anti mikotika (anti jamur)
DESCRIPTION
aaaaTRANSCRIPT
BAB I
ANTI MIKOTIKA (ANTI JAMUR)
A. Latar Belakang
Seperti diketahui, anti mikotika (anti jamur) digunakan untuk mengobati
infeksi jamur, pada jamur. Khususnya pada Mykosis kulit oleh demotofi serat
infeksi apa mukosa mulut, bronchia dan lain-lain pengunaan anti jamur/anti
mikotika di dalam anti biotik berspektrum luas. Pada pengunaan anti jamur (anti
mikotika) hakikatnya, semua tersebut berhasiat fungistatis.
Di bawah ini, kami dari kelompok tiga membahas tentang anti mikotika
(anti jamur) baik itu melalui infeksi, atau berbagai penularan dan sebagainya.
Pada pembahasan ini bersangkutan berbagai macam penyakit, gejalanya, serta
pengobatan dan trafi yang diberikan sesuai dengan penyakit yang dideritanya.
B. Pembahasan
a. Definisi obat annti jamur
Anti jamur ialah obat pembasmi jamur, khususnya jamur yang merugikan
manusia.
Jamur atau fungi merupakan tumbuhan yang tidak memiliki krolofil,
sehingga tidak mampu melakukan fotosintesis untuk memelihara sendiri
kehidupanya. Oleh karena itu, jamur hanya bisa hidup sebagai parasid pada
organisme hidup lain atau sebagai sapropil pada benda organisme mati.
1
Dasar farmakologis dari pengobatan infeksi jamur belum sepenuhnya
dimengerti. Secara umum infeksi jamur dibedakan atas infeksi jamur sistemik dan
infeksi jamur topikal (dermatotif dan mukokutan). Cara penularan spora dan
serpih kulit penderita infeksi fungi (dermatomycocis) merupakan sumber utama
penularan.
Setelah terjadi infeksi, spora tumbuh dan membentuk mycelium dengan
mengunakan serpih kulit sebagai bahan makanan. Enzim-enzim yang diproduksi
oleh jamur mampu menembus kulit dan menimbulkan pradangan. Bila fungi ini
tumbuh kedalam tabung rambut (folikel) maka rambut akan rontok. Fungi yang
menembus kedalam kuku mengakibatkan apa yang disebut kuku kapur
(onychomycosis) yang berwarna keputih-putihan dan kuku menjadi regas.
b. Macam-Macam Obat Anti Jamur
Yang digunakan untuk mengobati infeksi jamur dapat. Digolongkan
sebagai berikut:
a. Antibiotika: griseofuluin dan antibiotika polyen (amfoterisin B, nistatin dan
natamisin), yang pada umumnya bekerja fugistatis. Mekanisme kerjanya
adalah melalui pengikatan diri pada ergosterol yang mutlak dibutuhkan jamur
untuk membentuk dinding selnya. Akibatnya adalah kerusakan memberan sel
dan peningkatan permiabilitasnya, sehinga komponen intrasiluler yang
penting untuk kehidupan sel merembas keluar akhirnya sel-sel tersebut mati.
2
b. Derivat imidazol: mukanazol, ketonazol, klotrimazol, bitonazol, ekonazol
isokonazol dan tiokanazol, mekanisme kerjanya berdasarkan pengikatan pada
enzim sitokrom paso. Sehinga sintesa ergosterol dirintangi dan terjadi.
Kerusakan membran sel. Pada penggunaan sistemis, sistematis enzim manusia
juga dapat dirintangi , yang bertangung jawab atas asfek saping tententu.
Bekerja fungistatis dan bakteriostatus lemah terhadap kuman gram positif
obat ini terutama digunakan sebagai obat lokal, kecuali ketokonazol yang juga
dapat digunakan secara sistemis.
c. Derivat trizol: Flukonazol, itrakonazol dan terkonazol. Pada umumnya juga
bekeja fungitatis dengan mekanisme kerja sepeti imidazol, tetapi bersifat lebih
selektif bagi sistem enzim jamur manusia, maka kurang menghambat sintesa
steroid.
d. Asa-asam organis; asam benzoat, salisilat propionat, kaprilat dan
undesilinat.
