appendisitis akut

18
LAPORAN KASUS 2 APENDISITIS AKUT Oleh : Maulida Ayu Noriza FAA 110 018 Pembimbing : dr. Sutopo Marsudi Widodo, Sp.RM dr. Tagor Sibarani Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine

Upload: maulida-ayu-noriza

Post on 06-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Laporan KasusApendisitis Akut

TRANSCRIPT

Page 1: Appendisitis Akut

LAPORAN KASUS 2

APENDISITIS AKUT

Oleh :

Maulida Ayu Noriza

FAA 110 018

Pembimbing :

dr. Sutopo Marsudi Widodo, Sp.RM

dr. Tagor Sibarani

Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik pada bagianIlmu Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU REHABILITASI MEDIK DAN EMERGENCY MEDICINE

RSUD dr. DORIS SYLVANUS/FK UNPARPALANGKA RAYA

2015

Page 2: Appendisitis Akut

BAB I

PENDAHULUAN

Apendisitis akut adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada

apendik dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering

ditemui. Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai

faktor, diantaranya adalah hiperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan

cacing ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan.

Terdapat sekitar 250.000 kasus apendisitis yang terjadi di Amerika Serikat

setiap tahunnya dan terutama terjadi pada anak usia 6-10 tahun. Apendisitis lebih

banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan 3:2.

 Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju dibandingkan dengan

negara berkembang. Namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun

secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000

populasi. Kejadian ini mungkin disebabkan oleh perubahan pola makan.

Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia,

apendisitis akut merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan beberapa

indikasi untuk dilakukan operasi kegawatdaruratan abdomen. Insidens apendisitis

di Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen

lainya. Dinkes Jateng menyebutkan pada tahun 2009 jumlah kasus apendisitis di

jawa tengah sebanyak 5.980 penderita, dan 177 penderita diantaranya

menyebabkan kematian.

Peradangan pada apendiks selain mendapat intervensi farmakologik juga

memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi. Berlanjutnya

kondisi apendisitis akan meningkatkan resiko terjadinya perforasi dan

pembentukan masa periapendikular. Perforasi dengan cairan inflamasi dan bakteri

masuk ke rongga abdomen lalu memberikan respons inflamasi permukaan

peritoneum atau terjadi peritonitis.

Page 3: Appendisitis Akut

BAB II

LAPORAN KASUS

I. Primary Survey

Nn. R, perempuan

Vital sign :

Tekanan Darah : 120/90 mmHg

Nadi : 112x/menit

Pernapasan : 22x/menit

Suhu : 36,9℃Airway : tidak ada tanda sumbatan jalan napas.

Breathing : Spontan, 22 kali/menit dengan jenis pernapasan

torakoabdominal, pergerakan thoraks simetris dan

tidak ditemukan ketinggalan gerak pada salah satu

thoraks.

Circulation : TD 120/90 mmHg. Nadi 112 kali/menit, reguler, isi

cukup, kuat angkat. CRT < 2 detik.

Dissability : GCS 15 (Eye 5, Motorik 6, Verbal 5), kompos

mentis, pupil isokor +/+ dengan diameter

3mm/3mm.

Evaluasi masalah : Kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam

priority sign yaitu akut abdomen. Pasien pada kasus

ini diberi label pewarnaan triase dengan warna

kuning.

Tatalaksana awal : Pasien ditempatkan di ruangan non bedah.

II. Identitas Penderita

Nama : Nn. R

Usia : 17 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Jl. Mendawai

Page 4: Appendisitis Akut

III. Anamnesis

Autoanamnesis dengan penderita pada tanggal 1 Oktober 2015 pukul 09.50

WIB.

1. Keluhan Utama : Nyeri perut kanan bawah

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 1 minggu

dan semakin memberat sejak 1 hari SMRS. Nyeri perut hilang timbul,

terasa seperti ditusuk.

Mual (+), muntah (+) 3 kali sejak 2 hari SMRS, muntah makanan

bercampur lendir.

Demam (+) sejak 2 hari SMRS, demam tidak terlalu tinggi, demam

hilang timbul.

BAK (+) tidak ada keluhan, nyeri saat BAK (-).

BAB cair disangkal.

IV. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum: Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : Eye (4), Motorik (6), Verbal (5).

2. Tanda vital :

Tensi : 120/90 mmHg

Nadi : 112x/menit, reguler, isi cukup, kuat angkat

Suhu : 36,9°C, aksila

Respirasi : 22x/menit, torakoabdominal.

