anka ayudhia

52
PERADABAN INGGRIS SEBELUM DAN SESUDAH REVOLUSI INDUSTRI D I S U S U N OLEH : ANKA AYUDHIA 100406069 [email protected]

Upload: yogi-hsb

Post on 02-Aug-2015

126 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Anka Ayudhia

PERADABAN INGGRIS SEBELUM DAN SESUDAH

REVOLUSI INDUSTRI

D

I

S

U

S

U

N

OLEH :

ANKA AYUDHIA

100406069

[email protected]

Page 2: Anka Ayudhia

BAB I

PENDAHULUAN

1) Pengertian kota

Dalam pengertian geografis, kota itu adalah suatu tempat yang

penduduknya rapat, rumah-rumahnya berkelompok kelompok, dan mata

pencaharian penduduknya bukan pertanian. Sementara menurut Bintarto, 1987,

kota dalam tinjauan geografi adalah suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh

unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang

cukup besar, dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis

dibandingkan dengan daerah di belakangnya.

Tinjauan di atas masih sangat kabur dalam arti akan sulit untuk menarik

batas yang tegas untuk mendefinisi kota dan membedakannya dari wilayah desa

apabila menginginkan tinjauan tersebut. Tinjauan di atas merupakan batasan kota

dari segi sosial. Dalam perkembangannya, konsep-konsep kota paling tidak dapat

dilihat dari 4 sudut pandang, yaitu segi fisik , administratif, sosial dan fungsional.

Dengan banyaknya sudut pandang dalam membatasi kota, mengakibatkan

pemahaman kota dapat berdimensi jamak dan selama ini tidak satupun batasan

tolak ukur kota yang dapat berlaka secara umum. Kota dalam tinjauan fisik atau

morfologi menekankan pada bentuk-bentuk kenampakan fisikal dari lingkungan

kota. Smailes (1955) dalam Yunus (1994) memperkenalkan 3 unsur morfologi

kota yaitu penggunaan lahan, pola-pola jalan dan tipe atau karakteristik bangunan.

Sementara itu Conzen (1962) dalam Yunus (1994) juga mengemukakan unsur -

unsur yang serupa dengan dikernukakan Smailes, yaitu plan,

architectural style and land use.

Berdasarkan pada berbagai macam unsur morfologi kota yang

dikemukakan di atas, terlihat bahwa secara umum unsur-unsur morfologi kota

berkisar antara karakteristik bangunan, pola jalan dan penggunaan lahan.Unsur-

unsur ini yang paling sering digunakan untuk mengenali suatu daerah secara,

morfologis, kota atau bukan.

Secara garis besar ada tiga macarn proses perluasan areal kekotaan

(urbansprawl) menurut Hadi Sabari Yunus, yaitu:

Page 3: Anka Ayudhia

1. Perembetan konsentris

Tipe pertama ini dikemukakan oleh Haevey Clark dengan. Jenis

perembetan iniberlangsung paling lambat karena perembetan berjalan perlahan-

lahan terbatas pada semua bagian luar kenampakan fisik kota. Proses perembetan

ini menghasilkan bentuk kota yang relatif kompak dan peran transportasi tidak

begitu besar.

2. Perembetan memanjang

Tipe ini dikenal dengan ribbon development linear yang menunjukkan,

ketidak merataan perembetan areal perkotaan di semua bagian sisi luar dari kota

utarna. Perernbetan paling cepal terlillat disepapJang jalur transportasi yang ada,

khususnya yang bersifat menjari dari pusat kota.

3. Perembetan yang meloncat

Tipe ini dikenal sebagai leaf ftog development dan dianggap paling

merugikan. Hal ini karena perembetan ini tidak efisien dalam arti ekonorni, tidak

mempunyai estetika dan tidak. menarik. Perkernbangan lahan terjadi berpencaran

secara sporadis dan menyulitkan pernerintah kota untuk membangun prasarana

fasilitas kebutuhan hidup penduduknya. Tipe ini sangat cepat menimbulkan

darnpak negatif terhadap kegiatan pertanian, memunculkan kegiatan spekulasi

lahan, dan menyulitkan upaya penataan ruang kota.

2.Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pcrkembangan Kota

Aspek perkernbangan dan pengernbangan wilayah tidak dapat lepas dari

adanya ikatan-ikatan ruang perkernbangan wilayah secara geograris. Menurut

Yunus (1981) proses perkembang,ini dalam arti luas tercermin. Chapin (dalam

Soekonjono, 1998) mengemukakan ada 2 hal yang mempengaruhi tuntutan

kebutuhan ruang yang selanjutnva menyebabkan perubahan penggunaan lahan

yaitu :

Page 4: Anka Ayudhia

1. Adanya perkembangan penduduk dan perekonomian,

2. Pengaruh sisterm aktivitas, sistem pengembangan, dan sistem lingkungan.

Variabel yang berpengaruh dalarn proses perkembangan kota menurut Raharjo

(dalam Wdyaningsih, 2001), adalah:

Penduduk, keadaan penduduk, proses penduduk, lingkungan sosial

penduduk

Lokasi yang strategis, sehingga aksesibilitasnya tinggi

Fungsi kawasan perkotaan, merupakan fungsi dorminan yang mampu

menimbulkan

4. Kelengkapan fasilitas sosial ekonomi yang merupakan faktor utama

timbulnya perkembangan dan pertumbuhan pusat kota

5. Kelengkapan sarana dan prasarana transportasi untuk meningkatkan

aksesibilitas penduduk ke segala arah

6. Faktor kesesuaian lahan

7. Faktor kemajuan dan peningkatan bidang teknologi yang mempercepat

proses pusat kota mendapatkan perubahan yang lebih maju.

3 Struktur Tata Ruang Kota

Struktur tata ruang kota dapat membantu dalam memberi pernahaman

tentang perkernbangan suatu kota. Ada 3 (tiga) teori struktur tata ruang kota yang

berhubungan erat dengan perk embangain guna lahan kota dan perkembangan

kota, yaitu (Chapin, 1979).

A. Teori Konsentrik (concentriczone concept) yang dikemukakan EW.Burkss.

Dalam teori konsentrik ini, Burgess mengemukakan bahwa bentuk guna lahan

kota

membentuk suatu zona konsentris. Dia mengemukakan wilayah kota dibagi dalam

5(lima) zona penggunaan lahan yaitu:

Page 5: Anka Ayudhia

o Lingkaran dalam terletak pusat kota (central business distric atau CBD)

yang terdiri bangunan-bangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar dan

pusat perbelanjaan

o Lingkaran kedua terdapat jalur peralihari yang terdiri dari: rumah-rumah

sewaan, kawasan industri, dan perumahan buruh

o Lingkaran ketiga terdapat jalur wisma buruh, yaitu kawasan perumahan

untuk tenaga kerja pabrik

o 4.Lingkaran keempat terdapat kawasan perumahan yang luas untuk tenaga

kerja kelas menengah

o 5.Lingkaran kelima merupakan zona penglaju yang merupakan tempat

kelas menengah dan kaum berpenghasilan tinggi.

B. Teori sektor (sector concept) yang dikemukakan oleh Hommer Hoyt. Dalam

teori ini Hoyt mengemukakan beberapa masukan tambahan dari bentuk guna

lahan kota yang berupa suatu penjelasan dengan penggunaan lahan permukiman

yang lebih memfokusan pada pusat kota dan sepanjang jalan transportasi. Dalam

teorinya ini, Hoyt membagi wilayah kota dalam beberapa zona, yaitu:

o Lingkaran pusat, terdapat pusat kota atau CBD

o Sektor kedua terdapat kawasan perdagangan dan industri

o Sektor ketiga terdapat kawasan tempat tinggal kelas rendah

o 4. Sektor keempat terdapat kawasan tempat tinggal kelas menengah

o 5. Sektor kelima terdapat kawasan ternpat tinggal kelas atas.

C. Teori banyak pusat (multiple-nuclei concept) yang dikernukakan oleh

R.D.McKenzie. Menurut McKenzie teori banyak pusat ini didasarkan pada

pengamatan lingkungan sekitar yang sering terdapat suatu kesamaan pusat dalam

bentuk pola guna lahan kota daripada satu titik pusat yang dikemukakan pada

teori sebelumnya. Dalarn teori ini pula McKenzie menerangkan bahwa kota

meliputi pusat kota, kawasan kegiatan ekonomi, kawasan hunian dan pusat

lainnya. Teori banyak pusat ini selanjutnya dikembangkan oleh Chancy Harris

Page 6: Anka Ayudhia

dan Edward Ullman yang kemudian membagi kawasan kota menjadi beberapa

penggunaan lahan, yaitu:

1. Pusat kota atau CBD

2 Kawasan perdagangan dan industri

3 Kawasan ternpat tinggal kelas rendah

4. Kawasan ternpat tinggal kelas menengah

5. Kawasan tempat tinggal kelas atas

6. Pusat industri berat

7. Pusat niaga/perbelanjaan lain di pinggiran

8. Kawasan tempat tinggal sub-urban

9. Kawasan industri suburban

Menurut Yunus, tipe-tipe struktur tata ruang kota diatas merupakan tipe

struktur ruang yang berdasarkan pendekatan ekologikal. Pendekatan ekologikal

memandang manusia sebagai makhluk hidup yang mempunyai hubungan

interrelasi dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk penggunahn lahan

yaitu merupakan proses bertempat tinggal, mengembangkan keturunan, dan

tempat mencari makan (Yunus, 1999). Struktur tata ruang kota juga dapat

dijelaskan berdasarkan pendekatan morfologikal, Beberapa sumber

mengernukakan bahwa tinjauan terhadap morfologi kota. ditekankan pada bentuk-

bentuk- fisikal dari lingkungan kekotaan dan hal ini dapat diamati dari

kenampakan kota secara fisikal yang antara lain tercermin pada sistern jalan -

jalan yang ada, blok-blok bangunan baik daerah hunian ataupun bukan

(perdagangan/ industri) dan juga bangunan bangunan individual (Herbert, 1973

dalam Yunus,1999 J07).

