antidiare
TRANSCRIPT
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
UJI EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SALAM
(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) TERHADAP MENCIT JANTAN
SKRIPSI
Oleh : WINDA GUSTI ENDA
071524082
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
BAHAN SKRIPSI
UJI EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) TERHADAP MENCIT JANTAN
Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Mencapai
Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh : WINDA GUSTI ENDA
071524082
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
Pengesahan Skripsi
UJI EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) TERHADAP MENCIT JANTAN
Oleh :
WINDA GUSTI ENDA 071524082
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: Desember 2009
Pembimbing I, Drs. Rasmadin Mukhtar, M.S., Apt. NIP 194909101980031002 Pembimbing II, Dr. Rosidah, M.Si., Apt. NIP 195103261978022001
Panitia Penguji, Dr. Edy Suwarso, SU., Apt. NIP Drs. Rasmadin Mukhtar, M.S., Apt. NIP 194909101980031002 Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt . NIP Drs. Suryadi Achmasd, M.Sc., Apt. NIP
Dekan Fakultas Farmasi
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan rahmat yang tak terhingga sehingga penulis dapat melaksanakan
penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul UJI EFEK
ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SALAM (Syzygium
polyanthum (Wight) Walp.) TERHADAP MENCIT JANTAN.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar
sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya
penulis sampaikan kepada Ayahanda Jhon Hendri dan Ibunda Hj. Susti Marleni,
dan Adinda Rahmi Henda Yani, Adhitia Hendrianda Yudha, Cindy Oktavianda
atas segala perhatian, doa, kasih sayang, dan dukungan moril serta materil yang
telah diberikan kepada penulis.
Dengan segala ketulusan hati penulis juga menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan Fakultas
Farmasi USU Medan yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Rasmadin Mukhtar, M.S., Apt dan Ibu Dr. Rosidah, M.Si., Apt
yang telah membimbing penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
3. Bapak Dr. Edy Suwarso, SU., Apt, Ibu Herawaty Ginting, M.Si., Apt, dan
Bapak Drs. Suryadi Achmasd, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang
telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.
4. Ibu Dra. Sudarmi S, M.Si, Apt. selaku Penasehat Akademik yang selalu
memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan.
5. Bapak/ Ibu staf Laboratorium Farmakognosi dan Laboratorium
Farmakologi Fakultas Farmasi USU yang telah memberikan fasilitas
laboratorium selama penulis melakukan penelitian.
6. Sahabat-sahabat penulis rekan-rekan mahasiswa farmasi ekstensi stambuk
2007, Goin, Dek Cut, Nanda, Feby, serta seluruh pihak yang telah
memberikan bantuan, motivasi dan inspirasi bagi penulis selama masa
perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas jasa-jasa
besar mereka.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.
Medan, Desember 2009 Penulis,
(Winda Gusti Enda)
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
ABSTRAK
Telah dilakukan karakterisasi simplisia kulit batang salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) dan uji efek antidiare ekstrak etanol kulit batang salam terhadap mencit jantan.
Karakterisasi simplisia kulit batang salam meliputi penetapan kadar air (7,33%), penetapan kadar abu total (4,96%), penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam (0,14%), penetapan kadar sari yang larut dalam etanol (20,95 %) dan penetapan kadar sari yang larut dalam air (12,70 %).
Uji efek antidiare ekstrak etanol kulit batang salam terhadap mencit jantan dilakukan dengan cara memberikan oleum ricini sebagai penginduksi diare. Ekstrak etanol kulit batang salam dosis 20 mg, 40 mg dan 80 mg/kg berat badan (bb) diberikan secara oral dan dilakukan pengamatan terhadap saat mulai terjadinya diare, konsistensi feses, frekuensi diare dan lama terjadinya diare setiap 30 menit selama 8 jam. Sebagai pembanding digunakan Loperamid HCl dosis 1 mg/kg bb.
Dari hasil pengamatan uji efek antidiare ekstrak etanol kulit batang salam dosis 20 mg/kg bb mempunyai efek antidiare yang lebih lemah dibandingkan dengan Loperamid HCl dosis 1 mg/kg bb. Dosis 40 mg/kg bb mempunyai efek yang sama dengan Loperamid HCl dosis 1 mg/kg bb. Dan dosis 80 mg/kg bb mempunyai efek yang lebih kuat dibandingkan dengan Loperamid HCl dosis 1 mg/kg bb. Kata kunci: Karakterisasi, kulit batang salam, antidiare.
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
ABSTRACT
The characterization of salam bark (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) simplex in this research and the examination antidiarrhea effect of salam bark ethanolic extract to male mice.
The characterization of the salam bark simplex includes the water content value (7.33%), the total ash content value (4.96%), the acid-insoluble ash content value (0.14%), the alcohol-soluble extractive content value (20.95%) and the water-soluble extractive content value (12.70%).
The examination antidiarrhea effect of salam bark ethanolic extract to male mice had been done with give castor oil as diarrhea induction. Salam bark ethanolic extract dosseges 20 mg, 40 and 80 mg/kg body weight (bw) give orally and observation when diarrhea begin, consistency of faeces, frequency of diarrhea and duration of diarrhea every 30 minute for 8 hour. As comparison use Loperamid HCl the dossage 1 mg/kg bw.
The observation result of examination antidiarrhea effect of salam bark ethanolic extract showed that dossage 20 mg/kg bw has antidiarrhea effect more than lower than Loperamid HCl dossage 1 mg/kg bw. Dossage 40 mg/kg bw has same effect with Loperamid HCl dossage 1 mg/kg bw. And dossage 80 mg/kg bw has effect more potencial that Loperamid HCl dossage 1 mg/kg bw. Key words: Characterization, salam bark, antidiarrhea.
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................ 3
1.3 Hipotesis ........................................................................ 3
1.4 Tujuan ............................................................................ 3
1.5 Manfaat .......................................................................... 3
1.6 Kerangka Konsep Penelitian ........................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 5
2.1 Uraian Tumbuhan ........................................................... 5
2.1.1 Sistematika Tumbuhan ........................................... 5
2.1.2 Morfologi Tumbuhan ............................................. 5
2.1.3 Kandungan Kimia Tumbuhan ................................ 6
2.1.4 Kegunaan Tumbuhan ............................................. 6
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
2.2 Simplisia dan Ekstrak ..................................................... 7
2.2.1 Simplisia ................................................................ 7
2.2.2 Ekstrak ................................................................... 8
2.3 Uraian Diare ................................................................... 9
2.3.1 Klasifikasi Diare .................................................... 10
2.3.2 Penyebab Diare ...................................................... 11
2.3.3 Pengobatan Diare ................................................... 14
2.4 Loperamid Hidrokloridum .............................................. 15
2.5 Oleum Ricini .................................................................. 16
BAB III METODE PENELITIAN ................................................. 17
3.1 Alat dan Bahan ............................................................... 17
3.1.1 Alat-Alat ............................................................... 17
3.1.2 Bahan-Bahan ........................................................ 17
3.2 Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Tumbuhan ............ 18
3.2.1 Pengumpulan Tumbuhan ...................................... 18
3.2.2 Identifikasi Tumbuhan ......................................... 18
3.2.3 Pengolahan Tumbuhan ......................................... 18
3.3 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia ............................... 19
3.3.1 Pemeriksaan Makroskopik ................................... 19
3.3.2 Pemeriksaan Mikroskopik .................................... 19
3.3.3 Penetapan Kadar Air ............................................ 20
3.3.4 Penetapan Kadar Abu Total .................................. 21
3.3.5 Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut Dalam Asam ........................................................ 21
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
3.3.6 Penetapan Kadar Sari Yang Larut Dalam Etanol ....................................................... 21
3.3.7 Penetapan Kadar Sari Yang Larut Dalam Air ............................................................ 22
3.4 Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam ............... 22
3.5 Percobaan Efek Antidiare ............................................... 23
3.5.1 Penyiapan Hewan Percobaan ............................... 23 3.5.2 Penyiapan Bahan ................................................. 23
3.5.2.1 Pembuatan Suspensi CMC 1% (b/v) ....... 23
3.5.2.2 Pembuatan Suspensi Loperamid HCl Dosis 1 mg/kg bb .................................... 23
3.5.2.3 Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Dosis 20 mg, 40 mg dan 80 mg/kg bb .......................... 23
3.5.3 Pengujian Efek Antidiare .................................... 23 3.6 Analisis Data .................................................................. 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................... 27
4.1 Pemeriksaan Tumbuhan .................................................. 27
4.1.1 Identifikasi Tumbuhan ......................................... 27
4.1.2 Karakterisasi Simplisia ......................................... 27
4.2 Pengujian Efek Antidiare ................................................ 28
4.2.1 Penentuan Saat Mulai Terjadinya Diare ................ 29
4.2.2 Penentuan Konsistensi Feses ................................ 29
4.2.3 Penentuan Frekuensi Diare ................................... 30
4.2.4 Penentuan Lama Terjadinya Diare ........................ 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................... 34
5.1 Kesimpulan .................................................................... 34
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
5.2 Saran .. ............................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 24
LAMPIRAN .................................................................................... 25
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Bagan kerja penelitian ................................................................... 25
2. Gambar tumbuhan salam dan simplisia kulit batang salam ............ 26
3. Hasil identifikasi tumbuhan ........................................................... 27
4. Mikroskopik simplisia kulit batang salam ...................................... 28
5. Perhitungan hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia ................... 29
6. Hasil pemeriksaan kadar abu ......................................................... 35
7. Hasil karakteristik serbuk simplisia kulit batang salam .................. 36
8. Perhitungan kadar Loperamid HCl dari tablet Imodium®................ 37
9. Contoh perhitungan dosis .............................................................. 38
10. Gambar mencit ............................................................................ 39
11. Gambar konsistensi feses mencit ................................................. 40
12. Hasil pengujian efek antidiare terhadap parameter-parameter yang diamati .............................................. 42
13. Hasil pengamatan konsistensi feses ............................................. 47
14. Hasil deskriptif data .................................................................... 52
15. Hasil analisis statistik Anava ....................................................... 54
16. Hasil analisis statistik Duncan ..................................................... 55
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan konsep penelitian ................................................................ 4
2. Bagan kerja penelitian ................................................................... 25
3. Tumbuhan salam ........................................................................... 26
4. Simplisia kulit batang salam .......................................................... 26
5. Mikroskopik serbuk kulit batang salam ......................................... 28
6. Mencit dalam keadaan normal ....................................................... 39
7. Mencit dalam keadaan diare .......................................................... 39
8. Feses mencit dengan konsistensi berair ......................................... 40
9. Feses mencit dengan konsistensi berlendir .................................... 40
10. Feses mencit dengan konsistensi lembek ..................................... 40
11. Feses mencit dengan konsistensi normal ...................................... 41
12. Feses mencit dengan diameter serapan air ................................... 41
13. Grafik saat mulai terjadinya diare ................................................ 42
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil karakteristik serbuk simplisia kulit batang salam .................. 36
2. Hasil orientasi dosis bahan uji terhadap saat mulai terjadinya diare, setelah pemberian oleum ricini ................................................................................... 42
3. Hasil pengamatan saat mulai terjadinya diare, setelah pemberian oleum ricini ...................................................... 43
4. Hasil pengamatan konsistensi feses berlendir/ berair (meliputi diameter serapan air, waktu terjadinya dan berat feses) setelah pemberian oleum ricini ...................................................... 43
5. Hasil pengamatan konsistensi feses lembek (meliputi diameter serapan air, waktu terjadinya dan berat feses) setelah pemberian oleum ricini ...................................................... 44
6. Hasil pengamatan konsistensi feses normal (meliputi diameter serapan air, waktu terjadinya dan berat feses) setelah pemberian oleum ricini ...................................................... 44
7. Hasil pengamatan frekuensi diare, setelah pemberian oleum ricini ................................................................................... 45
8. Hasil pengamatan lama terjadinya diare, setelah pemberian oleum ricini ................................................................................... 45
9. Kategori efektifitas suspensi EEKBS dari berbagai dosis bahan uji .............................................................................. 46
10. Konsistensi feses dengan diameter serapan air dan berat feses selama pengamatan setelah mencit diberi oleum ricini untuk kelompok kontrol ........................................................................ 47
11. Konsistensi feses dengan diameter serapan air dan berat feses selama pengamatan setelah mencit diberi oleum ricini untuk kelompok pembanding ................................................................ 48
12. Konsistensi feses dengan diameter serapan air dan berat feses selama pengamatan setelah mencit diberi oleum ricini untuk kelompok bahan uji dosis I .......................................................... 49
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
13. Konsistensi feses dengan diameter serapan air dan berat feses selama pengamatan setelah mencit diberi oleum Ricini untuk kelompok bahan uji dosis II ......................................................... 50
14. Konsistensi feses dengan diameter serapan air dan berat feses selama pengamatan setelah mencit diberi oleum ricini untuk kelompok bahan uji dosis III ....................................................... 51
15. Hasil deskriptif data .................................................................... 52
16. Hasil analisis statistik Anava ....................................................... 54
17. Hasil analisis statistik Duncan ..................................................... 55
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sangat mengandalkan lingkungan sekitar untuk memenuhi
kebutuhannya sejak zaman dahulu. Misalnya untuk makan, berteduh, pakaian,
obat, pupuk, parfum dan bahkan untuk kecantikan dapat diperoleh dari
lingkungan. Sehingga kekayaan alam di sekitar manusia yang sedemikian rupa
sangat bermanfaat dan belum sepenuhnya digali, dimanfaatkan atau bahkan
dikembangkan (Sari, 2006).
Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tumbuhan
berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah
kesehatan. Pengetahuan tentang tumbuhan berkhasiat obat berdasarkan kepada
pengalaman dan keterampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Penggunaan bahan alam sebagai obat
tradisional di Indonesia telah dilakukan nenek moyang kita sejak berabad-abad
yang lalu (Sari, 2006).
Tumbuhan salam merupakan salah satu tumbuhan yang telah lama dikenal
oleh masyarakat Indonesia. Bumbu dapur yang banyak digunakan sebagai
penyedap masakan ini, ternyata juga berfungsi sebagai obat tradisional, karena
kandungan kimia didalamnya. Salam mengandung senyawa kimia antara lain
minyak atsiri, tanin dan flavonoid. Anggota famili Myrtaceae ini mempunyai sifat
rasa kelat, wangi dan astringen (Hariana, 2008).
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
Pengalaman nenek moyang yang diwariskan secara turun temurun serta
diperkuat dengan bukti-bukti ilmiah, membuktikan bahwa daun salam mampu
menurunkan kadar gula darah yang jauh diatas normal. Selain itu daun salam juga
efektif menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol darah, mengobati sakit
maag (gastritis), katarak, gatal-gatal (pruritus), kudis (scabies) dan eksim
(Anonim, 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh Beni dan Retno Sudewi secara terpisah,
memperkuat bukti kehebatan daun salam. Keduanya menyimpulkan bahwa
ekstrak daun salam berkhasiat dalam menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri
penyebab penyakit, seperti bakteri Escerichia coli, Vibrio cholera dan Salmonella
Sp. Berkat daya antibakteri ini, daun salam dapat mengatasi serangan diare
(Anonima, 2004). Tidak hanya daun, sari dari kulit batang atau kulit pohon dan
buah salam juga bisa digunakan sebagai obat antidiare (Perry, 1980).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan penelitian uji efek
antidiare ekstrak etanol kulit batang salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)
pada mencit jantan yang dibuat diare dengan oleum ricini.
Dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai obat, kebenaran bahan baku penting
untuk menjamin manfaat dan keamanan pengobatan. Oleh karena itu sebelum
dilakukan penelitian untuk melihat efek tumbuhan secara farmakologi, tumbuhan
yang digunakan dikarakterisasi terlebih dahulu untuk menjamin mutu bahan baku
yang akan digunakan (Sari, 2006).
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada penelitian
ini adalah
a. bagaimana karakteristik simplisia dari kulit batang salam, sehingga dapat
dijadikan acuan dalam melakukan karakterisasi simplisia ?
b. apakah ekstrak etanol kulit batang salam mempunyai efek antidiare ?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesis pada penelitian ini
adalah
a. simplisia kulit batang salam mempunyai karakteristik yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam melakukan karakterisasi simplisia.
b. ekstrak ertanol kulit batang salam mempunyai efek antidiare.
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
a. untuk mengetahui karakteristik simplisia kulit batang salam yang diteliti.
b. untuk mengetahui efek antidiare ekstrak etanol kulit batang salam.
1.5 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah
a. menambah data penelitian dalam usaha pemanfaatan tumbuhan salam sebagai
obat antidiare pada manusia.
b. dapat memberikan informasi tentang karakteristik simplisia kulit batang
salam.
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
1.6 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel bebas Variabel terikat Parameter
Gambar 1. Bagan Konsep Penelitian
Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam
Mencit + Oleum ricini
Loperamid HCl
Diare meningkat
Diare menurun
Saat mulai terjadinya diare
Konsistensi feses
Frekuensi diare
Lama terjadinya diare
Kadar air
Kadar sari larut dalam air
Kadar sari larut dalam etanol
Kadar abu total
Mikroskopik
Kadar abu tidak larut dalam asam
Makroskopik
Simplisia Kulit Batang Salam
Karakteristik Simplisia
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan
Salam adalah nama pohon penghasil daun rempah yang dipergunakan dalam
masakan nusantara (Anonimd, 2009). Tumbuhan ini juga dikenal dengan nama
lain seperti ubar serai (Melayu), manting (Jawa) dan gowok (Sunda). Dalam
bahasa Inggris dikenal dengan nama salam leaf, sedangkan nama ilmiahnya
adalah Syzygium polyanthum (Wight.) Walp atau Eugenia polyantha Wight
(Hariana, 2008).
2.1.1 Sistematika Tumbuhan
Sistematika tumbuhan salam sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Superdivisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.
2.1.2 Morfologi Tumbuhan
Pohon bertajuk rimbun tinggi sampai 25 m. Batang bercabang-cabang, arah
tumbuh batang tegak lurus, berkayu, biasanya keras dan kuat, bentuk batang bulat,
permukaan batang beralur. Cara percabangan monopodial karena batang pokok
selalu tampak jelas. Arah tumbuh cabang tegak sebab sudut antar batang dan
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
cabang amat kecil. Termasuk dalam tumbuhan menahun atau tumbuhan keras
karena dapat mencapai umur bertahun-tahun belum juga mati (Anonimb, 2007).
Daun bila diremas berbau harum, berbentuk lonjong sampai elip atau bundar
telur sungsang, pangkal lancip sedangkan ujung lancip sampai tumpul, panjang 5
cm sampai 15 cm, lebar 35 mm sampai 65 mm, terdapat 6 sampai 10 urat daun
lateral, panjang tangkai daun 5 mm sampai 12 mm (Dit Jen POM, 1980).
Perbungaan berupa malai, keluar dari ranting, berbau harum. Bila musim
berbunga, pohon akan dipenuhi oleh bunga-bunganya. Kelopak bunga berbentuk
cangkir yang lebar, ukuran ± 1 mm. Mahkota bunga bewarna putih, panjang 2,5
mm sampai 3,5 mm. Benang sari terbagi 4 kelompok panjang ± 3 mm bewarna
kuning lembayung (Dit Jen POM, 1980).
Akar termasuk akar tunggang, berbentuk seperti tombak karena pangkalnya
besar dan meruncing keujung dengan serabut-serabut akar sebagai percabangan
atau biasa disebut akar tombak (Anonimb, 2007).
Buah buni, bewarna merah gelap , berbentuk bulat dengan garis tengah 8
mm sampai 9 mm pada bagian tepi berakar lembaga yang sangat pendek (Dit Jen
POM, 1980).
2.1.3 Kandungan Kimia Tumbuhan
Kandungan kimia salam antara lain minyak atsiri, tanin dan flavonoid.
Anggota famili Myrtaceae memiliki sifat rasa kelat,wangi dan astringen (Hariana,
2008). Kulit batang salam mengandung tanin dan flavonoid (Anonimc, 2007).
2.1.4 Kegunaan Tumbuhan
Daun salam digunakan terutama sebagai rempah pengharum masakan di
sejumlah negeri di Asia Tenggara, baik untuk masakan daging, ikan, sayur mayur,
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
maupun nasi. Daun ini dicampur dalam keadaan utuh, kering ataupun segar dan
turut dimasak hingga masakan tersebut matang. Rempah ini memberikan aroma
yang khas. Kayunya bewarna coklat jingga kemerahan dan berkualitas menengah.
Kayu yang tergolong ke dalam kayu kelat (nama dalam perdagangan) ini dapat
dipergunakan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah tangga. Kulit batang
salam mengandung tanin, sering dimanfaatkan sebagai ubar (mewarnai dan
mengawetkan) jala dan anyaman dari bambu. Dari segi kesehatan, daun salam
efektif menurunkan kadar gula darah, menurunkan tekanan darah, menurunkan
kadar kolesterol darah, menurunkan kadar asam urat, mengobati sakit maag
(gastritis), gatal-gatal (pruritis), kudis (scabies) dan eksim. Daun salam juga
mampu menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri penyebab penyakit, seperti
bakteri Escherichia coli, Vibrio cholera dan Salmonella Sp, karena daya
antibakteri ini daun salam juga dapat mengatasi serangan diare. Selain daunnya,
tumbuhan salam memiliki bagian lain yang juga berpotensi sebagai obat alam.
Kulit batang atau kulit pohon dan buah salam juga bisa digunakan sebagai obat
antidiare. Buah salam mempunyai kelebihan lain, diantaranya bisa menetralisasi
efek mabuk karena mengkonsumsi alkohol terlalu banyak (Anonima, 2004 ;
Anonimd, 2009).
2.2 Simplisia dan Ekstrak
2.2.1 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan simplisia nabati, simplisia
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
hewani dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia berupa
tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan (Dit Jen POM, 2000).
2.2.2 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Dit Jen POM, 1995).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat aktif dengan menggunakan pelarut
yang sesuai. Metode ekstraksi dengan menggunkan pelarut dapat dibagi kedalam
dua cara yaitu:
a. cara dingin, yaitu:
1. maserasi, adalah proses pengekstraksian simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan (kamar).
Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang terus menerus.
Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah
dilakukan penyarian maserat pertama, dan seterusnya.
2. perkolasi, adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada
temperatur ruangan (kamar).
Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara,
tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/ penampungan ekstrak) terus
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
menerus sampai diperoleh akstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali
bahan.
b. cara panas, yaitu:
1. refluks, adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.
2. soxlet, adalah ekstraksi menggunkan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
3. digesti, adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara
umum dilakukan pada temperatur 40°-50°C.
4. infus, adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur
96°-98°C) selama waktu tertentu (15–20 menit).
Dekok, adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30 menit) dan
temperatur sampai titik didih air (Dit Jen POM, 2000).
2.3 Uraian Diare
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal
(meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair. Diare selalu
dikaitkan dengan gastroenteritis (radang lambung-usus) karena umumnya diare
muncul sebagai akibat adanya gangguan pada saluran gastro intestinal (Sriyanto,
2004). Dalam definisi lain diare adalah keadaan buang air dengan banyak cairan
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
(mencret) dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gejala-gejala
lainnya (Tan, 2002).
Secara fisiologi, dalam lambung makanan dicerna menjadi bubur (chymus),
kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim.
Setelah terjadi absorpsi, sisa chymus tersebut yang terdiri dari 90% air dan sisa-
sisa makanan yang sukar dicernakan, diteruskan ke usus besar (colon). Bakteri-
bakteri yang biasanya selalu berada di sini mencernakan lagi sisa-sisa makanan
tersebut, sehingga sebagian besar daripadanya dapat diserap pula selama
perjalanan melalui usus besar. Airnya juga direabsorpsi kembali, sehingga lama
kelamaan isi usus menjadi lebih padat (Tan, 2002).
