aplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry...

76
APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI KELAS X-C SEMESTER GENAP DI SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009 Skripsi Oleh : AFIFAH AL HIDA NIM K 5405006 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: vophuc

Post on 24-Jul-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING

DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI

KELAS X-C SEMESTER GENAP DI SMA NEGERI 4 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2008/2009

Skripsi

Oleh :

AFIFAH AL HIDA

NIM K 5405006

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa.

H.G Wells dalam Wirojoedo (1985:63) menyatakan bahwa “Siapa memperhatikan

pendidikan dia akan jaya, siapa menjauhi pendidikan akan mengalami kekacauan.” Untuk

mewujudkan keberhasilan dalam bidang pendidikan perlu adanya perhatian terhadap

proses belajar di sekolah yang tak lepas dari peran serta guru. Begitu banyak faktor yang

mampu mewujudkan keberhasilan siswa baik secara internal maupun eksternal. Menurut

Hadi (2005:19) “Hasil pelajaran siswa tidak hanya tergantung pada rencana pengajaran

dan buku pelajaran yang baik saja, melainkan bergantung pula pada orang yang berdiri di

muka kelas. Kalau orang itu mampu dan cakap menjalankan tugasnya, barulah dapat kita

harapkan bahwa kondisi yang optimal bagi terjadinya proses balajar-mengajar akan

terwujud.”

Peranan guru dalam dunia pendidikan memang cukup besar, akan tetapi

keberhasilan belajar siswa di sekolah, juga harus didukung dengan pengembangan

potensi serta motivasi diri yang tidak mereka peroleh apabila siswa tidak

mengaktualisasikan diri mereka ke dalam suatu tindakan nyata yang melibatkan siswa

tersebut pada suatu proses menemukan jawaban, bukan pada tindakan pasif seperti

mendengarkan ceramah dan pemberian tugas dari Lembar Kerja Siswa (LKS). Karena itu

keberhasilan yang dicapai seorang siswa pada dasarnya ditentukan oleh siswa itu sendiri

apabila dia menyadari betul tentang kebutuhan ilmu yang harus dia peroleh. Guru juga

diharapkan mampu mengelola kelasnya dengan baik agar peran pentingnya sebagai

fasilitator yang membantu memudahkan siswa dalam memperoleh ilmu dapat terlaksana

dengan baik.

Guru sangat berperan penting dalam membantu siswa mencapai keberhasilan

belajar. Selain bertindak sebagai pengajar, juga aktif dalam mencari pengetahuan guna

mendukung pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Penggunaan suatu metode

pengajaran yang tepat diperlukan untuk membantu siswa dalam menerima informasi yang

sumbernya tidak dari guru saja, melainkan juga sumber informasi lain yang menambah 1

Page 3: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

wawasan tentang mata pelajaran geografi secara lebih mandiri. Penggunaan metode yang

tepat akan berpengaruh pula terhadap kesadaran anak didik untuk mempelajari serta

mencari informasi lebih banyak lagi karena didorong oleh kebutuhan dan rasa ingin tahu

yang besar sehingga diharapkan dapat semakin mengoptimalkan potensi yang dimiliki

masing-masing siswa.

Seiring dengan kemajuan zaman yang berarti juga perlu adanya kemajuan dalam

pendidikan maka pembaharuan dalam menerapkan sebuah metode pengajaran sangatlah

diperlukan. Hal ini bertujuan untuk lebih memaksimalkan pada hasil dan kemampuan

yang diperoleh siswa sehingga mampu mengembangkan daya pikir agar lebih kreatif dan

mampu mencari solusi terhadap permasalahan yang terjadi.

Salah satu metode yang perlu digunakan dalam proses belajar mengajar

dintaranya adalah metode Inquiry Terbimbing. Metode pembelajaran Inquiry Terbimbing

merupakan salah satu metode pembelajaran yang akan peneliti terapkan dalam

pembelajaran Geografi di kelas X-C SMA Negeri 4 Surakarta tahun ajaran 2008/2009

guna mengembangkan kemampuan siswa secara optimal. Penerapan metode ini

diharapkan dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan

menciptakan kondisi pembelajaran yang bervariasi dalam menumbuhkan motivasi siswa

untuk belajar lebih dalam, kreatif, mendorong rasa ingin tau siswa lebih lanjut dan

memotivasi siwa untuk belajar lebih tuntas.

Perhatian peserta didik muncul karena didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu,

rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga peserta didik akan memberikan

perhatian selama proses pembelajaran. Diterapkannya metode Inquiry Terbimbing rasa

ingin tahu dapat dirangsang melalui elemen-elemen yang baru, lain dengan yang sudah

ada, dan kompleks. Apabila elemen-elemen tersebut dimasukkan dalam rencana

pembelajaran, hal ini dapat menstimulus rasa ingin tahu peserta didik.

Metode Inquiry Terbimbing mengutamakan keterlibatan siswa secara aktif, siswa

dibantu dalam melakukan peran sebagai pengamat yang berhubungan dengan

permasalahan yang dihadapi. Inquiry Terbimbing lebih menekankan pada kegiatan-

kegiatan yang berpusat pada pengembangan kreatifitas belajar siswa namun masih dalam

bimbingan dan pengawasan seorang guru.

Page 4: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Rosseau memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh

dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja

sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. (

Sardiman, 1986:96 )

Metode Inquiry Terbimbing ini berkonsentrasi pada upaya menilai dan megamati

proses pemberian perhatian pada suatu obyek, sedangkan pengajaran Geografi sendiri

pada hakikatnya adalah pengajaran tentang gejala-gejala Geografi yang tersebar di

permukaan bumi, sehingga memungkinkan tumbuhnya kesadaran siswa dalam mencari,

menemukan, memeriksa dan merumuskan secara lebih mandiri. Dari proses tersebut,

siswa tidak hanya memperoleh banyak pengalaman tetapi juga mampu merekam

peristiwa atau hal-hal penting dengan lebih banyak karena dilakukan atas dorongan yang

muncul dari dalam diri siswa.

SMA Negeri 4 Surakarta merupakan sekolah yang mempunyai masukan siswa

berprestasi belajar yang tinggi, namun nilai mata pelajaran Geografi pada angkatan tahun

kelulusan 2007/2008 memiliki nilai rata-rata sebesar 6,70 (data lihat lampiran 25). Nilai

rata-rata tersebut merupakan yang paling rendah bila dibandingkan dengan nilai rata-rata

pada mata pelajaran bidang ilmu pengetahuan sosial lainnya. Berdasarkan pengamatan

yang dilakukan penulis melalui observasi sekolah, menunjukkan bahwa prestasi belajar di

kelas X-C tahun ajaran 2008/2009 belumlah optimal, ini ditandai dengan jumlah siswa

yang mencapai kriteria ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 6,7 masih kurang dari 75%.

Dari beberapa indikasi tersebut dapat diasumsikan bahwa siswa tersebut memiliki

minat dan motivasi yang rendah untuk mempelajari mata pelajaran Geografi. Motivasi

belajar yang tinggi berkorelasi dengan hasil belajar yang baik, sehingga berbagai upaya

harus dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah ini. Jika motivasi

belajar siswa dapat ditingkatkan, maka dapat diharapkan prestasi belajar siswa juga akan

meningkat.

Strategi meningkatkan motivasi belajar siswa sering menjadi masalah tersendiri

bagi para guru karena terdapat banyak faktor baik internal maupun eksternal yang

mempengaruhi motivasi belajar siswa. Di kelas X-C SMA Negeri 4 Surakarta siswa

masih memiliki motivasi pembelajaran Geografi yang rendah, karena pada saat kegiatan

Page 5: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

belajar berlangsung, terdapat beberapa siswa yang memiliki kebiasaan masuk terlambat,

sengaja tidak mengikuti pelajaran dengan alasan ijin ke belakang dan kembali ke kelas

saat pembelajaran hampir selesai. Siswa di dalam kelas banyak yang tidak

memperhatikan ataupun mencatat informasi ketika guru ceramah di depan kelas, ketika

diberi tugas siswa sering menunda untuk mengupulkan tugas. Jika hal ini dibiarkan maka

dikhawatirkan prestasi siswa akan menurun. Sangat penting untuk mencari penyebab dari

permasalahan yang terjadi pada diri siswa untuk diatasi agar para siswa dapat belajar

dengan sungguh-sungguh dan mampu meningkatkan prestasi seoptimal mungkin.

Pemilihan strategi dan metode pembelajaran tertentu akan berpengaruh pada

motivasi belajar siswa. Diterapkannya metode pembelajaran Inquiry Terbimbing yang

menekankan pada kreatiftas belajar siswa dalam mencari pemecahan masalah pada proses

pembelajaran secara aktif dan mandiri mampu mendorong siswa untuk lebih semangat

mencari dengan sungguh-sungguh cara pemecahan masalah. Metode ini disesuaikan

dengan kondisi kelas X-C yang kurang aktif dalam pembelajaran geografi, sering gaduh

dan tidak memperhatikan, sehingga informasi yang disampaikan guru tidak diserap

sepenuhnya oleh siswa. Pemilihan metode ini juga bertujuan mendorong siswa lebih

mandiri dalam mencari informasi sebanyak mungkin, berpendapat secara bebas, dan

dapat mengolah informasi yang mereka peroleh melalui temuan-temuan tersebut. Siswa

juga akan lebih mudah menerima dan mengingat informasi yang mereka dapatkan dengan

melakukan, dari pada hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru.

Dilihat dari penekanannya pada kreatifitas belajar dalam mencari pemecahan

masalah metode Inquiry Terbimbing mampu meningkatkan motivasi siswa, karena

metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif. Siswa akan

merasa diberi kebebasan untuk menyampaikan gagasannya, mendapatkan penghargaan

dan kebanggaan di mata guru dan teman-temannya. Keaktifan dan partisipasi siswa

dalam kegiatan belajar mengajar itulah yang menandakan bahwa motivasi belajar siswa

tinggi.

Materi Atmosfer merupakan materi yang mempunyai cakupan wilayah yang luas.

Di dalamnya terdapat indikator materi berupa persebaran curah hujan di Indonesia, jenis-

jenis vegetasi menurut iklim, dan faktor-faktor penyebab perubahan iklim global (El Nino

Page 6: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

dan La Nina) serta dampaknya terhadap kehidupan. Untuk mengatasi keterbatasan waktu

dengan penjelasan materi yang cukup banyak seorang guru dapat mencari pemecahannya

dengan menggunakan metode Inquiry Terbimbing agar siswa memiliki semangat untuk

lebih berusaha mencari dan menambah pengalaman di bidang pengetahuan.

Dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa tersebut, maka perlu

dilaksanakan tindakan perbaikan berkaitan dengan penggunaan metode pembelajaran

geografi, khususnya pada pokok bahasan persebaran curah hujan di Indonesia, jenis-jenis

vegetasi menurut iklim, dan faktor-faktor penyebab perubahan iklim global (El Nino dan

La Nina) serta dampaknya terhadap kehidupan. Dengan perumusan judul penelitian

sebagai berikut: ”APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

TERBIMBING DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL

BELAJAR GEOGRAFI KELAS X-C SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN

AJARAN 2008/2009”.

B. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah dalam hal ini adalah penggunaan metode

pembelajaran Inquiry Terbimbing dalam proses pembelajaran geografi kaitannya pada

upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan pokok bahasan persebaran

curah hujan di Indonesia, jenis-jenis vegetasi menurut iklim, dan faktor-faktor penyebab

perubahan iklim global (El Nino dan La Nina) serta dampaknya terhadap kehidupan.

C. Perumusan Masalah

Apakah aplikasi metode Inquiry Terbimbing dapat meningkatkan motivasi dan

hasil belajar mata pelajaran Geografi kelas X-C di SMA Negeri 4 Surakarta, pada pokok

bahasan dalam penelitian ini adalah persebaran curah hujan di Indonesia, jenis-jenis

vegetasi menurut iklim, dan faktor-faktor penyebab perubahan iklim global (El Nino dan

La Nina) serta dampaknya terhadap kehidupan ?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan uraian di atas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian

ini adalah :

Page 7: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi mata pelajaran Geografi di kelas X-C

semester genap SMA Negeri 4 Surakarta dengan menerapkan metode

pembelajaran Inquiry Terbimbing.

2. Untuk mengetahui hasil belajar mata pelajaran Geografi di kelas X-C semester

genap SMA Negeri 4 Surakarta dengan menerapkan metode pembelajaran

Inquiry Terbimbing.

E. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharap bisa memiliki nilai guna sebagai berikut :

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa : Siswa mampu meningkatkan motivasi dan mengembangkan

potensi intelektual serta membuat siswa lebih mandiri dan kreatif dalam

memecahkan masalah dalam pembelajaran.

b. Bagi Guru : Bahan acuan bagi guru untuk menerapkan metode pembelajaran

Inquiry Terbimbing dalam upaya memperbaiki dan memudahkan

pembelajaran geografi.

c. Bagi Pendidikan : Memberi dorongan bagi para guru untuk menggunakan

metode Inquiry Terbimbing pada materi pelajaran Geografi maupun materi

yang terdapat pada mata pelajaran lain.

d. Bagi Sekolah : Memberi masukan bagi sekolah untuk menggunakan metode

Inquiry Terbimbing dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan

mutu proses pembelajaran.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan dalam

melakukan penelitian yang relevan, dalam hal menambah empiris apakah aplikasi

metode pembelajaran Inquiry Terbimbing berpengaruh positif dalam

meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Geografi di waktu mendatang.

Page 8: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia

untuk mengembangkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam

proses pengajaran, unsur proses belajar mengajar memegang peranan yang sangat

penting. Meskipun belajar merupakan suatu usaha yang selalu dilakukan manusia seumur

hidupnya, namun tidak semua orang mengetahui tentang makna belajar itu sendiri.

Terdapat beberapa pandangan tentang makna belajar menurut para ahli, yakni sebagai

berikut:

Winkel (1996:53) menyatakan bahwa ”Belajar adalah suatu aktivitas

mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan

nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.

Purwanto (1990:84) menyatakan bahwa ”Belajar berhubungan dengan perubahan

tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh

pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku

tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau

keadaan-keadaan sesaat seseorang misalnya kelelahan, pengaruh obat, dll.”

Slameto (2003:2) mengemukakan bahwa “Belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”.

Sehingga dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk mengembangkan

potensinya secara optimal yang terjadi secara sadar dan disengaja untuk memperoleh

perubahan tingkah laku yang baru akibat interaksi dengan lingkungan, dapat berupa

8

Page 9: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

ketrampilan, sikap, pengertian ataupun pengetahuan, sebagai bagian dari pengalaman

individu itu sendiri. Pola tingkah laku yang terjadi juga dapat dilihat atau diamati dalam

bentuk perbuatan reaksi dan sikap secara mental dan fisik.

Slameto (2003: 27-28) mengemukakan prinsip-prinsip dalam belajar yaitu :

1) Berdasarkan Prasarat yang Diperlukan Untuk Belajar

a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

b. Belajar harus menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat untuk siswa mencapai tujuan instruksional.

c. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

d. Belajar perlu adanya interaksi siswa dengan lingkungannya. 2) Sesuai Hakikat Belajar

a. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

b. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, ekplorasi dan discovery. c. Belajar adalah proses kontingitas (hubungan antara pengertian yang

diharapkan dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang diharapkan.

3) Sesuai Materi/Bahan yang Harus Dipelajari

a. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

b. Belajar harus dapat megembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang dicapainya.

4) Syarat Keberhasilan Belajar

a. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

b. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.

Unsur-unsur dalam proses belajar menurut Gino, dkk (1998:22-29) sebagai berikut :

1) Motivasi Siswa

Motivasi adalah dorongan yang timbul baik dari dalam diri siswa maupun dari luar siswa yang mempengaruhi dan menyebabkan terjadinya suatu perbuatan atau tindakan tertentu terhadap diri siswa. Motivasi ini akan mendorong siswa untuk melakukan perbuatan belajar. Hal ini berarti perbuatan belajar terjadi karena adanya motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan belajar. Dorongan yang timbul dari dalam diri subyek belajar dapat bersumber dari kebutuhan tertentu yang ingin mendapat pemuasan. Sedangkan dorongan yang timbul dari luar adalah dorongan yang diakibatkan adanya rangsangan dari lingkungan sehingga siswa melakukan perbuatan belajar.

Page 10: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

2) Bahan Belajar

Bahan belajar adalah suatu unsur yang penting yang harus diperhatikan oleh guru. Bahan belajar ini dapat berupa informasi, pengetahuan, keterampilan, sikap dan lain-lain. Setiap bahan belajar ini hendaknya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam belajar. Dengan demikian dalam menentukan bahan belajar harus disesuaikan dengan tujuan belajar. Penyusunan bahan-bahan belajar dan tujuannya tercantum dalam kurikulum.

3) Alat Bantu Belajar

Alat bantu belajar juga merupakan unsur belajar yang harus diperhatikan. Alat bantu belajar digunakan sebagai penunjang keberhasilan proses belajar. Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa melakukan perbuatan belajar, sehingga kegiatan belajar menjadi lebih efisien dan efektif. Dengan alat bantu belajar maka perbuatan belajar akan lebih mudah dipahami, menarik, dan hasil belajar lebih bermakna sehingga tujuan belajar akan tercapai.

4) Suasana Belajar

Suasana belajar penting artinya bagi kegiatan belajar. Suasana belajar yang tercipta secara kondusif akan membantu tercapainya tujuan belajar, kondisi yang menyenangkan dapat menumbuhkan kegairahan belajar bagi siswa, sedangkan suasana yang tidak kondusif, buruk, kacau, ramai, dan banyak gangguan, sudah tentu tidak menunjang kegiatan belajar yang efektif dan efisien. Siswa akan mengalami kejenuhan dalam belajar. Oleh karena itu, guru dan siswa perlu menjalin komunikasi yang terarah, sehingga mampu menciptakan suasana lingkungan belajar yang baik dan menyenangkan, menantang, dan menggairahkan.