Ada tujuh pola struktur tata ruang kota. yang didasarkan pada pendekatan

morfologikal ini (Hudson dalam Yunus, 2003) yaltu:

1. Bentuk satelit dan pusat-pusat baru.

2. Bentuk stelar atau radial

3. Bentuk cincin

Page 7: Anka Ayudhia

4. Bentuk linier bermanik

5. Bwentuk inti/kompak

6. Bentuk memencar

7. Bentuk kota. bawah tanah

Apabila pola jalan sebagai indikator morfologi kota, maka ada tiga sistem

pola jalan yang dikenal. (yunus, 2000: 142), yaitu:

o Sistern pola jalan tidak teratur

o Sistim pola jalan radial koilswitris

o Sistem pola jalan bersudut siku/grid

4. Sejarah Perkotaan.

Kota adalah wadah dan wajah masyarakat yang akan terus bertahan atau

dipertahankan. Rumusan tersebut perlu adanya penegasan bahwa: - setiap kota

pasti mempunyai sejarah; - di mana, mengapa dan kapan didirikan, dibangun dan

dipertahankan; - bagaimana kota itu mesti dibangun dan dikembangkan; -

kegiatan perencanaan teknis dan non-teknis (simbolis dan nilai budaya). Dengan

demikian perkembangan dan perubahan yang terjadi akan memberikan makna

atau arti bagi kota itu sendiri. Perkembangan kota-kota telah terjadi dan pada

akhirnya, memunculkan adanya dua teori:

1. Pertama, teori pemencaran (diffusionist theory) yang berpendapat

bahwa gagasan pengembangan kota dipencarkan dari suatu wilayah peradaban

atau kebudayaan ke wilayah lain di muka bumi ini.

2. Kedua, teori penemuan (inventionist theory) yang mengatakan bahwa

gagasan pengembangan kota dapat saja timbul di suatu wilayah tertentu di muka

bumiini.

Menurut Giedeon Syoberg (1965), pola ruang sirkular, telah lama ada,

mencerminkan adanya pemusatan kekuasaan dalam masyarakat pra-industri

sebagai panutan dan pengendali, yang secara spasial maupun secara sosial,

merupakan pola pusat dan pinggiran (center dan periphery). Ini berarti bahwa

puncak kekuasaan berada di tengah ruang kota, dan semakin jauh dari tengah kota

semakin rendah, sedangkan tentang pola ruang kota berbentuk papan catur atau

Page 8: Anka Ayudhia

grid (grid-pattern). Oleh Stanislawski (1946) ditegaskan, bahwa pola ruang grid

telah dikembangkan berikut landasan konsepnya dan dipakai pada kota Mohenjo

Daro, bukan pada kota-kota pertama atau lebih tua, seperti di wilayah

Mesopotamia dan di lembah Nil. Menurut Spiro Kostof (1992), ciri-ciri kota

adalah suatu tempat, berkembang dalam kelompok, mempunyai batas keliling,

mempunyai berbagai jenis lapangan kerja, membutuhkan sumber daya, tergantung

pada tata tulis, membutuhkan wilayah pendukung, memerlukan identitas

monumental, terdiri atas manusia dan bangunan. Namun menurut cara pandang

sistem ruang kota atau permukiman terdapat empat unsur-unsur ruang yang saling

berkaitan dan mendukung (Doxiadis 1968), yaitu

1. unsur ruang pusat (central part);

2. unsur ruang homogin (homogeneous part);

3. unsur ruang khusus (special part);

4. unsur jaringan sirkulasi (circulatory part).

Hasil penelitian Sjoberg dan Stanislawski di atas, bisa mendasari asumsi

berikut ini: Pada dasarnya kota-kota pra-industri di manapun mempunyai struktur

dasar perkotaan yang sama, maka pengetahuan pembangunan kota dan patokan

penataannya dapat dipinjam dapat dipinjam untuk pembangunan kota lain. Secara

hipotetis kemudian dapat dikatakan bahwa segenap bentuk pengetahuan, konsep,

dan patokan tata ruang kota yang dipinjam dari ‘orang lain’, dalam penerapannya

bagi masyarakat ‘sendiri’ akan memerlukan penyesuaian-penyesuaian. Ada atau

tidaknya pengaruh luar terhadap pertumbuhan kota:

1.Pertama, penganut teori difusi (diffusion) atau penyebaran gagasan dan

temuan teknologi (dispersionist atau diffusionist) dalam perkembangan

kota.

2.Kedua, penganut keyakinan akan adanya simpul-simpul komunitas di

muka bumi ini yang secara mandiri memiliki akal unggul (inventionist) pendorong

lahirnya kotakota dapat dilihat melalui dua golongan, yaitu :

golongan pertama, terjadinya kota merupakan regional. Namun

lahir dan terjadinya sebuah gejala berantai, antar budaya dimuka

bumi, berupa penyebaran. Pengembangan kota dipandang sebagai

Page 9: Anka Ayudhia

suatu cara untuk untuk mengatasi persoalan demografis dan

geografis setempat.

Golongan kedua, lahirnya suatu kota berdasarkan pemikiran atau

penemuan masyarakat setempat, tanpa dipengaruhi faktor luar.

Kelahiran kota disuatu wilayah dipandang sebagai peristiwa

independen terhadap pengaruh luar.

Syarat Utama Kota Praindustri

Dalam pemikiran Syoberg (1960), ada tiga prasyarat utama untuk dapat

lahir dan berkembangnya kota praindustri, yaitu :

1, adalah lingkungan ekologis yang mendukung

2, adalah teknologi, dan

3, adalah organisasi yang memiliki struktur kekuasaan (power structure)

nyata.

Ketiga persyaratan di atas harus dipenuhi untuk melahirkan entitas

komunitas yang disebut kota dapat dilihat melalui kerangka konsepsional kota

praindustri: - lingkungan ekologis berupa lahan yang sesuai serta kondisi iklim

yang cocok sangat diperlukan bagi kehidupan penduduk; dan - teknologi pertanian

mendukung budidaya pertanian, mengatasi kebutuhan pergerakan manusia. Apa

yang oleh Gordon Childe (1957), disebutkan sebagai “pekerjaan umum” (public

works) meliputi prasarana perkotaan, seperti jalan, persediaan air (water supply)

dan pematusan (drainage), kompleks permukiman dan bangunan-bangunan umum

peribadatan, candi dan monumen-monumen. Organisasi sosial yang cukup maju

sebagai wahana ekonomi dan politik.

Definisi kota praindustri menurut Spiro Kostof (1992) berkaitan dengan

persoalan ruang, adalah: suatu tempat berkembang dalam kelompok, mempunyai

batas keliling, mempunyai berbagai jenis lapangan kerja, membutuhkan

sumberdaya, tergantung kepada tata tulis, membutuhkan wilayah pendukung,

memerlukan identitas monumental, terdiri atas manusia dan bangunan. Batasan

Page 10: Anka Ayudhia

kota di atas lebih luas, dibanding rumusan sebelumnya yang diketengahkan oleh:

Louis Wirth (1938); Gordon Childe (1957); Paul Wheatly (1975); Lewis

Mumford (161); dan Giedeon Sjoberg (1965). Penelitian Giedeon Sjoberg (1965)

dan Spiro Kostof (1992), memberikan rangkuman kesimpulan hipotetis yang lebih

luas, di antaranya, yaitu bahwa kota-kota praindustri di mana saja, di Eropa, di

India atau di Cina, mempunyai pola dasar keruangan yang sama, baik berkaitan

dengan struktur sosial maupun struktur ekonomi, kecuali bagi unsur kota yang

memiliki kandungan nilai budaya khusus. Adanya nilai budaya yang bersifat khas

dalam masyarakat kota praindustri akan lahir pola kota yang khas pula.

