ap/korea pool menanti rezim baru korut aktris korea yang bela-kangan meninggal d moskow. jong-nam...

1
12 SELASA, 20 DESEMBER 2011 I NTER NASIONAL Suksesi dari Kim Jong-il ke Kim Jong-un dikhawatirkan dapat menimbulkan riak di kalangan keluarga maupun militer. BACA KORAN: Warga Korea Selatan (Korsel) membaca surat kabar yang melaporkan meninggalnya pemimpin Korea Utara, Kim Jong-il, di sebuah stasiun kereta di Seoul, Korsel, kemarin. Jenderal Muda Penerus Dinasti Kim PREDIKSI yang selama ini ber- edar akan berlangsung bebe- rapa saat lagi. Kim Jong-un, putra bungsu Kim Jong-il, akan menjadi penerus Dinasti Kim yang berkuasa di Korea Utara setelah sang ayah wafat, Sabtu (17/12). “Jong-un penerus terbesar perjuangan revolusioner pe- mimpin Juche (ideologi resmi Korut) serta pemimpin terhebat partai, militer, dan rakyat kita,” ujar penyiar kantor berita Korut KCNA. Jong-un, yang diperkirakan berusia 27 tahun, merupakan buah hubungan mendiang Jong-il dengan istrinya yang ketiga, Ko Young-hee, mantan penari profesional kelahiran Jepang yang meninggal du- nia pada 2004 akibat kanker payudara. Jong-un sempat mengenyam pendidikan di Swiss sebelum kembali ke Korut. Saat kembali ke ibu kota Korut, Pyongyang, Jong-un melanjutkan pendidik- an di Universitas Militer Kim Il-sung (2002-2007). Sebelum 2008, Jong-un meru- pakan sosok yang misterius bagi publik internasional. Namun, namanya tiba-tiba mendunia setelah ayahnya sembuh dari penyakit stroke pada Januari 2009. Kala itu, pemimpin Korut tersebut memilih Jong-un seba- gai ahli waris kekuasaannya di ‘Negeri Stalinis’. Ada alasan tersendiri menga- pa Jong-il lebih memilih Jong- un ketimbang dua putranya yang lain. Kim Jong-il memang mempunyai tiga putra, yakni Jong-nam, Jong-chol, dan Jong- un. Jong-nam diyakini buah dari perkawinan Kim dengan seorang aktris Korea yang bela- kangan meninggal d Moskow. Jong-nam yang diduga berusia 39 tahun itu ditengarai tidak masuk hitungan ayahnya se- telah dideportasi dari Jepang atas tuduhan menggunakan paspor palsu untuk memasuki Disneyland Tokyo. Adapun Jong-chol merupa- kan kakak kandung Jong-un. Selepas masa remaja, Jong-chol ditengarai bersifat feminin. Ada spekulasi bahwa dia menderita suatu penyakit yang menyebab- kannya memproduksi lebih banyak hormon perempuan. Status putra mahkota praktis jatuh ke Jong-un. Untuk memuluskan jalan sang putra bungsu, Jong-il memberi Jong-un posisi-posisi strategis. Jong-un, yang me- rupakan penggemar olahraga bola basket, didaulat sebagai Daejang alias jenderal bintang empat militer Korut, September lalu. Sejak itu, Jong-un menda- patkan julukan sebagai jenderal muda. Pria yang memiliki pipi kembung itu pun memimpin Komisi Pertahanan, badan pe- merintah terpenting Korut. Beberapa bulan sebelumnya, Jong-un berkunjung ke China. Dalam kunjungan itu, Jong-un mendapatkan dukungan dari China untuk menduduki posisi tertinggi di Korut. “Seluruh dunia melihat sese- orang yang pada dasarnya masih anak-anak mendapatkan dukungan dari China menjadi pemimpin Korut selanjutnya,” kata pengamat Korut dari Uni- versitas Seoul Yang Moo-jin. Pada Agustus lalu, Jong-un kembali menemani ayahnya berkunjung dan bertemu Pre- siden China Hu Jintao. Tidak banyak informasi yang diketahui dari Jong-un. Da- lam buku berjudul I was Kim Jong-il’s Chef (Saya Adalah Juru Masak Kim Jong-il) karya pria asal Jepang bernama pena Kenji Fujimoto, Jong-un ditulis- nya sebagai anak kesayangan sang ayah. Selain itu, menurut