5) Kondisi Subjek Belajar

Kondisi subjek belajar turut dan sangat menentukan kegiatan dan keberhasilan belajar. Kondisi siswa baik fisik maupun psikologi akan mampu mempengaruhi kegiatan belajar. Siswa dapat belajar secara efisien dan efektif apabila berbadan sehat, memiliki bakat khusus, dan pengalaman yang bertalian dengan pelajaran, serta memiliki minat kuat untuk belajar. Siswa yang sakit atau kurang sehat, intelegensi rendah, belum siap belajar, tidak berbakat untuk mempelajari sesuatu, dan tidak memiliki pengalaman appresiasi yang memadai, kirannya akan mempengaruhi kelancaran kegiatan dan mutu belajarnya.

b. Pengertian Pembelajaran

Prawiradilaga (2007:136) menyatakan ”Pembelajaran merupakan suatu sistem

yang terdiri atas tujuan pembelajaran, kajian isi/materi ajar, strategi pembelajaran

(metode, media, waktu, sistem penyampaian) serta asesmen belajar”.

Page 11: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Sagala (2005:64) mengemukakan ”Pembelajaran merupakan suatu proses yang

sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Lebih lanjut Sagala

(2005:61) menyatakan bahwa ”Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang

dirancang untuk membantu seseorang mempelajari sesuatu kemampuan dan atau nilai

yang baru”.

Dimyati dan Mujiono (1999:297) berpendapat bahwa ”Pembelajaran adalah

kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar

secara aktif yang menekankan pada sumber belajar.” Lanjutnya Dimyati dan Mujiono

(1999:76) menyatakan bahwa pembelajaran tidak mengabaikan karakteristik pebelajar

dan prinsip-prinsip belajar. Oleh karena itu dalam program pembelajaran guru perlu

berpegang bahwa pebelajar adalah ”Primus motor” dalam belajar. Dengan demikian guru

dituntut untuk memusatkan perhatian, mengelola, meganalisis dan mengoptimalkan hal-

hal yang berkaitan dengan (i) perhatian dan motivasi belajar siswa (ii) keaktifan siswa

(iii) optimalisasi keterlibatan siswa (iv) melakukan pengulangan-pengulangan belajar (v)

pemberian tantangan agar siswa bertanggung jawab (vi) memberikan balikan dan

penguatan terhadap siswa dan (vii) mengelola proses belajar sesuai perbedaan individual

siswa.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, disimpulkan bahwa pembelajaran

adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru secara terprogram berisi urutan perilaku

yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku, dan evaluasi untuk membantu

seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai baru. Jadi dalam pembelajaran

guru tidak berperan hanya sebagai pemberi informasi utama melainkan harus membantu

membimbing ke arah proses belajar yang lebih baik. Salah satunya dengan membantu

mengatur berbagai sarana dan sumber belajar yang dibutuhkan siswa, agar lebih mandiri

dalam menjalani proses pembelajaran dengan pemahaman ilmu yang tertanam kuat di

dalam dirinya.

2. Metode Pembelajaran Inquiry Terbimbing

Metode Inquiry merupakan metode mengajar yang menekankan pada keterlibatan

siswa secara aktif. Dengan menggunakan metode Inquiry ini diharapkan siswa terangsang

oleh tugas, aktif mencari dan meneliti sendiri pemecahan masalah, mencari sumber

Page 12: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

sendiri yang pada akhirnya siswa mampu mengungkapkan pendapat untuk merumuskan

kesimpulan. Gulo (2002:84) mengemukakan ”Strategi inquiry berarti suatu rangkaian

kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk

mencari dan menyelididki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat

merumuskan sendiri penemuanya dengan penuh percaya diri”.

Sund dan Trowbridge dalam Mulyasa (2005:108) menyatakan bahwa ”Inquiry

yaitu suatu pelajaran yang direncanakan sedemikian hingga siswa menemukan konsep-

konsep melalui proses mental mereka sendiri. Kegiatan praktikum dengan inquiry dapat

dilakukan secara tepimpin, mandiri maupun bebas”.

Menurut Sund dan Trowbridge dalam Mulyasa (2005:109) menyatakan bahwa

dikenal ada 3 macam Inquiry, yaitu :

1) Inquiry Terbimbing (Guide Inquiry)

Peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing.

2) Inquiry Babas (Free Inquiry)

Pada inquiry bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan.

3) Inquiry Bebas yang dimodifikasi ( Modified Free Inquiry )

Pada Inquiry ini guru memberi permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.

Gulo (2002:85) menyatakan bahwa sasaran utama kegiatan mengajar pada metode

inquiry adalah :

1) Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.

2) Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran.

3) Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self belief) pada diri siswa tentang

apa yang ditemukan pada proses inquiry.

Dalam Gulo (2002:85) Joyce mengemukakan kondisi-kondisi umum yang

merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inquiry bagi siswa ialah :

1) Aspek sosial didalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi.

Page 13: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

2) Inquiry berfokus pada hipotesis.

3) Penggunaan fakta sebagai evidensi.

Sumantri (2001:142) berpendapat bahwa tujuan metode Inquiry Terbimbing adalah :

1) Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya.

2) Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya.

3) Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.

4) Memberi pengalaman belajar seumur hidup

Gulo (2002:86) menyatakan bahwa peranan utama guru dalam menciptakan

kondisi Inquiry adalah sebagai berikut :

1) Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir.

2) Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa.

3) Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri.

4) Administrator, yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.

5) Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan

6) Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas.

7) Reward, yang memberi penghargaan pada perstasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa.

Di dalam pendekatan Inquiry terdapat proses-proses Inquiry.

Mengumpulkan Bukti

Menguji Hipotesis

Menarik Kesimpulan Sementara

Merumuskan Masalah

Merumuskan Hipotesis

Gambar 1. Proses Inquiry (Gulo. ”Strategi Belajar Mengajar.” 2002 : 94)

Page 14: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Karena metode Inquiry merupakan suatu metode yang memberi kesempatan

kepada siswa untuk mendapatkan jawaban sendiri terhadap suatu permasalahan. Maka di

dalam penyampaian materi pada metode inquiry diberikan dalam bentuk tidak langsung,

artinya peserta didik diberi kesempatan untuk mencari, meneliti dan memecahkan

jawaban dengan terlebih dahulu diberikan suatu permasalahan, dengan demikian proses

belajar berlangsung secara alamiah dan belajar tidak lagi sekedar mentransfer

pengetahuan guru kepada peserta didik, melainkan pengetahuan akan lebih tertanam

dalam diri peserta didik karena adanya suatu proses dan rasa ingin tahu.

Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap

memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru

berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Terkadang guru perlu

memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran

kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui

penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi

pembelajaran yang bervariasi.

Gulo (2002:92) menyatakan bahwa ”Metode Inquiry ini tidak hanya

mengembangkan kemampuan intelektual, tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk

pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan.”

Guru menggunakan teknik ini sewaktu mengajar memiliki tujuan demikian:

agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan

masalah itu. Dengan mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam

kelompoknya, diharapkan siswa juga mampu mengemukakan pendapatnya dan

merumuskan kesimpulan nantinya. Selain itu, diharapkan mereka dapat berdebat,

menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry mengandung proses mental

yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan eksperimen,

melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan. Pada

metode inquiry dapat ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan

sebagainya. Akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama. Bila siswa

Page 15: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

melakukan semua kegiatan di atas berarti siswa sedang melakukan inquiry. (Roestiyah,

2008:76)

Roestiyah (2008:78) mengemukakan kelebihan teknik Inquiry ini sebagai berikut

:

1) Dapat membentuk dan mengembangkan ”self-concept” pada diri siswa, sehingga dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

5) Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.

6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.

8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

9) Siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional.

10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Sumantri dan Permana (2001:142) menyatakan bahwa teknik Inquiry ini memiliki

keunggulan dan kelemahan. Untuk keunggulan teknik Inquiry yaitu:

1) Menekankan kepada proses pengolahan informasi oleh peserta didik sendiri

2) Membuat konsep diri peserta didik bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperolehnya.

3) Memiliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas persediaan dan penguasaan keterampilan dalam proses kognitif para perta didik.

4) Penemuan-penemuan yang diperoleh pesrta didik dapat menjadi kepemilikannya dan sangat sulit melupakannya.

5) Tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber balajar.

Sedangkan kelemahan teknik Inquiry, sebagai berikut :

1) Tidak sesuai untuk kelas yang besar jumlah peserta didiknya.

2) Memerlukan fasilitas yang memadai.

3) Menuntut guru mengubah cara mengajarnya yang selama ini bersifat tradisional, sedangkan metode baru ini dirasakan guru belum melaksanakan

Page 16: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

tugasnya mengajar karena guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing.

4) Sangat sulit mengubah cara belajar peserta didik dari kebiasaan menerima informasi dari guru menjadi aktif mencari dan menemukan sendiri.

5) Kebebasan yang diberikan kepada peserta didik tidak selamanya dapat dimanfaatkan secara optimal, kadang peserta didik merasa bingung memanfaatkannya.

3. Motivasi

Dalam hal belajar untuk mencapai tujuan yaitu mencapai prestasi yang

memuaskan, maka tidak luput dari adanya dorongan terutama dari dalam diri orang

tersebut. Seberapa jauh merasakan adanya dorongan untuk mencapai prestasi adalah

berlainan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Beberapa pengertian mengenai

motivasi diantaranya :

Rusyan, dkk (1989:99) menyatakan bahwa ”Motivasi ialah penggerak tingkah

laku ke arah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu kebutuhan”.

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-

kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia

tidak suka, maka ia berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka

itu. Sedangkan dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,

yang menjamin keberlangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada

kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.

(Sardiman, 1994:75)

Sardiman (1994:74) mengemukakan bahwa ”Motivasi akan menyebabkan terjadinya

perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergelayut dengan persoalan

gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan

sesuatu. Semua didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Lanjutnya

Sardiman (1994:85) menyatakan bahwa ada tiga fungsi motivasi dalam belajar, yaitu :

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor untuk melepaskan energi.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

Page 17: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Uno (2007:22) berpendapat bahwa ”Hakikat motivasi belajar adalah dorongan

internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan

perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang

mendukung”.

Soemarsono (2007:11) mengemukakan bahwa ”Motivasi dapat diartikan sebagai

daya penggerak yang telah menjadi aktif pada saat-saat tertentu. Sehingga siswa yang

memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan

belajar. Karena itu maka waktu yang dipergunakan juga lebih banyak”.

Motivasi itu sangat penting dalam dunia pendidikan, karena motivasi merupakan

syarat mutlak untuk belajar. Sebagaimana halnya dengan tujuan motivasi yaitu untuk

menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk

melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.

(Purwanto, 1990:73)

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses

belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemahnya motivasi atau tiadanya

motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, nilai hasil belajar

menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus

menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan

suasana belajar yang menggembirakan. (Dimyati dan Mudjiono, 1999:239)

Dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil belajar

yang baik pula, karena adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi.

Sehingga intensitas motivasi dalam diri siswa sangat penting untuk selalu dibina agar

semakin optimal.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, motivasi itu berhubungan erat

dengan suatu tujuan, semakin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat

pula motifnya. Dan semakin kuat motivasi seseorang maka semakin banyak energi untuk

melakukan kegiatan belajar. Selain itu, motivasi belajar merupakan faktor yang

berhubungan dengan kejiwaan seseorang (psikis) yang dapat menumbuhkan rasa senang

Page 18: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

dan rasa semangat untuk belajar, namun ini tidak tergantung pada kemampuan

intelektualitas sesorang.

4. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Sudjana (1991:22) mengemukakan bahwa ”Hasil belajar adalah kemampuan-

kemapuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.”

Penilaian hasil belajar merupakan upaya untuk mengidentifikasi, apakah siswa

telah mampu melakukan hal-hal seperti yang dideskripsikan dalam rumusan tujuan

pengajaran dan berapa baik mereka melakukannya sebagai hasil belajar, setelah mereka

menjalani proses belajar selama kurun waktu tertentu. (Waridjan, 1991:27)

b. Ranah Hasil Belajar

Sudjana (1991:22) menyatakan bahwa ”Dalam sistem pendidikan nasional

rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,

menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar

membaginya menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

psikomotoris”.

Adapun taksonomi atau klasifikasi menurut B.S. Blom dalam Winkel (1996:245) adalah

sebagai berikut :

1) Ranah Kognitif (cognitive domain) menurut Bloom dan kawan-kawan :

a) Pengetahuan (knowledge)

b) Pemahaman (comprehension)

c) Penerapan (application)

d) Analisis (analysis)

e) Sintesis (syntesis)

f) Evaluasi (evaluation)

2) Ranah Afektif (affective domain) menurut taksonomi Kratwohl, Bloom dan kawan-kawan :

a) Penerimaan (receiving)

b) Partisipasi (responding)

c) Penilaian / penentuan sikap (valuing)

d) Organisasi (organization)

Page 19: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

e) Pembentukan pola hidup (Characterization by a value or value complex)

3) Ranah Psikomotorik (psychomotoric domain) menurut kalsifikasi Simpson :

a) Persepsi (perception)

b) Kesiapan (set)

c) Gerakan terbimbing (guided response)

d) Gerakan yang terbiasa (mechanical response)

e) Gerakan yang kompleks (complex response)

f) Penyesuaian pola gerakan (adjustmen)

g) Kreativitas (creativity)

Tipe hasil belajar ranah psikomotoris berkenaan dengan keterampilan atau

kemampuan bertindak setelah menerima pengalaman belajar tertentu. (Sudjana, 1991:31)

c. Pengukuran Hasil Belajar

Slameto (2003:7) menyatakan bahwa “Evaluasi adalah bagian yang sangat penting dalam suatu sistem yaitu sistem pengajaran untuk mengetahui apakah sistem itu baik atau tidak. Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.”

Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan untuk mengukur hasil belajar :

1) Tes hasil belajar

Buchori (1983:23) menyatakan bahwa ”Tes merupakan suatu percobaan yang

kita adakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada

seorang murid atau sekelompok murid.”

Thoha (1991:55) mengemukakan bahwa ”Secara umum tes dibedakan

menjadi dua, yaitu tes kepribadian (personality test) dan tes hasil belajar

(achievement test) Sedangkan dilihat dari bentuknya, tes dibedakan : 1). Tes tertulis,

2). Tes lisan, 3) Tes tindakan.

Tes tertulis didalam penelitian ini adalah menggunakan Tes Obyektif (Tes

Terstruktur) Yaitu tes tulis yang itemnya dapat dijawab dengan memilih jawaban

Page 20: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

yang sudah tersedia, sehingga peserta didik menampilkan keseragaman data baik

bagi yang menjawab benar maupun mereka yang menjawab salah.

2) Lembar Angket

Angket merupakan alat pengukur hasil belajar yang bukan non tes. Ciri khas

angket terletak pada pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis yang

disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari sumber

data yang berupa orang. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengukur

tingkat motivasi siswa.

Sanapiah (1981:3) berpendapat bahwa setiap penelitian yang menggunakan

angket sebagai alat dan teknik pengumpul data, sudah tentu:

1. Berkepentingan dengan sumber data yang serupa orang / responden.

2. Perlu menyusun daftar pertanyaan tertulis sesuai dengan informasi atau keterangan yang diperlukan dari responden (daftar selanjutnya disebut angket).

3. Perlu menyebarkan angket dan menghimpunnya kembali setelah diisi oleh responden.

5. Materi Persebaran Curah Hujan di Indonesia dan Jenis-jenis Vegetasi

Menurut Iklim

a. Persebaran Curah Hujan di Indonesia

Hujan dipengaruhi oleh Dearah Konvergensi Antar Tropis (DKAT) yaitu suatu

daerah atau zona yang memiliki suhu tertinggi dibandingkan dengan daerah

sekelilingnya. Oleh karena itu, daerah ini disebut juga equator thermal. Suhu yang tinggi

mengakibatkan banyak penguapan sehingga daerah ini akan memiliki kelembaban yang

tinggi. Hal ini dapat menimbulkan terjadinya hujan zenith atau hujan konveksi. Letak

DKAT mengalami pergeseran dari utara ke selatan, yaitu dari 23°30’LU sampai

23°30’LS, setiap empat belas hari.

Secara astronomis, negara Indonesia terletak di daerah tenang ekuatorial (daerah

doldrum) dan secara geografis memungkinkan adanya penguapan yang besar. Oleh

karena itu, pada musim kemarau kadang-kadang juga masih banyak hujan. Dengan

demikian, tidak ada batas yang jelas antara musim kemarau dan musim penghujan.

Banyaknya curah hujan di tiap-tiap daerah tergantung pada faktor-faktor berikut.

1). Letak daerah konvergensi antartropis

Page 21: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

2). Bentuk medan dan arah lereng medan

3). Arah angin yang sejajar dengan pantai

4). Jarak perjalanan angin di atas medan datar

5). Posisi geografis daerahnya.

Rata-rata curah hujan di Indonesia tergolong tinggi, yaitu lebih dari 2.000

mm/tahun. Daerah yang paling tinggi curah hujannya adalah daerah Baturaden di lereng

Gunung Slamet, dengan curah hujan rata-rata ± 589 mm/bulan. Daerah yang paling

kering adalah daerah Palu, Sulawesi Tengah, dengan curah hujan rata-rata ± 45,6

mm/bulan.

Pola umum curah hujan di Indonesia dipengaruhi oleh letak geografis. Secara rinci

pola umum hujan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:

1). Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak

daripada pantai sebelah timur.

2). Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian

timur. Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang

dihubungkan oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah

Jawa Barat.

3). Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan

terbanyak umumnya berada pada ketinggian antara 600 - 900 m di atas

permukaan laut.

4). Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim pancaroba.

Demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar.

5). Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT.

Saat mulai turunnya hujan bergeser dari barat ke timur seperti:

1). Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan terbanyak pada

bulan November.

2). Lampung-Bangka yang letaknya ke timur mendapat hujan terbanyak pada bulan

Desember.

3). Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari - Februari.

4). Di Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah, musim

hujannya berbeda, yaitu bulan Mei-Juni. Pada saat itu, daerah lain sedang

Page 22: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

mengalami musim kering. Batas daerah hujan Indonesia barat dan timur terletak

pada kira-kira 120° Bujur Timur.

b. Jenis-jenis Vegetasi Alam Menurut Iklim

Kehidupan tumbuh-tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti iklim,

ketinggian tempat, dan bentang lahan. Faktor yang berpengaruh besar terhadap

persebaran flora ialah iklim, terutama suhu udara dan curah hujan. Indonesia beriklim

tropis. Suhu udara rata-rata setiap tahun cukup tinggi. Oleh karena itu, tumbuh-tumbuhan

di indonesia hidup sepanjang tahun. Indonesia tidak pernah mengalami musim gugur

seperti di negara-negara beriklim subtropis. Curah hujan di tiap daerah Indonesia juga

tidak sama, ada daerah yang bercurah hujan banyak, sedang, dan sedikit. Hal itu

mempengaruhi jenis dan pertumbuhan flora.

