apresiasi film indonesia: november 1828

Upload: ingeu-widyatari-heriana

Post on 18-Jul-2015

217 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ANALISIS HAL-HAL MENARIK FILM "NOVEMBER 1828" SUTRADARA TEGUH KARYA

TRANSCRIPT

TUGAS MATA KULIAH APRESIASI FILM INDONESIA ANALISIS HAL-HAL MENARIK DALAM FILM NOVEMBER 1828 SUTRADARA TEGUH KARYA

INGEU WIDYATARI HERIANA 180110110055 SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012

Sutradara: Produser: Produksi Penulis: Pemeran:

Teguh Karya Njoo Han Siang, Ronald Lolang, Hendrick Gozali PT Intersindo, PT Gemini Satria Film, PT Garuda Film, PT Satria Film Teguh Karya Slamet Rahardjo Rachmat Hidayat El Manik Yenny Rachman Maruli Sitompul Sardono W. Kusumo Sunarti Rendra Frankie Raden Sardono W. Kusumo Slamet Rahardjo

Musik:

Sinematografi: Tantra Suryadi Penyunting: Durasi: Negara: Tahun: Tantra Suryadi 140 menit Indonesia 1979

Penghargaan: Festival Film Indonesia 1979: Sutradara Terbaik: Pemeran Pendukung Pria Terbaik: Tata Sinematografi Terbaik: Tata Artistik Terbaik: Cerita Asli Terbaik: Teguh Karya El Manik Tantra Surjadi Benny Benhardi Franki Raden

PENDAHULUANSEJARAH PEMBUATAN FILM NOVEMBER 1828 Film November 1828 adalah sebuah film yang diambil dari kisah zaman peperangan November 1828. Film ini digarap oleh sutradara Teguh Karya. Beliau mempercayakan aktor dan aktris Indonesia terpercaya untuk memerakan tokoh-tokoh di dalam filmnya, diantaranya El Manik, Maruli Sitompul, Slamet Rahardjo, Jenny Rachman, Hidayat Soerip, Purnomo, Gino Makatsudji, Sardono Kusumo, Sunarti Rendra, Sentot, beserta pemeran pendukung lainnya. Pembukaan film November 1828 disajikan dengan iringi-iringan pasukan Belanda, memanjakan penonton dengan pemandangan. Teguh Karya mengambil latar tempat daerah persawahan di Bantul, Yogyakarta. Kondisi ini disesuaikan dengan keadaan sebenarnya pada zaman terjadinya Perang Dipongoro yang termasuk ke dalam perlawanan bangsa Indonesia menentang penjajah abad ke-19 Masehi, yaitu perang Jawa (1825-1830) yang salah satu tokohnya adalah Pangeran Diponegoro, selain dari Kyai Maja, P. Mangkubumi, dan Sentot Alibasya. Faktor yang mendorong munculnya perlawanan bangsa Indonesia, antara lain Meluasnya pengaruh Belanda di sektor ekonomi, politik, sosial-budaya di Kesultanan Yogyakarta, kerugian yang dirasakan kalangan bangsawan dan rakyat akibat berbagai politik Belanda, dan dibangunnya jalan yang melintasi makam leluhur Pangeran Diponegoro sebagai sebab khusus. Itu yang saya ingat dalam pelajaran sejarah. Setelah sekian lama terjajah, suasana tenang, hingga tidak muncul lagi kecurangan dan ketidakadilan di negara ini. Orang Belanda yang berdomisili di Indonesia banyak sekali yang menikah dengan orang pribumi. Mereka melahirkan anak-anak keturunan dua kebangsaan sebagai generasi penerus. Film ini ditayangkan pada tahun 1970-an yang menurut saya sebagai kritik zaman Orde Baru masa pemerintahan Soeharto. Pemerintahan Soekarno mengekang rakyat salama puluhan tahun untuk tetap menerima aturan Beliau sendiri bersama golongannya. Bentuk pemerintahan oligarki. Berucap sedikit saja, sembarangan berpendapat, mengkritik, memrotes, memberontak apalagi berkoar-koar akan ada orang hilang, ditembak, ditangkap secara misterius oleh ajudan-ajudan Beliau. Kebebasan berserikat, berkumpul, dan berpendapat tidak dijunjung saat itu. Hanya segelintir orang dengan kedudukan tertentu dan memiliki ide egois saja yang bisa terwujudkan hasratnya. Apalagi yang berkhianat, orang bisa hilang pada zaman itu., adanya kasus Petrus Penembakan Misterius oleh golongan Soeharto terhadap rakyat yang tidak sejalan dengannya. Seperti adegan dalam November 1828, Borst yang dengan seenaknya menagkap, menyiksa, dan menembak rakyat Jawa yang tidak sejalan dengannya dan menghalangi usahanya demi mempertahankan pangkatnya dan jabatannya. Terjajah oleh pmimpin bangsa sendiri tidak adanya kebebasan bagi rakyat untuk bermusyawarah, berpendapat, berserikat, dan berkumpul.

