arti lambang

84
Arti Lambang a. Palang Merah Saya rasa hal ini butuh diklarifikasi, karena lambang palang merah tidak pernah dimaksudkan untuk mereferensikan agama tertentu. Mengapa demikian? Menurut sejarahnya, lambang palang merah (red cross) merupakan sebuah lambang penghormatan bagi negara Switzerland (Swiss), yang merupakan tempat lahirnya gerakan palang merah internasional. Switzerland merupakan sebuah negara yang ‘ajaib’ dalam percaturan politik internasional: karena netralitasnya. Sampai awal abad ke-21, Switzerland bukanlah negara anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Switzerland juga bukan anggota Uni Eropa, dan memilih tidak bergabung dalam berbagai organisasi internasional lainnya. Switzerland sebagai konfederasi modern juga tidak pernah dijamah perang (baik nasional maupun internasional) yang memberikan status spesial Switzerland. Bukan hanya itu, Switzerland merupakan negara demokrasi yang masih mengenal demokrasi langsung (melalui referendum), dan memiliki tujuh (betul, tujuh!) orang presiden yang memegang jabatannya secara bergantian!. Jika Anda mengaitkannya dengan status Komite Internasional Palang Merah (ICRC) sebagai subyek hukum internasional, ICRC memiliki status khusus karena berawal dari sebuah organisasi swasta yang lahir (dan bermarkas) di Switzerland, tapi kini telah ‘dimiliki’ oleh dunia. Dengan demikian, gerakan palang merah memiliki status khusus dengan tujuan kemanusiaan.

Upload: kornelius-fernando-andrias

Post on 30-Jul-2015

807 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Arti lambang

Arti Lambang

a. Palang Merah

Saya rasa hal ini butuh diklarifikasi, karena lambang palang merah tidak pernah dimaksudkan untuk mereferensikan agama tertentu. Mengapa demikian?

Menurut sejarahnya, lambang palang merah (red cross) merupakan sebuah lambang penghormatan bagi negara Switzerland (Swiss), yang merupakan tempat lahirnya gerakan palang merah internasional. Switzerland merupakan sebuah negara yang ‘ajaib’ dalam percaturan politik internasional: karena netralitasnya. Sampai awal abad ke-21, Switzerland bukanlah negara anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Switzerland juga bukan anggota Uni Eropa, dan memilih tidak bergabung dalam berbagai organisasi internasional lainnya. Switzerland sebagai konfederasi modern juga tidak pernah dijamah perang (baik nasional maupun internasional) yang memberikan status spesial Switzerland. Bukan hanya itu, Switzerland merupakan negara demokrasi yang masih mengenal demokrasi langsung (melalui referendum), dan memiliki tujuh (betul, tujuh!) orang presiden yang memegang jabatannya secara bergantian!.

Jika Anda mengaitkannya dengan status Komite Internasional Palang Merah (ICRC) sebagai subyek hukum internasional, ICRC memiliki status khusus karena berawal dari sebuah organisasi swasta yang lahir (dan bermarkas) di Switzerland, tapi kini telah ‘dimiliki’ oleh dunia. Dengan demikian, gerakan palang merah memiliki status khusus dengan tujuan kemanusiaan.

Page 2: Arti lambang

b. Bulan sabit merah

Bulan sabit merah memang memiliki latar belakang religius, tapi bukan semata-mata alasan agama. Hal ini pertama muncul pada perang di antara Kekaisaran Ottoman (Utsmaniyah) dan Russia di akhir abad ke-19. Tentu kita tahu bahwa Ottoman merupakan kekaisaran yang sangat luar biasa di bidang peradaban Islam. Meski demikian, perlu diketahui bahwa pada masa tersebut terdapat kontestasi politik yang luar biasa, di mana negara-negara di benua Eropa melakukan kolonialisasi dan ekspansi wilayah luar biasa di luar wilayah Eropa. Asia dan Afrika tentu menjadi sasaran utama. Saya bisa mengasosiasikan bahwa ada faktor pragmatis juga dalam hal ini: kedua pasukan perlu memenangkan perang ini. Kalau kemudian kaum Ottoman berpendapat bahwa lambang palang merah bisa menjadi masalah karena berbau religius, patut dipahami konteksnya pada zaman yang bersangkutan. Lambang ini sendiri baru diterima pada tahun 1906 secara de facto, karena pada awalnya dunia masih menginginkan adanya lambang yang universal dan satu untuk fungsi kemanusiaan yang sama.

c. Kristal merah

Beberapa tahun yang lalu, satu protokol tambahan (Additional Protocol) ditambahkan ke dalam Konvensi-konvensi Jenewa (Geneva Conventions of 1949) mengenai tanda-tanda pengenal tambahan (Additional Distinctive Emblem). Protokol ini menghasilkan satu lambang baru bernama Kristal Merah (red crystal), yang umumnya digunakan jika lambang palang merah dan bulan sabit merah menimbulkan persoalan.Gagasan mengenai lambang selain palang merah (dan sabit merah) bukanlah gagasan baru. Israel pernah menuntut adanya Bintang Daud Merah (Red Star of David), kekaisaran Persia — kemudian Iran pernah menuntut adanya Singa dan Matahari Merah (Red Lion and Sun). Berbagai negara lain memiliki gagasannya masing-masing. Meski demikian, pembedaan-pembedaan ini mengaburkan gagasan utama bahwa harus ada lambang universal yang dipahami bersama-sama demi tujuan kemanusiaan.Sejak penyusunan Konvensi-konvensi Jenewa pada tahun 1949, salah satu organisasi kemanusiaan Israel menuntut diakuinya Bintang Daud Merah sebagai lambang pengenal. Organisasi bernama Magen David Adom ini justru mendapat tentangan hebat bukan hanya dari negara-negara kawasan (yang dengan mudah memersoalkan lambang ini), tapi juga dari berbagai komunitas internasional lainnya.

Page 3: Arti lambang

Lambang ketiga ini baru disepakati pada tahun 2005, dan disahkan pada tahun 2007. Kini, kristal merah diterima sebagai lambang pengenal ketiga yang menandakan pihak-pihak yang patut dilindungi selama konflik bersenjata, sesuai dengan Hukum Humaniter Internasional.

B. Peran dan Tugas PMI

Peran OMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi

Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No. 59.

Tugas Pokok PMI :

- Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana

- Pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan

- Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat

- Pelayanan transfusi darah ( sesuai dengan Peraturan pemerintah no 18 tahun 1980)

Dalam melaksanakan tugasnya PMI berlandaskan pada 7 (tujuh) prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah,Yaitu:

Kemanusiaan: Gerakan Palang Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan untuk memberi pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka di dalam pertempuran, berupaya dalam kemampuan antar bangsa, mencegah & mengatasi penderitaan sesama manusia.Kesamaan: Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, suku, agama / kepercayaan tingkat atau pandangan politik.Kenetralan: Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, suku, agama / ideologi.Kemandirian: Gerakan ini bersifat mandiri, Perhimpunan Nasional disamping membantu pemerintahnya dalam bidang kesehatan juga harus menaati peraturan negaranya, harus menjaga otonominya, sehingga dapat bertindak sejalan dengan prinsip-prinsip gerakan ini.Kesukarelaan: Gerakan ini memberi bantuan sukarela, tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apapun.Kesatuan: Di dalam suatu negara hanya ada satu perhimpunan Palang Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.Kesemestaan: Gerakan PMI bersifat semesta.  Setiap perhimpunan mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia.

 

Page 4: Arti lambang

Palang Merah Indonesia

Markas Besar PMI dahulu kala. Foto: Dok. PMI Batam

Palang Merah Indonesia (PMI) sudah hadir selama 64 tahun. Namun apa yang kamu tahu tentang organisasi ini dan kegiatannya?Sejarah Singkat PMI Palang Merah sudah dimulai di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia II. Pemerintah Kolonial Belanda pernah mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai). Namun pada masa pendudukan Jepang, organisasi itu dibubarkan.Atas perintah Presiden Soekarno, PMI kembali dibentuk. Tanggal pembentukannya, 17 September 1945, kita peringati setiap tahun sebagai Hari Palang Merah Indonesia.

Kegiatan utamanya kala itu adalah membantu korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang.

Petugas PMI menghibur anak-anak korban Situgintung. Foto: Dok. PMITugas Pokok PMI Dalam melaksanakan tugasnya PMI mengacu pada pada tujuh prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Prinsip itu adalah Kemanusiaan, Kesukarelaan, Kenetralan, Kesamaan, Kemandirian, Kesatuan dan Kesemestaan.Tugas pokok PMI antara lain: + Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana+ Pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan+ Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat + Pelayanan transfusi darah. Biasa kita kenal dengan istilah, donor darah.PMI Sekarang Selain kegiatan di atas, PMI juga melakukan hal-hal lain. Kegiatan tersebut adalah:

Page 5: Arti lambang

1. Pengajaran dan penyadaran mengenai perubahan iklim. PMI juga membantu masyarakat memahami bagaimana beradaptasi dengan perubahan iklim. 

Kampanya anti flu burung oleh PMI. Foto: Dok. PMI

2. PMI membantu masyarakat untuk bisa mengurangi resiko bencana, siap menghadapi bencana, beserta dampaknya.

3. PMI melayani pencarian orang hilang akibat bencana atau konflik.

4. Kampanya pencegahan flu burung.

5. Membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan air dan sanitasi.

6. PMI dan program 3 pilar di bidang HIV & AIDS.

Hari ini, 17 September, kita memperingati hari ulang tahun PMI. Jika suatu saat kamu membutuhkan bantuan dari hal-hal di atas, hubungi saja PMI.(Kidnesia/Sumber: Palang Merah Indonesia )

Page 6: Arti lambang

Apa Itu PMR

DetailsCategory: ArtikelPublished on Tuesday, 10 December 2013 02:36Written by Super UserHits: 390

Apa itu PMR 

Palang Merah Remaja atau PMR adalah suatu organisasi kepemudaan binaan dari Palang Merah Indonesia yang berpusat di sekolah-sekolah ataupun kelompok-kelompok masyarakat ( sanggar, kelompok belajar, dll ) dan bertujuan memberitahukan pengetahuan dasar kepada siswa sekolah dalam bidang yang berhubungan dengan kegiatan kemanusiaan.

Untuk mendirikan atau menjadi anggota palang merah remaja disekolah, harus diadakan Pendidikan dan Pelatihan Diklat untuk lebih mengenal apa itu sebenarnya PMR dan sejarahnya mengapa sampai ada di Indonesia, dan pada diklat ini para peserta juga mendapatkan sertifikat dari PMI. Dan baru dianggap resmi menjadi anggota palang merah apabila sudah mengikuti seluruh kegiatan yang diadakan oleh palang merah remaja di sekolah.

PMI mengeluarkan kebijakan pembinaan PMR:

1. Remaja merupakan prioritas pembinaan, baik dalam keanggotaan maupun kegiatan kepalangmerahan.

2. Remaja berperan penting dalam pengembangan kegiatan kepalangmerahan.

3. Remaja berperan penting dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan proses pengambilan

keputusan untuk kegiatan PMI

4. Remaja adalah kader relawan

5. Remaja calon pemimpin PMI masa depan

Tujuan pembinaan dan pengembangan PMI masa depan:

1. Penguatan kualitas remaja dan pembentukan karakter.

2. Anggota PMR sebagai contoh dalam berperilaku hidup sehat bagi teman sebaya.

3. Anggota PMR dapat memberikan motivasi bagi teman sebaya untuk berperilaku hidup sehat.

4. Anggota PMR sebagai pendidik remaja sebaya.

5. Anggota PMR adalah calon relawan masa depan.

Jumbara

Jumbara atau Jumpa Bhakti Gembira adalah kegiatan besar organisasi PMR seperti halnya jambore pada organisasi Pramuka.Jumbara diadakan dalam setiap tingkatan. Ada jumbara tingkat Kecamatan, kabupaten/kota , Provinsi dan Jumbara Nasional. dimana pelaksanaanya disesuaikan dengan kemampuan PMI di wilayah yang bersangkutan.

 

Page 7: Arti lambang

Tribakti PMR

Setiap anggota PMR memiliki tugas yang harus dilaksanakan, dalam PMR dikenal tri bakti yang harus diketahui, dipahami dan dilaksanakan oleh semua anggota. TRIBAKTI PMR (2009) tersebut adalah:

1.      Meningkatkan keterampilan hidup sehat

2.      Berkarya dan berbakti kepada masyarakat

3.      Mempererat persahabatan nasional dan internasional.

 

Tingkatan PMR

Di Indonesia dikenal ada 3 tingkatan PMR sesuai dengan jenjang pendidikan atau usianya

1. PMR Mula adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Dasar (10-12 tahun). Warna

syal/slayer Hijau

2. PMR Madya adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Pertama (12-15 tahun).

Warna syal/slayer Biru Langit

3. PMR Wira adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Atas (15-20 tahun). Warna

syal/slayer Kuning cerah

Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah Dan Bulan Sabit Merah Internasional

Dalam PMR dikenalkan 7 Prinsip Dasar yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh setiap anggotanya. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama"7 Prinsip Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional" (Seven Fundamental Principle of Red cross and Red Crescent).

KemanusiaanGerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah lahir dari keinginan untuk memberikan pertolongan kepada korban yang terluka dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka dan untuk mencegah serta mengatasi penderitaan sesama. Tujuannya ialah melindungi jiwa dan kesehatan serta menjamin penghormatan terhadap umat manusia. Gerakan menumbuhkan saling pengertian, kerja sama dan perdamaian abadi antar sesamamanusia.

KesamaanGerakan memberi bantuan kepada orang yang menderita tanpa membeda-bedakan mereka berdasarkan kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial atau pandangan politik. tujuannya semata-mata ialah mengurangi penderitaan orang lain sesuai dengan kebutuhannya dengan mendahulukan keadaan yang paling parah.

Kenetralan

Gerakan tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras, agama, atau ideologi.

KemandirianGerakan bersifat mandiri, setiap perhimpunan Nasional sekalipun merupakan pendukung bagi pemerintah dibidang kemanusiaan dan harus mentaati peraturan hukum yang berlaku dinegara masing-masing, namun gerakan bersifat otonom dan harus menjaga tindakannya agar sejalan dengan prinsip dasar gerakan.

KesukarelaanGerakan memberi bantuan atas dasar sukarela tanpa unsur keinginan untuk mencari keuntungan apapun.

Kesatuan

Page 8: Arti lambang

Didalam satu Negara hanya boleh ada satu perhimpunan Nasional dan hanya boleh memilih salah satu lembaga yang digunakan Palang merahatau Bulan Sabit Merah. Gerakan bersifat terbuka dan melaksanakan tugas kemanusiaan diseluruh wilayah negara bersangkutan.

KesemestaanGerakan bersifat semesta. Artinya, gerakan hadir diseluruh dunia. Setiap perhimpunan Nasional mempunyai status yang sederajat, serta memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dalam membantu sama lain

 

 

Visi dan Misi Palang Merah Indonesia

DetailsCategory: ArtikelPublished on Monday, 09 December 2013 08:50Written by Super UserHits: 367

Visi PMI :

 

  

PMI menjadi organisasi kemanusiaan yang profesional, tanggap dan dicintai masyarakat

 

  

 

 

  

Misi PMI :

 

 

1. Menguatkan dan mengembangkan Organisasi2. Meningkatkan dan mengembangkan Kualitas SDM3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kepalangmerahan4. Mengembangkan Kegiatan Kepalangmerahan yang

berbasismasyarakat5. Meningkatkan dan mengembangkan jejaring kerjasama

Page 9: Arti lambang

6. Menyebarluaskan, mengadvokasi dan melaksanakan Prinsip-prinsip Dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah serta Hukum Perikemanusiaan Internasional.

7. Mengembangkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kepalangmerahan.

Sejarah Palang Merah Indonesia (PMI)

DetailsCategory: ArtikelPublished on Monday, 09 December 2013 08:42Written by Super UserHits: 870

Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak masa sebelum Perang Dunia Ke-II. Saat itu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai), yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.

Perjuangan untuk mendirikan Palang Merah Indonesia sendiri diawali sekitar tahun 1932. Kegiatan tersebut dipelopori oleh Dr. RCL Senduk dan Dr Bahder Djohan. Rencana tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia. Mereka berusaha keras membawa rancangan tersebut ke dalam sidang Konferensi Nerkai pada tahun 1940 walaupun akhirnya ditolak mentah-mentah. Terpaksa rancangan itu disimpan untuk menunggu kesempatan yang tepat. Seperti tak kenal menyerah, saat pendudukan Jepang, mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk kedua kalinya rancangan itu harus kembali disimpan.

Tujuh belas hari setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, yaitu pada tanggal 3 September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Atas perintah Presiden, maka Dr. Buntaran yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, pada tanggal 5 September 1945 membentuk Panitia 5 yang terdiri dari: dr R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan (Penulis), dan dr Djuhana; dr Marzuki; dr. Sitanala (anggota).

Akhirnya Perhimpunan Palang Merah Indonesia berhasil dibentuk pada 17 September 1945 dan merintis kegiatannya melalui bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang. Oleh karena kinerja tersebut, PMI mendapat pengakuan secara Internasional pada tahun 1950 dengan menjadi anggota Palang Merah Internasional dan disahkan keberadaannya secara nasional melalui Keppres No.25 tahun 1959 dan kemudian diperkuat dengan Keppres No.246 tahun 1963.

Kini jaringan kerja PMI tersebar di 30 Daerah Propinsi / Tk.I dan 323 cabang di daerah Tk.II serta dukungan operasional 165 unit Transfusi Darah di seluruh Indonesia.

PERAN DAN TUGAS PMIPeran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59.

Tugas Pokok PMI:+ Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana+ Pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan+ Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat+ Pelayanan transfusi darah ( sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 18 tahun 1980)

Page 10: Arti lambang

Dalam melaksanakan tugasnya PMI berlandaskan pada 7 (tujuh) prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yaitu Kemanusiaan, Kesukarelaan, Kenetralan, Kesamaan, Kemandirian, Kesatuan dan Kesemestaan

 

Organisasi PMIPosted on Agustus 31, 2010by indojagjit

SEJARAH :

Upaya pendirian organisasi Palang Merah Indonesia sudah dimulai semenjak

Perang Dunia ke II oleh Dr. RCL senduk  dan Dr. Bahder Djohan, di mana

sebelumnya telah ada organisasi Palang Merah di Indonesia yang

bernama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie ( NERKAI )  yang didirikan

oleh Belanda. Tetapi upaya – upaya ini masih ditentang oleh pemerintah

kolonial Belanda dan Jepang.

Pada tahun 1945, setelah Indonesia merdeka, atas Instruksi Presiden Soekarno,

maka  dibentuklah Badan Palang Merah Indonesia oleh Panitia Lima, yaitu :

1.     Ketua           : Dr. R. Mochtar

2.     Penulis          : Dr. Bahder Djohan

3.     Anggota        : Dr. Djoehana

                                         Dr. Marzuki

                                         Dr. Sitanala

         

Sehingga pada tangal 17 September 1945 tersusun Pengurus Besar PMI yang

pertama dilantik oleh Wapres RI Moch. Hatta sekaligus beliau sebagai

Ketuanya.

Keppres No. 25 Tahun 1950

Karena sejak dibentuk tahun 1945 hingga akhir 1949 PMI ikut terjun dalam

mempertahankan Kemerdekaan RI sebagai alat perjuangan, tidak sempat

melakukan penataan organisasi sebagaimana mestinya, Pengesahan secara

hukum melalui Keppres RIS No. 25 Tahun 1950 tanggal 16 Januari 1950 yang

menetapkan :

          Mengesahkan Anggaran Dasar dari dan mengakui sebagai badan

hukum Perhimpunan Palang Merah Indonesia, menunjuk Perhimpunan

Palang Merah Indonesia sebagai satu-satunya organisasi untuk

menjalankan pekerjaan palang merah di Republik Indonesia Serikat

menurut Conventie Geneve (1864, 1906, 1929, 1949 )

Penegasan tersebut bukanlah sekedar untuk memberikan landasan Hukum PMI

sebagai organisasi social tetapi juga mempunyai latar belakang pertimbangan

Page 11: Arti lambang

dan tujuan yang bersifat Internasional sebagai hasil dari Perundingan Meja

Bundar tanggal 27 Desember 1949.

