artikel malaria.docx
TRANSCRIPT
![Page 1: artikel malaria.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082700/54df15534a795976058b45cc/html5/thumbnails/1.jpg)
1. Latar Belakang
Malaria adalah suatu penyakit yang dapat bersifat akut atau kronik
disebabkan protozoa, genus plasmodium dan hidup intra sel.1 Di Indonesia,
malaria sampai saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka
kesakitan malaria masih cukup tinggi, terutama di luar Jawa dan Bali, oleh karena
di daerah tersebut terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah endemis
dan non-endemis malaria. Pada daerah-daerah tersebut masih sering terjadi
letusan malaria yang menimbulkan banyak kematian.2
Infeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia,
Amerika (bagian selatan) dan daerah Oceania dan kepulauan Caribia. lebih dari
1,6 triliun manusia terpapar oleh malaria dengan dugaan morbiditas 200-300 juta
dan mortalitas lebih dari 1 juta per tahun. beberapa daerah yang bebas malaria
yaitu Amerika Serikat, Canada, Negara di Eropa (kecuali Rusia), Israel,
Singapura, Hongkong, Jepang, Taiwan, Korea, Brunei, dan Australia. Negara
tersebut terhindar dari malaria karena vector kontrolnya yang baik; walaupun
demikian di Negara tersebut masih banyak dijumpai kasus malaria yang import
karena pendatang dari malaria atau penduduknya mengunjungi daerah-daerah
malaria.3
Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae umumnya dijumpai
pada semua negara dengan malaria. Di Afrika, Haiti dan Papua Nugini umumnya
P. falciparum sedangkan P. vivax banyak di Amerika Latin. Di Amerika Selatan,
Asia Tenggara, Negara Oceania dan India umumnya P. falciparum dan P. vivax,
sedangkan P. Ovale biasanya hanya di Afrika.3
Pada tahun 2010 di Indonesia terdapat 65% Kabupaten endemis dimana
hanya sekitar 45 % penduduk di kabupaten tersebut berisiko tertular malaria.
Berdasarkan hasil survei komunitas selama 2007 – 2010, prevalensi malaria di
Indonesia menurun dari 1,39 % ( Riskesdas 2007) menjadi 0,6 % (Riskesdas
2010). Sementara itu, laporan yang diterima Subdit Malaria angka kesakitan
malaria selama tahun 2000-2009 cenderung menurun yaitu sebesar 3,62 per 1.000
penduduk pada tahun 2000 menjadi 1,85 per 1.000 penduduk pada tahun 2009
![Page 2: artikel malaria.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082700/54df15534a795976058b45cc/html5/thumbnails/2.jpg)
dan 1,96 tahun 2010. Sementara itu, tingkat kematian akibat malaria mencapai
1,3 persen.4
Prevalensi nasional malaria berdasarkan hasil riskesdas tahun tahun 2010
adalah 0,6 persen. Dimana propinsi dengan API di atas angka rata-rata nasional
adalah NTB, Maluku, Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Babel, Kepri,
Bengkulu, Jambi, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Aceh. Tingkat prevalensi
tertinggi ditemukan di wilayah timur Indonesia, yaitu di Papua Barat (10,6
persen), Papua (10,1 persen) dan Nusa Tenggara Timur (4,4 persen).4
Plasmodium penyebab malaria yang ada di Indonesia terdapat beberapa
jenis yaitu Plasmodium falsifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae,
Plasmodium ovale dan yang mix atau campuran. Pada tahun 2009 penyebab
malaria yang tertinggi adalah plasmodium vivax (55,8%), kemudian Plasmodium
falsifarum, sedangkan Plasmodium ovale tidak dilaporkan. Data ini berbeda
dengan data riskesdas 2010, yang mendapatkan 86,4% penyebab malaria adalah
Plasmodium falsifarum, dan Plasmodium vivax sebanyak 6,9%.5
Jumlah kasus penyakit malaria klinis di Provinsi NTT pada tahun 2007
sebanyak 535.791 kasus. Kasus penyakit Malaria Klinis tertinggi ada di
Kabupaten Sumba Barat sebanyak 94.651 kasus, Sikka 87.623 kasus, dan Ende
75.709 kasus, sedangkan kasus terendah di Kabupaten TTU sebesar 4.873 kasus,
Kota Kupang 9.075 kasus. Sedangkan jumlah angka penyakit malaria (+) di
provinsi NTT pada tahun 2007 sebanyak 130.438 kasus. Angka penyakit malaria
(+) berdasarkan kabupaten/kota tertinggi ada di Kabupaten Sumba Barat
sebanyak 23.316 kasus, sedangkan angka terendah ada di Kota Kupang sebanyak
695 kasus. 6
Puskesmas Alak merupakan salah satu Puskesmas di Kota Kupang yang
terletak di Kecamatan Alak. Di wilayah kerja Puskesmas Alak, pada tahun 2011
terdapat 29 kasus malaria positif dimana kasus tertinggi terjadi pada bulan Juni.