ISI

HAL-HAL MENARIK DALAM FILM NOVEMBER 1828 UNSUR INTRINSIK Penokohan Hambar rasanya apabila suatu cerita tanpa dihadiri para tokoh. Dalam film ini justru kehadiran tokoh-tokoh yang menghidupkan suasana dan menjadikan lebih bernilai untuk disaksikan para penonton. Kapitein Van De Borst (Slamet Rahardjo) Slamet Rahardjo memerankan tokoh Kapitein Van De Borst sangat baik. Wajahnya yang disamarkan dengan tata rias, terlihat mirip sekali dengan paras peranakan Indonesia-Belanda. Olah vokal Beliau yang diatur menyerupai logat orang Belanda yang fasih berbicara dalam bahasa Indonesia. Parasnya yang tegas sangat mendukung perannya menjadi serorang pemimpin yang keras. Busana yang dikenakan sesuai dengan postur tubuh Beliau sangat mendukungLetnan Van Aken (El Manik)

El Manik memerankan tokoh Letnan Van Aken sangat baik. Wajahnya yang disamarkan dengan tata rias, sehingga mirip sekali dengan paras peranakan Indonesia-Belanda. Olah vokal Beliau yang diatur menyerupai logat orang Belanda yang fasih berbicara dalam bahasa Indonesia. Raut wajah yang diatur olehnya menjadikan dirinya sangat pantas memerankan tokoh Belnda yang tegas, namun menaruh simpati pada rakyat Jawa. Kromoludiro (Maruli Sitompul) Wajahnya yang tegas, hitam manis, bertubuh gemuk, rambut ikal, matanya yang bulat sangat mencerminkan pria khas Jawa sangat cocok diperankan oleh Beliau. Mimik muka yang diatur mencerminkan kekesalan dirinya terhadap Belanda berhasil ia tampilkan untuk para penonton.

Laras (Jenny Rachman) Kulitnya yang kuning langsat, hidung kecil, mata bulat, rambut tebal dan ikal, tubuhnya yang berisi sangat mencerminkan wanita Jawa seutuhnya. Wanita Jawa yang ayu begitu melekat pada diri Jenny Rachman dalam memerankan tokoh Laras. Ibu atau Istri Kromoludiro (Sunarti Rendra) Kulitnya yang kuning langsat, hidung kecil, mata bulat, rambut tebal dan ikal, tubuhnya yang berisi sangat mencerminkan wanita Jawa seutuhnya. Wajahnya yang keibuan sangat pantas memerankan tokoh ibu atau istri Kromoludiro. Gerak-gerik tubuhnya diatur sangat baik sebagai persembahan untuk penonton bahwa dia seorang wanita Jawa yang kuat diiringi dengan kelemahlembutan. Kopral konyol (Purnomo atau Mang Udel) Tubuhnya yang kecil, parasnya yang polos, dan gelagat tubuhnya yang lincah sangat pantas memerankan tokoh seorang kopral yang konyol. Memberikan suasana lain pada film menjadi tidak jenuh untuk sebuah film bertema peperangan. Apalagi ia yang selalu bersamasama dengan Borst, sebagai pengawal kapiten yang berwajah culas. Demang (Gino Makasutji) Parasnya yang bisa diatur menjadi mimik yang picik sangat pantas memerankan tokoh seorang demang yang licik terhadap warganya. Bondan (Anak Demang) Parasnya yang biasa-biasa saja tidak menunjukkan mimik yang selalu picik seperti wajah Ayahnya. Djarot (Anak Padepokan) Parasnya yang tampan sangat pantas memerankan tokoh Djarot. Seorang pemuda gagah perkasa yang ikut menjaga kampungnya dari serangan Belanda. Juga sangat pantas

