artikel malaria.docx

19
1. Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit yang dapat bersifat akut atau kronik disebabkan protozoa, genus plasmodium dan hidup intra sel. 1 Di Indonesia, malaria sampai saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan malaria masih cukup tinggi, terutama di luar Jawa dan Bali, oleh karena di daerah tersebut terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah endemis dan non-endemis malaria. Pada daerah-daerah tersebut masih sering terjadi letusan malaria yang menimbulkan banyak kematian. 2 Infeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika (bagian selatan) dan daerah Oceania dan kepulauan Caribia. lebih dari 1,6 triliun manusia terpapar oleh malaria dengan dugaan morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1 juta per tahun. beberapa daerah yang bebas malaria yaitu Amerika Serikat, Canada, Negara di Eropa (kecuali Rusia), Israel, Singapura, Hongkong, Jepang, Taiwan, Korea, Brunei, dan Australia. Negara tersebut terhindar dari malaria karena vector kontrolnya yang baik; walaupun demikian di Negara tersebut masih banyak dijumpai kasus malaria yang import karena pendatang dari malaria atau penduduknya mengunjungi daerah-daerah malaria. 3

Upload: ardie-ceme-thedoctor

Post on 14-Feb-2015

49 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: artikel malaria.docx

1. Latar Belakang

Malaria adalah suatu penyakit yang dapat bersifat akut atau kronik

disebabkan protozoa, genus plasmodium dan hidup intra sel.1 Di Indonesia,

malaria sampai saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka

kesakitan malaria masih cukup tinggi, terutama di luar Jawa dan Bali, oleh karena

di daerah tersebut terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah endemis

dan non-endemis malaria. Pada daerah-daerah tersebut masih sering terjadi

letusan malaria yang menimbulkan banyak kematian.2

Infeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia,

Amerika (bagian selatan) dan daerah Oceania dan kepulauan Caribia. lebih dari

1,6 triliun manusia terpapar oleh malaria dengan dugaan morbiditas 200-300 juta

dan mortalitas lebih dari 1 juta per tahun. beberapa daerah yang bebas malaria

yaitu Amerika Serikat, Canada, Negara di Eropa (kecuali Rusia), Israel,

Singapura, Hongkong, Jepang, Taiwan, Korea, Brunei, dan Australia. Negara

tersebut terhindar dari malaria karena vector kontrolnya yang baik; walaupun

demikian di Negara tersebut masih banyak dijumpai kasus malaria yang import

karena pendatang dari malaria atau penduduknya mengunjungi daerah-daerah

malaria.3

Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae umumnya dijumpai

pada semua negara dengan malaria. Di Afrika, Haiti dan Papua Nugini umumnya

P. falciparum sedangkan P. vivax banyak di Amerika Latin. Di Amerika Selatan,

Asia Tenggara, Negara Oceania dan India umumnya P. falciparum dan P. vivax,

sedangkan P. Ovale biasanya hanya di Afrika.3

Pada tahun 2010 di Indonesia terdapat 65% Kabupaten endemis dimana

hanya sekitar 45 % penduduk di kabupaten tersebut berisiko tertular malaria.

Berdasarkan hasil survei komunitas selama 2007 – 2010, prevalensi malaria di

Indonesia menurun dari 1,39 % ( Riskesdas 2007) menjadi 0,6 % (Riskesdas

2010). Sementara itu, laporan yang diterima Subdit Malaria angka kesakitan

malaria selama tahun 2000-2009 cenderung menurun yaitu sebesar 3,62 per 1.000

penduduk pada tahun 2000 menjadi 1,85 per 1.000 penduduk pada tahun 2009

Page 2: artikel malaria.docx

dan 1,96 tahun 2010. Sementara itu, tingkat kematian akibat malaria mencapai

1,3 persen.4

Prevalensi nasional malaria berdasarkan hasil riskesdas tahun tahun 2010

adalah 0,6 persen. Dimana propinsi dengan API di atas angka rata-rata nasional

adalah NTB, Maluku, Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Babel, Kepri,

Bengkulu, Jambi, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Aceh. Tingkat prevalensi

tertinggi ditemukan di wilayah timur Indonesia, yaitu di Papua Barat (10,6

persen), Papua (10,1 persen) dan Nusa Tenggara Timur (4,4 persen).4

Plasmodium penyebab malaria yang ada di Indonesia terdapat beberapa

jenis yaitu Plasmodium falsifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae,