Fujimoto, Jong-un anak yang paling mirip dengan ayahnya dalam hal kekejaman dan ke- kuatan kepemimpinan. Setelah ayahnya meninggal, media-media Korsel mem- beritakan Jong-un tidak akan serta-merta memegang semua kebijakan Korut. Ipar Jong-il, Jang Song-thaek, akan berperan sebagai mentor bagi Jong-un. “Saya pikir kepemimpinan kolektif partai, pemerintah, dan militer akan berjalan semen- tara karena Kim Jong-un masih muda,” ujar Moo-jin. “Ketegangan akan mening- kat antara Jang dan Kim Jong- un karena Kim tidak memiliki pilihan lain kecuali membagi kekuasaan bersama Jang,” ujar profesor kajian Korut Ryoo Kihl-jae. (Reuters/AP/The Guardian/DK/I-5) PEMIMPIN tertinggi Korea Utara Kim Jong-il, 69, mening- gal dunia, Sabtu (17/12). Ia diperkirakan meninggal akibat stroke yang telah dideritanya sejak Agustus 2008. Banyak orang masih mengira Jong-il adalah presiden. Kenya- taannya, gelar itu telah menjadi milik Kim Il-sung, ayah Kim Jong-il, selamanya setelah pem- berian gelar anumerta presiden seumur hidup. Adapun Jong-il menjabat Ketua Komisi Perta- hanan Nasional (NDC), pusat kekuasaan riil Korea Utara sekaligus Panglima Tertinggi Tentara Rakyat Korea. Menurut propaganda Ko- rut, Kim Jong-il lahir pada 16 Februari 1942 di kamp rahasia pemberontak yang dipimpin ayahnya, di dekat Gunung Paektu, Korea. Namun, analis mengatakan ia mungkin lahir di Uni Soviet, ketika ayahnya dan kaum komunis Korea me- nerima pelatihan militer. Kim Jong-il mengambil alih Korut ketika ayahnya, pendiri negara komunis yang dikenal sebagai ‘Pemimpin Besar’ Kim Il-sung, meninggal pada 1994. Jong-il dihormati di negeri- nya sebagai manusia setengah dewa dan dikenal juga sebagai ‘Pemimpin Tercinta’. Pakar intelijen mengung- kapkan Jong-il memerintah- kan pengeboman yang mene- waskan 17 pejabat senior Korsel di Myanmar pada 1983. Pun demikian pada peristiwa pe- ledakan pesawat jet Korean Air pada 1987 yang menewaskan 115 penumpangnya. Ia juga diduga menjadi otak strategi penculikan warga Jepang un- tuk mendapatkan uang tunai, penyelundupan narkoba mela- lui kedutaan Korea Utara, dan mengubah negara itu menjadi produsen utama uang palsu. Momen terbesarnya datang ketika ia menjadi tuan rumah KTT pertama dua Korea, saat Presiden Korea Selatan Kim Dae-jung mengunjungi Pyong- yang, 15 Juni 2000. Citra Jong-il berubah, dari pemimpin yang dikenal menakutkan dan mis- terius menjadi pemimpin dan tuan rumah yang baik hati. Sayangnya, momen tersebut berubah tatkala Pyongyang mengaku mengembangkan program senjata nuklir pada 2002. Korut kemudian meng- usir pengawas dari Badan Energi Atom Internasional, Desember 2002. Pada Februari 2005, Korut memiliki senjata nuklir. Kim lalu mengguncang dunia dengan dua uji coba nuk- lir pada 2009. (*/Reuters/I-5) Sang Penyendiri di Negeri Tertutup Menanti Rezim Baru Korut HERYADI E RA Kim Jong-il te- lah berakhir seiring kematiannya. Negara komunis itu bakal di- pimpin putra bungsunya, Kim Jong-un, yang terbilang masih hijau. Transisi kepemimpinan tersebut dan peta politik dalam negeri telah menimbulkan ke- cemasan bagi sekutu maupun musuh-musuh Korut. Persoalan yang paling krusial dari kematian Jong-il adalah apakah ‘Negeri Stalinis’ itu mampu bertahan pascakema- tiannya dan melaksanakan transisi kekuasaan kepada si bungsu Kim Jong-un dengan mulus. “Skenario yang paling mung- kin bagi keruntuhan rezim ini adalah kematian mendadak Kim (Jong-il). Kini skenario itu sedang terjadi,” ungkap Victor Cha, mantan