C. Cara Kerja/Khasiat Obat Anti Jamur
Antimikotika terutama digunakan pada mycosa permukaan atau setempat
(topikal) antimikotika trutama digunakan pada mycosa permukaan atau setempat
(tropikal) pada mycose umum (sistemis) yang meliputi organ dalam (misalnya
candidiasis, actinomycosis, dan aspergillosis), sejumlah obat juga digunakan
secara sintemis, yakni peroral. Begitu pula lazimnya pada infeksi ditubuh dan
pityriasis versicolor (tinea corporis), juga pada kepala rambut mycose kuku.
3
Antimikotika oral yang digunakan meliputi griseofulvin, (amfoterisin B,
nistatin, mikanazol) ketokonazol, itrakonazol dan flukonazol, terbinafim dan
flusitasin (ancotil).
- Ketokonazol tidak dianjurkan berhubungan resiko recrosis hati yang
dapat timbul dengan akut.
- Intrakonazol dianjurkan pada infeksi pytirosporum, intrakonazol dan
flukonazol pada candidiasis.
- Grisopuluin dan terbinafin layak digunakan pada tinea capitis pada
anak-anak.
- Terbinafin dan interakonazol ampuh terhadap onychomycosis pada
jari-jari kaki dan tangan.
Secara intravena (infus) dapat digunakan amfoterisin B, mikonazol dan
flukenazol. Untuk penggunaan setempat di dalam usus tersedia amfokrisin B dan
nestatin yang buruk absorptsinya di usus.
Untuk infeksi di kuku (onychonyacosis) khusus digunakan obat yang
ditimbun dalam lapisan tanduk (stratum corneum) yakni grifuluin, ketokonazol,
intrakonazl dan terbinafin.
Khasiatnya
Pada hakekatnya, semua anti jamur tersebut berkhasiat fungistatis pada
dosis digunakan. Pengecualian adalah intrakonazol dan terbinafin, yang bekerja
fungisid pada dosis tinggi, amfoterisin dan nistatin juga dapat berkhasiat
fungisid.
4
Nistatin di amfoterisin B sering kali digunakan dalam kombinasi dengan
tetrasiklin guna menghindari terjadinya candiasis usus.
D. Indikasi Kontra Indikasi
Anti jamur untuk infeksi sistemik
a. Anfoterisin B
Anfoterisin A dan B merupakan hasil termintasi streptomyces nodosus.
Indikasi:
Amfoterisin B sebagai antibioka berspektrum lebar yang bersifat
fungsidal. Pasien yang diobati dengan amfoterisin B harus dirawat dirumah
sakit karena diperlukan pengawasan yang ketat selama pemberian obat
urinalisis, gambaran darah, ureum serta kreatinin plasma perlu dilakukan
trutama menjelang tercapainya dosis optimal.
Efek samping
Infus amfotirisin B sering kali menimbulkan kulit panas, kringatan,
sakit kepala, demam, mengigil, lesu, anokraksia, nyeri otot.
Dosis
Amfotirisin B untuk infeksi tersedia dalam pil berisi 50 mg bubuk
liofilik, dilarutkan dengan 10 ml akuades steril untuk kemudian diencerkan
dengan larutan dekstrosa 5 % dalam air sehingga didapatkan kadar 0,1 mg/ml.
5
ANTI JAMUR UNTUK INFEKSI DERMATOFIT
Griseofuluin
Rriseofuluin diisolasi dari penicillium griseovuluum dierck x
Efeksamping
Efek samping yang berat jarang timbul akibat pemekaian griseovuluin
Indikasi
Griseofuluin memberikan hasil yang baik terhadap penyakit jamur di
kulit, rambut dan kuku yang disebabkan oleh jamur yang sensitif. Gejala pada
kulit akan berkurang dalam 40-96 jam setelah pengobatan dengan
Griseofuluin sedangkan penyembuhan sempurna baru terjadi setelah beberapa
mingu.
6
BAB II
ANTI JAMUR UNTUK DERMATOFIT
A. Griseofulvin
Griseofulvin diisolasi dari penicilium Griseofulvin dierckx.