berpasangan dengan Laras wanita yang berparas ayu. Senopati Sentot (Sardono W. Kusumo) Parasnya yang berwibawa, ditambah memakai sorban, berbaju putih, berjubah merah, berkuda, membawa senjata tradisional mencerminkan sikap kepeahlawanan sangat pantas diperankan olehnya.

Perwatakan Kapitein Van De Borst (Slamet Rahardjo) Kaptein Van De Borst dalam film November 1828 berwatak licik, egois, tegas, ambisius, berjiwa pemimpin, ceroboh, optimis, serakah, berbuat baik jika ada maunya, dan keras. Apalagi perlakuan dirinya terhadap rakyat Jawa yang sangat kejam, gegabah atau gelagapan dalam bertindak. Wataknya yang licik dan baik jika ada maunya bisa dibuktikan dengan percakapannya dengan anak dari Kromoludiro, yaitu Sigit sambil mengunyah kudapan berikut ini. Borst: Sigit: Borst: Sigit: Mau apa kamu? Cari Bapak Ini buat kamu Cari Bapak

Saat baru datang ke halaman rumah warga Borst menanyakan nama berlaga akrab dengan warga terutama kepada anak Kromoludiro, Sigit. Kurang lebih seperti ini. Borst: Namamu siapa? Kau anak kecil manis pasti punya nama, tak punya nama?

Letnan van Aken (El Manik)

Dalam November 1828 Van Aken berwatak jujur, berani, bertanggung jawab, simpati terhadap rakyat Jawa, . Kromoludiro (Maruli Sitompul) Seorang bapak yang berani, bertanggung jawab, rela berkorban, cinta terhadap keluarga dan tanah air, dan tidak pantang menyerah. Laras (Jenny Rachman) Seorang wanita yang bersifat lemah lembut, halus, ramah, sopan, penyayang, jujur, dan berani. Sifat keberaniannya itu dibuktikan dengan perkataannya dengan Borst saat ia ditangkap, dikurung, lalu disiksa oleh Belanda di dalam kandang. Tembak saya jika Belanda melemahkan kaum perempuan. Dibutuhkan keberanian bagi seorang wanita menentang seorang pemimpin dari bangsa penjajah yang kejam seperti Borst yang mudah sekali menembak lawannya.

Ibu atau Istri Kromoludiro (Sunarti Rendra) Bertanggung jawab, berani, setia, patuh, rela berkorban, dan penyayang. Keberaniannya dibuktikan dengan percakapannya dengan Borst saat dikurung oleh Belanda. Borst: .... Kalian semua akan mati besok..... Siapa yang tidak mau membuka mulut, dan yang berkhianat .... Ibu: Kalau saya kasih tahu, apa Anda bisa menghidupkan kembali suami saya?....