3. Kepala : Normocephal

Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis,

sklera tidak ikterik.

4. Leher : Trakea di tengah, pembesaran KGB (-), peningkatan

JVP (-).

Page 5: Appendisitis Akut

5. Thoraks :

a. Paru

Inspeksi : Simetris, tidak ada ketinggalan gerak, frekuensi

napas 22 kali/menit, jenis pernapasan

torakoabdominal.

Palpasi : Fremitus +/+ normal

Perkusi : Sonor +/+ pada kedua lapang paru

Auskultasi : Suara napas vesikuler pada kedua lapang paru, ronki

(-/-), wheezing (-/-).

b. Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Teraba pada SIC V 1 jari medial midklavikula

sinistra

Auskultasi : Frekuensi jantung 112 kali/menit, reguler, S1-S2

tunggal, tidak ada murmur dan gallop

6. Abdomen : Datar, distensi (-), bising usus (+) normal, timpani,

hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan

Mc Burney (+), Rovsing sign (+), defans muskular

(-).

7. Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik.

Obturator sign (+), Psoas sign (+).

V. Pemeriksaan Penunjang

Hasil laboratorium pada tanggal 1 Oktober 2015 :

WBC : 12,33/uL

RBC : 5,40/uL

HGB : 10,5 g/dL

PLT : 343/uL

GDS : 95 mg/dL

Ureum : 21 mg/dL

Kreatinin : 0.83 mg/dL

SGOT : 25 u/L

SGPT : 31 u/L

HbSAg : (-)Neg

CT/BT : 500/230

HCG test : (-)Neg

Sedimen urin : leukosit +1

Page 6: Appendisitis Akut

VI. Diagnosis Banding

Apendisitis Akut

Infeksi saluran kemih

Batu ureter

VII. Diagnosis Kerja

Abdominal pain e.c Apendisitis Akut

VIII. Penatalaksanaan

IVFD NaCl 0,9% 20 tpm

Injeksi Cefotaxime 3 x 1 gram (IV) skin test

Injeksi Ranitidine 2 x 50 mg (IV)

Metronidazole infus 2 x 1 fls

Observasi keadaan umum dan vital sign

Puasa dari malam ini, rencana operasi besok

IX. Usulan

USG Abdomen

Page 7: Appendisitis Akut

BAB III

PEMBAHASAN

Pasien Nn. R datang ke IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya,

kegawatan pada kasus ini adalah nyeri perut kanan bawah yang merupakan bagian

dari kasus akut abdomen.

Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh

fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi

lumen merupakan penyebab utama Apendisitis.

Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena struktur

yang terpuntir, appendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul

dan multiplikasi.

Apendisitis akut disebabkan oleh proses radang bakteria yang dicetuskan

oleh beberapa faktor pencetus. Ada beberapa faktor yang mempermudah

terjadinya radang apendiks, diantaranya :

1. Faktor Obstruksi

Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hiperplasia jaringan lymphoid

submukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab

lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing.

2. Faktor Bakteri

Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada apendisitis

akut. Bakteri yang ditemukan biasanya E.coli, Bacteriodes fragililis,

Splanchicus, Lacto-bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes splanicus.

3. Kecenderungan familiar

Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang herediter

dari organ apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan

letaknya yang memudahkan terjadi apendisitis.

4. Faktor ras dan diet

Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan

sehari-hari.

Page 8: Appendisitis Akut

Gambaran klinis pada apendisitis akut yaitu :

1. Tanda awal nyeri di epigastrium atau regio umbilicus disertai mual dan

anorexia. Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5 - 38,5C. Bila

suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi.

2. Nyeri berpindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan

peritoneum lokal di titik Mc Burney, nyeri tekan, nyeri lepas dan adanya

defans muskuler.

3. Nyeri rangsangan peritoneum tak langsung nyeri kanan bawah pada tekanan

kiri (Rovsing’s Sign) nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri

dilepaskan (Blumberg’s Sign) batuk atau mengedan

Pada pasien didapatkan keluhan nyeri perut kanan bawah disertai mual dan

muntah serta demam ringan.

Mc Burney (+), Rovsing sign (+).

Pemeriksaan Fisik :

1. Inspeksi

- Kembung sering terlihat pada komplikasi perforasi.

2. Palpasi

- nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri tekan lepas.