Indikasi
Griseofulvin memberikan hasil yang baik terhadap penyakit jamur dikulit,
rambut dan kuku yang disebabkan oleh jamur yang sensitif.
Gejala pada kulit akan berkurang dalam 48-96 jam setelah pengobatan
dengan Griseofulvin sedangkan penyembuhan sempurna baru terjadi setelah
beberapa minggu.
Efeksamping.
Efeksamping yang berat jarang timbul akibat pemakaian Griseofulvin.
Doisis
Di Indonesia Griseofulvin mikrokristal tersedia dalam bentuk tablet berisi
125 dan 500 mg dan tablet yang mengandung partikel ultramikrokristal tersedia
dalam takaran 330 mg.
Untuk anak griseofulvin diberikan 5 mg/kg BB/hari sedangkan untuk
dewasa 500-1000 mg/hari dosis tunggal.
7
B. Imi Dazol Dan Triazol
Anti jamur golongan imidazol mempunyai spektrum yang luas. Karena
sifat dan pengunaanya praktis tidak berbeda, seperti.
Mikronazol
Merupakan turunan imidazol sintetik yang relaif stabil, mempunyai
spektrum anti jamur yang lebar. Obat ini bentuk kristal putih, tidak berwarna dan
tidak berbau.
Mikonazol ini masuk kedalam sel jamur dan menyebabkan kerusakan
dinding sel sehingga permeabilitas terhadap berbagai zat intrasel meningkat.
Mungkin pula terjadi ganguan sintesis asam mukleat atau penimbunan peroksido
dalam sel jamur yang akan menyebabkan kerusakan.
Indikasi
Mikronazol topikal diindikasikan untuk dermatofitosis sedang atau berat
yang mengenai kulit kepala, telapak dan kuku.
Efeksamping
Efeksamping berupa iritasi, rasa terbakar dan maserasi memerlukan
penghentikan terapi.
Dosis
Obat ini tersedia dalam bentuk krim 2 % dan bedak yang dipakai 2 xz
sehari, selama 2-4 minggu. Krim 2% untuk pengunaan intravaginal diberikan
sekali sehari pada malam hari selama 7 hari.
8
BAB III
ANTI JAMUR TOPIKAL LAINNYA
A. Asam Benzuat Dan Asam Salisilat
Kombinasi asam benzoat dan asam slisilat dalam perbandingan 2:1
(biasanya 6% dan 3 %) ini dikenal sebagai salep whitfield.
Asam benzoat memberikan efek fungistatik sedangkan asam salisilat
memberikan efek keratolitik.
Salap ini banyak digunakan untuk pengobatan tinea pedis dan kadang-
kadang juga untuk tinea kapitis.
Efek samping dapat terjadi iritasi ringan pada tempat pemakaian, juga ada
keluhan kurang menyenangkan dari para pemakainya karena salap ini bertelapak.
B. Asam Undesilenat
Merupakan cairan kuning dengan bau khas yang tajam. Obat ini aktif
terhadap epidermophiton, trichopyton, dan microsporum. Tersedia dalam
bentuk salap campuran mengandung 5 % unclesilenat dan 20 % seng
undesilenat.
Dalam hal ini seng berperan untuk menekan luasnya peradangan,
pemakaian pada mukosa dapat menybabkan iritasi bila kadarnya lebih dari 1
% iritasi dan sensitivitas jarang terjadi pada pemakaian topikal.
9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa anti obat jamur
yang digunakan sebagai obat untuk mengobati berbagai infeksi pada jamur, yang
khususnya kasus utamanya pada mycosis kulit. Dan berbagai macam bentuk jamur
yang berkembang biak pada mikroorganisme, di dalam tubuh maupun diluar
tubuh.
B. Saran
1. Diharapkan agar selalu memperhatikan tentang personal higlens agar kita
terhindar dari berbagai jenis infeksi jamur.
2. Hendaknya dalam memberikan pengobatan, kita sesuaikan jenis obat mana
yang cocok yang terhadap infeksi jamur tersebut.
10