aplikasi segitiga bola untuk menentukan arah kiblat.docx
TRANSCRIPT
APLIKASI SEGITIGA BOLA UNTUK MENENTUKAN ARAH KIBLAT
Studi Kasus : Arah Kiblat Mushola Miftahul Huda Kelurahan Sarirejo, Kecamatan Mojosari,
Kabupaten Mojokerto
Oleh : Septa Erik Prabawa
NRP. 3511201201
Abstrak
Telah dilakukan perhitungan arah kiblat dengan menggunakan rumus segitiga bola.
Perhitungan dilakukan dengan studi kasus arah kiblat Mushola Miftahul Huda di Kelurahan
Sarirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Dari pengukuran koordinat dengan GPS
diperleh koordinat Mushola Miftahul Huda adalah 7o31’20,6” LS, 112o33’36,4” BT dengan
azimuth 289o; adapun dari literatur diperoleh koordinat Ka’bah di Masjidil Haram adalah
(21°25‘21.2“ LU, 39°49‘34.1“ BT) dan koordinat Kutub Utara bumi adalah 90o0’0” LU,
0o0’0” BT. Dari hasil perhitungan diperoleh azimuth Mushola Miftahul Huda terhadap
Ka’bah adalah 294,133o, sedangkan azimuth/arah kiblat Mushola Miftahul Huda saat ini
adalah 289o, sehingga terdapat selisih sebesar 5.133o. Hasil perhitungan dibandingkan dengan
perhitungan situs web www.qiblalocator.com dan aplikasi Garmin Map Source. Ketiga
metode menunjukkan azimuth yang sama yakni 294,133o.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kiblat berasal dari bahasa Arab ( قبله) artinya arah. Arah disini merujuk ke suatu tempat
dengan bangunan bernama Ka’bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. Ka’bah sering
disebut dengan Baitullah (Rumah Allah). Menghadap arah Kiblat merupakan suatu masalah
yang penting dalam syariat Islam. Menurut hukum syariat, menghadap ke arah kiblat
diartikan sebagai seluruh tubuh atau badan seseorang menghadap ke arah Ka'bah yang
terletak di Makkah yang merupakan pusat tumpuan umat Islam untuk menyempurnakan
ibadah-ibadah tertentu.
Pada awalnya, kiblat mengarah ke Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsa Jerusalem di
Palestina, namun pada tahun 624 M ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, arah
Kiblat berpindah ke arah Ka’bah di Makkah hingga kini atas petunjuk wahyu dari Allah
SWT. Beberapa ulama berpendapat bahwa turunnya wahyu perpindahan kiblat ini karena
perselisihan Rasulullah SAW di Madinah.
1
Menghadap ke arah kiblat menjadi syarat sah bagi umat Islam yang hendak menunaikan
shalat baik shalat fardhu lima waktu sehari semalam atau shalat-shalat sunat yang lain.
Kaidah dalam menentukan arah kiblat memerlukan suatu ilmu khusus yang harus dipelajari
atau sekurang-kurangnya meyakini arah yang dibenarkan agar sesuai dengan syariat. Namun
karena keterbatasan peralatan dan pemahaman akan geometri bumi menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam menentukan arah kiblat yang dapat diketahui dikemudian hari. Sebagaimana
dirilis oleh MUI bahwa mayoritas kiblat masjid/mushola di Indonesia mengalami kesalahan
rata-rata 24o, sebuah kesalahan yang cukup besar jika ditarik garis ke arah ka’bah di Makkah.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka penentuan arah
kiblat dapat dilakukan dengan lebih tepat dan akurat. Sehingga kesalahan dalam menentukan
arah kiblat dapat diminimalisasi dan arah kiblat dari masjid/mushola yang sudah terlanjut
dibangun dapat dibenarkan dengan mengubah arah shaf/baris tanpa merubah bangunan fisik
masjid/mushola.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Mengetahui azimuth arah ka’bah dari suatu mushola/masjid..
b. Mengetahui ada/tidaknya kesalahan arah kiblat dari masjid/mushola.
c. Mengetahui besar penyimpangan sudut suatu masjid/mushola terhadap arah kiblat
d. Mengaplikasikan rumus segitiga bola untuk menentukan arah kiblat.