Seorang ahli tumbuh-tubuhan bangsa Jerman bernama J.W Junghuhn menyelidiki

tumbuh-tumbuhan di Indonesia. Ia membagi kelompok tumbuhan berdasarkan tinggi

rendahnya daerah.

1). Daerah panas (0-700 mdpl). Daerah ini cocok untuk tanaman perkebunan, seperti

tebu, kelapa, cokelat, karet, dan tembakau. Tumbuhan alami yang cocok untuk

daerah ini adalah bambu.

2). Daerah sedang (700-1.500 mdpl). Daerah ini cocok untuk tanaman perkebunan,

seperti pinang, kopi, teh, dan kina. Sedangkan tumbuhan alami yang cocok di

daerah ini ialah aren (enau).

3). Daerah dingin (1.500-2.500 mdpl). Daerah ini cocok untuk tumbuhan alam jenis

cemara.

4). Daerah sangat dingin (2.500-3.500 mdpl). Daerah ini cocok untuk hutan alpin dan

rumput-rumput kerdil.

5). Daerah salju (3.500 mdpl-lebih). Di daerah ini hampir tidak terdapat tumbuh-

tumbuhan, sebab diliputi salju, misalnya di puncak-puncak pegunungan tinggi di

Papua (Irian Jaya). (Wardiyatmoko, 2006: 151-154).

c. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Iklim Global (El Nino dan La Nina) dan

Dampaknya terhadap Kehidupan.

Sistem alam diantaranya efek rumah kaca memepengaruhi suhu bumi. Aktivitas

manusia saat ini berpotensi untuk mengganggu keseimbangan sistem alam. Gaya hidup

Page 23: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

penduduk mengakibatkan peningkatan gas yang menyerap panas di atmosfer sehingga

manusia telah berperan dalam pemanasan yang disebabkan oleh efek rumah kaca.

Sejumlah data menunjukkan bahwa suhu permukaan global telah mamanas selama 150

tahun terakhir.

Bukti-bukti menunjukkan bahwa telah terjadi pemanasan global, antara lain

adalah barkurangnya glasier Pegunungan Alpen, naiknya permukaan laut, dan pergeseran

zona iklim. Banyak ahli sepakat bahwa pada saat ini suhu global akan meningkat sebesar

1° sampai 3,5° C.

1. Pemanasan Global

Gejala naiknya suhu permukaan bumi karena naiknya intensitas efek rumah kaca disebut

pemanasan global.

a) Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian

besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak.

Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang

menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan

memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi inframerah

gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di

atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air,

karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas

ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi

dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi

terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.

Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan

semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas

yang terperangkap di bawahnya. Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala

makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat

dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15°C (59°F), bumi sebenarnya telah lebih

panas 33°C (91,4°F) dari temperaturnya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu

bumi hanya -18°C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi

Page 24: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan

mengakibatkan pemanasan global. (http://www.google.com, 2 april 2008)

b) Gas-gas Rumah Kaca Diantaranya :

1. Uap air (H2O)

Uap air merupakan penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca. Jumlah uap

air dalam atmosfer berada di luar kendali manusia dan dipengaruhi terutama oleh

suhu global. Jika bumi menjadi lebih hangat, jumlah uap air di atmosfer akan

meningkat karena naiknya laju penguapan. Ini akan meningkatkan efek rumah

kaca serta makin mendorong pemanasan global.

2. Karbon dioksida (CO2)

Karbon dioksida adalah gas rumah kaca terpenting penyebab pemanasan

global yang sedang ditimbun di atmosfer karena kegiatan manusia. Sumbangan

utama manusia terhadap jumlah karbon dioksida dalam atmosfer berasal dari

pembakaran bahan bakar fosil, yaitu minyak bumi, batu bara, dan gas bumi

Energi. Penggundulan hutan serta perluasan wilayah pertanian juga meningkatkan

jumlah karbondioksida dalam atmosfer.

3. Metana (CH4)

Metana adalah gas rumah kaca lain yang terdapat secara alami. Metana

dihasilkan ketika jenis-jenis mikroorganisme tertentu menguraikan bahan organik

pada kondisi tanpa udara (anaerob). Gas ini juga dihasilkan secara alami pada

saat pembusukan biomassa di rawa-rawa sehingga disebut juga gas rawa. Metana

mudah terbakar, dan menghasilkan karbon dioksida sebagai hasil sampingan.

4. Ozon (O3)

Ozon adalah gas rumah kaca yang terdapat secara alami di atmosfer

(troposfer, stratosfer). Di troposfer, ozon merupakan zat pencemar hasil

sampingan yang terbentuk ketika sinar matahari bereaksi dengan gas buang

kendaraan bermotor. Ozon pada troposfer dapat mengganggu kesehatan manusia,

hewan dan tumbuh-tumbuhan.

5. Dinitrogen oksida (N2O)

Dinitrogen oksida adalah juga gas rumah kaca yang terdapat secara alami.

Dulunya gas ini digunakan sebagai anastasi ringan, yang dapat membuat orang

Page 25: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

tertawa sehingga juga dikenal sebagai ‘gas tertawa’. Tidak banyak diketahui

secara terinci tentang asal dinitrogen oksida dalam atmosfer. Diduga bahwa

sumber utamanya, yang mungkin mencakup sampai 90 persen, merupakan

kegiatan mikroorganisme dalam tanah. Pemakaian pupuk nitrogen meningkatkan

jumlah gas ini di atmosfer. Dinitrogen oksida juga dihasilkan dalam jumlah kecil

oleh pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, gas bumi).

6. Chloroflourocarbon (CFC)

Chlorofluorocarbon adalah sekelompok gas buatan. CFC mempunyai sifat-

sifat, misalnya tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan amat stabil sehingga

dapat digunakan dalam berbagai peralatan dan mulai digunakan secara luas

setelah Perang Dunia II. Chlorofluorocarbon yang paling banyak digunakan

mempunyai nama dagang ‘Freon’ yang dapat merusakan Lapisan Ozon.

c). Pengaruh Gas-gas Rumah Kaca terhadap Terjadinya Efek Rumah Kaca

Pengaruh masing-masing gas rumah kaca terhadap terjadinya efek rumah kaca

bergantung pada besarnya kadar gas rumah kaca di atmosfer, waktu tinggal di

atmosfer dan kemampuan penyerapan energi. Dengan semakin meningkatnya

konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di

bawahnya. Peningkatan kadar gas rumah kaca tersebut meningkatkan efek rumah

kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global.

(http://www.wikipedia.com, 12 april 2009).

Di dalam atmosfer terdapat berbagai jenis gas yang terdiri dari lebih satu

atom, antara lain uap air (H2O), CO2, dan sebagainya. Dengan adanya gas-gas itu,

sebagian sinar inframerah terserap oleh atmosfer sehingga tidak terlepas ke angkasa

luas. Panas itu terperangkap di dalam lapisan troposfer yang menyebabkan suhu

troposfer dan permukaan bumi naik, sehingga terjadilah efek rumah kaca. Gas yang

menyerap sinar inframerah itu disebut gas rumah kaca. (Iskandar, 2004:125-126).

d). Dampak Pemanasan Global

Dampak yang terjadi akibat pemanasan global sangat beragam yaitu dampak

terhadap cuaca, tinggi muka air laut, pertanian, hewan dan tumbuhan serta

kesehatan manusia. Akibat pemanasan global temperatur pada musim dingin dan

malam hari akan cenderung meningkat. Curah hujan meningkat, air akan lebih cepat

Page 26: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

menguap dari tanah, akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari

sebelumnya. Badai Topan lebih sering terjadi.Wabah penyakit yang biasanya

ditemukan di daerah tropik, seperti malaria dan DBD diperikirakan akan meningkat

sebesar 60%. (www.google.com, 12 april 2009)

2. El Nino dan La Nina

a. Musim di Indonesia

Terjadinya kekeringan di Australia, termasuk juga beberapa daerah di

Indonesia, tidak terlepas dari keadaan-keadaan di Samudera Pasifik Selatan. Apabila

keadaan Pasifik Selatan tidak normal, sehingga dapat terjadi kekeringan atau turun

hujan lebat. Keadaan yang menyebabkan kekeringan pada rentang waktu lama

disebut El Nino. Seadangkan yang menyebabkan hujan lebat pada rentang waktu lama

disebut La Nina.

Pada saat El Nino aktif, kita dapati periode kemarau kering, curah hujan di

bawah normal. Pada saat La Nina aktif, wilayah Indonesia umumnya mengalami

banyak curah hujan, normal, dan di atas normal. El Nino di Indonesia dapat

menimbulkan kebakaran hutan. Pada musim kemarau, La Nina dapat menimbulkan

banyak hujan, sedangkan pada musim hujan dapat mengakibatkan banjir.

b. Pengertian

Kata El Nino dan La Nina berasal dari bahasa Spanyol. El Nino, artinya bayi

laki-laki, sedangkan La Nina artinya anak perempuan kecil.

Dalam dunia meteorologi dan oseanologi, pengertian El Nino adalah

menghangatnya suhu muka laut di atas rata-rata di daerah Pasifik Timur dan Pasifik

Tengah sekitar katulistiwa.

Peristiwa tersebut disertai perubahan perbedaan tekanan antara Tahiti dan

Darwin yang selanjutnya digunakan sebagai dasar perhitungan suatu indeks yang

disebut Indeks Osilasi Selatan (IOS). Nilai anomali suhu muka laut di kawasan

Pasifik Timur dan IOS oleh para ahli meteorologi dijadikan indikator untuk

mengenali aktifnya El Nino dan La Nina.

Indeks Osilasi Selatan (IOS), yaitu indeks yang diperoleh dari normalisasi

beda tekanan udara Tahiti dan Darwin. Jika bernilai tinggi (positif), pertanda kuatnya

angin pasat. Keadaan ini umumnya bertepatan dengan periode La Nina aktif.

Page 27: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Sebaliknya, jika nilai IOS rendah (negatif) bersesuaian dengan melemahnya angin

pasat. Keadaan ini umumnya bertepatan dengan aktifnya El Nino (ENSO atau El Nino

Southern Oscillation). (Iskandar, 2004:127).

1). Peristiwa El Nino

El Nino datang mengganggu setiap dua tahun sampai tujuh tahun sekali.

Samudera Pasifik, mulai dari Pasifik Tengah sampai dengan pantai Peru di Amerika

Selatan menjadi hangat, tetapi tidak demikian di perairan Australia sebelah utara dan

Indonesia. Apabila ini terjadi, angin pasat akan melemah dan arahnya berbalik, yakni

berhembus dari arah barat ke arah timur. Jadi udara tropis yang lembab tidak berpusat

di dekat Benua Australia. Alih udara lembab tersebut berpusat di Samudera Pasifik

tengah dan meluas ke timur arah Amerika Selatan. Hal ini menyebabkan turunya hujan

di Samudera Pasifik, dan hujan di Australia serta di Indonesia menjadi berkurang dari

biasanya. Akibatnya timbul kekeringan di Australia dan beberapa daerah di Indonesia.

Kekeringan ini sering disertai dengan kebakaran rumput dan hutan. Selama peristiwa

El Nino pada tahun 1994 dan 1997, baik di Indonesia maupun Australia mengalami

kebakaran.

Gambar 2. Peristiwa El Nino (sumber: www.google.com)

2). Peristiwa La Nina

Peristiwa La Nina terjadi ketika angin pasat berhembus dengan keras dan terus

menerus melintasi Samudera Pasifik ke arah Australia. Angin tersebut mendorong

lebih banyak air hangat ke arah Australia sebelah utara dibandingkan biasanya.

Akibatnya, semakin banyaklah awan yang terkonsentrasi dalam keadaan seperti ini,

dan menyebabkan turunnya hujan lebih banyak di Australia, di Pasifik sebelah barat,

dan Indonesia. Di daerah tersebut terjadi hujan deras yang mengakibatkan banjir dan

air pasang. (Wardiyatmoko, 2006:157).

Page 28: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Gambar 3. Peristiwa La Nina (sumber: www.google.com)

B. Penelitian Yang Relevan

1. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inquiry Terpimpin yang Dilaksanakan

dengan Eksperimen dan Demonstrasi terhadap Prestasi Belajar Siswa Ditinjau dari

Motivasi Belajar pada Materi Pokok Laju Reaksi Kelas XI IA Semester 1 SMA

Negeri 1 Grabag. Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2006/2007. Karya Yulia

Ardiani Setyastuti, Program Studi Kimia, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengatahuan Alam.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya: 1). Pengaruh penerapan

metode Inquiry Terpimpin yang dilaksanakan dengan eksperimen dan demonstrasi.

2). Pengaruh motivasi belajar yang dimiliki siswa. 3). Interaksi antara metode Inquiry

Terpimpin yang dilaksanakan dengan eksperimen dan demonstrasi dengan motivasi

belajar terhadap prestasi belajar Kimia khususnya materi pokok laju reaksi.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dengan desain

fektorial 2x2, dengan teknik pengambilan sampel yaitu random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). Terdapat pengaruh penerapan metode

Inquiry Terpimpin yang dilakukandengan eksperimen dan demonstrasi terhadap

prestasi belajar kimia khususnya pada materi pokok laju reaksi. 2). Terdapat pengaruh

motivasi belajar yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar kimia khususnya pada

materi pokok laju reaksi. 3). Tidak terdapat interaksi antara metode Inquiry

Terpimpin yang dilaksanakan dengan eksperimen dan demonstrasi dengan motivasi

belajar terhadap prestasi belajar kimia khususnya pada materi pokok laju reaksi.

2. Pengaruh Penggunaan Pendekatan Inquiry terhadap Kemampuan Psikomotorik

Ditinjau Dari Kemampuan Kognitif Mahasiswa Jurusan PMIPA FKIP UNS Tahun

Ajaran 2006/2007. Karya Siti Lailiyah, Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam.

Page 29: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui : 1). Adanya perbedaan pengaruh

antara pengguna pendekatan Inquiry bebas termodifikasi dan pendekatan Inquiry

Terbimbing terhadap kemampuan psikomotorik. 2). Adanya perbedaan pengaruh

antara kemampuan kognitif tinggi dan kognitif rendah terhadap kemampuan

psikomotorik. 3). Adanya interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan Inquiry

dan kemampuan kognitif terhadap kemampuan psikomotorik. Penelitian ini dilakukan

dengan metode eksperimen desain faktorial 2x2 dengan frekuensi isi selalu tidak

sama, teknik pengambilan sampel secara random sampling.

penggunaan pendekatan Inquiry bebas termodifikasi dan pendekatan Inquiry

terbimbing terhadap kemampuan psikomotorik siswa. Dan dari uji komparasi ganda

diperoleh bahwa pendekatan Inquiry bebas termodifikasi memberi pengaruh yang

lebih baikdari pada pendekatan Inquiry terbimbing. 2). Ada pengaruh antara

kemampuan kognitif tinggi dan kemampuan kognitif rendah terhadap kemampuan

psikomotorik siswa, dari hasil uji komparasi ganda diperoleh kemampuan kognitif

tinggi memberi pengaruh yang lebih baik dari kognitif rendah.

3. Aplikasi Pembelajaran Kooperatif Group Investigation Dalam Meningkatkan Prestasi

Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS-5 SMU Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran

2006/2007. Karya Heni Sumarsih program studi Geografi, jurusan Ilmu Pengetahuan

Sosial.

Tujuan penelitian untuk mengetahui prestasi belajar geografi siswa kelas XI

IPS-5 SMU Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007 dengan menggunakan

metode Group Investigation (GI). Penelitian ini dilakukan dengan metode Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) 2 siklus.

Aplikasi metode pembelajaran kooperatif Group Investigation yang divariasi

dengan pemberian ice breaking dan reward kompetisi dapat meningkatkan prestasi

belajar geografi siswa XI IPS 5 SMU Negeri 8 Surakarta.

4. Peranan Pembelajar dalam Komunitas Inquiry Online: Merespon Tantangan

Pembelajaran Online Pemula. Karya Martha Cleveland-Innes (Athabasca University,

Canada), Randy Garrison (Calgary University, Canada) dan Ellen Kinsel (Odyssey

Learning Systems, Kanada) tahun 2007.

Page 30: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai pengalaman pembelajar online

pemula dan persepsi mereka atas penilaian kepada pembelajaran online. Penelitian ini

menggunakan metode diamana semua pelajaran disampaikan menggunakan

kombinasi media cetak dan elektronik dengan konferensi online. Komponen

konferensi online menyediakan kesempatan untuk keterlibatan siswa dan interaksi

kelompok.

Hasil dari penelitian ini adalah respon mereka terhadap pertanyaan timbale-balik

mencerminkan berbagai aspek dari kelas-kelas penilaian seputar tema-tema penting

tentang interaksi peran instruktur identitas diri desain pembelajaran dan teknologi.

Tema-tema ini dijabarkan dalam hubungannya dengan kognitif, social dan kehadiran

pengajaran dalam lingkungan online.

5. Komunitas Inquiry Online Pada Pendidikan Tinggi. Karya Ann Donohoe (School of

Nursing, Midwifery and Health Systems, University College Dublin, Ireland), Tim

McMahon (Centre for Teaching and Learning, University College Dublin, Ireland),

dan Geraldine O'Neill (Centre for Teaching and Learning, University College Dublin,

Ireland) tahun 2008.

Tujuan utama dari penelitian ini ialah untuk mengeksplorasi bagaimana

komunitas Inquiry online dapat dikembangkan untuk memfasilitasi siswa untuk

terlibat dalam praktek reflektif. Pembahasan diawali dari tinjauan kritis atas literature,

menguji peranan teknologi pendidikan dalam pendidikan tinggi dan kebutuhan untuk

mengembangkan konstruk pedagogis untuk penggunanya dalam praktek. Gagasan

umum dari penelitian tindakan terdapat dalam komunitas Inquiry yang digunakan

untuk memfasilitasi perawat teregistrasi untuk merefleksikan secara kritis pada

praktek klinik.