Plasmodium ovale dan yang mix atau campuran. Pada tahun 2009 penyebab

malaria yang tertinggi adalah plasmodium vivax (55,8%), kemudian Plasmodium

falsifarum, sedangkan Plasmodium ovale tidak dilaporkan. Data ini berbeda

dengan data riskesdas 2010, yang mendapatkan 86,4% penyebab malaria adalah

Plasmodium falsifarum, dan Plasmodium vivax sebanyak 6,9%.5

Jumlah kasus penyakit malaria klinis di Provinsi NTT pada tahun 2007

sebanyak 535.791 kasus. Kasus penyakit Malaria Klinis tertinggi ada di

Kabupaten Sumba Barat sebanyak 94.651 kasus, Sikka 87.623 kasus, dan Ende

75.709 kasus, sedangkan kasus terendah di Kabupaten TTU sebesar 4.873 kasus,

Kota Kupang 9.075 kasus. Sedangkan jumlah angka penyakit malaria (+) di

provinsi NTT pada tahun 2007 sebanyak 130.438 kasus. Angka penyakit malaria

(+) berdasarkan kabupaten/kota tertinggi ada di Kabupaten Sumba Barat

sebanyak 23.316 kasus, sedangkan angka terendah ada di Kota Kupang sebanyak

695 kasus. 6

Puskesmas Alak merupakan salah satu Puskesmas di Kota Kupang yang

terletak di Kecamatan Alak. Di wilayah kerja Puskesmas Alak, pada tahun 2011

terdapat 29 kasus malaria positif dimana kasus tertinggi terjadi pada bulan Juni.

Cakupan API kecematan Alak tahun 2011 mencapai 0,66 per 1000 penduduk.

Presentase malaria positif sebanyak 2,7% yang tersebar di semua kelurahan

termasuk kelurahan Nun Baun Sabu sebanyak 5%, paling sedikit di kelurahan

Page 3: artikel malaria.docx

Alak sebanyak 1,76%. Semua penderita malaria kemudian diobati sesuai

prosedur pengobatan panderita malaria. 7

Pengobatan yang dberikan pada kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas

Alak adalah yaitu kombinasi derivate artemisinin dengan obat anti malaria

lainnya yang biasa disebut dengan ACT (artemisinin based combination

therapy). Bila terjadi kegagalan pada pengobatan ACT (lini I), diberikan

pengobatan dengan ACT lain yang lebih efektif atau lini kedua yang terdiri dari

kombinasi Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + priamakuin. Pada artikel ini

akan digambarkan seberapa banyak pengobatan lini kedua kasus malaria di

wilayah kerja Pusekesmas Alak pada tahun 2010-2012.

2. Cara Penulisan

Penulisan arikel ini berdasarkan data sekunder yang diperoleh di Puskesmas Alak

dari tahun 2010-2012 mengenai tingkat kejadian malaria dan pengobatan lini

kedua yang diberikan kepada pasien yang berkunjung ke Puskesmas Alak.

3. Hasil

3.1 Gambaran Umum Kecamatan Alak

Puskesmas merupakan salah satu puskesmas di Kota Kupang yang

dilengkapi dengan fasilitas rawat inap. secara geografis terletak pada wilayah

Kelurahan Nunbaun Sabu, Kecamatan Alak, Kota Kupang. Luas wilayah kerja

puskesmas Alak yaitu 17,57 km2 dan berada pada ketinggian 0-250 m di atas

permukaan laut. Adapun batas-batas wilayah kecamatan Alak, adalah sebagai

berikut:7

Bagian barat berbatasan dengan Teluk Kupang

Bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Oebobo

Bagian utara berbatasan dengan Teluk Kupang

Bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Kupang Barat

Wilayah kerja puskesmas Alak terdiri dari 9 kelurahan, yaitu Kelurahan

Alak, Kelurahan Manutapen, Kelurahan Mantasi, Kelurahan Fatufeto, Kelurahan

Nunhila, Kelurahan Nunbaun Della, Kelurahan Nunbaun Sabu, Kelurahan

Page 4: artikel malaria.docx

Namosain, dan Kelurahan Penkase-Oeleta . Di wilayah kerja Puskesmas Alak

terdapat satu puskesmas induk yang terletak di Kelurahan Nunbaun Sabu dan tiap

kelurahan lainnya terdapat satu puskesmas pembantu (pustu) sedangkan di

Kelurahan Alak terdapat 2 pustu.7

Keadaan topografi wilayah kerja Puskesmas Alak, yaitu daerah tertinggi

di atas permukaan laut di bagian selatan sedangkan daerah terendah di atas

permukaan laut di bagian utara.7

3.2 Prevalensi Malaria Berdasarkan Kelurahan

Tabel 1 Prevalensi Malaria Berdasarkan Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas

Alak pada Tahun 2010

Kelurahan Kasus Malaria Presentase (%)

Alak 2 22,2%

Manutapen 2 22,2%

Mantasi - -

Fatufeto - -

Nunhila 1 11,1%

Nunbaun Della 1 11,1%

Nunbaun Sabu 3 33,3%

Namosain - -

Penkase-Oeleta - -

Jumlah 9 100%

Sumber : Data sekunder Puskesmas Alak

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 terdapat 9

kasus malaria di wilyah kerja Puskesmas Alak. Kasus tertinggi terjadi di

Kelurahan Nunbaun Sabu yaitu sebanyak 3 kasus (33,3%) dan Kasus terendah di

Kelurahan Nunbaun Della dan Nunhila yaitu sebanyak 1 kasus (11,1%).

Page 5: artikel malaria.docx

Tabel 2 Prevalensi Malaria Berdasarkan Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas

Alak pada Tahun 2011

Kelurahan Kasus Malaria Presentase (%)

Alak 3 10,3%

Manutapen 4 13,7%

Mantasi 1 3,4%

Fatufeto 3 10,3%

Nunhila 4 13,7%

Nunbaun Della 4 13,7%

Nunbaun Sabu 7 24,1%

Namosain - -

Penkase-Oeleta - -

Wilayah Lain 3 10,3%

Jumlah 29 100%

Sumber : Data sekunder Puskesmas Alak

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 terdapat 29

kasus malaria di wilyah kerja Puskesmas Alak. Kasus tertinggi terjadi di

Kelurahan Nunbaun Sabu yaitu sebanyak 7 kasus (24,1%) dan kasus terendah di

Kelurahan Mantasi yaitu sebanyak 1 kasus (3,4%).

Tabel 3 Prevalensi Malaria Berdasarkan Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas

Alak pada Tahun 2012

Page 6: artikel malaria.docx

Kelurahan Kasus Malaria Presentase (%)

Alak 4 10,5%

Manutapen 5 13,1%

Mantasi 2 5,2%

Fatufeto - -

Nunhila 1 2,6%

Nunbaun Della 8 21,0%

Nunbaun Sabu 13 34,2%

Namosain - -

Penkase-Oeleta 2 5,2%

Wilayah Lain 3 7,8%

Jumlah 38 100%

Sumber : Data sekunder Puskesmas Alak

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 terdapat 38

kasus malaria di wilyah kerja Puskesmas Alak. Kasus tertinggi terjadi di

Kelurahan Nunbaun Sabu yaitu sebanyak 13 kasus (34,2%) dan kasus terendah di

Kelurahan Nunhila yaitu sebanyak 1 kasus (2,6%).

3.3 Pengobatan Malaria

Pengobatan malaria di wilayah kerja Puskesmas Alak menggunakan prinsip ACT

(artemisinin based combination therapy). Di bawah ini akan dicantumkan

Page 7: artikel malaria.docx

cakupan pengobatan ACT di wilayah kerja Puskesmas Alak pada tahun 2010-

2012.

0

20

40

60

80

100

120

Jumlah KasusDiobati ACT Lini I

Sumber : Data sekunder Puskesmas Alak

Gambar di atas menunjukan bahwa pada tahun 2010 terdapat 9 kasus

malaria dan semua kasus tersebut diobati dengan ACT (artemisinin based

combination therapy). Pada tahun 2011 terdapat 29 kasus malaria dan semua

kasus tersebut diobati dengan ACT (artemisinin based combination therapy).

Pada tahun 2012 terdapat 38 kasus dan semua kasus tersebut diobati dengan ACT

(artemisinin based combination therapy).

3.4 Gambaran Pengobatan Lini Kedua Malaria

100%

9

2938

Tahun 2011Tahun 2010 Tahun 2012

100%

Page 8: artikel malaria.docx

Pengobatan lini kedua diberikan apabila pengobatan lini pertama tidak berhasil

mematikan parasit malaria. Di bawah akan dicantumkan pengobatan lini kedua di

wilayah kerja Puskesmas Alak tahun 2010-2012.

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 20120

5

10

15

20

25

30

35

40

Jumlah KasusDiobati Lini Kedua

Sumber : Data sekunder Puskesmas Alak

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 terdapat

1 kasus dari 9 kasus yang diobati dengan lini kedua. Pada tahun 2011 terdapat 1

kasus dari 29 kasus yang diobati lini kedua. pada tahun 2012 tidak terdapat kasus

yang diobati lini kedua.