1.3. Batasan Masalah
Pembahasan dalam makalah ini dibatasi oleh :
a. Studi kasus dilakukan di Mushola Miftahul Huda kelurahan Sarirejo, Kecamatan
Mojosari, Kabupaten Mojokerto.
b. Penentuan posisi dilakukan dengan GPS hand held.
c. Perhitungan azimuth dilakukan dengan rumus-rumus pada segitiga bola.
2
II. DASAR TEORI
2.1. Tata Koordinat Geografis Bola Bumi
Sistem koordinat bola bumi dengan system geografis membagi bumi dengan garis maya
pada posisi melintang dan membujur dan biasa dikenal dengan istilah garis lintang/latitude
dan garis bujur/longitude. Garis-garis tersebut pada dasarnya adalah garis meridian dan garis
parallel.
Meridian adalah garis yang menghubungkan antara Kutub Utara dan Kutub Selatan,
garis-garis tersebut berupa setengah lingkaran yang sama besarnya. Karakteristik meridian
adalah :
1. Semua meridian ditarik dengan arah Utara-Selatan yang benar.
2. Jarak antar meridian akan menjauh di ekuator dan akan berkumpul jadi 1 titik di
kutub Utara dan Selatan.
3. Jumlah yang tidak terhingga dari meridian bisa digambar pada suatu globe. Tetapi
untuk penyajian dip eta meridian digambar setiap 10o.
Parallel adalah garis yang sejajar dengan ekuator, garis-garis tersebut berupa lingkaran-
lingkaran yang tidak sama besarnya, makin jauh dari ekuator lingkarannya semakin kecil.
Jadi lingkaran terbesar adalah ekuator. Karakteristik dari parallel adalah :
1. Tiap-tiap parallel selalu sejajar satu sama lain.
2. Parallel selalu kearah Timur-Barat.
3. Parallel berpotongan dengan meridian dengan sudut 90o.
4. Semua parallel kecuali ekuator adalah lingkaran kecil.
5. Jumlah yang tak terhingga dari parallel dapat digambar pada suatu globe. Jadi setiap
titik pada bola bumi akan terletak pada suatu parallel kecuali pada kedua kutub.
Gambar 2.1. Meridian dan parallel pada bola bumi
3
Bujur/longitude suatu titik adalah busur yang diukur (dalam derajat) pada suatu
paralelantara meridian titik tersebut dengan “prime meridian/meridian Greenwich”. Meridian
Greenwich mempunyau harga bujur 0o. bujur dari suatu titik tertentu pada bola bumidiukur
ke Timur atau ke Barat dari meridian Greenwich. Harga bujur bekisar dari 0o sampai 180o ke
Timur atau ke Barat.
Lintang/longitude adalah busur yang diukur (dalam derajat) pada suatu meridian antara
tempat tersebut dengan ekuator. Lintanf mempunyai harga 0o sampai 90o di kutub Utara dan
Kutub Selatan.
Gambar 2.2. Garis lintang dan Bujur bola bumi.
2.2. Segitiga Bola
Segitiga bola adalah segitiga di permukaan bola yang sisi-sisinya merupakan bagian dari
lingkaran besar. Berbeda dengan segitiga datar biasa dikenal masyarakat luas, segitiga bola
memiliki tiga sudut dalam satuan derajat busur dan tiga sisi berbentuk garis yang berdimensi
panjang seperti meter atau centimeter, sehingga segitiga bola seluruh elemennya hanya dalam
satuan derajat busur, karena hanya tiga sudut dan tiga sisi berbentuk busur atau lengkungan
bagian dari bola bumi (Gambar 2.3.)
4
Gambar 2.3. Segitiga bola pada bola bumi
Sudut segitiga bola ABC adalah A, B dan C kemudian sisi-sisi dihadapan sudut bola
masing-masing adalah a, b dan c.
Pada segitiga bola terdapat beberapa persyaratan yang diperlukan untuk menguji apakah
hasil perhitungan sudah konsisten atau belum juga untuk melihat apakah komponen sudut dan
sisi-sisinya sudah merupakan segitiga bola atau bukan, persyaratannya antara lain:
1. Jumlah sudut A, B dan C harus lebih dari 180o dan kurang dari 540o (180o < A+B+C
< 540o).