Sumber-sumber praktek reflektif dievaluasi menggunakan wawancara kelompok

terfokus, survei akhir semester dan analisis diskusi online sebagai bukti atas

perkembangan kemampuan reflektif.

Hasil awal dari wawancara grup fokus mengindikasikan bahwa pembelajaran

melihat partisipasi mereka dalam komunitas Inquiry online sebagai alat bantu yang

bermanfaat untuk refleksi. Bab ini disimpulkan dengan rekomendasi untuk praktek

dan penelitian yang akan datang di bidang Inquiry online.

Page 31: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

C. Kerangka Pemikiran

Keberhasilan dalam proses belajar mengajar memang tidak terlepas dari peran

serta guru. Akan tetapi, yang paling menentukan didalam keberhasilan dalam belajar

adalah siswa itu sendiri. Guru hanya berperan sebagai fasilitator, untuk itu siswa harus

dituntut aktif dalam meningkatkan hasil belajar dan lebih mandiri.

Dari pengamatan awal yang diperoleh dari nilai hasil belajar siswa yang

mempunyai rata-rata rendah. Disebabkan diantaranya adalah karena motivasi siswa yang

masih kurang. Sebagian siswa ada yang memperhatikan ketika guru menyampaikan

materi dengan metode ceramah terutama para siswa yang menonjol di kelas dan siswa

yang duduk di bangku bagian depan, sedangkan siswa yang kurang memperhatikan

terutama para siswa yang memilih duduk di bangku belakang. Hal ini cukup

menunjukkan bahwa siswa kurang memiliki motivasi belajar yang kuat, padahal motivasi

akan berbanding positif terhadap hasil belajar siswa. Semakin besar motivasi siswa

mereka akan cenderung antusias dan terdorong untuk mendengarkan penjelasan dari

guru.

Sebagaimana hal tersebut, maka salah satu metode yang perlu diterapkan dalam

pembelajaran guna meningkatkan motivasi dan hasil belajar adalah dengan metode

Inquiry Terbimbing. Suatu metode pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk belajar

mencari tahu pemecahan dari suatu masalah dengan mencari informasi, bertanya,

menyelidiki dan mempelajari. Oleh sebab itu, siswa akan lebih terdorong karena rasa

ingin taunya dan hasilnya akan mudah diingat karena proses yang telah dialami siswa.

Diharapkan penerapan metode Inquiry Terbimbing dapat meningkatkan motivasi dan

hasil belajar Geografi siswa. Secara lebih jelasnya berikut ini adalah skema kerangka

pemikiran.

Materi pembelajaran

Geografi

38

39

Page 32: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

D. Hipotesa Tindakan

Agar permasalahan yang diajukan dalam penelitian terhadap kelas X-C dapat

terjawab maka disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut :

Penggunaan metode Inquiry Terbimbing dapat meningkatkan motivasi dan hasil

belajar siswa pada pokok bahasan persebaran curah hujan di Indonesia, jenis-jenis

vegetasi menurut iklim dan faktor-faktor penyebab perubahan iklim global (El Nino dan

La Nina) serta dampaknya terhadap kehidupan pada kelas X-C semester genap SMA

Negeri 4 Surakarta Tahun ajaran 2008/2009.

Proses Pembelajara

Awal

Penggunaan metode Inquiry Terbimbing

Hipotesa: § Motivasi dan hasil belajar belum

memenuhi target pada indikator kinerja, maka dilanjutkan siklus III

§ Motivasi dan hasil belajar sudah memenuhi target pada indikator kinerja, maka tidak dilanjutkan siklus III

Hipotesa: § Kurangnya kreativitas § Informasi materi hanya dari guru § Motivasi rendah

Optimal

Kurang optimal

Output

Gambar 4. Skema kerangka pemikiran

Siklus I

Metode Inquiry Terbimbing, divariasi dengan pemberian motivasi, ice breaking

Siklus II

Hipotesa: § Motivasi dan hasil belajar belum

memenuhi target pada indikator kinerja, maka dilanjutkan siklus II

§ Motivasi dan hasil belajar sudah memenuhi target pada indikator kinerja, maka tidak dilanjutkan siklus II

Siklus III Belum Optimal

Page 33: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah SMA Negeri 4 Surakarta kelas

X-C. Alasan pemilihan lokasi ini karena merupakan sekolah tempat peneliti mengadakan

Program Pengenalan Lapangan (PPL), sehingga peneliti cukup mengetahui karakteristik

siswa SMA Negeri 4 Surakarta terkhusus kelas X-C sampai dengan kelas X-G.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan secara bertahap dimulai pada bulan Januari 2008 sampai

dengan bulan September 2009. Adapun jadwal penelitian terbagi menjadi beberapa tahap

dalam tabel berikut:

Tabel 2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tahun 2008-2009

No Kegiatan Des Jan Feb

Mar Apr Mei

Juni Juli

Agt Sep

1 Kajian Pustaka

xxx

2 Penyusunan Proposal

xxx

3 Penyusunan Instrumen

xxx

xxx

xxx

4 Pengumpulan Data

xxx

xxx

5 Pengolahan dan Analisis Data

xxx

xxx

xxx

6 Penulisan Laporan

xxx

xxx

xxx

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah kelas X-C SMA Negeri 4 Surakarta dengan jumlah

siswa 38 anak, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Pada

40

Page 34: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

semester genap hasil belajar siswa mempunyai rata-rata kelas paling rendah bila

dibandingkan dengan kelas yang lain. Keadaan kelas ini diobservasi oleh peneliti pada

semester ganjil tahun ajaran 2008/2009 dan lewat guru mata pelajaran geografi kelas X.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu bagaimana

sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan

belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan

perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya

itu. (Wiriaatmdja, 2005:13). Maksud dari penelitian yang dilakukan peneliti adalah untuk

mengetahui apakah metode pembelajaran Inquiry Terbimbing dapat meningkatkan

motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran geografi pada materi pokok

menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi.

Arikunto (2006:16) mengemukakan bahwa secara garis besar terdapat empat

tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan

(4) refleksi. Adapun penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.

Gambar 5. Alur Penelitian Tindakan (Suharsimi Arikunto dalam Suharsimi Arikunto, Suhadjono, dan Supardi, “Penelitian

Tindakan Kelas”. 2006: 16) C. Sumber Data

Perencanaan Siklus I

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Siklus II

Perencanaan

?

Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

Page 35: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Dalam penelitian yang dikumpulkan berupa hasil belajar siswa dan motivasi

siswa kelas X-C SMA Negeri 4 Surakarta serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Data penelitian dikumpulkan dalam berbagai sumber yang meliputi :

1. Guru pengajar mata pelajaran Geografi kelas X-C: data yang diperoleh berupa buku

nilai siswa dan penilaian terhadap kondisi belajar di kelas.

2. Siswa kelas X-C SMA Negeri 4 Surakarta: data yang diperoleh berupa nilai siswa dan

skor motivasi siswa dari peneliti berdasarkan hasil pemberian angket.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu satu variabel bebas dan dua

variabel terikat yaitu :

a. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode Inquiry Terbimbing.

b. Variabel terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa.

2. Teknik Pengambilan Data

Dalam penelitian ini, metode pengambilan data yang digunakan adalah sebagai

berikut :

a. Metode Dokumentasi

Arikunto (2006:231) mengemukakan bahwa metode dokumentasi adalah

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.

Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data

berupa nama-nama siswa, jenis kelamin, dan hasil belajar siswa yang diambil dari

nilai ulangan harian kelas X-C.

b. Metode Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner

(daftar pertanyaan) untuk diisi langsung oleh responden seperti yang dilakukan dalam

Page 36: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

penelitian untuk menghimpun pendapat umum. Dalam penelitian ini metode angket

digunakan untuk memperoleh data tentang motivasi siswa di kelas X-C SMA Negeri

4 Surakarta.

Uno (2007:32) menyatakan bahwa pernyataan dan skor angket motivasi siswa

dinyatakan sebagaimana dalam tabel berikut ini:

Tabel 3. Pernyataan dan Skor Motivasi Siswa

No. Pernyataan Positif Pernyataan Negatif 1. Sangat Setuju (skor 5) Sangat Setuju (skor 1) 2. Setuju (skor 4) Setuju (skor 2) 3. Kurang Setuju (skor 3) Kurang Setuju (skor 3) 4. Tidak Setuju (skor 2) Tidak Setuju (skor 4) 5. Sangat Tidak Setuju (skor 1) Sangat Tidak Setuju (skor 5)

Jumlah total nilai motivasi setiap siswa adalah skor motivasi siswa yang akan

diklasifikasikan menjadi kelas interval. Untuk menentukan kelas interval pada skor

motivasi siswa menggunakan rumus standar deviasi. Standar deviasi adalah properti

yang menggambarkan keragaman suatu kumpulan data, secara matematis. Menurut

Hasan (2002:113) Standar deviasi adalah akar dari tengah kuadrat simpangan dari

nilai tengah atau akar simpangan rata-rata kuadrat. Dirumuskan sebagai berikut:

SD =

Tabel 4. Kategori Motivasi Siswa

No. Kelas Interval Kategori 1. X ≥ X + SD Tinggi 2. X – SD < X + SD Sedang 3. X ≤ X + SD Rendah

c. Metode Tes

Metode ini digunakan untuk mengetahui dan mengumpulkan data mengenai

sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Tes yang

digunakan adalah tes tertulis yaitu tes yang dilakukan secara tertulis baik pertanyaan

maupun jawabannya. Dalam penelitian ini penulis menilai proses belajar mengajar

pada kelas X-C SMA Negeri 4 Surakarta dengan menggunakan tes formatif.

d. Metode Observasi

Page 37: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Sutopo (2002:64) menyatakan bahwa teknik observasi digunakan untuk

menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda,

serta rekaman gambar.

Arikunto (2006:230) mengemukakan bahwa observasi atau disebut pula

pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan

menggunakan seluruh alat indera. Observasi merupakan teknik pengumpulan data

melalui pengamatan yang disertai dengan pencatatan terhadap kejadian atau perilaku

obyek sasaran.

Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin akan

timbul dan akan diamati. Dalam proses observasi, observator tinggal memberikan

tanda atau tally pada kolom tempat peristiwa muncul. Itulah sebabnya maka cara

bekerja seperti ini disebut sistem tanda (sign system). Sign system ini berisi sederetan

sub-variabel misalnya: guru menerangkan, guru menulis di papan tulis, guru bertanya

kepada kelompok, guru bertanya kepada seorang anak, guru menjawab, murid

berteriak, murid bertanya dan sebagainya.

Dilakukan observasi ini adalah untuk melakukan pengamatan secara langsung

guna mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dengan mencatat, menyelidiki

dengan melihat langsung kegiatan belajar mengajar, diantaranya mencatat siswa yang

menjawab pertanyaan guru, siswa yang bertanya, siswa yang tidak memperhatikan,

dan sebagainya. Setelah pengamatan dalam periode tertentu, misalnya 5 menit semua

kejadian yang telah muncul dicek. Kejadian yang muncul labih dari satu kali dalam

satu periode pengamatan, hanya dicek satu kali. Dengan demikian akan diperoleh

gambaran tentang kejadian yang muncul dalam situasi pengajaran. (Arikunto,

2006:157).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan format sign system diwujudkan

dalam lembar observasi kinerja guru/peneliti yang digunakan untuk mengetahui

kinerja guru yang apabila terdapat kelemahan dalam pembelajaran, maka dapat

digunakan sebagai bahan refleksi dan evaluasi tindak lanjut agar hasil pembelajaran

yang diperoleh dapat lebih baik.

D. Validitas Data

Page 38: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Validitas sering diartikan dengan kesahihan atau ketepatan. Suatu alat ukur

disebut memiliki validitas bilamana alat ukur tersebut isinya layak untuk mengukur

obyek yang akan diukur. Adapun teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas

data dalam penelitian ini adalah dengan Trianggulasi data.

Moleong (1989:195) berpendapat bahwa trianggulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu

untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu.

Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data

dan triangulasi metode. Adapun definisi triangulasi metode menurut Sutopo (2002:80)

adalah mengumpulkan data sejenis tetapi menggunakan teknik atau metode

pengumpulan data yang berbeda. Triangulasi dilakukan dengan cara memanfaatkan

jenis sumber data yang berbeda beda untuk menggali data yang sejenis, selain itu juga

ada cara lain yaitu dengan menggali informasi dari suatu narasumber tertentu, dari

kondisi lokasinya, dari aktivitas yang menggambarkan prilaku orang atau warga

masyarakat atau dari sumber yang berupa catatan atau arsip dan dokumen yang memuat

catatan yang berkaitan dengan data yang dimaksud peneliti (Sutopo, 2002:79).

E. Teknik Analisis Data

Analisis yang dilakukan berupa penilaian terhadap semua data kegiatan penelitian

yang telah dilakukan di lapangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik

analisis kuantitatif-kualitatif. Menurut Sutopo (2002:87) ”Dalam perkembangan riset dua

paradigma yang berbeda ini mengalami masa-masa pertentangan yang tajam, yang

kemudian berkembang pada pengakuan dan kedudukannya masing-masing yang berbeda

arahan dan diakui sebagai alternatif dalam keguatan riset. Akhirnya kini sampai pada

pandangan bahwa keduanya diakui memiliki kekuatannya masing-masing yang dalam

kegiatan riset keduanya dapat bekerjasama, saling mengisi dan memperkuat.”

Teknik analisis kualitatif mengacu pada model analisis Mathew (1992:16-19).

Kegiatan analisis data dilakukan dalam 3 komponen yang berurutan yaitu reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan. Analisis kualitatif digunakan untuk mengolah

data proses, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengolah data hasil belajar

Page 39: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

dengan menggunakan rata-rata, nilai maksimal, dan nilai minimal. Untuk data motivasi

meggunakan prosentase.

Dilihat dari siswa yang memperhatikan yaitu pada kodisi awal, siswa tidak

memperhatikan disebabkan karena lebih banyak siswa yang gaduh sehingga mengganggu

siswa lain, mengobrol di dalam kelas dan tidak mencatat penjelasan dari guru. Pada

siklus I siswa yang memperhatikan meningkat, suasana gaduh semakin berkurang dengan

adanya kegiatan tanya-jawab dan media pembelajaran yang dibuat menarik agar siswa

senang mencatat. Pada siklus II siswa yang memperhatikan semakin meningkat dan lebih

antusias mengikuti pelajaran geografi karena adanya ice breaking dan pemberian

motivasi sehingga suasana lebih kondusif. Siswa juga senang mencatat apabila suasana

tidak membosankan.

Kegiatan siswa untuk bertanya atau menjawab pada kondisi awal, tidak terdapat

siswa yang bertanya atau menjawab pertanyaan hal ini disebabkan karena siswa merasa

malu bertanya dan juga takut jika menjawab dengan jawaban salah. Pada siklus I siswa

menunjukkan keberaniannya bertanya/menjawab hal ini dikarenakan guru membatu

menstimulus siswa dengan memberi pertanyaan. Pada siklus II siswa yang bertanya

maupun menjawab pertanyaan, lebih percaya diri karena ice breaking dan motivasi dapat

membuat suasana lebih santai.

Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas pada kondisi awal, yakni banyak

siswa menunda mengerjakan tugas, sehingga tugas dikumpulkan terlambat dari waktu

yang telah ditentukan. Pada siklus I siswa mengumpulkan tugas tepat waktu dengan hasil

pekerjaan lengkap. Pada siklus II tidak ada siswa yang menunda tugas, hasil pekerjaan

lebih lengkap dan rapi.

Sumber informasi yang diperoleh siswa pada kondisi awal, yakni siswa

mendapatkan informasi materi dari guru atau teman saja. Pada siklus I siswa mulai

mencari informasi dari buku-buku perpustakaan maupun media elektronik. Pada siklus II

siswa lebih mandiri mencari informasi dari buku, media elektronik dan lingkungan.

Kegiatan belajar kelompok pada kondisi awal, siswa kurang gemar belajar

kelompok, kekompakan siswa tidak terlihat karena tidak senang dikelompokkan dengan

teman yang bukan teman dekat. Pada siklus I siswa senang belajar kelompok dan

Page 40: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

bekerjasama. Pada siklus II siswa lebih kompak, senang bekerjasama, bertukar informasi

dan diskusi.

E. Indikator Kinerja

1. Motivasi Siswa

Tabel 5. Kriteria Motivasi Kondisi Awal Siklus I Siklus II Kriteria

Motivasi Keterangan Keterangan Skor Keterangan - Siswa memperhatikan

45%

- Siswa banyak yang tidak memperhatikan

- Suasana Gaduh

- Ngobrol dengan teman

- Siswa malas mencatat

65%

- Siswa mulai memperhatikan

- Susana gaduh berkurang karena adanya kegiatan tanya-jawab dan media pembelajaran yang menarik

- Siswa mulai senang mencatat

85% - Siswa merasa antusias mengikuti pelajaran geografi

- Suasana lebih kondusif dengan ice breaking dan pemberian motivasi

- Siswa senang mencatat

- Siswa bertanya/ menjawab

0% - Siswa merasa takut

- Siswa merasa malu

10%

- Siswa menunjukkan keberaniannya bertanya/menjawab

15% - Siswa bertanya/ menjawab pertanyaan dengan percaya diri

- Tanggung jawab siswa

60%

- Menunda mengerjakan

80%

- Siswa mengumpulkan

100%

- Tidak ada yang menunda

Page 41: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

mengerjakan tugas

tugas - Tugas dikumpulkan terlambat

tugas tepat waktu - Hasil pekerjaan lengkap

tugas - Hasil pekerjaan lebih lengkap dan rapi

-Siswa mencari informasi

40%

- Hanya dari guru atau teman

60%

- Sumber dari buku perpustakaan

80% - Berbagai sumber: buku, media elektronik dan lingkungan/alam

-Belajar kelompok

50%

- Kurang gemar belajar kelompok

- Kurang kerjasama

65%

- Senang belajar kelompok dan bekerjasama.

85% - Siswa lebih kompak

- Senang bekerjasama, bertukar informasi, diskusi.