2.3.1 Klasifikasi Diare
Berdasarkan klasifikasinya, diare dibagi kedalam tiga kelompok yaitu:
a. berdasarkan adanya infeksi, dibagi atas:
1. diare infeksi enteral, yaitu diare karena infeksi di usus misalnya infeksi
bakteri (Vibrio cholera, Eschericia coli, Salmonella dan Shigella), infeksi
virus (Rotavirus dan Enterovirus) dan infeksi parasit (cacing, protozoa,
dan jamur).
2. diare infeksi parenteral, yaitu diare karena infeksi di luar usus misalnya
infeksi saluran pernapasan.
b. berdasarkan lamanya diare, dibagi atas yaitu:
1. diare akut, yaitu diare yang terjadi secara mendadak yang segera berangsur
sembuh pada seseorang yang sebelumnya sehat. Diare akut biasanya
berlangsung dalam waktu kurang dari 2 mingggu.
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
2. diare kronis, yaitu diare yang timbul perlahan-lahan berlangsung 2 minggu
atau lebih, baik menetap atau bertambah hebat (Sriyanto, 2004).
c. berdasarkan penyebab terjadinya diare, dibagi atas:
1. diare spesifik, yaitu diare yang disebabkan oleh adanya infeksi misalnya
infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit dan enterotoksin.
2. diare non spesifik, yaitu diare yang tidak disebabkan oleh adanya infeksi
misalnya alergi makanan atau minuman (intoleransi), gagguan gizi,
kekurangan enzim dan efek samping obat (Tan, 2002).
2.3.2 Penyebab Diare
Diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus, sehingga pelintasan
chymus dipercepat dan masih banyak mengandung air pada saat meninggalkan
tubuh sebagai tinja. Selain itu, diare disebabkan karena bertumpuknya cairan di
usus akibat terganggunya keseimbangan absorpsi dan sekresi. Terjadinya
gangguan keseimbangan ini, sering terjadi pada keadaan radang lambung-usus
yang disebabkan oleh kuman atau toksinnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan diare:
a. virus
Misalnya influenza perut dan travellers diarrhoea yang disebabkan oleh
rotavirus dan adenovirus. Virus melekat pada sel-sel mukosa usus, yang menjadi
rusak sehingga kapasitas absorpsi menurun dan sekresi air dan elektrolit
memegang peranan. Diare yang terjadi bertahan terus sampai beberapa hari
sesudah virus lenyap dengan sendirinya, biasanya dalam 3-6 hari.
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
b. bakteri
Diare yang disebabkan oleh bakteri mulai berkurang terjadi karena
meningkatnya higiene masyarakat. Bakteri-bakteri tertentu pada keadaan tertentu,
misalnya bahan makanan yang terinfeksi olah banyak kuman menjadi invasif dan
menyerang kedalam mukosa. Di sini, bakteri-bakteri tersebut memperbanyak diri
dan membentuk toksin-toksin yang dapat direabsorpsi ke dalam darah dan
menimbulkan gejala-gejala, seperti demam tinggi, nyeri kepala dan kejang-kejang,
disamping mencret berdarah dan berlendir. Penyebab utama dari jenis diare ini
adalah bakteri Salmonella, Sigella, Campylobacter, dan jenis Coli tertentu.
c. parasit
Parasit yang sering menyebabkan diare seperti protozoa Entamoeba
histolytica, Giardia lambia, Cyptosporidium dan Cyclospora, yang terutama
terjadi di daerah tropis atau sub tropis. Diare akibat parasit-parasit ini biasanya
bercirikan mencret cairan yang intermiten dan bertahan lebih lama dari satu
minggu. Gejala lain dapat berupa nyeri perut, demam, anorexia, nausea, muntah-
muntah dan rasa letih (malaise).
d. enterotoksin
Diare jenis ini lebih jarang terjadi, tetapi lebih dari 50% dari wisatawan di
negara-negara berkembang dihinggapi diare ini. Penyebabnya adalah kuman-
kuman yang membentuk enterotoksin, yang terpenting adalah E. coli dan Vobrio
cholerae, dan sebagian kecil Shigella, Salmonella, Campylobacter dan
Entamoeba histolytica. Toksin melekat pada sel-sel mukosa dan merusaknya.
Diare jenis ini juga bersifat selflimiting artinya akan sembuh dengan sendirinya
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
tanpa pengobatan dalam lebih kurang 5 hari, setelah sel-sel mukosa yang rusak
diganti dengan sel-sel mukosa yang baru.
e. penyakit
Sejumlah penyakit ada yang menyebabkan diare sebagai salah satu
gejalanya, seperti kanker usus besar dan beberapa penyakit cacing (misalnya
penyakit cacing gelang dan cacing pita).
f. obat-obatan
Obat-obatan dapat menimbulkan diare karena efek sampingnya, misalnya
antibiotik berspektrum luas (golongan ampisilin dan tertasiklin), sitostatik, dan
penyinaran dengan sinar-X (radioterapi).
g. makanan
Makanan yang sulit diserap oleh usus akan mengakibatkan tekanan osmotik
usus meningkat sehingga menghalangi absorpsi air dan elektrolit dan
menimbulkan diare. Alergi makanan, makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi dengan toksi bakteri dan makanan yang tercemar logam berat juga
dapat menyebabkan diare.
h. pengaruh psikis
Keluhan dalam diare dapat timbul sebagai salah satu gejala penyakit atau
sebagai akibat kelainan jiwa atau psikologis, misalnya ketegangan jiwa, emosi,
stres dan lain-lain. Diare karena penyebab ini dikenal dengan istilah diare
psikogenik.
Seseorang yang mengalami gangguan psikologis cendrung menyebabkan
hidupnya tidak teratur. Sering kali disertai dengan keadaan jiwa yang tidak
tenang, tidur tidak nyenyak, makan yang tidak teratur dan lain sebagainya. Dalam
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
keadaan seperti ini terjadi rangsangan berlebihan pada saraf-saraf terutama pada
daerah hipotalamus yang dapat menimbulkan hiperperistaltik. Karena
meningkatnya peristaltik maka absorpsi air dan elektrolit akan terganggu dan
terjadilah diare.
i. penyebab lain
Penyebab lain diare seperti terjadinya gangguan gizi dan kekurangan enzim-
enzim tertentu (Tan, 2002).
2.3.3 Pengobatan Diare
Pengobatan diare dapat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu:
a. pengobatan spesifik, dilakukan dengan memberikan obat-obat kemoterapeutik
setelah diketahui penyebab yang pasti melalui pemeriksaan laboratorium.
Diberikan pada keadaan infeksi.
b. pengobatan non spesifik, dilakukan dengan mengurangi peristaltik otot polos
usus, menciutkan selaput lendir usus (astringensia), menyerap racun dan
toksin (adsorbensia) dan memberikan cairan elektrolit.
Kelompok obat yang sering digunakan pada keadaan diare, yaitu:
a. kemoterapeutik, untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab
diare, seperti antibiotika, sulfonamida, kinolon dan furazolidon.
b. obstipansia, untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan
beberapa cara, yaitu:
1. zat-zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu
untuk absorpsi air dan elektrilit oleh mukosa usus. Termasuk kadalam
kelompok ini adalah candu dan alkaloidnya, derivat-derivat petidin
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
(difenoksilat dan loperamid) dan antikolonergika (antropin dan ektrak
belladonna).
2. astringensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam
samak (tanin) dan tannalbumin, garam-garam bismut dan aluminium.
3. adsorbensia, misalnya carbo adsorbens yang pada permukaannya
dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun atau toksin yang dihasilkan
oleh bakteri atau yang berasal dari makanan.
c. spasmolitika, yaitu zat-zat yang dapat meredakan kejang-kejang otot yang
sering kali mengakibatkan nyeri perut pada diare, misalnya papaverin dan
oksifenonium (Tan, 2002).
2.4 Loperamid Hidrokloridum
. HCl
Loperamidi Hydochloridum atau Loperamid Hidroklorida (4- (p-
Klorofenil)- 4– hidroksi- N, N- dimetil- α, α- difenil- 1 piperidina butiramida
monohidroklorida) mempunyai rumus kimia C29H33ClN2O2.HCl dan berat
molekul 513,51. Pemerian berupa serbuk putih sampai agak kuning, melebur pada
suhu lebih kurang 225° disertai peruraian. Mudah larut dalam methanol, dalam
isopropyl alcohol dan dalam kloroform, sukar larut dalam air dan asam encer
(Anonime, 2009; Dit Jen POM, 1995).
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
Derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih kuat tetapi
tanpa khasiat terhadap susunan saraf pusat, sehingga tidak mengakibatkan
ketergantungan. Lagi pula zat ini mampu menormalkan kembali keseimbangan
absorpsi dan sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada
dalam keadaan hipersekresi ke keadaan absorpsi normal. Mulai kerjanya lebih
cepat, juga bertahan lebih lama. Efek samping berupa rasa mengantuk, pusing dan
mulut kering. Efek samping sangat jarang terjadi (Tan, 2002).
Loperamid tersedia dalam bentuk tablet 2 mg (Imodium®) dan sirup 1 mg/5
ml dan digunakan dengan dosis 4-8 mg per hari (Sardjono, 1995).
2.5 Oleum Ricini
Oleum ricini atau castor oil atau minyak jarak berasal dari biji Ricinus
communis suatu trigliserida risinoleat dan asam lemak tidak jenuh. Di dalam usus
halus minyak jarak dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi gliserol dan asam
risinoleat. Asam risinoleat inilah yang merupakan bahan aktif sebagai pencahar.
Minyak jarak juga bersifat emolien. Sebagai pencahar obat ini tidak banyak
digunakan lagi karena banyak obat yang lebih aman. Minyak jarak menyebabkan
kolik, dehidrasi yang disertai gangguan elektrolit. Obat ini merupakan bahan
induksi diare pada penelitian diare secara eksperimental pada hewan percobaan
(Arif, 1995).
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental berdasarkan
rancangan acak lengkap. Penelitian meliputi pengumpulan tumbuhan, identifikasi
tumbuhan, pengolahan tumbuhan, karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak,
penyiapan hewan percobaan dan pengujian efek antidiare secara oral pada hewan
percobaan. Data hasil penelitian dianalisis secara Anava (analisis variansi) dan
dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan meggunakan program SPSS
(Statistical Product and Service Solution) versi 16.
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliput i alat-alat gelas
laboratorium, alat perkolator, aluminium foil, blender (National), cawan porselen
berdasar rata, desikator, freeze dryer (Edward), kaca objek, kaca penutup (deg
glass), kertas saring, kandang mencit, lemari pengering, mikroskop (Olympus),
mortir, neraca kasar (Ohaus), neraca listrik (Chyo JP2-600), neraca hewan
(Presica Geniweigher GW-1500), oven listrik (Fisher Scientitic), oral sonde,
plastik, penguap vakum putar (Buchi), seperangkat alat destilasi untuk penetapan
kadar air, stamper, stopwatch, spatula, spuit 1 ml (Terumo).
3.1.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan tumbuhan
dan bahan kimia. Bahan tumbuhan yang digunakan adalah kulit batang salam
(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) dan oleum ricini. Bahan kimia yang
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
digunakan dalam penelitian kecuali dinyatakan lain adalah berkualitas pro analisis
adalah air suling (teknis), etanol 96% (destilasi), karboksi metil selulosa (CMC)
(teknis), kloroform, kloralhidrat, loperamid HCl (tablet imodium®) dan toluen.
3.2 Pengumpulan dan pengolahan tumbuhan
3.2.1 Pengumpulan tumbuhan
Pengumpulan tumbuhan dilakukan secara purposif, yaitu berdasarkan
pertimbangan peneliti. Pengambilan tumbuhan dilakukan dengan memilih batang
yang telah dewasa dan tanpa membandingkan dengan daerah lain. Tumbuhan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit batang salam (Syzygium
polyanthum (Wight) Walp.) yang diambil dari kebun warga di Kelurahan
Pangkalan Mansyur, Kecematan Medan Johor, Kota Madya Medan, Provinsi
Sumatera Utara. Gambar tumbuhan salam dan simplisia kulit batang salam dapat
dilihat pada Lampiran 2, halaman 26.