Cakupan API kecematan Alak tahun 2011 mencapai 0,66 per 1000 penduduk.
Presentase malaria positif sebanyak 2,7% yang tersebar di semua kelurahan
termasuk kelurahan Nun Baun Sabu sebanyak 5%, paling sedikit di kelurahan
![Page 3: artikel malaria.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082700/54df15534a795976058b45cc/html5/thumbnails/3.jpg)
Alak sebanyak 1,76%. Semua penderita malaria kemudian diobati sesuai
prosedur pengobatan panderita malaria. 7
Pengobatan yang dberikan pada kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas
Alak adalah yaitu kombinasi derivate artemisinin dengan obat anti malaria
lainnya yang biasa disebut dengan ACT (artemisinin based combination
therapy). Bila terjadi kegagalan pada pengobatan ACT (lini I), diberikan
pengobatan dengan ACT lain yang lebih efektif atau lini kedua yang terdiri dari
kombinasi Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + priamakuin. Pada artikel ini
akan digambarkan seberapa banyak pengobatan lini kedua kasus malaria di
wilayah kerja Pusekesmas Alak pada tahun 2010-2012.
2. Cara Penulisan
Penulisan arikel ini berdasarkan data sekunder yang diperoleh di Puskesmas Alak
dari tahun 2010-2012 mengenai tingkat kejadian malaria dan pengobatan lini
kedua yang diberikan kepada pasien yang berkunjung ke Puskesmas Alak.
3. Hasil
3.1 Gambaran Umum Kecamatan Alak
Puskesmas merupakan salah satu puskesmas di Kota Kupang yang
dilengkapi dengan fasilitas rawat inap. secara geografis terletak pada wilayah
Kelurahan Nunbaun Sabu, Kecamatan Alak, Kota Kupang. Luas wilayah kerja
puskesmas Alak yaitu 17,57 km2 dan berada pada ketinggian 0-250 m di atas
permukaan laut. Adapun batas-batas wilayah kecamatan Alak, adalah sebagai
berikut:7
Bagian barat berbatasan dengan Teluk Kupang
Bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Oebobo
Bagian utara berbatasan dengan Teluk Kupang
Bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Kupang Barat
Wilayah kerja puskesmas Alak terdiri dari 9 kelurahan, yaitu Kelurahan
Alak, Kelurahan Manutapen, Kelurahan Mantasi, Kelurahan Fatufeto, Kelurahan
Nunhila, Kelurahan Nunbaun Della, Kelurahan Nunbaun Sabu, Kelurahan
![Page 4: artikel malaria.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082700/54df15534a795976058b45cc/html5/thumbnails/4.jpg)
Namosain, dan Kelurahan Penkase-Oeleta . Di wilayah kerja Puskesmas Alak
terdapat satu puskesmas induk yang terletak di Kelurahan Nunbaun Sabu dan tiap
kelurahan lainnya terdapat satu puskesmas pembantu (pustu) sedangkan di
Kelurahan Alak terdapat 2 pustu.7
Keadaan topografi wilayah kerja Puskesmas Alak, yaitu daerah tertinggi
di atas permukaan laut di bagian selatan sedangkan daerah terendah di atas
permukaan laut di bagian utara.7
3.2 Prevalensi Malaria Berdasarkan Kelurahan
Tabel 1 Prevalensi Malaria Berdasarkan Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas
Alak pada Tahun 2010
Kelurahan Kasus Malaria Presentase (%)
Alak 2 22,2%
Manutapen 2 22,2%
Mantasi - -
Fatufeto - -
Nunhila 1 11,1%
Nunbaun Della 1 11,1%
Nunbaun Sabu 3 33,3%
Namosain - -
Penkase-Oeleta - -
Jumlah 9 100%
Sumber : Data sekunder Puskesmas Alak
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 terdapat 9
kasus malaria di wilyah kerja Puskesmas Alak. Kasus tertinggi terjadi di
Kelurahan Nunbaun Sabu yaitu sebanyak 3 kasus (33,3%) dan Kasus terendah di
Kelurahan Nunbaun Della dan Nunhila yaitu sebanyak 1 kasus (11,1%).