Pola Kota Papan Catur

Pola kota papan catur yang populer disebut grid-iron pattern atau grid-

pattern. Pola kota ini ditemukan, pertama kali digunakan sebagai pola kota

Mohenjo Daro, wilayah sebelah barat India kuno (Stanislawski, 1946). Secara

teoritis pemakaian pola ini didasari atas dua macam pertimbangan (Stanislawski,

1946): Pertama, adalah alasan efisiensi penggunaan ruang, berkaitan dengan

anggapan bahwa bangunan pada umumnya berbentuk persegi (rectangular).

Kedua, adalah alasan berkaitan dengan penyiapan jalan untuk keperluan barisan

prosesi memanjang dan lurus (straight processional street). Dari Mohenjo Daro,

pola kota ini menyebar ke berbagai wilayah, ke arah barat ke negara-negara Timur

Tengah, seperti Yunani dan Romawi serta kemudian, ke negara Eropa lainnya,

danke arah timur, meliputi bagian India lainnya, dan Cina. Penyebaran tersebut

juga disertai segenap konsepsi, nilai manfaat strategis beserta persyaratannya.

Selanjutnya, Stanislawski (1946) merumuskan beberapa butir pokok pola kota

papan catur berikut ini:

I. pola kota papan catur dikembangkan sebagai bagian dari pemusatan

kekuasaan yang mengendalikan segi-segi kehidupan masyarakat

(centralized control), terutama kontrol pemanfaatan tanah.

II. pola kotakota yang baru dibangun sekaligus, dan tidak pernah untuk

diterapkan dalam kasus pembangunan kembali (redevelopment) kota

lama.

Page 11: Anka Ayudhia

III. pola papan catur dapat diterapkan dalam pembangunan kota-kota

satelit atau kota berstatus koloni, seperti layaknya kotakota.

IV. pola ini cocok untuk menyiapkan gubahan ruang kota yang

menghendaki bagian-bagian ruang yang seragam bentuk dan

ukurannya, terutama untuk bangunan gedung berbentuk rektangular.

V. Agar pemanfaatan pola kota ini dapat memenuhi harapan, maka

penguasaan konsepsi dan pengetahuan dibalik wujud fisik dan spasial

pola kota papan catur dipergunakan hanya pada entitas induk dan anak

permukiman adalah sangat penting.

Sejarah Perkotaan Berupa Pembelajaran

Kota besar seperti Roma dan London telah ada ribuan tahun, di era

modern semenjak tahun 1800, telah menjadi bagian yang signifikan dari populasi

total masyarakat yang berdiam di perkotaan. Pada tahun 1800, sekitar 3% dari

populasi dunia tinggal di perkotaan, dari sekitar 5000 atau lebih; Di tahun 1900

proporsi tersebut meningkat menjadi 13,6%. Great Britain, membawa perhatian

dunia, dengan urban proportion mencapai 80% di tahun 1921.

Apakah dimaksudkan kota lebih menarik dalam masyarakat kita, dibanding pada

periode awal sejarah.

Apakah naiknya konsentrasi dari penduduk dimaksudkan bagaimana mereka

berpikir dan bertindak?

Di era modern, mengapa beberapa kota tumbuh dan menjadi makmur dan lainnya

mandekatau menurun?

Bagaimana kehidupan di metropolis, city, atau town berbeda dari kehidupan di

village atau country?

Membangun kota di abad ke-20-an

Kota dan modernisme

a. Proses dari urbanisasi

Perkembangan perkotaan di abad ke-20 ditandai dengan munculnya giant urban

agglomeration, housing millions of residents, dan spread out an immense amount

Page 12: Anka Ayudhia

of space. Jumlah terbesar adalah di Asia (lima kota) dan Amerika Latin (empat

kota), dipimpin oleh Tokyo-Yokohama dengn 27 juta, dan Mexico City dengan 21

juta.

b. Bentuk urban

Aglomerasi besar selalu berhubungan pada “city-regions”, sebuah istilah yang

dipopulerkan oleh Jane Jacobs. Aglomerasi ini termasuk keduanya, pusat

kotakota.

Bentuk dari city-region mempunyai karakter; - pada pusat kota lama; - konsentrasi

yang sangat besar dari corporate towers; - dalam suburban; - kepadatan tempat

tinggal rendah dan commercial sprawl; dan - pusat perbelanjaan sering kali di

tengah. Sekarang dinamakan “Edges Cities”, “technoburbs”, yaitu merupakan:-

kombinasi high-tech business, - dan beberapa fungsi-fungsi tempat tinggal serta

komersial, - serta jauh dari pusat kota yang asli. City-regions umumnya bukan

karena political, tetapi dibuat oleh lusinan pemerintah lokal yang berjuang dengan

penuh semangat untuk mempertahankan independen dari pemerintah pusat,dan

mereka bukan keseluruhan dari bagian unit sosial dan ekonomi yang sama. Ada

empat karater dari American suburbanization: 1. low residential density; 2. high

home ownership rate; 2. jarak yang tajam antara pusat kota yang relatif miskin

dan wealthy suburbs; dan 3. the long length of daily journey to work.

c. Arsitektur modern

Arsitek dan perencana berpengaruh terutama sekali dalam menetapkan bentuk

kota di abad ke-20.

Para modernis menolak penggunaan historical allusion dalam arsitektur, dalam

prinsip desain yang berhubungan pada bentuk-bentuk industri “machine

aesthetic”. Pengaruh dari Le Corbusier (1887~1968), yang menekankan purity of

form dalam desain.

d. Lansekap sosial

Percampuran etnik dan ras di kota-kota besar Kanada secara dramatis telah

berubah dalam lima tahun terakhir (British dan Franch di Montreal).

Page 13: Anka Ayudhia

Corak multikultural dari kota-kota besar tidak seperti kota-kota kecil, towns, dan

countryside, yang membuat sangat kontras antara mereka dan metropolis. lama

dan komunitas suburban yang baru, yang telah tumbuh jauh melewati batas

Persepsi budaya dalam urbanisme

Persepsi kebudayaan dari kota-kota dapat digunakan pertama, untuk antropologi

seperti ditegaskan oleh Clifford Geertz, The Interpretation of Culture (1973),

seikat dari aktivitas dan nilai yang membentuk karakter dari masyarakat, dalam

kasus ini adalah, masyarakat di perkotaan. Kedua, digunakan secara terbatas di

mana budaya disamakan dengan seni dan kebiasaan, dan terutama dengan bidang

melukis dan musik.

a. Urbaniti sebagai sebuah budaya

Lewis Mumford dalam The Culture of Cities (1938) melakukan pendekatan

interdisipliner antara lain ahli filosofi, sejarah, kritik sastra, sosial, kritik

arsitektur, dan perencana:

1. Dalam pandangannya, kota mempunyai creative focal points bagi

masyarakat. Kota……adalah titik maksimum konsentrasi untuk power and culture

dari komuniti;

2 . Kota dibentuk oleh budaya, tetapi sebaliknya kota dipengaruhi wujud

dari budaya itu;

3. Kota dibentuk bersama-sama dengan langgam, menurut Mumford

sangat manusiawi, dan merupakan “greatest work of art”. Di dalam kota, waktu

menjadi visibel, dengan lapisan-lapisan dari masa lalu yang masih bertahan pada

buildings, monuments, dan public ways;

4. Max Weber, dengan peran budaya terhadap kota dalam The City

(1905), mengatakan bahwa konsep kota menekankan kesopanan (urbanity) –

wujud kosmopolitan dari urban experience. Melalui wujudnya, sebuah kota

dimungkinkan menjadi puncak dari individual dan inovasi, dan hal ini menjadi

instrumen dari perubahan sejarah; 5. Dalam Community Design and the Culture

Page 14: Anka Ayudhia

of Cities (1990), Eduardo Lozanourbanity sama seperti city dengan civilization.

Argumentasinya, bahwa urbane community (komunitas yang berbudi) adalah

salah satu yang menawarkan wargakota berbagai lifestyles – kesempatan untuk

memilih, bertukar dan interaksi. Lozano percaya bahwa, bentuk ideal era

sebelumnya dari sejarah perkotaan, seperti order (aturan) dan diversity

(perbedaan), harus diintroduksi kembali ke dalam kota-kota yang berkharakter

membosankan dan membingungkan. William Sharpe dan Leonard Wallock

dalam Visions of the Modern City (1983), dalam pengantarnya menjelaskan

bahwa, kota telah terlihat sedikitnya sebagai pemandangan sosial dan psikologi,

keduanya memproduksi dan merefleksikan kesadaran modern; 6. Contoh lain

adalah issue spesial dalam Journal of Urban History berjudul “Cities as Cultural

Arenas”. Beberapa tingkat dari urban self-perception menjelajah dari kota

pencerahan (enlightenment) abad ke-18 ke idea kota “decomposition” di abad ke-

20; 7. Konsep provokatif dari urbanity yang menekankan perbedaan-perbedaan

daripada komunitas (Thomas Bender). Bender percaya bahwa, notion dari

komunitas bukan salah satu yang efektif dapat diterapkan pada pusat-pusat

perkotaan yang besar, bila oleh komunitas dimaksudkan ikatan dari penduduk

dari kesamaan ketertarikan dan nilai-nilai. Argumentasinya, bahwa notion of the

city secara kolektif didasari oleh perbedaan daripada kesamaan. melihat

b. Seni sebagai budaya

Hubungan antara kota-kota dan budaya dikembalikan pada asal dari kota itu

sendiri. Penataan perkotaan memberikan kekayaan, kesenangan, dan konsentrasi

dari penduduk yang kreatif memproduksi seni seperti di Renaissance Florence.