- defans muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale.

- pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk

menentukan adanya rasa nyeri.

3. Perkusi

- pekak hati menghilang jika terjadi perforasi usus.

4. Auskultasi

- biasanya normal

- peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis generalisata

akibat apendisitis perforata

5. Rectal Toucher

- tonus musculus sfingter ani baik

- ampula kolaps

Page 9: Appendisitis Akut

- nyeri tekan pada daerah jam 9 dan 12

- terdapat massa yang menekan rectum (jika ada abses).

6. Uji Psoas

Dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi panggul

kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan.

Bila apendiks yang meradang menepel di m. poas mayor, tindakan tersebut

akan menimbulkan nyeri.

7. Uji Obturator

Digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak dengan

m. obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil. Gerakan fleksi

dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang akan menimbulkan

nyeri pada apendisitis pelvika. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator

merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak

apendiks.

8. Alvarado Score

Characteristic Score

M = Migration of pain 1

A = Anorexia 1

N = Nausea and vomiting 1

T = Tenderness in RLQ 2

R = Rebound pain 1

E = Elevated temperature 1

L = Leukocytosis 2

S = Shift of WBC to the

left

1

Total 10

Page 10: Appendisitis Akut

Dinyatakan appendisitis akut bila skor > 7 poin

Pada pasien didapatkan Uji Psoas dan Obturator (+). Tidak ada defans

muscular. Skor Alvarado didapatkan 8 poin.

Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

a. Pemeriksaan darah :

- leukositosis pada kebanyakan kasus appendisitis akut terutama pada

kasus dengan komplikasi.

- pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat.

b. Pemeriksaan urin untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di

dalam urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan

diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang

mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan appendicitis.

2. Radiologis

a. Foto polos abdomen

Pada appendicitis akut yang terjadi lambat dan telah terjadi komplikasi

(misalnya peritonitis) tampak :

- scoliosis ke kanan

- psoas shadow tak tampak

- bayangan gas usus kanan bawah tak tampak

- garis retroperitoneal fat sisi kanan tubuh tak tampak

- 5% dari penderita menunjukkan fecalith radio-opak

b. USG

Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan

USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan

USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti

kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya.

Page 11: Appendisitis Akut

Penatalaksanaan Apendisitis Akut

Kegawatdaruratan

Berikan terapi kristaloid untuk pasien dengan tanda-tanda klinis dehidrasi

atau septicemia.

Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak diberikan apapun melalui

mulut.

Berikan analgesik dan antiemetik parenteral untuk kenyamanan pasien.

Pertimbangkan adanya kehamilan ektopik pada wanita usia subur, dan

lakukan pengukuran kadar hCG

Berikan antibiotik intravena pada pasien dengan tanda-tanda septicemia dan

pasien yang akan dilanjutkan ke laparotomi.

Antibiotik Pre-Operatif

Pemberian antibiotik pre-operatif telah menunjukkan keberhasilan dalam

menurunkan tingkat luka infeksi pasca bedah.

Pemberian antibiotic spektrum luas untuk gram negatif dan anaerob

diindikasikan.

Antibiotik preoperative harus diberikan dalam hubungannya pembedahan.

Tindakan Operasi

Apendiktomi, pemotongan apendiks.

Jika apendiks mengalami perforasi, maka abdomen dicuci dengan garam

fisiologis dan antibiotika.

Bila terjadi abses apendiks maka terlebih dahulu diobati dengan antibiotika

IV, massanya mungkin mengecil, atau abses mungkin memerlukan drainase

dalam jangka waktu beberapa hari.

Page 12: Appendisitis Akut

BAB IV

KESIMPULAN

Demikian telah dilaporkan suatu kasus kolelitiasis dari seorang pasien

perempuan, Nn. R usia 17 tahun dengan keluhan utama nyeri perut kanan bawah.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang. Selama perawatan, Nn. R diberikan terapi cairan,

pemberian obat-obatan untuk keluhan simptomatik, serta perencanaan untuk

appendiktomi.

Page 13: Appendisitis Akut

DAFTAR PUSTAKA

1. Syamsuhidayat R dan de Jong W. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta:

EGC; 2010.

2. FK Universitas Hasanuddin. Medical mini notes surgery; 2015.

3. Nurhidayah W, Sastry A. Apendisitis akut. Palembang: Fakultas Kedokteran

Universitas Sriwijaya; 2012.