Direktur Dewan Keamanan Nasional AS untuk urusan Asia. Meski Jong-un telah di- siapkan menjadi pengganti sejak September tahun lalu, China sebagai negara sekutu Korut maupun Amerika Seri- kat, Korea Selatan, dan Jepang yang selama ini berseberangan tetap melihat masa ini sebagai masa-masa berbahaya. Sebab suksesi dari Jong-il ke Jong-un yang oleh kantor berita Kor- ut KCNA dijuluki ‘Suksesor Besar’ dikhawatirkan dapat menimbulkan riak di kalangan keluarga maupun militer. Jong-un memiliki dua kakak laki-laki yang sebelumnya sempat disebut menjadi ahli waris takhta ‘Sang Pemimpin Tercinta’. Sang sulung, Kim Jong-nam, sudah menegaskan, “Secara pribadi, saya menen- tang perpindahan kekuasaan ke generasi ketiga keluarga.” Sejauh ini belum diketahui apa- kah anggota keluarga yang lain memiliki pandangan serupa. Di samping itu, Jong-un bakal menghadapi tantangan sangat berat. Seiring dengan beralihnya kekuasaan di Ko- rut ke generasi ketiga dinasti Kim, perekonomian negeri itu tengah terpuruk. Jutaan warga- nya tengah dilanda kelaparan yang membuat hampir separuh penduduk negeri itu kekurang- an gizi. Belum lagi persoalan energi. Itu membuat masa depan Korut menjadi penuh ketidakpastian. Stabilitas Stabilitas di Korut kini men- jadi perhatian utama semua pihak karena bisa menimbulkan riak-riak yang membahayakan. Bagi China, stabilitas di Ko- rut sangat krusial mengingat perbatasan kedua negara me- manjang sejauh 1.415 kilometer. China juga tidak menginginkan terjadi gelombang pengungsi ke negeri mereka jika terjadi kekacauan di Korut. Selain itu, China tidak meng- inginkan terjadi perubahan besar peta politik di Pyongyang karena bisa mengurangi penga- ruh Beijing. Meski Pyongyang tidak dapat dipercaya, Beijing tetap menjadikan Pyongyang sebagai mitra karena bisa men- jadi daerah penyangga dengan AS dan sekutunya seperti Korsel dan Jepang. “Kekhawatiran China adalah stabilitas di Korut. China akan memastikan negeri itu tetap stabil,” ungkap Cai Jian, pakar Korea di Universitas Fudan, Shanghai. “Saya kira, keamanan akan ditingkatkan di Korut. China juga mungkin akan mening- katkan pengamanan di sepan- jang perbatasan. Jika kematian Kim menimbulkan kekacauan, gelombang pengungsi bakal membanjiri perbatasan (Chi- na),” urainya. Stabilitas di Korut juga sa- ngat penting bagi Presiden AS Barack Obama karena hal itu terkait pengelolaan plutonium yang dikembangkan Jong-il. “Jika suksesi mengalami ma- salah, itu artinya bakal terjadi perebutan, termasuk kendali terhadap plutonium Korut, bukan hanya kendali atas mi- liter negeri itu,” ungkap Rod Lyon, pakar Korea di Austra- lian Strategic Policy Institute di Canberra. Satu hal yang sudah pasti bagi AS dan sekutu-sekutu- nya adalah rencana memulai kembali perundingan untuk menghentikan nuklir Korut bakal tertunda. Oleh karena itu, begitu ke- matian Jong-il tersebar, Obama segera meng hubungi Kor- sel dan Jepang. “Kami tetap berkomitmen menjaga stabili- tas di semenanjung Korea serta kemerdekaan dan keamanan sekutu-sekutu kami,” ungkap sekretaris pers Gedung Putih Jay Carney. Sejumlah pakar Korut mem- perkirakan rezim baru di Pyongyang selama dan setelah suksesi akan lebih fokus pada penguatan kendali kekuasaan. (Hde/AP/Reuters/I-5) [email protected] AP/AHN YOUNG-JOON AP/KOREA POOL MENEROPONG: Seorang tentara Korea Selatan sedang meneropong wilayah Korea Utara dari kawasan zona demiliterisasi di Goseong, Korsel, kemarin, setelah berita kematian Kim Jong-il beredar.