Pada kodisi awal terdapat 45% dari 38 siswa yang memperhatikan ini disebabkan

karena lebih banyak siswa yang gaduh sehingga mengganggu siswa lain, mengobrol di

dalam kelas dan tidak mencatat penjelasan dari guru. Pada siklus I siswa yang

memperhatikan meningkat menjadi 65% dari 38 siswa. Suasana gaduh semakin

berkurang dengan adanya kegiatan tanya-jawab dan media pembelajaran yang dibuat

menarik agar siswa senang mencatat. Pada siklus II siswa yang memperhatikan semakin

meningkat menjadi 85% dari 38 siswa. Siswa merasa antusias mengikuti pelajaran

geografi dengan suasana lebih kondusif karena adanya ice breaking dan pemberian

motivasi. Siswa juga senang mencatat jika suasana tidak membosankan.

Pada kondisi awal tidak ada siswa yang bertanya atau menjawab pertanyaan hal

ini disebabkan karena siswa merasa malu bertanya dan juga takut jika menjawab dengan

jawaban salah. Pada siklus I siswa menunjukkan keberaniannya bertanya/menjawab hal

ini dikarenakan guru membatu menstimulus siswa dengan memberi pertanyaan. Pada

siklus II siswa menjawab pertanyaan dengan percaya diri karena ice breaking dan

motivasi dapat membuat suasana lebih santai.

Sebanyak 60% dari 38 siswa menunda mengerjakan tugas, sehingga saat

mengumpulkan juga terlambat dari waktu yang telah ditentukan. Pada siklus I sebanyak

Page 42: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

80% siswa mengumpulkan tugas tepat waktu dengan hasil pekerjaan lengkap. Pada siklus

II tidak ada siswa yang menunda tugas, hasil pekerjaan pun lebih lengkap dan rapi.

Sebanyak 40% dari 38 siswa mendapatkan informasi materi dari guru atau teman

saja. Pada siklus I sebanyak 60% siswa mulai mencari informasi dari buku-buku

perpustakaan maupun media elektronik. Pada siklus II sebanyak 80% siswa sudah

mencari informasi buku, media elektronik dan lingkungan.

Pada siklus awal terdapat sebanyak 50% siswa kurang gemar belajar kelompok,

kekompakan siswa tidak terlihat karena tidak senang dikelompokkan dengan teman yang

bukan teman dekat. Pada siklus I sebanyak 65% dari 38 siswa senang belajar kelompok

dan bekerjasama. Pada siklus II sebanyak 85% dari 38 siswa lebih kompak, senang

bekerjasama, bertukar informasi dan diskusi.

2. Hasil Belajar Siswa

Tabel 6. Kriteria Ketuntasan Minimum Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal Siklus I Siklus II

KKM Siswa

KKM Kelas KKM Siswa

KKM Kelas KKM Siswa

KKM Kelas

60 65 % dari seluruh jumlah siswa mendapatkan nilai ≥ 60.

70 70 % dari seluruh jumlah siswa mendapatkan nilai ≥ 70.

70 80 % dari seluruh jumlah siswa mendapatkan nilai ≥ 70.

Kriteria ketuntasan minimum siswa pada kondisi awal pembelajaran adalah 60

dengan kriteria ketuntasan minimum kelas adalah 65% dari 38 siswa mendapatkan nilai ≥

60 dan 35% dari seluruh jumlah siswa mendapatkan nilai kurang dari 60. Tingkat

keberhasilan nilai pada Siklus I adalah 70, sedangkan kriteria ketuntasan kelas adalah jika

70% dari 38 siswa mendapatkan nilai ≥ 70 dan 30% siswa lainnya mendapatkan nilai

kurang dari 70. Tingkat keberhasilan nilai pada Siklus II adalah 70 untuk nilai siswa,

sedangkan kriteria ketuntasan kelas adalah jika 80% dari seluruh jumlah siswa

mendapatkan nilai ≥ 70 dan 20 % siswa lainnya mendapatkan nilai kurang dari 70.

Page 43: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :.

SIKLUS I SIKLUS II

TINDAK LANJUT TINDAK LANJUT.

Perencanaan · Penyusunan rencana pembelajaran

dengan metode Inquiry Terbimbing dan Instrumen penelitian

Tindakan · Pelaksanaan metode Inquiry

Terbimbing dengan memberi pertanyaan yang memancing keingintahuan siswa

· Memberi permasalahan dan merumuskan hipotesis membuat produk dari hasil pemahamannya

· Menguji hipotesis, dengan kelompok berjumlah 6, setiap kelompok beranggota 6-7 siswa

Observasi · Observasi pelaksanaan

pembelajaran Inquiry Terbimbing

Evaluasi · Tes formatif diberikan setelah

pelajaran telah selesai diulas.

Analisis dan refleksi · Analisis pelaksanaan pembelajaran

Inquiry Terbimbing dan evaluasi · Analisis hasil tes · Refleksi untuk perbaikan KBM

pada siklus berikutnya

Perencanaan · Penyusunan rencana pembelajaran

dengan metode Inquiry Terbimbing dengan jumlah kelompok sama dengan siklus I, dan divariasi dengan pemberian ice breaking dan motivasi berupa pemberian semangat, angka,pujian dan hukuman.

Tindakan · Pelaksanaan format Inquiry

Terbimbing tetap dengan jumlah 6 kelompok setiap kelompok beranggotakan 6-7 siswa dan divariasi dengan pemberian ice breaking dan motivasi berupa pemberian semangat, angka. Pujian dan hukuman.

Observasi dan Evaluasi · Observasi pelaksanaan pembelajaran

Inquiry Terbimbing · Tes formatif

Analisis dan refleksi · Analisis pelaksanaan format baru dari

metode Inquiry Terbimbing · Analisis tes · Refleksi untuk perbaikan KBM pada

siklus berikutnya.

Evaluasi · Tes formatif diberikan setelah

pelajaran telah selesai diulas.

Gambar 6. Kegiatan Siklus I dan Siklus II

Page 44: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA Negeri 4 Surakarta terletak pada 7°33’21.00”LS dan 100°48’8.37”BT, dengan alamat di Jalan Adisucipto No.1 Surakarta, letak SMA Negeri 4 Surakarta berbatasan dengan : Sebelah Barat : SMK Negeri 6 Surakarta. Sebelah Timur : Jl. KS. Tubun No.18 dan Permukiman penduduk Sebelah Selatan : Jl. Srikatan No. IV dan Permukiman Penduduk Sebelah Utara : Jl. Adisucipto No.1 dan Kapolsek Surakarta

Lebih jelasnya lokasi SMA Negeri 4 Surakarta dapat di lihat pada Peta Citra Lokasi SMA Negeri 4 Surakarta Tahun 2010. SMA Negeri 4 Surakarta diresmikan dan mendapatkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0371/0/1978 tertanggal 22 Desember 1978. Beberapa luas gedung dan bangunan SMA Negeri 4 Surakarta adalah sebagaimana disajikan dalam tebel berikut :

Tabel 7. Luas Gedung dan Bangunan SMA Negeri 4 Surakarta. No Jenis Bangunan Luas ( M2 )

1 Gedung Induk Kelas 741

2 Gedung Kesenian 100

3 Gedung Ruang Kelas XII 144

4 Gedung Laboratorium IPA 324

5 Gedung Laboratorium Bahasa 108

6 Gedung SPKG 400

7 Gedung Perpustakaan 90

8 Gedung Kelas XII 244

Sumber: Data Administrasi SMA Negeri 4 Surakarta

52

Page 45: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

SMA Negeri 4 Surakarta merupakan sekolah yang mempunyai masukan siswa Gambar 7. Peta Citra Lokasi SMA Negeri 4 Surakarta Tahun 2010

Page 46: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

dengan prestasi nilai baik. Siswa yang diterima adalah siswa yang memenuhi standar nilai yang telah ditentukan oleh sekolah, meski demikian di kelas X-C SMA Negeri 4 Surakarta memiliki nilai rata-rata paling rendah dibanding dengan kelas lain, sehingga peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian di SMA Negeri 4 Surakarta khususnya kelas X-C.

Dari beberapa kelas di SMA Negeri 4 Surakarta jika dijumlahkan memiliki total murid sekitar 1241 siswa. Salah satunya kelas X-C terdapat 38 siswa yang terdiri 18 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan, sedangkan guru yang mengajar di SMA Negeri 4 Surakarta berjumlah 53 orang terdiri dari 22 guru laki-laki dan 31 guru perempuan.

Tabel 8. Sarana dan Prasarana

No Sarana Prasarana Jumlah

1 Ruang kepala sekolah 1 2 Ruang Wakasek 1 3 Ruang Tata Usaha 1 4 Ruang Kelas 32 5 Ruang Guru 1 6 Ruang BK 1 7 Ruang UKS 1 8 Ruang Perpustakaan 1 9 Koperasi 1

10 Ruang OSIS 1 11 Ruang Ibadah 3 12 Kamar Mandi/WC Guru 5 13 Kamar Mandi/WC Siswa 2 14 Kantin Sekolah 3 15 Laboratorium IPS 1 16 Laboratorium IPA 1 17 Laboratorium Kimia/Fisika/Biologi 1 18 Laboratorium Bahasa 1 19 Laboratorium Komputer 1 20 Laboratorium Multimedia 1

Sumber: Data Administrasi SMA Negeri 4 Surakarta Tabel 9. Tabel Peralatan TIK SMA Negeri 4 Surakarta

No Jenis Perangkat 1 Personal Computer 2 Laptop(Notebook) 3 LCD Proyektor 4 Pesawat Televisi 5 Parabola/TVRO 6 VCD/DVD 7 Radio/Tape Recorder 8 Mobil

Sumber: Data Administrasi SMA Negeri 4 Surakarta

Page 47: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Sejak tahun 2006 lalu SMA Negeri 4 Surakarta telah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh Departemen Pendidikan Nasional, pelaksanaan KTSP diarahkan untuk mengembangkan kecerdasan, pengetahuan, pemahaman, kemampuan nilai, sikap dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.

Penilaian KTSP tidak hanya mengacu pada aspek kognitif tetapi juga psikomotorik dan afektif berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). KKM merupakan batasan nilai minimum yang harus dicapai oleh siswa baik pada penilaian Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester maupun Ulangan Akhir Semester/Kenaikan Kelas. KKM untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebesar 6,7 karena itu siswa harus berusaha mencapai angka tersebut sebagai indikator ketercapaian keberhasilan siswa.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Kondisi Awal

Berdasarkan hasil observasi awal dan hasil wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran Geografi kelas X, maka dapat diidentifikasi kelas yang memiliki permasalahan dan kendala-kendala bila dibandingkan dengan kedelapan kelas X lainnya. Kelas tersebut adalah kelas X-C. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya siswa kelas X-C yang belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah, yaitu 67 untuk mata pelajaran geografi. Pada saat diadakan ulangan harian, kelas X-C selalu memiliki nilai rata-rata paling rendah bila dibanding kelas X lain.

Kondisi semacam ini juga semakin diperparah dengan kurangnya minat siswa mengikuti pelajaran Geografi. Hal ini dapat terlihat pada awal pelajaran geografi, masih terdapat beberapa siswa berada di luar, banyak siswa tidak memperhatikan ketika guru menyampaikan pelajaran, kurang semangat, mengantuk dan gaduh.

Kemudian metode mengajar yang digunakan guru juga dirasa kurang membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti pelajaran geografi dengan rasa tertarik. Karena siswa terlalu dimudahkan dengan rutinitas mendengarkan ceramah dan mencatat penjelasan guru. kegiatan rutin semacam ini akan membuat siswa cepat merasa bosan dan akan berakibat hasil balajar yang kurang maksimal.

Metode mengajar guru juga kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin. Karena informasi yang siswa peroleh hanya bersumber pada ceramah yang disampaikan oleh guru. Ini akan membuat siswa menjadi tergantung pada guru, pengetahuan siswa hanya terbatas pada pengetahuan yang dimiliki oleh guru. Siswa jadi kurang peka dalam mencari informasi dari sumber lain atau membaca buku yang tidak digunakan oleh guru ketika mengajar. Dari observasi awal yang telah dilakukan oleh peneliti, diperoleh data awal berupa skor motivasi siswa dengan penyebaran angket yaitu kategori tinggi 16%, sedang 58% dan rendah 26% dari 38 siswa kelas X-C. (data dapat dilihat pada lampiran 17).

Tabel 10. Kategori Motivasi Siswa Kelas X-C Kondisi Awal Ketentuan Frekuensi Prosentase

Tinggi 6 16 %

Page 48: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Sedang 22 58 %

Rendah 10 26 %

Sumber: Data Primer PTK 2008/2009 Nilai tes siswa diperoleh dari guru mata pelajaran geografi yang diambil dari hasil

ulangan harian siswa pada semester genap. Dari 38 siswa kelas X-C sebanyak 45% siswa dinyatakan tuntas dan 55% siswa masih belum tuntas (data dapat dilihat pada lampiran 14). Tabel 11. Nilai Tes Siswa Kelas X-C Kondisi Awal

Jumlah

Kategori Siswa Prosentase

Tuntas 17 45 % Belum Tuntas 21 55 %

Sumber: Data Primer PTK 2008/2009 Sehingga berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi tersebut, penelitian

tindakan kelas ini dilakukan pada siswa kelas X-C SMA Negeri 4 Surakarta dengan menerapkan metode pembelajaran Inquiry Terbimbing. Diharapkan dengan usaha ini akan mampu mengurangi permasalahan selama pembelajaran dan mampu meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa.

Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan (2) pelaksanaan tindakan (3) observasi dan interpretasi (4) analisis dan refleksi.

2. Siklus Pertama

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan penulis mempersiapkan beberapa komponen terkait dengan materi yang di sampaikan pada siklus I ini tentang Persebaran curah hujan di Indonesia dan jenis-jenis vegetasi alam menurut iklim. Hal-hal yang direncanakan pada siklus I antaralain: 1). Peneliti mempersiapkan satuan pembelajaran dan perencanaan pembelajaran

untuk satu siklus

2). Pembelajaran dengan metode Inquiry Terbimbing berupa :

a). Guru memberikan pertanyaan yang telah disiapkan untuk memperoleh hipotesis awal siswa.

b). Guru menjelaskan materi tentang persebaran curah hujan di Indonesia dan jenis-jenis vegetasi alam menurut iklim

c). Guru memberikan beberapa pertanyaan berkaitan dengan materi untuk membantu siswa merumuskan masalah dan menyusun hipotesis.

d). Guru memberi tugas kepada siswa untuk mengumpulkan bukti dari jawaban sementara (hipotesis) siswa, menguji hipotesis tersebut dan membuat kesimpulan dari jawaban yang telah siswa peroleh.

e). Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Page 49: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

3). Bersama dengan Guru kolaborasi, peneliti merencanakan jadwal pelaksanaan

kegiatan yaitu pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jum’at, 1 Mei

2009 selama 2 x 30 menit. Sedang pertemuan kedua pada hari Selasa, 5 Mei 2009

selama 1 x 45 menit dengan lokasi berada di kelas X-C SMA Negeri 4 Surakarta.

4). Peneliti menyiapkan instrumen yang akan digunakan selama pelaksanaan

tindakan siklus I antaralain: angket motivasi siswa, lembar observasi kinerja guru

oleh guru kolaborasi, lembar observasi kinerja guru oleh siswa dan soal tes siklus

I yang berjumlah 20 soal.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pertemuan pertama pada pelaksanaan Tindakan Siklus I ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 1 Mei 2009 di kelas X-C SMA Negeri 4 Surakarta dengan waktu 2 x 30 menit. Pada saat pembelajaran berlangsung peneliti bertindak sebagai pengajar dan guru melakukan observasi terhadap jalannya pembelajaran. Materi yang disampaikan yaitu tentang persebaran curah hujan di Indonesia dan jenis-jenis vegetasi alam menurut iklim.

Sebelum memasuki materi inti terlebih dahulu siswa diberi penjelasan tentang metode Inquiry Terbimbing untuk memberi gambaran atau arah dari proses pembelajaran. Setelah itu guru memberikan soal yang harus dikerjakan siswa dengan tujuan untuk mengetahui hipotesis awal siswa.

Guru kemudian menjelaskan materi yang diselingi dengan pemberian pertanyaan. Pertanyaan yang diberikan berupa pertanyaan yang sudah dipersiapkan guru seperti pada soal yang sudah diberikan, maupun pertanyaan yang belum dipersiapkan. Dari pemberian pertanyaan tersebut bertujuan untuk memancing siswa agar mau bertanya (terstimulus) dan dapat mengetahui perbandingan hipotesis yang dimiliki siswa lainnya. Beberapa pertanyaan tersebut adalah : 1). Sebutkan faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman di

Indonesia dan coba berikan alasannya ?

2). Ada seorang ahli tumbuh-tumbuhan bangsa Jerman bernama J.W. Junghuhn yang

menyelidiki tumbuh-tumbuhan di Indonesia. Ia membagi kelompok tumbuhan

berdasarkan tinggi rendahnya daerah yang terdiri dari daerah panas, daerah

sedang, daerah dingin dan daerah salju. Coba analisis, kira-kira menurut kalian

tanaman apa saja yang terdapat didaerah tersebut ?

3). Iklim termasuk faktor yang menentukan tinggi rendahnya kebudayaan, bahkan

merupakan kunci peradaban/kebudayaan penduduk. Jelaskan menurut kalian,

apakah iklim dapat membatasi atau mendukung kegiatan manusia ?

Page 50: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

4). Banyak sedikitnya curah hujan di tiap-tiap daerah itu tergantung pada faktor apa

saja ?

5). Apa pengaruh letak astronomis Indonesia yang berada pada 6° LU-11° LS dan

95° BT-141° BT ?

6). Berdasarkan pengalaman yang kalian ketahui bagaimanakah pola umum curah

hujan di kepulauan Indonesia ?

7). Membuat peta persebaran curah hujan di kabupaten Karanganyar dengan

menggunakan salah satu metode penentuan presipitasi rata-rata yaitu Poligon

Thiessen.

Guru juga mengajarkan tentang cara menentukan persebaran curah hujan menggunakan metode poligon Thiessen kepada siswa dan menjelaskan beberapa manfaat mengetahui persebaran curah hujan pada suatu kawasan. Selesai menjelaskan materi, siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok untuk mengerjakan tugas berupa mengumpulkan bukti dari hipotesis yang telah dibuat siswa, menguji hipotesis dan menarik kesimpulan sementara.

Pertemuan kedua, dilaksanakan pada hari Selasa 5 Mei 2009 selama 1x 45 menit di kelas X-C SMA Negeri 4 Surakarta yang diisi dengan apersepsi, penarikan kesimpulan serta tes untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa.