1.Witold Rybezynski mengatakan “budaya telah menjadi industri besar di

beberapa kota tua”. Kota-kota tetap pada lokasi dari budaya yang paling utama –

museum, teater, auditorium, dan universitas, juga pabrik-pabrik dan beberapa

kantor– ada pada suburbans. Mereka menjadi tujuan wisata karena daya tarik

budayanya;

2. Menurut Jon Caufield, beberapa lukisan terlihat “menangkap atau

melambangkan aspek krusial dari pengertian kota baru”; 3. Public art secara

Page 15: Anka Ayudhia

tradisional memberikan rasa pada kota sebagai dunia kolektif dan tempat berbagi.

Selalu terdapat patung yang menyimbolkan figur-figur mitologi sebagai even yang

penting bagi negara atau kota pada masa lalu. Modernisme cenderung untuk

menghancurkan peran budaya dari public art dengan merusak gagasan dari ruang

publik sebagai lahan bersama. Ahli perkotaan

c. Warisan sebagai budaya

Bagian yang paling menonjol dari budaya kota-kota di Eropa adalah

lingkungan binaan bersejarah. Di Amerika Utara, permukiman perkotaan selalu

diberikan prioritas untuk tumbuh daripada mempertahankan masa lalu. Gertrude

Stein menaksir kota-kota di wilayahnya merupakan tipikal dari perilaku modernis:

New York, San Fransisco, dan Cleveland. Puncak pelanggaran terjadi di tahun

1960-an ketika beberapa bangunan di seluruh wilayah dihancurkan dengan alasan

bahwa sudah lama bertahan dalam perjalanannya dan tidak dapat diselamatkan

nilainya. Apa yang disebut dengan “paradigm shift”, yang juga terjadi di tahun

1960-an, yaitu wargakota dan para professional untuk melihat kota-kota dengan

cara pandang baru. Sebagai contoh, Jane Jacobs dalam The Death and Life of

Great America Cities (1961) mengatakan, praktek perencanaan konvensional

dengan memberikan saran/usulan/anjuran bahwa resep atau ketentuan perencana

untuk merevitalisasi kota-kota pada kenyataannya akan membunuh mereka

sendiri.

Sebagai contoh: - Di New York, lahan/tanah menjadi pertempuran hebat

melawan real estate, yang memandang preservasi bangunan bersejarah sebagai

pelanggaran dari properti (milik) mereka. - Penghancuran stasiun Pensylvania di

tahun 1963, walaupun secara luas dikampanyekan untuk dilindungi, surat kabar

New York Times mengutuk hal itu sebagai “monumental act of vandalism

Page 16: Anka Ayudhia

BAB II

TEORI

1. Revolusi Industri.

Revolusi Industri merupakan periode antara tahun 1750-1850 di mana

terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur,

pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam

terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi Industri dimulai

dari Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika

Utara, Jepang, dan akhirnya ke seluruh dunia.

Revolusi Industri menandai terjadinya titik balik besar dalam sejarah

dunia, hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh Revolusi

Industri, khususnya dalam hal peningkatan pertumbuhan penduduk dan

pendapatan rata-rata yang berkelanjutan dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Selama dua abad setelah Revolusi Industri, rata-rata pendapatan perkapita negara-

negara di dunia meningkat lebih dari enam kali lipat. Seperti yang dinyatakan oleh

pemenang Hadiah Nobel, Robert Emerson Lucas, bahwa: "Untuk pertama kalinya

dalam sejarah, standar hidup rakyat biasa mengalami pertumbuhan yang

berkelanjutan. Perilaku ekonomi yang seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya

Inggris memberikan landasan hukum dan budaya yang memungkinkan para

pengusaha untuk merintis terjadinya Revolusi Industri. Faktor kunci yang turut

mendukung terjadinya Revolusi Industri antara lain:

(1) Masa perdamaian dan stabilitas yang diikuti dengan penyatuan Inggris dan

Skotlandia,

(2) tidak ada hambatan dalam perdagangan antara Inggris dan Skotlandia

(3) aturan hukum (menghormati kesucian kontrak),

Page 17: Anka Ayudhia

(4) sistem hukum yang sederhana yang memungkinkan pembentukan saham

gabungan perusahaan (korporasi), dan

(5) adanya pasar bebas (kapitalisme).

Revolusi Industri dimulai pada akhir abad ke-18, dimana terjadinya

peralihan dalam penggunaan tenaga kerja di Inggris yang sebelumnya

menggunakan tenaga hewan dan manusia digantikan oleh penggunaan mesin yang

berbasis menufaktur. Periode awal dimulai dengan dilakukannya mekanisasi

terhadap industri tekstil, pengembangan teknik pembuatan besi dan peningkatan

penggunaan batubara. Ekspansi perdagangan turut dikembangkan dengan

dibangunnya terusan, perbaikan jalan raya dan rel kereta api. Adanya peralihan

dari perekonomian yang berbasis pertanian ke perekonomian yang berbasis

manufaktur menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk besar-besaran dari

desa ke kota, dan pada akhirnya menyebabkan membengkaknya populasi di kota-

kota besar di Inggris.

Awal mula Revolusi Industri tidak jelas tetapi T.S. Ashton menulisnya

kira-kira 1760-1830. Tidak ada titik pemisah dengan Revolusi Industri II pada

sekitar tahun 1850, ketika kemajuan teknologi dan ekonomi mendapatkan

momentum dengan perkembangan kapal tenaga-uap, rel, dan kemudian di akhir

abad tersebut perkembangan mesin bakar dalam dan perkembangan pembangkit

tenaga listrik

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya Revolusi Industri adalah

terjadinya revolusi ilmu pengetahuan pada abad ke 16 dengan munculnya para

ilmuwan seperti Francis Bacon, Rene Decartes, Galileo Galilei serta adanya

pengembangan riset dan penelitian dengan pendirian lembaga riset seperti The

Royal Improving Knowledge, The Royal Society of England, dan The French

Academy of Science. Adapula faktor dari dalam seperti ketahanan politik dalam

negeri, perkembangan kegiatan wiraswasta, jajahan Inggris yang luas dan kaya

akan sumber daya alam.

Page 18: Anka Ayudhia

Istilah "Revolusi Industri" sendiri diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan

Louis-Auguste Blanqui di pertengahan abad ke-19. Beberapa sejarawan abad ke-

20 seperti John Clapham dan Nicholas Crafts berpendapat bahwa proses

perubahan ekonomi dan sosial yang terjadi secara bertahap dan revolusi jangka

panjang adalah sebuah ironi. Pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita negara-

negara di dunia meningkat setelah Revolusi Industri dan memunculkan sistem

ekonomi kapitalis modern. Revolusi Industri menandai dimulainya era

pertumbuhan pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi kapitalis. Revolusi

Industri dianggap sebagai peristiwa paling penting yang pernah terjadi dalam

sejarah kemanusiaan sejak domestikasi hewan dan tumbuhan pada masa

Neolitikum.

Etimologi

Awal mula penggunaan istilah "Revolusi Industri" ditemukan dalam surat

oleh seorang utusan Perancis bernama Louis-Guillaume Otto pada tanggal 6 Juli

1799, dimana dia menuliskan bahwa Perancis telah memasuki era industrialise..[14]

Dalam buku terbitan tahun 1976 yang berjudul : Keywords: A Vocabulary of

Culture and Society, Raymond Williams menyatakan bahwa kata itu sebagai

sebutan untuk istilah "industri".

Revolusi Industri Adalah Perubahan besar, secara cepat, dan radikal yang

mempengaruhi kehidupan corak manusia sering disebut revolusi. Istilah revolusi

biasanya digunakan dalam melihat perubahan politik atau sistem pemerintahan.

Namun, Revolusi Industri di Inggris pada hakikatnya adalah perubahan dalam

cara pembuatan barang-barang yang semula dikerjakan dengan tangan (tenaga

manusia) kemudian digantikan dengan tenaga mesin. Dengan demikian, barang-

barang dapat dihasilkan dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif singkat.

Sebab-sebab timbulnya Revolusi Industri

Revolusi Industri untuk kali pertamanya muncul di Inggris. Adapun faktor-faktornya

yang menyebabkannya adalah sebagai berikut:

Page 19: Anka Ayudhia

Situasi politik yang stabil. Adanya Revolusi Agung tahun 1688 yang

mengharuskan raja bersumpah setia kepada Bill of Right sehingga raja tunduk

kepada undang-undang dan hanya menarik pajak berdasarkan atas persejutuan

parlemen.