2. Jumlah sisi-sisi a, b dan c harus lebih dari 0o dan kurang dari 360o (0o < a+b+c <
360o)
3. Jarak sudut (panjang busur) antara sebuah lingkaran besar dan kutubnya adalah 90o.
4. a + b > c; a + c > b dan b + c > a
5. Bila a = b maka A = B, bila a = c maka A = C, bila b = c maka B = C dan
sebaliknya.
6. Bila a > b maka A > B; bila a > c maka A > C ; bila b> c maka B > C dan
sebaliknya.
2.2.1. Rumus-Rumus Pada Segitiga Bola
Ada beberapa rumus yang berlaku pada segitiga bola, namun yang mudah dipahami dan
umum digunakan adalah sebagai berikut :
a. Rumus Cosinus
Rumus Cosinus untuk sudut :
Cos A = Cos B Cos C + Sin B Sin C Cos a
5
Cos B = Cos A Cos C + Sin A Sin C Cos bCos C = Cos B Cos A + Sin B Sin A Cos c
Rumus Cosinus untuk sisi :
Cos a = Cos b Cos c + Sin b Sin c Cos ACos b = Cos a Cos c + Sin a Sin c Cos BCos c = Cos a Cos b + Sin a Sin b Cos C
b. Rumus Sinus : sin Asin a
= sin Bsin b
= sin Csin c
c. Rumus Analogi Gauss atau De Lambre
sin12( A−B)
cos12
C−
sin12(a−b)
sin12
c
cos12( A−B)
sin12
C−
sin12(a+b)
sin12
c
sin12( A+B)
cos12
C−
sin12(a+b)
sin12
c
cos12( A+B)
sin12
C−
sin12(a+b)
sin12
c
d. Rumus Analogi Napier
6
Mark posisi
Koordinat Mushola
Perhitungan dengan rumus segitiga bola
Azimuth B (Arah Kiblat yang benar)
Azimuth B
Plot pada Garmin Map Source Plot pada www.qiblalocator.com
Sesuai?
Ya
Tidak
III. METODOLOGI
3.1. Diagram Alir Penelitian
Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagaimana digambarkan
pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Diagram alir penelitian
7
3.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. GPS tipe Handheld. GPS digunakan untuk marking position, dalam hal ini adalah
posisi/koordinat mushola/masjid yang digunakan sebagai studi kasus.
2. Komputer, dengan perangkat lunak sebagai berikut :
a. Microsoft Excel
b. Garmin Map Source
c. Microsoft Word
Perangkat lunak Microsoft Excel digunakan untuk melakukan perhitungan dengan
rumus-rumus pada segitiga bola. Hasil akhir dari perhitungan tersebut adalah
azimuth/arah kiblat yang benar. Azimuth hasil perhitungan dengan rumus segitiga
bola dibandingkan dengan aplikasi Garmin Map Source untuk memastikan
kebenaran hasil perhitungan.
Hasil akhir dari perhitungan dan penelitian ini adalah laporan/paper yang diketik
dengan aplikasi Microsoft Word.
3. Pranala luar, sebagai pembanding perhitungan : www.qiblalocator.com.
4. Kompas, digunakan untuk menentukan arah/azimuth kiblat berdasarkan hasil
perhitungan.
5. Kertas dan Printer, berfungsi untuk mencetak laporan sehingga menjadi laporan
siap baca dalam bentuk hardcopy.
Gambar 3.1. Pengambilan data posisi di Mushola Muftahul Huda, Mojosari
8
(A) (B)
A (Ka’bah)
B (Mushola Mojosari)
C (Kutub Utara)
a
c
b
IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1. Perhitungan dengan Segitiga Bola
Plotting koordinat dilakukan dengan GPS handheld merk Garmin GPSMap 76 CSx. GPS
tersebut mempunyai akurasi ± 10 m. Hasil plot GPS diperoleh data koordinat Mushola
Miftahul Huda Sarirejo IV adalah 7o31’20,6” LS, 112o33’36,4” BT; elevasi 45 m dan arah
289o. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Koordinat masing-masing titik
Nama Titik
Lintang Bujur
Derajat Menit Detik Desimal Radian Derajat Menit Detik Desimal RadianA
(Ka'bah)21 25 21.2 21.42255556 0.373894 39 49 34.1 39.82613889 0.695097
B(Mushola)
7 31 20.6 7.52238889 0.13129 112 33 36.4 112.56011111 1.964545
C(Kutub Utara)
90 0 0 90.00000000 1.570796 0 0 0 0.00000000 0
Data tersebut selanjutnya diproses dengan rumus-rumus pada segitiga bola, yakni rumus
cos dan sin. Adapun ilustrasi bentuk segitiga bola pada studi kasus tersebut sebagaimana
tampak pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Segitiga bola pada studi kasus
Dari data tersebut dapat diekstrak 3 informasi yakni a, b dan C. Sehingga parameter yang
dicari adalah A, B dan c. Parameter pokok yang dicari untuk mendapatkan arah kiblat adalah
sudut B yang diambil azimutnya (360o-B).