Pada pertemuan kedua ini kegiatan intinya adalah pemberian post tes tahap I sebanyak 20 soal. Ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar dengan metode Inquiry Terbimbing. Pemberian angket dan lembar observasi kinerja guru oleh siswa juga diberikan pada pertemuan kedua setelah siswa selesai mengerjakan lembar soal. Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada siklus I sebagai berikut: 1. Pertemuan Pertama ( 2 x 30 menit )

a). Kegiatan Pendahuluan: 10 menit

(1). Guru menyapa siswa, kemudian mengabsen.

(2). Guru menjelaskan tentang metode pembelajaran Inquiry Terbimbing

(3). Apersepsi: tanya jawab pengertian iklim, hujan dan curah hujan

b). Kegiatan Inti: 40 menit

(1). Guru memberikan beberapa pertanyaan yang telah disiapkan.

(2). Guru menjelaskan persebaran curah hujan secara garis besar, hubungan

tipe iklim dan bentang alam dan jenis-jenis vegetasi menurut iklim.

(3). Siswa mengamati fotokopi yang telah dibagikan guru berupa peta iklim

dunia yang terdapat dalam buku Geografi X, Erlangga halaman 147,

Page 51: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

kemudian siswa menganalisis pengaruh iklim terhadap sebaran vegetasi

di muka bumi berdasarkan peta tersebut.

(4). Guru membantu siswa membuat hipotesis dengan mengajukan

pertanyaan.

(5). Guru menjelaskan cara mengetahui persebaran curah hujan menurut

Thiesen

(6). Guru memberi tugas siswa untuk membuat laporan dari hasil

pembuktian hipotesis dan menganalisis persebaran curah hujan pada

peta yang sudah disiapkan.

c). Kegiatan Penutup: 10 menit

(1). Melakukan refleksi materi yang telah dibahas.

(2). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai

materi yang kurang dimengerti.

(3). Guru menutup pelajaran

2. Pertemuan Kedua ( 1 x 45 menit )

a). Kegiatan Pendahuluan: 10 menit

(1). Guru menyapa siswa, kemudian mengabsen.

(2). Apersepsi: materi yang telah disampaikan

b). Kegiatan Inti : 30 menit

(1). Guru membagikan soal tes siklus I

(2). Siswa mengerjakan soal tes siklus I

c). Kegiatan Penutup : 5 menit

(1). Guru mengkondisikan siswa

(2). Guru menutup pelajaran siklus I

c. Observasi

Pada kegiatan pembelajaran siklus I ini, peneliti bertindak sebagai guru dan guru kolaborasi bertindak mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Dari hasil pengamatan siklus I, masih terdapat beberapa permasalahan yang harus diperbaiki secara lanjut, diantaranya yaitu pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru, sehingga pada saat guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, masih banyak dari mereka yang mengabaikan. Terlebih ketika guru menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab pertanyaan, guru harus mengulangi pertanyaan tersebut karena siswa tidak

Page 52: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

mendengarkan ketika guru sedang membacakannya. Siswa juga masih banyak yang kurang aktif dalam bertanya dan mengemukakan ide mereka tanpa harus ditunjuk oleh guru.

Kondisi siswa yang ramai semakin bertambah ketika guru menyampaikan tugas membuat persebaran curah hujan dengan metode poligon Thiessen dari peta curah hujan yang telah dipersiapkan oleh guru. Siswa merasa bahwa tugas tersebut cukup sulit karena belum pernah diajarkan sebelumnya. Sehingga guru harus berusaha lebih keras meyakinkan siswa bahwa tugas tersebut tidaklah sesulit yang mereka bayangkan bahkan mempunyai manfaat terutama di bidang pertanian dan perkebunan. Setelah pemberian motivasi dan penjelasan guru, siswa sudah mulai menerima untuk mengerjakan tugas tersebut.

Untuk itu, berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pertemuan pertama siklus I nampak bahwasanya motivasi belajar dalam diri siswa masih kurang. Siswa kurang merasa tertantang ketika dihadapkan pada masalah baru yang membutuhkan penyelesaian. Kurangnya motivasi ini juga tampak dari aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran geografi sejak dimulai pelajaran geeografi. Hal ini dikarenakan saat pelajaran akan dimulai setelah jam istirahat pertama, masih terdapat beberapa siswa yang belum masuk kelas untuk segera memepersiapkan materi pelajaran geografi.

Saat dimulai pelajaran terdapat 2 siswa (5%) tidak masuk kelas dengan alasan ijin ke kamar mandi. Terdapat 4 siswa (11%) datang terlambat. Tidak membawa buku geografi 5 siswa (13%) Mengerjakan tugas lain 2 siswa (5%) yakni siswa yang berada di tempat duduk paling belakang. Bertanya pada guru saat guru menerangkan sebanyak 2 siswa (5%). Siswa yang menjawab pertanyaan guru 6 siswa (16%). Tidak memperhatikan saat guru menerangkan sebanyak 9 siswa (24 %). Siswa yang mengantuk saat guru menerangkan sebanyak 1 siswa (2 %). Ramai pada saat guru menerangkan sebanyak 5 siswa (13 %) dan yang membolos pada saat pelajaran sebanyak 2 siswa (5 %), (data dapat dilihat pada tabel 10).

Kemudian pada siklus I pertemuan kedua, dilaksanakan pada hari Selasa 5 Mei 2009 jam ketiga setelah pelajaran lain berakhir. Pada pertemuan kedua ini guru mengadakan Post Test untuk mengukur sejauh mana perkembangan siswa. Dilihat dari kondisi kelas, siswa terlihat lebih kondusif tidak terdapat siswa yang melakukan aktifitas keluar-masuk kelas. Sebagian besar siswa masih terlihat mencatat pelajaran lain yang baru saja selesai, dan sebagian kecil mempersiapkan diri dengan membaca buku dan mempersipkan alat tulis. Terdapat 2 siswa (5 %) yang tidak siap karena tidak membawa buku geografi. Terdapat sekitar 6 siswa (16 %) yang ramai karena tidak menginginkan kegiatan post tes dilaksanakan pada pertemuan kedua. Tabel 12. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus I No

Kegiatan Siswa Jumlah Siswa

Prosentase

1 Tidak masuk kelas 2 5%

2 Datang terlambat 4 11% 3 Siswa yang tidak membawa buku pelajaran

geografi 5 13%

4 Belajar materi lain saat guru menerangkan 0 0

Page 53: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

5 Mengerjakan tugas/materi lain saat guru menerangkan

2 5 %

6 Bertanya pada guru saat guru menerangkan 2 5 % 7 Menjawab pertanyaan guru 6 16 % 8 Tidak memperhatikan saat guru

menerangkan 9 24 %

9 Mengantuk saat guru menerangkan 1 2 % 10 Ramai saat guru menerangkan 5 13 % 11 Membolos saat pelajaran 2 5 %

Sumber: Data Primer PTK 2008/2009 Motivasi siswa dapat dilihat dari ketekunan dalam mengerjakan tugas. Dari

hasil pengumpulan tugas, dapat diketahui terdapat 4 kelompok (68% siswa) yang mengumpulkan tugas tepat waktu, 2 kelompok (35% siswa) terlambat mengumpulkan tugas, 2 kelompok (34% siswa) hasil pekerjaanya lebih lengkap, terdapat 4 kelompok (66% siswa) hasil pekerjaan kelompok kurang lengkap. Terdapat 3 kelompok (50% siswa) hasil pekerjaan kelompoknya rapi dan 3 kelompok (50% siswa) hasil pekerjaan kelompok kurang rapi. Kelompok yang paling tekun mengerjakan tugas karena mengumpulkan tugas tepat waktu, lengkap dan rapi adalah kelompok II (data dapat dilihat pada tabel 11).

Tabel 13. Hasil Observasi Pengumpulan Tugas Kelompok Siklus I No Kegiatan Siswa Kelompok Prosentase

Ketepatan Waktu Kelompok yang mengumpulkan tugas pada waktu yang telah ditentukan.

I, II, IV, VI

68 %

1

Kelompok yang mengumpulkan tugas terlambat.

III, V 32 %

Kelengkapan Kelompok yang hasil pekerjaannya lengkap

I, II

34 %

2

Kelompok yang hasil pekerjaannya kurang lengkap

III, IV,V,VI 66 %

Kerapian Kelompok yang hasil pekerjaannya rapi

II, IV, VI

50 %

3

Kelompok yang hasil pekerjaannya kurang rapi

I, III, V 50 %

Sumber: Data Primer PTK 2008/2009 1). Kegiatan Tanya - Jawab Siklus I

Pada siklus I pertemuan I guru menggunakan teknik bertanya kepada siswa untuk membantu siswa dalam menyusun hipotesis. Pada kegiatan ini terdapat 2 siswa bertanya dengan sukarela, 2 siswa yang mengungkapkan pendapatnya secara sukarela dan sebanyak 4 siswa yang menjawab pertanyaan dengan ditunjuk guru.

Dari kegiatan tanya-jawab ini, masih banyak siswa yang sulit mengemukakan pendapat dengan berani. Siswa cenderung masih merasa malu dan kurang percaya diri. Ada juga siswa yang tidak memeperhatikan sehingga saat guru memberi pertanyaan kepada siswa dengan nomor absen 5 dan 23, guru harus mengulangi

Page 54: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

pertanyaan lagi karena siswa tersebut pada kondisi tidak memperhatikan (Lihat tabel 14). Tabel 14. Hasil Observasi Kegiatan Tanya-Jawab

Aktifitas Siswa

Jumlah Siswa

No.Absen

Prosentase

Bertanya dengan sukarela

2

9, 34

5 %

Menjawab dengan sukarela

2

9, 15

5 %

Menjawab dengan ditunjuk guru

4

1, 5, 23, 36

13 %

Jumlah 8 8 23 % Sumber: Data Primer PTK 2008/2009

2). Penilaian Kinerja Guru dalam Pembelajaran oleh Guru Kolaborasi Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru kolaborasi selama proses pembelajaran berlangsung. Dapat dilihat rinciannya sebagai berikut : a). Guru dalam membuat RPP sudah baik.

b). Guru dalam membuka pelajaran juga sudah baik.

c). Penjelasan tujuan pembelajaran Inquiry Terbimbing sudah baik karena siswa

sudah langsung paham ketika disuruh membuat hipotesis yang merupakan

bagian dari proses metode Inquiry Terbimbing.

d). Penggunaan media pembelajaran belum optimal, karena guru terlalu fokus

pada pemberian pertanyaan dan mengendalikan siswa yang gaduh.

e). Guru masih kesulitan dalam membuat suasana kondusif, ini terlihat dari

kurang tegasnya guru mengendalikan siswa yang gaduh dan siswa yang

meminta ijin ke belakang dalam waktu yang cukup lama.

f). Guru masih kurang dalam menstimulus siswa untuk menemukan konsep

berdasarkan fenomena yang ada (masalah yang harus dipecahkan). Hal ini

karena guru masih kurang referensi materi yang disampaikan.

g). Pemberian pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan pemahaman konsep

yang dijelaskan guru sudah cukup baik.

h). Guru dalam memberikan pujian bagi siswa yang menjawab pertanyaan yang

diberikan masih kurang, hal ini karena guru terburu-buru untuk segera

memberikan pertanyaan kepada siswa lain.

i). Penyampaian materi oleh guru belum begitu jelas karena suara terlalu pelan.

j). Guru memberikan tugas untuk diselesaikan di rumah sudah cukup baik.

Page 55: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Guru menumbuhkan tanggung jawab kepada siswa dalam belajar maupun penyelesaian tugas / PR masih agak kurang, karena guru masih terkesan malu dan canggung.

k). Dalam mempersiapkan instrumen evaluasi sudah cukup baik

l). Guru dalam memberikan penekanan pada hal-hal yang penting selama

pelajaran maupun akhir pelajaran sudah cukup baik.

m). Guru sudah baik dalam menumbuhkan semangat kerjasama siswa dalam

belajar.

n). Guru sudah baik dalam bekerjasama dengan guru kolaborasi untuk mengawasi

jalannya Post Test.

o). Pemberian Post Test berjalan dengan lancar.

p). Guru menutup pelajaran sudah baik (data dapat dilihat pada lampiran 20).

3). Penilaian Kinerja Guru dalam Pembelajaran oleh Siswa

a). 68,42% dari 38 siswa menyatakan bahwa pembelajaran Inquiry Terbimbing

ada bedanya dengan pertemuan sebelumnya. Mungkin karena guru

memberikan tugas yang tidak biasa diberikan kepada siswa yakni pemberian

tugas yang disertai hipotesis dan membuat peta.

b). 26,31% dari 38 siswa menyatakan bahwa pembelajaran dengan tugas menarik

dan 39,47% menyatakan biasa saja serta 34,21% menyatakan tidak menarik.

c). 47,36% dari 38 siswa menyatakan bahwa pembelajaran Inquiry Terbimbing

dapat membuat suasana lebih hidup dan 52,63% menyatakan metode Inquiry

tidak menyebabkan suasana pembelajaran menjadi hidup.

d). 50 % dari 38 siswa menyatakan bahwa materi yang disampaikan guru kurang

jelas. Dan 13,15% menyatakan bahwa materi yang disampaikan guru tidak

jelas. Hal ini disebabkan karena guru kurang pandai dalam mengaitkan materi

dengan kehidupan sehari-hari.

e). 50% dari 38 siswa menyatakan bahwa guru terlihat tegang saat mengajar, hal

ini dikarenakan guru kurang beradaptasi dengan siswa.

f). Sebanyak 50% dari 38 siswa menyatakan bahwa penampilan guru rapi.

g). Sebanyak 55,26% dari 38 siswa menyatakan suara guru sedang, dan 33,68%

siswa menyatakan suara guru kurang keras. Hal ini karena karakter suara guru

tidak bisa lebih keras mengimbangi suara anak yang gaduh.

Page 56: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

h). 52,63% dari 38 siswa menyatakan kecepatan suara guru dalam menjelaskan

sedang.

i). 31,57% dari 38 siswa menyatakan belajar dengan metode Inquiry Terbimbing

menyenangkan. Mungkin karena siswa diberi tugas yang tidak biasa siswa

dapatkan sehingga menimbulkan ketertarikan bagi siswa. Sebanyak 47,36%

menyatakan biasa saja dan 21,05% menyatakan tidak menyenangkan.

j). Sebanyak 58% dari 38 siswa menyatakan bahwa media yang digunakan sudah

optimal. Sedangkan 42% siswa menyatakan masih kurang optimal.

k). Sebanyak 52,63% dari 38 siswa menyatakan bahwa guru memberi motivasi

kepada siswa dan 47,36% menyatakan guru tidak sering memberi motivasi

kepada siswa.

l). 36,84% dari 38 siswa menyatakan guru sudah baik dalam menanggapi siswa

yang bertanya, 47,36% menyatakan biasa saja dan 15,78% menyatakan

kurang baik.

m). 68,42% dari 38 siswa menyatakan guru jarang memberikan humor/ice

breaking hal ini karena guru masih tegang (data dapat dilihat pada lampiran

22).

d. Hasil Tindakan

1). Nilai Tes Siswa

Tabel 15. Nilai Tes Siswa Kelas X-C pada Siklus I Jumlah

Kategori Frekuensi Prosentase Tuntas 22 58 % Belum Tuntas 16 42 % Jumlah 38 100 %

Sumber: Data Primer PTK 2008/2009 Nilai tes siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I ini diperoleh dari pemberian

soal tes kepada siswa saat pembelajaran siklus I selesai. Dari tes tersebut diketahui bahwa jumlah siswa yang mencapai ketuntasan nilai adalah sebesar 58 %, siswa yang belum tuntas dalam pencapaian nilai sebesar 42 %. Untuk mencapai keberhasilan siklus I, ketuntasan nilai tes siswa harus mencapai indikator yang telah ditetapkan yaitu sebesar 75 % dari 38 siswa, hal ini berarti tujuan dari pembelajaran dengan metode Inquiry Terbimbing pada siklus I belum berhasil karena nilai tes siswa belum mencapai indikator yang telah ditetapkan, yakni sebesar 58% dari 75% (data dapat dilihat pada lampiran 15). Tabel 16. Perolehan Nilai Tertinggi dan Nilai Terendah Siklus I

Page 57: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Kategori Jumlah Nilai Jumlah Siswa

Nilai Tertinggi 85 3 Nilai Terendah 35 1

Rata-rata 68, 02 Sumber: Data Primer PTK 2008/2009

Tabel 17. Hasil Tes Siklus I Nilai Jumlah anak Persentase > 83 77-82 71-76 65-70 59-64 53-58 47-52 41-46 35-40

3 3 5 17 4 4 1 - 1

8% 8% 13% 45% 10% 10% 3%

- 3%

Jumlah 38 100% Sumber: Data Primer PTK 2008/2009

2). Motivasi Siswa Kelas X-C

Dari hasil KBM pada siklus I, untuk mengetahui motivasi siswa diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan angket. Pada hasil pengukuran tersebut diperoleh siswa yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 6 siswa (16%), motivasi sedang sebanyak 25 siswa (66%) dan motivasi rendah sebanyak 7 siswa (18%), jadi indikator kinerja yang baru diperoleh adalah sebesar 82 %. Untuk mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan, skor motivasi harus mencapai 85 %. Ini berarti target pencapaian skor motivasi siswa belum tercapai (data dapat dilihat pada lampiran 18). Berikut ini adalah tabel yang diperoleh dari hasil penghitungan angket. Tabel 18. Kategori Motivasi Siswa Kelas X-C Siklus I

Ketentuan Frekuensi Prosentase Tinggi 6 16 % Sedang 25 66 % Rendah 7 18 %

Sumber: Data Primer PTK 2008/2009 e. Analisis dan Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus 2, peneliti bekerjasama dengan guru kolaborasi melakukan analisis tentang beberapa kelemahan guru dalam siklus 1 ini adalah: 1). Penggunaan media pembelajaran belum optimal, karena guru terlalu fokus pada

pemberian pertanyaan dan mengendalikan siswa yang gaduh.

Page 58: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

2). Guru masih kesulitan dalam membuat suasana kondusif, ini terlihat dari kurang

tegasnya guru mengendalikan siswa yang gaduh dan menindak tegas siswa yang

meminta ijin ke belakang dalam waktu yang cukup lama.

