu disebut kalimat
majemuk. dalam hal ini berkenaan dengan sifat hubungan klausa-klausa di dalam
1 M. Ramlan. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, (Yogyakarta: CV Karyono, 1983), h. 1
2 Abdul Chaer. Linguistik Umum, (Jakarta, Rineka Cipta, 2003), h. 240
3 J.W.M. Verhaar. Pengantar Linguistik, (Gadjah Mada University Press, 1981), h. 102
2
kalimat itu dibedakan adanya kalimat majemuk koordinatif (kalimat majemuk
setara) dan kalimat majemuk subordinatif (kalimat majemuk bertingkat).4
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang dibangun atas dua
kalimat tunggal. Kedua kalimat tersebut memiliki predikat yang kedudukannya
sejajar (setara) di dalam kalimat. Biasanya kalimat majemuk setara menggunakan
kata hubung: dan, tetapi, atau.5
Contoh:
a. Ani belajar dan Budi membaca Koran.
b. Dia tidak belajar tetapi mengobrol di kelas.
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang dibangun atas
dua kalimat tunggal. Kedua kalimat tunggal tersebut memiliki kedudukan yang
berbeda. Biasanya dibangun atas dua, yaitu anak kalimat dan induk kalimat.
Letak anak kalimat dapat berada setelah induk kalimat atau boleh juga
mendahului induk kalimat.6
Contoh:
1. Anak kalimat berada setelah induk kalimat
a. Ia sudah duduk di rumah ketika saya kembali dari kampus.
2. Anak kalimat mendahului induk kalimat
b. Ketika saya kembali dari kampus, Ali sudah menunggu di depan
rumah saya.
4 Moch. Syarif Hidayatullah. Cakrawala Linguistik Arab, (Tangerang Selatan: Alkitabah,
2012), h. 98
5 Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2013), h. 74-75 6 Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2013), h. 75
3
Kalimat majemuk setara atau sering disebut kalimat luas setara adalah
kalimat yang terdiri atas dua atau lebih klausa bebas. Dalam bahasa Arab, kalimat
ini disebut sebagai kalam murakkab.7
Contoh:
هره دزاجت كبيسة و تلك دزاجت صغيسة
Contoh tersebut merupakan klausa bebas, klausa berdiri sendiri dan tidak
menjadi bagian dari klausa lainnya. Klausa pada kalimat tersebut dihubungkan
oleh penghubung setara, yaitu و.
Kalimat majemuk bersusun sering disebut juga kalimat majemuk
bertingkat atau kalimat luas tidak setara. Kalimat majemuk bersusun adalah
kalimat yang minimal terdiri atas satu klausa bebas atau klausa terikat. Dalam
bahasa Arab, jenis kalimat ini bisa disebut dengan istilah kalam tarkibiy.8
Contoh:
عندما أسمع آذان الجمعت أذهب إلى المسجد
Kalimat di atas terdiri atas dua klausa yang tidak setara, karena salah
satunya berupa klausa terikat. Dengan kata lain kedua klausa pada kalimat itu
bertingkat. Kalimat terdiri atas klausa bebas هب إلى المسجدأذ dan klausa terikat
ان الجمعتآذعندما أسمع .
Dalam penelitian ini, Peneliti akan mengkaji salah satu hubungan semantis
dalam kalimat majemuk subordinatif. Salah satu diantaranya adalah hubungan
semantis komplementasi. Dalam hubungan komplementasi, klausa subordinatif
melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa utama oleh nomina subjek,
7 Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab, (Malang, Misykat, 2004), h. 103
8 Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab, (Malang, Misykat, 2004), h. 103
4
baik dinyatakan maupun tidak. Jenis kalimat majemuk subordinatif hubungan
kompelementasi ini dihubungkan dengan konjungsi „bahwa‟. Contoh:
Peneliti perlu menekankan di sini bahwa isi bukunya belumlah sempurna.
Adapun dalam bahasa Arab, kalimat majemuk subordinatif hubungan
komplementasi biasa dihubungkan dengan partikel inna/ atau/ إ أ /anna/.
) اىجقشح: ۷۷ ( ؼي ب ب غش ؼي اهلل أ ؼي ال أ
Tidakkah mereka itu tahu, bahwa Allah mengetahui apa-apa yang mereka
rahasiakan dan apa-apa yang mereka lahirkan
Namun, tidak semua partikel bisa menempati sebagai konjungsi إ
hubungan komplementasi. Ia baru bisa dijadikan sebagai konjungsi
komplementasi selama ia mengapit dua klausa yang terdapat dalam kalimat
majemuk. Kalau tidak, maka partikel tidak bisa dikategorikan sebagai إ
konjungsi hubungan komplementasi dalam kalimat majemuk subordinatif.
Beranjak dari masalah di atas, Peneliti merasa perlu mengangkat kajian
kalimat majemuk subordinatif sebagai analisis dalam penelitian kali ini. Alasan
Peneliti menggunakan terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud
Yunus, karena di dalam Tafsir tersebut ayat-ayat yang mengandung kalimat
majemuk subordinatif hubungan subordinatif sangat bervariatif untuk diteliti.
Oleh karena, dalam penelitian ini, Peneliti akan memberi judul: “Terjemahan
Tafsir Al-quran al-Karîm Karya Mahmud Yunus: Kalimat Majemuk Subordinatif
Hubungan Komplementasi dalam Surat al-Baqarah.”
5
B. Pembatasan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Peneliti memfokuskan diri pada
kalimat majemuk subordinatif dalam surat al-Baqarah terjemahan Tafsir Al-quran
al-Karim karya Mahmud Yunus. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian ini
adalah:
1. Konjungsi apa saja yang digunakan dalam kalimat majemuk subordinatif
hubungan komplementasi dalam Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud
Yunus?
2. Bagaimana kualitas penerjemahan kalimat majemuk subordinatif
hubungan komlemantasi dalam Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud
Yunus?
C. Tinjauan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui konjungsi kalimat majemuk subordinatif dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Arab dalam Tafsir Al-quran al-Karim karya
Mahmud Yunus;
2. Mengetahui kualitas penerjemahan kalimat majemuk subordinatif
hubungan komplementasi dalam Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud
Yunus.
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini menganalisis tentang kalimat majemuk subordinatif dengan
mengambil korpus dalam surat al-Baqarah terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim
karya Mahmud Yunus.
6
Sejauh yang peneliti temukan dalam menyusun proposal skripsi ini di
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah peneliti tidak menemukan
penelitian kalimat majemuk subordinatif terhadap terjemahan surat al-Baqarah.
Yang peneliti temukan adalah penelitian dengan judul skripsi “Kalimat Majemuk
Subordinatif Hubungan Kompelementasi Dalam Surat Al-Anfal” yang diteliti oleh
Ahmad Anis pada tahun 2006.
Penelitian terdahulu pada umumnya menganalisis jenis kalimat majemuk
subordinatif yang berbeda dengan peneliti dan menjadikan penerjemahan surat al-
Anfal sebagai korpus penelitian sedangkan peneliti menjadikan surat al-Baqarah
sebagai korpus. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya yaitu peneliti
menggunakan terjemahan Al-quran karya Mahmud Yunus sedangkan penelitian
terdahulu menggunakan terjemahan Al-quran Departemen Agama.
E. Metodologi Penelitian
1. Sumber Data
Dalam penelitian ini, Peneliti merujuk pada sumber-sumber primer dan
sekunder. Sumber primer dalam penelitian ini yaitu pada terjemahan Tafsir Al-
quran al-Karim karya Mahmud Yunus. Sedangkan sumber sekunder pada
penelitian ini berupa buku sintaksis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab.
Dalam penelitian ini yang pertama kali dilakukan oleh Peneliti adalah mencari
kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi yang terdapat dalam
terjemahan surat al-Baqarah pada tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud
Yunus.
7
2. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan metode analisis deskriptif
kualitatif dengan mengumpulkan data-data yang terkait dengan masalah yang
akan diteliti, yaitu berupa teks-teks atau kata-kata, bukan angka-angka.9 Dengan
teks terjemahan sebagai objek, yaitu terjemahan Tafsir Al-quran pada surat al-
Baqarah karya Mahmud Yunus.
Adapun dalam Penelitian skripsi ini, Peneliti mengacu pada buku
“Pedoman Penelitian Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang
diterbitkan oleh Center for Quality Development and Assurance (UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Press 2007).
F. Sistematika Penelitian
Agar Penelitian lebih terarah dan sistematis, maka langkah yang Peneliti
lakukan adalah sebagai berikut:
BAB I pendahuluan. Bagian pendahuluan ini berisi satu bab tersendiri
yang terdiri dari beberapa sub-sub, antara lain: Latar Belakang Masalah,
kemudian selanjutnya berisi tentang Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penelitian.
BAB II kerangka teori. Bagian kerangka teori ini akan menguraikan jenis-
jenis kalimat menurut (a) subjek dan predikat (jumlah klausa), (b) fungsi
sintaksisnya, dan (c) susunan fungsi sintaksisnya; kalimat majemuk koordinatif
dan subordinatif ciri-ciri serta jenis masing-masing ditinjau dari antarklausa;
mengulas kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi ditinjau dari
9 Mahsun, Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2013) , h. 72
8
sudut bahasa Indonesia dan bahasa Arab; serta penegasan terhadap teori yang
digunakan dalam skripsi.
BAB III Tafsir Al-quran karya Mahmud Yunus. Dalam bab ini akan berisi
mengenai sekilas biografi Prof. Dr. H. Mahmud Yunus serta deskripsi Tafsir Al-
quran terjemahan.
BAB IV merupakan pokok penelitian yang akan menganalisis dengan
didahului temuan serta diikuti analisis kalimat majemuk subordinatif hubungan
komplementasi dalam terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim pada surat al-
Baqarah.
BAB V penutup. Pada bagian ini, ada hal yang perlu dikemukakan yaitu
kesimpulan.
9
BAB II
KERANGKA TEORI
A. JENIS-JENIS KALIMAT DAN PENGERTIANNYA
Berdasarkan fungsi sintaksis, kalimat dapat diklasifikasikan ke dalam
beberapa jenis, yaitu (1) berdasarkan jumlah subjek dan predikatnya (jumlah
klausanya), kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat tunggal dan kalimat
majemuk; (2) berdasarkan kelengkapan fungsi sintaksisnya, kalimat
diklasifikasikan menjadi kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap; (3)
berdasarkan susunan fungsi sintaksisnya, kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat
biasa, kalimat inverse dan kalimat permutasi.10
1. Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Subjek (Jumlah Klausanya)
Kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat tunggal dan kalimat
majemuk.
a) Kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa,
kalimat ini hanya mempunyai satu subjek dan satu predikat.Perhatikan
contoh berikut dan bandingkan kalimat (1) dan (2).
(1) Separuh pesisir Pulau Bangka rusak karena aktivitas kapal pasir timah.
S P K
(2) Pabrik Es Saripetejo bisa menjadi industri bersejarah karena
S P Pel
10
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan. Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 164-165
10
bangunannya menjadi penanda kawasan industridi Solo pada awal abad
S P Pel (Ket)
ke-20.
Kalimat (1) merupakan kalimat tunggal hanya karena memiliki
satu subjek dan satu redikat(satu klausa), sedangkan kalimat (2)
merupakan kalimat majemuk karena memiliki dua subjek dan dua predikat
(dua klausa).
2. Jenis Kalimat Berdasarkan Kelengkapan Fungsi Sintaksisnya
Kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat lengkap dan kalimat tidak
lengkap.:
a) Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung klausa lengkap, terdiri
atas unsur S dan P, bahkan unsur O, Pel dan K jika predikat menghendaki
kehadirannya. Kalimat ini disebut kalimat mayor atau kalimat berklausa.
b) Kalimat tak lengkap adalah kalimat yang terdiri atas klausa tak lengkap,
yaitu terdiri dari S saja, P saja, O saja, atau Ket saja. Yang termasuk ke
dalam jenis kalimat tak lengkap adalah kalimat elips, kalimat sampingan,
kalimat urutan, dan kalimat minor.
Kalimat elips adalah kalimat tak lengkap yang terjadi karena pelesapan
beberapa bagian dari klausa dan diturunkan dari kalimat tunggal.11
Contoh:
(3) Menonton hewan di layar kaca
Kalimat sampingan adalah kalimat tak lengkap yang terjadi dari
klausatak lengkap dan diturunkan dari kalimat majemuk bertingkat.
Contoh:
11
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 167
11
(4) Karena sangat sepi
Kalimat urutan adalah kalimat berklausa lengkap, namun
mengandung konjungsi yang menunjukkan bahwa kalimat itu merupakan
bagian dari kalimat. Contoh:
(5) Setelah itu, tak ada lagi berita tentang demonstrasi.
Kalimat minor adalah kalimat tak lengkap yang memiliki intonasi
final.Jenis kalimat ini ada yang berstruktur klausa dan ada yang tidak.
Yang termasuk kalimat minor panggilan, salam, ucapan, seruan, judul,
moto, inskripsi, dan ungkapan khusus (larangan, peringatan, permintaan,
anjuran, harapan, perintah, dan pernyataan).
3. Jenis Kalimat yang Berdasarkan Susunan Fungsi Sintaksisnya
Kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat biasa, kalimat inverse dan
kalimat permutasi.
1) Kalimat biasa adalah kalimat yang tersusun sesuai dengan pola dasar
kalimat bahasa Indonesia, yaitu S-P-(O)- (Pel)-(K) atau S mendahului P.
2) Kalimat inversi adalah kalimat yang mengharuskan predikat mendahului
subjek (berpola P-S). kalimat ini mensyaratkan subjek tak definit
(contoh1).12
Jika S pada kalimat tersebut diubah menjadi S definit, kalimat itu menjadi
tidak berterima (contoh 2). Contoh:
(6) Ada masalah dalam tubuh partai.
P S
(7) Ada masalah tersebut dalam tubuh partai.
P S definit
12
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 169
12
Biasanya, pola S-P menjadi berterima jika subjeknya diubah menjadi
definit, tetapi maknanya tentu sudah berbeda. Contoh:
(8) Masalah tersebut ada dalam tubuh partai.
S P
3) Kalimat permutasi adalah kalimat yang berpola terbalik, yaitu P-S, atau P-
O-S. Berbeda dengan inverse, permutasi tidak mengharuskan urutan P-S,
tetapi hanyalah merupakan salah satu gaya yang dapat dipilih dari urutan
yang baku. Biasanya, permutasi dilakukan karena ada unsur kalimat yang
ingin difokuskan maknanya.13
Contoh:
(9) Tak perlu datang dia → Dia tak perlu datang
P S S P
B. KALIMAT MAJEMUK KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF SERTA
JENISNYA MASING-MASING
1. Kalimat Majemuk Koordinatif
Kalimat majemuk koordinatif (setara) adalah kalimat majemuk
yang dibangun atas dua kalimat tunggal.14
Bila hubungan antara kedua
pola kalimat itu sederajat maka terdapatlah kalimat majemuk yang
setara.15
Kalimat majemuk koordinatif adalah kalimat majemuk yang
klausa-klausanya memiliki status yang sama, yang setara, atau yang
sederajat. Klausa-klausa dalam kalimat majemuk koodinatif secara
eksplisit dihubungkan dengan konjungsi koordinatif, seperti dan, atau,
tetapi, dan lalu: namun, tak jarang hubungan itu hanya secara implisit,
13
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 170 14
Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2013), h. 74 15
Gorys Keraf. Tatabahasa Indonesia, (Jakarta: Nusa Indah, 1984), h. 168
13
artinya tanpa menggunakan konjungsi.16
Berikut ini beberapa contoh
kalimat majemuk koordinatif:
(10) Nenek melirik, kakek tersenyum, dan adik tertawa-tawa.
(11) Dia membuka pintu, lalu menyilakan kami masuk.
(12) Beliau membuka pintu itu, tetapi membiarkan kami berdiri di luar.
(13) Dia datang dan duduk di sebelah saya.
Apabila ada unsur klausa yang sama, maka biasanya unsur yang
sama itu disenyawakan atau dirapatkan. Misalnya, pada kalimat (13),
unsur subjek pada klausa kedua tidak ditampilkan lagi karena sama
dengan subjek pada klausa pertama. Dalam buku tata bahasa tradisional
konstruksi kalimat seperti (13) itu disebut kalimat majemuk rapatan.17
2. Kalimat Majemuk Subordinatif
Kalimat majemuk bertingkat (subordinatif) adalah kalimat
majemuk yang dibangun atas dua kalimat tunggal. Kedua kalimat
tunggal tersebut memiliki kedudukan yan berbeda. Biasanya dibangun
atas dua, yaitu anak kalimat dan induk kalimat.18
Kalimat majemuk
subordinatif adalah kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-
klausanya tidak setara atau sederajat. Klausa yang satu merupakan
klausa atasan, dan klausa yang lain merupakan klausa bawahan.19
(14) Nenek membaca komik ketika kakek tidak ada di rumah.