Sifat setia dan penyayang Ibu juga dibuktikaan saat ia melakukan kejawen berbicara pada tiang sebagai perantara arwah sang suami Kromoludiro. Kurang lebih seperti ini. Ibu: Pak, anak-anak sudah tumbuh sekarang. Mugi semakin anakal, si bayi sudah mulai merangkak, dan Sigit tambah lagi gigi atasnya. Perkataan Ibu tersebut membuktikan bahwa si Ibu telah berhasil dengan setia, tegar, dan tabah mengurus buah hati dari dirinya dan suaminya dengan sendirinya tidak mengandalkan pria lain. Kopral konyol (Purnomo atau Mang Udel) Lucu, menyenangkan, patuh, dapat mencairkan suasana. Demang (Gino Makasutji) Penurut, penakut, licik, penjilat, mudah terpengaruh, licik, gila jabatan, tidak teguh pendirian atau tidak konsisten, dan serakah. Bondan (Anak Demang) Penurut, pemberani, licik, penjilat, mudah terpengaruh, dan punya rasa ingin tahu. Seperti kata pepetah, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Sifat anak tidak berbeda jauh dengan orang tuanya. Demang sang ayah, menurunkan sifat tidak teguh pendiian kepada, Bondan. Djarot (Anak Padepokan) Pemberani, rela berkorban, penyayang, berjiwa ksatria, jujur, sopan, dan shaleh.

UNSUR EKSTRINSIK Unsur Adat Teguh Karya menyisipkan adegan tarian adat Jawa di lapangan depan Langgar tempat para pemuda dan anak-anak mengaji pada awal alur cerita film November 1828 yang diperankan oleh para pemuda Jawa yang berguru di Padepokan yang dipimpin oleh seorang Kiyai. Hal tersebut sangat memeberikan sentuhan seni pada film yang bertemakan perang, membawa penonton tidak selalu pada ketegangan. Film bertemakan perang biasanya hanya kerumunan orang-orang beradu tubuh dan senjata, tetapi ini masih disajikan unsur budaya bahwa sejak zaman penjajahan kita punya identitas yang menarik sangat membanggakan. Hiburan kuda lumping, penari-penari bertopeng, musik khas Jawa, nyanyian daerah dan kudapan tradisional pementasannya. Kelentongan yang dipakai rakyat Jawa untuk menginformasikan kedatangan Belanda mengingatkan penonton pada zaman dahulu yang sangat kental kesederhanaan dan kebersamaannya. Hal tersebut menggugah penonton untuk bersyukur di masa sekarang karena teknologi sudah canggih. Saat berperang para wanita menalu alu, tempat menumbuk padi yang menandakan situasi yang tidak aman dan menggugah semangat berperang rakyat Jawa. Teguh Karya dalam filmnya, November 1828 sangat menghargai kebudayaan Indonesia, walaupun film ini didominasi oleh unsur politik. Disisipkan adegan kebudayaan Jawa di tahap penyelesaian konflik. Istri Kromoludiro dan anaknya, Laras, mengenang kematian Kromoludiro dengan melaksanakan adat Jawa, yaitu Kejawen. Di markas berarsitektur tradisional Jawa, rumah Joglo. Di rumah Joglo, isri Kromoludiro berbicara pada soko, kayu pondasi rumah Joglo, tempat Kromoludiro diikat dan ditembak, tentang perasaan mengenai pascakematian suaminya dan keadaan keluarganya. Air hujan pun turun lewat kayu-kayu pondasi rumah Joglonya, menandakan Kromoludiro mendengar yang disampaikan istrinya. yang disediakan di lapangan disaksikan dan dinikamti oleh warga kampung dan prajurit Belanda. Sangat baik memperkenalkan adat Jawa yang saat itu terkekang