Inggris kaya bahan tambang, seperti batu bara, biji besi, timah, dan kaolin. Di

samping itu, wol juga yang sangat menunjang industri tekstil.

Adanya penemuan baru di bidang teknologi yang dapat mempermudah cara kerja

dan meningkatkan hasil produksi, misalnya alat-alat pemintal, mesin tenun,

mesin uap, dan sebagainya.

Kemakmuran Inggris akibat majunya pelayaran dan perdagangan sehingga dapat

menyediakan modal yang besar untuk bidang usaha. Di samping itu, di Inggris

juga tersedia bahan mentah yang cukup karena Inggris mempunyai banyak

daerah jajahan yang menghasilkan bahan mentah tersebut.

Pemerintah memberikan perlindungan hukum terhadap hasil-hasil penemuan baru

(hak paten) sehingga mendorong kegiatan penelitian ilmiah. Lebih-lebih setelah

dibentuknya lembaga ilmiah Royal Society for Improving Natural Knowledge

maka perkembangan teknologi dan industri bertambah maju.

Arus urbanisasi yang besar akibat Revolusi Agraria di pedesaan mendorong

pemerintah Inggris untuk membuka industri yang lebih banyak agar dapat

menampung mereka.

Tahap Perkembangan Industri

Pada akhir abad Pertengahan kota-kota di Eropa berkembang sebagai pusat kerajinan

dan perdagangan. Warga kota (kaum Borjuis) yang merupakan warga berjiwa bebas

menjadi tulang punggung perekonomian kota. Mereka bersaing secara bebas untuk

kemajuan dalam perekonomian. Pertumbuhan kerajinan menjadi industri melalui

beberapa tahapan, seperti berikut.

Sistem Domestik

Tahap ini dapat disebut sebagai tahap kerajinan rumah (home industri). Para pekerja

bekerja di rumah masing-masing dengan alat yang mereka miliki sendiri. Bahkan,

kerajinan diperoleh dari pengusaha yang setelah selesai dikerjakan disetorkan kepadanya.

Upah diperoleh berdasarkan jumlah barang yang dikerjakan. Dengan cara kerja yang

Page 20: Anka Ayudhia

demikian, majikan yang memiliki usaha hanya membayar tenaga kerja atas dasar prestasi

atau hasil. Para majikan tidak direpotkan soal tempat kerja dan gaji.

Manufaktur

Setelah kerajinan industri makin berkembang diperlukan tempat khusus untuk bekerja

agar majikan dapat mengawasi dengan baik cara mengerjakan dan mutu produksinya.

Sebuah manufaktur (pabrik) dengan puluhan tenaga kerja didirikan dan biasanya berada

di bagian belakang rumah majikan. Rumah bagian tengah untuk tempat tinggal dan

bagian depan sebagai toko untuk menjual produknya. Hubungan majikan dengan pekerja

(buruh) lebih akrab karena tempat kerjanya jadi satu dan jumlah buruhnya masih sedikit.

Barang-barang yang dibuat kadang-kadang juga masih berdasarkan pesanan.

Sistem pabrik

Tahap sistem pabrik sudah merupakan industri yang menggunakan mesin. Tempatnya

di daerah industri yang telah ditentukan, bisa di dalam atau di luar kota. Tempat tersebut

untuk untuk tempat kerja, sedangkan majikan tinggal di tempat lain. Demikian juga toko

tempat pemasaran hasil industri diadakah di tempat lain. Jumlah tenaganya kerjanya

(buruhnya) sudah puluhan, bahkan ratusan. Barang-barang produksinya dibuat untuk

dipasarkan.

Berbagai jenis penemuan

Adanya penemuan teknologi baru, besar peranannya dalam proses industrialisasi

sebab teknologi baru dapat mempermudah dan mempercepat kerja industri,

melipatgandakan hasil, dan menghemat biaya. Penemuan-penemuan yang penting, antara

lain sebagai berikut.

Kumparan terbang (flying shuttle) ciptaan John Kay (1733). Dengan alat ini

proses pemintalan dapat berjalan secara cepat.

Mesin pemintal benang (spinning jenny) ciptaan James Hargreves (1767) dan

Richard Arkwright (1769). Dengan alat ini hasilnya berlipat ganda.

Mesin tenun (merupakan penyempurnaan dari kumparan terbang) ciptaan

Edmund Cartwight (1785). Dengan alat ini hasilnya berlipat ganda.

Page 21: Anka Ayudhia

Cottongin, alat pemisah biji kapas dari serabutnya ciptaan Whitney (1794).

Dengan alat ini maka kebutuhan kapas bersih dalam jumlah yang besar dapat

tercukupi.

Cap selinder ciptaan Thomas Bell (1785). Dengan alat ini kain putih dapat

dilukisi pola kembang 200 kali lebih cepat jika dibandingkan dengan pola cap

balok dengan tenaga manusia.

Mesin uap, ciptaan James Watt (1769). Dari mesin uap ini dapat diciptakan

berbagai peralatan besar yang menakjubkan, seperti lokomotif ciptaan Richard

Trevethiek (1804) yang kemudian disempurnakan oleh George Stepenson

menjadi kereta api penumpang. Kapal perang yang digerakkan dengan mesin uap

diciptakan olehRobert Fulton (1814). Mesin uap merupakan inti dari Revolusi

Industri sehingga James Watt sering dianggap sebagai Bapak Revolusi Industri I'.

Penemuan-penemuan baru selanjutnya, semakin lengkap dan menyempurnakan.

Hal ini merupakan hasil Revolusi Industri II dan III, seperti mobil, pesawat

terbang, industri kimia dan sebagainya.

Selain itu, Revolusi Industri merupakan masa perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang menimbulkan penemuan-penemuan baru, seperti berikut :

Tahun 1750 : Abraham Darby menggunakan batu bara (cokes) untuk melelehkan

besi untuk mendapatkan nilai besi yang lebih sempurna.

Tahun 1802 : Symington menemukan kapal kincir.

Tahun 1807 : Robert Fulton membuat kapal api yang telah menggunakan baling-

baling yang dapat menggerakkan kapal. Kapal itu diberi nama Clermont yang

mengarungi Lautan Atlantik pertama kali. Kapal ini berangkat dari Paris dan

berlabuh di New York. Selanjutnya, Robert Fulton berhasil membuat kapal

perang pertama (1814) yang telah digerakkan oleh mesin uap.

Tahun 1804 : Richard Trevethick membuat kapal uap.

Tahun 1832 : Samuel Morse membuat telegraf.

Tahun 1872 : Alexander Graham Bell membuat pesawat telepon.

Tahun 1887 : Daimler membuat mobil.

Tahun 1903 : Wilbur Wright dan Orville Wright membuat pesawat terbang

Page 22: Anka Ayudhia

Akibat Revolusi Industri

Revolusi Industri mengubah Inggris menjadi negara industri yang maju dan

modern. Di Inggris muncul pusat-pusat industri, seperti Lancashire, Manchester,

Liverpool, dan Birmingham. Seperti halnya revolusi yang lain, Revolusi Industri juga

membawa akibat yang lebih luas dalam bidang ekonomi, sosial dan politik, baik di negeri

Inggris sendiri maupun di negara-negara lain.

Akibat di bidang ekonomi

Barang melimpah dan harga murah

Revolusi Industri telah menimbulkan usaha industri dan pabrik secara besar-besaran

dengan proses mekanisasi. Dengan demikian, dalam waktu singkat dapat menghasilkan

barang-barang yang melimpah. Produk barang menjadi berlipat ganda sehingga dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat yang lebih luas. Akibat pembuatan barang menjadi

cepat, mudah, serta dalam jumlah yang banyak sehingga harga menjadi lebih murah.

Perusahaan Kecil Gulung Tikar

Dengan penggunaan mesin-mesin maka biaya produksi menjadi relatif kecil sehingga

harga barang-barang pun relatif lebih murah. Hal ini membawa akibat perusahaan

tradisional terancam dan gulung tikar karena tidak mampu bersaing.

Perdagangan makin Berkembang

Berkat peralatan perhubungan yang modern, cepat dan murah, produksi lokal berubah

menjadi produksi internasional. Pelayaran dan perdagangan internasional makin

berkembang pesat.

Transportasi makin Lancar

Adanya penemuan di berbagai sarana dan prasarana transportasi makin sempurna dan

lancar. Dengan demikian, dinamika kehidupan masyarakat makin meningkat.

Page 23: Anka Ayudhia

Akibat di bidang sosial

Berkembangnya urbanisasi

Berkembangnya industrialisasi telah menimbulkan kota-kota dan pusat-pusat

keramaian yang baru. Oleh karena kota dengan kegiatan industrinya tampaknya

menjanjikan kehidupan yang lebih layak maka banyak petani desa pergi ke kota untuk

mendapatkan pekerjaan. Hal ini mengakibatkan terabaikannya usaha kegiatan pertanian.