Klausa utama Klausa bawahan
16
Abdul Chaer. Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 244 17
Abdul Chaer. Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 244 18
Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2013), h. 75 19
Abdul Chaer. Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 244-245
14
Sedangkan, sebuah unsur dari kalimat sumber (kalimat tunggal)
dibentuk menjadi sebuah kalimat, dan kalau kalimat bentukan ini
digabungkan dengan sisa kalimat sumbernya, maka akan terbentuklah
kalimat majemuk bertingkat.20
C) CIRI–CIRI SINTAKSIS DAN SEMANTIS HUBUNGAN
KOORDINASI DAN SUBORDINASI
1. Ciri-Ciri Sintaksis Hubungan Koordinasi dan Subordinasi
Koordinasi menghubungkan dua klausa atau lebih yang setara, sedangkan
subordinasi menghubungkan dua klausa yang salah satu diantaranya
merupakan bagian dari klausa yang lain. Bagian kalimat yang dihubungkan
oleh konjungsi (baik koordinatif maupun subordinatif) itu sendiri dapat
berbentuk kalimat majemuk. Contoh:
(15) Ada wanita yang menumbuk padi, tetapi ada juga wanita yang membuat
tepung dan suami mereka membicarakan sepak bola.
(16) Ketua partai itu tetap menyatakan kebanggaannya karena ternyata
partainya masih dapat meraih hamper empat belas juta suara pemilih
setelah suara itu dihitung ulang.
(17) Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin
lagi.
20 Ida Bagus Putrayasa. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran), (Bandung: PT
Refika Aditama, 2007), h. 59
15
Pada umumnya posisi klausa yang diawali oleh koordinator dan, atau, dan tetapi
tidak dapat diubah tanpa menghasilkan kalimat yang tidak berterima. Sebaliknya,
posisi klausa yang diawali subordinator dapat berubah.21
Contoh:
(18) Dalam pengungsian itu saya sering melihat orang ditembak musuh
dan mayatnyadibuang begitu saja.
(19) Saudara harus meminjam uang dari bank atau menjual rumah
Saudara.
Klausa yang diawali oleh koordinator dan, tetapi, dan atau akan menghasilkan
kalimat yang tidak berterima jika klausa itu ditempatkan pada awal kalimat.
Contoh:
(20) Atau menjual rumah untuk memperoleh uang tunai, Saudara harus
meminjam uang dari bank.
(21) Dan mayatnya begitu saja, dalam pengungsian itu saya sering melihat
orang ditembak musuh.
Lain halnya dengan klausa yang diawali oleh subordinator seperti selama,
walaupun, dan sebelum.Pemindahan klausa subordinatif itu pada awal kalimat
menghasilkan kalimat yang baik. Contoh:
(22) Selama hayat dikandung badan, para pejuang itu pantang menyerah.
(23) Walaupun perusahaannya mengalami kerugian, pengusaha itu harus
membayar pajak.
(24) Sebelum atasan kita mengambil putusan, kita jangan bertindak.
Urutan yang tetap yang telah dibicarakan di atas berhubungan erat dengan
pronominalisasi. Acuan kataforis (pronomina yang mendahului nomina yang
21
Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1988), h. 311-
313
16
diacunya) tidak diperolehkan dalam hubungan subordinasi, tetapi tidak
diperbolehkan dalam hubungan koordinasi. Perhatikan contoh yang berikut
(dengan pronominal dia yang mendahului Hasan).
(25) Dia suka lagu keroncong, tetapi Hasan tidak mau membeli kaset itu.
Dalam kalimat tersebut, kedua kata itu tidak mengacu kepada orang
yang sama.
(26) Walaupun dia menyukai lagu keroncong, Hasan tidak mau membeli
kaset. Dalam kalimat ini kedua kata dapat, walaupun tidak harus,
mengacu kepada orang yang sama.
Sebuah koordinator tidak dapat didahului oleh koordinator lain, tetapi dapat
diikuti oleh kata yang memerincikan jenis hubungan antara kedua klausa yang
dihubungkan itu.
(27) Sidang mempertimbangkan usul salah seorang peserta dan kemudian
menerimanya dengan surat bulat.
(28) Terdakwa itu tidak menunjukkan penyesalannya dan malah
mengancam hakim yang memimpin sidang.
Penggunaan kemudian pada kalimat (24) adalah untuk lebih memperjelas
gabungan klausa yang menunjukkan urutan waktu, dan penggunaan malah dalam
kalimat (25) adalah untuk lebih menekankan gabungan klausa yang menunjukkan
penguatan atau penegasan.22
22
Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1988), h. 314
17
2. Ciri-Ciri Semantis Hubungan Koordinasi dan Subordinasi
Dalam hubungan subordinasi, klausa yang mengikuti subordinator memuat
informasi atau pernyataan yang dianggap sekunder oleh pemakai bahasa,
sedangkan klausa yang lain memuat pesan utama kalimat tersebut. Klausa yang
dihubungkan oleh koordinator tidak menyatakan perbedaan tingkat pesan yang
dikandung oleh kedua klausa tersebut.Perbedaan semantis itu sejajar dengan
perbedaan sintaksis.23
(29) Orang tua itu putus asa dan bunuh diri.
(30) Pemuda iu bekerja keras dan berhasil.
(31) Orang tua itu bunuh diri karena dia putus asa.
(32) Pemuda itu berhasil karena dia bekerja keras.
Kalimat (26) dan (27) terdiri atas dua klausa yang dihubungkan oleh
koordinator, sedangkan kalimat (28) dan (29) terdiri atas dua klausa yang
dihubungkan oleh subordinator. Kedua kalimat itu mempunyai pesan yang kurang
lebih sama, yaitu hubungan sebab akibat. Perbedaannya terdapat pada
pengutamaan pesan yang dikandung oleh setiap klausa.
Ciri semantis kedua adalah bahwa kalimat sematan yang dihubungkan oleh
subordinator umunya dapat diganti dengan kata atau frasa tertentu sesuai dengan
makna kalimat sematan itu.Jika kalimat sematan itu menyatakan waktu, maka kata
atau frasa yang mengacu ke waktu dapat dipakai sebagai pengganti.24
(33) Kami harus pergi sebelum sebelum dia datang.
(34) Kami harus pergi pukul lima.
23
Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1988), h. 314-
315 24
Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1988), h.315
18
D. HUBUNGAN SEMANTIK ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT
MAJEMUK KOORDINATIF
1. Penjumlahan
Yang dimaksud hubungan penjumlahan adalah hubungan yang
menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa,
atau proses.Hubungan ini ditandai oleh konjungsi dan, serta, baik…
maupun, lalu, kemudian, padahal, sedangkan.Kadang-kadang konjungsi
bersifat manasuka, yakni boleh dipakai atau tidak. Hubungan
penjumlahan dapat menyatakan (a) sebab-akibat, (b) urutan waktu, (c)
pertentangan, dan (d) perluasan.25
a. Penjumlahan yang Menyatakan Sebab Akibat
Terjadi apabila klausa kedua merupakan akibat dari klausa pertama.
(35) Tsunami telah melanda Jepang dan semua fasilitas publik
rusak berantakan.
(36) Sudah sebulan kami mengarungi laut dan kami amat
merindukan daratan yang sejuk serta kehidupan normal.
b. Penjumlahan yang Menyatakan Urutan Waktu
Terjadi apabila klausa kedua merupakan urutan dari peristiwa
yang terjadi pada klausa pertama. Koordinator yang dipakai antara
laindan, kemudian, dan lalu.
(37) Dia mengambil uang receh dan memberikannya pada
pengemis itu.
25
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 208
19
(38) Yusuf Kalla meresmikan masjid itu lalu berdialog bersama
masyarakat sekitar.
c. Penjumlahan yang Menyatakan Pertentangan
Terjadi apabila klausa kedua menyatakan sesuatu yang
bertentangan dengan apayang dinyatakan dalam klausa pertama.
(39) Kedua anak itu asyik bercanda, sedangkan gurunya sedang
menerangkan pelajaran serius.
(40) Para undangan seminar mulai berdatangan, padahal kami
belum siap.26
d. Penjumlahan yang Menyatakan Perluasan
Terjadi apabila klausa kedua memberikan informasi atau
penjelasan tambahan untuk melengkapi pernyataan pada klausa
pertama.Konjungsi yang digunakan adalah dan, serta, dan baik…
maupun.
(41) Dia tetap dermawan baik saat sempit maupun saat lapang.
(42) Singapura menjadi destinasi utama bagi warga Indonesia,
baik yang ingin berelaksasi maupun sekadar mencari
penyegaran.
2. Keadaan Simultantif
Hubungan ini terdapat dalam kalimat majemuk setara yang
masing-masing klausanya menunjukkan suatu keadaan yang tidak saling
berhubungan secara temporer.
26
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 209
20
Kim terkena cacar dan pada saat yang sama Leslie terkena
campak.
3. Perlawanan
Yang dimaksud dengan hubungan perlawanan adalah hubungan
yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam klausa pertama
berlawanan, atau tidak sama dengan apa yang dinyatakan dalam klausa
kedua. Hubungan itu ditandai dengan koordinator tetapi, melainkan, dan
namun.Hubungan perlawan itu dapat dibedakan atas hubungan yang
menyatakan (a) penguatan, (b) implikasi, dan (c) perluasan.27
a. Hubungan Penguatan
Terjadi apabila klausa kedua memuat informasi yang
menguatkan dan menandaskan informasi yang dinyatakan dalam
klausa pertama.Dalam klausa pertama biasanya terdapat tidak/bukan
saja ataupun tidak/bukan hanya, tidak/bukan sekadar dan pada
klausa kedua terdapat tetapi/ melainkan juga.
(43) Singapura bukan hanya menjadi tempat berbelanja, tetapi
juga tempat berinvestasi.
(44) Indonesia tidak hanya mampu menjadi penonton pada piala
dunia, tetapi juga mampu belaga di arena bergengsi tersebut.
b. Perlawanan Implikasi
Terajdi apabila klausa kedua menyatakan sesuatu yang
merupakan perlawanan terhadap implikasi klausa pertama.Konjungsi
yang umum digunakan adalah tetapi.
27
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 209
21
(45) Indonesia merupakan Negara agraris, tetapi kita masih saja
mengimpor beras.
c. Perlawanan Perluasan
Terjadi apabila klausa kedua merupakan informasi tambahan
untuk melengkapi apa yang dinyatakan klausa, dan kadang-kadang
justru memperlemahnya.28
(46) Ujian Nasional tetap diadakan, tetapi ujian sekolah juga harus
dipertimbangkan sebagai syarat kelulusan.
4. Pemilihan
Yang dimaksud dengan hubungan pemilihan ialah hubungan
yang mengandung pilihan di antara dua kemungkinan atau lebih yang
dinyatakan oleh klausa-klausa yang dihubungkan.Konjungsi yang
dipakai untuk menyatakan hubungan pemilihan adalah atau.
(47) Demonstrasi mahasiswa saat ini menentramkan rakyat atau
meresahkan rakyat?
5. Hubungan Fase (Tahapan Kegiatan)
Hubungan ini bersifat penahapan, yakni menggambarkan suatu
peristiwa, dimulai dari permulaan, keberlanjutan, dan keberakhirannya.
Biasanya, hubungan ini menghadirkan minimal tiga klausa: klausa
pertama menggambarka permulaan, klausa kedua keberlanjutan, dan
klausa ketiga keberakhiran. Artinya, dapat menggunakan konjungsi
setara (dan, lalu, kemudian) atau konjungsi waktu berurutan (setelah,
sebelum, dan sebagainya).
28
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 210
22
(48) Sebelum berjalan, bayi itu tengkurap dan merangkak terlebih
dahulu.29
E. HUBUANGAN SEMANTIK ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT
MAJEMUK SUBORDINATIF
1. Hubungan Kausatif
Kausatif adalah suatu tindakan yang menyebabkan terjadinya
suatu peristiwa yang lain. Hubungan ini terdapat dalam kalimat
majemuk yang klausa bawahan menyatakan hasil atau akibat dari
tidakan yang terdapat dalam klausa utama.Hubungan ini biasanya
dinyatakan dengan sehingga, sampai-(sampai), dan maka.
(49) Dia menjamu kami dengan baik maka kami pun berterima
kasih padanya.
2. Hubungan Alasan
Hubungan alas an terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa
bawahannya menyatakan sebab atau alas an terjadinya apa yang
dinyatakan dalam klausa utama. Konjungsi yang biasa digunakan adalah
sebab, karena, akibat, oleh karena.
(50) Anak itu menangis karena lapar.
3. Hubungan Syarat
Hubungan syarat terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa
bawahannya menyatakan syarat terlaksananya apa yang disebut dalam
29
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 212
23
klausa utama.30
Hubungan ini juga berkaitan dengan konsekuensi yang
harus diambil dari kondisi-kondisi tertentu. Biasanya konjungsi yang
digunakan adalah jika(lau), kalau, asal(kan), apabila, bilamana.
(51) Jika hujan turun, kita tidak jadi berpergian.
4. Hubungan Pengandaian
Hubungan pengandaian terdapat dalam kalimat majemuk yang
klausa bawahannya menyatakan andaian terlaksananya apa yang
dinyatakan dalam klausa utama.
(52) Seandainya aku Gayus Tambunan, tentu aku sudah kaya raya.
5. Hubungan Konsesif
Hubungan konsesif terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa
bawahannya mengandung pernyataan yang tidak mengubah apa yang
dinyatakan dalam klausa utama. Konjungsi yang digunakan adalah
walau(pun), sekali(pun), kendati(pun), bagaimanapun, betapapun, ke
mana pun, dan apapun.
(53) Bill tetap bekerja walaupun hujan salju semakin lebat.
6. Hubungan Cara
Hubungan cara terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa
bawahannya menyatakan cara pelaksanaan tindakan dalam klausa
utama.Konjungsi yang digunakan dalam hubungan ini adalah dengan,
tanpa.
(54) Bill memasuki ruangan dengan melompat.
30
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h.197-198
24
7. Hubungan Gerakan
Hubungan gerakan terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa
bawahannya menyatakan suatu gerakan yang menyertai klausa
utama.Konjungsi yang digunakan dalam hubungan ini adalah sambil,
seraya, sembari.
(55) Sambil berbicara, ia naik ke atas panggung.
8. Hubungan Posisi
Hubungan posisi terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa
bawahannya menyatakan suatu cara bersikap saat melakukan tindakan
yang terdapat dalam klausa utama. Biasanya, hubungan ini dinyatakan
dengan dalam keadaan.
(56) Dana membaca korandalam keadaan berdiri.
9. Hubungan Alat
Hubungan alat terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa
bawahannya menyatakan alat yang digunakan untuk melakukan
tindakan pada klausa utama.Konjungsi yang digunakan adalah dengan,
tanpa.
(57) Sam memotong kue dengan menggunakan pisau roti.
10. Hubungan Tindakan Psikis (Psych-action)
Hubungan tindakan psikis ini terjadi dalam kalimat majemuk
yang klausa bawahannya terjadi akibat aktivitas psikis mental yang
terdapat pada klausa utama.31
(58) Sally lupa membuka jendela.
31
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 200-201
25
11. Hubungan Tujuan
Hubungan tujuan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa
bawahannya menyatakan suatu tujuan atau harapan dari apa yang
disebut dalam klausa utama. Konjungsi yang digunakan adalah agar,
supaya, untuk, biar, demi.
(59) Dari dulu hingga sekarang, mahasiswa bergerak demi
membela kepentingan rakyat.
12. Jussive: Hubungan Ekspresi Perintah, Permintaan, dan Tuntutan
Hubungan yang berupa ekspresi perintah, permintaan, atau
tuntutan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya
merupakan suatu perintah atau suruhan sebagaimana yang disebutkan
dalam klausa utama.Biasanya, verba pada klausa utama menggunakan
kata-kata yang mengacu pada perintah, seperti meminta, menyuruh, dan
sebagainya.Verba ini bisa diikuti oleh konjungsi untuk, bisa juga tidak.
(60) DPR meminta pemerintah melakukan terobosan perbaikan
pengelolaan BBM bersubsidi.
13. Persepsi Langsung
Hubungan persepsi langsung terdapat dalam kalimat majemuk
yang klausa utamanya merupakan tindakan pengindraan langsung yang
dialami oleh subjek, tanpa diperantarai oleh tindakan lain.32
Tentu saja
verba yang terdapat dalam hubungan ini adalah verba yang berhubungan
dengan indra, seperti melihat, mendengar , dan sebagainya.
(61) Saya mendengar harga BBM bulan ini akan naik.
32
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 200-201
26
14. Persepsi Tak Langsung
Hubungan persepsi tak langsung merupakan kebalikan dari
persepsi langsung.Hubungan persepsi tak langsung ini terdapat dalam
kalimat majemuk yang klausa utamanya merupakan tindakan
pengindraan yang dialami langsung oleh subjek, tetapi diperantarai oleh
tindakan lain, biasanya, pola kalimat ini dihubungkan dengan konjungsi
bahwa, kalau.