3.2.2 Identifikasi tumbuhan
Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan
Departemen Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara. Hasil identifikasi
tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 27.
3.2.3 Pengolahan tumbuhan
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit batang salam yang
masih segar. Batang salam dikuliti setelah tanaman ditebang. Bagian kulit yang
diambil adalah bagian kulit pada batang dan cabang, dimana kulit cabang yang
diambil berasal dari cabang yang tidak lagi muda. Sebelum pengulitan, kulit yang
masih melekat pada tanaman dibersihkan dari lumut atau kotoran lain dengan cara
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
dikerok atau ditoreh. Selanjutnya kulit dicungkil dari lingkaran atas ke bawah.
Diperoleh kira-kira kulit selebar 5-10 cm dengan panjang 10-20 cm. Kulit batang
kemudian dicuci sampai bersih dan ditiriskan, kemudian dikering anginkan.
Untuk mempercepat pengeringan, kulit batang dipotong kecil-kecil dengan ukuran
lebih kurang 2,5 x 3,5 cm. Kulit batang salam yang sudah bersih ditimbang berat
seluruhnya sebagai berat basah yaitu 2,5 kg. Bahan kemudian dikeringkan di
lemari pengering pada temperatur ± 40oC hingga kering, yaitu bila berat kering
menjadi 50% dari berat basahnya. Setelah kering bahan ditimbang sebagai berat
kering yaitu 1,2 kg kemudian diserbukkan. Serbuk simplisia sebelum digunakan
disimpan dalam kantong plastik putih dan diikat, diberi etiket dan disimpan
ditempat kering (Rismunandar dan Paimin, 2001). Bagan kerja penelitian dapat
dilihat pada Lampiran 1, halaman 25.
3.3 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia
Pemeriksaan karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar abu total, pemeriksaan kadar
abu yang tidak larut dalam asam, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol dan
penetapan kadar sari yang larut dalam air (Dit Jen POM, 1995; WHO, 1992).
3.3.1 Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan pada simplisia segar yang meliputi
pemeriksaan bentuk, bau, rasa dan warna. Gambar simplisia dapat dilihat pada
Lampiran 2, halaman 26.
3.3.2 Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik terhadap serbuk simplisia dilakukan dengan cara
meneteskan kloralhidrat diatas kaca objek, kemudian di atasnya diletakkan serbuk
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
simplisia, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat di bawah mikroskop.
Pemeriksaan mikroskopik untuk melihat adanya butir pati dilakukan di dalam
media air. Pemeriksaan mikroskopik untuk melihat adanya minyak atsiri
dilakukan dengan penambahan sudan III. Pemeriksaan mikroskopik terhadap
penampang melintang dilakukan seperti pada serbuk simplisia. Hasil pemeriksaan
mikroskopik dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 28.
3.3.3 Penetapan Kadar Air
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode azeotropi (destilasi toluen).
Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung
penyambung dan tabung penerima 10 ml.
Cara penetapan:
Toluen sebanyak 200 ml dan air suling sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam
labu alas bulat, kemudian didestilasi selama 2 jam. Setelah itu toluen didinginkan
selama 30 menit dan dibaca volume air pada tabung penerimaan dengan ketelitian
0,05 ml (volume I). Kemudian ke dalam labu alas bulat tersebut dimasukkan 5 g
serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, lalu dipanaskan hati-hati selama
15 menit. Setelah toluen mulai mendidih, destilasi dengan kecepatan 2 tetes tiap
detik, hingga sebagian besar air terdestilasi. Kemudian kecepatan destilasi
ditingkatkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah 2 jam didestilasi (semua air
terdestilasi), bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen yang telah dijenuhkan.
Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan
mendingin sampai suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna,
volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml (volume II). Selisih kedua volume air
yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1992). Perhitungan kadar air
dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 29.
3.3.4 Penetapan Kadar Abu Total
Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan
dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijar dan ditara, kemudian
diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan
pada suhu 600°C selama 3 jam. Kemudian didinginkan dan ditimbang sampai
diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
diudara (Dit Jen POM, 1995). Perhitungan kadar abu total dapat dilihat pada
Lampiran 5, halaman 30. Hasil penetapan kadar abu total simplisia kulit batang
salam dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 35.
3.3.5 Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut Dalam Asam
Abu yang telah diperoleh dalam penetapan abu dididihkan dengan 25 ml
asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, disaring dengan kertas masir atau kertas saring bebas abu, cuci
dengan air panas, dipijarkan sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan
ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bobot yang
dikeringkan diudara (Dit Jen POM, 1995). Perhitungan kadar abu yang tidak larut
dalam asam dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 31. Hasil penetapan kadar
abu yang tidak larut dalam asam simplisia kulit batang salam dapat dilihat pada
Lampiran 6, halaman 35.
3.3.6 Penetapan Kadar Sari Yang Larut Dalam Etanol
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan diudara, dimaserasi selama 24
jam dalam 100 ml etanol (95%) dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Diuapkan 20
ml filtrat sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah
dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap.
Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol (95%) dihitung terhadap bahan
yang telah dikeringkan diudara (Dit Jen POM, 1995). Perhitungan kadar sari yang
larut dalam etanol dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 32.
3.3.7 Penetapan Kadar Sari Yang Larut Dalam Air
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan diudara, dimaserasi selama 24
jam dalam 100 ml air kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling 1000 ml)
dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, dibiarkan
selama 18 jam, kemudian disaring. Diuapkan 20 ml filtrat sampai kering dalam
cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa
dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang
larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara (Dit Jen
POM, 1995). Perhitungan kadar sari yang larut dalam air dapat dilihat pada
Lampiran, 5 halaman 33.
3.4 Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (EEKBS)
Pembuatan ekstrak etanol kulit batang salam dilakukan secara perkolasi
menggunkan penyari etanol 96%.
Cara kerja:
Serbuk simplisia sebanyak 300 g bagian dibasahi dengan 150 ml bagian
cairan penyari, dimasukkan kedalam bejana bertutup sekurang-kurangnya selama
3 jam. Pindahkan massa sedikit demi sedikit kedalam perkolator sambil tiap kali
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
ditekan hati-hati, kemudian dituangi dengan cairan penyari secukupnya sampai
cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari,
perkolator ditutup, dibiarkan selama 24 jam. Kemudian dibuka kran perkolator,
dibiarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, ditambahkan
berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan
penyari diatas simplisia (Dit Jen POM, 1979). Perkolasi dihentikan jika 500 mg
perkolat yang keluar terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa. Perkolat yang
diperoleh dipekatkan dengan alat penguap vakum putar tekanan rendah pada suhu
tidak lebih dari 50°C hingga diperoleh ekstrak kental. Kemudian dikeringkan
dengan freeze dryer selama ± 24 jam dan diperoleh ekstrak sebanyak 72,2 gram
(Dit Jen POM, 1974).
3.5 Percobaan Efek Antidiare
Percobaan efek antidiare meliputi penyiapan hewan percobaan, penyiapan
bahan uji, kontrol, obat pembanding, induktor diare dan pengujian efek antidiare.
3.5.1 Penyiapan Hewan Percobaan
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah mencit jantan
sehat berumur 2-3 bulan dengan berat badan 25-35 g. Satu minggu sebelum
penelitian mencit diadaptasikan dengan lingkungan percobaan.
3.5.2 Penyiapan Bahan
Penyiapan bahan-bahan meliputi suspensi CMC sebagai kontrol, suspensi
Loperamid HCl sebagai pembanding, suspensi EEKBS sebagai bahan uji dan
oleum ricini sebagai induktor.
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
3.5.2.1 Pembuatan Suspensi CMC 1% (b/v)
Sebanyak 1 g CMC ditaburkan ke dalam lumpang berisi air suling panas
sebanyak 20 ml, ditutup dan dibiarkan selama 30 menit hingga diperoleh massa
yang transparan, digerus lalu diencerkan dengan air suling hingga 100 ml (Anief,
1995).
3.5.2.2 Pembuatan Suspensi Loperamid HCl Dosis 1 mg/kg bb
Tablet Imodium® mengandung 2 mg Loperamid HCl, ditimbang sebanyak
20 tablet. Tablet digerus dan diambil serbuk sebanyak 56,3 mg (perhitungan dapat
dilihat pada lampiran 8, halaman 37). Serbuk dimasukkan kedalam lumpang,
kemudian ditambahkan suspensi CMC 1% sedikit demi sedikit sambil digerus
homogen lalu diencerkan dengan suspensi CMC 1% hingga 10 ml.
3.5.2.3 Pembuatan Suspensi EEKBS Dosis 20 mg, 40 mg dan 80 mg/kg bb
Ekstrak etanol kulit batang salam masing-masing sebanyak 50 mg, 100 mg
dan 200 mg digerus dalam lumpang, lalu ditambahkan suspensi CMC 1% sedikit
demi sedikit sambil digerus homogen lalu diencerkan dengan suspensi CMC 1%
hingga 25 ml.
3.5.3 Pengujian Efek Antidiare
Dosis ekstrak etanol kulit batang salam ditentukan berdasarkan orientasi
pada hewan percobaan terhadap parameternya. Parameter yang diamati yaitu saat
mulai terjadinya diare, konsistensi feses, frekuensi diare dan lama terjadinya diare.
Dosis yang digunakan yaitu dosis 10, 20, 40 dan 80 mg/kg bb. Hasil orientasi
dipilih variasi dosis sebanyak tiga dosis. Dosis I 20 mg/kg bb, dosis II 40 mg/kg
bb dan dosis III 80 mg/kg bb. Sebagai pembanding suspensi Loperamid HCl dosis
1 mg/kg bb dan kontrol suspensi CMC dosis 1% bb.
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
Urutan penelitian sebagai berikut:
a. Mencit diadaptasikan dengan lingkungan penelitian selama satu minggu.
b. Tiga puluh menit sebelum penelitian, mencit dipuasakan, selanjutnya
dikelompokkan menjadi 5 kelompok masing-masing 6 ekor.
c. Semua mencit diberikan oleum ricini sebanyak 0,5 ml/ekor mencit
secara oral.
d. Tiga puluh menit setelah pemberian oleum ricini, masing-masing
kelompok diberi perlakuan, yaitu kelompok I diberikan suspensi CMC
dosis 1% sebagai kontrol, kelompok II diberikan suspensi Loperamid
HCl dosis 1 mg/kg bb sebagai pembanding dan tiga kelompok masing-
masing diberikan suspensi Ekstrak etanol kulit batang salam dosis 20
mg, 40 mg dan 80 mg/kg bb. Semua perlakuan diberikan secara oral.
e. Dilakukan pengamatan setiap 30 menit selama 8 jam meliputi saat mulai
terjadinya diare, konsistensi feses (berlendir/ berair, lembek, dan
normal), diameter serapan air, berat feses, frekuensi diare dan lama
terjadinya diare.
Cara pengamatan parameter:
a. Diare ditandai dengan buang air besar dimana frekuensinya meningkat
dari keadaan normal dan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair.
b. Saat mulai terjadinya diare, caranya dengan mancatat waktu mula-mula
terjadinya diare (dalam menit) setelah pemberian oleum ricini.
c. Konsistensi feses, caranya dengan melihat feses mencit apakah berdarah,
berlendir/ berair, lembek dan normal. Gambar dapat dilihat pada
lampiran 11 halaman 40.
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
d. Diameter serapan air, caranya dengan meletakkan feses diatas kertas
saring setiap 30 menit setelah pemberian oleum ricini, lalu dibiarkan
selama 15 menit dan diukur diameter serapan air pada kertas saring
(dalam cm). Gambar dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 41.
e. Berat feses, caranya dengan menimbang berat feses (dalam gram) setiap
30 menit setelah pemberian oleum ricini.
f. Frekuensi diare, caranya dengan menghitung berapa kali terjadi diare
selama pengamatan.
g. Lama terjadinya diare, caranya dengan mencatat selisih waktu terakhir
terjadinya diare (saat konsistensi feses kembali normal) dengan waktu
mula-mula terjadinya diare (saat konsistensi berlendir atau berair) dalam
menit.