Unsur Sosial Van Aken yang peranakan Indonesia-Belanda masih memiliki rasa simpati terhadap rakyat Jawa yang diserang. Ibunya yang berdarah Indonesia asli menanamkan sifat lembutnya terhadap rakyat Indonesia. Bapaknya yang berdarah Belanda hanya menurunkan sifat tegas dan optimis kepada dirinya. Aken tahu betul keluarga Jawa, sehingga ia tidak setuju dengan cara Borst yang suka menyiksa keluarga rakyat Jawa. Apalagi keluarga Kromoludiro yang tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa. Sementara Van Borst yang juga berdarah campuran IndonesiaBelanda memiliki sifat bertolak belakang dengan Van Aken. Van Borst sangat egois, licik, kasar terhadap rakyat Jawa. Menghalalkan segala cara untuk menemukan Sentot yang melarikan diri dari kampung dan kejaran Belanda yang ingin mengetahui keberadaan Diponeoro. Keogoisannya sangat merugikan Rakyat Jawa. Aken menaruh simpati terhadap rakyat Jawa karena dirinya tahu betul rakyat jawa dari darah ibunya, dibuktikan dengan adegan percakapan dirinya bersama Borst dan prajurit lainnya di atas pedati dan dimarkas. Aken: Prajurit: Aken: Borst: Aken: ..... Borst: Dua prajurit kita mati konyol Jangan sentuh.... Anak ini masih menyusui Ini perintah kapiten Apakah kau tidak punya anak?! Buka mulut gadis it! Ibu itu masih menyusui anaknya!

Aken: Borst: Aken:

Tindakan kita sudah kejam, ditambah lagi seperti binatang! Suruh mereka buka mulut! Bawa mereka ke pedati! Jangan ganggu keluarganya!

Aken juga menaruh simpati kepada wanita Jawa. Dibuktikan dengan percakapan bersama Borst saat dirinya diikat dan dikurung di kandang.

Aken:

Andaikan kau mendengar usacapan si ibu, sikapmu tidak segegabah Ini.

Borst: Aken: Borst: Aken: Borst:

Kalau kau buka mulut, suaminya tidak akan mati Kenapa kau tidak tembak Aku? Jangan, kau masih dibutuhkan Kalau kau tembak aku juga, aku tak akan buka mulut Kau mengkhianati? Kau mau terjadi perang?

Demang yang berdarah asli Indonesia, sebagai warga asli Indonesia justru mengkhianati rakyatnya dengan cara mengabdi kepada Belanda, tetapi ternyata ia juga tidak sepenuhnya mengabdi kepada Belanda. Ia memang picik, tidak konsisten, tidak dapat menentukan prioritas

terhadap mana yang harus dijaga dan dipertanggungjawabkan. Demang yang terkena imbas dari ulah anaknya, Bondan yang meracuni makanan prajurit Belanda menjadi balasan kepicikan sifatnya. Laras yang bersifat lemah lembut menarik perhatian Bondan dan Djarot. Namun, Ibunya Laras tidak menyetujui apabila Laras menjalin hubungan dengan Bondan karena riwayat ayahnya Bondan, sang Demang tidak baik di mata ibunya. Karena Bondan seperti ayahnya, sang Demang, yang bersifat tidak teguh pendirian. Ibunya Laras lebih menyetujui apabila Laras menjalin hubungan dengan Djarot karena sifat Djarot yang sangat bertanggung jawab dan shaleh murid dari Padepokan.

Unsur Politik Van Borst yang berdarah Indonesia-Belanda sangat menggilai jabatan atau pangkat. Ia

menghalalkan segala cara untuk mendapatkan informasi tentang keberadaan Sentot. Ia bersikap kejam terhadap rakyat Jawa dalam masa kepemimpinannya. Van Borst membunuh siapa pun yang berkhianat kepadanya dan yang menghalangi usahanya untuk menguasai ranah dan rakyat Jawa. Borst yang licik dalam memepertahankan kekuasaannya dibuktikan dengan percakapan bersama Aken. Ia tidak mau membunuh Aken karena masih ada yang diinginkan dari Aken. Bukan karena Borst menyayangi Aken. Aken: Andaikan kau mendengar usacapan si ibu, sikapmu tidak segegabah Ini. Borst: Aken: Borst: Aken: Borst: Kalau kau buka mulut, suaminya tidak akan mati Kenapa kau tidak tembak Aku? Jangan, kau masih dibutuhkan Kalau kau tembak aku juga, aku tak akan buka mulut Kau mengkhianati? Kau mau terjadi perang