Keppres No. 246 Tahun 1963

Pada 29 November 1963 Pemerintah RI melalui Keppres No.246 tahun 1963

yang  melengkapi Keppres No. 25 Tahun 1950. Melalui Keppres ini pemerintah

Republik Indonesia   mengesahkan : Tugas Pokok dan Kegiatan Palang

Merah Indonesia yang brazaskan Prikemanusiaan dan atas dasar

sukarela dengan tidak membeda bedakan bangsa, golongan dan faham

politik.

Sistem dan Struktur organisasi

Palang Merah Indonesia ( PMI ) adalah lembaga sosial kemanusiaan

yang netral dan mandiri, yang didirikan dengan tujuan untuk membantu

meringankan penderitaan sesama manusia akibat bencana, baik bencana alam

maupun bencana akibat ulah manusia, tanpa membedakan latar belakang

korban yang ditolong.

Tujuannya semata – mata hanya untuk mengurangi penderitaan sesama

manusia sesuai dengan kebutuhan dan mendahulukan keadaan yang lebih

parah.

Perhimpunan Nasional yang berfungsi baik mempunyai struktur, sistem dan

prosedur yang memungkinkan untuk memenuhi Visi dan Misinya. Struktur,

sistem dan prosedur PMI tertuang dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga PMI.

Suatu Perhimpunan Palang Merah Nasional, yang terikat dengan Prinsip-prinsip

Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, maka PMI

jelas merupakan lembaga yang independen serta berstatus sebagai Orgnisasi

Masyarakat, namun dibentuk oleh Pemerintah serta mendapat tugas dari

Pemerintah.

Tugas Pemerintah yang diberikan kepada PMI adalah sebagai berikut :

PERTAMA :

Tugas – tugas dalam bidang kepalangmerahan yang erat hubungannya dengan

Konvensi Jenewa dan ketentuan – ketentuan Liga Palang Merah dan Bulan Sabit

Merah    (Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah),

sebagai Lembaga yang menghimpun keanggotaan Perhimpunan Palang Merah

Nasional.

KEDUA :

Tugas khusus untuk melakukan tugas pelayanan transfusi darah, berupa

pengadaan, pengolahan dan penyediaan darah yang tepat bagi masyarakat yang

membutuhkan.

Page 12: Arti lambang

Berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI, susunan

Organisasi Palang Merah Indonesia adalah sebagai berikut :

  

PMI Cabang dapat membentuk PMI Ranting yang berada di Tingkat Kecamatan.

Visi & misi

Untuk menjadi Perhimpunan Nasional yang berfungsi baik, Palang Merah

Indonesia mempunyai visi dan misi yang dinyatakan dengan jelas, dengan kata

lain, konsep yang jelas tentang apa yang ingin dilakukannya. Visi dan misi

dihrapkan dapat dimengerti dengan baik dan didukung secara luas oleh seluruh

anggota di seluruh tingkatan. Visi dan misi harus berpedoman pada Prinsip

Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional serta

beroperasi sesuai Prinsip Dasar.

VISI :

Palang Merah Indonesia ( PMI ) mampu dan siap menyediakan pelayanan

kepalangmerahan dengan cepat dan tepat dengan berpegang teguh pada

Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah

Internasional.

MISI :

Menyebarluaskan dan mendorong aplikasi secara konsisten Prinsip-Prinsip

Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional

Melaksanakan kesiapsiagaan di dalam penanggulangan bencana dan konflik

yang berbasis pada masyarakat

Memberikan bantuan dalam bidang kesehatan berbasis masyarakat

Pengelolaan Transfusi Darah secara Profesional

Berperan aktif dalam penanggulangan bahaya HIV/AIDS dan

penyalahgunaan NAPZA

Page 13: Arti lambang

Menggerakkan generasi muda dan masyarakat dalam tugas-tugas

kemanusiaan

Pengelolaan Transfusi Darah secara Profesional

Berperan aktif dalam penanggulangan bahaya HIV/AIDS dan

penyalahgunaan NAPZA

Menggerakkan generasi muda dan masyarakat dalam tugas-tugas

kemanusiaan

Meningkatkan kapasitas organisasi di seluruh jajaran PMI secara

berkesinambungan disertai dengan perlindungan terhadap relawan dan

karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan

Pengembangan dan penguatan kapasitas organisasi di seluruh jajaran PMI

guna meningkatkan kualitas potensi sumber daya manusia, sumber daya dan

dana agar visi, misi dan program PMI dapat diwujudkan

Meningkatkan kapasitas organisasi di seluruh jajaran PMI secara

berkesinambungan disertai dengan perlindungan terhadap relawan dan

karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan

Pengembangan dan penguatan kapasitas organisasi di seluruh jajaran PMI

guna meningkatkan kualitas potensi sumber daya manusia, sumber daya dan

dana agar visi, misi dan program PMI dapat diwujudkan

Kegiatan :

Kegiatan Utama Palang Merah Inonesia berdasarkan Pokok-Pokok Kebijakan

dan Rencana Strategis PMI 2004 – 2009 adalah sebagai berikut :

1.     Pelayanan Penanggulangan Bencana :

a.     Kesiapsiagaan Bencana ( DP )

b.     Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat ( CBDP )

c.      Tanggap Darurat Bencana ( DR )

2.     Pelayanan Kesehatan :

a.     Upaya Kesehatan Transfusi Darah ( UKTD )

b.     Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat ( CBFA )

c.      HIV / AIDS

d.     Sanitasi Air

e.     Tanggap Darurat Kesehatan

f.       Pelayanan Pos PP dan PK

g.     Pelayanan Ambulance

h.     Dukungan Psikologi

i.       Rumah Sakit PMI / Poliklinik

3.     Pelayanan Sosial :

a.     Tracing and Mailling Servic ( TMS / RFL)

Page 14: Arti lambang

b.     Pelayanan pada Lansia

c.      Pelayanan bagi Anak Jalanan

d.     Program Pelayanan dan Kesejahteraan Sosial

4.     Peningkatan Fungsi / peran Komunikasi dan Informasi :

a.     Diseminasi Prinsip Dasar Palang Merah dan HPI

b.     Promosi, Publikasi, Advokasi dan Networking

c.      Dukungan Komunikasi dalam Peningkatan Citra dan Pengembangan Sumber

Daya PMI

d.     Hubungan Luar Negeri

5.     Pengembangan Organisasi :

a.     Pembinaan dan Peningkatan Kapasitas Organisasi

b.     Penggalian Dana ( Fund Raising )

c.      Pengembangn Sumber Daya

d.     Pembinaan Relawan ( PMR, KSR dan TSR )

e.     Pendidikan dan Peltihan

Page 15: Arti lambang

Fungsi Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit MerahLAMBANG - Palang Merah dan Bulan Sabit MerahFungsi LambangLambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah memenuhi tiga fungsi utama:

harus menandakan bahwa seseorang atau suatu objek sebagai hal yang tidak boleh diserang (tanda perlindungan)

untuk memberi keterangan bahwa orang atau objek ini berada di bawah perlindungan atura-aturan kemanusiaan/HPI (tanda perlindungan)

menandakan bahwa orang-orang ini atau objek-objek ini ada kaitannya dengan Gerakan Palang Merah/Bulan Sabit Merah (tanda pengenal)

A. TANDA PERLINDUNGAN (PROTECTIVE USE)Sebagai suatu alat perlindungan lambang adalah "tanda Konvensi" pada masa perang. Sebagaimana hal itu berlaku sebagai simbol, atau "…tanda perlindungan yang dapat terlihat yang disepakati oleh Konvensi terhadap orang-orang atau sesuatu (tenaga medis, unit-unit, kendaraan dan peralatan). Kegunaan perlindungan ini secara esensi dimiliki oleh negara dan dinas kesehatan angkatan darat.Disamping dinas medis angkatan darat ini, perhimpunan-perhimpunan bantuan yang diakui, terutama Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, memberikan bantuannya kepada dinas medis angkatan darat, juga diizinkan untuk menggunakan lambang tersebut untuk perlindungan, tetapi hanya selama pertikaian terjadi. Dalam status ini personil yang dimaksud tetap harus membawa kartu identitas yang dikeluarkan oleh pihak berwenang.Penggunaan tanda perlindungan oleh Perhimpunan Nasional ini terbatas pada personil, bangunan, kendaraan dan peralatan yang disimpan di tempat penyimpanan dinas medis angkatan darat pada waktu perang, dan penampangannya harus sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan otoritas militer. Tanda perlindungan ini tetap harus dikenakan dengan jelas (optimum visibility) pada saat personil tersebut tidak dalam keadaan bertugas.Seperti yang telah disinggung, badan internasional Palang Merah atau ICRC dan IFRC dan personilnya apakah petugas medis atau bukan, diperkenankan untuk mengenakan lambang itu setiap saat.Bila digunakan sebagai alat perlindungan, lambang tersebut harus selalu dalam dimensi yang besar dalam kaitannya dengan penandaan gedungatau kendaraan supaya lebih jelas terlihat dari kejauhan. Sebagai contoh tanda perlindungan akan ditampakkandi atap rumah sakit dan dek atau badan sisi luar rumah sakit kapal dandi semua

Page 16: Arti lambang

sisi kendaraan-kendaraanyang digunakan untuk mengangkut orang-orang terluka dan tenaga medis. Anggota dinas medis akan menggunakan tanda di lengan dan di dada.Bila tidak ada pengaturan lebih lanjut dari pihak berwenang, Perhimpunan Nasional dapat memberikan izin kepada para anggotanya memasang lambang sebagai suatu alat pengenal (dengan nama perhimpunannya) bersamaandengan lambang sebagai alat perlindungan. Bagi objek-objek yang ditempatkan instalasi milik pihak berwenang juga dapat dipasangkan lambang dengan nama perhimpunannya. Dalam hal ini, lambang yang digunakan sebagai alat pengenal dan nama Perhimpunan Nasional termaksud harus dalam dimensi yang kecil.Penggunaan lambang atau titel "palang merah" atau "Geneva cross", atau setiap tanda atau titel yang merupakan suatu imitasi (peniruan), harus dilarang setiap saat, langkah yang perlu harus diambil untuk mencegah dan menekan segala bentuk penyalah gunaan tanda khusus ini. Penggunaan yang tidak jujur atau merupakan tindakan penipuan dari lambang palang merah atau bulan sabit merah sebagai tanda perlindungan (dan sinyal perlindungan lainnya) adalah suatu pelanggaran berat (grave breach). pelanggaran berat tersebut dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang (war crimes).B. TANDA PENGENAL (INDICATIVE USE)Sebagai alat pengenal, lambang tersebut menunjukan bahwa pemakai, apakah personil atau objek mempunyai hubungan tertentu dengan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, tetapi tidak perlu di bawah ketentuan perlindungan Konvensi Jenewa.Lambang palang merah atau bulan sabit merah sebagai suatu tanda pengenal harus dalam dimensi yang lebih kecil dan digunakan sebagai cara untuk menghindari segala bentuk kerancuan membedakan dengan alat perlindungan.Sebagai contoh, lambang tersebut tidak boleh ditampakkan pada atap atau di lengan. Namun demikian penggunaan lambang dalam ukuran besar tetap berlaku dalam kasus-kasus tertentu, seperti pemakaian lambang tersebut oleh tenaga P3K untuk mudah dikenali. Sebagai contoh, hal ini berlaku ketika sukarelawan P3K melakukan aktivitas bantuan korban bencana alam.

Perhimpunan Nasional diinstruksikan untuk hanya menggunakan lambang-lambang yang sesuai dengan Konvensi Jenewa. Lebih jauh lagi, dalam mengikuti Prinsip-prinsip Dasar Gerakan, "…Perhimpunan Nasional tidak dapat menjalankan aktivitasnya dengan menggunakan lambang kecuali hal itu sesuai dengan prinsip-prinsip yang diatur oleh Konferensi Internasional Palang Merah dan tujuan-tujuan kelembagaan, yaitu bantuan sukarela terhadap orang sakit dan terluka serta kepada korban akibat konflik langsung dan tidak langsung dan bencana alam atau bencana buatan manusia.

Sebagai aturan umum, di masa damai, Perhimpunan Nasional dapat menggunakan lambang sebagai alat pengenal sesuai dengan perundang-undangan nasional. Seperti yang pernah disinggung pada bagian A dari tulisan ini (tentang tanda perlindungan), mereka juga dapat melanjutkan penggunaan lambang sebagai alat pengenal di masa perang atau konflik, tanpa ada kemungkinan kerancuan dengan kegunaannya sebagai alat perlindungan (penggunaannya tanda pengenal bersamaan dengan tanda perlindungan).Sebagai contoh, seorang petugas medis dari Perhimpunan Nasional di masa damai selalu mengenakan bros, badge atau "name tag" yang merupakan identitas Perhimpunan Nasional Palang Merah/Bulan Sabit Merah di negaranya. Identitas ini tetap dapat dikenakan kemudian di masa konflik meskipun dia kemudian mengenakan rompi atau

Page 17: Arti lambang

ban lengan dengan lambang palang merah/bulan sabit merah sebagai tanda perlindungan.

Berikut adalah pembedaan-pembedaan fungsi pengenal dari emblem yang bisa dibuat:

lambang perlengkapan, dapat diterapkan pada bendera, papan alamat, pelat kendaraan, badge staf, yang menunjukan bahwa seseorang atau objek tersebut adalah anggota atau milik dari organisasi Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah;

lambang dekoratif, yang mungkin tampak pada medali, kancing atau penghargaan lainnya, publisitas atau gambaran dekoratif yang digunakan oleh Perhimpunan Nasional;

lambang asosiatif, yang mungkin tampak pada pos-pos P3K, seperti di pinggir jalan, di dalam stadion atau ruang-ruang publik lainnya atau pada ambulans bukan miliki Perhimpunan Nasional tetapi dicadangkan untuk tindakan darurat yang bebas biaya kepada warga sipil yang cedera atau sakit, dengan izin dari Perhimpunan Nasional.

Penggunaan lambang yang tidak benarBanyak kasus penyalahgunaan dari lambang ditemukan dalam kategori alat pengenal. Karena secara luas dianggap sebagai suatu simbol pertolongan dan perawatan medis, lambang palang merah dan bulan sabit merah sering secara luas digunakan oleh organisasi dan perorangan yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan Gerakan Palang Merah. Sangat banyak contoh dari penyalahgunaan lambang yang dapat ditemukan di seluruh dunia. Penyalahgunaan itu utamanya terjadi pada rumah sakit, dokter swasta, ambulan, apotek, pabrik obat dan perusahaan distribusi, serta pelayanan-pelayanan umum atau swasta yang berkaitan dengan kesehatan dan higienis.Sebenarnya setiap penggunaan lambang tanpa mendapat pengesahan yang resmi dari Perhimpunan Nasional harus dianggap sebagai suatu penyalahgunaan, apakah itu dibuat untuk tujuan komersial atau bukan. Oleh karena itu tindakan hukum yang efektif harus diambil oleh semua negara untuk mengatur penggunaan lambang dan menekan penyalahgunaan lambang tersebut.

Dengan kata lain, perlindungan lambang itu sendiri adalah suatu keharusan yang mutlak untuk menjamin berlangsungnya penghargaan kepada Gerakan Palang Merah dan aktivitas-aktivitas Palang Merah di seluruh penjuru dunia baik di masa damai atau di masa perang.Dasar Hukum

Berdasarkan hukum internasioanl, masalah lambang ini diatur dalam:

1. Konvensi Jenewa I 1949 Pasal 38 s.d. Pasal 44, Pasal 53 dan Pasal 542. Konvensi Jenewa II 1949 Pasal 41 s.d. Pasal 453. Konvensi Jenewa IV 1949 Pasal 18 s.d. Pasal 224. Protokol Tambahan I 1977 Pasal 18, Pasal 85 dan Annex I Pasal 1 s.d. Pasal 55. Protokol Tambahan II 1977 Pasal 126. Regulation on the Use of the Emblem of the Red Cross or the Red Crescent By the

National Societies (disetujui dalam the 20th International Conference, Wina 1965 dan direvisi oleh the Council of Delegates, Budapest 1991)

Page 18: Arti lambang

Berdasarkan hukum nasional, masalah lambang ini diatur dalam:

1. Keppres No. 25 tahun 1950 tentang Pengesahan Anggaran Dasar Perhimpunan Palang Merah Indonesia.

2. Keppres No. 246 tahun 1963 tentang Perhimpunan Palang Merah Indonesia.3. Peraturan Penguasa Perang Tertinggi No. 1/Peperti tahun 1962 Tentang

Pemakaian/Penggunaan Tanda dan Kata-Kata Palang Merah.4. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Palang Merah

Indonesia.

Sumber bacaan :

1. Red Cross Emblem - A System of Humanitarian Protection, Daniel Glinz & Christophe Swinarski, ICRC Regional Delegation for East Asia, Hongkong, 1993.

2. Basic Rules of the Geneva Conventions and Their Additional Protocols, International Committee of the Red Cross, 1983.

3. Regulation on the Use of the Emblem of the Red Cross or the Red Crescent By the National Societies (disetujui dalam the 20th International Conference, Wina 1965 dan direvisi oleh the Council of Delegates, Budapest 1991).

PMR26 November 2013 · Sejarah Lambang Palang Merah

Palang merah dan bulat sabit merah telah mengabdikan diri untuk melayani dalam rangka kemanusiaan lebih dari seabad yang lalu, memberikan perlindungan bagi siapa saja yang terkungkung dalam konflik dan bagi siapa saja yang menolong mereka. Pada bulan Desember 2005, sebuah lambang tambahan – kristal merah – telah terbentuk berdampingan dengan palang merah dan bulan sabit merah. Dokumen di bawah akan menjelaskan sejarah dari lambang-lambang tersebut.

1859Pada awal abad ke 19, lambang digunakan untuk mengidentifikasi tentara yang bergerak di bidang medis dan berbeda-beda sesuai dengan negara mereka. Lambang-lambang tersebut tidak diketahui secara umum, dan sangat jarang dihargai dan tidak bernama untuk segala bentuk perlindungan yang sah.Di dua setengah abad ke 19, pengembangan yang begitu pesat pada teknologi senjata api memimpin pertambahan angka kematian dan luka seiring perang secara dramatis.Pada 24 Juni 1859, Perang Penggabungan Italia makin parah. Henry Dunant, seorang warga negara Swiss, sedang dalam perjalanan menuju kota Solverino. Disana, dia menjadi saksi mata kesengsaraan lebih dari 45.000 tentara terlantar, mati atau terluka, di medan perang.Kembali ke Jenewa, Henry Dunant mulai menulis sebuah buku yang menawarkan perkembangan drastis untuk memberikan pertolongan kepada korban perang.1862Pada tahun 1862, “A Memory of Solverino” diterbitkan. Buku tersebut mengemukakan dua usulan :a. untuk menciptakan masa damai dan di setiap negara dibentuk kelompok sukarelawan untuk merawat korban pada masa perangb. agar negara-negara menyetujui melindungi sukarelawan pertolongan pertama dan orang-orang yang terluka di medan perang.Usulan yang pertama adalah asal-usul Lembaga Nasional yang sekarang dikenal di 183 negara; dan yang kedua adalah asal-usul dari Konvensi Jenewa sekarang yang ditandatangani 192 negara.