(62) Saya mendengar bahwa harga BBM bulan ini akan naik.
Kalimat ini mengandung interpretasi bahwa berita tentang naiknya
BBM tidak didengar langsung dari sumber primer, melainkan
didengar dari orang lain.
15. Penyikapan Awal
Hubungan penyikapan awal terdapat dalam kalimat majemuk
yang klausa bawahannya merupakan hasil ekspresi subjek (pada klausa
utama) dalam menyikapi suatu keputusan atau pendapat tentang suatu
peristiwa tersebut.33
(63) Saya yakin mereka mampu menyelesaikan masalah itu
dengan baik.
16. Kognitif: Ekspresi Pengetahuan dan Aktivitas Mental
Hubungan ini terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa
bawahannya menggambarkan suatu ekspresi kognitif atau ekspresi
pengetahuan yang ada dalam klausa utama. Biasanya, verba dalam
klausa utama merupakan tindakan yang berhubungan dengan kognisi
33
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 204 33
27
manusia, seperti mengetahui, berpikir, dan sebagainya.Hubungan ini
bisa diikuti oleh bahwa atau kalau, dan bisa juga tidak.
(64) George berpikir Madelein mungkin menol/ak untuk pergi
bersamanya.
17. Dikursus Langsung
Hubungan diskursus langsung terdapat dalam kalimat majemuk
yang klausa bawahannya merupakan kutipan langsung dari suatu
kejadian, ucapan, pernyataan.Biasanya, hubungan ini ditandai oleh
penggunaan tanda petik (“).
(65) “Harga BBM harus naik pada tahun 2012”, ujar Gubernur
Bank Indonesia, Darmin Nasution.
18. Diskursus Tidak Langsung
Hubungan diskursus tidak langsung terdapat dalam kalimat
majemuk yang klausa bawahannya merupakan suatu pernyataan yang
direkam atau yang dilaporkan.Biasanya, hubungan ini menggunakan
konjungsi bahwa.
(66) Frank berkata bahwa temannya adalah seorang koruptor.
19. Pembandingan
Hubungan pembandingan terdapat dalam kalimat majemuk yang
klausa bawahannya menyatakan pembandingan, kemiripan, atau
preferensi antara apa yang dinyatakan pada klausa utama dengan yang
dinyatakan pada klausa bawahan itu.34
Konjungsi yang biasa digunakan
34
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 201-202
28
adalah seperti, bagaikan, laksana, ibarat, sebagaimana, dari pada, dan
alih-alih.
(67) Sayangilah saudaramu sebagaimana kamu menyayangi
dirimi sendiri.
20. Perbandingan
Hubungan pembandingan adalah hubungan yang menunjukkan
bahwa apa yang dinyatakano oleh klausa utama melebihi atau sama
tarafnya dengan apa yang dinyatakan oleh klausa bawahan. Hubungan
perbandingan yang klausa intinya melebihi dengan apa yang dinyatakan
oleh klausa bawahan disebut hubungan komparatif. Hubungan ini
menggunakan konjungsi lebih/kurang… dari(pada).
(68) Daripada engkau menghamburkan harta, lebih baik kau
sumbangkan saja ke panti asuhan.
Hubungan perbandingan yang bertaraf sama disebut hubungan
ekuatif, biasanya menggunakan konjungsi sama…dengan atau bentuk
se-.
(69) Perilaku anak itu sama persis dengan perilaku orangtuanya.
21. Komplementasi
Hubungan komplementasia adalah hubungan yang melengkapi
verba atau nomina yang terdapat pada klausa utama. Biasanya hubungan
ini ditandai oleh konjungsi bahwa, kalau, alangkah.35
(70) Berita bahwa Nazarudin telah ditangkap oleh KPK sudah
tersebar kemana-mana.
35
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 204
29
22. Optatif (Harapan)
Klausa utama kalimat majemuk yang berisikan hubungan optatif
menyatakan harapan agar apa yangada pada klausa bawahan dapat
terjadi. Konjungsi yang digunakan adalah agar, semoga, moga-moga,
mudah-mudahan.
(71) Kita berharap semoga pelaksanaan UN tahun 2012 nanti
tidak diwarnai lagi oleh berbagai bentuk kecurangan.
23. Atribut
Hubungan atribut ditandai oleh konjungsi yang pada klausa
bawahan.Konjungsi ini ada bersifat atribut restriktif jika mewatasi
makna nomina yang diterangkannya (contoh kalimat 1), dan bersifat
atribut tak ter restriktif jika tidak mewatasi nomina sebelumnya, tetapi
hanya sekadar merupakan tambahan informasi bagi nomina tersebut
(contoh kalimat 2).
(72) Anaknya yang tinggal di Jakarta meninggal kemarin.
(73) Anaknya, yang tinggal di Jakarta, meninggal kemarin.
24. Perkecualian
Hubungan perkecualian terjadi apabila klausa bawahan
menyatakan suatu perkecualian, maksudnya menyatakan sesuatuyang
dikecualikan dari apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Konjungsi
yang digunakan untuk menandai hubungan makna ini adalah kecuali,
selain.36
(74) Dilarang masuk selain yang berkepentingan.
36
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 204
30
25. Keadaan Ruang
Hubungan ini terdapat pada kalimat yang klausa bawahannya
menggambarkan keadaan ruang klausa utama.
(75) Dia tidur di dalam ruangan ber-AC.
26. Waktu
Hubungan waktu ditunjukkan oleh klausa bawahan yang
menyatakan waktu terjadinya suatu peristiwa atau keadaan yang
disebutkan oleh klausa utama.Hubungan waktu terbagi menjadi waktu
permulaan, waktu bersamaan, waktu berurutan, waktu batas akhir
terjadinya peristiwa atau keadaan.37
a. Waktu batas permulaan ditandai oleh konjungsi sejak atau sedari.
Contoh:
(76) Peternak sapi lokal bangkit kembali sejak harga sapi impor
melonjak turun.
b. Waktu bersamaan ditandai oleh konjungsi ketika, pada waktu,
(se)waktu, seraya, sambil, sementara, selagi, selama, dan tatkala.
Contoh:
(77) Demonstran itu membubarkan diri tatkala polisi tiba di
tempat kejadian.
c. Waktu berurutan ditandai oleh konjungsi sebelum, sehabis, setelah,
sesudah, seusai, begitu. Contoh:
(78) Berat badannya turun 10 kg setelah mengonsumsi obat
pelangsing itu.
37
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 206
31
d. Waktu batas akhir ditandai oleh konjungsi sampai dan hingga.
Waktu ini digunakan untuk menyatakan akhir atau ujung suatu
proses.38
Contoh:
(79) Gula darah saya naik hingga mencapai 405.
F. KALIMAT MAJEMUK SUBORDINATIF HUBUNGAN
KOMPLEMENTASI DALAM BAHASA INDONESIA
Konjungsi adalah kategori yang menghubungkan kata dengan kata, klausa
dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat; bisa juga antara paragraf dengan
paragraf. Ditinjau dari kedudukan konstituen yang dihubungkan dibedakan adanya
konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Konjungsi koordinatif adalah
konjungsi yang menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya
sederajat, sedangkan konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang
menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya tidak sederajat.39
Hubungan komplementasi adalah hubungan yang klausa subordinatifnya
melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa utama atau oleh nomina
subjek, baik dinyatakan maupun tidak.40
Sebagimana telah dijelaskan dalam hubungan semantis antarklausa dalam
kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi itu melengkapi apa yang
dinyatakan oleh verba klausa bawahan atau oleh nomina subjek, baik dinyatakan
maupun tidak. Dalam kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi,
38
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 208 39
Abdul Chaer. Sintaksis Bahasa Indonesia. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), h. 81-82 40
Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1998), h. 400
32
berdasarkan fungsi sintaksisnya klausa anak berkonjungsi bahwa dapat menjadi
pengisi fungsi subjek, objek, keterangan atau pelengkap.41
Berikut beberapa
contoh kalimat yang di dalamnya terdapat klausa bawahan jenis ini.
(80) Bahwa lulusan APDN mendapat pangkat golongan IIa dalam
jajaran PNS Rudini mengungkapkan.
(81) Sudah dapat diperkirakan sebelumnya bahwa pihak Libya
akan memberikan reaksi keras.
(82) Bahwa DPP Ikadin tidak mampu melaksanakan Munas, saya
mendukung pernyataan Menkeh.
(83) Bahwa kejadian ini hanya mimpi buruk, Ibu berkata.
Pada kalimat (1) sebagai pengisi fungsi subjek (O), pada (2) sebagai
pengisi fungsi keterangan (Ket), pada kalimat (4) sebagai pengisi fungsi
pelengkap (Pel), dan pada (3) sebagai pengisi fungsi subjek (S).
Kehadiran konjungsi bahwa ada yang bersifat wajib dan ada pula yang
bersifat tidak wajib manasuka. Konjungsi yang bersifat wajib, kehadirannya tidak
dapat dilesapkan. Jika konjungsi itu dilesapkan kalimat itu tidak gramatikal
seperti pada contoh (2) dan (3). Adapun konjungsi yang bersifat manasuka,
kehadirannya tidak wajib, seperti pada contoh (1) dan(4) berikut ini.42
(84) Rudini mengungkapkan lulusan APDN mendapat pangkat
golongan IIb dalam jajaran PNS.
41
Sri Nardianti. Konjungsi Subordinatif dalam Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996), h. 20 42 Sri Nardianti. Konjungsi Subordinatif Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996), h. 20
33
(85) Pihak Libya akan memberikan reaksi keras, sudah dapat
diperkirakan sebelumnya.
(86) Saya mendukung pernyataan Menkeh DPP Ikadin tidak
mampu melaksanakan Munas.
(87) Ibu berkata kejadian ini hanya mimpi.
Perilaku lain konjungsi bahwa menuntut hadirnya S pada klausa anak
sebab S klausa anak itu memiliki referen yang lain dengan S klausa induknya.
Apabila S pada klausa anak itu dilesapkan, kalimatnya tidak berterima seperti
berikut.43
(88) Rudini mengungkapkan bahwa mendapat pangkat golongan
II b dalam jajaran PNS.
(89) Bahwa akan memberikan reaksi keras sudah diperkirakan
sebelumnya.
(90) Saya mendukung pernyataan Menkeh bahwa tidak mampu
melaksanakan Munas.
(91) Ibu berkata bahwa hanya mimpi buruk.
Berdasarkan hubungan makna yang dinyatakannya, klausa anak
berkonjungsi bahwa menyatakan hubungan makna „isi‟ karena klausa anak
menjadi isi klausa induknya.
43
Sri Nardianti. Konjungsi Subordinatif Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996), h. 21
34
G. KALIMAT MAJEMUK SUBORDINATIF HUBUNGAN
KOMPLEMENTASI DALAM BAHASA ARAB
Kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi yang
berkonjungsi bahwa biasa dikaitkan dengan partikel ./anna/ أ44
Namun, dalam
kasus-kasus tertentu partikel inna/ dapat menjadi konjungsi untuk hubungan/ إ
ini. أ /anna/ = „Sesungguhnya‟. Dengan demikian pengertiannya sama dengan إ
/inna/. Perbedaanya adalah, bahwa bila terletak di awal kata itu dibaca , /inna/ إ
dan bila terletak ditengah dibaca ./anna/ أ45
Partikel .inna/ harus berada antara dua klausa yang tak sederajat/ إ
Selama partikel tersebut tidak mengapit atau menghubungkan dua buah klausa
yang tak sederajat, maka ia bukan termasuk dalam kategori hubungan
komplementasi. Biasanya, partikel inna/ bisa menjadi konjungsi jenis/ إ
hubungan ini jika diawali dengan verba قبه /qâla/.
ذ ل ف رؼت شذ أ أػي
Saya tahu bahwa kamu sangat letih.
بػججب ب قشءا ؼ ب ع ا إ فقبى
Lalu mereka (sekumpulan jin) mengatakan bahwa kami telah mendengarkan
Al-quran yang menakjubkan.
Pada contoh (1) di atas, klausa utamanya yaitu sedangkan klausa أػي
bawahannya adalah ذ ل ف رؼت شذ Pada contoh tersebut, klausa utama dan أ
klausa bawahan dihubungkan dengan konjungi أ /anna/. Adapun pada contoh (2)
44
Imam Ansori. Sintaksis Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2004), h. 102 45
Salman Harun. Pintar Bahasa Arab Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2009). Hlmn.
123
35
di atas, klausa utamanya yaitu ا ب sedangkan klausa bawahannya adalah فقبى إ
بػججب ب قشءا ؼ .ع
Seandainya partikel bahwa dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia bisa
dihilangkan, maka dalam bahasa Arab pun demikian, yakni inna/ bisa/ إ
dihilangkan khususnya pada saat verba قبه /qâla/.
اد و اهلل ا عج قزو ف ا ى ى آء الرق )اىجقشح ثو اح ال رشؼش ىن
:)
Janganlah kamu katakan (bahwa) mati, orang-orang yang terbunuh pada
sabilillah, bahkan mereka itu hidup, tetapi kamu tiada sadar.
Dalam kasus tertentu dalam kalimat majemuk subordinatif hubungan
komplemetasi, meskipun partikel inna/ berfungsi sebagai objek selain/ إ
didahului oleh verba قبه /qâla/ ia kemudian tidak menjadi anna sebagai lazimnya.
( ض اىشح اىؼض سثل ى (٩: اىشؼشاءإ
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Perkasa lagi Penyayang.
Hal itu karena khabar inna-nya diawali dengan lam ibtidâ. Karena itu,
untuk mengetahui lebih jelas mengenai inna/ atau/ إ anna/, maka Peneliti akan/أ
merincinya di bawah ini.
a. Partikel inna/ atau/ إ /anna/أ
Partikel inna/ dan/ إ anna/ keduanya digunakan untuk menekankan arti/أ
predikat namun inna digunakan hanya pada awal kalimat, sedangkan anna
menunjukkan pernyataan. Partikel tersebut disebut Huruf-huruf yang Menyerupai
36
Verba. Beberapa huruf yang memiliki fungsi yang sama inna/ dan/ إ /anna/أ
yaitu /kaana/ مؤ ذ /lakinna/ ىن ./la‟alla/ ىؼو /laita/ ى46
قل قبد صذ قيذ ىل أ
Aku mengatakan kepadamu bahwa temanmu akan datang.
Bahwa kata sesudah -/inna/ إ - /kaana/ مؤ ذ - /lakinna/ ىن laita/ dan/ ى
la‟alla/ berbentuk nashab dan kalau kata itu berupa isim mufrad munsharif ia/ ىؼو
berbaris fathah. Dengan demikian kata-kata itu sama fungsinya dengan ./inna/ إ47
Memang demikian, bahwa kata-kata itu adalah kawan-kawan ,/inna/ إ
artinya mempunyai fungsi yang sama, yaitu membuat subjek (mubtada‟)
berbentuk nashab (fathah, alif, kasrah, ya, dan hadzfu nun).48
Dalam penggunaannya, partikel inna tidak bisa berubah menjadi anna
dengan sendirinya. Ia bisa berubah menjadi anna seandainya berada dalam kasus-
kasus tertentu. Hal yang sama juga berlaku pada anna. Namun, pada kondisi
tertentu, kedua-duanya bisa digunakan tanpa ada kekhususan. Artinya kita bisa
menggunakan inna maupun anna dalam kondisi yang dimaksud. Berikut tempat-
tempat berlakunya inna atau anna akan dijelaskan.49
1) Tempat-tempat Berlakunya /inna/ إ
Partikel inna/ harus diterapkan jika konstituen setelahnya tidak bisa/ إ
diubah menjadi mashdar, yaitu pada:
a. Terletak di awal kalimat
يخ اىقذس )اىقذس : ف ى ب ضى آ أ (إ
46
Abdullah Abbas Nadwi. Belajar Mudah Bahasa Al-quran, (Bandung: Mizan, 1996), h.