Upload: ngophuc

Post on 24-May-2018

218 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

12 SELASA, 20 DESEMBER 2011INTERNASIONAL

Suksesi dari Kim Jong-il ke Kim Jong-un dikhawatirkan dapat menimbulkan riak di kalangan keluarga maupun militer.

BACA KORAN: Warga Korea Selatan (Korsel) membaca surat kabar yang melaporkan meninggalnya pemimpin Korea Utara, Kim Jong-il, di sebuah stasiun kereta di Seoul, Korsel, kemarin.

Jenderal Muda Penerus Dinasti KimPREDIKSI yang selama ini ber-edar akan berlangsung bebe-rapa saat lagi. Kim Jong-un, pu tra bungsu Kim Jong-il, akan menjadi penerus Dinasti Kim yang berkuasa di Korea Utara setelah sang ayah wafat, Sabtu (17/12).

“Jong-un penerus terbesar perjuangan revolusioner pe-mimpin Juche (ideologi resmi Korut) serta pemimpin terhebat partai, militer, dan rakyat kita,” ujar penyiar kantor berita Korut KCNA.

Jong-un, yang diperkirakan berusia 27 tahun, merupakan buah hubungan mendiang Jong-il dengan istrinya yang ketiga, Ko Young-hee, mantan penari profesional kelahiran Jepang yang meninggal du-nia pada 2004 akibat kanker payudara.

Jong-un sempat mengenyam pendidikan di Swiss sebelum kembali ke Korut. Saat kembali ke ibu kota Korut, Pyongyang, Jong-un melanjutkan pendidik-an di Universitas Militer Kim Il-sung (2002-2007).

Sebelum 2008, Jong-un meru-pakan sosok yang misterius bagi publik internasional. Namun, namanya tiba-tiba mendunia se telah ayahnya sembuh dari pe nyakit stroke pada Januari 2009. Kala itu, pemimpin Korut tersebut memilih Jong-un seba-gai ahli waris kekuasaannya di ‘Negeri Stalinis’.

Ada alasan tersendiri menga-pa Jong-il lebih memilih Jong-un ketimbang dua putranya yang lain. Kim Jong-il memang mempunyai tiga putra, yakni Jong-nam, Jong-chol, dan Jong-un. Jong-nam diyakini buah dari perkawinan Kim dengan seorang aktris Korea yang bela-kangan meninggal d Moskow. Jong-nam yang diduga berusia 39 tahun itu ditengarai tidak

masuk hitungan ayahnya se-telah dideportasi dari Jepang atas tuduhan menggunakan paspor palsu untuk memasuki Disneyland Tokyo.

Adapun Jong-chol merupa-kan kakak kandung Jong-un. Selepas masa remaja, Jong-chol ditengarai bersifat feminin. Ada spekulasi bahwa dia menderita suatu penyakit yang menyebab-kannya memproduksi lebih banyak hormon perempuan.

Status putra mahkota praktis jatuh ke Jong-un.

Untuk memuluskan jalan sang putra bungsu, Jong-il memberi Jong-un posisi-posisi strategis. Jong-un, yang me-rupakan penggemar olahraga bola basket, didaulat sebagai Dae jang alias jenderal bintang empat militer Korut, September lalu. Sejak itu, Jong-un menda-patkan julukan sebagai jenderal muda. Pria yang memiliki pipi

kembung itu pun memimpin Komisi Pertahanan, badan pe-merintah terpenting Korut.

Beberapa bulan sebelumnya, Jong-un berkunjung ke China. Dalam kun jungan itu, Jong-un mendapatkan dukungan dari China untuk menduduki posisi ter tinggi di Korut.

“Seluruh dunia melihat sese-orang yang pada dasarnya ma sih anak-anak mendapatkan dukungan dari China menjadi pemimpin Korut selanjutnya,” kata pengamat Korut dari Uni-versitas Seoul Yang Moo-jin.

Pada Agustus lalu, Jong-un kembali menemani ayahnya berkunjung dan bertemu Pre-siden China Hu Jintao.

Tidak banyak informasi yang diketahui dari Jong-un. Da-lam buku berjudul I was Kim Jong-il’s Chef (Saya Adalah Juru Masak Kim Jong-il) karya pria asal Jepang bernama pena Kenji Fujimoto, Jong-un ditulis-nya sebagai anak kesayangan sang ayah. Selain itu, menurut Fujimoto, Jong-un anak yang paling mirip dengan ayahnya dalam hal kekejaman dan ke-kuatan kepemimpinan.