Page 19: Arti lambang

1863Pada tanggal 17 Februari 1863, sebuah komite lima-anggota, yang nantinya disebut International Commitee of the Red Cross (ICRC), berembuk untuk mempelajari usulan Henry Dunant.Salah satu objektivitas digunakan untuk mengambil sebuah lambang khusus dan disokong oleh hukum untuk mengindikasikan rasa hormat kepada tentara yang bergerak di bidang medis, para sukarelawan dengan lembaga pertolongan pertama dan korban dari konflik bersenjata.Lambang tersebut harus sederhana, teridentifikasi dari jauh, dan diketahui setiap orang serta identik untuk teman bahkan lawan. Lambang tersebut harus sama untuk setiap orang dan dikenal secara universal. Pada tanggal 26 Oktober 1863, Konferensi Internasional pertama diadakan. Termasuk didalamnya delegasi dari 14 negara.Sebagai penyimpulan dari 10 resolusi, yang menetapkan pendirian dari organisasi pertolongan untuk tentara yang terluka – di masa depan dikenal dengan Palang Merah, kemudian Lembaga Bulan Sabit Merah – juga diadopsi dari lambang palang merah dengan warna dasar putih sebagai keseragaman lambang yang jelas.1864Pada bulan Agustus 1864, Konfrensi Diplomatik, melakukan rapat untuk keperluan perubahan resolusi yang diadopsi tahun 1863 sebagai aturan perjanjian, diadopsi dari Konvensi Jenewa Pertama.Hukum perikemanusiaan internasional telah lahirKonvensi Jenewa Pertama mengakui palang merah dengan latar putih sebagai sebuah lambang khusus.Semenjak lambang merefleksikan kenetralan paramedis tentara dan perlindungan diberikan kepada mereka, lambang tersebut dibentuk dengan membalikkan warna bendera Swiss.Negara Swiss secara permanen memiliki status netral untuk beberapa tahun, dan telah dikonfirmasikan oleh Treaties of Vienna dan Paris tahun 1815. Lebih lanjut bendera putih melambangkan pernegosiasian atau menyerah; melakukan tembakan kepada siapapun yang mengibarkan bendera ini sangat tidak dapat diterima.Lambang tersebut juga menjadi sangat mudah untuk diproduksi dan dikenal karena memiliki warna yang kontras.

1876-1878Selagi perang antara Rusia dan Turki berlangsung, Kekaisaran Ottoman mendeklarasikan akan menggunakan lambang bulan sabit merah dengan latara belakang putih di tempat yang sama dengan palang merah. Tetap menghargai lambang palang merah, Ottoman meyakini bahwa palang merah, secara alami, bertentangan dengan tentara Muslim. Bulan sabit merah akhirnya sementara itu diterima untuk digunakan pada konflik itu.1929Setelah Perang Dunia Pertama, Konferensi Diplomatik pada tahun 1929 dipanggil untuk meninjau kembali Konvensi Jenewa. Delegasi Turki, Persia dan Mesir meminta agar bulan sabit merah dan singa matahari merah diakui. Setelah diskusi berkepanjangan, Konferensi tersebut diterima dan diakui sebagai lambang khusus sebagai tambahan dari palang merah; namun untuk menghindari perkembangan lambang yang terlalu banyak, lambang-lambang tersebut hanya berhak digunakan terbatas pada tiga negara yang telah menggunakannya. Tiga lambang tersebut menikmati status setara dibawah naungan Konvensi Jenewa.Sekarang, 151 Lembaga Nasional menggunakan palang merah dan 32 menggunakan bulan sabit merah.1949Konferensi Diplomatik diadakan kembali pada tanggal 1949 untuk menata kembali Konvensi Jenewa akibat Perang Dunia Kedua melahirkan tiga proposal yang memerlukan solusi dan jawaban tentang lambang:1.Permintaan Belanda untuk memiliki simbol tersendiri;2.Permintaan agar hanya menggunakan simbol palang merah3.Prmintaan dari Israel untuk pengenalan lambang baru, perisai merah dari David yang digunakan sebagai lambang khusus bagi tentara medis Israel;Ketiga proposal tersebut ditolak.Konferensi mengekspresikan perlawanannya terhadap perkembangbiakan lambang perlindungan. Palang merah, bulan sabit merah dan singa matahari merah tetap dinyatakan

Page 20: Arti lambang

sebagai lambang yang diakui.1980Republik Islam Iran mendeklarasikan bahwa mereka melepaskan lambang singa matahari merah dan akan menggunakan lambang bulan sabit merah sebagai lambang khusus mereka. Bagaimanapun juga, lambang singa dan matahari merah tetap diakui.1992Debat tentang lambang terus berlanjut setelah ketetapan 1949. Sejumlah negara dan lembaga pertolongan mereka tetap menginginkan untuk menggunakan lambang nasional, atau kedua lambang palang dan bulan sabit bersamaan. Pada tahun 1990-an, terdapat pula kekhawatiran terhadap rasa hormat untuk kenetralan palang merah dan bulan sabit merah dalam konflik yang sangat sulit. Pada tahun 1992, pimpinan ICRC berbicara didepan umum tetang pembentukan lambang tambahan sama sekali tidak berkonotasi terhadap pihak nasional, politik, maupun keagamaan manapun.1999Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah tahun 1999 mengesahkan permintaan agar permintaan grup dari Negara dan Lembaga Nasional tentang lambang perlu dibentuk untuk menemukan solusi yang lebih luas dan dapat bertahan lama diterima untuk semua kelompok dalam istilah hakekat dan prosedur.2000Grup Kerja menyadari bahwa kebanyakan Negara dan Lembaga Nasional meletakkan emblem palang merah dan bulan sabit merah berdempetan. Demikianlah, cara yang hanya dapat digunakan untuk secara luas diterima untuk mengadopsi tiga emblem tambahan, tanpa sama sekali tidak berkonotasi terhadap pihak nasional, politik, maupun keagamaan manapun.Desain lambang baru harus dibolehkan kepada Lembaga Negara yang menggunakannya dengan:a. Menyelipkan logo palang atau bulan sabitb. Menyelipkan logo palang dan bulan sabit bersisian atau bersebelahanc. Menyelipkan lambang lain yang digunakan dan telah dikomunikasikan kepada negara yang dinaungi Konvensi Jenewa dan ICRC.2005Pada bulan Desember 2005 selagi Konferensi Diplomatik di Jenewa, Negara-negara mengadopsi Protokol III kepada Konvensi Jenewa, membentuk sebuah lambang tambahan bersisian dengan lambang palang merah dan bulan sabit merah. Lambang baru tersebut – dikenal dengan nama kristal merah – memecahkan masalah tentang isu-isu tentang Pergerakan yang terselubung selama beberapa tahun, termasuk:1. Kemungkinan negara-negara yang enggan menggunakan palang merah dan bulan sabit merah untuk mengikuti Pergerakan sebagai anggota penuh dengan menggunakan kristal merah2. Kemungkinan penggunaan palang merah dan bulan sabit merah bersamaan.2006Juni 2006, Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah akan bertemu di Jenewa untuk memberikan amandemen kepada undang-undang kepada Pergerakan untuk mengikuti laporan pengolahan lambang yang baru.

Page 21: Arti lambang

Sejarah Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah

Sejarah Lambang Kemanusiaan

 

Palang merah dan bulat sabit merah telah mengabdikan diri untuk melayani dalam rangka kemanusiaan lebih dari seabad yang lalu, memberikan perlindungan bagi siapa saja yang terkungkung dalam konflik dan bagi siapa saja yang menolong mereka. Pada bulan Desember 2005, sebuah lambang tambahan – kristal merah – telah terbentuk berdampingan dengan palang merah dan bulan sabit merah. Dokumen di bawah akan menjelaskan sejarah dari lambang-lambang tersebut.

Page 22: Arti lambang

1859Pada awal abad ke 19, lambang digunakan untuk mengidentifikasi tentara yang bergerak di bidang medis dan berbeda-beda sesuai dengan negara mereka. Lambang-lambang tersebut tidak diketahui secara umum, dan sangat jarang dihargai dan tidak bernama untuk segala bentuk perlindungan yang sah.Di dua setengah abad ke 19, pengembangan yang begitu pesat pada teknologi senjata api memimpin pertambahan angka kematian dan luka seiring perang secara dramatis.

 Jean Henry Dunant (Swiss, 8 Mei 1828 - 30 Oktober 1910)

Bapak Palang Merah Dunia

Pada 24 Juni 1859, Perang Penggabungan Italia makin parah. Jean Henry Dunant, seorang warga negara Swiss, sedang dalam perjalanan menuju kota Solverino. Disana, dia menjadi saksi mata kesengsaraan lebih dari 45.000 tentara terlantar, mati atau terluka, di medan perang.Kembali ke Jenewa, Henry Dunant mulai menulis sebuah buku yang menawarkan perkembangan drastis untuk memberikan pertolongan kepada korban perang.

1862Pada tahun 1862, “A Memory of Solverino” diterbitkan. Buku tersebut mengemukakan dua usulan :1. Untuk menciptakan masa damai dan di setiap negara dibentuk kelompok sukarelawan untuk merawat korban pada masa perang

2. Agar negara-negara menyetujui melindungi sukarelawan pertolongan pertama dan orang-orang yang terluka di medan perang.

Usulan yang pertama adalah asal-usul Lembaga Nasional yang sekarang dikenal di 183 negara; dan yang kedua adalah asal-usul dari Konvensi Jenewa sekarang yang ditandatangani 192 negara.

1863Pada tanggal 17 Februari 1863, sebuah komite lima-anggota yang disebutLiga Palang Merah beranggotakan ; Amerika Serikat, Jepang, Perancis, Italia, dan Inggris, yang nantinya disebut International Committee of the Red Cross (ICRC), berembuk untuk mempelajari usulan Henry Dunant.

Page 23: Arti lambang

Salah satu objektivitas digunakan untuk mengambil sebuah lambang khusus dan disokong oleh hukum untuk mengindikasikan rasa hormat kepada tentara yang bergerak di bidang medis, para sukarelawan dengan lembaga pertolongan pertama dan korban dari konflik bersenjata.

Lambang tersebut harus sederhana, teridentifikasi dari jauh, dan diketahui setiap orang serta identik untuk teman bahkan lawan. Lambang tersebut harus sama untuk setiap orang dan dikenal secara universalPada tanggal 26 Oktober 1863, Konferensi Internasional pertama diadakan. Termasuk didalamnya delegasi dari 14 negara.Sebagai penyimpulan dari 10 resolusi, yang menetapkan pendirian dari organisasi pertolongan untuk tentara yang terluka – di masa depan dikenal dengan Palang Merah, kemudian Lembaga Bulan Sabit Merah – juga diadopsi dari lambang palang merah dengan warna dasar putih sebagai keseragaman lambang yang jelas.

1864 

Pada bulan Agustus 1864, Konfrensi Diplomatik, melakukan rapat untuk keperluan perubahan resolusi yang diadopsi tahun 1863 sebagai aturan perjanjian, diadopsi dari Konvensi Jenewa Pertama.Hukum perikemanusiaan internasional telah lahirKonvensi Jenewa Pertama mengakui Palang Merah dengan latar putihsebagai sebuah lambang khusus.Semenjak lambang merefleksikan kenetralan paramedis tentara dan perlindungan diberikan kepada mereka, lambang tersebut dibentuk denganmembalikkan warna bendera Swiss.

Negara Swiss secara permanen memiliki status netral untuk beberapa tahun, dan telah dikonfirmasikan oleh Treaties of Vienna dan Paris tahun 1815. Lebih lanjut bendera putih melambangkan pernegosiasian atau menyerah; melakukan tembakan kepada siapapun yang mengibarkan bendera ini sangat tidak dapat diterima.

Lambang tersebut juga menjadi sangat mudah untuk diproduksi dan dikenal karena memiliki warna yang kontras.

 1876-1878Selagi perang antara Rusia dan Turki berlangsung, Kekhilafahan Islam Turki Utsmani (Ottoman) mendeklarasikan akan menggunakan Lambang Bulan Sabit Merah dengan latar belakang putih di tempat yang sama dengan Palang Merah. Tetapi, tetap menghargai Lambang Palang Merah, Kekhilafahan Islam Turki Utsmani (Ottoman) meyakini bahwa Palang Merah, secara alami, bertentangan dengan tentara Muslim. Lambang Bulan Sabit Merah akhirnya sementara itu diterima untuk digunakan pada konflik itu.

Page 24: Arti lambang

1929Setelah Perang Dunia Pertama, Konferensi Diplomatik pada tahun 1929 dipanggil untuk meninjau kembali Konvensi Jenewa. Delegasi Turki, Persia dan Mesir meminta agar Bulan Sabit Merah dan Singa Matahari Merah diakui (Singa Matahari Merah digunakan oleh Persia atau Iran saat itu -red).

 Singa Matahari Merah, Lambang Kemanusiaan Persia (Iran) 1929

Setelah diskusi berkepanjangan, akhirnya lambang tersebut diterima dan diakui sebagai lambang khusus sebagai tambahan dari Palang Merah, namun untuk menghindari perkembangan lambang yang terlalu banyak, lambang-lambang tersebut hanya berhak digunakan terbatas pada tiga negara yang telah menggunakannya.

 Lambang Kemanusiaan International pada 1929

Tiga lambang tersebut menikmati status setara dibawah naungan Konvensi Jenewa.Sekarang, 151 Lembaga Nasional menggunakan Palang Merah dan 32 menggunakan Bulan Sabit Merah.

1949Konferensi Diplomatik diadakan kembali pada tanggal 1949 untuk menata kembali Konvensi Jenewa akibat Perang Dunia Kedua melahirkan tiga proposal yang memerlukan solusi dan jawaban tentang lambang:1. Permintaan Belanda untuk memiliki simbol tersendiri;2. Permintaan agar hanya menggunakan simbol palang merah3. Permintaan dari Israel untuk pengenalan lambang baru, Perisai Merah dari Bintang David yang digunakan sebagai lambang khusus bagi tentara medis Israel;

Page 25: Arti lambang

Lambang Kemanusiaan Negara Israel(TIDAK DIAKUI oleh Komunitas International)

 Ketiga proposal tersebut ditolak.

Konferensi mengekspresikan perlawanannya terhadap perkembangbiakan lambang perlindungan. Palang Merah, Bulan Sabit Merah dan Singa Matahari Merah tetap dinyatakan sebagai lambang yang diakui.

1980Republik Islam Iran mendeklarasikan bahwa mereka melepaskan Lambang Singa Matahari Merah dan akan menggunakan Lambang Bulan Sabit Merahsebagai lambang khusus mereka. Bagaimanapun juga, Lambang Singa Matahari Merah tetap diakui.

1992Debat tentang lambang terus berlanjut setelah ketetapan 1949. Sejumlah negara dan lembaga pertolongan mereka tetap menginginkan untuk menggunakan lambang nasional, atau kedua lambang palang dan bulan sabit bersamaan. Pada tahun 1990-an, terdapat pula kekhawatiran terhadap rasa hormat untuk kenetralan palang merah dan bulan sabit merah dalam konflik yang sangat sulit. Pada tahun 1992, pimpinan ICRC berbicara didepan umum tetang pembentukan lambang tambahan sama sekali tidak berkonotasi terhadap pihak nasional, politik, maupun keagamaan manapun.

1999Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah tahun 1999 mengesahkan permintaan agar permintaan grup dari Negara dan Lembaga Nasional tentang lambang perlu dibentuk untuk menemukan solusi yang lebih luas dan dapat bertahan lama diterima untuk semua kelompok dalam istilah hakekat dan prosedur.

2000Grup Kerja menyadari bahwa kebanyakan Negara dan Lembaga Nasional meletakkan emblem palang merah dan bulan sabit merah berdempetan. Demikianlah, cara yang hanya dapat digunakan untuk secara luas diterima untuk mengadopsi tiga emblem tambahan, tanpa sama sekali tidak berkonotasi terhadap pihak nasional, politik, maupun keagamaan manapun.Desain lambang baru harus dibolehkan kepada Lembaga Negara yang menggunakannya dengan:

Page 26: Arti lambang

a. Menyelipkan logo palang atau bulan sabitb. Menyelipkan logo palang dan bulan sabit bersisian atau bersebelahanc. Menyelipkan lambang lain yang digunakan dan telah dikomunikasikan kepada negara yang dinaungi Konvensi Jenewa dan ICRC.

Lambang Kemanusiaan International tambahan baru (Kristal Merah)

2005Pada bulan Desember 2005 selagi Konferensi Diplomatik di Jenewa, Negara-negara mengadopsi Protokol III kepada Konvensi Jenewa, membentuk sebuah lambang tambahan bersisian dengan lambang palang merah dan bulan sabit merah. Lambang baru tersebut – dikenal dengan nama kristal merah – memecahkan masalah tentang isu-isu tentang Pergerakan yang terselubung selama beberapa tahun, termasuk:1. Kemungkinan negara-negara yang enggan menggunakan palang merah dan bulan sabit merah untuk mengikuti Pergerakan sebagai anggota penuh dengan menggunakan kristal merah

2. Kemungkinan penggunaan palang merah dan bulan sabit merah bersamaan.

2006Juni 2006, Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah akan bertemu di Jenewa untuk memberikan amandemen kepada undang-undang kepada Pergerakan untuk mengikuti laporan pengolahan lambang yang baru.

Lembaga-lembaga Kemanusiaan International dan Nasional Indonesia : 

International Committee of the Red Cross (ICRC)

 IFRC

Page 27: Arti lambang

 

Analisa lambang :Ada dua fungsi dari lambang kemanusiaan (dalam hal ini saat awalnya adalahPalang Merah) :Pertama,sebagai tanda pelindung,yaitu untuk memberikan perlindungan berdasarkan Hukum Perikemanusiaan Internasional kepada orang dan objek dari divisi kesehatan angkatan bersenjata, Perhimpunan Nasional, Internatinal Committee of the Red Cross (ICRC), dan International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC).

Kedua,sebagai tanda pengenal,yaitu untuk mengidentifikasi orang dan objek lain yang terkait dengan Gerakan Kemanusiaan ini. 

Melihat fungsi Lambang itu, jelas sekali bahwa lambang Palang Merah mempunyai efek yuridis yang tidak dapat dikesampingkan. Namun kemudian, dalam perkembangannya, sejak Konferensi Internasional I diselenggarakan pada 26 Oktober 1863, dengan diikuti delegasi dari 14 negara, dimana salah satu hasil resolusi Konferensi ketika itu menerima lambang palang merah dengan latar belakang putih sebagai lambang khusus, yang kemudian pada Agustus 1864 resolusi itu menjadi perjanjian internasional (Treaty), yang menjadi Hukum Perikemanusian Internasional yang pertama.

Page 28: Arti lambang

Sampai akhirnya selama perang Rusia kontra Turki pada tahun 1876-1878, Turki mendeklarasikan lambang bulan sabit merah dengan latar belakang putih sebagai pengganti lambang palang merah latar belakang putih. Saat itu, kedua lambang berbeda itu dapat diterima sebagai lambang kemanusiaan dalam konflik.

Pada tahun 1990-an, mencuat ke permukaan terkait kenetralan dari palang merah dan bulan sabit merah di beberapa daerah konflik yang pelik. Ketika itu, palang merah kerapkali diidentikkan sebagai simbol Kristen.Sebaliknya, bulan sabit juga kerapkali diidentifikasikan sebagai simbol Islam.

Akhirnya, pada tahun 1999 Konferensi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional membentuk Kelompok Kerja Gabungan dari Negara dan Perhimpunan Nasional mengenai lambang yang dapat diterima semua negara. Hasilnya, disepakati lambang tambahan ketiga yang tidak memiliki konotasi negara, politik atau agama apa pun. Baru pada Konferensi Diplomatik pada Desember 2005, diterima Protokol III tambahan untuk Konvensi Jenewa yang menciptakan lambang tambahan disamping lambang palang merah dan bulan sabit merah, yaitu kristal merah.