(Adnyana. dkk, 2004; Sa’roni, 1996)
3.6 Analisis Data
Data hasil pengamatan konsistensi feses dianalisis secara statistik dengan
metode Anava (analisis variansi) pada tingkat kepercayaan 95%, dilanjutkan
dengan uji Duncan untuk melihat perbedaan nyata antar kelompok perlakuan.
Analisis statistik ini menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service
Solution) versi 16. Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 14, 15 dan 16,
halaman 52 sampai 56.
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemeriksaan Tumbuhan
4.1.1 Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan menunjukkan bahwa bahan uji adalah
tumbuhan salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) famili Myrtaceae.
Identifikasi bertujuan untuk memastikan kebenaran tumbuhan yang akan
digunakan sebagai bahan uji.
4.1.2 Karakterisasi Simplisia
Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia kulit batang salam adalah
potongan-potongan kulit, panjang dan lebar bervariasi, kulit yang lebar
menggulung pada kedua pinggirnya. Permukaan luar coklat tua, kulit yang
bergabus bewarna coklat muda sampai coklat tua dengan garis halus yang sangat
tipis. Permukaan dalam berserabut warna coklat muda, bau aromatis lemah dan
rasa kelat.
Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia bewarna coklat tua,
terdapat serabut sklerenkim dengan jari-jari empelur, parenkim dengan butir pati,
kalsium oksalat, sel batu dan minyak atsiri.
Hasil penetapan kadar air simplisia 7,33%, kadar abu total 4,96%, kadar abu
tidak larut dalam asam 0,14%, kadar sari yang larut dalam etanol 20,95%, dan
kadar sari yang larut dalam air 12,70%. Hasil penetapan kadar air memenuhi
persyaratan pada Materia Medika Indonesia. Persyaratan umum pada Materia
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
Medika Indonesia kadar air tidak lebih dari 10%. Sedangkan karakteristik
simplisia kulit batang salam belum terdapat didalam Materia Medika Indonesia.
4.2 Pengujian Efek Antidiare
Pengujian efek antidiare dari suspensi ekstrak etanol kulit batang salam
(EEKBS) diawali dengan melakukan orientasi dosis. Dosis orientasi yang
digunakan yaitu dosis 10 mg, 20 mg, 40 mg dan 80 mg/kg bb. Dari keempat dosis
yang diuji, dosis 20 mg, 40 mg dan 80 mg/kg bb dipilih untuk digunakan dalam
penelitian, karena memberikan efek terhadap penurunan diare. Sedangkan dosis
10 mg/kg bb tidak digunakan dalam penelitian karena tidak memberikan efek
terhadap penurunan diare. Hasil orientasi dapat dilihat pada Lampiran 12,
halaman 42.
Masing- masing mencit yang telah dipuasakan 30 menit sebelum penelitian,
dikelompokkan menjadi 5 kelompok dan kemudian diberikan oleum ricini
sebanyak 0,5 ml setiap ekornya. Tiga puluh menit setelah pemberian oleum ricini
masing-masing kelompok diberi perlakuan yaitu kelompok kontrol diberikan
suspensi CMC dosis 1% bb, kelompok pembanding diberikan suspensi Loperamid
HCl dosis 1 mg/kg bb dan kelompok bahan uji diberikan suspensi EEKBS yang
terdiri dari tiga dosis yaitu 20 mg, 40 mg dan 80 mg/kg bb.
Penentuan efek antidiare dari ekstrak etanol kulit batang salam dilakukan
dengan cara mengamati saat mulai terjadinya diare, konsistensi feses, frekuensi
diare dan lama terjadinya diare. Cara pengamatan dapat dilihat pada point 2.5.3
halaman 13.
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
4.2.1 Penentuan Saat Mulai Terjadinya Diare
Dari hasil penentuan saat mulai terjadinya diare, diperoleh nilai rata-rata
dari masing-masing kelompok perlakuan yaitu: kelompok kontrol mulai terjadinya
diare pada menit ke-68,3; kelompok pembanding mulai terjadinya diare pada
menit ke-129,2; kelompok dosis 1 mulai terjadinya diare pada menit ke-79,2;
kelompok dosis 2 mulai terjadinya diare pada menit ke-124,2 dan kelompok dosis
3 mulai terjadinya diare pada menit ke-134,2. Dari hasil yang diperoleh
menunjukkan dengan semakin cepat terjadinya diare maka efek antidiare akan
semakin lemah. Hasil penentuan saat mulai terjadinya diare dapat dilihat pada
Lampiran 12, halaman 43.
4.2.2 Penentuan Konsistensi Feses
Dalam penentuan konsisitensi feses dilakukan dengan cara melihat bentuk
feses yang terjadi, dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok yaitu konsistensi
berlendir atau berair (BL) dengan diameter serapan air besar dari 1,5 cm,
konsistensi lembek (L) dengan diameter serapan air antara 1 cm sampai 1,5 cm
dan konsistensi normal (N) dengan diameter serapan air kecil dari 1 cm. Selain
mengamati diameter serapan air dari feses yang terbentuk, juga diamati waktu
terjadinya dan berat feses (BF) yang terbentuk.
Dari hasil penentuan konsistensi feses, diperoleh nilai rata-rata dari masing-
masing kelompok perlakuan yaitu: kelompok kontrol terjadinya BL pada menit
ke-60 dengan BF 0,212 g, L pada menit ke-220 dengan BF 0,130 g dan N pada
menit ke-335 dengan BF 0,082; kelompok pembanding mencapai BL pada menit
ke-115 dengan BF 0,163 g, L pada menit ke-165 dengan BF 0,113 g dan N pada
menit ke-245 dengan BF 0,068; kelompok dosis 1 mencapai BL pada menit ke-65
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
dengan BF 0,217 g, L pada menit ke-170 dengan BF 0,122 g dan N pada menit
ke-285 dengan BF 0,068; kelompok dosis 2 mencapai BL pada menit ke-110
dengan BF 0,202 g, L pada menit ke-185 dengan BF 0,136 g dan N pada menit
ke-245 dengan BF 0,070 dan kelompok dosis 3 mencapai BL pada menit ke-120
dengan BF 0,180 g, L pada menit ke-170 dengan BF 0,118 g dan N pada menit
ke-220 dengan BF 0,065.
Dari hasil yang diperoleh menunjukkan dengan semakin cepat terbentuknya
konsistensi feses yang berlendir/ berair maka efek antidiare akan semakin lemah.
Dan semakin cepat terjadinya perubahan konsistensi kearah normal maka efek
antidiare semakin kuat. Mencit yang mengalami diare ditandai dengan feses yang
banyak mengandung cairan sehingga menjadi lembek dan encer, ini menyebabkan
bertambahnya bobot feses diare dibanding bobot feses normal. Hasil penentuan
konsistensi feses dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 43.
4.2.3 Penentuan Frekuensi Diare
Dari hasil penentuan frekuensi diare, diperoleh nilai rata-rata dari masing-
masing kelompok perlakuan yaitu: kelompok kontrol mempunyai nilai rata-rata
frekuensi diare sebanyak 7 kali; kelompok pembanding mempunyai nilai rata-rata
frekuensi diare sebanyak 3,2 kali; kelompok dosis 1 mempunyai nilai rata-rata
frekuensi diare sebanyak 4,3 kali; kelompok dosis 2 mempunyai nilai rata-rata
frekuensi diare sebanyak 3,5 kali dan kelompok dosis 3 mempunyai nilai rata-rata
frekuensi diare sebanyak 2,7 kali. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan dengan
semakin tinggi frekuensi terjadinya diare maka efek antidiare akan semakin
lemah. Hasil penentuan frekuensi diare dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman
45.
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
4.2.4 Penentuan Lama Terjadinya Diare
Dalam mengamati lama terjadinya diare dapat dilihat dari tabel konsistensi
feses dimana lama terjadinya diare ditentukan dengan mengurangi waktu awal
terbentuknya feses normal (T2) dengan waktu awal terbentuknya feses berlendir/
berair (T1).
Dari hasil penentuan lama terjadinya diare, diperoleh waktu masing-masing
kelompok perlakuan yaitu: kelompok kontrol lama terjadinya diare 275 menit;
kelompok pembanding lama terjadinya diare 130 menit; kelompok dosis 1 lama
terjadinya diare 220 menit; kelompok dosis 2 lama terjadinya diare 135 menit dan
kelompok dosis 3 lama terjadinya diare 100 menit. Dari hasil yang diperoleh
menunjukkan dengan semakin lama terjadinya diare maka semakin lemah efek
antidiare yang diberikan. Hasil penentuan lama terjadinya diare dapat dilihat pada
Lampiran 12, halaman 45.
Dari parameter-parameter yang telah diamati, efek antidiare dapat
dikategorikan berdasarkan tingkat efektifitasnya dalam menekan diare sebagai
berikut:
1. Lemah, bila efek antidiare diatas efek kelompok kontrol dan dibawah
efek kelompok pembanding.
2. Sebanding/ sama, bila efek antidiare sama dengan efek kelompok
pembanding.
3. Kuat, bila efek antidiare diatas efek kelompok pembanding.
Berdasarkan kategori diatas, efek antidiare dari masing-masing kelompok
bahan uji dapat dikategorikan sebagai berikut: dosis 1 (Suspensi EEKBS dosis 20
mg/kg bb) mempunyai efektifitas yang lemah; dosis 2 (Suspensi EEKBS dosis 40
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
mg/kg bb) mempunyai efektifitas yang sebanding atau sama dan dosis 3 (Suspensi
EEKBS dosis 80 mg/kg bb) mempunyai efektifitas yang kuat. Dari hasil yang
diperoleh menunjukkan suspensi EEKBS dosis 40 mg/kg bb mempunyai efek
antidiare yang baik karena mampu menekan diare yang efeknya sebanding dengan
suspensi Loperamid HCl dosis 1 mg/kg bb, suspensi EEKBS dosis 20 mg/kg bb
mempunyai efek yang lebih lemah dalam menekan diare dibandingkan suspensi
Loperamid HCl dosis 1 mg/kg bb dan suspensi EEKBS dosis 80 mg/kg bb
mempunyai efek yang lebih kuat dalam menekan diare dibandingkan dengan
suspensi Loperamid HCl dosis 1 mg/kg bb. Hal ini disebabkan karena jumlah
dosis yang diberikan berbeda-beda sehingga mempengaruhi kekuatan bahan uji
dalam menekan diare. Semakin tinggi dosis yang diberikan maka semakin besar
efek antidiare yang dihasilkan oleh dosis obat tersebut.
Hasil analisis statistik Anava terhadap parameter-parameter yang diamati,
dimana p < 0,05 yang berarti adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan.
Untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antar perlakuan, dilakukan uji beda
rata-rata Duncan. Hasil analisis statistik dapat dilihat pada Lampiran 14, 15 dan
16, halaman 52 sampai 56.
Hasil analisis statistik uji beda rata-rata Duncan terhadap parameter-
parameter yang diamati menunjukkan bahwa pemberian suspensi EEKBS dosis
20 mg/kg bb dibandingkan dengan suspensi CMC dosis 1% bb menunjukkan
perbedaan yang nyata, artinya sudah menunjukkan efek antidiare, meskipun masih
berbeda nyata dengan pemberian suspensi Loperamid HCl dosis 1 mg/kg bb.
Pemberian suspensi EEKBS dosis 40 mg/kg bb dibandingkan dengan suspensi
CMC dosis 1% bb menunjukkan perbedaan yang nyata dan tidak berbeda nyata
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
dengan suspensi Loperamid HCl dosis 1 mg/kg bb, artinya sudah memberikan
efek antidiare yang tidak berbeda nyata dengan suspensi Loperamid HCl dosis 1
mg/kg bb. Pemberian suspensi EEKBS dosis 80 mg/kg bb dibandingkan dengan
suspensi CMC dosis 1% bb menunjukkan perbedaan yang nyata. Pada saat mulai
terjadinya diare dan frekuensi diare tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
dengan suspensi Loperamid HCl dosis 1 mg/kg bb, sedangkan konsistensi feses
dan lama terjadinya diare menunjukan perberbedaan yang nyata dengan suspensi
Loperamid HCl dosis 1 mg/kg bb, artinya memberikan efek antidiare yang lebih
nyata dari Loperamid HCl dosis 1 mg/kg bb.