Upah buruh rendah

Akibat makin meningkatnya arus urbanisasi ke kota-kota industri maka jumlah tenaga

makin melimpah. Sementara itu, pabrik-pabrik banyak yang menggunakan tenaga mesin.

Dengan demikian, upah tenaga kerja menjadi murah. Selain itu, jaminan sosial pun

kurang sehingga kehidupan mereka menjadi susah. Bahkan, para pengusaha banyak

memilih tenaga buruh wanita dan anak-anak yang upahnya lebih murah.

Munculnya golongan pengusaha dan golongan buruh

Di dalam kegiatan industrialisasi dikenal adanya kelompok pekerja (buruh) dan

kelompok pengusaha (majikan) yang memiliki industri atau pabrik. Dengan demikian,

dalam masyarakat timbul golongan baru, yakni golongan pengusaha (kaum kapitalis)

yang hidup penuh kemewahan dan golongan buruh yang hidup dalam kemiskinan.

Adanya kesenjangan antara majikan dan buruh

Dengan munculnya golongan pengusaha yang hidup mewah dan satu pihak,

sedangkan di pihak lain adanya golongan buruh yang hidup menderita, menimbulkan

kesenjangan antara majikan dan buruh. Kondisi seperti ini, sering menimbulkan

ketegangan-ketegangan yang diikuti dengan pemogokan kerja untuk menuntut perbaikan

nasib. Hal ini menimbulkan kebencian terhadap sistem ekonomi kapitalis, sehingga kaum

buruh condong kepada paham sosialis.

Munculnya revolusi sosial

Pada tahun 1820-an terjadi huru hara yang ditimbulkan oleh penduduk kota yang

miskin dengan didukung oleh kaum buruh. Gerakan sosial ini menuntut adanya perbaikan

nasib rakyat dan buruh. Akibatnya, pemerintah mengeluarkan undang-undang yang

Page 24: Anka Ayudhia

menjamin perbaikan nasib kaum buruh dan orang miskin. Undang-undang tersebut,

antara lain sebagai berikut:

o Tahun 1832 dikeluarkan Reform Bill atau Undang-Undang Pembaharuan

Pemilihan. Menurut undang-undang ini, kaum buruh mendapatkan hak-

hak perwakilan dalam parlemen.

o Tahun 1833 dikeluarkan Factory Act atau Undang-Undang Pabrik.

Menurut undang-undang ini, kaum buruh mendapatkan jaminan sosial.

Di samping itu, undang-undang juga berisi larangan pengunaan tenaga

kerja kanak-kanak dan wanita di daerah tambang di bawah tanah.

o Tahun 1834 dikeluarkan Poor Law Act atau Undang-Undang Fakir

Miskin. Oleh karena itu, didirikan pusat-pusat penampungan dan

perawatan para fakir miskin sehingga tidak berkeliaran.

o Makin kuatnya sifat individualisme dan menipisnya rasa solidaritas.

Dengan adanya Revolusi Industri sifat individualitas makin kuat karena

terpengaruh oleh sistem ekonomi industri yang serba uang. Sebaliknya,

makin menipisnya rasa solidaritas dan kekeluargaan.

Akibat di bidang politik

Munculnya gerakan sosialis

Kaum buruh yang diperlakukan tidak adil oleh kaum pengusaha mulai bergerak

menyusun kekuatan untuk memperbaiki nasib mereka. Mereka kemudian membentuk

organisasi yang lazim disebut gerakan sosialis. Gerakan sosialis dimotivasi oleh

pemikiran Thomas Marus yang menulis buku Otopia. Tokoh yang paling populer di

dalam pemikiran dan penggerak paham sosialis adalah Karl Marx dengan bukunya Das

Kapital.

Munculnya partai politik

Dalam upaya memperjuangkan nasibnya maka kaum buruh terus menggalang

persatuan. Apalagi dengan makin kuatnya kedudukan kaum buruh di parlemen

mendorong dibentuknya suatu wadah perjuangan politik, yakni Labour Party (Partai

Buruh). Partai ini berhaluan sosialis. Di pihak pengusaha mengabungkan diri ke dalam

Partai Liberal.

Page 25: Anka Ayudhia

Munculnya imperialisme modern

Kaum pengusaha/kapitalis umumnya mempunyai pengaruh yang kuat dalam

pemerintahan untuk melakukan imperialisme demi kelangsungan industrialisasinya.

Dengan demikian, lahirlah imperialisme modern, yaitu perluasan daerah-daerah sebagai

tempat pemasaran hasil industri, mencari bahan mentah, penanaman modal yang surplus,

dan tempat mendapatkan tenaga buruh yang murah. Dalam hal ini Inggris-lah yang

menjadi pelopornya.

Pengaruh Revolusi Industri terhadap perubahan sosial, ekonomi, dan politik di

Indonesia

Revolusi Industri yang terjadi di Eropa dan di Inggris khususnya membawa

dampak di bidang sosial, ekonomi, dan politik. Di bidang sosial munculnya golongan

buruh yang hidup menderita dan berusaha berjuang untuk memperbaiki nasib. Gerakan

kaum buruh inilah yang kemudian melahirkan gerakan sosialis yang menjadi lawan dari

Kapitalis. Bahkan, kaum buruh akhirnya bersatu dalam suatu wadah organisasi, yakni

Partai Buruh. Di bidang ekonomi, perdagangan makin berkembang. Perdagangan lokal

berubah menjadi perdagangan regional dan internasional. Sebaliknya, di bidang politik,

Revolusi Industri melahirkan imperialisme modern.

Perubahan di bidang politik

Sejak VOC dibubarkan pada tahun 1799, Indonesia diserahkan kembali kepada

pemerintahan Kerajaan Belanda. Pindahnya kekuasaan pemerintahan dari VOC ke tangan

pemerintah Belanda tidak berarti dengan sendirinya membawa perbaikan. Kemerosotan

moral di kalangan para penguasa dan penderitaan penduduk jajahan tidak berubah. Usaha

perbaikan bagi penduduk tanah jajahan tidak dapat dilaksanakan karena Negeri Belanda

sendiri terseret dalam perang dengan negara-negara besar tetangganya. Hal ini terjadi

karena Negeri Belanda pada waktu itu diperintah oleh pemerintah boneka dari

Kemaharajaan Prancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte. Dalam situasi yang

demikian, Inggris dapat memperluas daerah kekuasaannya dengan merebut jajahan

Belanda, yaitu Indonesia.

1. Hindia Belanda di bawah Daendels (1808–1811) .Dalam usaha mengadakan

pembaharuan pemerintahan di tanah jajahan, di Negeri Belanda ada dua golongan

yang mengusulkannya.

Page 26: Anka Ayudhia

Golongan Konservatif dengan tokohnya Nenenberg yang menginginkan untuk

mempertahankan sistem politik dan ekonomi seperti yang dilakukan oleh VOC.

Golongan Liberal dengan tokohnya Dirk van Hogendorp yang menghendaki agar

pemerintah Hindia Belanda menjalankan sistem pemerintahan langsung dan

menggunakan sistem pajak. Sistem penyerahan paksa yang dilakukan oleh VOC

agar digantikan dengan sistem penyerahan pajak.

Di satu pihak pemerintah condong kepada pemikiran kaum Konservatif karena

kebijaksanaannya akan mendatangkan keuntungan yang cepat dan mudah dilaksanakan.

Di pihak lain, pemerintah juga ingin menjalankan pembaharuan yang dikemukakan oleh

kaum Liberal. Gagasan pembaharuan pemerintahan kolonial dimulai semenjak

pemerintahan Daendels. Sebagai gubernur jenderal pemerintahan Belanda di Indonesia,

Daendels banyak melakukan langkah-langkah baru dalam pemerintahan. Daendels

mengadakan perombakan pemerintahan secara radikal, yakni meletakkan dasar-dasar

pemerintahan menurut sistem Barat. Langkah- langkah tersebut, antara lain:

Pemerintahan kolonial di pusatkan di Batavia dan berada di tangan gubernur

jenderal.

Pulau Jawa dibagi menjadi sembilan prefectur. Hal ini untuk mempermudah

administrasi pemerintahan.

Para bupati dijadikan pegawai pemerintah Belanda di bawah pemerintahan

prefect.

Mengadakan pemberantasan korupsi dan penyelewengan dalam pungutan

(contingenten) dan kerja paksa.

Kasultanan Banten dan Cirebon dijadikan daerah pemerintah Belanda yang

disebut pemerintah gubernemen.

Berbagai upacara di istana Surakarta dan Yogyakarta disederhanakan.

Pada awal pemerintahannya, Daendels menentang sistem kerja paksa dan merombak

sistem feodal. Akan tetapi, tugas untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan

Inggris menyebabkan Daendels terpaksa harus mengadakan penyerahan kerja paksa

secara besarbesaran (dengan menggunakan pengaruh penguasa pribumi) untuk

membangun jalanjalan dan benteng-benteng pertahanan. Demikian juga karena kas

negara kosong menyebabkan juga ditempuh cara-cara lama untuk mengisi kas negara.