Dalam tulisan ini, ditujukan agar kita menelaah secara obyektif dan kritis di balik perdebatan lambang Gerakan di atas sampai-sampai menghabiskan waktu selama kurang lebih 15 tahun (1990-2005). Kemudian artikulasi apa sehingga Turki menggunakan bulan sabit merah sebagai lambang gerakan kemanusiaan mereka? Kenapa pula digunakan salib merah dengan panjang silang yang sama? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya terkait aspek historis serta pemaknaan lambang-lambang tersebut.

Bulan Sabit atau Salib Pattee?Opini publik telah menganggap bahwa bulan sabit (al-Hilaal) sebagai simbol Islam. Ia kerapkali dipertentangkan dengan lambang salib dalam Perang Salib (The Crusades). Bagi kaum Muslimin menghancurkan salib merupakan aksi simbolis untuk menunjukkan kekalahan Kristen dan kemenangan Islam. Saladin dipuji oleh Ibnu Jubayr dalam ode kemenangan dalam karyanya karena telah menghancurkan salib mereka dengan kekuatan militernya di Hittin.

Ibn Abi Thayyi menceritakan tentang salib yang direbut di Hittin, “Saladin membawa pulang sebuah salib sebagai rampasan perang, yang berupa sepotong kayu berlapis emas dan dihiasi dengan batu-batu berharga, yang menurut mereka telah menjadi tempat penyaliban mereka. Salib berlapis emas yang ada di Kubah Batu tidak diturunkan dengan perlahan.” Ibnu Saddad menjelaskan bahwa salib itu dilemparkan ke tanah meski ukurannya sangat besar.

Setelah merebut Yerusalem, Saladin mengirim lambang-lambang kemenangan besarnya kepada khalifah di Baghdad. Lambang kemenangannya yang paling berharga adalah salib yang dipasang di puncak Kubah Batu di Yerusalem, “Salib yang terbuat dari tembaga dan dilapisi dengan emas itu dikubur di bawah gerbang Nubain (di Baghdad) dan selanjutnya diinjak-injak.”[1] (Carole Hillenbrand, 2005, terj.)

Menariknya, dalam bukunya yang mendapatkan penghargaan King Faesal itu, Hillenbrand memberikan catatan dari hasil penelitiannya yang cukup mengejutkan, bahwa di dalam retorika kaum Muslim ini, yang dijadikan pesaing salib Kristen adalah Alqur’an atau menara. Bukan bulan sabit, seperti yang terjadi kemudian. Meskipun pada awal abad kesebelas, ketika katedral Armenia Ani di timur Anatolia diubah menjadi sebuah masjid, salib di puncak kubahnya diturunkan dan diganti dengan bulan sabit perak.[2]

Sudut pandang historis di atas, sepertinya mengilhami Buku The Complete Dictionary of Symbols

Page 29: Arti lambang

untuk menyebut bulan sabit sebagai a symbol of Islamic expansion[3] (Jack Tresidder, 2005). Tampaknya Buku itu merujuk kepada fakta sejarah dimana Islamic Empire Turki Ustmani melakukan perluasan wilayahnya ke Eropa dengan membawa bendera berlambangkan bulan sabit merah.

Kendati pun demikian, The Complete Dictionary of Symbols menyebutkan bahwa bulan sabit bukanlah monopoli simbol Islam. Pada tahun 341 SM, di Byzantium mata uang koin dicetak dengan lambang bulan sabit dan bintang.[4] Selain itu, dalam budaya Hindu dan Celtic, bulan sabit sebagai lambang yang akan mengubah kepada keabadian. Di Mesir, bulan sabit dan cakram melambangkan kesatuan ketuhanan (divine unity). Sementara dalam dewi-dewi Yunani dan Romawi, mengenakan lambang bulan sabit pada rambut mereka sebagai simbol keperawanan dan kelahiran. Demikian pula pada Maria Sang Perawan yang menggunakan lambang bulan sabit sebagai simbol kesucian.

Meski penelusuran akar historis The Complete Dictionary of Symbols di atas menunjukkan bahwa lambang bulan sabit itu bukan monopoli Islam, tetap saja statemen awal penjelasannya adalah, “Crescent, the emblem of Islam, signifying divine authority, increase, ressurection and, with a star, paradise. Karena itu, menurut al-Mausu’ah al-’Arabiyyah al-’Alamiyyah, pada era sekarang ini, bulan sabit telah menjelma menjadi syi’aar (simbol) umat Islam. Lantas al-Mausu’ah menjelaskan landasan syar’i (aspek dalil) bulan sabit (al-hilaal) sebagai simbol Islam, yaitu dengan merujuk kepada akar kata al-Ahillah, yakni bentuk plural daril al-hilaal dalam Surat Al-Baqarah ayat 189. Dengan bulan sabit itu, sambung al-Mausu’ah, waktu-waktu haji, puasa, membayar zakat dan kafarat dan bentuk ibadah lainnya dapat ditentukan. Dan inilah kenapa ayat itu menyebut kata al-Ahillah.[5]

Tampak bahwa lambang bulan sabit, sebagaimana juga produk budaya lainnya, dalam pemaknaannya di kemudian hari mengalami penyempitan. Saat ini, mindset publik, baik kalangan Muslim maupun non-Muslim, menilai bahwa bulan sabit merupakan wujud Islam dalam persimbolan. Maka wajar saja jika dalam konteks lambang Gerakan di Indonesia ada mainstream agar bulan sabit dipergunakan sebagai lambang pengganti salib merah dengan panjang silang yang sama. Maka pada 8 Juni 2002 di Jakarta dideklarasikan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) yang diketuai dr. Basuki Supartono.

Sama dengan makna bulan sabit merah, netralitas simbol palang (salib) merah dengan panjang silang yang sama pun kerap dipertanyakan, bukannya hanya dalam konteks ke-Indonesiaan tapi konteks internasional. Sekadar bahan renungan bersama, The Complete Dictionary of Symbols menyebutkan bahwa salib (cross) merupakan lambang keimanan Kristen. Selain itu, salib juga simbol kosmos kuno dan universal. Artinya, seperti juga lambang bulan sabit, pada awalnya salib bukanlah monopoli simbol Kristen. Sekadar menyebut contoh, di China, salib di dalam segi empat melukiskan bumi dan stabilitas. Di India, salib pernah menjadi lambang Hindu yakni lambang tongkat api Dewa Agni.[6] Bahkan lebih tajam lagi, lambang salib merah dengan panjang silang yang sama yang sekarang dipakai lambang Gerakan di dunia internasional dan juga di Indonesia adalah lambang salibnya Ksatria Templar (Knights of Templar), yang menurut salah satu buku paling kontroversial pada abad 20 Holy Blood Holy Grail disebutkan, bahwa para Templar merupakan lambang dan perwujudan yang sempurna dari nilai-nilai agama Kristen.[7] Selain itu para Templar juga didefinisikan sebagai sosok pejuang yang memegang peranan terpenting dalam Perang Salib, dan lebih dari itu mereka dikenal sabagai Ksatria Kristus.[8] Terlepas dari kontroversi di kalangan internal teolog Kristen atas misteri yang menyelimuti Ksatria itu.

Patut diingat bahwa pada tahun 1146 M, kelompok Ksatria Templar (Ksatria Kristen) memakai gambar salib merah yang terkenal, yaitu salib dengan panjang silang yang sama (salib pattee). Dengan salib pattee yang digambarkan pada pakaian mereka, para ksatria ini menemani Raja Louis VII dari Prancis pada saat Perang Salib. Pada saat inilah mereka menetapkan karir mereka untuk semangat berperang dengan sifat membabi buta yang menggila, serta kesombongan yang

Page 30: Arti lambang

membahayakan.[9]

Alhasil, harus diakui, adalah ahistoris jika mengatakan salib merah dengan panjang silang yang sama merupakan lambang Gerakan yang netral. Demikian pula, ahistoris jika mengatakan bulan sabit merah sebagai lambang Gerakan yang netral. Lantas harus bagaimana?

Dengan adanya Protokol III untuk Konvensi Jenewa, dimungkinkan penggunaan lambang palang merah dan bulan sabit merah secara bersamaan.

Melihat pada kondisi ke-Indonesiaan, maka seharusnya negara dan pemerintah, mengizinkan kepada para Pelaku Gerakan Kemanusiaan di Indonesia, untuk bebas menggunakan lambang yang lebih diyakininya, dan lebih menenangkan aspek spiritualitasnya. Bahwa boleh menggunakan lambang Bulan Sabit Merah (karena memang mayoritas masyarakat di Indonesia adalah Muslim), dan juga tetap menghargai bagi mereka yang menggunakan lambang Palang Merah sebagai lambang gerakan kemanusiaannya.

Akhirnya, tulisan di atas tidak dimaksudkan untuk memprovokasi pihak manapun. Namun untuk memberikan gambaran secara objektif, bahwa nilai-nilai agama yang menjiwai lambang dari gerakan kemanusiaan International, memiliki muara yang sama, yaitu mengaplikasi nilai-nilai universal tentang kemanusiaan dan saling tolong-menolpng sebagai sesama ummat manusia, tanpa memandang latar belakang dan status sosial yang melekat pada seseorang yang hendak ditolong.

Namun penggunaan lambang Bulan Sabit Merah, Palang Merah, atau Kristal Merah, untuk lebih memberikan ketenangan secara spiritual dalam nilai-nilai agama, bagi  para penolong pertama dalam menjalankan tugasnya, dan tetap berlaku netral pada semua korban yang ditolongnya.

SEJARAH TERBENTUKNYA LAMBANG PALANG MERAH Posted In: sejarah lambang . By arlina

A. Lambang Palang Merah

Diawali dengan terjadinya Perang di Solferino antara tentara Austria dan gabungan tentara

Perancis-Sardinia pada tanggal 24 Juni 1959 di Italia Utara yang mengakibatkan banyak korban

dengan luka mengenaskan dan dibiarkan begitu saja karena unit kesehatan tentara masing-

masing pihak yang bersengketa tidak sanggup lagi untuk menanggulangi para korban, maka

seorang Swiss yang bernama Henry Dunant yang melihat sendiri akibat dari peristiwa tersebut,

berhasil menulis sebuah buku di tahun 1861 yang berjudul Un Souvenir de Solferino (Kenang-

kenangan dari Solferino). Dalam bukunya, ia mengajukan gagasan pembentukan organisasi

relawan penolong para prajurit di medan pertempuran, serta gagasan untuk membentuk perjanjian

internasional guna melindungi prajurit yang cedera di medan pertempuran.[1]

Page 31: Arti lambang

Buku tersebut menggemparkan seluruh Eropa sehingga pada tanggal 17 Pebruari 1863 beberapa

warga terkemuka Swiss berkumpul di Jenewa untuk bergabung dengan Henry Dunant guna

mewujudkan gagasan-gagasannya, sehingga kemudian terbentuklah Komite Internasional untuk

bantuan para tentara yang terluka, International Committee for Aid to Wounded Soldiers.

Tahun 1875 Komite menggunakan nama “Komite Internasional Palang Merah”, International

Committee of the Red Cross / ICRC, hingga saat ini.[2]

Berdasarkan gagasan Henry Dunant untuk membentuk organisasi relawan, maka didirikanlah

sebuah organisasi relawan di setiap negara yang memiliki mandat untuk membantu Dinas

Kesehatan Angkatan Bersenjata pada waktu peperangan. Organisasi tersebut pada waktu

sekarang disebut dengan nama Perhimpunan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah Nasional,

National Societies, yang di masing-masing negara dikenal dengan nama Palang Merah (Nasional)

atau Bulan Sabit Merah (Nasional) --misalnya untuk Indonesia dikenal dengan nama “Palang Merah

Indonesia”; di Malaysia disebut dengan “Bulan Sabit Merah Malaysia”.

Sedangkan, untuk menindaklanjuti gagasan Henry Dunant untuk membentuk perjanjian

internasional, maka pada tahun 1864 diadakan suatu Konferensi Internasional yang menghasilkan

perjanjian internasional yang dikenal dengan nama “Konvensi Jenewa untuk perbaikan dan

kondisi prajurit yang cedera di medan perang” (Geneva Convention for the amelioration

of the condition of the wounded in armies in the field).

Di dalam Konvensi tahun 1864 itulah dilontarkan gagasan untuk memberikan suatu lambang

kepada organisasi relawan yang bertugas memberikan bantuan kepada prajurit yang cedera dalam

pertempuran, sehingga dapat dibedakan dengan organisasi relawan lainnya. Untuk itu, sebagai

penghormatan kepada Henry Dunant yang berkewarganegaraan Swiss atas jasa-jasanya tersebut,

maka disepakati bahwa lambang untuk organisasi relawan tersebut adalah

kebalikan  dari bendera Swiss, yakni palang merah, red cross, di atas dasar

putih. Sejak itulah lambang palang merah mulai dikenal dan digunakan untuk menolong para

korban perang. Lambang palang merah ini digunakan oleh perhimpunan nasional di negara-

negara. Karena banyaknya negara yang membentuk Perhimpunan Nasional, maka pada tahun

1919 dibentuk “Liga Perhimpunan Palang Merah”, League of Red Cross Societies, yang bertugas

mengkoordinir seluruh perhimpunan nasional dari semua negara.

B. Lambang Bulan Sabit Merah dan lambang lainnya

Page 32: Arti lambang

Pada tahun 1876 muncul lambang Bulan Sabit Merahyang digunakan

oleh Turki (dahulu Ottoman Empire) serta lambang Singa dan Matahari

Merah yang digunakan oleh tentaraPersia (saat ini Republik Islam Iran). Negara-negara lain

kemudian juga menggunakan lambang sendiri, seperti Siam (saat ini Thailand) yang menggunakan

lambang Nyala Api Merah(red flame); Israel menggunakan lambang Bintang David Merah (red

shield of david); atau Afganistan yang menggunakan Red Arrchway (Mehrab-e-Ahmar). Demikian

pula tahun 1877 Jepang menggunakan strip merah di bawah matahari merah di atas dasar

putih (red strip beneath a red sun on a white ground), lambang Swastika oleh Sri Lanka,

atau Palem Merah (red palm) oleh Siria. Turki dan Persia, mengajukan reservasi pada Konvensi

untuk tetap mengunakan bulan sabit merah dan singa dan matahari merah; sedangkan Siam dan

Sri Lanka tidak menggunakan klausula reservasi dan memutuskan untuk menggunakan lambang

palang merah.[3]

Didukung oleh Mesir dalam Konferensi Diplomatik, akhirnya lambang Bulan Sabit Merah serta

Singa dan Matahari Merah kemudian secara resmi diadopsi dalam Konvensi Jenewa

tahun 1929. Akan tetapi pada tanggal 4 September 1980, Republik Islam Iran memutuskan tidak

lagi menggunakan lambang Singa dan Matahari Merah dan memilih lambang Bulan Sabit Merah,

red crescent. Sejak itu, disepakati bahwa tidak diperbolehkan lagi untuk menggunakan

lambang lainnya, kecuali sebagaimana yang telah ditegaskan di dalam Konvensi

Jenewa.[4]

Akhirnya, semakin banyak negara yang membentuk Perhimpunan Nasional dan tergabung ke

dalam Liga Palang Merah (termasuk di Indonesia dibentuk Palang Merah Indonesia berdasarkan

Keppres No. 25 tahun 1950 jo. Keppres No. 264 tahun 1963). [5]

Pada tahun 1991 Liga Palang Merah tersebut kemudian mengganti namanya menjadi Federasi

Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (International

Federation of the Red Cross and Red Crescent Societies). Adapun, gagasan Henry Dunant

untuk membentuk perjanjian internasional telah tercapai dengan dihasilkannya Konvensi Jenewa

tahun 1864 tersebut, yang telah mengalami dua kali penyempurnaan di tahun 1906 dan 1929, dan

akhirnya kemudian disempurnakan dan dikembangkan menjadi Konvensi Jenewa 1949 mengenai

perlindungan kepada korban perang, sebelum akhirnya kembali disempurnakan dengan Protokol

Tambahan I dan II tahun 1977 yang mengatur perlindungan para korban perang; di mana aturan

Page 33: Arti lambang

mengenai penggunaan lambang juga terdapat di dalam masing-masing perjanjian internasional

tersebut.

Pada bulan Desember 2005, diadakan Konferensi Diplomatik yang menghasilkan suatu perjanjian

internasional, yaitu Protokol Tambahan III (tahun 2005) pada Konvensi-

konvensi Jenewa 1949 yang mengatur tentang penggunaan lambang baru di samping lambang

palang merah dan bulan sabit merah, karena kedua lambang terakhir ini dianggap berkonotasi

dengan suatu agama tertentu. Lambang yang baru tersebut dikenal dengan lambang Kristal

Merah (red crystal). [6] Kristal merupakan sebagai lambang dari kemurnian, purity, yang

seringkali dihubungkan dengan air, yakni suatu unsur yang esensial bagi kehidupan manusia. [7]

Dengan demikian, di samping lambang palang merah, terdapat pula lambang bulan sabit merah

dan kristal merah yang telah diakui dan disahkan di dalam perjanjian internasional. Ketiga lambang

tersebut memiliki status internasional yang setara dan sederajat, sehingga ketentuan pokok

tentang tata-cara dan penggunaan lambang palang merah berlaku pula untuk lambang bulan sabit

merah dan kristal merah (sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 2 ayat(1) Protokol Tambahan III

tahun 2005 yang berbunyi : "this Protocol recognizes an additional emblem in addition to, and for

the same purposes as, the distinctive emblem of the Geneva Conventions. The distinctive emblems

shall enjoy the equal status";[8] serta dipergunakan oleh organisasi yang berhak menggunakannya

sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.

Page 34: Arti lambang

1.SEJARAH PALANG MERAH INTERNASIONAL

SEJARAH PALANG MERAH

PALANG MERAH INTERNASIONAL

 ARTI PALANG MERAH : Suatu perhimpunan yang anggotanya memberikan 

pertolongan secara sukarela kepada setiap manusia yang sedang menderita tanpa membeda – 

bedakan bangsa, golongan, agama dan politik.

Page 35: Arti lambang

SEJARAH

Berawal dengan pecahnya perang antara pasukan Perancis dan Italia melawanAustria

pada tahun 1859 di Selferino (Italia Utara), Henry Dunant menyaksikan terjadinya perang tersebut dimana banyak korban perang yang tidak mendapat pertolongan, sehingga timbul ide atau gagasan untuk memberi pertolongan kepada korban perang tersebut. Pengalaman selama beberapa hari bergelut di

medan

perang, ia tuangkan di dalam buku yang ditulisnya pada tahun 1962 bejudul “ A Memory of Solferino “ (Kenangan di Solferino). Buku tersebut berkisah tentang kondisi yang ditimbulkan oleh peperangan dan mengusulkan agar dibentuk satuan tenaga sukarela yang bernaung di bawah suatu lembaga yang memberikan pertolongan kepada orang yang terluka di

medan

perang.

1. KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH ( KIPM )

(International Committee of the Red Cross)

latar belakang berdirinya Buku kenangan di Solferino (a memory of solferino) sangat menarik perhatian masyarakat diantaranya 4 orang penduduk Jenewa, yaitu :

1. General Dufour 3. Dr. Theodore Maunoir

2. Dr. Louis Appia 4. Gustave Moynier

4 orang tersebut bersama Henry Dunant membentuk Komite Lima

(1963), mereka merintis terbentuknya KIPM yang kemudian menjadi Internasional Committee of the Red Cross (ICRC).

Page 36: Arti lambang

Pada tanggal 22 agustus 1864 atas prakarsa ICRC, pemerintah Swiss menyelenggarakan suatu konferensi yang diikuti oleh 12 kepala negara yang menandatangani perjanjian Internasional yang dikenal dengan :

KONVENSI JENEWA I

Tentara yang terluka atau sakit harus diobati.