4. Pembahasan

11 0

38

29

9

Page 9: artikel malaria.docx

Setelah penulis melakukan pengolahan data dan diperoleh hasil seperti yang

digambarkan dalam tabel distribusi diatas, maka selanjutnya penulis akan

membahas hasil yang diperoleh secara lebih jelas yang dapat dilihat pada uraian

dibawah ini.

Berdasarkan tabel 1, tabel 2, dan tabel 3, terdapat kecenderungan

peningkatan kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Alak. Peningkatan kasus

malaria dipengaruhi oleh beberapa hal seperti host (pejamu), agent (penyebab),

environment (lingkungan). Apabila terdapat ketikseimbangan dalam ketiga

komponen tersebut maka akan terjadi sakit. Terdapat pula beberapa kasus di

wilayah kerja Puskesmas alak yang merupakan kasus import dari wilayah lain

seperti, dari Kabupaten Sabu Raijua, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan pulau

Flores.

Berdasarkan data pada tahun 2010 terdapat 9 kasus malaria dan semua

kasus tersebut diobati dengan Artemisinin Based Combination Therapy (ACT).

Pada tahun 2011 terdapat 29 kasus malaria dan semua kasus tersebut diobati

dengan ACT. Pada tahun 2012 terdapat 38 kasus dan semua kasus tersebut

diobati dengan ACT. Pengobatan dengan ACT merupakan program pemerintah

dalam menanggulangi terjadinya resistensi obat malaria seperti yang sudah terjadi

yaitu resistensi terhadap klorokuin dan Sulfadoksin-Pirimethamin (SP). 4

Pengobatan malaria dengan ACT adalah pengobatan kombinasi malaria

diamana penggunaan dua atau lebih obat anti malaria yang farmakodinamik dan

farmakokinetiknya sesuai, bersinergi dan berbeda cara terjadinya resistensi.

Tujuan terapi kombinasi ini adalah untuk pengobatan yang lebih baik dan

mencegah terjadinya resistensi plasmodium terhadap obat anti malaria.

Pengobatan kombinasi malaria haruslah:4

Aman dan toleran untuk semua umur

Efektif dan cepat kerjanya

Resisten dan atau resistensi silang belum terjadi

Harga murah dan terjangkau

Page 10: artikel malaria.docx

Secara global WHO telah menetapkan dipakainya pengobatan malaria

dengan memakai obat ACT. Golongan artemisin (ART) telah dipakai sebagai

obat utama karena efektif dalam mengatasi plasmodium yang resisten dalam

pengobatan. Selain itu, artemisin juga bekerja membunuh plasmodium dalam

semua stadium termasuk gametosit dan efektif terhadap semua jenis

plasmodium.3

Pengobatan lini pertama yang tersedia di Indonesia berupa kombinasi

artesunat dan amodiakiun, kombinasi dihydroartemisin dan piperakuin,

kombinasi artemeter dan lumefantrine, serta primakuin. Sediaan yang digunakan

di Puskesmas Alak adalah kombinasi dihydroartemisin dan piperakuin.4,5

Bila terjadi kegagalan pada pengobatan ACT ( lini I ), diberikan

pengobatan dengan ACT lain yang lebih efektif atau lini II yang terdiri dari

kombinasi Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin.5 Kegagalan

pengobatan dapat dilihat dari masih ditemukannya gejala klinis yang tidak

memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali

(rekrudesensi).4 Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada tahun 2010 terdapat 1

kasus dari 9 kasus yang diobati dengan lini kedua. Pada tahun 2011 terdapat 1

kasus dari 29 kasus yang diobati lini kedua. pada tahun 2012 tidak terdapat kasus

yang diobati lini kedua.

Kina merupakan antimalaria yang sangat aktif bekerja terhadap skizon

darah dan merupakan obat untuk penyembuhan klinis yang efektif. Obat ini

dipakai untuk penyembuhan radikal pada P.falciparum. Terhadap gametosit

dewasa P.falciparum tidak efektif sedangkan spesies lain cukup efekif.4

Kina efektif melawan infeksi falsiparum yang resisten terhadap klorokuin

dan SP. Penurunan sensitivitas terhadap kina ditemukan di selatan Asia timur

dimana terlalu sering menggunakan obat ini. Ini juga terjadi karena pengobatan

kina tanpa resep dan berobat jalan dengan regimen > 3 hari. Di Indonesia belum

pernah dilaporkan adanya resistensi parasit terhadap kina.4

Pemberian antibiotik juga sebagai antimalaria seperti Doksisiklin dan

tetrasiklin. Doksisiklin dan tetrasiklin digunakan sebagai kombinasi dengan kina

pada daerah dimana terjadi penurunan kepekaan terhadap kina . Doksisiklin lebih

Page 11: artikel malaria.docx

menguntungkan karena pemberian hanya 1 x sehari dibanding tetrasiklin 4 x

sehari. Obat ini tidak dapat diberikan tunggal untuk terapi malaria karena bekerja