Dengan demikian, kehidupan rakyat pribumi tetap menderita. Ketika akhirnya Inggris

menyerbu Pulau Jawa, Daendels sudah dipanggil kembali ke Eropa. Penggantinya tidak

Page 27: Anka Ayudhia

mampu menahan serangan Inggris dan terpaksa menyerah. Dengan demikian, Indonesia

berada di bawah kekuasaan Inggris.

1. Masa pemerintahan Raffles (1811–1816) ==

Setelah Indonesia (khususnya Pulau Jawa) jatuh ke tangan Inggris, oleh pemerintah

Inggris dijadikan bagian dari jajahannya di India. Gubernur Jenderal East India Company

(EIC), Lord Minto yang berkedudukan di Calcuta (India) kemudian mengangkat Thomas

Stamford Raffles sebagai letnan gubernur (wakil gubernur) untuk Indonesia (Jawa).

Raffles didampingi oleh suatu badan panasihat yang disebut Advisory Council. Tugas

yang utama adalah mengatur pemerintahan dan meningkatkan perdagangan, serta

keuangan. Sebagai seorang yang beraliran liberal, Raffles menginginkan adanya

perubahanperubahan dalam pemerintahan di Indonesia (Jawa). Selain bidang

pemerintahan, ia juga dilakukan perubahan di bidang ekonomi. Ia hendak melaksanakan

kebijaksaaan ekonomi yang didasarkan kepada dasardasar kebebasan sesuai dengan

ajaran liberal. Langkah-langkah yang diambil oleh Raffles dalam bidang pemerintahan

dan ekonomi adalah sebagai berikut.

Mengadakan penggantian sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh

penguasa pribumi dengan sistem pemerintahan kolonial ala Barat. Untuk

memudahkan sistem administrasi pemerintahan, Pulau Jawa dibagi menjadi

delapan belas karesidenan.

Para bupati dijadikan pegawai pemerintah sehingga mereka mendapat gaji dan

bukan lagi memiliki tanah dengan segala hasilnya. Dengan demikian, mereka

bukan lagi sebagai penguasa daerah, melainkan sebagai pegawai yang

menjalankan tugas atas perintah dari atasannya.

Menghapus segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa atau rodi. Rakyat

diberi kebebasan untuk menanam tanaman yang dianggap menguntungkan.

Raffles menganggap bahwa pemerintah kolonial adalah pemilik semua tanah

yang ada di daerah tanah jajahan. Oleh karena itu, Raffles menganggap para

penggarap sawah adalah penyewa tanah pemerintah.

Oleh karena itu, para petani mempunyai kewajiban membayar sewa tanah kepada

pemerintah. Sewa tanah atau landrente ini harus diserahkan sebagai suatu pajak atas

pemakaian tanah pemerintah oleh penduduk. Sistem sewa tanah smacam itu oleh

pemerintah Inggris dijadikan pegangan dalam menjalankan kebijaksanaan ekonominya

Page 28: Anka Ayudhia

selama berkuasa di Indonesia. Sistem ini kemudian juga diteruskan oleh pemerintah

Hindia Belanda setelah Indonesia diserahkan kembali kepada Belanda.

Perubahan di Bidang Sosial Ekonomi

Sejak awal abad ke-19, pemerintah Belanda mengeluarkan biaya yang sangat besar

untuk membiayai peperangan baik di Negeri Belanda sendiri (pemberontakan rakyat

Belgia), maupun di Indonesia (terutama perlawanan Diponegoro) sehingga Negeri

Belanda harus menanggung hutang yang sangat besar. Untuk menyelamatkan Negeri

Belanda dari bahaya kebrangkrutan maka Johanes van den Bosch diangkat sebagai

gubernur jenderal di Indonesia dengan tugas pokok menggali dana semaksimal mungkin

untuk mengisi kekosongan kas negara, membayar hutang, dan membiayai perang. Untuk

melaksanakan tugas berat itu, van den Bosch memusatkan kebijaksanaannya pada

peningkatan produksi tanaman ekspor. Untuka itu, yang perlu dilakukan ialah

mengerahkan tenaga rakyat tanah jajahan untuk melakukan penanaman tanaman yang

hasilhasilnya. dapat laku di pasaran dunia dan dilakukan dengan sistem paksa. Setelah

tiba di Indonesia (1830) van den Bosch menyusun program kerja sebagai berikut.

Sistem sewa tanah dengan uang harus dihapus karena pemasukannya tidak

banyak dan pelaksanaannya sulit.

Sistem tanam bebas harus diganti dengan tanam wajib dengan jenis-jenis

tanaman yang sudah ditentukan oleh pemerintah.

Pajak atas tanah harus dibayar dengan penyerahan sebagian dari hasil

tanamannya kepada pemerintah Belanda.

Apa yang dilakukan oleh van den Bosch itulah yang kemudian dikenal dengan nama

sistem tanam paksa atau cultuur stelsel. Sistem tanam paksa yang diajukan oleh van den

Bosch pada dasarnya merupakan gabungan dari sistem tanam wajib ( VOC ) dan sistem

pajak tanah (Raffles ). Pelaksanaan sistem tanam paksa banyak menyimpang dari aturan

pokoknya dan cenderung untuk mengadakan eskploitasi agraris semaksimal mungkin.

Oleh karena itu, sistem tanam paksa menimbulkan akibat sebagai berikut.

a. Akibat Tanam Paksa Bagi Indonesia (Khususnya Jawa)

1) Sawah ladang menjadi terbengkelai karena diwajibkan kerja rodi yang

berkepanjangan sehingga penghasilan menurun drastis.

Page 29: Anka Ayudhia

2) Beban rakyat semakin berat karena harus menyerahkan sebagian tanah dan

hasil panennya, membayar pajak, mengikuti kerja rodi, dan menanggung risiko

apabila gagal panen.

3) Akibat bermacam-macam beban menimbulkan tekanan fisik dan mental yang

berkepanjangan.

4) Timbulnya bahaya kemiskinan yang makin berat.

5) Timbulnya bahaya kelaparan dan wabah penyakit di mana-mana sehingga

angka kematian meningkat drastis.

Bahaya kelaparan menimbulkan korban jiwa yang sangat mengerikan di daerah

Cirebon (1843), Demak (1849) dan Grobogan (1850). Kejadian ini mengakibatkan

jumlah penduduk menurun drastis. Penyakit busung lapar (hongorudim) juga berkembang

di mana-mana.

b. Akibat Tanam Paksa Bagi Belanda

Apabila sistem tanam paksa telah menimbulkan malapetaka bagi bangsa Indonesia,

sebaliknya bagi bangsa Belanda berdampak sebagai berikut.

1) Mendatangkan keuntungan dan kemakmuran rakyat Belanda.

2) Hutang-hutang Belanda dapat terlunasi.

3) Penerimaan pendapatan melebihi anggaran belanja.

4) Kas Negeri Belanda yang semula kosong, dapat terpenuhi.

5) Berhasil membangun Amsterdam menjadi kota pusat perdagangandunia.

6) Perdagangan berkembang pesat.

Sistem tanam paksa yang mengakibatkan kemelaratan bagi bangsa Indonesia,

khusunya Jawa, menimbulkan reaksi dari berbagai pihak, seperti golongan pengusaha,

Baron Van Hoevel, dan Edward Douwes Dekker. Akibat adanya reaksi tersebut,

pemerintah Belanda secara berangsur-angsur menghapuskan sistem tanam paksa.

Sesudah tahun 1850, kaum Liberal memperoleh kemenangan politik di Negeri Belanda.

Mereka juga ingin menerapkan asas-asas liberalisme di tanah jajahan. Dalam hal ini

kaum Liberal berpendapat bahwa pemerintah semestinya tidak ikut campur tangan dalam

masalah ekonomi, tugas ekonomi haruslah diserahkan kepada orang-orang swasta, dan

agar kaum swasta dapat menjalankan tugasnya maka harus diberi kebebasan berusaha.

Sesuai dengan tuntutan kaum Liberal maka pemerintah kolonial segera memberikan

peluang kepada usaha dan modal swasta untuk menanamkan modal mereka dalam

Page 30: Anka Ayudhia

berbagai usaha di Indonesia, terutama perkebunan-pekebunan di Jawa dan di luar Jawa.

Selama periode tahun 1870–1900 Indonesia terbuka bagi modal swasta Barat. Oleh

karena itu masa ini sering disebut zaman Liberal. Selama masa ini kaum swasta Barat

membuka perkebunan-perkebunan seperti, kopi, teh, gula dan kina yang cukup besar di

Jawa dan Sumatera Timur. Selama zaman Liberal (1870–1900), usaha-usaha perkebunan

swasta Barat mengalami kemajuan pesat dan mendatangkan keuntungan yang besar bagi

pengusaha. Kekayaan alam Indonesia mengalir ke Negeri Belanda. Akan tetapi, bagi

penduduk pribumi, khususnya di Jawa telah membawa kemerosotan kehidupan, dan

kemunduran tingkat kesejahteraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti

berikut.