Sebagai penghargaan terhadap negara Swiss, maka lambang perlindungan menggunakan tanda Palang Merah di atas dasar putih, yang terjadi dengan mempertukarkan warna – warna federal. Lambang ini hendaknya dipakai untuk Rumah Sakit, Ambulance dan para petugas penolong dimedanperang/konflik bersenjata.

Karena tanda Palang Merah diasumsikan mempunyai arti khusus, maka pada tahun 1876 simbol bulan sabit merah disahkan untuk digunakan oleh Negara-negara Islam. Kedua symbol tersebut memiliki arti dan nilai yang sama.

“Konferensi Internasional Palang Merah “ yang diselenggarakan 4 tahun sekali dan dihadiri oleh 

ICRC, Federasi, Perhimpunan Nasional dan Pemerintah peserta peratifikasi Konvensi Jenewa tahun 

1949. Pertemuan itu membahas persoalan – persoalan umum dan menampung usul – usul serta 

resolusi di samping mengambil keputusan.Para

peserta konferensi memilih anggota Standing Commission (Komisi Tetap) yang bersidang pada waktu diantara dua konferensi Internasional.

2. FEDERASI INTERNASIONAL PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH (IFRC)

(International Federation of The Red Cross)

 latar belakang berdirinya Dengan berakhirnya Perang Dunia I, berbagai epidemi penyakit berjangkit bencana kelaparan 

menjalar. Melihat kenyataan itu, Henry P. Davidson warga negara Amerika, merasa perlu mendirikan 

suatu organisasi yang menangani masalah bantuan tersebut. Organisasi ini resmi didirikan 

Page 37: Arti lambang

pada tanggal 5 Mei 1919 dalam suatu Konferensi Kesehatan Internasional di Cannas Perancis. 

Palang Merah Indonesia

termasuk anggota ke 68.

organisasi BADAN TERTINGGI ORGANISASI :

Badan tertinggi penentuan kebijaksanaan adalah disebut “General Assembly Board

ofGevernors”. General Assembly atau sidang umum dihadiri oleh wakil-wakil dari semua anggota 

federasi dan bersidang tiap 2 tahun, Presiden Federasi dipilih tiap 4 tahun. Jika General Assembly 

tidak besidang, maka kebijakan tertinggi dilaksanakan oleh “Executive”yang aggotanya terdiri dari 16 

Perhimpunan Nasional (dipilih berdasarkan letak goegrafis), Presiden dan Sekjen Federasi.

3. PRINSIP – PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH 

INTERNASIONAL

Semua kegiatan kemanusiaan dilandasi oleh 7 prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Ketujuh prinsip ini disahkan dalam Konferensi Internasional Palang Merah ke XX di Wina tahun 1965. Ketujuh prinsip ini juga disahkan dalam Munas XIV Palang Merah Indonesia di Jakarta pada tahun 1986.

1. KEMANUSIAAN ( Humanity )

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan memberikan pertolongan tanpa membedakan korban terluka di dalam pertempuran, berupaya dalam kemampuan bangsa dan antar bangsa, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia. Palang Merah menumbuhkan saling pengertian, kerjasama dan perdamaian abadi bagi sesama manusia.

2. KESAMAAN ( Impartiality )

Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama/kepercayaan tingkatan atau pandangan politik. Tujuannya semata – mata mengurangi penderitaan manusia sesuai

Page 38: Arti lambang

dengan kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling parah.

3. KENETRALAN ( Neutrality )

Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau 

melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau idiologi.

4. KEMANDIRIAN (Independence

)

Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan Nasional disamping membantu Pemerintahannya dalam 

bidang kemanusiaan, juga harus mentaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga otonominya 

sehingga dapat bertindak sesuai dengan prinsip – prinsip gerakan ini.

5. KESUKARELAAN ( Voluntary Service )

Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan untuk 

mencari keuntungan apapun.

1. KESATUAN ( Unity )

Didalam suatu negara hanya ada satu Perhimpunan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah yang 

terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.

7. KESEMESTAAN ( Universality )

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap 

perhimpunan mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia.

KOMITE

INTERNASIONAL

PALANG MERAH

(KIPM)

FEDERASI INTERNASIONAL 

PALANG MERAH DAN 

BULAN SABIT MERAH

PERHIMPUNAN 

PALANG MARAH dan 

BULAN SABIT MERAH 

NASIONAL

Internasional Committee of 

the Red Cross (ICRC)

§ Markas Besar di Jenewa, 

anggota dewan ekskutifnya 

maksimal 25 orang warga 

International Federation of 

the Red Cross and Red 

Crescent society.

§ Markas Besar di Jenewa. 

Secretariat Federasi 

Perhimpunan Nasional 

harus mendapat 

pengakuan dari KIPM, 

baru sah menjadi 

anggota federasi. Juga 

Page 39: Arti lambang

negara Swiss.

§ TUJUAN :

Menjadi perantara NETRAL 

mengenai hal kemanusiaan 

dalam pertikaian politik, 

perang saudara dan 

kerusuhan dalam negeri.

§ TUGAS

Memberikan perlindungan 

kepada korban militer 

maupun sipil sebagai akibat 

konflik bersenjata, gangguan 

dan ketegangan dalam 

negeri.

Petugas KIPM mengunjungi 

tawanan perang/tawanan 

politik untukberdialog tanpa 

saksi sehingga dapat 

diperoleh gambaran yang 

nyata tentang kondisi 

penahanan juga membantu 

menyampaikan berita 

keluarga. Laporan tersebut 

bersifat rahasia.

§ Memberikan bantuan 

(sandang, pangan medis dan 

sanitasi) kepada korban 

konflik bersenjata tersebut.

§ Melakukan pencarian pada 

saat terjadi konflik bersenjata 

maupun sesudahnya. 

Mencari berita sampai 

dipimpin oleh Sekjen 

mempunyai pegawai yang 

terdiri dari bermacam – 

macam bangsa.

§ Tujuan :

Mencegah dan

meringankan penderitaan

manusia melalui kegiatan

Palang Merah dan Bulan

Sabit Merah nasional

yang merupakan

sumbangan untuk

perdamaian.

§ Tugas :

1. Menggiatkan 

PEMBENTUKAN dan 

pengembangan 

PERHIMPUNAN NASIONAL 

di seluruh dunia. Federasi 

juga bertindak sebagai 

perantara, koordinator 

antara Perhimpunan Palang 

Merah Internasional.

2. Memberikan saran dan 

membantu Perhimpunan 

Nasional dalam 

meningkatkan, 

mengkoordinasi BANTUAN 

Internasional untuk 

KORBAN BENCANA ALAM 

dan PARA PENGUNGSI di 

luar daerah pertikaian, 

seringkali dengan 

harus diakui oleh 

Pemerintahannya 

sebagai Perhimpunan 

penolong yang bersifat 

sukarela dan turut 

membantu Pemerintah. 

Sampai tahun 1992 

anggota federasi ada 

153 negara, PMI 

termasuk anggota ke-

68.

§ Tugas :

Beraneka ragam 

tergantung kebutuhan 

negara yang 

bersangkutan, antara 

lain :

1. Memberikan 

bantuan darurat

2. Pelayanan kesehatan

3. Bantuan sosial bagi 

perorangan maupun 

kelompok

4. Latihan P3K

5. Melatih tenaga 

perawat

6. Transfusi darah

7. Pembinaan remaja

8. Di masa perang, 

membantu tawanan, 

Page 40: Arti lambang

mempersatukan keluarga 

yang terpisah akibat perang.

§ Melakukan 

PENYEBARLUASAN HPI dan 

prinsip – prinsip dasar 

gerakan Palang Merah dan 

Bulan Sabit Merah dengan 

tujuan menganjurkan 

penghormatan bagi 

kelompok non-kombatan 

(tentara yang luka, tawanan 

serta warga sipil). Disamping 

membatasi kekejaman, 

pengrusakan dan 

mempermudah bantuan yang 

segera, netral serta tidak 

memihak kepada para 

korban konflik bersenjata.

§ Dana, sumbangan sukarela 

dari pemerintah dan 

Perhimpunan Nasional.

melancarkan permintaan 

bantuan ke seluruh dunia.

3. Mengembangkan 

pembentukan rencana 

KESIAPSIAGAAN NASIONAL 

terhadaP BENCANA ALAM.

4. Menggiatkan dan 

mengkoordinasi pertukaran 

gagasan kemanusiaan bagi 

pendidikan anak dan 

remaja diantara 

Perhimpunan Nasional 

demi membina hubungan 

baik antara remaja di 

seluruh dunia.

5. Membantu ICRC 

menyebarluaskan HPI dan 

PRINSIP – PRINSIP DASAR 

GERAKAN PALANG MERAH 

dan BULAN SABIT MERAH.

§ Dana, iuran tahunan dari 

anggota dan sumbangan 

sukarela untuk bantuan dan 

pengembangan.

pengungsi dan kaum 

interniran.

HUKUM PERIKEMANUSIAAN INTERNASIONAL ( H P I )

( Internasional Humaniterian Law )

Definisi :

HPI adalah bagian dari hukum internasional yang memberikan perlindungan terhadap anggota 

angkatan perang yang luka, sakit, dan tidak dapat lagi ikut dalam peperangan serta penduduk sipil 

yang tidak ikut berperang. Selain itu juga mengatur metode perang.

Page 41: Arti lambang

Maksud dan tujuan adanya HPI :

Mengatur perang yang terjadi lebih manusiawi, bila perang itu tidak terhindarkan, menentukan 

orang – orang yang tidak ikut dalam peperangan atau tidak dapat lagi ikut dalam peperangan 

hendaknya dianggap manusia biasa yang patut dihargai dan diperlakukan secara manusiawi.

Sasaran penyerangan hanya boleh dilakukan terhadap obyek militer dan bukan obyek sipil. HPI 

sangat erat kaitannya dengan Palang Merah, dimulai dengan lahirnya Konvensi Jenewa 1864 

( pertama ). Konvensi Jenewa telah dilengkapi dan diperbaiki pada tahun 1906, 1928, 1949 dan 2 

protokol ditambahkan pada konvensi tersebut ditahun 1977.

4 konvensi Jenewa 1949 :

Konvensi I : Perlindungan terhadap korban angkatan perang di darat yang luka

dan sakit, petugas kesehatan serta petugas dibidang agama.

Konvensi II : Perlindungan terhadap korban angkatan perang di laut, petugas

kesehatan,

petugas agama serta kapal perang yang kandas.

Konvensi III : Perlindungan terhadap tawanan perang.

Konvensi IV : Perlindungan terhadap orang – orang sipil di masa perang.

Karena ke 4 Konvensi tersebut belum mencakup perlindungan terhadap semua penderita yang diakibatkan oleh pertikaian, maka pada tahun 1977 dikeluarkan 2 protokol :

Protokol I : diterapkan pada konflik bersenjata internasional.

Protokol II : diterapkan pada konflik non internasional.

Tiap negara di dunia ikut mengesahkan dan menyetujui konvensi tersebut. Sekarang lebih dari 160 

negara telah ikut menjadi peserta Konvensi Jenewa tahun 1942.

HPI perlu disebarluaskan :

Page 42: Arti lambang

Sesuai ketentuan, negara penandatanganan Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol I dan II 1977, mentaati dan menjamin, bahwa isi Konvensi tersebut diketahui dengan sebaik – baiknya terutama oleh angkatan perang, Dinas Kesehatan dan Rohaniawan ( golongan ini mempunyai hak dan kewajiban dalam Konvensi Jenewa ). Masyarakat dan penduduk sipil juga harus memahami HPI ini, agar mereka juga mengetahui hak – hak serta kewajiban dimasa pertikaian bersenjata. Kegiatan perikemanusian Palang Merah untuk menolong dan melindungi korban perang merupakan hak dan kewajiban dibawah ketentuan Konvensi Jenewa 1949. Kegiatan ini harus semata – mata bertujuan menolong korban perang sebagai manusia, terlepas dari pertimbangan politik atau militer. Untuk itu PMI turut menyebar luaskan HPI, terutama untuk kalangan PMI, yang dilakukan bersama dengan penyebarluasan prinsip – prinsip Palang Merah.

PALANG MERAH INDONESIA

Seperti Palang Merah Internasional, lahirnya PMI juga berkaitan dengan kancah peperangan, diawali pada :

A. MASA SEBELUM PERANG DUNIA II

1. 21 Oktober 1873 Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie ( NERKAI ) didirikan Belanda.

2. Tahun 1932 Dr. RCL Senduk dan Dr. Bahder Djohan merencanakan mendirikan badan PMI.

3. Tahun 1940 pada sidang konperensi NERKAI, rencana diatas ditolak karena menurut Pemerintah Belanda, rakyatIndonesia

belum mampu mengatur Badan Palang Merah Nasional.

B. MASA PENDUDUKAN JEPANG.

Page 43: Arti lambang

Dr. RCL Senduk berusaha lagi untuk mendirikan Badan PMI namun gagal, ditolakPemerintah Dai Nippon.

C. MASA KEMERDEKAAN RI

1. 17 Agustus 1945 RI Merdeka.

2. 3 September 1945 Presiden Soekarno memerintahkan kepada Menteri Kesehatan Dr. Buntaran Martoatmodjo untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional. Pembentukan PMI dimaksudkan juga untuk menunjukan pada dunia Internasional bahwa negaraIndonesia

adalah suatu fakta yang nyata.

3.

5 September 1945

Menkes

RI

dalam Kabinet I ( Dr. Boentaran ) membentuk Panitia 5 :

Ketua : Dr. R. Mochtar.

Penulis : Bahder Djohan.

Anggota : Dr. Djoehana.

Dr. Marzuki.

Dr. Sintanala.

4.

17 September 1945

tersusun Pengurus Besar PMI yang dilantik oleh Wakil Presiden RI Moch. Hatta yang sekaligus beliau sebagai Ketuanya.

D. MASA PERANG KEMERDEKAAN.

Page 44: Arti lambang

Pada masa itu peperangan terjadi dimana – mana, dalam usia muda PMI menghadapikesulitan, kurang pengalaman, kurang peralatan dan dana. Namun orang – orang secara sukarela mengerahkan tenaganya, sehingga urusan Kepalangmerahan dapat diselenggarakan. Dari pertolongan dan bantuan seperti :

§ Dapur Umum ( DU ).

§ Pos PPPK ( P3K ).

§ Pengangkutan dan perawatan korban pertempuran.

§ Sampai penguburan jika ada yang meninggal.

Dilakukan oleh laskar – laskar Sukarela dibawah Panji Palang Merah yang tidak memandang golongan, agama dan politik.

Pada waktu itu dibentuk Pasukan Penolong Pertama ( Mobile Colone ) oleh cabang – cabang, anggotanya terdiri dari pelajar.

E. BEBERAPA PERISTIWA SEJARAH PMI

1. Tanggal 16 Januari 1950.

Dikeluarkan Keputusan Presiden RI No. 25 / 1950 tentang pengesahan berdirinya PMI.

2. Tanggal 15 Juni 1950.

PMI diakui oleh ICRC.

3. Tanggal 16 Oktober 1950.

PMI diterima menjadi anggota Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dengan keanggotaan No. 68.

F. NAMA – NAMA TOKOH YANG PERNAH MENJADI KETUA PMI

1. Ketua PMI ke 1 ( 1945 – 1946 ) : Drs. Moch. Hatta.

Page 45: Arti lambang

2. Ketua PMI ke 2 ( 1945 – 1948 ) : Soetarjo Kartohadikoesoemo.

3. Ketua PMI ke 3 ( 1948 – 1952 ) : BPH Bintoro.

4. Ketua PMI ke 4 ( 1952 – 1954 ) : Prof. Dr. Bahder Djohan.

5. Ketua PMI ke 5 ( 1954 – 1966 ) : P. A. A. Paku Alam VIII.

6. Ketua PMI ke 6 ( 1966 – 1969 ) : Letjen Basuki Rachmat.

7. Ketua PMI ke 7 ( 1970 – 1982 ) : Prof. Dr. Satrio.

8. Ketua PMI ke 8 ( 1982 – 1986 ) : Dr. H. Soeyoso Soemodimedjo.

9. Ketua PMI ke 9 ( 1986 – 1992 ) : Dr. H. Ibnu Sutowo.

10. Ketua PMI ke 10 ( 1992 – 1998 ) : Hj. Siti Hardianti Rukmana.

11. Ketua PMI ke 11 ( 1998 – 2004 ) : Mari’e Muhammad.

12. Ketua PMI ke 12 (2004 – sekarang : Mari’e Muhammad

G. STRUKTUR ORGANISASI PMI

M U N A S —————————————— PENGURUS PUSAT

M U S D A —————————————— PENGURUS DAERAH

M U S C A —————————————— PENGURUS CABANG

Page 46: Arti lambang

B

M U S R A

N

—————————————— PENGURUS

RANTING

A N G G O T A

KETERANGAN : ————————– GARIS KOORDINASI

__________________ GARIS KOMANDO

Musyawarah Nasional adalah pemegang kekuasaan tertinggi didalam perhimpunan PMI, dihadiri oleh utusan – utusan Cabang, Daerah serta Pengurus Pusat. Diadakan tiap 4 tahun. Saat ini PMI memiliki 306 Cabang dari 31 Propinsi ( Daerah ).

TUJUAN PMI :

Meringankan penderitaan sesama manusia apapun sebabnya, dengan tidak membedakan golongan, bangsa, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

LAMBANG PMI :

1. PMI menggunakan lambang Palang Merah di atas dasar putih sebagai tandaPERLINDUNGAN sesuai dengan ketentuan Palang Merah Internasional,

2. Lambang PMI sebagai anggota Palang Merah Internasional adalah Palang Merah di atas dasar warna putih,

3. Lambang PMI sebagai Perhimpunan Nasional adalah Palang Merah di atas dasar putih dilingkari bunga berkelopaklima

.

KEANGGOTAAN PALANG MERAH INDONESIA

Didalam Anggaran Dasar PMI pada Bab VII pasal 11 disebutkan : Organisaasi PMI mempunyai anggota yaitu :

1. Anggota Remaja.

Page 47: Arti lambang

2. Anggota Biasa.

3. Anggota Kehormatan.

1. ANGGOTA REMAJA.

§ Wanita – Pria usia di bawah 18 tahun Warga NegaraIndonesia

.

§ Mendaftarkan diri secara sukarela di sekolah masing – masing.

§ Mendapat ijin atau persetujuan orang tua.

KEWAJIBAN :

A. Mengikuti pendidikan dan latihan dasar Kepalangmerahan.

B. Bersedia membantu tugas – tugas Kepalangmerahan dan tergabung dalam wadah / kegiatan Palang Merah Remaja.

C. Menjaga nama baik organisasi serta mempererat persahabatan baik nasional maupun internasional.

D. Mempertinggi ketrampilan dan kecakapan dalam tugas Kepalangmerahan.

HAK :

A. Dapat menjadi Anggota Biasa PMI jika telah mencapai usia 18 tahun.

B. Mendapat kesempatan pendidikan Kepalangmerahan.

C. Ikut aktif dalam Palang Merah Remaja.

D. Dapat mengikuti kegiatan – kegiatan sebagai Anggota Remaja baik di Dalam Negeri maupun di Luar Negeri.

Page 48: Arti lambang

   

PALANG MERAH REMAJA

Palang Merah Remaja di bentuk oleh PMI pada bulan Maret 1950 yang merupakan perwujudan dari keputusan Liga Palang Merah ( League of the Red Cross and Red Crescent Societies ). Terbentuknya PMR di Indonesia ini dan juga PMR dibeberapa Palang Merah Nasional lainnya dilatarbelakangi oleh pecahnya Perang Dunia ke 1, dimana pada waktu itu Palang Merah Australia mengerahkan anak – anak sekolah supaya turut membantu sesuai dengan kemampuannya. Kepada mereka diberikan tugas ringan, seperti mengumpulkan pakaian bekas, majalah – majalah bekas dari dermawan, menggulung pembalut dan sebagainya. Anak – anak ini dihimpun dalam sebuah organisasi yang dinamakan “ Palang Merah Remaja “, kemudian prakarsa ini diikuti oleh negara – negara lain.