Pada pemberian suspensi EEKBS dosis 20 mg/kg bb efek antidiare lebih
lemah, dosis 40 mg/kg bb efek antidiare sama dan dosis 80 mg/kg bb efek
antidiare lebih kuat bila dibandingkan dengan dosis obat pembanding (suspensi
Loperamid HCl dosis 1 mg/kg bb).
Tumbuhan salam memiliki kandungan minyak atsiri, tanin dan flavonoid.
Diperkirakan senyawa tanin yang terkandung didalam kulit batang salam inilah
yang bekerja sebagai adstringens yaitu dapat menciutkan selaput lendir usus
sehingga dapat menekan terjadinya diare dan meringankan keadaan diare yang
non spesifik pada mencit (Hariana, 2008; Tan dan Rahardja, 2002).
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Tumbuhan yang digunakan adalah salam (Syzygium polyanthum (Wight)
Walp.) famili Myrtaceae.
2. Hasil makroskopik berupa potongan kulit, panjang dan lebar bervariasi,
permukaan luar coklat tua dan permukaan dalam berserabut bewarna
coklat muda. Bau aromatis lemah dan rasa kelat. Hasil mikroskopik berupa
warna coklat tua, terdapat serabut sklerenkim, jari-jari empelur, butir pati,
kalsium oksalat, sel batu dan minyak atsiri. Kadar air 7,33%, kadar abu
total 4,96%, kadar abu tidak larut dalam asam 0,14%, kadar sari yang
larut dalam etanol 20,95%, dan kadar sari yang larut dalam air 12,70%.
3. EEKBS dosis 20 mg/kg bb menunjukkan efek antidiare yang lemah
dibandingkan dengan Loperamid HCl dosis 1 mg/kg bb. EEKBS dosis 40
mg/kg bb menunjukkan efek antidiare yang hampir sama dibandingkan
dengan Loperamid HCl dosis 1 mg/kg bb. Dan EEKBS dosis 80 mg/kg bb
menunjukkan efek antidiare yang lebih kuat dibandingkan dengan
Loperamid HCl dosis 1 mg/kg bb. Terdapat adanya hubungan antara
besarnya dosis dengan efek antidiare yang terjadi.
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti peneliti selanjutnya untuk melakukan uji
toksisitas akut pada mencit terhadap dosis yang digunakan, menguji aktivitas
antibakteri penyebab diare yang spesifik dan menguji secara benar senyawa yang
mempunyai efek antidiare dari tanaman salam (Syzygium polyanthum (Wight)
Walp.).
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana. I., dkk. (2004). Efek Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Putih Dan Jambu Biji Daging Buah Merah Sebagai Antidiare. Acta Pharmaceutica Indonesia. Vol. XXIX. No. 1. Hal. 18-20.
Anief. M. (1995). Ilmu Meracik Obat, Teori Dan Praktik. Cet. 5. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Hal. 107. Anonima. (2004). Salam, Mengobati Diabetes, Mengusir Diare.
http://www.portal.cbn.net.id. Diakses Januari 2009. Anonimb. (2007). Eugenia polyantha. http://tanaman obat Indonesia.com. Diakses
21 Februari 2009. Anonimc. (2009). Salam. http://id.wikipedia.org/wiki/salam_(tumbuhan). Diakses
21 Februari 2009. Anonimd. (2009). Loperamide. http://id.wikipedia.org/wiki/Loperamide. Diakses
Oktober 2009. Arif. A., Sjamsudin. U. (1995). Obat Lokal. dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi
4. Jakarta. FK-UI. Hal. 511-512. Dit Jen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 9, 33. Dit Jen POM. (1980). Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 109. Dit Jen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 7, 503. Dit Jen POM. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 323-325. Dit Jen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan obat.
Cetakan Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 3, 10-11.
Hariana. A. (2008). Tumbuhan Obat Dan Khasiatnya. Seri 3. Cet 4. Jakarta:
Penebar Swadaya. Hal. 20. Perry. L. M. (1980). Medical Plant of East and Southeast Asia: Attributed
Properties and Uses. London: The MIT Press. Page. 287.
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan, 2010.
Rismunandar., Paimin. F. B. (2001). Kayu Manis. Budidaya dan Pengolahan. Edisi Revisi. Cet. 6. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal.79-80; 82.
Sari, L. O. R. K. (2006). Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan
Manfaat Dan Keamanan. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. III. No. 1. Hal. 1-7.
Sardjono., Santoso., Dewoto. (1995). Analgesik Opioid dan Antagonis. dalam
Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta. FK-UI. Hal. 200. Sa’roni., Pudjiastuti., Adjirni. (1996). Efek Antidiare Infus Daun kesembukan
(Paederia foetida L) pada Tikus Putih dan Toksisitas Akutnya Pada mencit. Cerminan Dunia kedokteran. No.109. Hal.18-20.
Sriyanto. (2004). Diare Akibat Adanya Infeksi Agensia Bakteri.
http://www.idhki.net. Diakses Oktober 2009. Tan, T. H., Rahardja, K. (2002). Obat-Obat Penting: Khasiat, penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya. Edisi kelima. Cet. 2. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo Gramedia. Hal. 270-271; 274; 278-279; 287.
WHO. (1992). Quality Control Methods For Medical Plant Materials. Geneva:
World Healt Organization. Pages 25-28.
Lampiran 1: Bagan Kerja Penelitian
Dibersihkan dari pengotoran Dicuci bersih dan ditiriskan Dipotong kecil-kecil Dikering anginkan Ditimbang
Dikeringkan pada suhu ±40oC Ditimbang
Dihaluskan Ditimbang Diperkolasi
dengan etanol 96%
Diuapkan dengan vakum putar Dikeringkan dengan freeze dryer
Dilakukan uji antidiare
Gambar 2. Bagan Kerja Penelitian
Kulit batang salam segar
Hasil
Kulit batang salam 2,5 kg
Simplisia kering 1,2 kg
Serbuk simplisia 1,15 kg
Dilakukan karakterisasi simplisia
Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan Mikroskopik
Penetapan Kadar Air
Penetapan Kadar Abu Total
Penetapan Kadar Sari Yang Larut Dalam Etanol
Penetapan Kadar Sari Yang Larut Dalam Air
Penetapan Kadar Abu Yang Tidak larut Dalam
Asam
Dibuat ekstrak
Perkolat
Ekstrak kental
Lampiran 2: Gambar Tumbuhan Salam dan Simplisia Kulit Batang Salam
Gambar 3. Tumbuhan Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)
Gambar 4. Simplisia Kulit Batang Salam (Syzygii Polyanthi Cortex)
Lampiran 3: Hasil Identifikasi Tumbuhan
Lampiran 4: Mikroskopik Serbuk Simplisia Kulit Batang Salam
1
2
3
4 5
Gambar 5. Mikroskopik serbuk simplisia kulit batang salam
perbesaran 10 x 40
Keterangan: 1. Kristal kalsium oksalat berbentuk roset
2. Serabut sklerenkim dengan dengan jari-jari empelur
3. Parenkim dengan butir pati
4. Minyak atsiri
5. Sel batu
Lampiran 5: Perhitungan Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia
5.1 Perhitungan Penetapan Kadar Air
a. Sampel I
Berat sampel = 5,001 g
Volume air = 0,4 ml
Kadar air = 0,4 ml 5,001 g
x 100%
= 7,998 %
b. Sampe II
Berat sampel = 5,000 g
Volume air = 0,3 ml
Kadar air = 0,3 ml 5,000 g
x 100%
= 6,000 %
c. Sampel III
Berat sampel = 5,003 g
Volume air = 0,4 ml
Kadar air = 0,4 ml 5,003 g
x 100%
= 7,995 %
Kadar air simplisia = volume air (ml) x 100 % berate sampel (g)
Kadar air rata-rata = 3
kadar air (sampel I + sampel II + sampel III) %
= 3
(7,998 + 6,000 + 7,995) %
= 3
21,993 %
= 7,33 %
5.2 Perhitungan Penetapan Kadar Abu Total
a. Sampel I
Berat abu = 0,0958 g
Berat sampel = 2,0004 g
Kadar abu total = 0,0958 g 2,0004 g
x 100%
= 4,79 %
b. Sampel II
Berat abu = 0,1017 g
Berat sampel = 2,0005 g
Kadar abu total = 0,1017 g 2,0005 g
x 100%
= 5,08 %
c. Sampel III
Berat abu = 0,1002 g
Berat sampel = 2,0002 g
Kadar abu total = 0,1002 g 2,0002 g
x 100%
= 5,00 %
Kadar abu total = berat abu (g) x 100 % berat sampel (g)
Kadar abu total rata-rata = 3
kadar abu total (sampel I + sampel II + sampel III) %
= 3
(4,79 + 5,08 + 5,00) %
= 3
14,87 %
= 4,96 %
5.3 Perhitungan Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut Dalam Asam
a. Sampel I
Berat abu = 0,0031 g
Berat sampel = 2,0004 g
Kadar abu = 0,0031 g 2,0004 g
x 100%
= 0,15 %
b. Sampel II
Berat abu = 0,0035 g
Berat sampel = 2,0005 g
Kadar abu = 0,0035 g 2,0005 g
x 100%
= 0,17 %
c. Sampel III
Berat abu = 0,0021 g
Berat sampel = 2,0002 g
Kadar abu = 0,0021 g 2,0002 g
x 100%
= 0,10 %
Kadar abu yang tidak larut dalam asam = berat abu (g) x 100 % berat sampel (g)
Kadar abu yang tidak larut = dalam asam rata-rata 3
kadar abu (sampel I + sampel II + sampel III) %
= 3
(0,15 + 0,17 + 0,10) %
= 3
0,42 %
= 0,14 %
5.4 Perhitungan Penetapan Kadar Sari Yang Larut Dalam Etanol
a. Sampel I
Berat sari = 0,208 g
Berat sampel = 5,003 g
Kadar sari = 0,208 g x 100 5,003 g 20
x 100%
= 20,79 %
b. Sampel II
Berat sari = 0,213 g
Berat sampel = 5,004 g
Kadar sari = 0,213 g x 100 5,004 g 20
x 100%
= 21,28 %
c. Sampel III
Berat sari = 0,208 g
Berat sampel = 5,004 g
Kadar sari = 0,208 g x 100 5,004 g 20
x 100%
= 20,78 %
Kadar sari yang larut dalam etanol = berat sari (g) x 100 x 100 % berat sampel (g) 20
Kadar sari yang larut = dalam etanol rata-rata 3
kadar sari (sampel I + sampel II + sampel III) %
= 3
(20,79 + 21,28 + 20,78) %
= 3
62,85 %
= 20,95 %
5.5 Perhitungan Penetapan Kadar Sari Yang Larut Dalam Air
a. Sampel I
Berat sari = 0,131 g
Berat sampel = 5,002 g
Kadar sari = 0,131 g x 100 5,002 g 20
x 100%
= 13,09 %
b. Sampel II
Berat sari = 0,124 g
Berat sampel = 5,000 g
Kadar sari = 0,124 g x 100 5,000 g 20
x 100%
= 12,40 %
c. Sampel III
Berat sari = 0,126 g
Berat sampel = 5,000 g
Kadar sari = 0,126 g x 100 5,000 g 20
x 100%
= 12,60 %
Kadar sari yang larut dalam air = berat sari (g) x 100 x 100 % berat sampel (g) 20
Kadar sari yang larut = dalam air rata-rata 3
kadar sari (sampel I + sampel II + sampel III) %
= 3
(13,09 + 12,40 + 12,60) %
= 3
38,09 %
= 12,70 %
Lampiran 6: Hasil Pemeriksaan Kadar Abu
Lampiran 7: Hasil Karakteristik Simplisia Kulit Batang Salam
Tabel 1. Hasil Karakteristik Simplisia Kulit Batang Salam
No Parameter Hasil
1 Kadar air 7,33 %
2 Kadar abu total 4,96 %
3 Kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,14 %
4 Kadar sari yang larut dalam etanol 20,95 %
5 Kadar sari yang larut dalam air 12,70 %
Lampiran 8: Perhitungan Kadar Loperamid HCl Dari Tablet Imodium®
Diketahui: Tiap 1 tablet Imodium® mengandung 2 mg Loperamid HCl
Dosis Loperamid HCl yang digunakan 1 mg/kg berat badan
(dosis dewasa 4 mg-8 mg, berat dewasa dari data konversi 70 kg,
dosis untuk mencit 20 g yaitu 4 mg-8 mg x 0,0026 = 0,0104 mg –
0,02 mg)
Ditanya: Berapa berat serbuk Imodium® yang akan diambil ?