3). Guru masih kurang dalam menstimulus siswa untuk menemukan konsep

berdasarkan fenomena yang ada (msalah yang harus dipecahkan). Hal ini karena

guru masih kurang referensi materi yang disampaikan.

4). Guru masih kurang memberikan pujian bagi siswa yang menjawab pertanyaan

yang diberikan, hal ini karena guru terburu-buru untuk segera memberikan

pertanyaan kepada siswa lain.

5). Penyampaian materi oleh guru belum begitu jelas karena suara terlalu pelan.

6). Guru menumbuhkan tanggung jawab kepada siswa dalam belajar maupun

penyelesaian tugas / PR masih agak kurang, karena guru masih terkesan malu dan

canggung.

Dari segi siswa ditemukan beberapa kekurangan, yaitu sebagai berikut: 1). Siswa yang tidak memperhatikan cenderung pasif dalam kegiatan tanya-jawab

2). Masih ada siswa yang acuh terhadap pelajaran dan metode baru yang diterapkan

oleh guru.

3). Siswa masih kurang siap ketika dihadapkan pada penyelesaian masalah yang sulit.

4). Sebanyak 49 % siswa masih terdapat kekurangan dalam mengerjakan tugas

kelompok. Dan 51 % sudah baik dalam mengerjakan tugas kelompok.

f. Tindak Lanjut

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh guru kolaborasi bersama peneliti masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu adanya perbaikan. Untuk mengatasinya penulis dengan dibantu guru kolaborasi membuat alternatif solusi dengan memberikan ice beraking. Ice breaking ini berupa siswa diminta menebak gambar bulatan-bulatan yang melingkari tanda plus yang ada di tengah. Apabila siswa memperhatikan dan berkonsentrasi dengan baik maka siswa akan menemukan jawaban bahwa lingkaran yang mengelilingi tanda plus tadi akan menghilang. Guru juga memberikan motivasi kepada siswa berupa pemberian kata-kata yang membantu memotivasi siswa, memberi angka dan pujian bagi yang mampu menjawab pertanyaan, memberikan hukuman berdiri selama 5 menit bagi yang tidak mampu menjawab, memberi ulangan dan memberitahukan hasil pekerjaan siswa. Tujuan diberikan ice breaking dan motivasi ini adalah agar suasana tidak terlalu kaku, menghindari kebosanan dan membuat kegiatan belajar lebih menarik dan penuh semangat. Adapun langkah-langkah perbaikan tindakan 2 adalah :

Page 59: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

1). Guru mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran dengan memberikan

pertanyaan yang guru persiapkan ke dalam power point dan pemberian gambar-

gambar agar siswa merasa lebih tertarik dan aktif dalam kegiatan tanya jawab.

2). Guru harus mampu membuat suasana lebih kondusif, antara lain tegas dalam

mengendalikan siswa yang gaduh dan menindak tegas siswa yang meminta ijin ke

belakang serta memberi pengertian kepada siswa agar mengerjakan post test

dengan panuh percaya diri pada kemampuannya.

3). Guru mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan memperbanyak referensi materi

agar lebih mudah dalam pemberian stimulus kepada siswa untuk menemukan

konsep berdasarkan fenomena yang ada.

4). Guru harus sabar dan lebih murah dalam memberikan pujian bagi siswa yang

menjawab.

5). Penyampaian meteri oleh guru harus lebih diperjelas lagi dengan menambah

volume suara guru.

6). Guru harus percaya diri dalam mananamkan tanggung jawab kepada siswa agar

siswa lebih bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas/PR.

7). Guru harus lebih membangkitkan motivasi siswa dengan cara: memberi kata-kata

motivasi untuk menambah semangat, memberi angka, memberi ulangan,

mengetahui hasil, memberi pujian dan hukuman. Hal ini diharapkan agar siswa:

tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap

masalah dan senang bekerja mandiri.

2. Siklus Kedua

a. Prencanaan Tindakan

Berdasarkan pada hasil kegiatan analisis dan refleksi, maka peneliti bersama guru kolaborasi sepakat melanjutkan ke siklus II untuk memperbaiki beberapa kekurangan yang terdapat pada siklus I. Beberapa upaya perbaikan tersebut diantaranya adalah dengan pemberian ice breaking dan motivasi (Memberi kata-kata yang membangun semangat, memberi ulangan dan angka, mengetahui hasil, memberi pujian dan hukuman).

Kegiatan belajar mengajar pada siklus II ini, dilaksakan dalam dua kali pertemuan. Untuk pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jum’at, 8 Mei 2009 selama 2 x 30 menit dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 12 Mei 2009 selama 1 x 45 menit.

Page 60: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Pada tahap perencanaan tindakan siklus II penulis menyiapkan satuan pembelajaran dengan materi pokok faktor-faktor penyebab perubahan iklim global (El Nino dan La Nina) serta dampaknya terhadap kehidupan. Dipersiapkan juga beberapa instrumen untuk mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar siswa dengan metode pembelajaran Inquiry Terbimbing yaitu menggunakan lembar angket motivasi siswa, lembar observasi kinerja guru oleh guru kolaborasi, lembar observasi kinerja guru oleh siswa dan soal tes siklus II.

Hal-hal yang direncanakan pada siklus 2 antaralain: 1). Peneliti mempersiapkan satuan pembelajaran dan perencanaan pembelajaran untuk

satu siklus.

2). Pembelajaran dengan metode Inquiry Terbimbing berupa :

a). Guru memberikan ice breaking untuk menkondisikan suasana

b). Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk memngetahui

hipotesis awal.

c). Guru menjelaskan mengenai materi yang akan diajarkan pada hari itu dengan

menampilkan foto tentang fenomena perubahan iklim global dan memberi

pertanyaan untuk menstimulus rasa ingin tahu siswa.

d). Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan memberi tayangan berisi

kata-kata yang memotivasi, memberi angka dan pujian bagi siswa yang

mampu menjawabnya dan memberi hukuman berdiri selama 5 menit bagi

siswa yang tidak mampu menjawabnya.

e). Guru memberikan tugas untuk dikerjakan di Rumah.

f). Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar-mengajar yang

telah dilakukan.

3). Peneliti menyusun instrumen penelitian yakni berupa tes obyektif sebanyak dua

puluh soal. Instrumen nontes berupa angket, lembar observasi kinerja guru oleh

guru kolaborasi dan oleh siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan Berdasarkan pada hasil analisis dan refleksi siklus I yang masih terdapat beberapa

kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran, maka pada pelaksanaan tindakan siklus II ini penulis melakukan beberapa usaha guna memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I tersebut. Langkah-langkah pada siklus I yang perlu adanya perbaikan diantaranya adalah:

1). Guru mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran dengan memberikan

pertanyaan yang guru persiapkan ke dalam power point dan pemberian gambar-

gambar agar siswa merasa lebih tertarik dan aktif dalam kegiatan tanya jawab.

Page 61: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

2). Guru harus mampu membuat suasana lebih kondusif, antara lain tegas dalam

mengendalikan siswa yang gaduh dan menindak tegas siswa yang meminta ijin ke

belakang serta memberi pengertian kepada siswa agar mengerjakan post test

dengan panuh percaya diri pada kemampuannya.

3). Guru mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan memperbanyak referensi materi

agar lebih mudah dalam pemberian stimulus kepada siswa untuk menemukan

konsep berdasarkan fenomena yang ada.

4). Guru harus sabar dan lebih murah dalam memberikan pujian bagi siswa yang

menjawab.

5). Penyampaian materi oleh guru harus lebih diperjelas lagi dengan menambah

volume suara guru.

6). Guru harus percaya diri dalam mananamkan tanggung jawab kepada siswa agar

siswa lebih bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas/PR.

7). Guru harus lebih membangkitkan motivasi siswa dengan cara: memberi kata-kata

yang memotivasi, memberi angka, hadiah, memberi ulangan, siswa mengetahui

hasil, memberi pujian dan hukuman. Hal ini diharapkan agar siswa: tekun

menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap

masalah dan senang bekerja mandiri.

Pada pertemuan pertama pelaksanaan tindakan siklus II (Jum’at, 8 Mei 2009, selama 2 x 30 menit) kegiatan belajar mengajar diawali dengan pemberian ice breaking yang berupa permainan berkonsentrasi dari bulatan kecil yang berjalan mengelilingi tanda ”plus” di tengah, ini bertujuan agar suasana tidak terlalu kaku, menghindari kebosanan dan membuat kegiatan belajar lebih menarik. Guru selanjutnya memberikan foto-foto runtuhnya bongkahan es di Kutub, meningkatnya permukaan air laut, bencana kekeringan, kebakaran hutan, banjir dan longsor sambil menerangkan dan melemparkan beberapa pertanyaan untuk menstimulus siswa menyampaikan hipotesis mereka. Beberapa pertanyaan yang telah dipersiapkaan guru adalah : 1). Dengan semakin meluasnya pencairan es di kutub yang menyebabkan naiknya

permukaan air laut, peristiwa apakah yang menyebabkan ini terjadi? Jelaskan!

2). Jika peristiwa ini terus berlanjut, dampak apa saja yang akan terjadi di alam dan apa

pengaruhnya terhadap makhluk hidup?

3). Langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk mengurangi dampaknya?

4). Bagaimana proses terjadinya efek rumah kaca?

5). Bagaimanakah terjadinya peristiwa El Nino dan La Nina ?

Page 62: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Ketika terdapat siswa yang bertanya, guru tidak langsung memberikan jawabannya kepada siswa melainkan melemparkan kepada siswa lain untuk menjawab. Untuk menambah semangat siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan maka guru memberikan 1 angka sebagai tambahan nilai dan memberi hukuman bagi siswa yang tidak dapat menjawab dengan benar.

Pada saat siswa mulai menunjukkan perhatian yang berkurang terhadap pelajaran geografi, guru memberikan motivasi kepada siswa dengan menampilkan kata-kata yang menumbuhkan motivasi. Guru kemudian melanjutkan tanya jawab untuk membantu siswa menyusun hipotesis.

Setelah kegiatan tanya jawab tersebut, guru memberi tugas yang harus siswa kerjakan di rumah. Tugas tersebut berupa membuat laporan dari beberapa pertanyaan guru yang telah dibuat hipotesisnya. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok untuk mengerjakan tugas berupa mengumpulkan bukti dari hipotesis yang telah dibuat siswa, menguji kebenaran hipotesis dan menarik kesimpulan sementara.

Selain tugas, guru juga memberikan motivasi berupa nasehat agar siswa lebih bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan oleh guru. Sebelum pelajaran siklus kedua pertemuan pertama ditutup guru melakukan refleksi dari materi yang telah disampaikan.

Selanjutnya, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 12 Mei 2009 selama 1 x 45 menit. Guru melakukan apersepsi, dan membagikan hasil post test siklus I serta memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Guru kemudian memberikan post test siklus II yang berisi soal obyektif sebanyak 20 soal. Ini dilakukan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa dengan metode Inquiry Terbimbing setelah dilakukan beberapa perbaikan. Peneliti yang dibantu guru kolaborasi mengawasi jalanya post test hingga siswa selesai mengisi lembar angket motivasi siswa dan lembar observasi kinerja guru oleh siswa. Setelah semua selesai guru meminta siswa mengumpulkan lembar jawab kemudian menutup pelajaran. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: 1). Pertemuan Pertama ( 2x 30 menit )

a). Kegiatan Pendahuluan: 10 menit (1). Guru menyapa siswa

(2). Guru melakukan apersepsi materi yang telah disampaikan

b). Kegiatan Inti: 40 menit (1). Guru memberikan ice breaking

(2). Guru memberi beberapa pertanyaan kepada siswa terkait dengan materi

(3). Guru menampilkan gambar tentang dampak buruk dari adanya perubahan

iklim

(4). Guru mengarahkan siswa menyusun dan mengemukakan hipotesis dari

pertanyaan yang diajukan.

(5). Guru menjelaskan tentang terjadinya perubahan iklim global.

(6). Guru menjelaskan tentang proses terjadinya El Nino dan La Nina.

Page 63: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

c). Kegiatan Penutup: 10 menit (1). Melakukan refleksi materi yang telah dibahas.

(2). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai

materi yang kurang dimengerti.

(3). Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari pembuktian dari

hipotesis yang dibuat masing-masing kelompok, menguji hipotesis dan

membuat kesimpulan.

2). Pertemuan Kedua (1 x 45 menit)

a). Kegiatan Pendahuluan: 10 menit (1). Guru menyapa siswa, kemudian mengabsen.

(2). Apersepsi: materi yang telah disampaikan.

b). Kegiatan Inti : 30 menit (1). Guru membagikan soal tes siklus II

(2). Guru membagikan angket motivasi siswa

c). Kegiatan Penutup : 5 menit (1). Guru mengkondisikan siswa

(2). Guru menutup pelajaran siklus II

c. Observasi Dari beberapa usaha perbaikan yang telah dilakukan pada proses pembelajaran siklus II, peneliti mendapatkan beberapa temuan yaitu: Pada awal KBM berlangsung siswa sudah mulai memperhatikan karena adanya ice breaking yang mampu mengkondisikan suasana. Kebiasaan siswa sering ijin kebelakang juga sudah jarang dan suasana gaduh sudah agak berkurang.

Kemudian saat kegiatan tanya jawab berlangsung, guru menstimulus siswa dengan beberapa pertanyaan guna membantu dalam menyusun hipotesis. Guru menawarkan adanya pemberian angka pada setiap pertanyaan ditambah dengan pemberian pujian bagi siswa yang berani untuk bertanya atau menjawab. Hukuman yang diberikan guru juga berjalan efektif karena hal ini membuat siswa jadi berfikir lebih keras menemukan jawaban. Walaupun jawaban siswa kurang tepat, guru berusaha menghargai dan memberi pujian atas keberanian siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat mereka.

Dari hasil observasi diperoleh aktivitas siswa diantaranya; jumlah yang datang terlambat sebanyak 2 siswa (5%). Siswa yang tidak membawa buku pelajaran geografi sebanyak 1 siswa (3%). Siswa yang bertanya pada guru saat guru menerangkan sebanyak 3 siswa (7%). Siswa yang menjawab pertanyaan guru sebanyak 8 siswa (21%). Siswa yang tidak memperhatikan guru menerangkan sebanyak 6 siswa (16%) dan siswa yang ramai pada saat guru menerangkan adalah sebanyak 5 siswa (13%) (data dapat dilihat pada tabel 19). Tabel 19. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus II

No Kegiatan Siswa Jumlah Prosentase

Page 64: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Siswa 1 Tidak masuk kelas 0 0 2 Datang terlambat 2 5% 3 Siswa yang tidak membawa buku

pelajaran 1 3%

4 Belajar materi lain saat guru menerangkan

0 0

5 Mengerjakan tugas/materi lain saat guru menerangkan

0 0

6 Bertanya pada guru saat guru menerangkan

3 7%

7 Menjawab pertanyaan guru 8 21% 8 Tidak memperhatikan saat guru

menerangkan 6 16%

9 Mengantuk saat guru menerangkan 0 0 10 Ramai saat guru menerangkan 5 13 % 11 Membolos saat pelajaran 0 0

Sumber: Data Primer PTK 2008/2009 Kemudian pada siklus II pertemuan kedua, dilaksanakan pada hari Selasa 12 Mei

2009 jam ketiga setelah pelajaran lain berakhir. Pada pertemuan kedua ini guru mengadakan Post Test untuk mengukur sejauh mana perkembangan siswa setelah dilakukan beberapa usaha perbaikan. Dilihat dari kondisi kelas, siswa terlihat lebih kondusif tidak terdapat siswa yang melakukan aktifitas keluar-masuk kelas. Siswa mempersiapkan diri dengan belajar geografi, dan sebagian kecil mengemasi buku dari pelajaran yang telah selesai. Terdapat sekitar 10 siswa (26 %) yang ramai. Ini hanya terjadi pada awal pelajaran setelah siswa menerima hasil post test siklus I.

Dari hasil pengumpulan tugas siklus II mengalami peningkatan kesadaran siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Siswa lebih bertanggung jawab dengan mengumpulkan tugas tepat pada waktu yang ditentukan. Dari 6 kelompok diketahui ada 3 kelompok yang paling tekun mengerjakan tugas karena mengumpulkan tugas tepat waktu, lengkap dan rapi yaitu kelompok II dan VI atau sekitar 34 % siswa. Untuk ketepatan waktu terdapat 6 kelompok (100% siswa), hasil pekerjaan lengkap terdapat 5 kelompok (84% siswa) dan 1 kelompok (16% siswa) hasil pekerjaannya kurang lengkap. Sedangkan masalah kerapian terdapat 3 kelompok (50% siswa) cukup rapi dan 3 kelompok (50% siswa) masih kurang rapi. (data dapat dilihat pada tabel 20). Tabel 20. Hasil Observasi Pengumpulan Tugas Kelompok Siklus II

No Kegiatan Siswa Kelompok Prosentase

Ketepatan Waktu Kelompok yang mengumpulkan tugas pada waktu yang telah ditentukan.

I, II, III, IV, VI

100 %

1

Kelompok yang mengumpulkan tugas terlambat.

- 0 %

Kelengkapan Kelompok yang hasil pekerjaannya lengkap.

I, II, III, IV,V

84 %

2

Kelompok yang hasil pekerjaannya kurang IV 16 %

Page 65: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

lengkap Kerapian Kelompok yang hasil pekerjaannya rapi

II, IV,VI

50 %

3

Kelompok yang hasil pekerjaannya kurang rapi.