294 47
Salman Harun. Pintar Bahasa Arab Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), h. 123 48
Salman Harun. Pintar Bahasa Arab Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), h. 123 49
Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
2002), h. 225-226
37
b. Terletak setelah partikel حث /haitsu/
اىؼي جد اجيظ حث إ
c. Terletak setelah partikel إر /idz/
اىشظ رطيغ جئزل إر إ
d. Terletak setelah shilah maushul (pronomina relatif)
ذ جز إ جبءاىز
e. Terletak sebagai jawaban dari qasam (sumpah)
س اىؼي اهلل, إ
f. Terletak sebagai isi ucapan dari verba قبه /qâla/
ػجذ (اهلل )ش : قبه إ
g. Terletak sebagai fungsi hâl
ظ رغشة اىش إ جئذ
h. Terletak sebagai klausa relatif
فبضو جبء سجو إ
i. Terletak sebagai jumlah isti‟nâf (permulaan)
إ فال ضػ أعؤد إى
j. Terletak ketika khabar (predikat) inna-nya ada lâm ibtidâ‟
ذ ذػي جز ل ى إ
k. Terletak sebagai ism „ain
مش و إ خي
2) Tempat-tempat Berlakunya /anna/أ50
Partikel anna/ harus diterapkan jika konstituen setelahnya harus/أ
ditakwilkan menjadi mashdar, baik mashdar marfû‟, mashdar manshûb maupun
mashdar majrûr. Semuanya terletak pada:51
a. Terletak sebagai fungsi fâ‟il
ذ جز ل أ ثيغ
50
Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
2002), h. 227-228 51
Antoine Dahdah, A Dictionary of Arabic Grammar, (Beirut: Maktabah Lubnan, 1981),
h. 168
38
Terletak setelah partikel ى
شا ىل خ ل اجزذد ىنب أ ى
Terletak setelah partikel ب
ه ل مغ ب أ الأميل
b. Terletak sebagai fungsi naibul fa‟il
ل صشف أ ػي
c. Terletak sebagai fungsi mubtada
ذ جز ل أ حغ
d. Terletak sebagai fungsi khabar dari ism ma‟anna
ل مش حغجل أ
e. Terletak sebagai fungsi taabi‟ lil marfu‟ (na‟at, „athaf, badal, dan
taukid)
إ بدثيغ اىخيق جز ل حغ أ ك
ذ جز ذ أ عؼ ؼجج
Nasab:
1) Terletak sebagai fungsi maf‟ul bih
ذ جز ل ذ أ ػي2) Terletak sebagai khabar kaana atau salah satu dari teman kaana dengan
syarat isim kaana dengan isim ma‟anna
, ق , أ ػي ل رزجغ اىحقمب أ
3) Terletak sebagai fungsi ma‟thuf ilaih dan badal minhu.
ل صشف أ ئل ج ذ ػطف: ػي
حغ اىخيق ذ خبىذا أ ثذه: احـزش Jarr:
1) Terletak setelah huruf jarr
39
و ل أ ػججذ 2) Terletak sebagai fungsi mudhaf ilaih
ظ رطيغ اىش جئذ قجو أ3) Terletak sebagai fungsi „athaf dan badal
ػبقو أ و أدة خي ػطف: عشسد
و أ ثذه: ػججذ
3) Tempat-tempat Dibolehkannya Inna/ atau/ إ /Anna/ أ
Dalam beberapa kasus, partikel .boleh dibaca inna dan anna إ52
Hukum
itu berlaku karena konstituen setelahnya bisa diubah menjadi mashdar maupun
tidak. Kasus-kasus tersebut terjadi dalam empat hal, yaitu:
a. Terletak setelah partikel إرا /idzâ/ yang bermakna „tiba-tiba‟
ذا عؼ خشجذ فئرا إ
b. Terletak setelah fa‟ al-jawâb
ل رنش ذ فئ رجز إ
c. Terletak sebagai penjelasan terhadap klausa sebelumnya
غزحق اإلمشا , أ أمش
d. Terletak setelah frasa ال جش /lâ jarama/
ل ػي حق أ الجش
4) Inna/ atau/ إ Anna/ yang Dirampingkan/أ
Pertikel inna/ atau/ إ إ anna/ bisa dirampingkan menjadi/أ /in/ atau أ
/an/.53
Dalam suatu kalimat apabila inna dirampingkan, maka ia bisa “beramal”
(me-nashab-kan isim dan me-rafa‟-kan khabar) dan juga tidak. Namun, ia sama
52
Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
2002), h. 229-230 53
Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
2002), h. 230-232
40
sekali tidak beramal, maka dalam khabarnya (predikat) mesti diawali dengan
huruf ه /lam/.
ذ اهلل شح إال ػي اىز ذ ىنج مب إ ()اىجقشح: مب:
)اىصبفبد: مذد ىزشد (مبد: قبه رباهلل إ
ظ إ )اىشؼشاء: ظ: اىنبرث (٨ل ى
Dalam penerjemahannya, partikel in perampingan dari inna bisa diartikan
dengan „sungguh‟, „sesungguhnya‟, atau „benar-benar‟.54
Adapun partikel anna jika dirampingkan menjadi an, maka ia tetap
beramal sebagai anna. Ketika itu isim (subjek) an-nya berupa dhamir sya‟n yang
dilesapkan, sedangkan khabarnya (predikat) harus berupa konstituen jumlah, baik
jumlah ismiyah maupun fi‟liyah.55
Apabila jumlah setelahnya berupa ismiyah atau
fi‟liyah yang berupa fi‟il jâmid ada du‟â, maka ia tidak memerlukan partikel
pemisah antara jumlah tersebut dengan an.
An dapat dirampingkan dengan syarat, wajib isim anna berupa dhamir atau
kata ganti dan dibuang dan wajib khabar anna berupa jumlah baik ismiyah
maupun fi‟liyah.56
ذهلل سة اىؼبى أ اىح ا ءاخش دػ
Apabila jumlah setelahnya berupa fi‟liyah, maka ia memerlukan partikel
pemisah antara jumlah tersebut dengan an. Partikel pemisah itu terbagi menjadi
54
Rofi‟i. Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia, (Jakarta: Persada Kemala, 2002), h. 55 55
Ahmad Al-Hasyimi. al-Qawa‟id al-Asasiyah al-Lughah al-„Arabiyah, (Beirut: Al-
Maktabah Al- Ashriyah, 2003), h. 163 56
Syekh Abdullah Ibn Ahmad al-Fakihiy, Mutammimah al-Ajurumiyah, (Surabaya,
Harisma), h. 56-57
41
lima yaitu berupa قذ /qad/, ط /sin/, عف /saufa/, huruf nafi, atau adaat asy-syart
dan rubba.57
ب )اىبئذح : قذ صذقز أ ؼي (قذ :
شض حشف اىزفظ )اىغ ن ن ع أ ()اىضو : عف( : ػي
Dalam penerjemahannya, partikel أ /an/ perampingan dari anna dapat
diartikan dengan „bahwa‟. Penerjemahan ini memang sesuai dengan fungsinya
sebagai konjungsi komplementasi dalam kalimat majemuk subordinatif.
H. PENEGASAN TERHADAP TEORI YANG DIGUNAKAN DALAM
SKRIPSI
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa Peneliti akan membahas serta
meneliti kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi dalam
terjemahan surat al-Baqarah. Pada skripsi ini Peneliti akan fokus pada hubungan
komplementasi, yaitu melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa bawahan
atau oleh nomina subjek, baik dinyatakan maupun tidak.
Hemat Peneliti, istilah hubungan komplementasi hanya digunakan oleh
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan (2014) dan Hasan Alwi (1998). Sementara
itu, Abdul Chaer menggunakan istilah makna penjelasan (2002) dan masih
banyak yang menggunakan teori lain namun semua teori itu mengacu pada
kalimat majemuk subordinatif dalam jenis yang sama, yaitu yang menggunakan
konjungsi bahwa.
Dalam bahasa Indonesia, bahwa konjungsi komplementasi hanya ada satu
macam, yaitu bahwa. Dalam bahasa Arab, konjungsi tersebut terdapat dua macam
57
Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
2002), h. 234-235
42
( dan إ yang memiliki aturan masing-masing. Dalam kalimat majemuk (أ
subordinatif hubungan komplementasi, konjungsi bahwa dapat menjadi subjek,
objek, keterangan atau pelengkap.
43
BAB III
BIOGRAFI
A. LATAR BELAKANG KEHIDUPAN PROF. DR. MAHMUD YUNUS
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus. Dilahirkan di Batusangkar, Sumatera-Barat,
pada tanggal 30 Ramadhan 1316 H, bertepatan dengan 10 Pebruari 1899 M. Pada
umur ± 7 tahun belajar mengaji di surau kakeknya sendiri M. Thahir bin M. Ali
gelar Engku Gadang, lalu memasuki Sekolah Dasar, tetapi hanya sampai kelas
tiga saja; sesudah itu memasuki madrasah yang dipimpin oleh Syekh H. M. Thaib
Umar sampai tahun 1916. Pada tahun 1917 beliau berhenti mengajar karena sakit.
Dia menggantikan gurunya sebagai pemimpin madrasah tersebut. Sebelum itu
hanya sebagai guru bantu saja.58
Pada tahun 1924-1925 melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar,
Kairo, dan berhasil memperoleh Shahadah Alimiyah. Kemudian pada tahun 1926-
1930 belajar di Madrasah Darul Ulum Ulya, yang sesudah bersusah payah
berusaha, memasukinya sebagai orang Indonesia pertama belajar di sini. Di
Madrasah ini ia mengambil takhassus (spesialisasi) tadris sampai memperoleh
ijazah Tadris (diploma guru).
Profesinya sebagai guru sudah mulai sejak masih belajar di Batusangkar
yaitu sebagai guru bantu di pesantren. Selanjutnya, 1931-1932: direktur/guru Al-
Jamiah Islamiyah, Batusangkar; 1931-1938, 1942-1946: direktur/guru Normal
Islam (Kuliah Mu‟allimin Islamiyah), Padang; 1948-1949: Dosen Agama pada
Akademi Pamongpraja di Bukittinggi; 1957-1960: Dekan/Dosen pada Akademi
58
Mahmud Yunus. Tafsir Quran Alkarim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2002)
44
Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta; 1960-1963: Dekan/Guru Besar pada
Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta; 1966-1971: Rektor IAIN
Imam Bonjol, Padang.59
Beliau dikenal pula sebagai pendiri perkumpulan Sumatera Thawalib dan
penerbit majalah Islam Al-Banyir (1920); turut mendirikan Persatuan Guru-guru
Agama Islam (1920); anggota Minangkabau Raad (1938-1942); anggota Cu Sangi
Kai (1943-1945), dalam mana beliau berhasil memasukkan pendidikan Agama
Islam di sekolah-sekolah pemerintah; anggota Komite Nasional Sumatera-Barat
(1945-1946); Pemeriksa Agama pada Jawatan Pengajaran Agama Sumatera-Barat
(1945-1946); Kepala Bagian Islam pada Jawatan Agama Propinsi Sumatera di
Pematang Siantar (1946-1949); turut serta mendirikan Majlis Islam Tinggi
Minangkabau, yang kemudian menjadi MIT Sumatera (1946); Inspektur Agama
pada Jawatan PP & K Propinsi Sumatera, Bukittinggi (1947); Sekretaris Menteri
Agama PDRI (1949).
Sesudah pengakuan kedaulatan, beliau memangku beberapa jabatan di
Kementrian (departemen) agama RI, berturut-turut sebagai Pegawai Tinggi
diperbantukan pada Kementrian Agama di Yogyakarta (1950); kepala
Penghubung Pendidikan Agama pada Kementrian Agama di Jakarta (1951); dan
Kepala Lembaga Pendidikan Agama pada Jawatan Pendidikan Agama (1952-
1956).
59
Mahmud Yunus. Tafsir Quran Alkarim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2002)
45
Beliau sering pula berkunjung ke luar negeri, baik sebagai tugas yang
diberikan pemerintah kepada beliau maupun atas undangan untuk menghadiri
berbagai muktamar, sebagai berikut:60
Ke Singapura sebagai salah seorang utusan MIT untuk menghadiri
Muktamar Alim Ulama (1943); ke sembilan negara Islam: Mesir, Arab
Saudi, Suriah, Libanon, Yordan, Irak, Turki, Tunisia, dan Maroko dalam
rangka mempelajari pendidikan agama (1961); ke Arab Saudi untuk
menghadiri Sidang Majlis A‟la Istisyari Al-Jami‟ah Al-Islamiyah di
Medinah Munawarah (1962 dan 1969); ke Mesir, memenuhi undangan
Majma‟ Buhutsul Islamiyah Universitas Al-Azhar untuk menghadiri
muktamarnya yang kesatu (1964); yang kedua (1965); yang ketiga (1966);
dan yang keempat (1979), di mana beliau mengucapkan pidatonya yang
berjudul Al-Israiliyat fit Tafsir Wal-Hadits.
Prof. H. Mahmud Yunus juga banyak menulis buku, terutama buku
pelajaran agama Islam untuk anak-anak, termasuk pula tafsir dan terjemah Al-
Qur‟an.61
Karya tulis Prof. Dr. H. Mahmus Yunus
Dalam Bahasa Indonesia
1. Tafsir Al-Qur‟an tamat 30 juz, tahun 1938.
2. Terjemahan Al-Qur‟an tanpa tafsir, untuk memudahkan membaca Al-
Qur‟an.
60
Mahmud Yunus. Tafsir Quran Alkarim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2002) 61
Mahmud Yunus. Tafsir Quran Alkarim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2002)
46
3. Marilah Sembahyang, pelajaran shalat, untuk anak-anak SD, 4 jilid.
4. Puasa dan Zakat, untuk anak-anak SD.
5. Haji ke Mekkah, cara mengerjakan haji, untuk anak-anak SD.
6. Keimanan dan Akhlak, untuk anak-anak SD, 4 jilid.
7. Beberapa kisah pendek, untuk anak-anak SD.
8. Riwayat Rasul dua pulu lima, bersama Rasyidin Zubir Usman.
9. Lagu-lagu Baru/Not angka-angka, bersama Kasim St. M. Syah.
10. Beriman dan Berbudi Pekerti, untuk anak-anak SD.
11. Pemimpin Pelajaran Agama, 3 jilid, untuk murid-murid SMP.
12. Hukum Warisan dalam Islam, untuk tingkat „Aliyah.
13. Perbandingan Agama, untuk tingkat „Aliyah.
14. Kumpulan Do‟a, untuk tingkat „Aliyah.
15. Do‟a-do‟a Rasulullah, untuk tingkat Tsanawiyah.
16. Marilah ke Al-Qur‟an, untuk tingkat Tsanawiyah/PGA, bersama H.
Ilyas M. Ali.
17. Moral Pembangunan dalam Islam, untuk tingkat „Aliyah.
18. Akhlak (bahasa Indonesia), untuk tingkat „Aliyah.
19. Pelajaran Sembahyang (Shalat), untuk „Aliyah, mahasiswa/umum.
20. Hukum Perkawinan dalam Islam, 4 mazhab.
21. Soal Jawab Hukum Islam, dalam 4 mazhab.
22. Ilmu Mustalah Hadis, bersama H. Mahmud Azis.
23. Sejarah Islam di Minangkabau, dalam penyelidikan baru.
24. Kesimpulan isi Al-Qur‟an, untuk mubalig-mubalig/umum.
25. Allah dan MakhlukNya, Ilmu Tauhid menurut Al-Qura‟an.
47
26. Pengetahuan Umum Ilmu Mendidik, bersama St. M. Sa‟id.
27. Pokok-pokok Pendidikan/Pengajaran, Fak. Tarbiyah/PGAA.
28. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Fak. Tarbiyah/PGAA.
29. Metodik Khusus Bahasa Arab, Fak. Tarbiyah/PGAA.
30. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.
31. Sejarah Pendidikan Islam (Umum).
32. Pendidikan Modern di Negara-negara Islam/Pendidikan Barat.
33. Ilmu Jiwa Kanak-kanak, Kuliah untuk kursus-kursus.
34. Pedoman Da‟wah Islamiyah, Kuliah untuk Da‟wah.
35. Dasar-dasar Negara Islam.
36. Menasih Haji, untuk orang dewasa.
37. Juz Amma dan terjemahannya.
Dan 27 judul buku lainnya dalam Bahasa Arab.
Sebagian besar buku-buku karya Mahmud Yunus dipergunakan bagi para pelajar
dari sekolah dasar (ibtidaiyah) hingga ke perguruan tinggi. Karya beliau yang
mempunyai pengaruh banyak diluar madrasah dan pondok pesantren adalah
terjemahan Quran Karim yang diterbitkan pada tahun 1983 dan sudah mengalami
cetak ulang berkali-kali. Adapun daftar buku-buku karya Prof. Dr. H. Mahmud
Yunus sebagai berikut:
a) Bidang Pendidikan ada 6 karya
1. Pengetahuan Umum dan Ilmu Mendidik.
2. Metodik Khusus Pendidikan Agama.
3. Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia.
48
4. Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran.
5. At-Tarbiyah wa at-Ta‟lim (Bahasa Arab).
6. Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Intisari Pendidikan Barat.
b) Bidang Bahasa Arab ada 16 karya
1. Pelajaran Bahasa Arab I (Bahasa Arab).
2. Pelajaran Bahasa Arab II (Bahasa Arab).
3. Pelajaran Bahasa Arab III (Bahasa Arab).
4. Pelajaran Bahasa Arab IV (Bahasa Arab).
5. Durusu al-Lughah al-Arabiyah ala Thariqati al Haditsah I (Bahasa
Arab).
6. Durusu al-Lughah al-Arabiyah ala Thariqati al Haditsah II (Bahasa
Arab).