Unsur Agama Busana yang dikenakan beberapa rakyat jawa, berupa baju gamis putih, sorban, dan jubah mencerminkan mereka pendukung setia Pangeran Diponegoro yang berlandaskan semangat jihad. Pangeran Diponegoro dalam sejarahnya sangat memegang teguh agama Islam. Saya ingat sedikit mengenai Pangeran Diponegoro yang ditembak oleh penjajah saat melaksanakan shalat. Pemuda dan anak-anak yang mengaji di langgar pada malam hari dan seorang wanita di rumah Kromoludiro yang diperlihatkan mengenakan mukena dan mendirikan shalat mencerminkan bahwa dalam tekad mereka walaupun dalam keadaan terdesak di zaman penjajahan, mereka tetap mengingat Tuhannya, Allah. Itu menandakan bahwa mereka mempercayakan adanya Allah, mereka berserah diri kepada Allah dan meminta bantuan kepada Allah.

PENUTUPKESIMPULAN Van De Borst seorang yang terlahir dari dua kebangsaan ingin menguasai Indonesia, khususnya ranah Jawa yang rakyatnya ramah, halus, sopan dan lembut, dijadikan sebuah celah dan kesempatan oleh Belanda. Bersikap sangat kejam terhadap rakyat Jawa. Menghalalkan segala cara untuk mempertahankan kepemimpinannya dan daerah kekuasaannya. Banyak rakyat Jawa yang menjadi korban dari sifat egoisnya. Tokoh-tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap rakyat Jawa dibunuhnya. Keluarga yang dicintai ditangkap, dikurung, disiksa, dan dibunuh. Berbeda dengan Van Aken yang sama-sama terlahir dari dua kebangsaaan, Aken bersikap simpati terhadap rakyat Indonesia. Kromoludiro, Demang, Bondan menjadi korban kekejaman Van De Borst. Mereka dibunuh karena dianggap mengkhianati sekaligus menghalangi cara kerja Van De Borst. Mereka yang dibunuh sama sekali tidak memberi hasil apa-apa untuk Borst merupakan akibat tindakan Borst yang ceroboh dalam mengambil keputusan. Borst terlalu ambisius dan gelagapan dalam bertindak. Rakyat bangkit karena semakin banyak korban kekejaman Borst. Mereka menyusun jalan untuk menyerang pasukan Belanda. Sentot pun akhirnya keluar untuk melawan Belanda. Pasukan Belanda mengalami kekalahan, banyak prajurit Borst yang tertusuk bambu runcing rakyat Jawa. Borst sendiri terkepung dan ditembak oleh salah seorang pemuda Jawa. November 1828 yang ditayangkan tahun 1979 sebagai kritik masa pemerintahan Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun sebagai kilas balik masa penjajahan tahun 1828 zaman perlawanan Bangsa Indonesia menentang Penjajah, perang Jawa. Pemerintahan Soekarno mengekang rakyat salama puluhan tahun untuk tetap menerima aturan Beliau sendiri bersama golongannya. Bentuk pemerintahan oligarki. Berucap sedikit saja, sembarangan berpendapat, mengkritik, memrotes, memberontak apalagi berkoar-koar akan ada orang hilang, ditembak, ditangkap secara misterius oleh ajudanajudan Beliau. Kebebasan berserikat, berkumpul, dan berpendapat tidak dijunjung saat itu. Hanya segelintir

orang dengan kedudukan tertentu dan memiliki ide egois saja yang bisa terwujudkan hasratnya.

DAFTAR PUSTAKAhttp://id.wikipedia.org/wiki/November_1828 http://www.goodreads.com/book/show/7809163-november-1828 http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-n012-78-003298/november1828#.T2xPH9WXSfU