Dijawab: Tablet Imodium® ditimbang sebanyak 20 tablet (berat = 2252 mg)
20 tablet Imodium® mengandung Loperamid HCl sebanyak 40 mg
Loperamid HCl yang digunakan = 1 mg
Serbuk Imodium® yang diambil = 1 mg 40 mg
x 2252 mg = 56,3 mg
Jadi serbuk Imodium® sebanyak 56,3 mg mengandung Loperamid
HCl sebanyak 1 mg.
Lampiran 9: Contoh Perhitungan Dosis
Diketahui: Berat mencit = 25 g
Suspensi ekstrak kulit batang salam sebanyak 50 mg dibuat dalam
sediaan 25 ml.
Dosis ekstrak kulit batang salam = 20 mg/kg berat badan
Ditanya: Berapa ml suspensi ekstrak kulit batang salam yang akan diberikan
pada mencit dengan berat badan 25 g ?
Dijawab: Volume ideal pemberian obat adalah 10 ml/kg berat badan mencit
Suspensi ekstrak kulit batang salam yang diberikan untuk mencit
dengan berat badan 25 g = 10 ml 1000 g
x 25 g = 0,25 ml
Digunakan spiuit 1 ml dengan skala 80, maka 1 skala = 0,0125 ml
Jadi suspensi ekstrak kulit batang salam yang diberikan untuk mencit
25 g dengan menggunakan spuit 1 ml dengan skala 80 adalah
0,25 ml 0,0125 ml
= 20 skala
Lampiran 10: Gambar Mencit
Gambar 6. Mencit dalam keadaan normal
Gambar 7. Mencit dalam keadaan diare
Lampiran 11: Gambar Konsistensi Feses Mencit
(i)
Gambar 8. Feses mencit dengan konsistensi berair
Gambar 9. Feses mencit dengan konsistensi berlendir
Gambar 10. Feses mencit dengan konsistensi lembek
Gambar 11. Feses mencit dengan konsistensi normal
Gambar 12. Feses mencit dengan diameter serapan air
Lampiran 12: Hasil Pengujian Efek Antidiare Terhadap Parameter- parameter Yang Diamati
Tabel 2. Hasil Orientasi Dosis Bahan uji Terhadap Saat Mulai Terjadinya Diare, Setelah Pemberian Oleum ricini.
Perlakuan Saat Mulai terjadinya Diare (menit)
Susp. CMC 1% bb 68,3 Susp. Loperamid HCl 1 mg/kg bb 129,2 Susp. EEKBS 10 mg/kg bb 67,5 Susp. EEKBS 20 mg/kg bb 79,2 Susp. EEKBS 40 mg/kg bb 124,2 Susp. EEKBS 80 mg/kg bb 134,2 Grafik Hasil Orientasi Dosis Bahan uji Terhadap Saat Mulai Terjadinya Diare, Setelah Pemberian Oleum ricini.
Grafik Saat Mulai Terjadinya Diare vs Waktu
68.3
129.2
67.5
79.2
124.2
134.2
0 30 60 90 120 150 180
Perla
kuan
Waktu (menit)
Susp. EEKBS 80 mg/kgbbSusp. EEKBS 40 mg/kgbbSusp. EEKBS 20 mg/kgbbSusp. EEKBS 10 mg/kgbbSusp. Loperamid HCL 1mg/kg bbSusp. CMC 1% bb
Gambar 13. Grafik Saat Mulai Terjadinya Diare vs Waktu
Tabel 3. Hasil Pengamatan Saat Mulai Terjadinya Diare, Setelah Pemberian Oleum ricini Perlakuan Hewan Jumlah Rata-rata
(menit) 1 2 3 4 5 6 Susp. CMC 1% bb
60 60 65 70 70 85 410 68,3
Susp. Loperamid HCl 1 mg/kg bb
110 130 130 130 135 140 775 129,2
Susp. EEKBS 20 mg/kg bb
70 75 80 80 80 90 475 79,2
Susp. EEKBS 40 mg/kg bb
110 110 125 130 130 140 745 124,2
Susp. EEKBS 80 mg/kg bb
110 130 135 140 140 150 805 134,2
Tabel 4. Hasil Pengamatan Konsistensi Feses Berlendir/ berair (meliputi Diameter Serapan Air, Waktu Terjadinya dan Berat Feses) Setelah Pemberian Oleum ricini
Perlakuan Diameter
Serapan Air (cm)
Waktu Terjadinya
(menit)
Berat Feses (g)
Susp. CMC 1% bb
2,5 60 0,212
Susp. Loperamid HCl 1 mg/kg bb
1,8 115 0,163
Susp. EEKBS 20 mg/kg bb
2,2 65 0,217
Susp. EEKBS 40 mg/kg bb
1,9 110 0,202
Susp. EEKBS 80 mg/kg bb
1,7 120 0,180
Tabel 5. Hasil Pengamatan Konsistensi Feses Lembek (meliputi Diameter Serapan Air, Waktu Terjadinya dan Berat Feses) Setelah Pemberian Oleum ricini
Perlakuan Diameter
Serapan Air (cm)
Waktu Terjadinya
(menit)
Berat Feses (g)
Susp. CMC 1% bb
1,4 220 0,130
Susp. Loperamid HCl 1 mg/kg bb
1,2 165 0,113
Susp. EEKBS 20 mg/kg bb
1,3 170 0,122
Susp. EEKBS 40 mg/kg bb
1,9 185 0,136
Susp. EEKBS 80 mg/kg bb
1,7 170 0,118
Tabel 6. Hasil Pengamatan Konsistensi Feses Normal (meliputi Diameter Serapan Air, Waktu Terjadinya dan Berat Feses) Setelah Pemberian Oleum ricini
Perlakuan Diameter
Serapan Air (cm)
Waktu Terjadinya
(menit)
Berat Feses (g)
Susp. CMC 1% bb
0 335 0,082
Susp. Loperamid HCl 1 mg/kg bb
0 245 0,068
Susp. EEKBS 20 mg/kg bb
0 285 0,068
Susp. EEKBS 40 mg/kg bb
0 245 0,070
Susp. EEKBS 80 mg/kg bb
0 220 0,065
Tabel 7. Hasil Pengamatan Frekuensi Diare, Setelah Pemberian Oleum Ricini Perlakuan Hewan Jumlah Rata-rata
(menit) 1 2 3 4 5 6 Susp. CMC 1% bb
7 7 8 7 7 6 42 7
Susp. Loperamid HCl 1 mg/kg bb
4 4 3 3 3 2 19 3,2
Susp. EEKBS 20 mg/kg bb
6 6 6 6 4 5 26 4,3
Susp. EEKBS 40 mg/kg bb
4 4 4 3 3 3 21 3,5
Susp. EEKBS 80 mg/kg bb
3 3 3 3 2 2 16 2,7
Tabel 8. Hasil Pengamatan Lama Terjadinya Diare, Setelah Pemberian Oleum Ricini
Perlakuan
T2 T1 T2-T1
Susp. CMC 1% bb
335 60 275
Susp. Loperamid HCl 1 mg/kg bb
245 115 130
Susp. EEKBS 20 mg/kg bb
285 65 220
Susp. EEKBS 40 mg/kg bb
245 110 135
Susp. EEKBS 80 mg/kg bb
220 120 100
Tabel 9. Kategori Efektifitas Suspensi EEKBS dari Berbagai Dosis Bahan Uji
No Dosis Suspensi EEKBS Kategori Efektifitas
1 20 mg/kg bb Lemah
2 40 mg/kg bb Sebanding/ sama
3 80 mg/kg bb Kuat
Lampiran 13: Hasil Pengamatan Konsistensi Feses
Tabel 10. Konsistensi feses dengan Diameter serapan air dan Berat feses, selama pengamatan setelah mencit diberi oleum ricini untuk kelompok kontrol (Suspensi CMC 1% bb)
Waktu Hewan
I II III IV V VI K D BF K D BF K D BF K D BF K D BF K D BF
0 30 60 BL 2.3 0.148 BL 2.5 0.193 BL 2 0.213 BL 2.5 0.276 BL 3 0.252 BL 2.5 0.188 90 BL 2.4 0.201 BL 1.8 0.110 BL 2 0.178 BL 2.3 0.205 BL 2.4 0.151
120 BL 1.7 0.147 BL 2.3 0.202 BL 2 0.151 150 BL 2.2 0.137 BL 2 0.118 BL 2 0.209 BL 2 0.136 L 1.8 0.153 180 BL 1.7 0.132 BL 1.5 0.120 BL 2 0.177 L 1.5 0.126 210 BL 1.5 0.141 BL 1.6 0.105 BL 1.5 0.133 L 1.8 0.170 L 1.5 0.113 240 L 1.5 0.112 L 1.2 0.118 L 1.5 0.156 L 1.3 0.108 L 1 0.115 270 L 1 0.113 L 1.2 0.108 L 1 0.123 L 1 0.113 300 L 1 0.105 L 1 0.100 L 1 0.109 L 1 0.102 L 1 0.101 330 N 0 0.097 N 0 0.088 N 0 0.053 N 0 0.083 N 0 0.109 360 N 0 0.051 390 410 440 470
Keterangan: K Konsistensi feses D Diameter serapan air (cm) BF Berat feses (g) BL Berlendir/ berair L Lembek N Normal
Tabel 11. Konsistensi feses dengan Diameter serapan air dan Berat feses, selama pengamatan setelah mencit diberi oleum ricini untuk kelompok pembanding (Suspensi Loperamid HCl 1 mg/kg bb)
Waktu Ulangan
I II III IV V VI K D BF K D BF K D BF K D BF K D BF K D BF
0 30 60 90 BL 2 0.217
120 BL 1.5 0.118 BL 2.2 0.196 BL 2.1 0.203 BL 1.4 0.119 BL 1.2 0.110 BL 1.8 0.135 150 L 1.5 0.133 L 1.7 0.142 BL 1.3 0.124 L 1.2 0.101 L 1 0.100 180 L 1 0.101 L 1.3 0.115 L 1 0.097 L 0.7 0.095 L 0.6 0.100 210 L 1 0.102 L 1 0.102 240 N 0 0.081 N 0 0.073 N 0 0.078 N 0 0.063 N 0 0.070 270 N 0 0.045 300 330 360 390 410 440 470
Keterangan: K Konsistensi feses D Diameter serapan air (cm) BF Berat feses (g) BL Berlendir/ berair L Lembek N Normal
Tabel 12. Konsistensi feses dengan Diameter serapan air dan Berat feses, selama pengamatan setelah mencit diberi oleum ricini untuk kelompok dosis I (Suspensi EEKBS 20 mg/kg bb)
Waktu Ulangan
I II III IV V VI K D BF K D BF K D BF K D BF K D BF K D BF
0 30 60 BL 2.5 0.269 BL 2 0.228 BL 2 0.193 BL 2.1 0.202 BL 2.1 0.195 90 BL 2 0.211 BL 1.5 0.133 BL 1.7 0.187 BL 2.3 0.215
120 BL 2 0.200 BL 1.8 0.223 BL 2 0.147 BL 2 0.175 150 BL 1.3 0.174 L 1.2 0.126 BL 1.5 0.181 L 1.5 0.128 180 L 1.3 0.114 L 1.1 0.126 L 1 0.103 L 1 0.113 L 1.5 0.124 210 L 1 0.131 L 1.2 0.106 L 1 0.105 L 1 0.109 L 1 0.108 240 L 1 0.103 L 1 0.091 L 1 0.099 270 L 1 0.115 L 1 0.110 N 0 0.083 N 0 0.061 N 0 0.051 300 N 0 0.070 N 0 0.076 N 0 0.069 330 360 390 410 440 470
Keterangan: K Konsistensi feses D Diameter serapan air (cm) BF Berat feses (g) BL Berlendir/ berair L Lembek N Normal
Tabel 13. Konsistensi feses dengan Diameter serapan air dan Berat feses, selama pengamatan setelah mencit diberi oleum ricini untuk kelompok dosis II (Suspensi EEKBS 40 mg/kg bb)
Waktu Ulangan