![Page 5: artikel malaria.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082700/54df15534a795976058b45cc/html5/thumbnails/5.jpg)
Tabel 2 Prevalensi Malaria Berdasarkan Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas
Alak pada Tahun 2011
Kelurahan Kasus Malaria Presentase (%)
Alak 3 10,3%
Manutapen 4 13,7%
Mantasi 1 3,4%
Fatufeto 3 10,3%
Nunhila 4 13,7%
Nunbaun Della 4 13,7%
Nunbaun Sabu 7 24,1%
Namosain - -
Penkase-Oeleta - -
Wilayah Lain 3 10,3%
Jumlah 29 100%
Sumber : Data sekunder Puskesmas Alak
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 terdapat 29
kasus malaria di wilyah kerja Puskesmas Alak. Kasus tertinggi terjadi di
Kelurahan Nunbaun Sabu yaitu sebanyak 7 kasus (24,1%) dan kasus terendah di
Kelurahan Mantasi yaitu sebanyak 1 kasus (3,4%).
Tabel 3 Prevalensi Malaria Berdasarkan Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas
Alak pada Tahun 2012
![Page 6: artikel malaria.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082700/54df15534a795976058b45cc/html5/thumbnails/6.jpg)
Kelurahan Kasus Malaria Presentase (%)
Alak 4 10,5%
Manutapen 5 13,1%
Mantasi 2 5,2%
Fatufeto - -
Nunhila 1 2,6%
Nunbaun Della 8 21,0%
Nunbaun Sabu 13 34,2%
Namosain - -
Penkase-Oeleta 2 5,2%
Wilayah Lain 3 7,8%
Jumlah 38 100%
Sumber : Data sekunder Puskesmas Alak
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 terdapat 38
kasus malaria di wilyah kerja Puskesmas Alak. Kasus tertinggi terjadi di
Kelurahan Nunbaun Sabu yaitu sebanyak 13 kasus (34,2%) dan kasus terendah di
Kelurahan Nunhila yaitu sebanyak 1 kasus (2,6%).
3.3 Pengobatan Malaria
Pengobatan malaria di wilayah kerja Puskesmas Alak menggunakan prinsip ACT
(artemisinin based combination therapy). Di bawah ini akan dicantumkan
![Page 7: artikel malaria.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082700/54df15534a795976058b45cc/html5/thumbnails/7.jpg)
cakupan pengobatan ACT di wilayah kerja Puskesmas Alak pada tahun 2010-
2012.
0
20
40
60
80
100
120
Jumlah KasusDiobati ACT Lini I
Sumber : Data sekunder Puskesmas Alak
Gambar di atas menunjukan bahwa pada tahun 2010 terdapat 9 kasus
malaria dan semua kasus tersebut diobati dengan ACT (artemisinin based
combination therapy). Pada tahun 2011 terdapat 29 kasus malaria dan semua
kasus tersebut diobati dengan ACT (artemisinin based combination therapy).
Pada tahun 2012 terdapat 38 kasus dan semua kasus tersebut diobati dengan ACT
(artemisinin based combination therapy).
3.4 Gambaran Pengobatan Lini Kedua Malaria
100%
9
2938
Tahun 2011Tahun 2010 Tahun 2012
100%
![Page 8: artikel malaria.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082700/54df15534a795976058b45cc/html5/thumbnails/8.jpg)
Pengobatan lini kedua diberikan apabila pengobatan lini pertama tidak berhasil
mematikan parasit malaria. Di bawah akan dicantumkan pengobatan lini kedua di
wilayah kerja Puskesmas Alak tahun 2010-2012.
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 20120
5
10
15
20
25
30
35
40
Jumlah KasusDiobati Lini Kedua
Sumber : Data sekunder Puskesmas Alak
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 terdapat
1 kasus dari 9 kasus yang diobati dengan lini kedua. Pada tahun 2011 terdapat 1
kasus dari 29 kasus yang diobati lini kedua. pada tahun 2012 tidak terdapat kasus
yang diobati lini kedua.
4. Pembahasan
11 0
38
29
9
![Page 9: artikel malaria.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082700/54df15534a795976058b45cc/html5/thumbnails/9.jpg)
Setelah penulis melakukan pengolahan data dan diperoleh hasil seperti yang
digambarkan dalam tabel distribusi diatas, maka selanjutnya penulis akan
membahas hasil yang diperoleh secara lebih jelas yang dapat dilihat pada uraian
dibawah ini.