lambat. Obat ini dapat digunakan sebagai profilaksis terutama untuk daerah

dengan malaria falsiparum yang resisten terhadap klorokuin. Doksisiklin

diberikan setiap hari dengan dosis 2 mg/kgbb selama tidak lebih dari 4 –6

minggu. Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada anak umur < 8 tahun dan ibu

hamil.4

Dengan diberikannya pengobatan anti malaria lini kedua, diharapkan

gejala klinis malaria semakin membaik dan hilangnya parasit di dalam tubuh

manusia baik dalam bentuk skizon, gamet, dan sebagainya.

5.Kesimpulan dan Saran

Malaria masih merupakan masalah yang dihadapi di Indonesia terutama di

Provinsi Nusa Tenggara Timur dan khususnya di Kecamatan Alak. Berdasarkan

data yang diperoleh dan hasil pengolahan data, disimpulkan bahwa kasus malaria

di wilayah kerja Puskesmas Alak pada tahun 2010-2012 cenderung meningkat.

banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus tersebut. Semua

kasus malaria di wilayah kerja puskesmas diobati dengan ACT (Artemisinin

Based Combination Therapy) dan terdapat 2 kasus malaria yang diobati sampai

lini kedua antimalaria.

Melihat hal ini, penulis menyarankan agar tindakan preventif dan

promotif tetap dilakukan dan ditingkatkan untuk memberi pengetahuan kepada

masyarakat tentang malaria, penyebab malaria, cara penularan, pengobatan dan

pencegahan malaria. Tindakan preventif dan promotif tidak saja dilakukan

melalui penyebaran tulisan tetapi dapat pula dilakukan melalui demo oleh petugas

kesehatan.

Page 12: artikel malaria.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Zulkarnain I, Setiawan B, Harijanto PN. Malaria berat. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2009. h.2826-35.

2. Soedarmo SSP, Garha H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku ajar infeksi dan pediatrik tropis edisi ke-2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI;2012.h.408-36

3. Harijanto PN. Malaria. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III disi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2009. h.2813-25.

4. Departemen Kesehatan. Pedoman diagnostik malaria. 2011.

5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buletin jendela data dan informasi kesehatan. Epidemiologi malaria. 2011.

6. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Profil kesehatan provinsi NTT tahun 2008.

7. Profil Kesehatan Pusekesmas Alak tahun 2011.

Page 13: artikel malaria.docx

ABSTRAK

Nama : Diana Ormayati AtaupahFakultas : KedokteranJudul : Gambaran Pengobatan Lini Kedua Kasus Malaria di Wilayah

Kerja Puskesmas Alak tahun 2010-2012

Malaria adalah suatu penyakit yang dapat bersifat akut atau kronik disebabkan protozoa, genus plasmodium dan hidup intra sel. Di Indonesia, terutama di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dan khususnya di Kecamatan Alak malaria sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Penulisan artikel ini untuk mengetahui gambaran pengobatan lini kedua kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Alak dengan mengambil data sekunder di Puskesmas Alak. Data yang diperoleh dari Puskesmas Alak diolah dan mendapat hasil sebagai berikut, kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Alak cenderung meningkat dari tahun 2010-2012. Pada tahun 2010 terdapat 9 kasus malaria, pada tahun 2011 terdapat 29 kasus malaria dan pdaa tahun 2012 terdapat 38 kasus malaria. Semua kasus malaria yang ditemui di wilayah kerja Pusekesmas Alak diobati dengan ACT (Artemisinin Based Combination Therapy). Pengobatan lini pertama yang ada di Puskesmas Alak adalah kombinasi dihydroartemisin dan piperkuin serta primakuin. Bila terjadi kegagalan pada pengobatan ACT ( lini I ), diberikan pengobatan dengan ACT lain yang lebih efektif atau lini II yang terdiri dari kombinasi Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin. Pada tahun 2010-2012 terdapat 2 kasus malaria yang diobati sampai lini kedua. Melihat hal ini, penulis menyarankan agar tindakan preventif dan promotif tetap dilakukan dan ditingkatkan untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang malaria, penyebab malaria, cara penularan, pengobatan dan pencegahan malaria. Dengan demikian maka kasus malaria dapat diatasi secara perlahan.

Kata kunci : malaria, pengobatan lini kedua kasus malaria.