7. Metodik Khusus Bahasa Arab.
8. Kamus Arab Indonesia.
9. Penterjemah atau Pentafsir Al-quran.
10. Contoh Tulisan Arab (Bahasa Arab).
11. Muthala‟ah wa al-Mahfuzhaat (Bahasa Arab).
12. Durusu al-Lughah al-Arabiyah I (Bahasa Arab).
13. Durusu al-Lughah al-Arabiyah II (Bahasa Arab).
14. Durusu al-Lughah al-Arabiyah III (Bahasa Arab).
15. Muhadatsah al-Arabiyah (Bahasa Arab).
16. Al-Mukhtaraat li al-Muthala‟ah wa al-Mahfuzhaat (Bahasa Arab).
49
B. PRIBADI MAHMUD YUNUS
Sejak kecil, Mahmud Yunus dikenal dengan anak yang cerdas. Bila
dimalam hari diceritakan hikayat atau cerita yang menjadi salah satu
kesanyangannya, siangnya ia sudah bisa menceritakan kembali dengan sempurna.
Situasi sosial yang melatarbelakangi kehidupannya telah membentuk karakternya
menjadi sosok yang ikut mengisi perjalanan sejarah. Ia telah berfikir dan berbuat
untuk menjawab problema sosial, bangsa dan agamanya dengan memilih jalur
pendidikan sebagai sisi yang ia anggap paling strategis pada waktu itu.
Kecermelangan Mahmud Yunus dalam menerima pelajaran diakui oleh para
Ustadz yang mengajarnya. Ketika usianya baru 16 tahun yaitu tahun 1917,
Mahmud sudah mampu mengajar beberapa kitab, antar lain al-Mahally, al-Fiyah
ibn Aqil dan Jam‟al Jawami. Pengalaman ini menjadi bekal yang sangat berharga
bagi beliau ketika melanjutkan pendidikannya terutama ketika belajar di al-Azhar,
Kairo.62
C. PERJALANAN MAHMUD YUNUS MENUNTUT ILMU
Sejak kecil, Mahmud Yunus didik dalam lingkungan agama dan tidak
pernah masuk ke sekolah umum. Belajar mengaji di surau adalah jalur pendidikan
awal yang ditempuh oleh beliau. Ia belajar dengan kakeknya sendiri, Muhammad
Thahir bin Muhammad. Mahmud mulai mengaji di surau kakeknya ketika berusia
7 tahun dan dalam waktu kurang dari satu tahun ia dapat menamatkan Al-quran.
Mahmud pun dipercaya oleh kakeknya menjadi Guru Bantu untuk mengajari
62
Herry Muhammad, dkk (2006), Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh
Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press, Cet I, hal. 85-86
50
anak-anak yang menjadi pelajar pemula sambil ia mempelajari dasar-dasar tata
bahasa Arab dengan kakeknya.
Mahmud sempat masuk sekolah rakyat walaupun hanya betah sampai
kelas tiga. Tahun 1908 M, ia memutuskan keluar karena pelajaran terlalu sering
diulang dan menjemukkan baginya. Pada saat yang bersamaan, H.M. Thaib Umar
mendirikan Madrasah School di Surau Tanjung Pauh. Tahun 1908, Mahmud pun
dimasukkan oleh Ayahnya ke madrasah school tersebut. Di madrasah ini, ia
belajar nahwu, sharaf, bahasa Arab dan matematika.63
Sejarah mencatat bahwa H.M Thaib Umar amat berpengaruh terhadap
pembentukan keilmuan Mahmud Yunus. Melalui karya-karya gurunya itu,
Mahmud dapat menyerap semangat pembaruan demi peningkatan kesejahteraan
umat dan perkembangan Islam.64 Kedekatan Yunus secara pribadi dengan Thaib
Umar membawanya ke forum rapat akbar Ulama Minangkabau pada tahun 1919
M di Padang Panjang. Ia datang menghadiri perkumpulan tersebut sebagai
perwakilan H.M Thaib Umar. Setelah itu, ia membentuk perkumpuulan pelajar
Islam di Sunggayang bernama Sumatera Thawalib pada tahun 1920 M. Kegiatan
perkumpulan ini beragam, dainataranya menerbitkan Majalah al-Basyir. Di media
ini, Yunus didaulat sebagai pemimpin Redaksi.65
63 Saiful Amin Ghofur, (2008), Profil Para Mufassir Al-quran,
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, hal. 198
64 Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud
Yunus dalam Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 5 65
Saiful Amin Ghofur, (2008), Profil Para Mufassir Al-quran,
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, hal. 198
51
D. KARIR MAHMUD YUNUS DALAM PENDIDIKAN
Diantara karir kependidikan Mahmud Yunus ialah sebagai berikut:66
Memimpin al-Jami‟ah al-Islamiyyah di Sunggayang
Mahmud Yunus sekembalinya dari Mesir, ia kemudian mendirikan dua
pendidikan Islam pada tahun 1931 yang salah satunya adalah al-Jami‟ah al-
Islamiyyah di Sunggayang. Namun sanagat disayangkan al-Jami‟ah al-Islamiyyah
gulung tikar pada tahun 1933 karena kekurangan tenaga pengajar.
Memimpin Normal Islam di Padang
Normal Islam (Kulliyyatul Mu‟allimin al_Islamiyyah) didirikan di Padang oleh
Mahmud Yunus bersama kerabatnya yang bergabung Persatuan Guru-Guru
Agama Islam (PGAI) pada bulan April 1931. Madrasah ini dimaksudkan untuk
mendidik calon guru.
Memimpin Sekolah Islam Tinggi (SIT) di Padang
Mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) dan sekaligus menjadi
dekannya (1957-1960)
Pada tahun 1960, ADIA dilebur dengan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN)
dan namanya berubah menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang kini
menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta.
66 Herry Muhammad, dkk (2006), Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh
Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press, Cet I, hal. 87-91
52
Mendirikan dan Memimpin Sekolah Menengah Islam (SMI) di
Bukittinggi
Tahun 1960, diangkat sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Memimpin IAIN Imam Bonjol di Padang
Pada 20 nevember 1966, IAIN Imam Bonjol berdiri di Padang, Sumater Barat dan
Mahmud Yunus diangkat menjadi Rektor sampai pension pada tahun 1970.
E. SEJARAH MAHMUD YUNUS DALAM MENERJEMAHKAN AL-
QURAN
Tafsir Alquran al-Karim karangan Mahmud Yunus ini awalnya di
terjemahkan pada tahun 1992 kemudian di terbitkan tiga juz dengan huruf Arab-
Melayu. Pada masa itu umumnya Ulama mengatakan haram untuk
menerjemahkan Alquran namun, bantahan dari Ulama tersebut tidak beliau
perdulikan dan beliaupun tetap menerjemahkan Al-quran al-Karim tersebut.67
Kemudian beliau berhenti menerjemahkan Al-quran, karena beliau lebih
memilih untuk melanjutkan ilmu pengetahuannya di Mesir (Th 1924) di berbagai
tempat hingga akhirnya di Darul Ulum. Beliau menerima pelajaran dari Syekh
Darul Ulum, bahwa menerjemahkan Al-quran itu hukumnya mubah, bahkan
dianjurkan atau hukumnya fardu kifayah, untuk menyampaikan dakwah Islamiyah
kepada bangsa asing yang tidak mengetahui bahasa Arab.
67
Mahmud Yunus. Tafsir al-Qur‟an al-Karim, (Jakarta: Hidakarya Agung,1969), hal. III
Pendahuluan
53
Dengan berbagai ilmu yang telah diserap oleh akal pikirannya, pada bulan
Ramadan tahun 1354 H (Desember 1935) beliau mulai kembali menerjemahkan
Al-quran serta tafsir ayat-ayatnya yang penting yang kemudian beliau beri nama :
Tafsir Al-quranul Karim. Dengan susah payah di terbitkan tafsir tersebut berjuz 2
tiap 2 bulan. Sedang menerjemahkan juz 7 sampai dengan 18 dibantu oleh
almarhum H.M. Bakry. Pada bulan April 1938 tamatlah 30 juz dengan
pertolongan Alah swt. dan disiarkan di seluruh Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1950, dengan petunjuk menteri Agama
Almarhum Wahid Hasyim, salah seorang penerbit Indonesia Tafsir Alquran
Karim itu dengan mendapatkan fasilitas kertas dari Menteri Agama dan di cetak
sebanyak 200.000 aksemplar. Lalu di tunjuk percetakan bangsa Indonesia untuk
mencetaknya.
Kabarnya ada bantuan dari Ulama Yogyakarta, supaya di stop mencetak
Tafsir Quran Karim itu. Bantahan itu dikirimnya kepada Maeteri Agama RI tetapi
saya tidak menerima bantuan. Boleh jadi karena bantahan itu karena sebab-sebab
yang lain, yang empunya percetakan tidak mau meneruskan mencetak tafsir Quran
Karim itu, padahal telah dimulainya mencetak beberapa halaman banyaknya.
Akhirnya diambil alih oleh M. Baharata Direktur percetakan Al-Ma‟arif Bandung.
Lalu ia dicetak dan di terbitkan sebanyak 200.000 aksemplar dan dijualnya
dengan harga Rp. 21 per eksemplar.
Pada tahun 1953 seorang Ulama dari Jatinegara membantah pula, bantahan
itu dikirinya kepada Presiden RI dan Menteri Agama. Salinannya disampaikan
kepada Mahmud Yunus oleh Menteri Agama, lalu Mahmud Yunus balas suratnya
54
itu dengan lebar panjang. Tembusannya M. Yunus kirimkan kepada Presiden RI
dan Menteri Agama. Akhirnya beliau tidak berkutik lagi, hanya diam.
Kemudian setelah habis cetakan itu, Mahmud yunus bersama istri Darisah binti
Ibrahim meneruskan menerbitkan tafsir Quran Karim itu. Lalu mereka terbitkan
beberapa kali tanpa ada perubahan yang besar. Hanya ada perubahan sedikit demi
sedikit.
55
BAB IV
ANALISIS DATA
A. TEMUAN
Dalam pembahasan bab IV ini, Peneliti berupaya menganalisis kalimat
majemuk subordinatif hubungan komplementasi dalam surat al-Baqarah pada
terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud Yunus yang biasa
dihubungkan dengan konjungsi إن /inna/ atau أن//anna/ dan verba qâla. Sebelum
melakukan analisis, Peneliti akan memaparkan hasil dari ayat yang mengandung
kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi pada surat al-Baqarah
terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud Yunus. Dalam penelitian ini,
Peneliti menemukan 202 data dari 286 ayat dalam surat al-Baqarah yang meliputi
kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi dengan tiga kategori
yaitu إن /inna/ , أن /anna/, dan qâla. Data yang diperoleh dalam kategori إن /inna/
terdapat 32,7%, kategori أن /anna/ terdapat 12,4%, dan kategori qâla terdapat
55%. Berikut ayat-ayat yang termasuk menjadi kategori kalimat majemuk
subordinatif hubungan komplementasi:
B. ANALISIS
1. Ayat 8:
Diantara manusia ada yang berkata: Kami telah beriman kepada Allah dan hari
yang kemudian, padahal meraka itu bukan orang-orang beriman.
Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 8) terdapat satu kalimat majemuk
subordinatif hubungan komplementasi, karena mengandung verba qâla. Setiap
56
jumlah setelah verba tersebut maka ia akan menjadi hubungan komplementasi,
baik partikel إن /inna/ itu dinyatakan maupun tidak, dan dalam ayat ini partikel إن
/inna/ kebetulan tidak ada. Jumlah Merupakan klausa utama, sedangkan
jumlah sampai merupakan klausa
bawahan. Dalam klausa bawahannya tidak diwajibkan konjungsi إن /inna/ karena
verba klausa utamanya ialah derivasi dari qâla. Adapun penerjemahannya sudah
tepat, karena hubungan komplementasi dianggap sebagai kalimat langsung.
2. Ayat 11
Apabila dikatakan kepada mereka; janganlah kamu berbuat bencana dimuka
bumi, maka jawab mereka: Hanya kami yang berbuat kebaikan.
Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 11) terdapat dua kalimat majemuk
subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi.
Pertama, jumlah merupakan klausa utama, sedangkan
jumlah merupakan klausa bawahan. Kedua, jumlah
merupakan klausa utama, sedangkan jumlah merupakan
klausa bawahan. Adapun terkait dengan penerjemahan hubungan komplementasi
ayat di atas, untuk bagian pertama sudahlah cukup begitu pula pada bagian kedua
57
sudahlah cukup. Menurut hemat Peneliti pada bagian kedua, klausa bawahan
dianggap sebagai kalimat langsung karena konjungsi إن /inna/ tidak diartikan.
3. Ayat 14:
Apabila mereka menemui orang-orang yang beriman, mereka berkata: Kami
telah beriman. Tetapi bila mereka bersembunyi dengan ketua-ketuanya, mereka
berkata pula: Sesungguhnya kami beserta kamu juga, hanya kami
memperolok-olokan (orang-orang beriman).
Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 14) terdapat dua kalimat majemuk
subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi
yaitu, dan … . Pertama, jumlah merupakan klausa
utama, sedangkan jumlah merupakan klausa bawahan. Kedua, jumlah
merupakan klausa utama sedangkan jumlah sampai
merupakan klausa bawahan. Adapun dalam penerjemahannya bagian pertama
sudahlah cukup karena termasuk kalimat langsung. Sedangkan pada bagian kedua,
klausa bawahan yang merupakan hubungan komplementasi memang lebih tepat
58
jika dijadikan sebagai kalimat langsung. Namun, hemat Peneliti, konjungsi
komplementasi tidak perlu dihadirkan.68
Selain ayat ayat 8, ayat 11, dan ayat 14 yang termasuk kalimat majemuk
subordinatif hubungan komplementasi yang terdapat pada terjemahan Tafsir Al-
quran al-Karim karya Mahmud Yunus, ayat yang berkategori qâla yaitu:
Ayat 13
Apabila dikatakan kepada mereka: Berimanlah kamu, sebagaimana manusia
telah beriman, mereka berkata: Adakah kami akan beriman sebagaimana
orang-orang bodoh telah beriman ?...
Ayat 25
Berilah kabar gembira orang-orang yang beriman dan beramal salih, bahwa
sesungguhnya untuk mereka itu surga yang mengalir air sungai dibawahnya.
68 Apabila mereka menemui orang-orang yang beriman, mereka
berkata: Kami telah beriman. Tetapi bila mereka bersembunyi dengan ketua-
ketuanya, mereka berkata pula: Kami beserta kamu juga, hanya kami
memperolok-olokan (orang-orang beriman).
59
Tiap-tiap mereka mendapat rezeki dari pada buah-buahannya, mereka berkata:
Ini seperti rezeki yang diberikan kepada kita dahulu…
Ayat 30
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku
akan menjadikan seorang khalifah diatas bumi (Adam). Maka jawab mereka
itu: Adakah patut Engkau jadikan diatas bumi orang yang akan berbuat
bencana dan menumpahkan darah,…
…Allah berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa-apa yang tiada kamu
ketahui.
Ayat 31
…lalu Allah berfirman: Kabarkanlah kepadaKu nama barang ini, jika kamu
yang benar.
Ayat 32
Jawab mereka: Mahasuci Engkau, tak adalah pengetahuan kami, melainkan
apa-apa yang Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau Maha
mengetahui lagi Mahabijaksana.
60
Ayat 33
Berfirman Allah: Hai Adam, kabarkanlah kepada malaikat itu nama-nama
barang ini! Tatkala Adam menerangkan nama-nama barang itu, Allah
berfirman: Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui
yang gaib dilangit dan dibumi, serta Kuketahui apa-apa yang kamu lahirkan
dan apa-apa yang kamu sembunyikan.
Ayat 34
(Ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat: Tunduklah kamu kepada
Adam! Lalu mereka itu tunduk, kecuali iblis, ia enggan, dan tekebur, dan ia
termasuk orang-orang kafir.
Ayat 35
Berkata Kami: Hai Adam, tinggallah engkau bersama isteri engkau dalam
surga, dan makanlah buah-buahannya dengan senang menurut kehendakmu;
dan janganlah kamu dekati pohon kayu ini, nanti kamu termasuk orang-orang
aniaya.
61
Ayat 36
…Berkata kami: Turunlah kamu, sebagian kamu dengan yang lain bermusuh-
musuhan; dan untukmu tempat kediaman diatas bumi dan kesenangan, hingga
seketika (sampai ajalnya).
Ayat 38
Berkata Kami: Turunlah kamu sekalian dari surga. Jika datang petunjukKu
kepadamu, maka barang siapa mengikut petunjukKu itu, niscaya tak ada
ketakutan atas mereka dan tiada mereka berduka-cita.
Ayat 54
Ketika berkata Musa kepada kaumnya: Hai kaumku, sesungguhnya kamu
telah menganiaya dirimu sendiri, karena kamu mengambil anak sapi (menjadi
Tuhan), sebab itu taubatlah kamu kepada Yang Menjadikan kamu, dan
bunuhlah dirimu!
62
Ayat 55
Ketika kamu berkata: Ya Musa, kami tak akan percaya kepada engkau,
sehingga kami melihat Allah berterang-terang, lalu halilintar menyiksa kamu,
sedang kamu melihatnya.