Berdasarkan tabel 1, tabel 2, dan tabel 3, terdapat kecenderungan
peningkatan kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Alak. Peningkatan kasus
malaria dipengaruhi oleh beberapa hal seperti host (pejamu), agent (penyebab),
environment (lingkungan). Apabila terdapat ketikseimbangan dalam ketiga
komponen tersebut maka akan terjadi sakit. Terdapat pula beberapa kasus di
wilayah kerja Puskesmas alak yang merupakan kasus import dari wilayah lain
seperti, dari Kabupaten Sabu Raijua, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan pulau
Flores.
Berdasarkan data pada tahun 2010 terdapat 9 kasus malaria dan semua
kasus tersebut diobati dengan Artemisinin Based Combination Therapy (ACT).
Pada tahun 2011 terdapat 29 kasus malaria dan semua kasus tersebut diobati
dengan ACT. Pada tahun 2012 terdapat 38 kasus dan semua kasus tersebut
diobati dengan ACT. Pengobatan dengan ACT merupakan program pemerintah
dalam menanggulangi terjadinya resistensi obat malaria seperti yang sudah terjadi
yaitu resistensi terhadap klorokuin dan Sulfadoksin-Pirimethamin (SP). 4
Pengobatan malaria dengan ACT adalah pengobatan kombinasi malaria
diamana penggunaan dua atau lebih obat anti malaria yang farmakodinamik dan
farmakokinetiknya sesuai, bersinergi dan berbeda cara terjadinya resistensi.
Tujuan terapi kombinasi ini adalah untuk pengobatan yang lebih baik dan
mencegah terjadinya resistensi plasmodium terhadap obat anti malaria.
Pengobatan kombinasi malaria haruslah:4
Aman dan toleran untuk semua umur
Efektif dan cepat kerjanya
Resisten dan atau resistensi silang belum terjadi
Harga murah dan terjangkau
![Page 10: artikel malaria.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082700/54df15534a795976058b45cc/html5/thumbnails/10.jpg)
Secara global WHO telah menetapkan dipakainya pengobatan malaria
dengan memakai obat ACT. Golongan artemisin (ART) telah dipakai sebagai
obat utama karena efektif dalam mengatasi plasmodium yang resisten dalam
pengobatan. Selain itu, artemisin juga bekerja membunuh plasmodium dalam
semua stadium termasuk gametosit dan efektif terhadap semua jenis
plasmodium.3
Pengobatan lini pertama yang tersedia di Indonesia berupa kombinasi
artesunat dan amodiakiun, kombinasi dihydroartemisin dan piperakuin,
kombinasi artemeter dan lumefantrine, serta primakuin. Sediaan yang digunakan
di Puskesmas Alak adalah kombinasi dihydroartemisin dan piperakuin.4,5
Bila terjadi kegagalan pada pengobatan ACT ( lini I ), diberikan
pengobatan dengan ACT lain yang lebih efektif atau lini II yang terdiri dari
kombinasi Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin.5 Kegagalan
pengobatan dapat dilihat dari masih ditemukannya gejala klinis yang tidak
memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali
(rekrudesensi).4 Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada tahun 2010 terdapat 1
kasus dari 9 kasus yang diobati dengan lini kedua. Pada tahun 2011 terdapat 1
kasus dari 29 kasus yang diobati lini kedua. pada tahun 2012 tidak terdapat kasus
yang diobati lini kedua.
Kina merupakan antimalaria yang sangat aktif bekerja terhadap skizon
darah dan merupakan obat untuk penyembuhan klinis yang efektif. Obat ini
dipakai untuk penyembuhan radikal pada P.falciparum. Terhadap gametosit
dewasa P.falciparum tidak efektif sedangkan spesies lain cukup efekif.4
Kina efektif melawan infeksi falsiparum yang resisten terhadap klorokuin
dan SP. Penurunan sensitivitas terhadap kina ditemukan di selatan Asia timur
dimana terlalu sering menggunakan obat ini. Ini juga terjadi karena pengobatan
kina tanpa resep dan berobat jalan dengan regimen > 3 hari. Di Indonesia belum
pernah dilaporkan adanya resistensi parasit terhadap kina.4
Pemberian antibiotik juga sebagai antimalaria seperti Doksisiklin dan
tetrasiklin. Doksisiklin dan tetrasiklin digunakan sebagai kombinasi dengan kina
pada daerah dimana terjadi penurunan kepekaan terhadap kina . Doksisiklin lebih
![Page 11: artikel malaria.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082700/54df15534a795976058b45cc/html5/thumbnails/11.jpg)
menguntungkan karena pemberian hanya 1 x sehari dibanding tetrasiklin 4 x
sehari. Obat ini tidak dapat diberikan tunggal untuk terapi malaria karena bekerja
lambat. Obat ini dapat digunakan sebagai profilaksis terutama untuk daerah
dengan malaria falsiparum yang resisten terhadap klorokuin. Doksisiklin
diberikan setiap hari dengan dosis 2 mg/kgbb selama tidak lebih dari 4 –6
minggu. Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada anak umur < 8 tahun dan ibu
hamil.4
Dengan diberikannya pengobatan anti malaria lini kedua, diharapkan
gejala klinis malaria semakin membaik dan hilangnya parasit di dalam tubuh
manusia baik dalam bentuk skizon, gamet, dan sebagainya.
