artikel aturan geospasial di kementerian esdm

17
1 ATURAN GEOSPASIAL DALAM KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 1. Pendahuluan Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Salah satunya adalah sumber daya geologi berupa sumber daya mineral, batubara, bitumen padat, gambut serta panas bumi. Sebagai salah satu instansi pemerintah yang memiliki fungsi sebagai penyedia data dan informasi keberadaan sumber daya geologi di Indonesia, Pusat Sumber Daya Geologi berusaha untuk mensosialisasikan potensi sumber daya geologi Indonesia kepada masyarakat luas yang salah satunya dilakukan melalui pembuatan basis data sumber daya geologi. Basis data sumber daya geologi pada hakekatnya adalah suatu sistem informasi yang dikelola secara sistematis untuk mengumpulkan, mengolah serta menyajikan data dan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas Pusat Sumber Daya Geologi. Sistem tersebut juga didesain agar pelayanan data dan informasi kepada stakeholder dapat dilakukan secara cepat, akurat serta mutakhir. Kegiatan operasional dalam pengelolaan basis data sumber daya geologi meliputi pengumpulan data primer dan sekunder, evaluasi data dan informasi sumber daya geologi, serta pelayanan penyediaan data dan informasi sumber daya geologi. Keberadaan basis data sumber daya geologi diharapkan mampu meningkatkan iklim investasi di bidang pertambangan yang pada akhirnya akan berarti pada peningkatan perekonomian bangsa. Salah satu produk yang bisa dihasilkan oleh sistem informasi basis data sumber daya geologi adalah peta tematik potensi sumber daya geologi Indonesia. Peta sumber daya geologi adalah bentuk ungkapan data dan informasi sumber daya geologi di suatu daerah atau wilayah dengan tingkat rincian informasi sesuai skala. Peta tersebut memberikan informasi sebaran dan jenis serta potensi sumber daya geologi dengan latar belakang data dan informasi geologi serta disajikan berupa gambar dengan warna, simbol, huruf dan angka atau gabungan keempatnya. Penjelasan berupa informasi yang lebih rinci diterangkan dalam bentuk keterangan yang biasanya dalam bentuk tabulasi. Peta sumber daya geologi disusun berdasarkan hasil pemetaan lapangan sumber daya mineral, batubara, gambut dan panas bumi yang dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Geologi serta hasil kompilasi data dari perusahaan-perusahaan pertambangan yang ada di Indonesia. Peta tematik sumber daya alam yang dihasilkan dari basis data sumber daya geologi diantaranya adalah: peta sebaran formasi pembawa batubara, peta lokasi keterdapatan batubara, peta sebaran kualitas batubara, peta sebaran mineral logam, peta sebaran mineral non logam, peta batuan

Upload: lea-kristi-agustina

Post on 29-Dec-2015

107 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel Aturan Geospasial Di Kementerian ESDM

1

ATURAN GEOSPASIAL DALAM KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA

MINERAL

1. Pendahuluan

Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Salah satunya

adalah sumber daya geologi berupa sumber daya mineral, batubara, bitumen padat, gambut

serta panas bumi. Sebagai salah satu instansi pemerintah yang memiliki fungsi sebagai

penyedia data dan informasi keberadaan sumber daya geologi di Indonesia, Pusat Sumber

Daya Geologi berusaha untuk mensosialisasikan potensi sumber daya geologi Indonesia

kepada masyarakat luas yang salah satunya dilakukan melalui pembuatan basis data sumber

daya geologi. Basis data sumber daya geologi pada hakekatnya adalah suatu sistem informasi

yang dikelola secara sistematis untuk mengumpulkan, mengolah serta menyajikan data dan

informasi yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas Pusat Sumber Daya

Geologi. Sistem tersebut juga didesain agar pelayanan data dan informasi kepada

stakeholder dapat dilakukan secara cepat, akurat serta mutakhir.

Kegiatan operasional dalam pengelolaan basis data sumber daya geologi meliputi

pengumpulan data primer dan sekunder, evaluasi data dan informasi sumber daya geologi,

serta pelayanan penyediaan data dan informasi sumber daya geologi. Keberadaan basis data

sumber daya geologi diharapkan mampu meningkatkan iklim investasi di bidang

pertambangan yang pada akhirnya akan berarti pada peningkatan perekonomian bangsa.

Salah satu produk yang bisa dihasilkan oleh sistem informasi basis data sumber daya geologi

adalah peta tematik potensi sumber daya geologi Indonesia. Peta sumber daya geologi

adalah bentuk ungkapan data dan informasi sumber daya geologi di suatu daerah atau

wilayah dengan tingkat rincian informasi sesuai skala. Peta tersebut memberikan informasi

sebaran dan jenis serta potensi sumber daya geologi dengan latar belakang data dan

informasi geologi serta disajikan berupa gambar dengan warna, simbol, huruf dan angka atau

gabungan keempatnya. Penjelasan berupa informasi yang lebih rinci diterangkan dalam

bentuk keterangan yang biasanya dalam bentuk tabulasi. Peta sumber daya geologi disusun

berdasarkan hasil pemetaan lapangan sumber daya mineral, batubara, gambut dan panas

bumi yang dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Geologi serta hasil kompilasi data dari

perusahaan-perusahaan pertambangan yang ada di Indonesia. Peta tematik sumber daya alam

yang dihasilkan dari basis data sumber daya geologi diantaranya adalah: peta sebaran

formasi pembawa batubara, peta lokasi keterdapatan batubara, peta sebaran kualitas

batubara, peta sebaran mineral logam, peta sebaran mineral non logam, peta batuan

Page 2: Artikel Aturan Geospasial Di Kementerian ESDM

2

pembawa mineral logam dan logam, peta sebaran lokasi panas bumi, peta geologi, geofisika

dan geokimia wilayah yang memiliki potensi panas bumi serta peta wilayah kontrak

pertambangan mineral, batubara maupun panas bumi.

2. Rencana Strategis Kementerian ESDM 2010-2014

Rencana Strategis Kementerian ESDM Tahun 2010-2014 (Renstra KESDM) yang

ditetapkan melalui Peraturan Menteri ESDM No 04 Tahun 2010 tanggal 27 Januari 2010

merupakan dokumen memuat visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program dan

kegiatan pembangunan sesuai tugas dan fungsi Kementerian ESDM berpedoman pada

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tahun 2010-2014. Renstra

KESDM dibuat setiap lima tahun sekali yang menjadi acuan perencanaan di seluruh unit

lingkungan KESDM dan menjadi masukan bagi seluruh pemangku kepentingan sektor

ESDM. Renstra KESDM terdiri dari 3 bagian utama yaitu: Pendahuluan memuat kondisi

umum, peran, potensi dan permasalahan sektor ESDM; Visi, Misi, Tujuan memuat visi,

misi, tujuan dan sasaran strategis; Arah Kebijakan dan Strategi memuat kebijakan dan

strategi KESDM 5 tahun ke depan untuk mencapai visi pembangunan nasional.

Secara umum sektor ESDM sedikitnya memiliki 8 peran penting dalam

pembangunan nasional yaitu: sumber penerimaan negara pada tahun 2008 sebesar Rp 349

triliun sekitar 36% dari penerimaan nasional; penggerak pembangunan daerah melalui

pemberian dana bagi hasil, pengembangan masyarakat, listrik pedesaan, Desa Mandiri

Energi, dan penyediaan air bersih; investasi dengan nilai US$ 19,9 miliar tahun 2008;

subsidi energi mendukung daya beli dan aktivitas perekonomian dengan subsidi BBM/LPG

dan listrik; penyediaan energi dan bahan baku domestik optimasi produksi energi fosil

(minyak bumi, gas bumi, batubara), pengembangan energi baru terbarukan (panas bumi,

surya), serta pasokan mineral domestik; penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan sektor

ESDM; neraca perdagangan ekspor komoditas migas, mineral dan batubara; faktor dominan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pergerakan saham perusahaan tambang di Bursa

Efek Indonesia.

Potensi sektor ESDM mencakup sumber daya alam energi dan mineral yang

dikandung oleh bumi Indonesia antara lain: energi fosil cadangan minyak bumi 8,2 miliar

barel, gas bumi 170 TSCF, batubara 21 miliar ton; energi non fosil sumber daya panas bumi

28 GW, tenaga air 75 GW; mineral cadangan nikel 627 juta ton, tembaga 41 juta ton, bauksit

24 juta ton, emas 3 ribu ton, granit 13 juta meter kubik; potensi peningkatan efisiensi, nilai

tambah dan konservasi efisiensi energi, pasar energi nasional, pengurangan emisi gas rumah

Page 3: Artikel Aturan Geospasial Di Kementerian ESDM

3

kaca, peningkatan nilai tambah dan konservasi energi; sumber daya geologi 15 jalur

mineralisasi, 128 cekungan sedimen, 421 cekungan air tanah, 25 sesar aktif, 129 gunung api

aktif; sejumlah wilayah kars dan wilayah endapan kuarter berpotensi kebencanaan; dan

potensi penelitian, pengembangan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia

kemampuan teknologi di bidang energi, diversifikasi energi dan ekstensifikasi energi,

konservasi, peningkatan nilai tambah, peningkatan kapasitas sumber daya di sektor ESDM.

Tantangan permasalahan sektor ESDM diantaranya: bauran energi nasional masih

didominasi oleh BBM, belum optimalnya pengembangan energi non fosil khususnya panas

bumi, penurunan produksi minyak dan gas bumi nasional, belum optimalnya investasi

pengembangan sektor ESDM, harga energi belum mencapai nilai keekonomiannya,

pemanfaatan energi belum efisien, nilai tambah industri pertambangan dan local content

rendah, belum optimalnya pelaksanaan prinsip good mining practices dan belum

terungkapnya seluruh informasi geologi Indonesia.

Visi Kementerian ESDM tahun 2010-2014 adalah : “Terwujudnya ketahanan dan

kemandirian energi serta peningkatan nilai tambah energi dan mineral yang

berwawasan lingkungan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi

kemakmuran rakyat”. Untuk mewujudkan visi ini, KESDM melaksanakan melalui misi :

1. Meningkatkan keamanan pasokan energi dan mineral dalam negeri

2. Meningkatkan aksesbilitas masyarakat pada energi, mineral dan informasi geologi

3. Mendorong keekonomian harga energi dan mineral

4. Meningkatkan kemampuan dalam negeri mengelola energi, mineral, dan geologi

5. Meningkatkan nilai tambah energi dan mineral

6. Meningkatkan pembinaan, pengelolaan dan pengendalian usaha energi dan mineral

7. Meningkatkan kemampuan kelitbangan dan kediklatan ESDM

8. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sektor ESDM

9. Melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)

Sehingga dicapai tujuan dan sasaran strategis yaitu: terjaminnya pasokan energi dan

bahan baku domestik, terwujudnya peningkatan investasi sektor ESDM, terwujudnya peran

penting sektor ESDM dalam penerimaan negara, terwujudnya peningkatan peran sektor

ESDM dalam pembangunan daerah, terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan

listrik, terwujudnya peran penting sektor ESDM dalam peningkatan surplus neraca

perdagangan dengan mengurangi impor, dan terwujudnya peningkatan efek

berantai/ketenagakerjaan.

Page 4: Artikel Aturan Geospasial Di Kementerian ESDM

4

Arah kebijakan dan strategi nasional sesuai penugasan dalam RPJMN kepada

KESDM pada 2 bidang fokus prioritas sebagai sasaran pembangunan yaitu : a. bidang sarana

dan prasarana dan b. bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup. Fokus prioritas bidang

sarana dan prasarana adalah mendukung peningkatan daya saing sektor riil dan

meningkatkan kerjasama pemerintah dan swasta. Untuk fokus prioritas bidang sumber daya

alam dan lingkungan hidup adalah peningkatan ketahanan dan kemandirian energi dan

peningkatan pengelolaan sumber daya mineral dan pertambangan. Untuk mendukung

pencapaian sasaran pembangunan nasional, Kementerian ESDM memiliki kebijakan utama

yaitu :

1. Menjamin keamanan pasokan energi melalui eksplorasi dan optimasi produksi

2. Melakukan pengaturan harga energi melalui alokasi subsidi kepada yang berhak

3. Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui diversifikasi dan konservasi energi

Selain 3 kebijakan utama ini, KESDM memiliki 4 kebijakan lain untuk mendukung

kebijakan utama yaitu: kebijakan domestic market obligation, peningkatan local content,

peningkatan nilai tambah pertambangan, serta peningkatan investasi. Pelaksanaan kebijakan

KESDM ini didukung oleh strategi yang diperinci pada masing-masing sub sektor di

KESDM yaitu: sub sektor minyak dan gas bumi; sub sektor listrik dan pemanfaatan energi;

dan sub sektor mineral batubara dan panas bumi.

Renstra Kementerian ESDM ini yang merupakan acuan bagi penyusunan rencana

kerja Unit di lingkungan Kementerian ESDM dijabarkan lebih rinci ke dalam Rencana

Strategis Unit Eselon I dan Unit Eselon II di lingkungan Kementerian ESDM. Semoga

sekilas uraian tentang Renstra KESDM ini dapat memberikan gambaran singkat tentang

Renstra KESDM 2010-2014 sebagai panduan dan acuan pelaksanaan arah kebijakan dan

strategi untuk mencapai visi dan misi Kementerian ESDM untuk 5 tahun ke depan.

3. UU Kegelogian sebagai Payung Hukum di Bidang Geologi

Berkenaan dengan Undang-Undang (UU) berkaitan dengan kegeologian telah

diselenggarakan sarasehan di lingkungan BG yang mengusung topik "RUU Geologi". Dalam

pertemuan antar unsur pimpinan pusat-pusat dan sekretariat BG dengan narasumber dan

beberapa tamu undangan terkait kebijakan bidang geologi yang dipimpin langsung oleh

Kepala BG, mencuat permasalahan di sekitar UU Kegeologian yang ternyata tidak

sederhana.

UU tentang geologi sulit mengingat geologi itu adalah salah satu cabang sains yang

domain alamiah keilmuannya tidak mungkin diatur dalam undang-undang. Domain alamiah

Page 5: Artikel Aturan Geospasial Di Kementerian ESDM

5

tidak bisa dijadikan produk hukum, karena akan menutup logika saintifik. Namun demikian,

aplikasi geologi atau turunan dari substansi ilmiahnya dapat dan penting untuk dijadikan

produk hukum. Sebagai contoh, peta batas cekungan air tanah tidak bisa dijadikan produk

hukum, tetapi turunan peta tersebut seperti peta batas wilayah pengelolaan air tanah, dapat

dan perlu untuk dijadikan produk hukum. Dalam contoh tersebut, sifat alamiahnya tidak

muncul tetapi sifat pengelolaannya yang muncul. Contoh lain adalah wilayah

geohazard yang juga tidak dapat diundangkan, namun, pengelolaan terhadap wilayah

tersebut mendesak untuk segera diatur melalui peraturan perundang-undangan. Dengan

demikian, para pembaca sekalian akan mendapatkan latar belakang dan penjelasan lebih

lanjut dalam "fokus kita", RUU tentang kegeologian itu penting untuk segera diterbitkan

(diundangkan).

Pusat Sumber Daya Geologi, sebagai instansi yang mempunyai wewenang menjadi

walidata sumber daya geologi Indonesia, berusaha membangun basis data sumber daya

geologi nasional yang lengkap dengan memanfaatkan teknologi terkini. Dengan adanya basis

data tersebut diharapkan keberadaan sumber daya geologi di Indonesia bisa tersosialisasikan

dengan baik, sehingga pada akhirnya mampu memacu iklimi nvestasi dunia pertambangan

diIndonesia serta mendatangkan manfaat bagi peningkatan perekonomian bangsa.

Salah satu produk yang bisa dihasilkan oleh basis data sumber daya geologi adalah

peta tematik potensi sumber daya geologi Indonesia. Peta tersebut memiliki karakteristik

serta spesifikasi khusus baik standar acuan maupun istilah serta definisi yang dipergunakan,

klasifikasi, kodifikasi, model data keterkaitan antara fitur dengan atribut serta pengelolaan

basis datanya. Pemahaman terhadap spesifikasi basis data sumber daya geologi serta peta

tematik potensi sumber daya geologi Indonesia diharapkan mampu membantu

pengguna/masyarakat industri pertambangan dan energi untuk mendapatkan informasi

komoditi yang diminati.

Rancangan Undang-undang (RUU) Kegeologian seharusnya sudah dalam bentuk UU pada

tahun 2009 lalu. Beberapa hal yang penting sebagai muatan materi dalam penyusunan RUU

Kegeologian yang telah diajukan ke DPR sejak tahun 2007 adalah sebagai berikut:

1. Masalah penetapan kawasan rawan bencana geologi yaitu letusan gunung api, gempa

bumi, tsunami, dan tanah longsor (dalam UU No. 26/2007/Tata Ruang, dimana RUU

Penataan Ruang dimasukkan sebagai kawasan lindung); dalam RUU Kegeologian sudah

didefinisikan secara lebih lengkap, lebih implementatif. Meskipun bencana geologi

tersebut sulit diprediksi kapan terjadinya, tetapi dengan pendekatan kegeologian

Page 6: Artikel Aturan Geospasial Di Kementerian ESDM

6

diharapkan ada langkah-langkah lebih kongkrit yang tujuannya untuk mengurangi dampak

merusak bencana tersebut dan jatuhnya korban.

2. Penggunaan data dan informasi geologi yang saat ini di era globalisasi di Indonesia belum

dilakukan secara optimal sebagai dasar perencanaan pembangunan wilayah agar lebih

ditingkatkan pengaturannya dalam bentuk UU Kegeologian tersebut.

3. Diperlukannya pengaturan dalam penyusunan rencana pengembangan dan pemanfaatan

sumber daya mineral secara sistimatik, meliputi pengaturan administrasi, penyeragaman

dalam penyusunan data dan informasi geologi beserta upaya-upaya sosialisasinya.

4. Mengoptimalkan kompetensi bidang kegeologian dalam mengatasi atau memecahkan

permasalahan untuk kepentingan konstruksi (prasarana jalan, jembatan, bangunan); dan

eksplorasi migas dan penentuan cadangan mineral yang potensial sesuai standard minimal

yang harus dipenuhi.

5. Menonjolkan peranan informasi geologi untuk identifikasi cekungan migas yang penting

dan strategis terutama yang menyangkut daerah frontier atau wilayah yang berbatasan

dengan negara lain.

Latar belakang permasalahan dalam mempersiapkan RUU Kegeologian disebabkan

banyaknya produk hukum dari berbagai institusi atau lembaga yang saling tumpang tindih.

Produk hukum tersebut berkepentingan terhadap geologi bawah tanah sehingga naskah RUU

Kegeologian memerlukan suatu keselarasan visi dari stakeholder agar pembahasan

dipercepat dan ada kemauan politik dari DPR.

Hal ini penting, mengingat kondisi dinamika geologi Indonesia di era globalisasi

semakin rentan bencana, keterlambatan informasi geologi dan ketidakadaan data yang

seragam tentang geologi bawah permukaan dan tumpang tindihnya peraturan peruntukan

suatu kawasan geologi menyebabkan terjadinya kebingungan bagi masyarakat dan investor.

Dalam UU Kegeologian nantinya sudah memuat semua informasi tentang geologi

secara komprehensif dan mencakup seluruh aspek-aspeknya. Termasuk solusi permasalahan

tata ruang lingkungan, mudah dipahami baik oleh masyarakat umum maupun oleh aparatur

negara sehingga dapat ditindaklanjuti secara efektif. Konsepsi pengaturan penyelenggaraan

bidang kegeologian merupakan penjabaran dari berbagai konsep atau teori yang terkait dan

analisis terhadap berbagai aspek yang perlu untuk dikembangkan dalam penyelenggaraan

bidang kegeologian.

UU Kegeologian diperlukan sebagai payung hukum dan tindak lanjut implementasi

berbagai status penetapan pelaksanaan SNI, pedoman atau kriteria, apakah cukup setingkat

Page 7: Artikel Aturan Geospasial Di Kementerian ESDM

7

Kepmen, Keppres, Pepres dan seterusnya. Urgensi pembentukan payung hukum dalam

wujud UU Kegeologian tampak dari kenyataan berikut:

1. Bahwa sepanjang SNI, pedoman dan kriteria belum dikukuhkan (UU) oleh Instansi terkait

maka, SNI tersebut tidak diwajibkan untuk dilaksanakan;

2. Bahwa kekuatan hubungan atau posisi SNI, pedoman atau kriteria tersebut dengan/dalam

UU terkait akan menentukan status hukum pelaksanaannya.

Gambar 1. Kerangka Legislasi di Bidang Geologi

Pengaturan bidang kegeologian yang lebih tegas dan komprehensif terhadap aspek-

aspek yang menjadi fokus kebutuhan dengan memperhatikan kondisi bidang kegeologian saat

ini. Hal ini terkait erat dengan hak, kewajiban dan peran masyarakat pemangku kepentingan

(stakeholder) di bidang kegeologian. UU geologi akan mengatur apa yang boleh dilakukan

dan apa yang tidak boleh dilakukan masyarakat tanpa mempersempit ruang gerak

masyarakat. Memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan geologi kebencanaan tata

Page 8: Artikel Aturan Geospasial Di Kementerian ESDM

8

ruang dan pemanfaatan sumber-sumber daya vital dan strategis yang dibutuhkan segala

lapisan masyarakat dari berbagai aspek geosains, ekonomi, sosialogi, hukum dan politik.

Hal ini membawa kepada konsekuensi adanya reward-punishment, efek mamaksa

pemerintah untuk bergerak cepat, memaksa masyarakat untuk selalu siap. Institusi tidak

berserakan dan fokus pada satu lembaga riset yang menangani tentang kebencanaan geologi,

yaitu Badan Geologi Nasional sehingga masyarakat dan segenap stakeholdermaupun dunia

usaha atau investor dapat mengerti dan mematuhi UU Geologi tersebut.

UU geologi harus dapat diimplementasikan dan digunakan secara efektif sebagai payung

hukum bagi peraturan di bawahnya seperti PP, Perpres, dan Peraturan daerah. UU geologi

akan berdampak lebih baik dari berbagai aturan pelaksanaan penanggulangan bencana yang

dalam pelaksanaanya butuh rentan waktu pengambilan keputusan. Dengan adanya efek

memaksa dari aturan UU geologi maka era bencana geologi di Indonesia dapat

diminimalisasikan. ( M. Anwar Siregar : Penulis adalah Geologist, Pemerhati Masalah

Lingkungan dan Geosfer)

4. Standar Acuan Geospasial di ESDM

Pembuatan peta sumber daya geologi khususnya untuk sumber daya mineral, batubara dan

gambut mengacu pada Standar Nasional Indonesia yang berlaku untuk penyusunan Peta

Sumber daya Mineral, Batubara dan Gambut. Peta dasar yang digunakan mengacu pada Peta

Rupa Bumi Indonesia yang dikeluarkan oleh BIG / Bakosurtanal. Untuk data geologi, peta

yang menjadi rujukan adalah Peta Dasar Geologi Indonesia yang dkeluarkan oleh Pusat

Survey Geologi, Badan Geologi DESDM. Berikut rincian SNI yang dijadikan dasar acuan

untuk pembuatan basis data sumber daya geologi maupun peta sumber daya geologi:

SNI13-4688-1998 Penyusunan peta sumber daya mineral, batubara dan

gambut

SNI13-4726-1998/Amand1:1999 Klasifikasi sumber daya mineral dan cadangan /

Amandemen1

SNI19-6502.2-2000 Peta Rupa bumi Indonesia skala 1:25.000

SNI19-6502.3-2000 Peta Rupa bumi Indonesia skala1:50.000

SNI19-6502.4-2000 Peta Rupa bumi Indonesia skala1:250.000

SNI13-6606-2001 Tata cara umum penyusunan laporan eksplorasi bahan

galian

SNI13-6677-2002 Evaluasi laporan penyelidikan umum dan eksplorasi

bahan galian

Page 9: Artikel Aturan Geospasial Di Kementerian ESDM

9

SNI19-6724-2002 Jaring kontrol horizontal

SNI19-6988-2004 Jaring kontrol vertikal dengan metode sipat datar

5. Istilah dan Definisi

Untuk meningkatkan pemahaman terhadap spesifikasi yang ada pada peta sumber daya

geologi Indonesia, dipandang perlu untuk menjelaskan beberapa istilah dan definisi yang

terdapat dalam peta tematik sumber daya geologi Indonesia. Beberapa diantaranya adalah:

Sumber Daya Geologi : Adalah akumulasi sumber daya mineral logam dan non logam,

batubara, gambut, bitumen padat, minyak, gas bumi dan panas bumi yang terdapat di kerak

bumi, yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata dandapat ditingkatkan statusnya

menjadi cadangan setelah diselidiki lebih lanjut.

Cadangan sumber daya geologi : adalah sumber daya yang telah nyata diketahui

keberadaannya dan dimensinya yang bernilai ekonomis yang secara menguntungkan dapat

dieksploitasi sesuai dengan teknologi dan kondisi ekonomi saat itu.

Keterdapatan mineral (mineral occurence) : adalah indikasi adanya endapan mineral atau

bongkah yang belum diketahui potensinya.

Mineral logam : adalah mineral yang daripadanya dapat diekstrak untuk dimanfaatkan unsur

logamnya. Dalam hal ini mineral logam yang dimaksudkan adalah yang diharapkan bernilai

ekonomi

Logam Dasar : logam yang umum terdapat dan secara kimiawi lebih aktif, contoh:

tembaga(Cu), timbal(Pb), timah(Sn) dan seng(Zn).

LogamMulia : logam yang secara ekonomis sangat berharga dan banyak dibutuhkan, contoh

: emas(Au), perak(Ag) dan platina(Pt).

LogamJarang : logam yang secara relatif ditemukan dalam jumlah sedikit dan tersebar

dikulitbumi, contoh : litium(Li), yttrium(Y), zirkonium(Zr), logamtanahjarang (REE).

Logam besi dan paduan besi : logam yang lazim digunakan dalam industri dan

campurannya, seperti: besi (Fe), kobal (Co), kromit (Cr), mangan(Mn).

Mineral industri : adalah kelompok komoditas mineral bukan logam dan batuan yang terdiri

dari batu gamping, dolomit, fosfat, kalsit, zeolit, gipsum, bentonit, datomea, barit, oker,

yarosit, belerang, asbes, talk, mika, yodium. Bahan ini dipakai terutama sebagai bahan

mentah dalam industri pupuk, kertas, plastik, cat, peternakan, pertanian, kosmetik, farmasi

dan kimia.

Bahan keramik : adalah kelompok komoditas mineral bukan logam dan batuan yang terdiri

dari lempung, toseki, pirofilit, felsfar, kaolin,bondclay/ballclay, pasir kuarsa, batupasir

Page 10: Artikel Aturan Geospasial Di Kementerian ESDM

10

kuarsa, perlit, batuan kalium-natrium, trakhit, magnesit, kuarsit. Bahan ini dipakai tertutama

sebagai bahan mentah dalam industri keramik refraktori, semen dan gelas.

Bahan bangunan : adalah kelompok batuan yang terdiri dari andesit, sirtu, tras, onik,

marmer, diorit, granit, batu apung, obsidian, basal. Bahan ini dipakai terutama sebagai

bahan mentah dalam industri bahan bangunan dan ornamen.

Batu mulia dan batu hias : adalah kelompok komoditas mineral dan batuan yang terdiri dari

kalsedon, chert, kristal kuarsa, opal, jasper, krisopras, kayu terkersikan/koral terkersikan,

garnet, giok, agat, intan, zirkon dan topaz. Bahan ini dipakai terutama dalam industri

perhiasan dan kerajinan.

Formasi pembawa batubara : suatu kelompok batuan pembawa batu bara yang spesifik

terdapat dalam suatu daerah.

Batubara : batuan sedimen yang terbentuk dari hasil pengawetan sisa-sisa tanaman purba

dan menjadi padat setelah tertimbun oleh lapisan batuan diatasnya, sehingga mengakibatkan

pengkayaan kandungan karbon yang dapat terbakar.

Gambut : adalah peringkat batu bara paling muda yang belum mengalami proses

pembatubaraan.

Basisdata : adalah kumpulan data terstruktur dan terhubung yang digunakan secara

bersamaan untuk aplikasi yang disimpan dan dikelola dalam satu wadah

Data Spasial (geospasial) : adalah data yang posisinya mengacu pada system koordinat

bumi

Atribut Data : adalah data tekstual berupa tabulasi yang berfungsi mendeskripsikan data

spasial.

Fitur : adalah Tampilan dari suatu data spasial pada peta.

Layer :adalah Fitur yang mempunyai tema tertentu.

Page 11: Artikel Aturan Geospasial Di Kementerian ESDM

11

6. Klasifikasi Data

Secara umum peta sumber daya geologi dapat diklasifikasikan kedalam peta tematik

berdasarkan kelompok komoditasnya yaitu:

1. sumber daya mineral logam

2. sumber daya mineral nonlogam

3. sumber daya batu bara dan gambut

4. sumber daya bitumen padat

5. sumber daya panas bumi.

Lebih spesifik, peta tematik kelompok juga dapat diklasifikasikan kedalam peta tematik

perkomoditi, contohnya:

1. Kelompok logam : peta sumber daya logam dasar, logam mulia, logam besi/paduan besi

serta peta sumber daya logam ringan dan logam langka.

2. Kelompok non logam : peta sumber daya mineral industri, bahan bangunan, bahan

keramik dan peta sumber daya batu mulia.

7. Spesifikasi

a. Georeferensi

Sistem georeferensi yang digunakan mengacu kepada SNI 19-6724-2002 dan SNI19-6988-

2004, yaitu dengan menggunakan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-1995 dengan

parameter spheroid : a = 6.378.137,0 meter, b = 1/298,257223563. DGN-1995 ini

menggunakan ellipsoid World Geodetic System 1984 (WGS‟84).

b. Pembagian Sistem Grid

Sistem grid untuk penyajian basis data sumber daya geologi mengacu kepada SNI 19-6502.2-

2000, SNI19-6502.3-2000, dan SNI 19-6502.4-2000 yang menggunakan grid geografi dan

UTM (Universal Transverse Mercator). Pada skala 1 : 250.000, batas grid berukuran

1°30‟x1°, pada skala 1 : 50.000, batas grid berukuran 15‟x 15„, sedangkan batas grid pada

skala 1:25.000 adalah 7‟30”x7‟30”. Baik pada skala 1:50.000 maupun 1 : 25.000, sistem

penomoran peta mengacu pada skala1 : 250.000.

c. PenamaanFile

Penamaan file data sumber daya geologi yang disusun berdasarkan peta sistematis

mengikuti sistem penamaan peta rupa bumi atau kode wilayah administrasi dengan

menambahkan kode tertentu di depannya sesuai komoditinya masing-masing. Sebagai

contoh untuk data sumber daya mineral logam ditambahkan kode ML di depannya,

diilustrasikan sebagai berikut:

Page 12: Artikel Aturan Geospasial Di Kementerian ESDM

12

ML120934

Dalamhal ini:

ML : Kodetemamineral logam

120934 : nomorpetaskala1: 50.000

ML5102

Dalamhal ini:

ML :Kodetemamineral logam

5102 :kodewilayahKabupatenTabanan, Bali.

Namun, penamaan file data sumber daya mineral logam yang disusun berdasarkan peta tidak

sistematis, disesuaikan dengan kebutuhan.

8. Struktur dan Format Data

a. Data Spasial

Data spasial berupa fitur dalam basis data sumber daya geologi mengacu pada lokasi

keterdapatan sumber daya geologi. Data fitur bisa meliputi wilayah (poligon) seperti wilayah

kuasa pertambangan atau perjanjian kontrak karya pertambangan ataupun berupa point

(titik) termasuk diantaranya titik / lubang bor, arah jurus kemiringan lapisan batuan,

keterdapatan urat / bijih dsb. Data fitur lainnya adalah fitur yang terdapat dalam peta dasar

RBI seperti garis kontur, jaringan sungai, jaringan jalan, toponimi, dan batas administrasi.

Organisasi fitur basis data sumber daya geologi dikelompokkan menjadi layer dasar dan

layer tematik. Layer dasar meliputi garis kontur, toponimi, garis pantai, dan batas

administrasi. Sedangkan layer tematik meliputi sebaran kelompok komoditi, sebaran

komoditi, sebaran batuan pembawa maupun sebaran kualitas. Format data disajikan dalam

format berbasis sistem informasi geografis (SIG).

b. Atribut Data

Atribut data dalam peta sumber daya geologi dibuat dalam bentuk tabel. Tabel

tersebut secara garis besar berisi informasi mengenai lokasi provinsi / kabupaten, sumber

daya serta kualitas dari masing–masing kelompok komoditi.

c. Kodifikasi Fitur

Fitur dalam peta sumber daya geologi mengacu pada lokasi keterdapatan sumber daya

geologi. Data bisa meliputi wilayah (poligon) seperti wilayah kuasa pertambangan atau

perjanjian kontrak karya pertambangan, ataupun berupa point (titik) termasuk diantaranya

Page 13: Artikel Aturan Geospasial Di Kementerian ESDM

13

titik / lubangbor, arah jurus kemiringan lapisan batuan, keterdapatan urat / bijih, daerah

timbunan dsb.

Fitur dalam basis data sumber daya geologi bisa juga berupa lambang yang merupakan

tanda yang dipakai untuk menggambarkan sesuatu pada peta sumber daya geologi berupa

singkatan huruf, angka, warna dan simbol atau gabungannya. Angka digunakan untuk

menyatakan nomor lokasi, kualitas dan kuantiítas endapan bahan galian. Contoh kodifikasi

yang digunakan dalam basis data sumber daya geologi ditunjukan pada tabel 1, 2 dan 3.

Tabel 1. Kodifikasi fitur dalam basis data sumber daya geologi

KELOM

POK

WARNA KODE

Kelompok komoditas

bahan galian

Logam

Logam dasar Bir

u

OO

X Logam mulia Kuning XO

O Logam besi dan paduan

besi

Hija

u

XO

X Logam ringan dan logam

langka

Merah OX

O Kelompok komoditas

bahan galian

Industri dan batuan

Mineral industri Hija

u

XI

X Bahan keramik Bir

u

IO

X Bahan bangunan Merah IX

O Batu mulia Kuning 7O

O Kelompok batuan pembawa

batubara

Tanahbergambut hija

u

XO

7 Enojen kuning XO

O Paleogen cokl

at

X7

5 Pra-Tersier ung

u

37

7

Tabel 2.Contoh kodifikasi untuk kelompok batuan pembawa batubara

dalam basis data sumber daya geologi

Kelompok Warna Kode

Tanah bergambut hijau XO7

Enojen kuning XOO

Paleogen coklat X75

Pra-Tersier ungu 377

Page 14: Artikel Aturan Geospasial Di Kementerian ESDM

14

Tabel 3.Rincian unsur sumber daya mineral logam (SNI13-4688-1998)

Golongan NamaLogam SymbolLogam

Logam Mulia Emas Au Perak Ag Kelompok Platina Pt Logam Dasar Tembaga Cu

Timbal Pb Seng Zn Antimon Sb Bismut Bi Air Raksa Hg Timah Sn Logam Besi dan Paduan

Besi

Besi Fe Mangan Mn

Molibden Mo Krom Cr Kobal Co Nikel Ni Wolfram W Vanadium V Logam Ringan dan

Langka

Alumunium Al Berrilium Be

Litium Li Magnesium Mg Titanium Ti Tantalum-niobium Ta-Nb Kadmium Cd Galium Ga Indium In

Ytrium Y Torium Th Zirkonium Zr Uranium U Logam tanah jarang REE

Untuk wilayah, kodifikasi yang dipergunakan dalam peta sumber daya geologi

mengacu pada Kode Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia yang dikeluarkan oleh Biro

Pusat Statistik (Tabel 4).

Tabel 4.Contoh Kodifikasi yang dipergunakan untuk Provinsi, Kapupaten dan Kota diI

ndonesia

Kode Provinsi / Kabupaten / Kota

1100 Prov. Nanggroe Aceh Darussalam

1101 Kab. Simeulue

Page 15: Artikel Aturan Geospasial Di Kementerian ESDM

15

1102 Kab. Aceh Singkil

1103 Kab. Aceh Selatan

1200 Prov. Sumatera Utara

1201 Kab. Nias

1202 Kab. Mandailing Natal

1203 Kab. Tapanuli Selatan

1300 Prov. Sumatera Barat

1301 Kab. Kepulauan Mentawai

1302 Kab. Pesisir Selatan

1303 Kab. Solok

d. Model Pengelolaan Atribut Data

Basis data sumber daya mineral geologi memiliki beberapa tabel yang berhubungan

secara relasional antara data spasial dengan atribut datanya dengan memperhatikan kunci

utama (primary key) dari tiap tabel pada atribut data. Kunci utamanya adalah fieldID_Gab

yang merupakan gabungan dari kombinasi dari beberapa field lainnya yaitu Rec_ID,

ID_Lap, No_Wil, dan Counter_ttk. Isi field-field di atas dihasilkan secara otomatis oleh

server database dan menjadi nilai unik (uniquekey) untuk setiap record.

9. Pengelolaan Data

Pengelolaan basis data sumber daya geologi menggunakan format data SHP

(shapefile) dengan menggunakan sistem operasi Microsoft Windows. Untuk pelayanan

informasi yang berhubungan dengan peta sumber daya geologi, data disimpan dalam dua

sistem server, Satu server digunakan untuk pelayanan peta cetak secara langsung serta satu

server untuk pelayanan informasi peta berbasis web. Basis data yang disimpan dalam

server bisa diakses baik melalui intranet maupun internet. Untuk pelayanan informasi peta

cetak secara langsung, sistem database yang digunakan adalah Microsoft Window dengan

memanfaatkan sistem user interface ArcView GIS dan Microsoft Window. Sedangkan

untuk penyediaan informasi peta melalui web, sistem database yang digunakan terbagi

menjadi dua yaitu sistem database untuk web statis (peta-peta dalam format JPEG yang

tampilannya tidak bisa berubah) dan sistem database untuk web dinamis (peta-peta dalam

format Map Server yang tampilannya bisa berubah sesuai keinginan). Program database

yang digunakan untuk web statis adalah Access, dengan internet browser sebagai sistem

user interfacenya. Untuk pengolahan web dinamis, database yang digunakan adalah Post

Page 16: Artikel Aturan Geospasial Di Kementerian ESDM

16

GreSQL dan Map Server, juga dengan memanfaatkan sistem user interface internet

browser.

10. Penutup dan rekomendasi

RUU Kegeologian sangat diperlukan dan penting untuk segera diundangkan sebagai

payung hukun pengaturan terkait seperti SNI. Pengkajian yang lebih medalam keterkaitan

RUU Kegeologian dengan UU dan RUU yang telah ada, seperti UU Tata Ruang Nasional,

UU Geospasial, dll. Pusat Sumber Daya Geologi adalah instansi yang diberikan wewenang

untuk menerbitkan peta potensi sumber daya geologi Indonesia. Dalam hal ini peta sumber

daya geologi merupakan produk wali data utama yang dihasilkan oleh Pusat Sumber Daya

Geologi. Untuk kelompok batubara, hingga saat ini secara wilayah, Pusat Sumber Daya

Geologi telah melakukan pemetaan potensi sumber daya batubara di seluruh Indonesia,

Hanya saja belum semua pemetaan yang dilakukan sampai pada tahapan penghitungan

sumber daya tereka. Sedangkan untuk sumber daya mineral logam, pemetaan geokimia

telah dilakukan di seluruh wilayah Sumatra dan Sulawesi hingga skala 1 : 50.000. Untuk

mendukung program pembangunan nasional khususnya dalam bidang pertambangan, Pusat

Sumber Daya Geologi berusaha membangun Basis Data Sumber daya Geologi nasional

yang lengkap serta yang menerapkan teknologi mutakhir. Hingga saat ini survey-survey

eksplorasi keberadaan sumberdaya geologi Indonesia masih terus dilakukan untuk

menambah atau menyempurnakan data yang telah ada. Pemutakhiran basis data serta

neraca sumber daya geologi dilakukan tidak hanya dengan melakukan survey langsung

tetapi juga melalui kompilasi data sekunder kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan pertambangan di Indonesia.

Page 17: Artikel Aturan Geospasial Di Kementerian ESDM

17

DaftarPustaka

Abdul Kadir,1998,Konsep dan Tuntunan Praktis Basis Data;C.V. Andi,Yogyakarta.

Eddy Prahasta,2002,Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis;C.V.Informatika,

Bandung.

Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor : 1452 K/10/MEM/2000

Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan Di Bidang Inventarisasi

Sumber Daya Mineral Dan Energi, Penyusunan Peta Geologi, Dan Pemetaan Zona

Kerentanan Gerakan Tanah Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,1999,Kamus Besar Bahasa Indonesia; Edisi

Kedua, Balai Pustaka,Jakarta.

RSNISGSM41-2004, Basis Data Spasial Sumber Daya Mineral Logam

SNI13-4688-1998, Penyusunan peta sumber daya mineral, batu bara dan gambut.

SNI 13-4726-1998/Amd 1 : 1999. Klasifikasi Sumber Daya Mineral dan Cadangan,

Amandemen1.

SNI19-6502.2-2000,Peta Rupa bumi Indonesia skala1:25.000.

SNI19-6502.3-2000,Peta Rupa bumi Indonesia skala1:50.000.

SNI19-6502.4-2000,Peta Rupa bumi Indonesia skala1:250.000.

SNI13-6606-2001, Tata cara umum penyusunan laporan eksplorasi bahan galian.

SNI13-6677-2002, Evaluasi laporan penyelidikan umum dan eksplorasi bahan galian.

SNI19-6724-2002, Jaring kontrol horizontal.

SNI19-6988-2004, Jaring kontrol vertikal dengan metode sipat datar.

ESDM - Downloads | Undang-Undang | Regulasi,http://www.esdm.go.id/regulasi/uu.html,

dikunjungi pada hari jumat, tanggal 7 Maret 2014 pukul 09.42 wib

http://www.waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=3234:uu-

geologi-era-globalisasi-bencana-ligkungan&catid=59:opini&Itemid=215

http://esdm.go.id/news-archives/56-artikel/3433-rencana-strategis-kementerian-esdm-2010-

2014.html, dikunjungi pada hari jumat, tanggal 7 Maret 2014 pukul 08.15 wib

Spesifikasi Basis Data Serta Peta Sumber Daya Geologi | Pusat Sumber Daya

Geologi,http://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=4

96:spesifikasi-basis-data-serta-peta-sumber-daya-geologi&catid=32:makalah-buletin,

dikunjungi pada hari jumat, tanggal 7 Maret 2014 pukul 12.04 wib