Ayat 58
Ketika kami berkata: Masuklah kamu kedalam negeri ini (Baitu’l Mukaddas)
dan makanlah didalamnya dengan bersenang-senang sebagaimana kamu
kehendaki dan masuklah kepintunya dengan tunduk,…
Ayat 59
…(perkataan) yang tiada dikatakan kepadanya, lalu Kami turunkan kepada
orang-orang yang aniaya itu siksaan dari langit, karena mereka itu pasik.
63
Ayat 60
(Ingatlah) ketika Musa minta air untuk kaumnya, lalu Kami berkata: Pukullah
batu itu dengan tongkatmu! Lalu terpancarlah dua belas mata air daripadanya.
Sesungguhnya tiap-tiap orang telah mengetahui tempat minumnya masing-
masing: Makanlah dan minumlah dari rezeki Allah dan janganlah kamu
berbuat bencana dimuka bumi sebagai orang-orang jahat.
Ayat 61
(ingatlah) ketika kamu berkata: Ya Musa, kami tiada sabar, jika makanan itu
semacam saja, sebab itu mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu, supaya
ditumbuhkanNya untuk kami dari apa-apa yang ditumbuhkan bumi (yaitu)
sayur-sayuran, mentimun, bawah putih (gandum),’adas dan bawang merah.
Berkata Musa: Maukah kamu menukar barang yang baik dengan yang
buruk?...
64
Ayat 67
(Ingatlah) ketika berkata Musa kepada kaumnya: Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyembelih sapi betina. Jawab mereka itu: Adakah engkau
memperolok-olokan kami? Berkata Musa: Aku berlindung pada Allah, bahwa
aku termasuk orang-orang yang jahil (tiada berilmu).
Ayat 68
Berkata mereka itu: Mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu, supaya
diterangkanNya kepada kami, sapi apakah itu? Berkata Musa: Sesungguhnya
Allah berkata, bahwa sapi itu tiada tua dan tiada pula terlalu muda,
pertengahan antara itu, maka perbuatlah apa yang disuruh itu.
Ayat 69
Berkata mereka itu: Mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu, supaya
diterangkanNya kepada kami, apakah warnanya? Jawab Musa: Sesungguhnya
Allah berkata: Sapi itu kuning tua warnanya, menggirangkan hati orang-orang
yang melihatnya.
65
Ayat 70
Berkata mereka itu: Mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu, supaya
diterangkanNya kepada kami, sapi apakah itu? Sungguh sapi itu telah
meragukan kami. Insya Allah kami mendapat petunjuk (mencari sapi itu).
Ayat 71
Berkata Musa: Allah berfirman: Sesungguhnya sapi itu bukan yang telah
patuh untuk membajak bumi dan bukan pula menyirami ladang, lagi sejahtera,
tidak belang warnanya sedikitpun. Berkata mereka itu: Sekarang telah engkau
terangkan dengan sebenarnya. Lalu mereka sembelih sapi itu, hampir mereka
tiada dapat memperbuatnya.
Ayat 73
Lalu Kami berkata: Pukullah orang yang mati itu dengan sebagian anggota
sapi itu…
66
Ayat 76
…mereka berkata: Kami telah beriman, mereka berkata: Kami telah
beriman… …mereka berkata: Mengapa kamu beritakan kepada orang-orang
beriman (karunia) yang dibukakan Allah kepadamu?...
Ayat 79
…mereka berkata: Ini dari sisi Allah, supaya dapat mereka menjualnya dengan
uang yang sedikit…
Ayat 80
Berkata mereka: Kita tiada akan disentuh api neraka, melainkan beberapa hari
saja. Katakanlah: Adakah kamu telah berjanjji dengan Allah, tentu Allah tiada
akan memungkiri janjiNya,…
Ayat 88
Berkata mereka itu: Hati kami tertutup, (tidak mau menerima), tetapi Allah
mengutuki mereka sebab kekapirannya, maka sedikitlah yang beriman diantara
mereka.
67
Ayat 91
Apabila dikatakan kepada mereka: Berimanlah kamu kepada (kitab) yang
diturunkan Allah, berkata mereka: Kami beriman kepada (kitab) yang
diturunkan kepada kami, sedang mereka ingkar akan (kitab) yang diturunkan
kemudiannya, pada hal kitab itu sebenarnya (dari Allah) serta membenarkan
(kitab) yang ada pada mereka. Katakanlah: Mengapakah kamu bunuh nabi-
nabi Allah masa dahulu, jika kamu sebenarnya beriman?
Ayat 93
…Mereka berkata: Kami dengarkan dan kami durhakai…
…Katakanlah, amat jahat apa yang diperintahkan oleh keimananmu, jika
kamu sebenarnya orang beriman.
Ayat 94
68
Katakanlah: Jika kampung akhirat khusus untukmu disisi Allah tanpa
manusia yang lain, maka hendaklah kamu cita-cita mati, jika kamu orang yang
benar.
Ayat 97
Katakanlah: Barang siapa menjadi musuh bagi Jibril, maka sesungguhnya
Jibril itu menurunkan Qur’an kedalam hati engkau (ya Muhammad) dengan
izin Allah, serta membenarkan (kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk
dan kabar gembira bagi orang-orang beriman.
Ayat 102
…melainkan lebih dahulu berkata: Kami ini hanya mendatangkan cobaan,
sebab itu janganlah engkau kafir…
69
Ayat 104
…Janganlah kamu sebut: Ra’inna (Jagalah kami) dan sebutlah: Pandanglah
kami, dan dengarkanlah olehmu!...
Ayat 111
Berkata mereka itu: Tiadalah yang akan masuk surga, melainkan orang-orang
Yahudi atau orang-orang Nasrani. Demikianlah angan-angan mereka.
Katakanlah: Unjukkanlah dalil (alasanmu), jika kamu orang benar.
Ayat 113
Berkata orang-orang Yahudi: Orang-orang Nasrani itu bukanlah atas suatu
(kebenaran). Berkata pula orang-orang Nasrani: Orang-orang Yahudi
bukanlah atas sesuatau (kebenaran), sedang mereka itu sama-sama membaca
Kitab…
Ayat 117
…Dia berkata: Jadilah engkau. Lalu jadilah ia.
70
Ayat 120
…Katakanlah, sesungguhnya petunjuk Allah ialah sebenarnya petunjuk…
Ayat 124
…Berkata Allah: Sesungguhnya Aku angkat engkau (ya Ibrahim) menjadi
imam (orang ikutan) bagi manusia. Berkata Ibrahim: (Begitu pula hendaknya)
dari anak cucuku. Berkata Allah: Tetapi orang-orang yang aniaya tiada
mendapat perjanjianKu ini.
Ayat 126
(Ingatlah) ketika berkata Ibrahim: Ya, Tuhanku jadikanlah ini sebuah negeri
yang aman, dan berilah rezeki penduduknya dengan bermacam buah-buahan,
(yaitu) orang yang beriman kepada Allah dan hari yang kemudian. Berfirman
Allah: Barang siapa yang kafir, maka Kuberi kesenangan sedikit, kemudian
Kumasukkan dia kedalam azab neraka; dan disitulah tempat tinggal yang se-
jahat-jahatnya.
71
Ayat 131
(Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepada Ibrahim: Islmalah engkau!
Jawabnya: Saya telah Islam (patuh mengikut) Tuhan semesta alam.
Ayat 133
…ketika ia berkata kepada anak-anaknya; Apakah yang kamu sembah,
kemudian matiku? Sahut mereka: Kami sembah Tuhanmu dan Tuhan bapa-
bapamu, (yaitu) Ibrahim, Isma’il dan Ishaq, sedang Dia Tuhan yang Esa; dan
kami patuh kepadaNya.
Ayat 135
Berkata mereka itu: Beragama, Yahudilah kamu, atau beragama Nasrani,
supaya kamu mendapat petunjuk. Katakanlah: Bahkan agama Ibrahim yang
lurus (kami ikut), dan bukanlah dia termasuk orang-orang musyrik.
Ayat 139
Katakanlah: Adakah kamu membantah kami tentang Allah?...
72
Ayat 140
Adakah kamu katakan, bahwa Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak-
anaknya, semuanya beragama Yahudi atau Nasrani? Katakanlah: Adakah
kamu yang lebih tahu atau Allah?...
Ayat 167
Berkata orang-orang yang mengikuti: Kalau sekiranya kami kembali (keatas
dunia), maka berlepas diri pula kami dari mereka, sebagaimana mereka
berlepas diri dari kami…
Ayat 170
Apabila dikatakan kepada mereka: Ikutlah apa-apa yang diturunkan Allah!
Maka jawab mereka: Tetapi kami mengikut apa-apa yang kami peroleh dari
bapa-bapa kami…
73
Ayat 200
…Maka diantara manusia ada yang berkata: Ya Tuhan kami, berilah kami
(kebaikan) didunia. Maka tak adalah untuknya dagian diakhirat.
Ayat 206
Apabila dikatakan kepadanya: Takutlah kepada Allah, kesombongannya
mendorongnya berbuat dosa…
Ayat 217
…Katakanlah: Berperang pada bulan itu besar (dosanya),…
74
Ayat 219
… Katakanlah: Sekadar berlebih dari hajatmu…
Ayat 220
…Katakanlah: Berbuat kebaikan untuk mereka lebih baik, dan jika kamu
bergaul dengan mereka, maka mereka itu saudaramu…
Ayat 222
…Katakanlah: Ia suatu kotoran, sebab itu hindarkanlah perempuan-
perempuan ketika mereka dalam haidl,…
…Apabila mereka bersuci (mandi) bersetubuhlah kamu dengan mereka
sebagaimana Allah tetap menyuruhmu. Sesungguhnya Allah mengasihi orang-
orang yang taubat dan mengasihi orang-orang bersuci.
75
Ayat 246
…mereka berkata kepada Nabi mereka: Utuslah seorang raja untuk kami,
supaya kami berperang pada jalan Allah. Berkata Nabi itu: Barangkali kamu
tiada mau berperang, jika diperlukan peperangan itu atas kamu. Jawab mereka
itu: Mengapakah kami tiada mau berperang pada jalan Allah,…
Ayat 247
Berkata Nabi mereka kepada mereka: Sesungguhnya Allah telah mengutus
Thalut menjadi raja untukmu. Berkata mereka itu: Bagaimanakah ia akan
menjadi raja atas kami, sedang kami lebih patut menjadi raja dari padanya, dan
dia tiada mempunyai harta yang banyak? Berkata Nabi: Sesungguhnya Allah
telah memilih dia diantara kamu, serta menambahinya dengan ‘ilmu yang luas
dan tubuh yang kuat;…
76
Ayat 248
Berkata Nabi mereka kepada mereka: Sesungguhnya tanda kerjaannya ialah
bahwa datang kepadamu sebuah peti, yang membawa ketenangan hati dari
Tuhanmu dan peninggalan yang ditinggalkan keluarga Musa dan keluarga
Harun, sedang peti itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada demikian itu
menjadi tanda bagimu, jika kamu orang beriman.
Ayat 249
Maka tatkala keluar Thalut bersama tentaranya berkatalah ia: Sesungguhnya
Allah mencobai kamu dengan suatu sungai…
…berkata mereka itu: Tak ada kekuasaan bagi kami pada hari ini memerangi
Jalut serta tentaranya.
Berkata orang-orang yang mengetahui, bahwa mereka akan menemui Allah:…
77
Ayat 250
…berkata mereka: Ya Tuhan kami, tumpahkanlah kesabaran kedalam hati
kami dan tetapkanlah telapak kaki kami (kuatkanlah kami) dan tolonglah kami
melawan kaum yang kafir itu.
Ayat 258
…berkata Ibrahim: Tuhan sayalah yang menhidupkan (orang) dan
mematikannya. Berkata Ibrahim: Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari
dari timur, maka cobalah engkau terbitkan dari barat…
Ayat 259
78
…ia berkata: Bagaimanakah Allah memakmurkan negeri ini kembali sesudah
musnah? Lalu dia dimatikan Allah seratus tahun lamanya, kemudian
dihidupkanNya kembali. Allah berkata: Berapa lamanya engkau tinggal disini?
Ia menjawab: Saya tinggal disini sehari atau setengah hari. Berkata Allah:
Bahkan engkau tinggal disini seratus tahun, maka lihatlah makanan dan
minuman engkau, tiada ia berubah; dan lihat pula keledai (himar) engkau; dan
supaya Kami jadikan engkau suatu tanda (akan berbangkit) untuk manusia dan
perhatikanlah tulang-tulang itu, bagaimana Kami menyusunnya, kemudian Kami
bungkus dengan daging. Setelah nyata yang demikian baginya, ia berkata: Saya
mengetahui, bahwa Allah Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu.
Ayat 260
(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata: Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku
bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati. Allah berkata: Tidakkah
engkau beriman (percaya)? Sahutnya: Ya (saya percaya), tetapi untuk
mententramkan hatiku. Allah berkata: Ambillah empat ekor burung dan
hampirkan kepada engkau (potong-potonglah semuanya),…
Ayat 285
…Mereka berkata: Kami dengar dan kami ikut, kami minta ampunan Engkau,
ya Tuhan kami dan kepada Engkau tempat kembali.
79
4. Ayat 12:
Ingatlah, sesungguhnya mereka itu berbuat bencana, tetapi mereka tiada sadar.
Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 12) terdapat satu kalimat majemuk
subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi.
Jumlah لآ merupakan klausa utama, sedangkan jumlah
sampai merupakan klausa bawahan yang berfungsi sebagai
objek. Adapun mengenai penerjemahannya, sebaiknya kata „sesungguhnya‟ dapat
diganti dengan partikel penghubung komplementasi „bahwa‟ tanpa harus diawali
dengan tanda koma (,) dan termasuk kalimat tidak langsung.69
5. Ayat 20:
Hampir kilat menyambar pemandangan mereka, tiap-tiap kali kilat itu bercahaya,
mereka berjalan, tetapi apabila gelap, mereka berhenti. Kalau dikehendaki
69 Ingatlah, bahwa mereka itu berbuat bencana, tetapi mereka tiada
sadar.
80
Allah, niscaya dihilangkanNya pendengaran dan pemandangan mereka.
Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 20) terdapat satu kalimat majemuk
subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi.
Jumlah merupakan klausa utama,
sedangkan jumlah ر merupakan klausa bawahan yang
berfungsi sebagai objek. Adapun penerjemahannya sudahlah cukup, seandainya ia
dijadikan kalimat langsung, menurut hemat Penulis, kata „sesungguhnya‟
sebaiknya dihilangkan.
6. Ayat 32:
Jawab mereka: Mahasuci Engkau, tak adalah pengetahuan kami, melainkan
apa-apa yang Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau Maha
mengetahui lagi Mahabijaksana.
Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 32) terdapat satu kalimat majemuk
subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi.
Dalam klausa bawahannya tidak diwajibkan konjungsi إن /inna/ karena verba
klausa utamanya ialah derivasi dari qâla. Jumlah sampai jumlah
81
… merupakan klausa utama, sedangkan jumlah
merupakan klausa bawahan. Adapun dalam penerjemahannya, kata
„sesungguhnya‟ sebaiknya dihilangkan, jika tidak dihilangkan, cukuplah klausa
utama saja sebagai kalimat langsung.70
Selain ayat 12, ayat 20, dan ayat 32 yang termasuk kalimat majemuk
subordinatif hubungan komplementasi yang terdapat pada terjemahan Tafsir Al-
quran al-Karim karya Mahmud Yunus, ayat yang berkategori إن /inna/ yaitu:
Ayat 33
…Allah berfirman: Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa Aku
mengetahui yang gaib dilangit dan dibumi, serta Kuketahui apa-apa yang kamu
lahirkan dan apa-apa yang kamu sembunyikan.
Ayat 37
Kemudian Adam memperoleh beberapa kalimat dari Tuhannya (ia minta
ampun), lalu Allah menerima taubatnya, sesungguhnya Dia Penerima taubat
lagi Penyayang.
70Jawab mereka: Mahasuci Engkau, tak adalah pengetahuan kami,
melainkan apa-apa yang Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau
Maha mengetahui lagi Mahabijaksana.
82
Ayat 45
Minta tolonglah kamu (kepada Tuhan) dengan kesabaran dan (mengerjakan)
sembahyang; dan sesungguhnya sembahyang itu amat berat, kecuali bagi
orang-orang yang tunduk (kepada Allah);
Ayat 54
Ketika berkata Musa kepada kaumnya: Hai kaumku, sesungguhnya kamu
telah menganiaya dirimu sendiri, karena kamu mengambil anak sapi (menjadi
Tuhan), sebab itu taubatlah kamu kepada Yang Menjadikan kamu, dan
bunuhlah dirimu!...
Ayat 61
83
…Berangkatlah kamu kekota, disana kamu mendapat apa-apa yang kamu
minta. Lalu mereka itu ditimpa kehinaan dan kemiskinan dan mereka kembali
mendapat kemarahan dari Allah...