Setelah ayahnya meninggal, media-media Korsel mem-beritakan Jong-un tidak akan serta-merta memegang semua kebijakan Korut. Ipar Jong-il, Jang Song-thaek, akan berperan sebagai mentor bagi Jong-un.

“Saya pikir kepemimpinan kolektif partai, pemerintah, dan militer akan berjalan semen-tara karena Kim Jong-un masih muda,” ujar Moo-jin.

“Ketegangan akan mening-kat antara Jang dan Kim Jong-un karena Kim tidak memiliki pilihan lain kecuali membagi kekuasaan bersama Jang,” ujar profesor kajian Korut Ryoo Kihl-jae. (Reuters/AP/The Guardian/DK/I-5)

PEMIMPIN tertinggi Korea Utara Kim Jong-il, 69, mening-gal dunia, Sabtu (17/12). Ia di perkirakan meninggal akibat stroke yang telah dideritanya sejak Agustus 2008.

Banyak orang masih mengira Jong-il adalah presiden. Kenya-taannya, gelar itu telah menjadi milik Kim Il-sung, ayah Kim Jong-il, selamanya setelah pem-berian gelar anumerta presiden seumur hidup. Adapun Jong-il menjabat Ketua Komisi Perta-hanan Nasional (NDC), pusat kekuasaan riil Korea Utara sekaligus Panglima Tertinggi Tentara Rakyat Korea.

Menurut propaganda Ko-rut, Kim Jong-il lahir pada 16 Februari 1942 di kamp rahasia pemberontak yang dipimpin ayahnya, di dekat Gunung Paektu, Korea. Namun, analis mengatakan ia mungkin lahir

di Uni Soviet, ketika ayahnya dan kaum komunis Korea me-nerima pelatih an militer.

Kim Jong-il mengambil alih Korut ketika ayahnya, pendiri negara komunis yang dikenal sebagai ‘Pemimpin Besar’ Kim Il-sung, meninggal pada 1994. Jong-il dihormati di negeri-nya sebagai manusia se te ngah dewa dan dikenal juga sebagai ‘Pemimpin Tercinta’.

Pakar intelijen mengung-kapkan Jong-il memerintah-kan pengeboman yang mene-waskan 17 pejabat senior Korsel di Myanmar pada 1983. Pun demikian pada peristiwa pe-ledak an pesawat jet Korean Air pada 1987 yang menewaskan 115 penumpangnya. Ia juga di duga menjadi otak strategi penculikan warga Jepang un-tuk mendapatkan uang tunai, penyelundupan narkoba mela-

lui kedutaan Korea Utara, dan mengubah negara itu menjadi produsen utama uang palsu.

Momen terbesarnya datang ketika ia menjadi tuan rumah KTT pertama dua Korea, saat Presiden Korea Selatan Kim Dae-jung mengunjungi Pyong-yang, 15 Juni 2000. Citra Jong-il berubah, dari pemimpin yang dikenal menakutkan dan mis-terius menjadi pemimpin dan tuan rumah yang baik hati.

Sayangnya, momen tersebut berubah tatkala Pyongyang mengaku mengembangkan program senjata nuklir pada 2002. Korut kemudian meng-usir pengawas dari Badan Energi Atom Internasional, Desember 2002. Pada Februari 2005, Korut memiliki senjata nuklir. Kim lalu mengguncang dunia dengan dua uji coba nuk-lir pada 2009. (*/Reuters/I-5)

Sang Penyendiri di Negeri Tertutup

Menanti Rezim Baru Korut

HERYADI

ERA Kim Jong-il te-lah berakhir seiring kematiannya. Negara komunis itu bakal di-

pimpin putra bungsunya, Kim Jong-un, yang ter bilang masih hijau. Transisi kepemimpinan tersebut dan peta politik dalam negeri telah menimbulkan ke-cemasan bagi sekutu maupun musuh-musuh Korut.

Persoalan yang paling krusial dari kematian Jong-il adalah apakah ‘Negeri Stalinis’ itu mampu bertahan pascakema-

tiannya dan melaksanakan transisi kekuasaan kepada si bungsu Kim Jong-un dengan mulus.

“Skenario yang paling mung-kin bagi keruntuhan rezim ini adalah kematian mendadak Kim (Jong-il). Kini skenario itu sedang terjadi,” ungkap Victor Cha, mantan Direktur Dewan Keamanan Nasional AS untuk urusan Asia.