Keanggotaan PMR dibagi dalam tiga tingkatan antara lain :

PMR MULA : Setingkat usia murid SD, 7 – 12 tahun, Badge warna HIJAU.

PMR MADYA : Setingkat usia murid SLTP, 13 – 16 tahun, Badge warna BIRU.

PMR WIRA : Setingkat usia murid SLTA, 17 – 21 tahun, Badge warna KUNING.

Walaupun PMR sesuai dengan tingkatnya, adakalanya diperbantukan pula dalam tugas – tugas Kepalangmerahan, seperti turut membantu memberikan pertolongan P3K, dan lain – lain, namun tugas kewajiban utama yang dibebankan kepada PMR adalah :

1. Berbakti kepada masyarakat.

Page 49: Arti lambang

2. Mempertinggi ketrampilan dan memelihara kebersihan dan kesehatan.

3. Mempererat persahabatan nasional dan internasional.

2. ANGGOTA BIASA PMI

§ Wanita – Pria usia di atas 19 tahun Warga NegaraIndonesia

.

§ Mendaftarkan diri secara sukarela atas nama pribadi.

§ Mengetahui azas dan tujuan PMI dan bersedia mengikuti tata tertib organisasi PMI.

KEWAJIBAN :

A. Membayar iuran anggota.

B. Menyumbangkan pikiran, tenaga dan dana untuk menolong sesama yang menderita sesuai dengan kemampuan.

C. Menjaga nama baik organisasi.

D. Memajukan organisasi.

HAK :

A. Hak suara dalam rapat organisasi.

B. Hak memilih dan dipilih, menjadi Pengurus PMI.

C. Mendapatkan informasi tentang organisasi.

D. Mendapatkan kesempatan pendidikan dan latihan Kepalangmerahan.

E. Ikut aktif dalam Korps Sukarela.

F. Mendapatkan kesempatan begotongroyong, dan saling menolong antara anggota PMI.

Page 50: Arti lambang

G. Menikmati kepuasan batin sebagai insan yang memperhatikan nasib sesama.

KETERANGAN :

§ Anggota PMI adalah kekuatan inti organisasi.

§ Anggota PMI adalah potensi sumberdaya dan dana organisasi.

§ Anggota PMI pada suatu saat dapat menjadi Pengurus PMI dengan status keanggotaannya yang tetap.

ANGGOTA BIASA DIHARAPKAN AKTIF DALAM TSR MAUPUN KSR

SESUAI DENGAN MINAT DAN KONDISINYA.

TSR (TENAGA SUKARELA), KSR (KORPS SUKARELA)

1. Setiap anggota biasa perhimpunan PMI pada dasarnya adalah tenaga sukarela ( TSR ) yang menyumbangkan tenaga, waktu, pikiran dan dana, baik secara keseluruhan maupun bagian – bagiannya untuk tugas kemanusiaan.

2. KSR adalah kesatuan atau unit didalam perhimpunan PMI yang beranggotakan pribadi anggota biasa perhimpunan PMI yang menyatakan diri menjadi KSR PMI.

3. Fungsi TSR dan KSR :

A. Fungsi TSR PMI adalah sebagai tenaga pelaksana perhimpunan PMI dalam melaksanakan tugas kemanusiaan.

B. Dalam menjalankan fungsinya, TSR PMI dan KSR PMI berstatus sebagai tenaga sukarela.

Page 51: Arti lambang

C. Sebagai kesatuan maupun sebagai pribadi sukarelawan TSR PMI dan KSR PMI wajib mengikuti tata aturan dan ketentuan yang ditetapkan.

4. Tugas operasional :

A. Tugas TSR / KSR PMI adalah melaksanakan pertolongan / bantuan secara pribadi atau secara berkelompok yang terarah.

B. Setiap KSR dapat bertugas membantu tugas KSR dalam bidang – bidang tertentu.

3. ANGGOTA KEHORMATAN PMI.

§ Wanita – Pria tanpa batas usia.

§ Telah berbuat jasa bagi PMI dan diusulkan oleh Pengurus untuk diangkat.

§ Bersedia diangkat menjadi Anggota Kehormatan.

KEWAJIBAN :

A. Menjaga nama baik organisasi.

B. Memberi perhatian terhadap PMI.

HAK :

A. Memilih dan dipilih menjadi Pengurus PMI.

B. Mengikuti perkembangan organisasi.

C. Ikut mengembangkan dan memajukan PMI dengan menyampaikan saran kepada Pengurus.

KETERANGAN :

§ Anggota Kehormatan PMI merupakan tanda Penghargaan bagi seseorang karena jasa – jasanya dalam menyumbangkan pikiran, tenaga maupun dana yang luar biasa ( ekstra ordiner ).

Page 52: Arti lambang

§ Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang dapat mengusulkan seseorang untuk diangkat menjadi Anggota Kehormatan dengan alasan yang sangat kuat.

§ Pengurus Pusat mengeluarkan Surat Keputusan Pengangkatan “ Anggota

KSR-PMI Unit Universitas PGRI PalembangSELASA, 25 DESEMBER 2012

SEJARAH PALANG MERAH INTERNASIONAL

Jean Henry DunantAdalah Bapak Palang merah sedunia karena beliaulah pendiri dan peloporberdirinya Palang Merah.J.H. Dunant lahir di Swiss pada tanggal 8 Mei 1828 (ditetapkan sebagai Hari Palang Merah dan BulanSabit Merah Internasional) Ayahnya bernama Jean Jacques Dunant dan Ibunya bernama AntoinetteColladon.

SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA PALANG MERAH Pada tanggal 24 Juni 1859 di Solferino Itali Utara, pasukan Prancis dan Itali sedang bertempur melawanpasukan Austria. Pada saat itu H.Dunant tiba disana dengan harapan dapat bertemu dengan KaisarPrancis (Napoleon III).H. Dunant secara kebetulan menyaksikan pertempuran itu. Saat itu dinas medis militer kewalahan dalammenangani korban perang yang mencapai 40.000 orang. Tergetar oleh penderitaan tentara yang terlukaH. Dunant bekerjasama dengan

Page 53: Arti lambang

penduduk setempat segera bertindak mengkoordinasikan bantuanuntuk mereka.Setelah kembali ke Swiss, H. Dunant menggambarkan pengalaman itu ke dalam sebuah buku yangberjudul : UN SOUVENIR DE SOLFERINIO/ A MEMORI OF SOLFERINO yang artinya Kenang-kenangan dariSolferino TAHUN 1862. Dalam bukunya H. Dunant mengajukan 2 gagasan, yaitu :1. Membentuk organisasi Sukarelawan, yang akan disiapkan dimasa damai untuk menolong para prajurityang terluka di medan perang.2. Mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cidera di medan perang ,sertasukarelawan dari organisasi tersebut pada waktu memberikan perawatan.

Tahun 1863 Empat orang warga Jenewa bergabung dengan H. Dunant untuk mengembangkan keduagagasan tersebut. Empat orang tersebut adalah :1. General Dufour2. Dr. Theodore3. Dr. Louis Appia4. Gustave MoynierYang kemudian mereka bersama-sama membentuk  Komite Internasional Palang Merah (KIPM) atau International Committee Of the Red Cross (ICRC).Berdasarkan gagasan pertama didirikanlah sebuah Organisasi Sukarelawan di setiap negara, yangbertugas membantu dinas medis angkatan darat pada waktu perang. Organisasi tersebut sekarangdisebut LRCS (Loague Of The Red Cross Society) atau LPPMI ( Liga Perhimpunan Palang Merah) yangdibentuk tanggal 5 Mei Tahun 1919. Tahun 1992 berubah menjadi Federasi Internasional Palang Merahdan Bulan Sabit Merah. Palang Merah lahir berdasarkan keinginan untuk membantu korban perang, dan untuk pelaksanaantugasnya pada tanggal 22 Agustus 1864 atas Prakarsa ICRC, Pemerintah Swiss menyelenggarakan konferensi yang diikuti 12 negara yang dikenal dengan Konvensi Genewa ( The Genewa Conventions Of August 12 1949 ) dengan hasil konfrensi :TUGAS PALANG MERAH : Pada Waktu Peran g1. Membantu Jawatan Kesehatan angkatan Perang2. Memberi Pertolongan pada waktu perang Pada waktu damai1. Membangkitkan perhatian umum terhadap azas dan tujuan Palang Merah2. Menyebarluaskan Cita-cita Palang Merah Berdasarkan Prikemanusiaan3. Menyiapkan tenaga dan sarana Kesehatan/bantuan lainnya untuk menjamin kelancaran tugas palangMerah.4. Memberi bantuan dan pertolongan pertama dalam setiap musibah/kecelakaan.5. Menyelenggarakan PMR6. Turut memperbaiki Kesehatan rakyat7. Membantu Mencari Korban Hilang ( TMS ).

PALANG MERAH INTERNASIONALPalang Merah adalah suatu perhimpunan yang anggotanya memberikan pertolongan dengan sukarelaberdasarkan prikemanusiaan kepada mereka yang membutuhkan tanpa membedakan bangsa, agamadan politik.Tiga macam Lambang Palang Merah yang resmi diakui Internasional :1. Palang Merah diatas warna dasar putihAdalah kebalikan dari bendera Swiss sebagai lambang yang diakui untuk menghormati negara Swiss ataukewarganegaraan Dunant.

Page 54: Arti lambang

( 1864 )2. Bulan sabit Merah diatas warna dasar putih digunakan dinegara Arab ( 1876 )3. Singa dan Matahari Merah diatas warna dasar putih digunakan dinegara Iran.Arti Pemakaian Tanda Palang Merah : Pada Waktu PerangMelindungi korban perang baik sipil atau militer, kesatua kesehatan dan RS yang ditunjuk sebagai RSPalang merah oleh yang berwajib. Pada Waktu DamaiDi pakai sebagai petunjuk oleh jawatan kesehatan angkatan perang, Palang Merah Nasional danbeberapa Organisasi yang diberi ijin untuk memakainya

PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNATIONAL Prinsip dasar Palang Merah dikenal dengan 7 Prinsip Palang Merah yang disahkan di Wina ( Austria )oleh Konferensi International Palang Merah dan Bulan Sabit Merah XX tahun 1965.Terdiri atas :1.Kemanusiaan ( Humanity ) Bahwa gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah didirikan berdasarkan keinginan untukmemberikan pertolongan tanpa membedakan korban dalam pertempuran, berusaha mencegah danmengatasi penderitaan sesama manusia.2.Kesamaan ( Importiality ) Bahwa gerakan ini tidak membedakan bangsa, suku, agama dan politik, tujuannya semata-mata untukmengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan yang paling parah.3.Kenetralan ( Neutrality ) Bahwa gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan Politik, agama, suku,atau ideologi agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak.4.Kemandirian ( Independence ) Bahwa gerakan ini bersifat mandiri, tugasnya membantu pemerintah dalam bidang kemanusiaan, harusmentaati peraturan negaranya dan harus menjaga otonomi negaranya sehingga dapat bertindak sesuaidengan prinsip pelang merah.5.Kesukarelaan ( Voluntari Service ) Gerakan ini memberi bantuan secara sukarela bukan keinginan mencari keuntungan.6.Kesatuan ( Unity ) Gerakan ini dalam suatu negara hanya terdapat satu perhimpunan palng merah atau bulan sabit merahyang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.7.Kesemestaan ( Universality ) Bahwa gerakan ini bersifat semesta dimana setiap perhimpunan mempunyai hak dan tanggung jawabyang sama dalam menolong sesama.

Page 55: Arti lambang

Desiminasi Palang Merah menulis catatan baru: Sejarah Singkat Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.01/09/2010 · 

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional A. Sejarah Gerakan Perang SolferinoPada tanggal 24 Juni 1859 di Solferino, sebuah kota kecil yang terletak di daratan rendah Propinsi Lambordi, sebelah utara Italia, berlangsung pertempuran sengit antara prajurit Perancis dan Austria. Pertempuran yang berlangsung sekitar 16 jam dan melibatkan 320.000 orang prajurit itu, menelan puluhan ribu korban tewas dan luka-luka. Sekitar 40 ribu orang meninggal dalam pertempuran. Banyaknya prajurit yang menjadi korban, dimana pertempuran berlangsung antar kelompok yang saling berhadapan, memang merupakan karakteristik perang yang berlangsung pada jaman itu. Tak ubahnya seperti pembantaian massal yang menghabisi ribuan orang pada satu waktu. Terlebih lagi, komandan militer tidak memperhatikan kepentingan orang yang terluka untuk mendapatkan pertolongan dan perawatan. Mereka hanya dianggap sebagai ‘makanan meriam’. Ribuan mayat tumpang tindih dengan mereka yang terluka tanpa pertolongan. Jumlah

Page 56: Arti lambang

ahli bedah pun sangat tidak mencukupi. Saat itu, hanya ada empat orang dokter hewan yang merawat seribu kuda serta seorang dokter untuk seribu orang. Pertempuran tersebut pada akhirnya dimenangkan oleh Perancis. Akibat perang dengan pemandangannya yang sangat mengerikan itu, menggugah Henry Dunant, seorang pengusaha berkebangsaan Swiss (1828 – 1910) yang kebetulan lewat dalam perjalanannya untuk menemui Kaisar Napoleon III guna keperluan bisnis. Namun menyaksikan pemandangan yang sangat mengerikan akibat pertempuran,  membuat kesedihannya muncul dan terlupa akan tujuannya bertemu dengan kaisar. Dia mengumpulkan orang-orang dari desa-desa sekitarnya, dan tinggal di sana selama tiga hari untuk dengan sungguh-sungguh menghabiskan waktunya untuk merawat orang yang terluka. Ribuan orang yang terluka tanpa perawatan dan dibiarkan mati di tempat karena pelayanan medis yang tidak mencukupi jumlahnya dan tidak memadai dalam tugas/keterampilan, membuatnya sangat tergugah. Kata-kata bijaknya yang diungkapkan saat itu, Siamo tutti fratelli (Kita semua saudara), membuka hati para sukarelawan untuk melayani kawan maupun lawan tanpa membedakannya. Komite InternasionalSekembalinya Dunant ke Swiss, membuatnya terus dihantui oleh mimpi buruk yang disaksikannya di Solferino. Untuk menghilangkan bayangan buruk dalam pikirannya dan untuk menarik perhatian dunia akan kenyataan kejamnya perang, ditulisnya sebuah buku dan diterbitkannya dengan biaya sendiri pada bulan November 1862. Buku itu diberi judul “Kenangan dari Solferino” (Un Souvenir De Solferino). Buku itu mengandung dua gagasan penting yaitu:>    Perlunya mendirikan perhimpunan bantuan di setiap negara yang terdiri dari sukarelawan untuk merawat orang yang terluka pada waktu perang.>    Perlunya kesepakatan internasional guna melindungi prajurit yang terluka dalam medan perang dan orang-orang yang merawatnya serta memberikan status netral kepada mereka. Selanjutnya Dunant mengirimkan buku itu kepada keluarga-keluarga terkemuka di Eropa dan juga para pemimpin militer, politikus, dermawan dan teman-temannya. Usaha itu segera membuahkan hasil yang tidak terduga. Dunant diundang kemana-mana dan dipuji dimana-mana. Banyak orang yang tertarik dengan ide Henry Dunant, termasuk Gustave Moynier, seorang pengacara dan juga ketua dari The Geneva Public Welfare Society (GPWS). Moynier pun mengajak Henry Dunant untuk mengemukakan idenya dalam pertemuan GPWS yang berlangsung pada 9 Februari 1863 di Jenewa. ternyata, 160 dari 180 orang anggota GPWS mendukung ide Dunant. Pada saat itu juga ditunjuklah empat orang anggota GPWS dan dibentuklah KOMITE LIMA untuk memperjuangkan terwujudnya ide Henry Dunant.  Mereka adalah :

1. Gustave Moynier2. dr. Louis Appia3. dr. Theodore Maunoir4. Jenderal Guillame-Hendri Dufour

 Adapun Henry Dunant, walaupun bukan anggota GPWS, namun dalam komite tersebut ditunjuk menjadi sekretaris. Pada tanggal 17 Februari 1863, Komite Lima berganti nama menjadi Komite Tetap Internasional untuk Pertolongan Prajurit yang Terluka sekaligus mengangkat ketua baru yaitu jenderal Guillame – Henri Dufour. 

Page 57: Arti lambang

Pada bulan Oktober 1863, Komite Tetap Internasional untuk Pertolongan Prajurit yang Terluka, atas bantuan Pemerintah Swiss, berhasil melangsungkan Konferensi Internasional pertama  di Jenewa yang dihadiri perwakilan dari 16 negara (Austria, Baden, Beierem, Belanda, Heseen-Darmstadt, Inggris, Italia, Norwegia, Prusia, Perancis, Spanyol, Saksen, Swedia, Swiss, Hannover,dan Hutenberg). Beberapa Negara tersebut saat ini sudah menjadi Negara bagian dari Jerman. Adapun hasil dari konferensi tersebut, adalah disepakatinya satu konvensi yang terdiri dari sepuluh pasal, beberapa diantaranya merupakan pasal krusial yaitu  digantinya nama Komite Tetap Internasional untuk Menolong Prajurit yang Terluka menjadi KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH atau ICRC (International Committee of the Red Cross) dan ditetapkannya tanda khusus bagi sukarelawan yang memberi pertolongan prajurit yang luka di medan pertempuran yaitu Palang Merah diatas dasar putih. Pada akhir konferensi internasional 1863, gagasan pertama Dunant – untuk membentuk perhimpunan para sukarelawan di setiap negara pun menjadi kenyataan Beberapa perhimpunan serupa dibentuk beberapa bulan kemudian setelah konferensi internasional di Wurttemburg, Grand Duchy of Oldenburg, Belgia dan Prusia. Perhimpunan lain mengikuti seperti di Denmark, Perancis, Italy, Mecklenburgh-schwerin, Spain, Hamburg dan Hesse. Pada waktu itu mereka disebut sebagai Komite Nasional atau Perhimpunan Pertolongan. Selanjutnya, dengan dukungan pemerintah Swiss kembali, diadakanlah Konferensi Diplomatik yang dilaksanakan di Jenewa pada tanggal 8 sampai 28 Augustus 1864. 16 negara dan empat institusi donor mengirimkan wakilnya. Sebagai bahan diskusi, sebuah rancangan konvensi disiapkan oleh Komite Internasional. Rancangan tersebut dinamakan “Konvensi Jenewa untuk memperbaiki kondisi tentara yang terluka di medan perang” dan disetujui pada tanggal 22 Agustus 1864. Lahirlah HPI modern. Konvensi itu mewujudkan ide Dunant yang kedua, yaitu untuk memperbaiki situasi prajurit yang terluka pada saat peperangan dan membuat negara-negara memberikan status netral pada prajurit yang terluka dan orang-orang yang merawatnya yaitu personil kesehatan. B. Komponen Gerakan Liga Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Pada akhir perang dunia pertama sebagian besar daerah di Eropa sangat kacau, ekonomi rusak, populasi berkurang drastis karena epidemi, sejumlah besar pengungsi yang miskin dan orang yang tidak mempunyai kewarganegaraan memenuhi benua itu. Perang tersebut sangat jelas menunjukkan perlunya kerjasama yang kuat antara perhimpunan Palang Merah, yang karena aktivitasnya dalam masa perang dapat menarik ribuan sukarelawan. Henry P. Davison, Presiden Komite Perang Palang Merah Amerika, mengusulkan pada konferensi internasional medis (April 1919, Cannes, Perancis) ”untuk memfederasikan perhimpunan palang merah dari berbagai negara menjadi sebuah organisasi setara dengan liga bangsa-bangsa, dalam hal peperangan dunia untuk memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit dan mengurangi penderitaan.”  Liga Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah[1] kemudian secara formal terbentuk dengan markas besarnya di Paris oleh Perhimpunan Palang Merah dari Perancis, Inggris, Itali, Jepang, Amerika Serikat pada tanggal 5 Mei 1919 dengan tujuan utama memperbaiki kesehatan pada negara-negara yang telah sangat menderita setelah perang. Liga itu juga bertujuan untuk ‘memperkuat dan menyatukan aktivitas kesehatan yang sudah ada