I II III IV V VI K D BF K D BF K D BF K D BF K D BF K D BF
0 30 60 90 BL 1.7 0.232 BL 2 0.221
120 BL 1.5 0.195 BL 1.7 0.187 BL 2.4 0.252 BL 1.7 0.129 BL 1.8 0.227 BL 1.7 0.151 150 BL 2 0.234 L 1.1 0.112 BL 1.3 0.130 180 L 1.2 0.136 L 1.5 0.155 L 1 0.106 L 1.1 0.141 210 L 1 0.109 L 1 0.113 L 1.5 0.153 L 1 0.120 L 1 0.117 240 N 0 0.050 N 0 0.085 L 1 0.121 N 0 0.054 N 0 0.082 N 0 0.070 270 N 0 0.079 300 330 360 390 410 440 470
Keterangan: K Konsistensi feses D Diameter serapan air (cm) BF Berat feses (g) BL Berlendir/ berair L Lembek N Normal
Tabel 14. Konsistensi feses dengan Diameter serapan air dan Berat feses, selama pengamatan
setelah mencit diberi oleum ricini untuk kelompok dosis III (Suspensi EEKBS 80 mg/kg bb)
Waktu Ulangan
I II III IV V VI K D BF K D BF K D BF K D BF K D BF K D BF
0 30 60 90 BL 2.2 0.179
120 BL 2 0.218 BL 2 0.225 BL 1.5 0.123 BL 1.8 0.184 150 L 1.5 0.124 BL 1 0.102 L 1.5 0.160 BL 1 0.120 BL 1.7 0.149 180 L 1 0.109 L 1 0.085 L 1 0.114 L 0.8 0.115 L 1.1 0.122 L 1 0.101 210 N 0 0.063 N 0 0.043 N 0 0.075 N 0 0.070 240 N 0 0.083 N 0 0.057 270 300 330 360 390 410 440 470
Keterangan: K Konsistensi feses D Diameter serapan air (cm) BF Berat feses (g) BL Berlendir/ berair L Lembek N Normal
Lampiran 14: Hasil Depkriptif Data
Tabel 15. Hasil Deskriptif Data Saat mulai terjadinya diare
Perlakuan 95% convidence Interval For Mean N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Susp. CMC 1% bb 6 68.3333 9.3095 3.8006 58.5636 78.1030 60.00 85.00 Susp. Lop. HCl 1 mg/kg bb 6 1.2917 10.2062 4.1667 118.4559 139.8774 110.00 140.00 Susp. EEKBS 20 mg/kg bb 6 79.1667 6.6458 2.7131 72.1923 86.1410 70.00 90.00 Susp. EEKBS 40 mg/kg bb 6 1.2417 12.0069 4.9018 111.5666 136.7672 110.00 140.00 Susp. EEKBS 80 mg/kg bb 6 1.3417 13.5708 5.5403 119.9250 148.4083 110.00 150.00 Total 30 1.0700 29.6997 5.4224 95.9100 118.0900 60.00 150.00 Konsistensi Feses Berlendir/ berair
Perlakuan 95% convidence Interval For Mean N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Susp.. CMC 1% bb 6 60.0000 .00000 .00000 60.0000 60.0000 60.00 60.00 Susp. Lop. HCl 1 mg/kg bb 6 1.1500 12.24745 5.00000 102.1471 127.8529 90.00 120.00 Susp. EEKBS 20 mg/kg bb 6 60.0000 .00000 .00000 60.0000 60.0000 60.00 60.00 Susp. EEKBS 40 mg/kg bb 6 1.1000 15.49193 6.32456 93.7422 126.2578 90.00 120.00 Susp. EEKBS 80 mg/kg bb 6 1.2000 18.97367 7.74597 100.0884 139.9116 90.00 150.00 Total 30 93.0000 29.84442 5.44882 81.8559 104.1441 60.00 150.00 Konsistensi Feses Lembek
Perlakuan 95% convidence Interval For Mean N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Susp.CMC 1% bb 6 2.2000 40.98780 16.73320 176.9859 263.0141 150.00 270.00 Susp. Lop. HCl 1 mg/kg bb 6 1.6500 25.09980 10.24695 138.6594 191.3406 150.00 210.00 Susp. EEKBS 20 mg/kg bb 6 1.7000 15.49193 6.32456 153.7422 186.2578 150.00 180.00 Susp. EEKBS 40 mg/kg bb 6 1.8500 22.58318 9.21954 161.3004 208.6996 150.00 210.00 Susp. EEKBS 80 mg/kg bb 6 1.7000 15.49193 6.32456 153.7422 186.2578 150.00 180.00 Total 30 1.8200 31.44782 5.74156 170.2572 193.7428 150.00 270.00
Konsistensi Feses Normal
Perlakuan 95% convidence Interval For Mean N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Susp.CMC 1% bb 6 3.3500 12.24745 5.00000 322.1471 347.8529 330.00 360.00 Susp. Lop. HCl 1 mg/kg bb 6 2.4500 12.24745 5.00000 232.1471 257.8529 240.00 270.00 Susp. EEKBS 20 mg/kg bb 6 2.8500 16.43168 6.70820 267.7560 302.2440 270.00 300.00 Susp. EEKBS 40 mg/kg bb 6 2.4500 12.24745 5.00000 232.1471 257.8529 240.00 270.00 Susp. EEKBS 80 mg/kg bb 6 2.2000 15.49193 6.32456 203.7422 236.2578 210.00 240.00 Total 30 2.6600 42.95948 7.84329 249.9587 282.0413 210.00 360.00 Frekuensi terjadinya diare
Perlakuan 95% convidence Interval For Mean N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Susp.CMC 1% bb 6 7.0000 0.63246 0.25820 6.3363 7.6637 6.00 8.00 Susp. Lop. HCl 1 mg/kg bb 6 3.1667 0.75277 0.30732 2.3767 3.9567 2.00 4.00 Susp. EEKBS 20 mg/kg bb 6 5.3333 0.81650 0.33333 4.4765 6.1902 4.00 6.00 Susp. EEKBS 40 mg/kg bb 6 3.5000 0.54772 0.22361 2.9252 4.0748 3.00 4.00 Susp. EEKBS 80 mg/kg bb 6 2.6667 0.51640 0.21082 2.1247 3.2086 2.00 3.00 Total 30 4.3333 1.74856 0.31924 3.6804 4.9863 2.00 8.00 Lama terjadinya diare
Perlakuan 95% convidence Interval For Mean N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Susp.CMC 1% bb 6 2.6667 16.63330 6.79052 249.2111 284.1222 245.00 295.00 Susp. Lop. HCl 1 mg/kg bb 6 1.1583 13.57080 5.54026 101.5917 130.0750 100.00 135.00 Susp. EEKBS 20 mg/kg bb 6 2.0583 21.54453 8.79552 183.2237 228.4429 180.00 230.00 Susp. EEKBS 40 mg/kg bb 6 1.2083 16.85724 9.88194 103.1427 138.5239 100.00 145.00 Susp. EEKBS 80 mg/kg bb 6 85.8333 12.81275 5.23078 72.3872 99.2795 70.00 100.00 Total 30 1.5900 69.88167 12.75859 132.9058 185.0942 70.00 295.00
Lampiran 15: Hasil Analisi Statistik Anava
Tabel 16. Hasil Analisis Statistik Anava Saat mulai terjadinya diare Sum of Squares df Mean Square F Sig Between Groups 22763.333 4 5690.833 50.510 .000 Within Groups 2816.667 25 112.667 Total 25580.000 29 Konsistensi Feses Berlendir/ berair Sum of Squares df Mean Square F Sig Between Groups 22080.000 4 5520.000 36.800 .000 Within Groups 3750.000 25 150.000 Total 25830.000 29 Konsistensi Feses Lembek Sum of Squares df Mean Square F Sig Between Groups 12180.000 4 3045.000 4.614 .000 Within Groups 16500.000 25 660.000 Total 28680.000 29 Konsistensi Feses Normal Sum of Squares df Mean Square F Sig Between Groups 48720.000 4 12180.000 63.438 .000 Within Groups 4800.000 25 192.000 Total 53520.000 29 Frekuensi terjadinya diare Sum of Squares df Mean Square F Sig Between Groups 77.667 4 19.417 44.129 .000 Within Groups 11.000 25 0.440 Total 88.667 29 Lama terjadinya diare Sum of Squares df Mean Square F Sig Between Groups 134753.333 4 33688.333 122.652 .000 Within Groups 6866.667 25 274.667 Total 141620.000 29
Lampiran 16: Hasil Analisis Statistik Duncan
Tabel 13. Hasil Analisis Statistik Duncan Saat mulai terjadinya diare
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1 2
Susp.CMC 1% bb 6 68.3333 Susp. EEKBS 20 mg/kg bb 6 79.1667 Susp. EEKBS 40 mg/kg bb 6 124.1667 Susp. Lop. HCl 1 mg/kg bb 6 129.1667 Susp. EEKBS 80 mg/kg bb 6 134.1667 Sig. .089 .135 Konsistensi Feses Berlendir/ berair
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1 2
Susp.CMC 1% bb 6 60.0000 Susp. EEKBS 20 mg/kg bb 6 60.0000 Susp. EEKBS 40 mg/kg bb 6 110.0000 Susp. Lop. HCl 1 mg/kg bb 6 115.0000 Susp. EEKBS 80 mg/kg bb 6 120.0000 Sig. 1.000 .193 Konsistensi Feses Lembek
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1 2
Susp. Lop. HCl 1 mg/kg bb 6 165.0000 Susp. EEKBS 20 mg/kg bb 6 170.0000 Susp. EEKBS 80 mg/kg bb 6 170.0000 Susp. EEKBS 40 mg/kg bb 6 185.0000 Susp.CMC 1% bb 6 220.0000 Sig. .229 1.000 Konsistensi Feses Normal
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 4
Susp. EEKBS 80 mg/kg bb 6 2.2000 Susp. Lop. HCl 1 mg/kg bb 6 2.4500 Susp. EEKBS 40 mg/kg bb 6 2.4500 Susp. EEKBS 20 mg/kg bb 6 2.8500 Susp. CMC 1% bb 6 3.3500 Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Frekuensi terjadinya diare
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 4
Susp. EEKBS 80 mg/kg bb 6 2.6667 Susp. Lop. HCl 1 mg/kg bb 6 3.1667 3.1667 Susp. EEKBS 40 mg/kg bb 6 3.5000 Susp. EEKBS 20 mg/kg bb 6 5.3333 Susp. CMC 1% bb 6 7.0000 Sig. 0.204 0.392 1.000 1.000 Lama terjadinya diare
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 4
Susp. EEKBS 80 mg/kg bb 6 85.8333 Susp. Lop. HCl 1 mg/kg bb 6 1.1583 Susp. EEKBS 40 mg/kg bb 6 1.2083 Susp. EEKBS 20 mg/kg bb 6 2.0583 Susp. CMC 1% bb 6 2.6667 Sig. 1.000 0.606 1.000 1.000