Ayat 67
(Ingatlah) ketika berkata Musa kepada kaumnya: Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyembelih sapi betina. Jawab mereka itu: Adakah engkau
memperolok-olokan kami? Berkata Musa: Aku berlindung pada Allah, bahwa
aku termasuk orang-orang yang jahil (tiada berilmu).
Ayat 70
Berkata mereka itu: Mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu, supaya
diterangkanNya kepada kami, sapi apakah itu? Sungguh sapi itu telah
meragukan kami. Insya Allah kami mendapat petunjuk (mencari sapi itu).
Ayat 74
Kemudian hatimu menjadi keras sesudah itu, lalu ia seperti batu atau lebih
keras. Sesungguhnya dari sebagian batu, terpancar air sungai dari padanya,
dan diantara batu ada yang belah, lalu keluar air dari padanya, dan
84
setengahnya pula jatuh, karena takut kepada Allah. Allah tiada lalai dari apa-
apa yang kamu kerjakan.
Ayat 97
Katakanlah: Barang siapa menjadi musuh bagi Jibril, maka sesungguhnya
Jibril itu menurunkan Qur’an kedalam hati engkau (ya Muhammad) dengan
izin Allah…
Ayat 98
Barang siapa menjadi musuh bagi Allah, malaikatNya, rasulNya, Jibril dan
Mikail, maka sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir.
Ayat 109
…Maka ma’afkanlah mereka dan bebaskanlah, sehingga Allah mendatangkan
perintahNya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu.
85
Ayat 110
Dirikanlah sembahyang dan bayarkanlah zakat; dan apa-apa yang kamu
usahakan diantara kebaikan untuk dirimu, niscaya kamu peroleh pahalanya
disisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
Ayat 115
Kepunyaan Allah timurdan barat, kemana kamu menghadap, maka disanalah
kiblat (yang disukai) Allah. Sesungguhnya Allah Luas (karuniaNya) lagi
Mahamengetahui.
Ayat 127
(Ingatlah) ketika Ibrahim mempertinggi asas Bait (ka’bah) bersama Isma’il,
(kemudian berkata): Ya Tuhan kami, terimalah amalan kami, sesungguhnya
Engkau Mahamendengar lagi Mahamengetahui,
Ayat 128
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami dua orang muslim, (patuh mengikutmu) dan
dari anak cucu kami menjadi umat muslim bagi Engkau, dan perlihatkanlah
86
kepada kami ‘amalan haji, dan terimalah taubat kami; sesungguhnya Engkau
Penerima taubat, lagi Penyayang.
Ayat 129
Ya Tuhan kami, utuslah kepada mereka seorang rasul diantara mereka, yang
akan membacakan ajat-ajatMu kepada mereka dan akan mengajarkan Kitab
dan hikmah kepada mereka serta akan membersihkan mereka (dari kelakuan-
kelakuan yang keji), sesungguhnya Engkau Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Ayat 132
…Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama (Islam)
untukmu, maka janganlah kamu mati, melainkan dalam keadaan muslim.
Ayat 143
…Allah tiada menyia-nyiakan keimanan kamu. Sungguh Allah Pengasih lagi
Penyayang kepada manusia.
87
Ayat 144
…Dimana-mana kamu berada, maka hadapkanlah mukamu kearahnya.
Sesungguhnya ahli kitab (Yahudi, Nasrani) mengetahui, bahwa yang demikian
itu suatu kebenaran dari Tuhannya. Allah tiada lalai dari apa-apa yang mereka
kerjakan.
Ayat 145
…Demi, jika engkau turut kemauan mereka, setelah datang kepada engkau
ilmu pengetahuan, niscaya engkau ketika itu termasuk orang-orang aniaya.
Ayat 146
Orang-orang yang Kami datangkan Kitab kepadanya, mereka kenal akan dia,
sebagaimana mereka kenal akan anak-anaknya sendiri. Sesungguhnya
segolongan mereka menyembunyikan kebenaran, sedang mereka
mengetahuinya.
88
Ayat 148
…Dimana saja kamu berada, Allah akan menghimpunkan kamu sekalian (pada
hari kiamat). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu.
Ayat 149
Kemana saja engkau keluar (berjalan), maka hadapkanlah mukamu kearah
mesjidil haram (Ka’bah). Sesungguhhnya yang demikian itu suatu kebenaran
dari Tuhanmu…
Ayat 153
…mereka berkata: Inna lillahi wainna ilaihi radji’un. (Bahwa sesungguhnya
kita kepunyaan Allah dan kita akan kembali kepadaNya).
Ayat 158
…Barang siapa mengerjakan kabaikan (memperbuat sunnat), maka
sesungguhnya Allah Syukur (Membalas) lagi Mahamengetahui.
89
Ayat 168
…dan janganlah kamu ikut langkah-langkah syetan. Sungguh syetan itu
musuh yang nyata bagimu.
Ayat 173
…Tetapi barang siapa yang terpaksa (memakannya), sedang ia tiada aniaya
dan tiada pula melampaui batas, maka tak ada dosa terhadapnya. Sungguh
Allah Pengampun, lagi Penyayang.
Ayat 176
Demikian itu, karena Allah telah menurunkan Kitab dengan sebenarnya.
Sesungguhnya orang-orang yang bersalah-salahan tentang Kitab itu adalah
dalam perselisihan yang jauh.
Ayat 181
…maka hanya dosanya atas orang-orang yang mengubah itu. Sesungguhnya
Allah Mahamendengar, lagi Mahamengetahui.
90
Ayat 182
Barang siapa takut (mengetahui) orang yang berwasiat dengan tidak adil atau
berdosa, lalu diperdamaikannya antara mereka itu, maka tak ada dosa
terhadapnya. Sesungguhnya Allah Pengampun lagi Penyayang.
Ayat 186
Apabila hambaKu bertanya kepada engkau tentang halKu, maka sesungguhnya
Aku hampir…
Ayat 190
Perangilah olehmu pada jalan Allah akan orang-orang yang memerangi kamu
dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tiada mengasihi
orang-orang yang melampaui batas.
Ayat 192
Jika mereka itu berhenti, maka sungguh Allah Pengampun lagi Penyayang.
91
Ayat 195
Belanjakanlah (hartamu) pada jalan Allah dan janganlah kamu jatuhkan
dirimu kedalam kebinasaan dan berbuat baiklah. Sesungguhnya Allah
mengasihi orang-orang berbuat baik.
Ayat 197
…Berbekallah kamu dan sesungguhnya sebaik-baik perbekalan, ialah taqwa
(memelihara diri dari meminta-minta)…
Ayat 208
…dan janganlah kamu turut langkah-langkah syetan. Sungguh syetan itu
musuhmu yang nyata.
Ayat 211
92
…Barang siapa menukarkan nikmat Allah, setelah datang kepadanya, maka
sesungguhnya Allah amat keras siksaanNya.
Ayat 214
…Apabilakah tibanya, pertolongan Allah? Ingatlah, bahwasannya pertolongan
Allah hampir akan tiba.
Ayat 215
…Apa-apa yang kamu perbuat diantara kebaikan, maka sesungguhnya Allah
Mahamengetahuinya.
Ayat 220
…Jika Allah menghendaki niscaya disempitkanNya kamu. Sungguh Allah
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
93
Ayat 222
…Apabila mereka bersuci (mandi) bersetubuhlah kamu dengan mereka
sebagaimana Allah tetap menyuruhmu. Sesungguhnya Allah mengasihi orang-
orang yang taubat dan mengasihi orang-orang bersuci.
Ayat 226
Orang-orang yang bersumpah dengan perempuan-perempuan (tiada akan
bersetubuh) diberi janji empat bulan lamanya, maka jika mereka kembali,
sesungguhnya Allah Pengampun lagi Penyayang.
Ayat 227
Jika mereka bercita-cita hendak menceraikannya, maka sesungguhnya Allah
Mahamendengar lagi Mahamengetahui.
Ayat 237
…Janganlah kamu lupakan karunia (pemberian) sesama kamu. Sesungguhnya
Allah Mahamelihat apa-apa yang kamu kerjakan.
94
Ayat 243
…(Maka matilah semuanya), kemudian dihidupkanNya mereka kembali.
Sesungguhnya Allah Mempunyai karunia untuk manusia, tetapi kebanyakan
manusia tiada berterima kasih.
Ayat 247
Berkata Nabi mereka kepada mereka: Sesungguhnya Allah telah mengutus
Thalut menjadi raja untukmu. Berkata mereka itu: Bagaimanakah ia akan
menjadi raja atas kami, sedang kami lebih patut menjadi raja dari padanya, dan
dia tiada mempunyai harta yang banyak? Berkata Nabi: Sesungguhnya Allah
telah memilih dia diantara kamu, serta menambahinya dengan ‘ilmu yang luas
dan tubuh yang kuat;…
95
Ayat 248
Berkata Nabi mereka kepada mereka: Sesungguhnya tanda kerjaannya ialah
bahwa datang kepadamu sebuah peti, yang membawa ketenangan hati dari
Tuhanmu dan peninggalan yang ditinggalkan keluarga Musa dan keluarga
Harun, sedang peti itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada demikian itu
menjadi tanda bagimu, jika kamu orang beriman.
Ayat 249
Maka tatkala keluar Thalut bersama tentaranya berkatalah ia: Sesungguhnya
Allah mencobai kamu dengan suatu sungai...
…Berkata orang-orang yang mengetahui, bahwa mereka akan menemui
Allah:…
Ayat 252
96
Demikian itulah ayat-ayat Allah, Kami bacakan kepada engkau (ya
Muhammad) dengan sebenarnya, dan sesungguhnya engkau salah seorang
diantara Rasul-rasul.
Ayat 258
…Berkata Ibrahim: Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur,
maka cobalah engkau terbitkan dari barat…
Ayat 270
Apa-apa yang kamu nafkahkan sesuatu nafkah atau kamu nazarkan sesuatu
nazar, sesungguhnya Allah mengetahuinya; dan tak ada penolong untuk
orang-orang aniaya.
Ayat 273
97
…dan apa-apa yang kamu nafkahkan dari harta, sungguh Allah
Mahamengetahuinya.
Ayat 275
…Demikian itu karena mereka berkata: Jual beli itu hanya seperti riba..
7. Ayat 46:
(Yaitu) orang-orang yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan
mereka akan kembali kepadanNya (1).
Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 46) terdapat satu kalimat majemuk
subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi.
Jumlah merupakan klausa utama, sedangkan jumlah
sampai merupakan klausa bawahan. Adapun
penerjemahannya sudah tepat, karena hubungan komplementasi dianggap sebagai
kalimat tidak langsung.
98
8. Ayat 106:
Apa-apa ayat (mu’jizat) yang Kami ubah atau Kami lupakan (kepadamu), Kami
datangkan (gantinya) dengan yang lebih baik dari padanya atau yang
seumpamanya. Tidakkah engkau tahu, bahwa Allah Mahakuasa atas tiap-tiap
sesuatu?
Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 106) terdapat satu kalimat majemuk
subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi.
Jumlah merupakan klausa utama, sedangkan jumlah
merupakan klausa bawahan. Adapun penerjemahannya sudah tepat,
karena hubungan komplementasi dianggap sebagai kalimat langsung.
9. Ayat 107:
Tidakkah engkau tahu, bahwa bagi Allah kerajaan langit dan bumi; dan tak
ada wali dan penolong untukmu, selain dari Allah.
99
Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 107) terdapat satu kalimat majemuk
subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi.
Jumlah merupakan klausa utama, sedangkan jumlah
merupakan klausa bawahan. Adapun penerjemahannya
sudah tepat, karena hubungan komplementasi dianggap sebagai kalimat tidak
langsung.
Selain ayat 46, ayat 106, dan ayat 107 yang termasuk kalimat majemuk
subordinatif hubungan komplementasi yang terdapat pada terjemahan Tafsir Al-
quran al-Karim karya Mahmud Yunus, ayat yang berkategori anna yaitu:
Ayat 47
Hai Bani Israil, ingtalah akan nikmatKu yang telah Kuanugerahkan kepadamu
dan sesungguhnya Aku telah memuliakan kamu dan seisi ‘alam.
Ayat 61
100
…Demikian itu karena mereka itu menyangkal ayat-ayat Allah dan membunuh
NabiNabi tanpa kebenaran…
Ayat 77
Tiadakah mereka itu tahu, bahwa Allah mengetahui apa-apa yang mereka
rahasiakan dan apa-apa yang mereka lahirkan.
Ayat 122
Hai Bani Israil! Ingatlah akan nikmatKu, yang telah Kuberikan kepadamu dan
sesungguhnya Aku telah melebihkan kamu dari seisi alam.
Ayat 144
…Dimana-mana kamu berada, maka hadapkanlah mukamu kearahnya.
Sesungguhnya ahli kitab (Yahudi, Nasrani) mengetahui, bahwa yang demikian
itu suatu kebenaran dari Tuhannya. Allah tiada lalai dari apa-apa yang mereka
kerjakan.
101
Ayat 165
…Jika orang-orang aniaya mengetahui, ketika mereka melihat siksaan,
(niscaya…). Sesungguhnya kekuasaan bagi Allah semuanya dan sungguh
Allah sangat keras siksaanNya.
Ayat 167
Berkata orang-orang yang mengikuti: Kalau sekiranya kami kembali (keatas
dunia), maka berlepas diri pula kami dari mereka, sebagaimana mereka
berlepas diri dari kami….
Ayat 187
102
…Allah mengetahui, bahwa kamu telah berkhianat kepada dirimu sendiri,
maka diterimaNya taubatmu dan dima’afkanNya kesalahanmu…
Ayat 194
…dan takutlah kepada Allah dan ketahuilah, bahwasannya Allah beserta
orang-orang taqwa.
Ayat 203
…Takutlah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa kamu akan dihimpunkan
kepadaNya.
Ayat 209
Jika kamu tergelincir (terperdaya) sesudah datang kepadamu beberapa
keterangan, maka ketahuilah, bahwa Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Ayat 223
…Takutlah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa kamu akan menghadapNya…
103
Ayat 231
…Takutlah kepada Allah dan ketahuilah, bahwasannya Allah
Mahamengetahui tiap-tiap sesuatu.
Ayat 235
…Ketauilah, bahwasannya Allah mengetahui apa-apa yang ada dalam hatimu,
maka takutlah kamu kepadaNya dan ketahuilah, bahwasannya Allah
Pengampun, lagi Penyantun.
Ayat 244
Berperanglah kamu pada jalan Allah dan ketahuilah, bahwasannya Allah
Mahamendengar lagi Mahamengetahui.
104
Ayat 260
…dan ketahuilah, sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Ayat 267
…dan ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah Mahakaya, lagi Mahaterpuji.
105
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah membahas dan menelaah kalimat majemuk subordinatif hubungan
komplementasi dan penerjemahannya dalam bahasa Indonesia, maka dapat
diambil kesimpulannya.
Dalam bahasa Indonesia, konjungsi komplementasi hanya ada satu
macam, yaitu bahwa. Sementara itu dalam bahasa Arab, konjungsi tersebut
terdapat dua macam (inna dan anna) yang memiliki aturan masing-masing. Dalam
bahasa Indonesia, konjungsi komplementasi bisa diubah menjadi kalau meskipun
dalam ragam yang tidak resmi. Namun, dalam bahasa Arab, pergantian ini
tidaklah berlaku. Konjungsi komplementasi dalam bahasa Arab yang berupa inna
dan anna hanya bisa dirampingkan menjadi an atau in.
Penerjemahan konjungsi komplementasi dalam surat al-Baqarah pada
terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud Yunus cukup bervariatif,
apalagi „jika‟ ditinjau dari kalimat langsung dan tidak langsung. Hal ini biasanya
„jika‟ terkait dengan klausa utama yang berpredikat verba qâla. Apabila klausa
bawahan setelah verba tersebut dianggap kalimat langsung, maka konjungsi
bahwa tidak perlu ada. Sebaliknya, jika klausa bawahan setelah verba tersebut
dianggap sebagai kalimat tidak langsung, maka konjungsi bahwa perlu
dihadirkan.
DAFTAR PUSTAKA
al-Ghulayaini, Mustafa. 2002. Jami‟ ad-Durus al-Arabiyah. Beirut: dar al-Kutub
al-Ilmiyyah.
al-Hasyimi, Ahmad. 2003. al-Qawaid al-Asasiyah al-Lughoh al-Arabiyah. Beirut:
al-Maktabah al-Ashriyah.
Alwi, Hasan dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Anis, Ahmad. 2006. “Analisis Kalimat Majemuk Subordinatif Hubungan
Komplementasi Dalam Surat Al-Anfal.” Skripsi S1 Fakultas Adab dan
Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta.
Asrori, Imam. 2004. Sintaksis Bahasa Arab. Malang: Misykat.
Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran).
Bandung: Refika Aditama.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ghofur, Saiful Amin. 2008. Profil Para Mufassir al-Quran, Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani
Herry Muhammad, dkk. 2006. Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20.
Jakarta: Gema Insani Press.
Hidayatullah, Moch. Syarif. 2010. Tarjim Al-an (Cara Mudah Menerjemahkan
Arab-Indonesia). Tangerang Selatan: Dikara.