9
Untuk mendapatkan nilai a, b dan C digunakan rumus sebagai berikut :
a = ωkutub utara + ωmushola
b = ωkutub utara - ωka’bah
C = λmushola - λka’bah
sehingga diperoleh :
Tabel 4.2. Parameter yang diketahui
Dari parameter yang diketahui selanjutnya dicari A, B dan c dengan rumus :
Cos c = Cos a Cos b + Sin a Sin b Cos C;
sin Asin a
= sin Bsin b
= sin Csin c
sehingga diperoleh :
Tabel 4.3. Parameter yang dicari
Parameter Yang Dicari
Radian Desimal
c 1.342714 76.93187<B 1.149591 65.86673<A 1.333124 76.38238
Dari B yang didapat maka azimuth B adalah 360o – B = 294,13o.
4.2. Plot Pada Garmin Map Source
Untuk kepentingan pengecekan hasil perhitungan dengan rumus segitiga bola, maka
koordinat Mushola Miftahul Huda dan koordinat ka’bah diplot di Garmin Map Source dan
dibuat rute yang menghubungkan keduanya. Dari rute tersebut dapat diketahui arah/azimuth
dari Mushola Miftahul Huda ke ka’bah. Gambar 4.2 adalah hasil plot koordinat kedua titik
dan Gambar 4.3 adalah properties dari rute yang dibuat dari kedua titik tersebut.
Datum yang digunakan pada Garmin Map Source ini adalah Datum WGS 1984 sama
dengan datum yang digunakan untuk marking point dengan Garmin GPSMap 76 Csx.
10
Parameter Yang Diketahui
Radian Desimal
a 1.702087 97.52239b 1.196902 68.57744
<C 1.269447 72.73397
Mushola, Mojosari
Ka’bah
Azimuth 294o
Gambar 4.2. Plot koordinat Mushola Miftahul Huda dan ka’bah di Garmin Map Source
Gambar 4.3. Properties dari rute Mushola Miftahul Huda -ka’bah
11
4.3. Plot Pada www.qiblalocator.com
Dengan tujuan serupa dengan plot pada Garmin Map Source, plot pada
www.qiblalocator.com bertujuan untuk mengecek kebenaran perhitungan dengan rumus
segitiga bola. Hasil plot pada www.qiblalocator.com disajikan pada Gambar 4.4.
12
Azimuth 294o
Gambar 4.4. Plot koordinat pada www.qiblalocator.com.
4.4. Pembahasan
Data pengukuran lapangan adalah koordinat Mushola Miftahul Huda Sarirejo. Koordinat
Ka’bah dan Kutub Utara diperoleh dari literatur dan internet. Berdasarkan perhitungan
dengan rumus-rumus pada segitiga bola diperoleh parameter berupa panjang/jarak Kutub
Utara-Mushola, Jarak Kutub Utara-Ka’bah dan besar sudut C (Ka’bah-Kutub Utara-
Mushola).
Langkah selanjutnya adalah menghitung 3 parameter lainnya yakni jarak Mushola-
Ka’bah, sudut A dan Sudut B dengan menggunakan rumus Cos dan Sin dari 3 parameter yang
telah diketahui. Hasil perhitungan sebagaimana tampak pada Tabel 4.3.
Parameter pokok yang dicari untuk menentukan aah kiblat adalah azimuth sudut B,
sehingga jika sudut B adalah 65,86673o, maka azimuth B adalah 294,13o.