Page 58: Arti lambang

dalam Perhimpunan Palang Merah dan untuk mempromosikan pembentukan perhimpunan baru.’ Bagian penting dari kerja Federasi adalah menyediakan dan mengkoordinasi bantuan bagi korban bencana alam dan epidemi. Sejak 1939 markas permanennya ada di Jenewa. Pada tahun 1991, keputusan diambil untuk merubah nama Liga Perhimpunan Palang Merah menjadi Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah atau IFRC (International Federation of the Red Cross and Red Crescent Societis). Selanjutnya, baik IFRC, ICRC dan Perhimpunan Nasional, merupakan bagian dari komponen Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah atau biasa disebut dengan ”Gerakan” saja. Komponen Gerakan dalam menjalankan tugasnya sesuai Prinsip Dasar dan mandat masing-masing sebagaimana yang disebut dalam Statuta Gerakan. International Committee of the Red CrossSebagai sebuah lembaga swasta dan mandiri, ICRC bertindak sebagai penengah yang netral antara dua negara yang berperang atau bermusuhan dalam konflik bersenjata Internasional, konflik bersenjata non-Internasional dan pada kasus-kasus kekerasan internasional. Selain itu, juga berusaha untuk menjamin bahwa korban kekerasan di atas, baik penduduk sipil maupun militer serta menerima perlindungan dan pertolongan. Pada kasus-kasus konflik bersenjata Internasional maupun non-Internasional, aksi kemanusiaan ICRC didasarkan pada Konvensi dan protokol-protokolnya. Ini alasan mengapa kita mengatakan bahwa sebuah mandat khusus telah dipercayakan kepada ICRC oleh komunitas negara-negara peserta konvensi tersebut. Pada kasus-kasus kekerasan internal, ICRC bertindak berdasar pada hak inisiatif kemanusiaan seperti tercantum dalam statuta gerakan. ICRC adalah pelindung prinsip-prinsip dasar gerakan dan pengambil keputusan atas pengakuan perhimpunan-perhimpunan nasional, dimana dengan itu mereka menjadi bagian resmi dari gerakan. ICRC bekerja untuk mengembangkan HPI, menjelaskan, mendiseminasikan dan mempromosikan Konvensi Jenewa. ICRC juga melaksanakan kewajiban yang ditimpakan padanya berdasarkan Konvensi-konvensi tersebut dan memastikan bahwa konvensi-konvensi itu dilaksanakan dan mengembangkannya apabila perlu. Perhimpunan NasionalPerhimpunan Nasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah adalah organisasi kemanusiaan yang ada di setiap negara anggota penandatangan Konvensi Jenewa. Tidak ada negara yang dapat memiliki lebih dari satu Perhimpunan Nasional. Sebelum sebuah perhimpunan baru disetujui oleh ICRC dan menjadi anggota Federasi, beberapa syarat ketat harus dipenuhi. Menurut statuta gerakan Perhimpunan Nasional yang baru didirikan harus disetujui oleh ICRC. Untuk dapat memperoleh persetujuan dari ICRC, sebuah Perhimpunan Nasional harus memenuhi 10 syarat yaitu: 

Didirikan disuatu Negara Peserta Konvensi Jenewa 1949 Satu-satunya Perhimpunan PM/BSM Nasional di Negaranya Diakui oleh Pemerintah Negaranya Memakai nama dan lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah Bersifat mandiri Memperluas kegiatan di seluruh wilayah Terorganisir dalam menjalankan tugasnya dan dilaksanakan diseluruh wilayah negaranya Menerima anggota tanpa membedakan latar belakang Menyetujui statuta Gerakan Menghormati Prinsip-prinsip Dasar Gerakan dan menjalankan tugasnya sejalan dengan prinsip-

prinsip HPI

Page 59: Arti lambang

 Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit MerahBadan ini mendukung aktivitas kemanusiaan yang dilaksanakan oleh perhimpunan nasional atas nama kelompok-kelompok rentan dan bertindak sebagai juru bicara dan sebagai wakil Internasional mereka. Federasi mendukung Perhimpunan Nasional dan ICRC dalam usahanya untuk mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan tentang HPI dan mempromosikan Prinsip-prinsip Dasar Gerakan. Statuta GerakanStatuta Gerakan adalah salah satu dasar yang menentukan struktur dan kewajiban ICRC, Federasi, dan Perhimpunan Nasional. Statuta Gerakan disusun pada tahun 1928. Kemudian direvisi pada tahun 1952 direvisi lagi pada tahun 1986, tepatnya pada Konferensi Internasional yang ke-25 yang dilaksanakan di Jenewa. Statuta ICRCICRC menetapkan statutanya pada tahun 1915. Semenjak itu mereka sudah merevisinya beberapa kali. Khususnya, mereka berefleksi dan mengembangkan pokok-pokok pikiran dari pasal 5 Statuta Gerakan. Untuk lebih persisnya, sebagai tambahan atas apa yang sudah disebutkan di atas, statuta itu menyebutkan bahwa ICRC harus: >    Melindungi dan mempromosikan penghormatan kepada prinsip-prinsip dasar gerakan, demikian juga dengan penyebarluasan pengetahuan HPI yang dapat dipakai dalam konflik bersenjata;>    Mengakui semua Perhimpunan Nasional yang dibentuk berdasarkan persyaratan yang tercantum dalam statuta gerakan;>    Mengemban tugas yang diberikan oleh Konvensi Jenewa dan memastikan bahwa HPI dilaksanakan dangan setia.>    Menyediakan perlindungan dan bantuan, dalam kapasitasanya sebagai penengah netral kepada militer dan korban sipil dari konflik bersenjata.·    Mengelola, menjalankan Badan Pusat Pencarian;>    Melaksanakan mandat yang dipercayakan kepadanya oleh Konferensi Internasional. Statuta FederasiStatuta Federasi memutuskan tanggung jawab Federasi sebagai berikut:>    Bertindak sebagai badan penghubung dan koordinasi permanen dari Perhimpunan-Perhimpunan Nasional;>    Memberikan bantuan kepada Perhimpunan Nasional yang mungkin memerlukan dan memintanya;>    Mempromosikan pembentukan dan pengembangan Perhimpunan Nasional;>    Mengkoordinasi operasi bantuan yang dilaksanakan oleh Perhimpunan Nasional dalam rangka membantu korban bencana alam dan pengungsi di tempat di mana tidak ada konflik bersenjata.   Statuta Perhimpunan NasionalSetiap Perhimpunan Nasional memiliki statuta sendiri-sendiri. Walaupun mungkin berbeda satu dengan yang lain, statuta itu harus mencerminkan semangat gerakan dan memperhatikan ketentuan-ketentuan umum dalam statuta gerakan. Harus diperhatikan bahwa seperangkat “model statuta” tersedia untuk digunalan oleh perhimpunan nasional. Tujuan untuk pembuatan model tersebut pada tahun 1952 tidak untuk digunakan sebagai satu-satunya peraturan bagi semua perhimpunan nasional tetapi untuk mewujudkan prinsip-prinsip konvensi dan gerakan,

Page 60: Arti lambang

yang merupakan aplikasi universal. Model statuta ini sudah diubah sampai berkali-kali dan pantas untuk menjadi pedoman bagi perhimpunan nasional baru dalam membuat rancangan statutanya sendiri.  

Sejarah Berdirinya PMIWritten By PMI Prov. Kaltim on Senin, 01 Oktober 2012 | 04.53

Page 61: Arti lambang

Perhimpunan Palang Merah Indonesia (PMI) sudah dimulai sejak masa sebelum

perang  dunia ke-II. Saat itu 21 oktober 1873 pemerintah colonial belanda

mendirikan organisasi Palang Merah di Indonesia Het Nederland-Indische Rode

Kruis (NIRK) yang kemudian berubah menjadi Nederland Rode Kruis Afdeling Indie

(NERKAI). Seiring deangan pergeseran waktu, timbul semangat untuk mendirikan

Palang Merah Indonesia (PMI) diawali sekitar tahun 1932. Rencana pendirian

tersebut dipelopori oleh  dr. RCL Senduk dan dr. Bahder Djohan. Rencana itu

mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia.  Mereka

berusaha keras membawa rancangan tersebut dalam Sidang Konferensi NERKAI

pada tahun 1940 walaupun akhirnya ditolak. Dengan sangat terpaksa rancangan

tersebut disimpan untuk menanti kesempatan yang lebih tepat.

Seperti tak kenal lelah, saat pendudukan jepang mereka kembali  mencoba

membentuk suatu Badan Palang Merah Nasional. Namun mengalami kegagalan

juga karena mendapat halangan dari pemerintah tentara jepang dan untuk

keduakalinya raancangan tersebut harus disimpan.

Akhirnya tepat tujuh belas hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik

Indonesia yaitu pada tanggal 3 september 1945, Presiden Soekarno  mengeluarkan

perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Atas perintah

Presiden RI , maka dr. buntaran yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan

RI Kabinet I, membentuk panitia lima pada 5 september 1945. Panitia tersebut

terdiri atas : dr. R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan (Penulis), serta tiga orang

anggota, yaitu dr. Djuhana, dr. Marzuki dan dr. Sitanala.

Hasil dari kerja panitia lima tersebut akhirnya berhasil membentuk Perhimpunan

Palang Merah Indonesia (PMI) pada 17 september 1945,  dan diketuai oleh Drs.

Mohammad Hatta yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden RI. Pasca

pembentukan, PMI mulali merintis kegiatannya dengan member bantuan korban

perang revolusi kemerdekaan Indonesia dan pengembalian tawanan perang Sekutu

maupun Jepang.

PMI terus melakukan kegiatan pemberian bantuan kemanusiaan hingga akhirnya

melalui Keputusan Presiden (Keppres)RIS, Keppres Nomor 25 tanggal 16 januari

1950 yang diperkuat dengan Keppres nomor 246 tanggal 29 November 1963,

Pemerintah Indonesia mengakui Keberadaan PMI.

Secara Internasional pada 15 juni 1950, keberadaan PMI diakui oleh Komite

Internasional Palang Merah (International Committee of the Red Cross) atau

disingkat dengan sebutan ICRC. Setelah itu PMI diterima menjadi anggota

Perhimpunan Nasional ke-68 oleh Liga Perhimpunan Palang Merah, yang saat ini

dikenal dengan IFRC (International Federation of Red Cross and red Crescent

Societies) pada 16 oktober 1950.

Nama – nama Tokoh yang Pernah Menjabat Ketua PMI :

1.    Ketua PMI I (1945 - 1946)     : Drs. Mohammad Hatta

2.    Ketua PMI II (1946 - 1948)    : Soetardjo Kartohadikoesoemo

Page 62: Arti lambang

3.    Ketua PMI III (1948 - 1952)   : BPH. Bintoro

4.    Ketua PMI IV (1952 - 1954)   : Prof. Dr. Bahder Djohan

5.    Ketua PMI V (1954 - 1966)    : K.G.P.A.A. Paku Alam VIII (3 Periode)

6.    Ketua PMI VI (1966 - 1969)   : Letna Jenderal Basuki Rachmat

7.    Ketua PMI VII (1970 – 1972) : Prof. Dr. Satrio (3 Periode)

8.    Ketua PMI VIII (1982 - 1986) : Dr. H. Soeyoso Soemodimedjo

9.    Ketua PMI IX (1986 - 1994)   : Dr. H. Ibnu Sutowo (2 Periode)

10. Ketua PMI X (1994 - 1999)    : Dra. Siti Hardiyanti Rukmana

11. Ketua PMI XI (1999 - 2010)   : Mar’ie Muhammad (2 Periode)

SEJARAH SINGKAT PALANG MERAH INDONESIA

Page 63: Arti lambang

Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di seluruh indonesia.Palang Merah Indonesia tidak berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu. Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi mengutamakan objek korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan jiwanya.

1. Sejarah Berdirinya PMI

Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebetulnya sudah dimulai sebelum Perang Dunia II, tepatnya 12 Oktober 1873.Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlandsche Roode Kruis Afdeeling Indië (NERKAI) yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang. Perjuangan mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) diawali 1932. Kegiatan tersebut dipelopori Dr. R.C. L. Senduk dan Dr. Bahder Djohan dengan membuat rancangan pembentukan PMI. Rancangan tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia, dan diajukan ke dalam Sidang Konferensi Narkei pada 1940, akan tetapi ditolak mentah-mentah.Rancangan tersebut disimpan menunggu saat yang tepat. Seperti tak kenal menyerah pada saat pendudukan Jepang mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk yang kedua kalinya rancangan tersebut kembali disimpan.Proses pembentukan PMI dimulai 3 September 1945 saat itu Presiden Soekarno memerintahkan Dr. Boentaran (Menkes RI Kabinet I) agar membentuk suatu badan Palang Merah Nasional.Dibantu Panitia lima orang terdiri atas Dr. R. Mochtar sebagai Ketua, Dr. Bahder Djohan sebagai Penulis dan tiga anggota panitia yaitu Dr. R. M. Djoehana Wiradikarta, Dr. Marzuki, Dr. Sitanala, mempersiapkan terbentuknya Perhimpunan Palang Merah Indonesia. Tepat sebulan setelah kemerdekaan RI, 17 September 1945, PMI terbentuk. Peristiwa bersejarah tersebut hingga saat ini dikenal sebagai Hari PMI.Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59.Sebagai perhimpunan nasional yang sah, PMI berdiri berdasarkan Keputusan Presiden No 25 tahun 1925 dan dikukuhkan kegiatannya sebagai satu-satunya organisasi perhimpunan nasional yang menjalankan tugas kepalangmerahan melalui Keputusan Presiden No 246 tahun 1963.

2. Lambang atau Logo PMI

PMI menggunakan lambang Palang Merah diatas dasar putih sebagai tanda perlindungan sesuai dengan ketentuan Palang Merah Internasional. Lambang PMI sebagai anggota Palang Merah

Page 64: Arti lambang

Internasional adalah Palang Merah diatas dasar warna putih. Lambang PMI sebagai Perhimpunan Nasional adalah diatas dasar dilingkari bunga melati berkelopak lima.

- Arti lambang Palang merahSaat terjadi perang di kota Solverino seorang Bapak penulis novel yakni Bapak Jean Henry Dunant yang sampai saat ini disebut sebagai Bapak Palang merah sedunia,karna atas keprihatinannya lah Palang merah Internasional bisa terbentuk,saat dia melihat peperangan yang tiada hentinya dan menyebabkan banyak terjatuhnya korban luka dan meninggal,Saat itu dia berada diantara peperangan tersebut dia berada tepat ditengah - tengah peperangan yang berbentuk seperti salib maka dari itu lambang palang merah internasional menyerupai salib.Sementara Jean bersama kawan - kawannya membentuk komite yang diberi nama comite five(komite lima)karna mereka berjumlah lima orang yakni Jean H.D.,Dr.L.Appia,Dr.Mounoier,dan Dr.Moyner,mereka membuat sebuah buku yang diberi judul un sovenir de solverino yang artinya kenang - kenangan dikota solverino.

-Arti Lambang Palang Merah IndonesiaArti lambang PMI (Palang Merah Indonesia) yaitu diambil dari Pancasila yang berbentuk seperti bunga mawar merah yang daunya ada lima,sementara itu lambang salib nya mengikuti arti palang merah Internasional yang berpusat di jenewa Swiss,Sejarah PMI itu sendiri yakni terbentuk pada tanggal 17 agustus 1945 oleh presiden pertama yaitu Ir.Soekarno dan wakilnya Drs.Moch.Hatta,saat itu ketuanya yaitu Drs.Moch.Hatta dan rekan - rekan.saat itu Ir.Soekarno melihat peperangan di Indonesia yang jatuh banyak korban dan prihatin sekali melihatnya maka dari itu beliau memnuat sebuah organsasi kemanusiaan yaitu PMI dan SM(Sabit Merah),SM itu sendiri berdiri dibawah naungan Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah,karna Bulan Sabit Merah itu berlandaskan Islam dan banyak berdiri di negara - negar Islam seperti Arab Saudi,Yordania dan negara - negara Islam lainnya.dari saat itu PMI dan BSM berdiri dengan kokoh di Indonesia sampai saat ini.

3. PMI - Kemanusiaan dan Kerelawanan

Dalam berbagai kegiatan PMI komitmen terhadap kemanusiaan seperti Strategi 2010 berisi tentang memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan melalui promosi prinsip nilai kemanusiaan, penanggulangan bencana, kesiapsiagaan penanggulangan bencana, kesehatan dan perawatan di masyarakat, Deklarasi Hanoi (United for Action) berisi penanganan program pada isu-isu penanggulangan bencana, penanggulangan wabah penyakit, remaja dan manula, kemitraan dengan pemerintah, organisasi dan manajemen kapasitas sumber daya serta humas dan promosi, maupun Plan of Action merupakan keputusan dari Konferensi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ke-27 di Jenewa Swiss tahun 1999.Dalam konferensi tersebut Pemerintah Indonesia dan PMI sebagai peserta menyatakan ikrar di bidang kemanusiaan.Hal ini sangat sejalan dengan tugas pokok PMI adalah membantu pemerintah Indonesia di bidang sosial kemanusiaan terutama tugas-tugas kepalangmerahan yang meliputi: Kesiapsiagaan Bantuan dan Penanggulangan Bencana, Pelatihan Pertolongan Pertama untuk Sukarelawan, Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat, Pelayanan Transfusi Darah. Kinerja PMI dibidang kemanusiaan dan kerelawanan mulai dari tahun 1945 sampai dengan saat ini antara lain sebagai berikut:Membantu saat terjadi peperangan/konflik. Tugas kemanusiaan yang dilakukan PMI pada masa perang kemerdekaan RI, saat pemberontakan RMS, peristiwa Aru, saat gerakan koreksi daerah melalui PRRI di Sumbar, saat Trikora di Irian Jaya, Timor Timur dengan operasi kemanusiaan di Dilli, pengungsi di Pulau Galang.Membantu korban bencana alam. Ketika gempa terjadi di Pulau Bali (1976), membantu korban gempa bumi (6,8 skala Richter) di Kabupaten Jayawijaya, bencana Gunung Galunggung (1982), Gempa di Liwa-Lampung Barat dan Tsunami di Banyuwangi (1994), gempa di Bengkulu dengan 7,9 skala Richter (1999), konflik horizontal di Poso-Sulteng dan kerusuhan di Maluku Utara (2001), korban gempa di Banggai di Sulawesi Tengah (2002) dengan 6,5 skala Richter, serta membantu korban banjir di Lhokseumawe Aceh, Gorontalo, Nias, Jawa Barat, Tsunami di Nangroe Aceh Darussalam, Pantai Pangandaran, dan gempa bumi di DI Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah. Semua dilakukan jajaran PMI demi rasa kemanusiaan dan semangat kesukarelawanan yang tulus membantu para korban dengan berbagai kegiatan mulai dari pertolongan dan evakuasi, pencarian, pelayanan kesehatan dan tim medis, penyediaan dapur umum, rumah sakit lapangan, pemberian paket sembako, pakaian pantas pakai dan sebagainya.

Page 65: Arti lambang

Transfusi darah dan kesehatan. Pada tahun 1978 PMI memberikan penghargaan Pin Emas untuk pertama kalinya kepada donor darah sukarela sebanyak 75 kali. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1980 telah diatur tentang tugas dan peran PMI dalam pelayanan transfusi darah. Keberadaan Unit Transfusi Darah PMI diakui telah banyak memberikan manfaat dan pertolongan bagi para pasien/penderita sakit yang sangat membutuhkan darah. Ribuan atau bahkan jutaan orang terselamatkan jiwanya berkat pertolongan Unit Transfusi Darah PMI. Demikian pula halnya dengan pelayanan kesehatan, hampir di setiap PMI di berbagai daerah memiliki poliklinik secara lengkap guna memberikan pelayanan kepada masyarakat secara murah.

4. PMI - Basis Masyarakat

Guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi pada saat-saat yang akan datang saat ini PMI tengah mengembangkan Program Community Based Disarter Preparedness (Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat). Program ini dimaksudkan mendorong pemberdayaan kapasitas masyarakat untuk menyiagakan dalam mencegah serta mengurangi dampak dan risiko bencana yang terjadi di lingkungannya. Hal ini sangat penting karena masyarakat sebagai pihak yang secara langsung terkena dampak bila terjadi bencana.Selain itu di Palang Merah Indonesia juga marak di selenggarakan pelatihan untuk Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat (Community Based First Aid/ CBFA)Pada dasarnya seluruh gerakan kepalangmerahan haruslah berbasis masyarakat, ujung tombak gerakan kepalangmerahan adalah unsur unsur kesukarelaan seperti Korps Sukarela atau KSR maupun Tenaga Sukarela atau TSR dan juga Palang Merah Remaja atau PMR dan seluruh unsur ini selalu berbasis pada anggota masyarakat sesuai salah satu prinsip kepalangmerahan yaitu kesemestaan.

5. Tingkatan Dalam Anggota  PMI

PMR (Palang Merah Remaja)PMR merupakan gugus paling dasar dari seluruh tenaga lapangan PMI. Mereka terdiri dari para siswa sekolah yang mendapatkan pelatihan dasar P3K (Pertolongan Pertama). PMR cenderung lebih ditujukan kearah ekstrakulikuler para siswa sekolah, daripada sebagai tenaga teknis pertolongan pertama. Namun pelatihan yang diterima oleh mereka sudah cukup untuk melakukan pertolongan pertama dimanapun dan kapanpun.

TSR (Tenaga Sukarela)TSR merupakan tenaga lapangan PMI yang terdiri dari para masyarakat biasa yang mendapatkan semacam pelatihan dasar P3K sebagaimana PMR. Siapapun bisa menjadi TSR. Mereka biasa diperbantukan disaat emergency, bencana alam, ataupun berbagai aktivitas yang diadakan oleh PMI.

KSR (Korps Sukarela)KSR merupakan gugus utama tenaga lapangan PMI yang terlatih secara profesional dengan materi yang telah dijadikan standar Nasional. Syarat utama menjadi anggota KSR adalah minimal telah lulus SMU atau setaranya. Itu sebabnya sebagian besar anggota KSR terdiri dari para mahasiswa dan karyawan.

6. 7 Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah Internasional

Kemanusiaan /HumanityGerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan memberi pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka di dalam pertempuran, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia. Palang Merah menumbuhkan saling pengertian, persahabatan, kerjasama dan perdamaian abadi bagi sesama manusia.

Kesamaan / ImpartialityGerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama atau pandangan politik. Tujuannya semata-mata mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan medahulukan keadaan yang paling parah.

Kenetralan / Neutrality

Page 66: Arti lambang

Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau ideologi.

Kemandirian / IndependenceGerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan nasional disamping membantu Pemerintahnya dalam bidang kemanusiaan, juga harus mentaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sejalan dengan prinsip-prinsip gerakan ini.

Kesukarelaan / Voluntary serviceGerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apa pun.

Kesatuan / UnityDi dalam suatu negara hanya ada satu perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.

Kesemestaan / UniversalityGerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap Perhimpunan Nasional mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia.

Page 67: Arti lambang

Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional

a)      Sejarah Lambang

1)      Lambang Palang Merah

Sebelum Lambang Palang Merah diadopsi sebagai Lambang yang netral untuk memberikan

pertolongan kepada tentara yang terluka di medan perang, pada waktu itu setiap relayanan medis kemiliteran

memiliki tanda pengenal sendiri-sendiri dengan warna yang berbeda-beda. Akibatnya mereka tidak tahu apa

tanda pengenal personel medis lawan mereka. Pelayanan medis pun tidak dianggap sebagai pihak yang netral,

sehingga tanda pengenal tersebut bukannya memberi perlindungan namun juga dianggap sebagai target bagi

tentara lawan yang tidak mengetahui apa artinya. Lambat laun muncul pemikiran yang mengarah kepada

pentingnya mengadopsi Lambang yang menawarkan status netral kepada mereka yang membantu korban luka

dan menjamin pula perlindungan mereka yang membantu di medan perang. Kepentingan tersebut menuntut

dipilihnya hanya satu Lambang. Namun yang menjadi masalah kemudian, adalah memutuskan bentuk Lambang

yang akan digunakan oleh personel medis sukarela di medan perang. Dalam suatu kurun waktu, ikat lengan

berwarna putih dipertimbangkan sebagai salah satu kemungkinan. Namun, warna putih telah digunakan dalam

konflik bersenjata oleh pembawa bendera putih tanda gencatan senjata, khususnya untuk menyatakan

menyerah. Penggunaan warna putih pun dapat menimbulkan kebingungan sehingga perlu dicari suatu

kemungkinan Lambang lainnya. Delegasi dari Konferensi tahun 1863 akhirnya memilih Lambang Palang Merah

di atas dasar putih, warna kebalikan dari bendera nasional Swiss (palang putih diatas dasar merah) sebagai

bentuk penghormatan terhadap Negara Swiss. Selain itu, bentuk Palang Merah pun memberikan keuntungan

teknis karena dinilai memiliki desain yang sederhana sehingga mudah dikenali dan mudah dibuat. Selanjutnya

pada tahun 1863, Konferensi Internasional bertemu di Jenewa dan sepakat mengadopsi Lambang Palang Merah

di atas dasar putih sebagai tanda pengenal perhimpunan bantuan bagi tentara yang terluka yang nantinya

menjadi Perhimpunan Nasional Palang Merah. Pada tahun 1864, Lambang Palang Merah di atas dasar putih

secara resmi diakui sebagai tanda pengenal pelayanan medis angkatan bersenjata.

Page 68: Arti lambang

2)      Lambang Bulan Sabit Merah

Delegasi dari Konferensi 1863 tidak memiliki sedikitpun niatan untuk menampilkan sebuah simbol

kepentingan tertentu, dengan mengadopsi Palang Merah di atas dasar putih.Namun pada tahun 1876 saat

Balkan dilanda perang, sejumlah pekerja kemanusiaan yang tertangkap oleh Kerajaan Ottoman (saat ini Turki)

dibunuh semata-mata karena mereka memakai ban lengan dengan gambar Palang Merah. Ketika Kerajaan

diminta penjelasan mengenai hal ini, mereka menekankan mengenai kepekaan tentara kerajaan terhadap

Lambang berbentuk palang dan mengajukan agar Perhimpunan Nasional dan pelayanan medis militer mereka

diperbolehkan untuk menggunakan Lambang yang berbeda yaitu Bulan Sabit Merah. Gagasan ini perlahan-

lahan mulai diterima dan memperoleh semacam pengesahan dalam bentuk “reservasi” dan pada Konferensi

Internasional tahun 1929 secara resmi diadopsi sebagai Lambang yang diakui dalam Konvensi, bersamaan

dengan Lambang Singa dan Matahari Merah di atas dasar putih yang saat itu dipilih oleh Persia (saat ini Iran).

Tahun 1980, Republik Iran memutuskan untuk tidak lagi menggunakan Lambang tersebut dan memilih memakai

Lambang Bulan Sabit Merah.

3)      Perkembangan Lambang: Kristal Merah

Pada Konferensi Internasional yang ke-29 tahun 2006, sebuah keputusan penting lahir, yaitu

diadopsinya Lambang Kristal Merah sebagai Lambang keempat dalam Gerakan dan memiliki status yang sama

dengan Lambang lainnya yaitu Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Konferensi Internasional yang

mengesahkan Lambang Kristal Merah tersebut, mengadopsi Protocol Tambahan III tentang penambahan

Lambang Kristal Merah untuk Gerakan, yang sudah disahkan sebelumnya pada Konferensi Diplomatik tahun

2005. Usulan membuat Lambang keempat, yaitu Kristal Merah, diharapkan dapat menjadi jawaban, ketika

Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah tidak bisa digunakan dan 'masuk' ke suatu wilayah konflik. Mau

tidak mau, perlu disadari bahwa masih banyak pihak selain Gerakan yang menganggap bahwa Lambang terkait

dengan simbol kepentingan tertentu.

Penggunaan Lambang Kristal Merah sendiri pada akhirnya memilliki dua pilihan yaitu: dapat digunakan secara

penuh oleh suatu Perhimpunan Nasional, dalam arti mengganti Lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah

yang sudah digunakan sebelumnya, atau menggunakan Lambang Kristal Merah dalam waktu tertentu saja ketika

Lambang lainnya tidak dapat diterima di suatu daerah. Artinya, baik Perhimpunan Nasional, ICRC dan Federasi

pun dapat menggunakan Lambang Kristal Merah dalam suatu operasi kemanusiaan tanpa mengganti kebijakan

merubah Lambang sepenuhnya.

b)     Fungsi Lambang

Telah ditentukan bahwa Lambang memiliki fungsi untuk :

  Tanda Pengenal yang berlaku di waktu damai

Page 69: Arti lambang

  Tanda Perlindungan yang berlaku diwaktu damai dan perang/konflik

Apabila digunakan sebagai Tanda Pengenal, Lambang tersebut harus dalam ukuran kecil, berfungsi

pula untuk mengingatkan bahwa institusi di atas bekerja sesuai dengan Prinsip-prinsip Dasar Gerakan.

Apabila Lambang digunakan sebagai tanda pelindung, Lambang tersebut harus menimbulkan sebuah

reaksi otomatis untuk menahan diri dan menghormati di antara kombatan. Lambang harus selalu ditampakkan

dalam bentuknya yang asli. Lambang tersebut harus dapat dikenali dari jarak sejauh mungkin, ukurannya harus

besar. Lambang menandakan adanya perlindungan bagi:

  Personel medis dan keagamaan angkatan bersenjata

  Unit dan fasilitas medis angkatan bersenjata

  Unit dan transportasi medis Perhimpunan Nasional apabila digunakan sebagai perbantuan terhadap pelayanan

medis angkatan bersenjata

Peralatan medis.

Sejarah lahirnya Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasionaloleh PALANG MERAH INDONESIA  pada 14 Juli 2010 pukul 10:25 ·

Page 70: Arti lambang

Pada tanggal 24 Juni 1859 di Solferino, tepatnya sebelah utara Italia, prajurit Perancis dan Austria bertempur dalam sebuah pertempuran sengit selama 16 jam dan melibatkan 320.000 prajurit. Pertempuran itu mengakibatkan 40.000 orang meninggal dan terluka dalam medan pertempuran. Ini adalah karakteristik pertempuran pada masa itu, yang pada dasarnya merupakan pembantaian massal. Lebih jauh, komandan militer tidak memperhatikan kepentingan orang yang terluka untuk mendapatkan pertolongan dan perawatan. Para prajurit hanya dianggap sebagai ‘makanan meriam’. Adapun pertempuran tersebut dimenangkan oleh Perancis. Namun demikian, berakibat sangat mengerikan dengan mayat yang tumpang tindih dan ribuan orang terluka tanpa pertolongan. Jumlah ahli bedah sangat tidak mencukupi. Di sana hanya ada empat orang dokter hewan yang merawat seribu kuda dan seorang dokter untuk merawat seribu orang. Sungguh jumlah yang sangat tidak sebanding dengan keseluruhan pasukan artileri.

Pada saat pertempuran berlangsung, Henry Dunant, seorang pengusaha berkebangsaan Swiss (1828 – 1910) sedang berada dalam perjalanan untuk menemui Napoleon III guna keperluan bisnis. Menyaksikan pemandangan yang mengerikan akibat pertempuran tersebut, kesedihannya pun muncul. Melihat pemandangan yang menyedihkan itu membuatnya lupa akan pertemuannya dengan Kaisar.

Peristiwa yang secara khusus membangkitkan perasaan Dunant saat itu adalah menyaksikan ribuan orang yang terluka tanpa perawatan dan dibiarkan mati di tempat karena pelayanan medis militer yang tidak mencukupi jumlahnya serta tidak memadai dalam tugas dan keterampilan dibidang medis. Dunant kemudian mengumpulkan orang-orang dari desa-desa sekitarnya dan tinggal di sana selama tiga hari untuk dengan sungguh-sungguh menghabiskan waktunya merawat orang yang terluka. Kata-kata bijaksananya, Siamo tutti fratelli (Kita semua bersaudara), membuka hati para sukarelawan yang melayani kawan maupun lawan tanpa membedakannya.

Sekembalinya Dunant ke Swiss membuat ia terus dihantui oleh mimpi buruk yang disaksikannya di Solferino. Untuk menghilangkan bayangan buruk dalam pikirannya, Dunant kemudian menulis sebuah buku dan menerbitkannya dengan biaya sendiri pada bulan November 1862. Buku itu berjudul “Kenangan dari Solferino” (A Memory of Solferino). Tujuan Dunant menuliskan buku itu adalah untuk menarik perhatian dunia tentang kenyataan kejamnya peperangan. Dia mengirimkan buku itu kepada keluarga-keluarga terkemuka di Eropa dan juga para pemimpin militer, politikus, dermawan dan teman-temannya. Rupanya, banyak pihak yang tertarik dengan tulisannya itu. Dunant pun diundang kemana-mana dan dipuji dimana-mana. Banyak orang yang mau mengikuti jejaknya.

Buku “Kenangan dari Solferino” mengandung dua gagasan penting yaitu:• Usulan mendirikan perhimpunan bantuan di setiap negara yang terdiri dari sukarelawan untuk merawat orang yang terluka pada waktu perang.• Usulan mempromosikan kesepakatan internasional guna melindungi prajurit yang terluka dalam medan perang dan orang-orang yang merawatnya serta memberikan status netral kepada mereka.

Buku “Kenangan dari Solferino” mempunyai pengaruh yang sangat berarti sehingga tidak kurang dari satu tahun, terwujudlah usulan Dunant dengan dibentuknya sebuah organisasi

Page 71: Arti lambang

dunia yaitu Palang Merah. Hal itu terjadi berkat jasa Henry Dunant yang dapat meyakinkan negara-negara untuk menyusun, mengkodifikasi dan mengenali peraturan perang.

Pendirian Komite Internasional untuk pertolongan bagi yang terluka dan pendirian Perhimpunan NasionalPada saat itu ada sebuah Perhimpunan Kesejahteraan Umum di Jenewa yang dipimpin oleh seorang ahli hukum bernama Gustave Moynier. Setelah membaca “Kenangan dari Solferino”, Gustave Moynier merasa sangat tersentuh. Moynier adalah orang yang penuh pemikiran tapi juga orang yang cepat bertindak. Dia mengundang Dunant untuk membicarakan bukunya dengan beberapa anggota lainnya yang tertarik dan sebagai hasilnya, dibentuklah Komite Lima. Anggotanya selain Dunant dan Moynier, juga ada Jendral Guillaume-Henri Dufour, Dr. Louis Appia dan Dr. Theodore Maunoir.

Komite diatas kemudian bertemu untuk pertama kalinya pada 17 Februari 1863 dan menamakan dirinya sebagai Komite Internasional untuk Pertolongan Bagi yang Terluka dan kemudian berubah nama menjadi Komite Internasional Palang Merah atau International Committe of the Red Cross (ICRC) pada tahun 1876. Dengan demikian, tanpa memperhatikan perubahan nama di atas, ICRC didirikan pada hari yang sama pada bulan February 1863.

Beberapa bulan setelah pertemuan dengan Perhimpunan Kesejahteraan Umum dan pembentukan ICRC, Komite Lima bekerja sama dalam suatu aktivitas. Aktivitas itu berhasil mengantarkan mereka pada sebuah konferensi internasional di Jenewa pada bulan Oktober 1863. Pertemuan itu dihadiri oleh 16 negara.

Selama konferensi tersebut berlangsung, lambang palang merah diatas dasar putih yang merupakan kebalikan dari bendera Swiss, diadosi sebagai lambang untuk mengidentifikasi satuan kesehatan tentara dan selanjutnya melindungi sukarelawan yang memberikan pertolongan bagi prajurit yang terluka. Bedirinya palang merah sebagai sebuah institusi kemudian menjadi kenyataan.

Gagasan pertama Dunant untuk membentuk perhimpunan para sukarelawan di setiap negara, telah menjadi kenyataan dengan dibentuknya beberapa perhimpunan serupa di beberapa Negara antara lain di Wurttemburg, Grand Duchy of Oldenburg, Belgia dan Prusia. Negara lain pun turut membentuk perhimpunannya antara lain di Denmark, Perancis, Italy, Mecklenburgh-schwerin, Spain, Hamburg dan Hesse. Pada waktu itu mereka disebut sebagai Komite Nasional atau Perhimpunan Pertolongan tetapi kemudian mereka dikenal sebagai Perhimpunan Nasional. 

Arti Lambang PMR

Page 72: Arti lambang

Lambang PMR Wira

1.      Segi Lima merah melambangkan Pancasila.

2. Warna dasar kuning melambangkan ‘warna dasar PMR Wira’.

3. Segi lima putih melambangkan ‘Panca Satya PMR’.

4.    Warna dasar putih melambangkan ‘Kesucian’.

5.   Tanda Palang Merah melambangkan ‘Bendera Negara Swiss’. 

Page 73: Arti lambang

Sejarah Palang Merah Indonesia (PMI)

DetailsCategory: ArtikelPublished on Monday, 09 December 2013 08:42Written by Super UserHits: 869

Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak masa sebelum Perang Dunia Ke-II. Saat itu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai), yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.

Perjuangan untuk mendirikan Palang Merah Indonesia sendiri diawali sekitar tahun 1932. Kegiatan tersebut dipelopori oleh Dr. RCL Senduk dan Dr Bahder Djohan. Rencana tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia. Mereka berusaha keras membawa rancangan tersebut ke dalam sidang Konferensi Nerkai pada tahun 1940 walaupun akhirnya ditolak mentah-mentah. Terpaksa rancangan itu disimpan untuk menunggu kesempatan yang tepat. Seperti tak kenal menyerah, saat pendudukan Jepang, mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk kedua kalinya rancangan itu harus kembali disimpan.

Tujuh belas hari setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, yaitu pada tanggal 3 September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Atas perintah Presiden, maka Dr. Buntaran yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, pada tanggal 5 September 1945 membentuk Panitia 5 yang terdiri dari: dr R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan (Penulis), dan dr Djuhana; dr Marzuki; dr. Sitanala (anggota).

Akhirnya Perhimpunan Palang Merah Indonesia berhasil dibentuk pada 17 September 1945 dan merintis kegiatannya melalui bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang. Oleh karena kinerja tersebut, PMI mendapat pengakuan secara Internasional pada tahun 1950 dengan menjadi anggota Palang Merah Internasional dan disahkan keberadaannya secara nasional melalui Keppres No.25 tahun 1959 dan kemudian diperkuat dengan Keppres No.246 tahun 1963.

Kini jaringan kerja PMI tersebar di 30 Daerah Propinsi / Tk.I dan 323 cabang di daerah Tk.II serta dukungan operasional 165 unit Transfusi Darah di seluruh Indonesia.

PERAN DAN TUGAS PMIPeran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59.

Tugas Pokok PMI:+ Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana+ Pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan+ Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat+ Pelayanan transfusi darah ( sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 18 tahun 1980)Dalam melaksanakan tugasnya PMI berlandaskan pada 7 (tujuh) prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yaitu Kemanusiaan, Kesukarelaan, Kenetralan, Kesamaan, Kemandirian, Kesatuan dan Kesemestaan

 

 

Page 74: Arti lambang