5.Kesimpulan dan Saran
Malaria masih merupakan masalah yang dihadapi di Indonesia terutama di
Provinsi Nusa Tenggara Timur dan khususnya di Kecamatan Alak. Berdasarkan
data yang diperoleh dan hasil pengolahan data, disimpulkan bahwa kasus malaria
di wilayah kerja Puskesmas Alak pada tahun 2010-2012 cenderung meningkat.
banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus tersebut. Semua
kasus malaria di wilayah kerja puskesmas diobati dengan ACT (Artemisinin
Based Combination Therapy) dan terdapat 2 kasus malaria yang diobati sampai
lini kedua antimalaria.
Melihat hal ini, penulis menyarankan agar tindakan preventif dan
promotif tetap dilakukan dan ditingkatkan untuk memberi pengetahuan kepada
masyarakat tentang malaria, penyebab malaria, cara penularan, pengobatan dan
pencegahan malaria. Tindakan preventif dan promotif tidak saja dilakukan
melalui penyebaran tulisan tetapi dapat pula dilakukan melalui demo oleh petugas
kesehatan.
![Page 12: artikel malaria.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082700/54df15534a795976058b45cc/html5/thumbnails/12.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Zulkarnain I, Setiawan B, Harijanto PN. Malaria berat. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2009. h.2826-35.
2. Soedarmo SSP, Garha H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku ajar infeksi dan pediatrik tropis edisi ke-2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI;2012.h.408-36
3. Harijanto PN. Malaria. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III disi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2009. h.2813-25.
4. Departemen Kesehatan. Pedoman diagnostik malaria. 2011.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buletin jendela data dan informasi kesehatan. Epidemiologi malaria. 2011.
6. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Profil kesehatan provinsi NTT tahun 2008.
7. Profil Kesehatan Pusekesmas Alak tahun 2011.
![Page 13: artikel malaria.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082700/54df15534a795976058b45cc/html5/thumbnails/13.jpg)
ABSTRAK
Nama : Diana Ormayati AtaupahFakultas : KedokteranJudul : Gambaran Pengobatan Lini Kedua Kasus Malaria di Wilayah
Kerja Puskesmas Alak tahun 2010-2012
Malaria adalah suatu penyakit yang dapat bersifat akut atau kronik disebabkan protozoa, genus plasmodium dan hidup intra sel. Di Indonesia, terutama di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dan khususnya di Kecamatan Alak malaria sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Penulisan artikel ini untuk mengetahui gambaran pengobatan lini kedua kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Alak dengan mengambil data sekunder di Puskesmas Alak. Data yang diperoleh dari Puskesmas Alak diolah dan mendapat hasil sebagai berikut, kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Alak cenderung meningkat dari tahun 2010-2012. Pada tahun 2010 terdapat 9 kasus malaria, pada tahun 2011 terdapat 29 kasus malaria dan pdaa tahun 2012 terdapat 38 kasus malaria. Semua kasus malaria yang ditemui di wilayah kerja Pusekesmas Alak diobati dengan ACT (Artemisinin Based Combination Therapy). Pengobatan lini pertama yang ada di Puskesmas Alak adalah kombinasi dihydroartemisin dan piperkuin serta primakuin. Bila terjadi kegagalan pada pengobatan ACT ( lini I ), diberikan pengobatan dengan ACT lain yang lebih efektif atau lini II yang terdiri dari kombinasi Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin. Pada tahun 2010-2012 terdapat 2 kasus malaria yang diobati sampai lini kedua. Melihat hal ini, penulis menyarankan agar tindakan preventif dan promotif tetap dilakukan dan ditingkatkan untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang malaria, penyebab malaria, cara penularan, pengobatan dan pencegahan malaria. Dengan demikian maka kasus malaria dapat diatasi secara perlahan.
Kata kunci : malaria, pengobatan lini kedua kasus malaria.