Meski Jong-un telah di-siapkan menjadi pengganti sejak September tahun lalu, China sebagai negara sekutu

Korut maupun Amerika Seri-kat, Korea Selatan, dan Jepang yang selama ini berseberangan tetap melihat masa ini sebagai masa-masa berbahaya. Sebab suksesi dari Jong-il ke Jong-un yang oleh kantor berita Kor-ut KCNA dijuluki ‘Suksesor Besar ’ dikhawatirkan dapat me nimbulkan riak di kalangan keluarga maupun militer.

Jong-un memiliki dua kakak laki-laki yang sebelumnya sempat disebut menjadi ahli waris takhta ‘Sang Pemimpin Tercinta’. Sang sulung, Kim Jong-nam, sudah menegaskan, “Secara pri badi, saya menen-tang per pin dahan kekuasaan ke gene rasi ketiga keluarga.” Sejauh ini belum diketahui apa-kah anggota keluarga yang lain memiliki pandangan serupa.

Di samping itu, Jong-un bakal menghadapi tantangan sangat berat. Seiring dengan beralihnya kekuasaan di Ko-rut ke generasi ketiga dinasti Kim, perekonomian negeri itu tengah terpuruk. Jutaan warga-nya tengah dilanda kelaparan yang membuat hampir separuh penduduk negeri itu kekurang-an gizi. Belum lagi persoalan energi. Itu membuat masa de pan Korut menjadi penuh ke tidakpastian.

StabilitasStabilitas di Korut kini men-

jadi perhatian utama semua pihak karena bisa menimbulkan riak-riak yang membahayakan. Bagi China, stabilitas di Ko-rut sangat krusial mengingat perbatasan kedua negara me-

manjang sejauh 1.415 kilometer. China juga tidak menginginkan terjadi gelombang pengungsi ke negeri mereka jika terjadi kekacauan di Korut.

Selain itu, China tidak meng -inginkan terjadi perubahan besar peta politik di Pyong yang karena bisa mengurangi penga-ruh Beijing. Meski Pyongyang tidak dapat dipercaya, Beijing tetap menjadikan Pyongyang sebagai mitra karena bisa men-jadi dae rah penyangga dengan AS dan sekutunya seperti Korsel dan Jepang.

“Kekhawatiran China adalah stabilitas di Korut. China akan memastikan negeri itu tetap stabil,” ungkap Cai Jian, pakar Korea di Universitas Fudan, Shanghai.

“Saya kira, keamanan akan

ditingkatkan di Korut. China juga mungkin akan mening-katkan pengamanan di sepan-jang perbatasan. Jika kematian Kim menimbulkan kekacauan, gelombang pengungsi bakal membanjiri perbatasan (Chi-na),” urainya.

Stabilitas di Korut juga sa-ngat penting bagi Presiden AS Barack Obama karena hal itu terkait pengelolaan plutonium yang dikembangkan Jong-il.

“Jika suksesi mengalami ma-salah, itu artinya bakal terjadi perebutan, termasuk kendali ter hadap plutonium Korut, bu kan hanya kendali atas mi-liter negeri itu,” ungkap Rod Lyon, pakar Korea di Austra-lian Strategic Policy Institute di Canberra.

Satu hal yang sudah pasti

bagi AS dan sekutu-sekutu-nya adalah rencana memulai kembali perundingan untuk menghentikan nuklir Korut bakal tertunda.

Oleh karena itu, begitu ke-matian Jong-il tersebar, Obama segera meng hubungi Kor-sel dan Jepang. “Kami tetap berkomitmen menjaga stabili-tas di semenanjung Korea serta kemerdekaan dan keamanan sekutu-sekutu kami,” ungkap sekretaris pers Gedung Putih Jay Carney.

Sejumlah pakar Korut mem-perkirakan rezim baru di Pyong yang selama dan setelah suksesi akan lebih fokus pada penguatan kendali kekuasaan. (Hde/AP/Reuters/I-5)

[email protected]

AP/AHN YOUNG-JOON

AP/KOREA POOL

MENEROPONG: Seorang tentara Korea Selatan sedang meneropong wilayah Korea Utara dari kawasan zona demiliterisasi di Goseong, Korsel, kemarin, setelah berita kematian Kim Jong-il beredar.