1) Adanya pertumbuhan penduduk yang meningkat pada bad ke-19, sementara itu

jumlah produksi pertanian menurun.

2) Adanya sistem tanam paksa dan kerja rodi yang banyak menimbulkan

penyelewengan dan penyalahgunaan dari pihak pengusaha sehingga membawa

korban bagi penduduk.

3) Dalam mengurusi pemerintahan di daerah luar Jawa, pemerintah Belanda

mengerahkan beban keuangan dari daerah Jawa sehingga secara tidak langsung

Jawa harus menanggung beban keuangan.

4) Adanya sistem perpajakan yang sangat memberatkan penduduk.

Adanya krisis perkebunan pada tahun 1885 yang mengakibatkan perusahaan-

perusahaan mengadakan penghematan, seperti menekan uang sewa tanah dan upah kerja

baik di pabrik maupun perkebunan. Pada akhir abad ke-19 muncullah kritik-kritik tajam

yang ditujukan kepada pemerintah Hindia Belanda dan praktik liberalisme yang gagal

memperbaiki nasib kehidupan rakyat Indonesia. Para pengkritik itu menganjurkan untuk

memperbaiki rakyat Indonesia. Kebijaksanaan ini didasarkan atas anjuran Mr. C. Th. van

Deventer yang menuliskan buah pikirannya dalam majalah De Gids (Perinstis/Pelopor)

dengan judul Een Ereschuld (Berhutang Budi) sehingga dikenal politik etis atau politik

balas budi. Gagasan van Deventer terkenal dengan nama Trilogi van Deventer.

Page 31: Anka Ayudhia

BAB III

STUDI KASUS

Revolusi Industri

A.       Keadaan di Inggris Sebelum Revolusi Industri

Sejak tahun 1688, Inggris merupakan suatu kerajaan yang memiliki Undang-

undang Dasar, namun tatanan masyarakatnya tetap masyarakat feodal, masyarakat yang

dikuasai oleh para tuan tanah. Kekuasaan politik yang dikuasai oleh Tuan Tanah

menyebabkan masyarakat tidak memiliki kekuasaan dan bekerja untuk mengolah tanah

empunya Tuan Tanah.

masyarakat pada saat itu banyak bekerja sebagai pengrajin rumahan untuk memproduksi

bulu domba menjadi bahan wol. Tiap keluarga bekerja membuat kerajian wol dengan

bantuan tenaga manusia dan hewan.

B.       Sebab-sebab Revolusi Industri Inggris

Sebab-sebab:

Penemuan bidang teknologi terutama mesin tenun dan mesin pemintal. Mesin

penenun yang dinamakan Flying Shuttle, yaitu alat tenun pintal benang yang

ditemukan oleh John Kay tahun 1733 dan alat pemintal yang bernama Spenning

Jenny yang dietemukan oleh Hargrevs (1762/1765)

Inggris memiliki kekayaan alam, terutama batubara dan bijih besi.

Inggris memiliki banyak negara jajajhan yang bisa dipergunakan untuk

pemasaran hasil industri.

Revolusi Agraria berakibat pada penataan kembali tanah-tanah milik bangsawan

Inggris, dijadikan satu peternakan domba yang sangat mendukung industri wol.

Adanya keamanan dalam negeri yang cukup mantap

Adanya manufaktur, manufaktur adalah tempaty baru untuk memproduksi wol

dengan cara baru yang diterapkan.

Dimulainya kegiatan wiraswasta.

Page 32: Anka Ayudhia

 

C.      Perkembangan IPTEK

Abad ke-18 di Eropa merupakan abad pemikiran dan penemuan baru di bidang

pengetahuan dan teknologi. Periode tahun 1701-1800 disebut sebagai Abad Pencerahan

atau Pemikiran. Penemuan itu antara lain sebagai berikut.

B.1 Mesin

James Hargreaves yang menemukan alat pemintal tahun 1762.

Richard Arkwright dan John Kay yang menemukan mesin tenun  otomatis pada

tahun 1768.

Isaac M. Singer yang berhasil menemukan mesin jahit pada tahun 1815 dengan

hal paten bernama I.M. Singer Company.

B.2 Pengangkutan

James Watt pada tahun 1763 menmukan mesin uap yang dikembangkan dari

temuan Thomas Newcomen. Mesin Uap milik James Watt merupakan inti dari

revolusi industri, sehingga ia dianggap sebagai Bapak revolusi Industri.

Richard Trevithik yang menemukan lokomotif dengan tenaga uap pada tahun

1804.

B.3 Listrik

Andrea Ampere menemukan alat untuk mengukur kekuatan listrik.

Luigi Galvani dan Alessandro Volta yang menemukan aliran listrik pada tahun

1780.

Samuel Morse yang menemukan pesawat telegrap pada tahun 1832.

 

D.  Dampak Revolusi Industri

Revolusi industri membawa dampak pada bidang sosial, politik, ekonomi

maupun kebudayaan dalam kehidupan umat manusia. Akibatnya adalah:

Page 33: Anka Ayudhia

1. Bidang Ekonomi

Timbulnya industri besar-besaran di Inggris.

Munculnya kota Industri di Inggris seperti Manchester, Birmingham,. Liverpool

dan Glasgow.

Transportasi menjadi lebih cepat, aman dan nyaman.

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dengan pesat.

Bergesernya kegiatan ekonomi dari pertanian menuju industri.

Makin menyempitnya lahan pertanian karena  digunakan untuk kegiatan

perindustrian.

Makin banyak bahan baku yang dibutuhkan.

Upah buruh menjadi rendah dengan jam kerja yang lama.

2. Bidang Sosial

Terjadinya urbanisasi yaiutu perpindahan penduduk dari desa ke kota. Penduduk

melakukan urbanisasi untuk menjadi buruh paabrik di kota-kota besar.

Munculnya buruh wanita dan anak-anak yang digunakan di perusahaan tambang

dan industri.

Timbulnya dua golongan masyarakat di Inggriss. Golongan itu adalah golongan

buruh dan golongan pengusaha (majikan).

Terjadinya kecemburuan sosial.

Banyaknya pengangguran sehingga menimbulkan banyak kejahatan. 

3. Bidang Ideologi Politik

Timbulnya imprealisme modern, yaitu penjajahan yang didasari untuk mencari

daerah jajahan baru untuk kepentingan industri.

Terjadinya Revolusi Sosial yang bertujuan untuk meringankan beban penderitaan

rakyat.

Modernisasi terjadi di seantero dunia.

 

4. Bidang Budaya

Page 34: Anka Ayudhia

Berkembangnya modernisasi dan westernisasi.

BAB IV

KESIMPULAN

* Perubahan penggunaan tenaga manusia dan hewan menjadi tenaga mesin* Sebelum revolusi Industri: a. Revolusi agraria b. Penemuan-penemuan baru c. Serikat Sekerja [gilda]* Gilda-gilda menyatu menjadi feodal[tuan-tuan tanah] lalu menjadi negara.* Bapak Revolusi: James Watt* Keadaan alam yang menunjang revolusi Industri di Inggris: 1. Inggris memiliki baranga tambang banyak [batu bara] 2. Mengubah tanah pertanian-->peternakan[rev agraria]-->biri-biri diambil bulunya-->dijadikan wool untuk textile

* Faktor politik pendorong: 1. Pergantian pemerintahan. Pemerintahan keluarga baru mendukung rev. industri 2. Inggris punya tanah jajahan yang sangat banyak

* Tahap-tahap revolusi Industri: 1. Sistem domestic/ home Industri -Dikerjakan di keluarga,peralatan sendiri, hasil untuk sendiri&dijual 2. Industri manufucture -Dikerjakan sekelompok orang akibat ada permintaan. Dikerjakan di rumah produksi. 3. Factory sistem -Pengolahan industri dengan mesin berat dan canggih. Disalurkan melalui agen resmi

*Dampak revolusi industri: 1. Dampak politik: 1. Persaingan menguasai tanah jajahan 2. Faham kapitalisme[penanaman modal] -tanah jajahan untuk tempat penanaman modal, pemasaran hasil industri, sumber bahan mentah

2. Dampak sosial1. muncul pusat-pusat industri2. Urbanisasi3. Polusi udara4. peningkatan mutu kualitas kehidupan masyarakat5. nasib buruh tidak diperhatikan, terutama pengunaan buruh anak anak dan wanita6. muncul kawasan idustri "Black Country"7. muncul revolusi sosial untuk memperbaiki nasib buruh [tokoh: Robert Owen]8. muncul 2 lapisan masyarakat: buruh

Page 35: Anka Ayudhia

DAFTAR PUSTAKA

1. http://theragnhild.wordpress.com/2012/06/13/sejarah-peradaban-

modern-revolusi-industri-inggris/

2. www.wikipedia.com

3. www.google.com