Hidayatullah, Moch. Syarif. 2012. Cakrawala Linguistik Arab. Tangerang
Selatan: Alkitabah.
Hilman, Muhamad. 2010. “Analisis Semantik Terhadap Terjemahan Al-quran
(Surat adh-Dhuha dan al-Insyirah) Studi Komparatif antara Terjemahan
Mahmud Yunus dengan T.M. Hasbi ash Shiddieqy.” Skripsi S1 Fakultas
Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta.
Ibrahim, Sulaiman. 2011. Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam
Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, Cet. I
Keraf, Gorys.1984. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.
Khairah, Miftahul dan Sakura Ridwan. 2014. Sintaksis (Memahami Satuan
Kalimat Perspektif Fungsi). Jakarta: Bumi Aksara.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi Askara.
Nadwi, Abdullah Abbas. 1996. Belajar Mudah Bahasa Al-quran. Bandung:
Mizan.
Nardianti, Sri. 1996. Konjungsi Subordinatif dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Parera, J.D. 2009. Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ramlan, M. 1983. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.
Rofi‟i. 2002. Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia. Jakarta: Persada Kemala.
Shihabuddin. 2005. Penerjemahan Arab-Indonesia, Teori dan Praktek. Bandung:
Humaniora.
Suhadi. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Tadjuddin, Moch. 2013. Bahasa Indonesia Bentuk dan Makna. Bandung: Alumni.
Verhaar, J.W.M. 1981. Pengantar Linguistik. Universitas Indonesia: Gadjah Mada
University Press.
Yunus, Mahmud. 2002. Tafsir Quran al-Karim. Jakarta: Hidakarya Agung.
LAMPIRAN
No. AYAT NASH KONSTRUKSI KATEGORI ب ... 8 .1 ه ا ق /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو
2. 11 ... و ى جبسجشس+ قبه إرا ق Verba قبه /Qâla/
3. ... ح ب اإ قبى
قبه + إ
Sebagai Isi Ucapan
Dari Verba قبه /Qâla/
4. 12 ... + ضش ا إ إ /inna/ إ
5. 13 ... و ى جبسجشسقبه + إرا ق Verba قبه /Qâla/
6. ... ؤ اا /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبى
ب ... 14 .7 اا /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبى
8. ... ؼن ب اإ قبى Sebagai Isi Ucapan قبه + إ
Dari Verba قبه /Qâla/
اهلل ... 20 .9 +إع إ إ /inna/ إ
10. 25 ... ازااىز /Qâla/ قبه Verba قبه + إشبسح قبى
إر قبه سثل ... 30 .11 /Qâla/ قبه Verba قبه + إع
ب .. .12 ا ارجؼو ف /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبى
13. ... اػي قبه إ Sebagai Isi Ucapan قبه + إ
Dari Verba قبه /Qâla/
...فقبه 31 .14 جئ ا /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو أش
ذ ... 32 .15 ل ا + ضش إ إ /inna/ إ
ل ... .16 ا عجحب /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو رؼجت قبى
17. 33 ... أػي + ضش إ إ /inna/ إ
18. ... باد + حشف ذاء قبه قبه Verba قبه /Qâla/
اقو ... .19 /Qâla/ قبه Verba قبه + إعزفب قبه اى
يبئنخ ... 34 .20 ب ىي إر قي /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش
21. 35 ... باد ب قي /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش
ا ... 36 .22 جط با قي /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش
23. 37 ... + ضش إ إ /inna/ إ
ا ... 38 .24 جط با /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش قي
شح ... 45 .25 ب ىنج إ + ضش inna sebagai jumlah إ
isti’naf (permulaan)
ا ... 46 .26 يب ق + ضش أ أ /anna/أ
27. ... إى أ + ضش أ /anna/أ
28. 47 ... فضيزن أ + ضش أ /anna/أ
29. 54 ... ز طي ن + ضش إ إ /inna/ إ
30. ... إ + ضش إ /inna/ إ
ع ... .31 إر قبه /Qâla/ قبه Verba قبه + إع
32. 55 ... إر قيز /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش
ب ... 58 .33 إر قي /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش
احطخ ... .34 ى ق /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش
35. 59 ... شاىز ال غ /Qâla/ قبه Verba قبه + إعزثبء ق
باضشة ... 60 .36 /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش فقي
37. 61 ... + ضش رىل ثؤ أ /anna/أ
38. ... ىن + خجش قذ فئ إ /inna/ yang terletak
ketika khabar (P)
inna-nya ada lam
ibtida’
39. ... إر قيز /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش
40. ... /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبه ارغزجذى
41. 65 ... ب ى /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش فقي
42. 67 اهلل ...إ +إع إ /inna/ إ
ع ... .43 إر قبه /Qâla/ قبه Verba قبه + إع
ب ... .44 ا ارزخز /Qâla/ قبه Verba قبه + إعزفب قبى
ر ... .45 /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو بض قبه اػ
ب ... 68 .46 ا ادع ى /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو أش قبى
ه ... .47 ق قبه إ Sebagai Isi Ucapan قبه + إ
Dari Verba قبه /Qâla/
ب ... 69 .48 ا ادع ى /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو أش قبى
ه ... .49 ق قبه إ Sebagai Isi Ucapan قبه + إ
Dari Verba قبه /Qâla/
اىجقش ... 70 .50 +إع إ إ /inna/ إ
شبءاهلل ... .51 ب إ إ + ضش إ /inna/ إ
ب ... .52 ا ادع ى /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو أش قبى
ه ... 71 .53 ق قبه إ Sebagai Isi Ucapan قبه + إ
Dari Verba قبه /Qâla/
54. ... ا اىب /Qâla/ قبه Verba قبه + إع ص قبى
55. 73 ... باضشث /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش فقي
اىحجبسح ... 74 .56 إ + خجش قذ إ /inna/ إ
شقق .57 ب ب ى إ
...
+ خجش قذ إ /inna/ إ
حجط ... .58 ب ب ى إ + خجش قذ إ /inna/ إ
ب ... 76 .59 ا ا /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبى
60. ... ا ارحذث /Qâla/ قبه Verba قبه + إعزفب قبى
اهلل ... 77 .61 + إع أ أ /anna/أ
زا ... 79 .62 ى ق /Qâla/ قبه Verba قبه + إشبسح ث
63. 80 ... ا ى /Qâla/ قبه Verba قبه + حشف اصت قبى
64. ... /Qâla/ قبه Verba قبه + إعزقفب قو ارخزر
ػي... .65 ى رق جبسجشسقبه + ا Verba قبه /Qâla/
ب ... 88 .66 ث اقي قبى /Qâla/ قبه Verba قبه + إع
67. 91 ... و ى إراق جبسجشسقبه + Verba قبه /Qâla/
68. ... ؤ ا /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبى
69. ... /Qâla/ قبه Verba قبه + فبءجاة قو في
ب ... 93 .70 ؼ ا ع /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبى
ب ... .71 /Qâla/ قبه Verba قبه + إع قو ثئغ
ذ ... 94 .72 مب قو إ Sebagai Isi Ucapan قبه + إ
Dari Verba قبه /Qâla/
73. 97 ... ضى + ضش فئ إ /inna/ إ
74. ... مب /Qâla/ قبه Verba قبه + إعزفب قو
اهلل ... 98 .75 +إع فئ إ /inna/ إ
ب ... 102 .76 ال إ ق Sebagai Isi Ucapan قبه + إ
Dari Verba قبه /Qâla/
ب ... 104 .77 اساػ ى /Qâla/ قبه Verba قبه + إع الرق
ب ... .78 طش ا ا ى ق /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو
اهلل ... 106 .79 + إع أ أ /anna/أ
اهلل ... 107 .80 + إع أ أ /anna/أ
اهلل ... 109 .81 +إع إ إ /inna/ إ
اهلل ... 110 .82 +إع إ إ /inna/ إ
83. 111 ... ا ى قبى /Qâla/ قبه Verba قبه + حشف اصت
ا ... .84 بر /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قو
د ... 113 .85 قبىذ اى /Qâla/ قبه Verba قبه + إع
قبىذ اىصش ... .86 /Qâla/ قبه Verba قبه + إع
87. ... /Qâla/ قبه Verba قبه + صه قبه اىز
اهلل ... 115 .88 +إع إ إ /inna/ إ
/Qâla/ قبه Verba قبه + جش جشس قه ى ... 117 .89
ذ اهلل ... 120 .90 قو إ Sebagai Isi Ucapan قبه + إ
Dari Verba قبه /Qâla/
91. 122 ... فضيزن أ + ضش أ /anna/أ
جبػيل ... 124 .92 قبه إ Sebagai Isi Ucapan قبه + إ
Dari Verba قبه /Qâla/
إثشا ...قبه 126 .93 /Qâla/ قبه Verba قبه + إع
/Qâla/ قبه Verba قبه + إع قبه مفش ... .94
ذ ... 127 .95 ل ا + ضش إ إ /inna/ إ
ذ ... 128 .96 ل ا + ضش إ إ /inna/ إ
ذ ... 129 .97 ل ا + ضش إ إ /inna/ إ
/Qâla/ قبه Verba قبه + جش جشس قبه ى ... 131 .98
/Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبه أعيذ ... .99
اهلل ... 132 .100 +إع إ إ /inna/ إ
/Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبىاما ... 135 .101
/Qâla/ قبه Verba قبه + ػطف قو ثو يخ ... .102
ب ... 137 .103 +إع فئ إ /inna/ إ
/Qâla/ قبه Verba قبه + إعزفب قو أرحبجب ... 139 .104
105. 140 ... إ ى رق أ Sebagai Isi Ucapan قبه + إ
Dari Verba قبه /Qâla/
اهلل ... 143 .106 +إع إ إ /inna/ إ
107. 144 ...إ اىز + صه إ /inna/ إ
اىحق ... .108 + ضش أ أ /anna/أ
ل إرا ... 145 .109 + ضش إ إ /inna/ إ
110. 146 ... قب فش إ +إع إ /inna/ إ
اهلل ... 148 .111 +إع إ إ /inna/ إ
ىيحق ... 149 .112 + ضش إ إ
inna/ yang/ إ
terletak ketika
khabar (P) inna-nya
ada lam ibtida’
اهلل ... 153 .113 +إع إ إ /inna/ إ
114. 156 ... بىي ا إ قبى Sebagai Isi Ucapan قبه + إ
Dari Verba قبه /Qâla/
ح ... 158 .115 ش اى اىصفب +إع إ إ /inna/ إ
اهلل ... 165 .116 + إع أ أ /anna/أ
ح ... .117 اىق + إع أ أ /anna/أ
ب ... 167 .118 ى أ + خجش قذ ى أ /anna/أ
119. ... قبه اىز /Qâla/ قبه Verba قبه + صه
120. 168 ... ىن + ضش إ إ /inna/ yang terletak
ketika khabar (P)
inna-nya ada lam
ibtida’
121. 170 ... و ى إرا ق جبسجشسقبه + Verba قبه /Qâla/
ا ثو ... .122 /Qâla/ قبه Verba قبه + ػطف قبى
123. 173 ... ب حش +إع إ إ /inna/ إ
اهلل ... .124 +إع إ إ /inna/ إ
125. 176 ... اىز + صه إ إ /inna/ إ
126. 181 ... ب اث +إع فئ إ /inna/ إ
اهلل ... .127 +إع إ إ /inna/ إ
اهلل ... 182 .128 +إع إ إ /inna/ إ
ت ... 186 .129 قش + ضش فئ إ /inna/ إ
130. 187 ... ز م ن + ضش أ أ /anna/أ
اهلل ... 190 .131 +إع إ إ /inna/ إ
اهلل ... 192 .132 +إع فئ إ /inna/ إ
اهلل ... 194 .133 + إع أ أ /anna/أ
اهلل ... 195 .134 +إع إ إ /inna/ إ
ش ... 197 .135 خ +إع فئ إ /inna/ إ
ب ... 200 .136 ه سث ق /Qâla/ قبه Verba قبه + إع
137. 203 ... إى ن + ضش أ أ /anna/أ
138. 206 ... و ى إرا ق جبسجشسقبه + Verba قبه /Qâla/
139. 208 ... ىن + ضش إ إ /inna/ إ
اهلل ... 209 .140 + إع أ أ /anna/أ
اهلل ... 211 .141 +إع فئ إ /inna/ إ
صش 214 .142 ... اإ +إع إ /inna/ إ
ه ... .143 ه اىشع ق /Qâla/ قبه Verba قبه + إع حز
اهلل ... 215 .144 +إع فئ إ /inna/ إ
145. ... فقز با /Qâla/ قبه Verba قبه + إعزفب قو
/Qâla/ قبه Verba قبه + إع قو قزبه ... 217 .146
ب ... 219 .147 جبسجشسقبه + قو ف Verba قبه /Qâla/
148. ... /Qâla/ قبه Verba قبه + إع قو اىؼف
اهلل ... 220 .149 +إع إ إ /inna/ إ
/Qâla/ قبه Verba قبه + إع قو إصالح ... .150
اهلل ... 222 .151 +إع إ إ /inna/ إ
ار ... .152 /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش قو
153. 223 ... شئز + ضش أ أ /anna/أ
154. ... يب ق ن + ضش أ أ /anna/أ
اهلل ... 226 .155 +إع فئ إ /inna/ إ
اهلل ... 227 .156 +إع فئ إ /inna/ إ
اهلل ... 231 .157 + إع أ أ /anna/أ
158. 235 ... عززمش ن + ضش أ أ /anna/أ
اهلل ... .159 + إع أ أ /anna/أ
اهلل ... .160 + إع أ أ /anna/أ
ال ... .161 ه ق رق /Qâla/ قبه Verba قبه + صذس أ
اهلل ... 237 .162 +إع إ إ /inna/ إ
اهلل ... 243 .163 +إع إ إ /inna/ إ
164. ... /Qâla/ قبه Verba قبه + جش جشس فقبه ى
اهلل ... 244 .165 + إع أ أ /anna/أ
166. 246 ... ج ا ى /Qâla/ قبه Verba قبه + جش جشس إرقبى
167. ... ز و ػغ /Qâla/ قبه Verba قبه + إعزفب قبه
ب ... .168 بى ا /Qâla/ قبه Verba قبه + ػطف قبى
اهلل ... 247 .169 +إع إ إ /inna/ إ
اهلل ... .170 +إع إ إ /inna/ إ
171. ... قبه ى جشس جشقبه + Verba قبه /Qâla/
172. ... ا أ قبى Sebagai Isi Ucapan قبه + أ
Dari Verba قبه /Qâla/
اهلل ... .173 قبه إ Sebagai Isi Ucapan قبه + إ
Dari Verba قبه /Qâla/
رىل ... 248 .174 ف + خجش قذ إ إ /inna/ إ
خ ... .175 ا +إع إ إ /inna/ إ
176. ... قبه ى /Qâla/ قبه Verba قبه + جش جشس
اهلل ... 249 .177 +إع إ إ /inna/ إ
178. ... + ضش فئ إ /inna/ إ
اهلل ... .179 قبه إ Sebagai Isi Ucapan قبه + إ
Dari Verba قبه /Qâla/
ا الطبقخ ... .180 /Qâla/ قبه Verba قبه + حشف جاص قبى
181. .. قبه اىز /Qâla/ قبه Verba قبه + صه
ب ... 250 .182 ا سث /Qâla/ قبه Verba قبه + إع قبى
183. 252 شعي اى ل ى إ
...
+ ضش إ /inna/ yang terletak
ketika khabar (P)
inna-nya ada lam
ibtida’
اهلل ... 258 .184 + إع فئ إ /inna/ إ
185. ... /Qâla/ قبه Verba قبه + إع إر قبه إثشا
186. ... /Qâla/ قبه Verba قبه + إع قبه إثشا
187. 259 ... ح قبه ا Sebagai Isi Ucapan قبه + أ
Dari Verba قبه /Qâla/
ىجثذ ... .188 /Qâla/ قبه Verba قبه + إعزفب قبه م
/Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبه ىجثذ ... .189
/Qâla/ قبه Verba قبه + حشف ػطف قبه ثو ىجثذ ... .190
191. ... /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبه اػي
اهلل ... 260 .192 + إع أ أ /anna/أ
193. ... إر قبه إثشا /Qâla/ قبه Verba قبه + إع
194. ... رؤ ى /Qâla/ قبه Verba قبه + إعزفب قبه ا
195. ... ىن /Qâla/ قبه Verba قبه + إع قبه ثي
جاةقبه + فبء قبه فخز اسثؼخ ... .196 Verba قبه /Qâla/
اهلل ... 267 .197 + إع أ أ /anna/أ
اهلل ... 270 .198 + إع فئ إ /inna/ إ
اهلل ... 273 .199 + إع فئ إ /inna/ إ
غ ... 275 .200 ب اىج + إع إ إ /inna/ إ
ب ... .201 ا ا /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبى
ب ... 285 .202 ؼ ا ع /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبى