artikel bio wawan d d 009

14
Pencemaran Laut Indonesia Memprihatinkan Tingkat pencemaran lingkungan laut Indonesia masih tinggi, ditandai antar lain dengan terjadinya eutrofikasi atau meningkatnya jumlah nutrisi disebabkan oleh polutan. “Nutrisi yang berlebihan tersebut, umumnya berasal dari limbah industri, limbah domestik seperti deterjen, maupun aktivitas budidaya pertanian di daerah aliran sungai yang masuk ke laut,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (Pusdatin KKP), Soen`an H. Poernomo. Pencemaran di laut bisa pula ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan fitoplankton atau algae yang berlebihan dan cenderung cepat membusuk. Kasus-kasus pencemaran di lingkungan laut, yang disebut red tide itu, antara lain terjadi di muara-muara sungai, seperti di Teluk Jakarta tahun 1992, 1994, 1997, 2004, 2005, 2006. Di Ambon terjadi pada tahun 1994 dan 1997, di perairan Cirebon-Indramayu tahun 2006 dan 2007, Selat Bali dan muara sungai di perairan pantai Bali Timur tahun 1994, 1998, 2003, 2007, dan di Nusa Tenggara Timur tahun 1983, 1985, 1989. Meski kerap terjadi, inventarisasi terjadinya red tide di Indonesia sampai saat ini masih belum terdata dengan baik, termasuk kerugian yang dialami. “Mungkin kurangnya pendataan red tide ini disebabkan oleh kejadiannya yang hanya dalam waktu singkat,” katanya. Karena itu untuk menanggulangi red tide sebagai bencana, beberapa lembaga Pemerintah dan institusi pendidikan telah melakukan penelitian meskipun masih dilakukan secara sporadis. Secara umum, kerugian secara ekonomi akibat dari red tide ini, adalah tangkapan nelayan yang menurun drastis, gagal panen para petambak udang dan bandeng, serta berkurangnya wisatawan karena pantai menjadi kotor dan bau oleh bangkai ikan. Efek terjadinya red tide juga ditunjukkan penurunan kadar oksigen serta meningkatnya kadar toksin yang

Upload: still-haddad

Post on 10-Nov-2015

1 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ffff

TRANSCRIPT

Pencemaran LautIndonesia MemprihatinkanTingkat pencemaran lingkungan laut Indonesia masih tinggi, ditandai antar lain dengan terjadinya eutrofikasi atau meningkatnya jumlah nutrisi disebabkan oleh polutan. Nutrisi yang berlebihan tersebut, umumnya berasal dari limbah industri, limbah domestik seperti deterjen, maupun aktivitas budidaya pertanian di daerah aliran sungai yang masuk ke laut, kata Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (Pusdatin KKP), Soen`an H. Poernomo.

Pencemaran di laut bisa pula ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan fitoplankton atau algae yang berlebihan dan cenderung cepat membusuk. Kasus-kasus pencemaran di lingkungan laut, yang disebut red tide itu, antara lain terjadi di muara-muara sungai, seperti di Teluk Jakarta tahun 1992, 1994, 1997, 2004, 2005, 2006.

Di Ambon terjadi pada tahun 1994 dan 1997, di perairan Cirebon-Indramayu tahun 2006 dan 2007, Selat Bali dan muara sungai di perairan pantai Bali Timur tahun 1994, 1998, 2003, 2007, dan di Nusa Tenggara Timur tahun 1983, 1985, 1989. Meski kerap terjadi, inventarisasi terjadinya red tide di Indonesia sampai saat ini masih belum terdata dengan baik, termasuk kerugian yang dialami. Mungkin kurangnya pendataan red tide ini disebabkan oleh kejadiannya yang hanya dalam waktu singkat, katanya. Karena itu untuk menanggulangi red tide sebagai bencana, beberapa lembaga Pemerintah dan institusi pendidikan telah melakukan penelitian meskipun masih dilakukan secara sporadis.

Secara umum, kerugian secara ekonomi akibat dari red tide ini, adalah tangkapan nelayan yang menurun drastis, gagal panen para petambak udang dan bandeng, serta berkurangnya wisatawan karena pantai menjadi kotor dan bau oleh bangkai ikan.Efek terjadinya red tide juga ditunjukkan penurunan kadar oksigen serta meningkatnya kadar toksin yang menyebabkan matinya biota laut, penurunan kualitas air, serta tentunya menganggu kestabilan populasi organisme laut.

Akibat lautan tertutup dengan algae pada saat berlimpah, maka matahari sulit untuk menempuh ke dasar laut dan pada akhirnya menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam laut, katanya.Selain itu, sebagian algae juga mengandung toksin atau racun yang dapat menyebabkan matinya ikan dan mengancam kesehatan manusia bahkan menyebabkan kematian apabila mengkonsumsi ikan yang mati tersebut. Tanpa adanya limbah, sebagai fenomena alam sesungguhnya meningkatnya pertumbuhan algae ini sangat jarang terjadi, katanya.

Sementara Slamet Daryoni dari Walhi Jakarta mengatakan bahwa pencemaran berat terutama di kawasan laut dekat muara sungai dan kota-kota besar. Selain karena polusi yang berasal dari limbah industri yang berlebihan, pencemaran laut juga disebabkan oleh ekploitasi minyak dan gas bumi di lautan. Namun yang paling penting adalah akibat kebijakan dan perhatian pemerintah yang sangat kurang terhadap kelautan di Indonesia.

Selanjutnya Slamet Daryoni menjelaskan bahwa di sisi lain, tingkat pencemaran di beberapa kota termasuk di Jakarta sudah sangat memprihatinkan, sebagai contoh, adalah karena ada kaitan dengan kebijakan yang tidak berpihak kepada lingkungan. Di perairan Teluk Jakarta saja, kondisi cemar beratnya sudah mencapai 62 pesen. Padahal ini terjadi di Jakarta, pusat pemerintahan, pusat kebijakan. Terlebih lagi ketika pemerintah membuat kebijakan mengenai hal ini di tahun 2007. Lalu mengenai sungai, DKI Jakarta memiliki tiga sungai. Pencemaran dalam konteks cemar beratnya kini mencapai 94 persen.

Slamet Daryoni juga menjelaskan mengenai kegiatan ekplorasi gas dan minyak yang berdekatan dengan laut. Sisa pembuangannya dibuang di lautan. Misalnya kita lihat kembali kasus Minahasa yang mengakibatkan warga mengalami sakit yang luar biasa akibat arsen, mercuri dan zat kimia lainnya.

Penyakit Huntington

Penyakit Huntington (korea Huntingto) nadalah suatu penyakit keturunan dimanasentakan atau kejang dan hilangnya sel-sel otak secara bertahap mulai timbul pada usiapertengahan dan berkembang menjadi Koreaatetosisserta kemunduran mental.Penyakit Huntington adalah kelainan otak degeneratif. Ini merupakan penyakit warisandan menghasilkan fisik, mental dan emosional perubahan. Ini menghasilkan gerakan tersentak-sentak tak sadar sebagai penyakit berkembang. Gangguan ini diberi nama setelah dokterAmerika George Huntington yang menggambarkannya pada 1872.Gejala penyakit ini dapat dimulai pada usia berapa pun tetapi usia rata-rata onsetpenyakit adalah 35-44 tahun usia. Sebelumnya, mereka sehat dan tidak terdeteksi adanyakelainan pada diri mereka. Penyakit ini mempengaruhi tubuh, pikiran dan emosi.Pada stadium awal penyakit ini, gerakan abnormal bercampur dengan gerakan yangsedang dilakukan oleh penderita sehingga gerakan abnormal tersebut hampir tidakdiperhatikan. Tetapi lama-lama gerakan abnormal ini semakin jelas.Pada akhirnya gerakan abnormal yang terjadi akan mempengaruhi seluruh tubuhsehingga hampir tidak mungkin penderita melakukan kegiatan makan, berpakaian dan bahkanduduk terdiam.Perubahan mental pada awalnya samar-samar. Penderita secara bertahap menjadimudah tersinggung dan mudah gembira, mereka bisa kehilangan minat terhadap aktivitassehari-harinya. Selanjutnya penderita menjadi tidak bertanggungjawab dan seringkalibepergian tanpa tujuan yang pasti.Penderita kehilangan kendali terhadap hasratnya dan menjadi promiskuitas (melakukanhubungan seksual dengan siapa saja.Bertahun-tahun kemudian, penderita akan kehilangan ingatannya dan kehilangankemampuannya untuk berfikir secara rasional. Lalu, biasanya penderita mengalami depresiberat dan melakukan usaha bunuh diri.Pada stadium lanjut, hampir semua fungsi penderita mengalami gangguan danpenderita memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan fungsinya. Kematian seringkalidipicu oleh pneumonia atau karena terjatuh, yang biasanya terjadi 13-15 tahun setelahtimbulnya gejala pertama.Penyakit ini diwariskan dominan maka anak memiliki risiko 50 persen mewarisi itu. Tidakada obat untuk penyakit ini tetapi perawatan yang tersedia untuk menyediakan beberapa lega.Komplikasi yang mengembangkan dengan penyakit mengurangi harapan hidup sampai 20tahun setelah diagnosis.Sebuah huntingtin mutan protein yang diproduksi dan ini menyebabkan perubahan dalam otak.Proses ini irreversibel. Hampir 7 orang dalam populasi 100.000 yang dapatdipengaruhi oleh penyakitini.Penyakit Huntington disebabkan oleh kelainan genetik. Nama gen yang menyebabkanpenyakit Huntington adalah Huntingtin (HTT), Huntingtin diekspresikan di semua sel manusiadan mamalia, tepatnya di otak dan testis.Fungsi protein HTT sendiri belum diketahui dengan jelas,tetapi berperan dalam transkripsi, dan transport intraseuler. Mekanismenya protein HTT(Huntingtin)berinteraksi dengan 100 protein yang lainnya, dan hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan danmenyebabkan mutasi HTT. Mutasi HTT ini menjadi racun untuk beberapa sel, khususnya sel otak.Kerusakan biasanya terjadi di bagian striatum, tetapi akan menyebar ke seluruh daerah otak. Ketikamulai menyebar, akan muncul gejal-gejala Penyakit Huntington.Perilaku Induk Ayam

1. Mandi debu

Ayam betina akan mencari daerah yang berdebu (seperti sampah atau tanah halus) dan membuat partikel-partikel itu masuk ke dalam bulunya dengan menaikkan bulu-bulu tersebut, berjongkok di tanah lalu melempar-lempar, menggosok-gosok dan menggetar-getarkan tubuh, sayap, dan kakinya. Perilaku ini sangat penting untuk kesejahteraan fisik dan mental ayam, dan mereka bisa menghabiskan banyak waktu untuk melakukan hal ini setiap harinya. Hal ini membantu ayam untuk menghilangkan parasit, menjaga kulit dan bulu mereka tetap dalam kondisi baik, dan menjaga suhu tubuh mereka tetap nyaman.

2. Bertengger

Ayam suka bertengger di dahan-dahan pohon pada malam hari teman-teman kelompoknya. Di alam liar, perilaku ini melindungi mereka dari predator dan juga membantu untuk menjaga panas tubuh.

3. Rasa ingin tahu atau investigasi

Ayam adalah binatang yang ingin tahu dan ingin menjelajahi lingkungan mereka dengan cara, misalnya, mematuki benda-benda yang menarik dan menggaruk-garuk di tanah.

4. Bersarang

Ayam adalah binatang yang ingin tahu dan ingin menjelajahi lingkungan mereka dengan cara, misalnya, mematuki benda-benda yang menarik dan menggaruk-garuk di tanah.

5. Perilaku yang berkaitan dengan kenyamanan dan perawatan

Perilaku ini termasuk mengacak-acak bulu, menggaruk-garuk kepala, menggetar-getarkan tubuh, peregangan dan mengepakkan sayap. Ketika ayam betina tidak mendapatkan kemudahan atas sesuatu yang mereka butuhkan, seperti tempat bersarang atau bahan yang tepat untuk mandi debu, mereka sering mengeluarkan suara-suara yang terdengar frustrasi.

Perilaku perilaku induk ayam terhadap anak ayam diantaranya adalah:

1. Induk ayam tidak hanya mencari makanan untuk dirinya sendiri,tapi juga mencari makanan untuk anaknya. Hal ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab dari induk terhadap anaknya saat masih kecil, karena anak ayam yang masih kecil belum terlalu bias mencari makanan sendiri,selain itu bahaya atau resiko yang akan dihadapi anak ayam yang mencari makanan sendiri cukup besar.

2. Induk ayam sangat menjaga dan melindungi anaknya. Hal ini dapat kita amati ketika ada individu lain yang mendekati atau mengganggu anaknya, maka secara spontan induk ayam akan melebarkan atau memekarkan bulu tan tubuhnya. Dengan agresif induk ayam menerka individu yang mengganggu anaknya.

Perilaku individu yang sangat protektif itu dirangsang oleh respon teriakan dari anaknya. Respon induk mengenai situasi bahaya yang sedang terjadi.

Selain perilaku-perilaku induk ayam terhadap anak ayam, juga perilaku anak ayam terhadap induknya, yaitu:

1. Anak ayam selalu mengikuti kemanapun induknya pergi, perilaku dilakukan agar anak ayam terlindungi dari ancaman predator (pengganggu) dari ancaman dan terjamin kehidupannya.

2. Anak ayam berlindung di bawah sayap induknya ketika menemui ancaman. Jika anak ayam merasa terancam keamanannya maka akan segera berlindung dala dekapan atau jangkauan sayap dan bulu-bulu induknya.

3. Dalam kondisi dingin atau hujan maka anak ayam akan masuk dalam dekapan induknya (bulu-bulu induknya).

Pola perilaku ayam saat mencari makan yaitu dengan cakar yang menggaruk tanah untuk mencari makanan yang terdapat di tanah, lalu mematuk sesuatu yang kiranya dianggap makanan. Hal ini disebabkan karena adanya perilaku belajar, dimana sang induk dituntut untuk memodifikasi proses belajar untuk menemukan remah-remah makanan atau biji-bijian yang tersebar di tanah dan yang tertimbun di dalam tanah.

Perilaku induk ayam terhadap anaknya itu kemungkinan juga merupakan hasil perilaku belajar yaitu pengkondisian,dimana pengkondisian melibatkan pasangan stimulus yang primer ilmiah yang membangkitkan suatu respon otomatis, Seiring berjalannya waktu, hewan menjadi terkondisi dengan stimulus sekunder (otomatis) dan merespon terhadapnya seolah-olah stimulus alamiah. Respon-respon bawaan dengan stimuli pertanda yang baru memperluas kemampuan suatu organism untuk bereaksi dengan tepat terhadap perubahan lingkungan, sebab proses pengkondisian menghasilkan ketergantungan terhadap suatu jenis symbol pemicu aksi. Sedangkan pada anak ayam, timbul adanya perilaku belajar yang ditandai oleh proses perekaman (imprinting) yaitu belajar terbatas dimana anak ayam belajar untuk berlindung kepada induknya begitu melihat dan mendengar adanya ancaman bahaya.

KENDALA PENGAWASAN DAN PEMANFAATANSUMBER DAYA ALAM LAUT DI ZEEI(Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia)Sebagai negara kepulauan, Indonesia boleh berbangsa dengan pengakuan dunia terhadap klaim Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Sebab dengan adanya pengakuan tersebut wilayah yurisdiksi Indonesia semakin luas, dan diharapkan bermanfaat Bagi kesejahteraan rakyat. Namun ironisnya, tampaknya belum berhasil memanfaatkan peluang yang ada. Bahkan mengalami kesulitan mengamankan wilayah perairannya.Kenyataan tak terbantah, pencurian ikan di perairan Indonesia oleh nelayan asing kian merajalela. Dengan bantuan peralatan modern mereka bebas menguras kekayaan laut Indonesia, baik diperairan teritorial, terlebih di Kawasan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Sedangkan nelayan Indonesia yang terbesar adalah nelayan tradisional hanya bisa gigit jari.Lantas, dimana letak kesalahannya ?. Tulisan ini mencoba mengupas kelemahan Indonesia mengawasi dan memanfaatkan sumber daya alam di ZEEI. Pengertian ZEEISebagai terminologi yuridis, pengakuan internasional atas ZEEI didasarkan pada Hukum Laut Internasional yang ditetapkan oleh Konvensi Hukum Laut III di Montego Bay, Yamaika, 10 Desember 1982. Dalam konvensi itu disebutkan beberapa ketentuan tentang Regim Laut berlain-lainan. Untuk Indonesia ditetapkan beberapa klasifikasi wilayah perairan, yaitu: Perairan Teritorial, Perairan Nusantara, Zona Tambahan, Landas Kontinen, Zona Ekonomi Eksklusif dan Laut Bebas Internasional.Konvensi ini juga menegaskan pengertian ZEE yakni lajur laut yang bergandengan dengan laut wilayah satu negara yang berstatus dan memiliki makna tertentu. Disepakati pula, lajur tersebut seluas maksimal 200 mil laut diukur dari garis pantai pada daratan terluar wilayah suatu negara (Pasal 57). Bagi Indonesia, penetapan ZEEI mempunyai makna penting dan strategis. Sebab pada pasal-pasal lain, ditegaskan soal pelimpahan hak kepada satu negara pantai untuk menetapkan ZEE bagi lajur laut yang bergandengan dengan perairan teritorialnya. Meski hal ini tidak mengurangi makna Kawasan ZEE sebagai regim hukum khusus (specific legal regime) yang memiliki aturan tersendiri. Pada bagian lain diatur pula hak-hak dan kewajiban setiap negara yang ikut memanfaatkan ZEE. Sebagai tindak lanjut keikut-sertaannya dalam Konvensi Hukum Laut III, Indonesia telah meratifikasi ketentuan tersebut dalam perundang-undangan nasional, yakni dengan terbitnya Peraturan Pemerintah pada 25 Maret 1980, yang kemudian ditingkatkan menjadi UU No.5 Tahun. 1983 tentang ZEE Indonesia (ZEEI).Dalam konteks itu patut diperhatikan adalah ketentuan Pasal 2 UU No.5 Tahun. 1983 yang menyatakan: .ZEE Indonesia adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut wilayah Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan undang-undang yang berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah dibawahnya, dan air diatasnya dengan batas terluar 200 mil laut diukur dari garis pangkal laut wilayah Indonesia...Implikasi ketentuan ini dan memperhatikan mozaik geografi Indonesia, maka terbentuklah Kawasan ZEEI sebagai satu rentangan jalur yang melingkari seluruh Nusantara dengan panjang sekitar 2,7 juta kilometer.Kedaulatan dan YurisdiksiBerdasarkan ketentuan dalam konvensi internasional dan perundang-undangan nasional, Indonesia jelas memiliki kedaulatan dan yurisdiksi atas wilayah ZEEI. Yaitu hak eksplorasi dan eksploitasi terhadap sumber daya alam hayati mau pun non-hayati yang ada di wilayah ini. Dengan kata lain Indonesia berhak mengelola dan memanfaatkan semua yang ada di ZEEI untuk kepentingan nasionalnya. Selain itu, Indonesia mempunyai yurisdiksi berkaitan dengan pembuatan instalasi, bangunan, serta kegiatan penelitian ilmiah, dan pelestarian lingkungan. Namun sebaliknya Indonesia pun wajib memenuhi ketentuan internasional antara lain tentang keharusan menjaga kebebasan internasional menggunakan kawasan ini untuk kepentingan pelayaran dan penerbangan, pemasangan kabel dan pipa dibawah laut, dan kegiatan lainnya.Dalam ketentuan UU No.5/1983, orang asing memang dibenarkan ikut memanfaatkan sumber daya hayati di ZEEI atas ijin pemerintah Indonesia, khususnya untuk jenis tangkapan tertentu. Selain itu ada kewajiban yang patut ditaati, seperti, penanggulangan pencemaran lingkungan, dan pelestarian sumber daya alam.Kendala IndonesiaMenurut UU No.5/1983 sumber daya alam laut dibagi atas dua kelompok, yakni sumber daya alam hayati dan non-hayati. Ikan adalah sumber daya alam hayati yang paling dominan di ZEEI. Disamping banyak pula ragam kekayaan alam hayati lain yang dapat dimanfaatkan untuk konsumsi dalam negeri mau pun untuk ekspor. Sayangnya tingkat pemanfaatan Indonesia masih sangat terbatas. Bahkan bila melihat angka ekspor tergolong rendah dibanding dengan negara ASEAN lainnya memiliki sedikit wilayah perairan laut.Dimana letak kesalahannya ?. Sessungguhnya terdapat dua aspek yang jadi kendala bagi Indonesia, yakni:a. Aspek Kultural dan ini yang merupakan kendala utama, yakni tercermin pada rendahnya perhatian masyarakat terhadap dunia maritim (kelautan). Adalah kenyataan sebagian besar masyarakat Indonesia hingga kini masih kuat terbelenggu budaya agraris yang berorientasi daratan. Sedangkan reorientasi ke kawasan maritim sangat lamban. Disinilah letak ironi Indonesia sebagai bangsa yang mendiami negara kepulauan. Memang pengelolaan ZEEI jelas tak akan efektif jika hanya mengandalkan armada nelayan tradisional dan teknologi seadanya. Karena itu Indonesia perlu membangun armada laut nasional yang kuat dan modern agar mampu menjangkau semua sudut wilayah ZEEI secara efektif. Artinya perlu kesiapan modal dan teknologi tinggi.Keterbatasan armada laut, serta berbagai sarana penunjang operasional lainnya merupakan kendala serius bagi Indonesia baik dalam konteks pemanfaatan, maupun dalam kerangka pengawasan sumber daya alam laut di kawasan ZEEI. Menyadari keterbatasan modal dan teknologi, pemerintah dengan memperhatikan UU No.5/1983, akhirnya memberikan kesempatan bagi swasta nasional mau pun asing untuk ikut menggarap kekayaan dikawasan tersebut. Namun masalahnya, akibat lemahnya pengawasan, sering terjadi penyimpangan dan pengingkaran terhadap ketentuan perundang-undangan yang ada. Fakta lapangan menunjukkan, betapa banyak armada nelayan asing beroperasi di ZEEI tanpa seijin pemerintah RI. Bahkan sebagian diantaranya berani memasuki wilayah perairan teritorial dan mengganggu nelayan tradisional kita seperti terjadi di Aceh, Pekalongan, Sulawesi Utara, Maluku dan sebagainya. Meski sebagian kasus pelanggaran berhasil ditindak melalui operasi penegakkan hukum diperairan laut, namun tampaknya belum menunjukkan hasil maksimal. Sebab selain keterbatasan kapal, tingginya biaya operasional, juga minimnya sumber daya manusia penegak hukum yang secara khusus menangani kawasan perairan laut. b. Lemahnya penegakan hukum Tak dapat disangkal salah satu tantangan serius bagi Indonesia saat ini adalah masalah penegakan hukum di laut. Baik dalam hal kemampuan tenaga aparat hukumnya, mau pun aspek sarana operasionalnya. Ketentuan perundang-undangan menegaskan bahwa Aparat Penyidik atas pelanggaran hukum di kawasan ZEEI adalah Perwira TNI-AL yang ditunjuk Panglima TNI. Ini berarti untuk kepentingan penegakkan hukum di laut, Indonesia memerlukan ribuan personil perwira Angkatan Laut yang berkemampuan melakukan tugas penyidikan. Dan hal ini tampak masih sulit dipenuhi. Padahal disisi lain untuk efektivitas penegakan hukum para perwira penyidik tersebut seyogyanya disebar diberbagai pulau. Terutama di kawasan yang potensial bagi kasus pelanggaran, misalnya, Kawasan Timur Indonesia. Menyiapkan ribuan perwira penyidik, selain membutuhkan pendidikan dan pelatihan khusus, juga membutuhkan waktu relatif lama. Selain itu perlu diatur penempatannya dengan dukungan fasilitas kerja yang memadai. Dan hal ini juga tidak mudahDengan kata lain, jika Indonesia memang benar-benar menjadikan laut sebagai sumber penghidupan nasional dan sektor unggulan bagi pendapatan negara, maka perlu kebijakan politik strategi mengatasi berbagai kendala tersebut.Patut dipahami kemampuan mengawasi dan memanfaatkan ZEEI memiliki makna penting, baik bagi Indonesia sendiri maupun bagi dunia internasional. Pasalnya, ZEEI sebagai specific legal regime senantiasa berkaitan erat dengan ketentuan internasional dalam bidang kelautan. Artinya ketentuan internasional tentang ZEEI tidak hanya mengatur hak kedaulatan dan yurisdiksi suatu negara pada kawasan tersebut, tetapi juga tentang kewajiban yang berhubungan dengan pelestarian alam, kebersihan lingkungan dan penelitian ilmiah.Mengawasi dan mengendalikan kawasan ZEEI yang mencakup beragam aspek dan dimensi tadi jelas satu tantangan yang serius bagi Indonesia, sebab secara riil kemampuan Indonesia masih sangat terbatas, termasuk jumlah tenaga ahli kelautan yang sangat langka. Akibatnya, banyak pelanggaran hukum dilaut terutama di ZEEI tidak tertangani dengan baik.Harapan di masa mendatang Masa depan adalah era kehidupan bahari. Ini antara lain ditandai dengan menguatnya dinamika di kawasan Pasific. Karena itu sudah saatnya Indonesia memperhatikan pembangunan disektor kelautan secara sungguh sungguh. Pada tahap pertama, sasaran pembangunan ditujukan kepada aspek pemecahan pelbagai kendala keterbatasan yang ada.Sementara untuk jangka panjang, pembangunan harus mampu mengembalikan orientasi basis kehidupan masyarakat Indonesia sesuai dengan fitrahnya sebagai bangsa bahari yang tumbuh dan berkembang seirama dengan ritme globalisasi. Orientasi kelautan ini penting sebab di masa mendatang, sektor kelautan semakin vital dan penting bagi kehidupan ummat manusia. Dimasa mendatang bagi bangsa Indonesia laut akan berfungsi sebagai, sebagai faktor integrasi wilayah nasional; sebagai tempat sumber daya alam dominan; sebagai faktor transportasi massal dan murah; sebagai elemen Strategis dalam Pertahanan dan Keamanan Negara. Mengingat berbagai aspek vital dan strategis itu, maka sudah saatnya kita membangun bangsa dan negara ini dalam sosok citra sebagai bangsa bahari.