13
Untuk memastikan hasil perhitungan adalah benar maka dilakukan plot koordinat
mushola dan Ka’bah pada Garmin Map Source dan dibuat rute sehingga diketahui arah dari
rute tersebut. Dari rute tersebut diketahui arah rute adalah 294 true yang artinya rute dari
Mushola Miftahul Huda ke Ka’bah secara garis lurus pada bidang ellisoid adalah ke
arah/azimuth 294o.
Plot koordinat Mushola Miftahul Huda juga dilakukan di situs penyedia jasa perhitungan
arah kiblat berbasis Google Map, situs tersebut adalah www.qiblalocator.com. Dari plot di
situs tersebut diperoleh arah kiblat adalah 294,13o.
Selain penentuan arah kiblat dengan perhitungan, penentuan arah kiblat juga dilakukan
dengan mengukur baying-bayang tiang pada tanggal 27 Mei 2012 pukul 16.00, sebab pada
saat itu posisi matahari tepat diatas Ka’bah sehingga arah datangnya baying-bayang tiang
adalah arah ka’bah/kiblat. Dari hasil pengukuran bayang-bayang diperoleh bahwa baying-
bayang tiang dating dari arah 294o.
Ketiga metode penentuan arah kiblat menunjukkan hasil yang sama sehingga dapat
disimpulkan bahwa perhitungan arah kiblat dengan rumus segitiga bola adalah benar.
Langkah selanjutnya adalah membandingkan arah kiblat hasil perhitungan dengan arah
kiblat hasil pengukuran arah kiblat di Mushola Miftahul Huda . Arah kiblat Mushola
Miftahul Huda hasil pengukuran adalah 291o. Sehingga ketika arah kiblat hasil perhitungan
dibandingkan dengan arah kiblat Mushola Miftahul Huda saat ini (291o) terdapat selisih
sebesar 3,13o. Untuk membetulkan arah kiblat saat ini maka shaf pada Mushola Miftahul
Huda perlu diputar sebesar 3,13o ke arah kanan/Utara.
Dampak langsung yang diakibatkan dari selisih arah kiblat sebesar 3,13o adalah arah kiblat
saat ini 438,65 km k earah Barat Laut Ka’bah, atau disekitar Negara Yaman/Sudan.
14
Arah bayang-bayang
294o
Mushola Miftahul Huda
Ka’bah
Arah kiblat mushola Miftahul Huda saat ini
Gambar 4.5. Arah bayang-bayang matahari
Gambar 4.5. Arah kiblat Mushola Miftahul Huda
15
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari perhitungan dan analisa yang dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Arah kiblat yang benar dari Mushola Miftahul Huda Mojosari (7o31’20,6” LS,
112o33’36,4” BT) adalah 294,13o.
2. Arah kiblat Mushola Miftahul Huda Mojosari saat ini adalah 291o, sehingga terdapat
selisih sebesar 3,13o.
3. Akibat dari selisih 3,13o adalah arah kiblat Mushola Miftahul Huda Mojosari saat ini
adalah 438,65 km dari Ka’bah, atau berada disekitar Negara Yaman/Sudan.
5.2. Saran
Untuk mencapai kesempurnaan sholat, maka disarankan untuk merubah arah kiblat
Mushola Miftahul Huda Mojosari sebesar 3,13o sehingga arah kiblatnya menjadi 294,13o.
Perubahan arah kiblat dapat dilakukan dengan merubah arah shaf/barisan jamaah sholat tanpa
merubah bangunan fisik Mushola Miftahul Huda .
16
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Hasanudin, Z. (2007), Modul 2 : System of Coordinate, Lecture Slide : GD. 2213
Satellite Geodesy, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Prihandito, Aryono. (1988), “Proyeksi Peta”, Cetakan Pertama, Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Qibla Locator, URL : www.qiblalocator.com.
Rudianto, “Menghitung Arah Kiblat Untuk Wilayah Lampung Dan Sekitarnya”, BMKG,
Stasiun Geofisika Kotabumi.
Ru’yatul Hilal Indonesia, (2009), “Ilmu Falak : Menentukan Arah Kiblat”, URL :
http://rukyatulhilal.org/arah-kiblat/index.html.
Toyib, “Menghitung Arah Kiblat Dengan Rumus Segitiga Bola”, Journal Pengajaran Sains,
Volume 1.
Wikipedia, Ensiklopedi Bebas, “Kakbah”, URL : http://id.wikipedia.org/wiki/Kakbah
17