I, III, V 50 %

Sumber: Data Primer PTK 2008/2009 1). Kegiatan Tanya – Jawab

Pada siklus II pertemuan I guru menggunakan teknik bertanya kepada siswa untuk membantu siswa dalam menyusun hipotesis. Pada kegiatan ini terdapat 3 siswa bertanya dengan sukarela, 3 siswa yang mengungkapkan pendapatnya secara sukarela dan sebanyak 5 siswa yang menjawab pertanyaan karena ditunjuk guru. Tabel 21. Hasil Observasi Kegiatan Tanya-Jawab Siklus II

Aktifitas Siswa Jumlah Siswa

No.Absen

Prosentase

Bertanya dengan sukarela 3 20, 25, 36 8 % Menjawab dengan sukarela 3 3, 9, 30 8 % Menjawab dengan ditunjuk guru 5 7, 12, 24, 33, 35 13 % Jumlah 11 11 29 %

Sumber: Data Primer PTK 2008/2009 2). Penilaian Kinerja Guru oleh Guru Kolaborasi pada Pertemuan I

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru kolaborasi selama proses pembelajaran berlangsung. Dapat dilihat rinciannya sebagai berikut :

a). Guru dalam membuat RPP sudah baik.

b). Guru dalam membuka pelajaran juga sudah baik.

c). Penjelasan tujuan pembelajaran Inquiry Terbimbing sudah baik. Penjelasan ini

diberikan agar mempermudah jalannya pembelajaran.

d). Penggunaan media pembelajaran sudah cukup optimal, seperti peta persebaran El

Nino dan La Nina, foto-foto bongkahan es yang jatuh, permukaan air laut yang

naik dan kebakaran hutan.

e). Guru sudah cukup mampu dalam membuat suasana kondusif. Guru membuat

suasana lebih santai namun tetap serius sehingga komunikasi yang terbangun

antara guru dengan murid terbina dengan baik. Pembelajaran lebih menyenangkan

dengan adanya ice breaking dan pemberian motivasi.

f). Guru sudah baik dalam menstimulus siswa untuk menemukan konsep berdasarkan

fenomena yang ada (masalah yang harus dipecahkan). Hal ini karena guru

Page 66: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

mengoptimalkan penggunaan media berupa peta dan foto-foto yang diselipi

dengan beberapa pertanyaan. Sehingga stimulus yang diberikan guru lebih mudah

diterima siswa.

g). Pemberian pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan pemahaman konsep yang

dijelaskan guru sudah cukup baik.

h). Guru lebih murah dan santai dalam memberikan pujian bagi siswa yang

menjawab pertanyaan.

i). Guru sudah menambah volume suara pada saat menyampaikan materi sehingga

siswa tidak mengeluhkan tentang suara guru yang pelan.

j). Guru memberikan tugas untuk diselesaikan di rumah sudah baik.

k). Guru menumbuhkan tanggung jawab kepada siswa dalam belajar maupun

penyelesaian tugas atau pekerjaan rumah sudah baik, karena guru sudah mampu

membengun komunikasi yang baik dengan siswa, sehingga tidak ada lagi rasa

canggung dan sungkan.

l). Dalam mempersiapkan instrumen evaluasi sudah baik

m). Guru dalam memberikan penekanan pada hal-hal yang penting selama pelajaran

maupun akhir pelajaran juga sudah lebih baik.

n). Guru sudah baik dalam menumbuhkan semangat kerjasama siswa dalam belajar.

o). Guru sudah baik dalam bekerjasama dengan guru kolaborasi untuk mengawasi

jalannya Post Test.

p). Pemberian Post Test berjalan dengan lancar.

q). Guru menutup pelajaran dengan baik (data dapat dilihat pada lampiran 21).

3). Penilaian Kinerja Guru pada Pembelajaran oleh Siswa

a). 76,31% dari 38 siswa menyatakan bahwa pembelajaran Inquiry Terbimbing ada

bedanya dengan pertemuan sebelumnya. Peningkatan ini mungkin dikarenakan

guru memberikan motivasi berupa hadiah, pujian dan hukuman serta pemberian

ice breaking.

b). 55,26% dari 38 siswa menyatakan bahwa pembelajaran dengan tugas menarik dan

31,57% menyatakan biasa saja serta 13,15% menyatakan tidak menarik.

c). 60,52% dari 38 siswa menyatakan bahwa pembelajaran Inquiry Terbimbing dapat

membuat suasana lebih hidup dan 39,47% menyatakan metode Inquiry

Page 67: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Terbimbing tidak menyebabkan suasana pembelajaran menjadi hidup. Ini

didukung oleh adanya ice breaking dan pemberian motivasi.

d). 44,73 % dari 38 siswa menyatakan bahwa materi yang disampaikan guru jelas.

Dan 50% menyatakan bahwa materi yang disampaikan guru kurang jelas. Hal ini

disebabkan karena guru telah menambah referensi materi.

e). 44,73% dari 38 siswa menyatakan bahwa guru terlihat tegang saat mengajar,

42,10% menyatakan biasa saja dan 13,15% menyatakan menyenangkan.

Peningkatan ini mungkin dikarenakan guru telah melakukan pendekatan dengan

siswa melalui ice breaking.

f). Sebanyak 55,26% dari 38 siswa menyatakan bahwa penampilan guru rapi.

g). 81,57% dari 38 siswa menyatakan suara guru sedang, dan 10,52% siswa

menyatakan suara guru keras. Hal ini karena guru sudah menambah volume suara.

h). Sebanyak 57,89% dari 38 siswa menyatakan kecepatan suara guru dalam

menjelaskan sedang.

i). 60,52% dari 38 siswa menyatakan belajar dengan metode Inquiry Terbimbing

menyenangkan, 28,94% menyatakan biasa saja dan 10,52% menyatakan tidak

menyenangkan. Peningkatan ini mungkin karena materi yang dibahas cukup

menarik, ditambah dengan pemberian ice breaking dan motivasi.

j). Sebanyak 76% dari 38 siswa menyatakan bahwa media yang digunakan sudah

optimal. Sedangkan 24% siswa menyatakan masih kurang optimal.

k). Sebanyak 71,05% dari 38 siswa menyatakan bahwa guru memberi motivasi

kepada siswa dan 28,94% menyatakan guru tidak sering memberi motivasi

kepada siswa.

l). 52,63% dari 38 siswa menyatakan guru sudah baik dalam menanggapi siswa yang

bertanya, 42,10% menyatakan biasa saja dan 5,26% menyatakan kurang baik. Hal

ini karena guru telah menambah referensi materi dan juga berusaha bersikap

ramah agar siswa berani mengungkapkan pendapatnya dengan percaya diri.

m). 55,26% dari 38 siswa menyatakan guru sering memberikan humor/ice breaking

(data dapat dilihat pada lampiran 23).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru pada siklus I sudah diperbaiki pada siklus II dan mengalami peningkatan. Kemampuan guru dalam menjelaskan sudah baik, mampu membuat suasana kondusif, guru mampu

Page 68: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

menstimulus siswa menemukan konsep, guru telah mengoptimalkan penggunaan media dan juga menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri siswa.

d. Evaluasi Hasil Tindakan 1). Nilai Tes Siswa.

Tabel 22. Nilai Tes Siswa Kelas X-C Siklus II Jumlah

Kategori Siswa Persen

Tuntas 31 82 %

Belum Tuntas 7 18 %

Jumlah 38 100 %

Sumber: Data Primer PTK 2008/2009 Nilai tes siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II ini diperoleh dari

pemberian soal tes obyektif kepada siswa saat pembelajaran siklus II selesai. Dari tes tersebut diketahui bahwa jumlah siswa yang mencapai ketuntasan nilai adalah sebesar 82 %, siswa yang belum tuntas dalam pencapaian nilai sebesar 18 %. Untuk mencapai keberhasilan siklus II, ketuntasan nilai tes siswa harus mencapai indikator yang telah ditetapkan yaitu sebesar 75 % dari 38 siswa, ini berarti tujuan dari pembelajaran dengan metode Inquiry Terbimbing pada siklus II sudah berhasil karena nilai tes siswa sudah melebihi indikator yang telah ditetapkan sebesar 82% dari 75% (data dapat dilihat pada lampiran 16).

Tabel 23. Perolehan Nilai Tertinggi dan Nilai Terendah Siklus II Kategori Jumlah Nilai Jumlah Siswa

Nilai Tertinggi 90 2

Nilai Terendah 50 1

Rata-rata 73, 28 Sumber: Data Primer PTK 2008/2009 Tabel 24. Hasil Tes Siklus II

Nilai Jumlah anak Persentase > 90

85-89 80-84 75-79 70-74 65-69 60-64 55-59 50-54

2 2 5

12 10 4 2 - 1

5% 5%

13% 32% 26% 11% 5% -

3% Jumlah 38 100%

Page 69: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Sumber: Data Primer PTK 2008/2009 2). Motivasi Siswa Kelas X-C

Dari hasil KBM pada siklus I, untuk mengetahui motivasi siswa diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan angket. Pada hasil pengukuran tersebut diperoleh skor motivasi siswa tinggi sebanyak 7 siswa (18%), sedang 27 siswa (71%) dan rendah sebanyak 4 siswa (11%). Maka skor motivasi siswa yang telah diperoleh adalah sebesar 89 %. Untuk indikator kinerja yang harus dicapai, skor motivasi harus mencapai 85 %. Ini berarti target keberhasilan dalam upaya meningkatkan motivasi siswa sudah tercapai. Berikut ini adalah tabel yang diperoleh dari hasil penghitungan angket (data dapat dilihat pada lampiran 19).

Tabel 25. Kategori Motivasi Siswa Kelas X-C Siklus II

Ketentuan Frekuensi Prosentase

Tinggi 7 18 %

Sedang 27 71 %

Rendah 4 11 %

Sumber: Data Primer PTK 2008/2009 f. Analisis dan Refleksi

Secara umum semua kelemahan yang ada dalam proses pembelajaran pada siklus sebelumnya telah dapat di atasi. Guru telah berhasil membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti kegiatan belajar-mengajar dengan tertib. Guru telah mampu memancing siswa dengan stimulus yang diberikannya. Siswa terlihat sangat antusias mengikuti pembelajaran geografi yang sedang berlangsung. Meskipun, ada diantara mereka yang masih pasif ketika mengikuti pelajaran maupun saat kegiatan tanya jawab. Dari uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

dengan metode Inquiry Terbimbing yang divariasi dengan pemberian ice breaking

dan motivasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa berupa tes dengan ketuntasan

nilai tes sebesar 82%. Perolehan skor motivasi siswa juga mengalami peningkatan

setelah di ukur dengan menggunakan angket motivasi siswa hingga mencapai

indikator kinerja 90% yang terdiri dari 7 siswa (18%) mempunyai motivasi tinggi,

27 siswa (71%) motivasinya sedang dan 4 siswa (10%) mempunyai motivasi

rendah.

Page 70: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

g. Perbandingan Pencapaian Indikator Kinerja Berupa Motivasi dan Nilai Tes

Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Tabel 26. Perbandingan Kategori Motivasi Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Frekuensi Kategori No Survai Awal T S R Prosentase (%) 1 Kondisi Awal 6 22 10 22/38 x 100 = 57 % 2 Siklus I 6 25 7 31/38 x 100 = 82 % 3 Siklus II 7 27 4 34/38 x 100 = 90 %

Sumber: Data Primer PTK 2008/2009 Dari tabel di atas dapat menunjukkan bahwa pembelajaran siklus I sudah

hampir mencapai keberhasilan. Namun karena motivasi siswa baru mencapai prosentase sebesar 82% maka perlu adanya upaya-upaya untuk mencapai indikator sebesar 85%. Setelah didukung dengan pemberian ice breaking dan motivasi berupa memberikan motivasi melalui kata-kata yang membangun semangat, memberi angka, memberi ulangan, siswa mengetahui hasil ulangan, memberi pujian dan hukuman, membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan serta mampu meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran Geografi.

Gambar 8. Perbandingan Kategori Motivasi Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II Tabel 27. Perbandingan Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dilihat dari Nilai Tes Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Survai Awal Siklus I Siklus II Keterangan Sisw

a Prosentase Siswa

Prosentase

Siswa Prosentase

Tuntas belajar 17 45 % 22 58 % 31 82 % Belum Tuntas 21 55 % 16 42 % 7 18 %

Sumber: Data Primer PTK 2008/2009 Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada pembelajaran siklus I

belum berhasil karena kurang dari 75% siswa belum tuntas belajar. Hal ini disebabkan kurang optimalnya kinerja guru dalam menjelaskan materi, mengkondisikan siswa, menstimulus siswa menemukan konsep, mengoptimalkan penggunaan media dan membuat suasana kelas menyenangkan.

0%

20%

40%

60%

80%

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Tinggi

Sedang

Rendah

Page 71: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Pada siklus II sudah berhasil karena lebih dari 75% siswa telah tuntas dalam belajar hal ini didukung oleh adanya tindak lanjut sebagai bentuk perbaikan pembelajaran siklus I, tindak lanjut tersebut adalah pembelajaran metode Inquiry Terbimbing dengan pemberian ice breaking dapat membuat suasana lebih menyenangkan, dan pemberian motivasi berupa memberi kata-kata yang membangun semangat, memberi angka, memberi ulangan, siswa mengetahui hasil ulangan, memberi pujian dan hukuman yang semakin meningkatkan keinginan siswa untuk mencapai hasil lebih baik serta semangat dalam mengikuti pelajaran geografi.

Gambar 9. Perbandingan Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dilihat dari Nilai

Tes Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Sesuai dengan uraian di atas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini telah dapat dibuktikan, bahwa pembelajaran dengan metode Inquiry Terbimbing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran Geografi di kelas X-C semester genap SMA Negeri 4 Surakarta pada pokok bahasan persebaran curah hujan di Indonesia, jenis-jenis vegetasi menurut iklim, dan faktor-faktor penyebab perubahan iklim global (El Nino dan La Nina) serta dampaknya terhadap kehidupan.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Tuntas

Belum Tuntas

Page 72: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil pengembangan dan penerapan perangkat pembelajaran dengan menggunakan media

animasi pada siswa kelas X-C SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2008/2009 dapat disimpulkan

sebagai berikut:

Aplikasi metode pembelajaran Inquiry Terbimbing dengan pokok bahasan persebaran curah hujan

di Indonesia, jenis-jenis vegetasi alam menurut iklim dan faktor-faktor penyebab perubahan iklim global

(El Nino dan La Nina) serta dampaknya terhadap kehidupan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas

X-C SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2008/2009. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan

hasil belajar pada siswa kelas X-C SMA Negeri 4 Surakarta setelah dilakukan pembelajaran dengan

menggunakan metode tersebut. Peningkatan hasil belajar dapat diketahui dari nilai tes dimana pada Siklus I

tingkat ketuntasan belajar adalah sebesar 58 % dan terjadi peningkatan lagi pada Siklus II yakni sebesar 82

%.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai gambaran dan bahan pertimbangan

untuk menentukan langkah-langkah penggunaan strategi pembelajaran pada mata pelajaran Geografi di

SMA

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada pembelajaran Geografi dengan

mengunakan metode pembelajaran Inquiry Terbimbing.

C. Saran

1. Guru

Dalam menyampaikan meteri pembelajaran, hendaknya guru menyajikan dengan

metode yang dirancang dengan baik mulai dari persiapan sampai evaluasi. Salah satu

metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran Geografi adalah metode pembelajaran

Inquiry Terbimbing. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Geografi

siswa.

2. Siswa

89

Page 73: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Siswa hendaknya tidak hanya belajar selama kegiatan belajar mengajar

berlangsung di kelas dan tergantung pada informasi yang diberikan dari guru melainkan

belajar dapat dilakukan secara mandiri di luar kelas. Dengan metode Inquiry Terbimbing

siswa dilatih untuk dapat mnyelesaikan permasalahan dan mencari informasi yang siswa

butuhkan secara mandiri.

3. Peneliti

Bagi Peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis hendaknya

mengadakan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan metode Inquiry Terbimbing pada

materi pokok lainya. Agar pembelajaran geografi lebih menyenangkan dan prestasi siswa

meningkat.

Page 74: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. Suharjono, Supardi 2006. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: PT Bumi Aksara. Buchori, Muhtar. 1983. Teknik-teknik Evaluasi dalam Pendidikan. Bandung:

Jemmars. Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, dan Sutijan. 1998. Belajar dan

Pembelajaran 1. Surakarta: UNS press. Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiarsana.

Hadi, A. Soedomo. 2005. Pengelolaan Kelas. Surakarta : LPP UNS dan UNS

Press. Hasan, Muhammad Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Statistik 1 (Statistik

Deskriptif). Jakarta : Bumi Aksara.

Iskandar, L. 2004. Geografi 1. Bandung : PT. Rosdakarya. Miles, Mattew B dan A.Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.

Jakarta: UI Press. Moleong, Lexy.J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung : PT Remaja

Rosdakarya. Mulyasa,E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Prawiradilaga, Dewi Salma. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta:

Universitas Negeri Jakarta kerjasama Prenada Media Group

Purwanto, Muhammad Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung.: PT. Remaja Rosdakarya.

Roestiyah. 2008: Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Rusyan, Tabrani, atang Kusdinar, Zainal Arifin. 1989. Pendekatan Dalam

Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja karya.

Page 75: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Sadiman, Arif S, R. Raharjo, Anung Haryono, dan Rahardjito. 2006. “Media

Pendidikan” Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sagala, Saiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sanapiah, Faisal. 1981. Dasar dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya: Usaha

Nasional. Sardiman A.M.1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada. Slameto. 2003. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi aksara. Soemarsono. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS Press. Sudjana, Nana. 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.

Remaja Karya. Sugiyanto dan Danang Endarto. 2008. Mengkaji Ilmu Geogrfi 1. Solo: PT Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri. Sumantri, Mulyani dan Johar permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar.

Bandung : CV. Maulana. Sutopo, H.B. 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif (Dasar Teori dan

Terapannya dalam Penelitian). Surakarta : UNS Press.

Thoha, Muhammad Chabib. 1991. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya (Analisis di Bidang

Pendidikan). Jakarta : Bumi Aksara. Wardiyatmoko, K. 2006. Geografi. Jakarta : Erlangga. Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana. Wiraatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

Rosdakarya. Wirojoedo, Soebijanto. 1985. Teori Perencanaan Pendidikan. Yogyakarta:

Liberty.

Page 76: APLIKASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING … fileaplikasi metode pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas x-c semester genap

Sumber Internet:

http://perpustakaan.uns.ac.id/gale-virtual-reference-library, 18 Maret 2010.

http://www.e-dukasi/cuaca-dan-iklim-terhadap-kehidupan, 3 Maret 2009.

http://www.google.com/pengertian-pemanasan-global, 12 april 2009.

http://www.google.com. Jenis-jenis vegetasi-menurut-iklim, 19 Februari 2009.

http://www.voctech.org.bn/virtual_lib/swisscontact/Atmosfer/atmosfer.htm 2

april 2009.

http://www.google.com/pengertian-pemanasan-global, 12 april 2009

http://www.google.co.id/pemanasan_global_makalah_meteorologi-

klimatologi,19 februari 2009.

http://www.ns.doe.ca/udo/pics/warm14, 12 april 2009.