artikel murdia
DESCRIPTION
edukasiTRANSCRIPT
HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN NYERI KEPALA PRIMER
Murdia 1), Endang Mutiawati R 2), Suryawati 3), Bakhtiar 4), Azmunir 5)
1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, 2) Bagian SMF Saraf Universitas Syiah Kuala, 3) Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala,
4) Bagian SMF Anak Universitas Syiah Kuala, 5) Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
ABSTRACT
Primary headache is a continuously recurrent headaches without any obvious cause that can lead to disruption of daily activities such as thinking, concentrating and activities related to work, so there is a tendency for depression. The aim of this study is to determine the relations of pain intensity with depression degree in primary headache patients. The object were primary headache patients who visited Poliklinik Saraf at Zainoel Abidin hospital in Banda Aceh. This primary method of research is cross sectional method. The sampling techniques of this research is accidental sampling. Pain intensity was measured by Visual Analogue Scale and depression degree with Beck Depression Inventory II. The data were taken during March 3th – March 10th, 2014 and analyzed by using Spearman Rank Correlation test. The results of this study attempt to explain from 41 respondents had founded that 1 person (2,4%) indicated suffering mild pain, 32 persons (78%) has moderate pain, 6 persons (14,6%) has severe pain and 2 persons (4,9%) has very severe pain. Beside that 4 persons (9,8%) did not indicated suffering depression (normal), 5 persons (12,2%) has mild depression, 24 persons (58,5%) has moderate depression and 8 persons (19,5%) has severe depression and this research also shows that Spearman Rank Correlation test obtained p = 0,001. Therefore, researcher concluded that there is a correlation between pain intensity and depression degree in primay headache patients.
Keywords: Primary Headache, Pain Intensity, Depression Degree.
ABSTRAK
Nyeri kepala primer merupakan nyeri kepala berulang secara terus-menerus tanpa ada penyebab yang jelas dan hal ini dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari seperti berpikir, berkonsentrasi dan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaannya sehingga ada kecenderungan terjadinya depresi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan intensitas nyeri dengan tingkat depresi pada pasien nyeri kepala primer. Penelitian dilakukan pada pasien nyeri kepala primer yang berkunjung ke Poliklinik Saraf RSUDZA Banda Aceh. Metode penelitian ini bersifat studi cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling selama periode 03 Maret – 10 Maret 2014. Intensitas nyeri diukur menggunakan Visual Analogue Scale dan tingkat depresi menggunakan Beck Depression Inventory II. Analisa data menggunakan uji Spearman Rank Correlation. Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 41 responden didapatkan 1 orang (2,4%) nyeri ringan, 32 orang (78%) nyeri sedang, 6 orang (14,6%) nyeri berat dan 2 orang
1
(4,9%) nyeri sangat berat. Didapatkan pula bahwa 4 orang (9,8%) tidak depresi (normal), 5 orang (12,2%) depresi ringan, 24 orang (58,5%) depresi sedang dan 8 orang (19,5%) depresi berat. Hasil uji Spearman Rank Correlation didapatkan p = 0,001. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara intensitas nyeri dengan tingkat depresi pada pasien nyeri kepala primer.
Kata Kunci: Nyeri Kepala Primer, Intensitas Nyeri, Tingkat Depresi.
PENDAHULUAN
World Health Organization
(WHO) dalam Atlas of headache
disorders and re sources in the world
2011 mengemukakan bahwa nyeri
kepala merupakan salah satu gangguan
yang paling umum dari sistem sa raf.
(1) Klasifikasi The International Head
ache Society (IHS) membagi nyeri
kepala menjadi dua kategori utama
yaitu nyeri ke pala primer dan nyeri
kepala sekunder. (2) Nyeri kepala
primer mencakup sekelompok
heterogen gangguan neurologis yang
menye babkan nyeri kepala berulang
secara terus-menerus tanpa ada
penyebab yang jelas, se dangkan nyeri
kepala sekunder adalah nyeri kepala
yang jelas terdapat kelainan anatomi
atau kelainan struktur. Nyeri kepala
primer termasuk migren, nyeri kepala
karena kete gangan (tension-type
headache) dan nyeri kepala Cluster.
(3)
Secara global telah diperkirakan
sete ngah sampai tiga perempat dari
orang dewa sa berusia 18-65 tahun di
dunia telah menga lami nyeri kepala
setidaknya sekali dalam satu tahun
terakhir, lebih dari 10% telah me
laporkan migren, 42% dengan tension-
type headache dan 3% dengan nyeri
kepala Clus ter. (4) Sekitar 1,7- 4 %
populasi orang de wasa di dunia
mengalami nyeri kepala pa ling tidak
selama 15 hari setiap bulannya.
Meskipun variasi regional, gangguan
sakit kepala adalah masalah di seluruh
dunia, mempengaruhi orang dari
segala usia, ras, tingkat pendapatan
dan wilayah. (5)
Nyeri merupakan sensasi tidak
menye nangkan yang terlokalisasi
pada suatu bagi an tubuh. Nyeri
bersifat subjektif, sangat individual.
Stimulasi nyeri yang dirasakan pasien
tidak hanya mempengaruhi kondisi
fisiknya, tetapi juga mempengaruhi
kompo nen emosional pasien dan
seringkali diser tai dengan depresi.
Nyeri secara karakteris tik
berhubungan dengan perubahan
tingkah laku dan respon stress yang
terdiri dari me ningkatnya tekanan
2
darah, denyut nadi dan kontraksi otot
lokal. (6)
Depresi merupakan salah satu
gang guan mood yang ditandai oleh
hilangnya perasaan kendali dan
pengalaman subjektif terhadap
penderitaan yang berat. Gejala pe
nyertanya terdiri dari perubahan pada
pola tidur dan nafsu makan,
psikomotor, konsen trasi, anhedonia,
kelelahan, rasa putus asa dan tidak
berdaya serta bunuh diri. (7)
Nyeri kepala primer sangat
berpe ngaruh secara signifikan
terhadap morbidi ditas psikis dari
pasien. Adapun gangguan psikis yang
telah dilaporkan berkaitan deng an
nyeri ke pala primer adalah kecemasan
dan depresi. Mekanisme yang
mendasari hu bungan anta ra nyeri
kepala primer dan depresi masih
belum diketahui, namun de mikian
munculnya gejala depresi telah beru
lang kali dikaitkan dengan kondisi
kese hatan yang menurun, peningkatan
nyeri yang terus-menerus, gangguan
suasana hati (mood) dan disabilitas
pada pasien nyeri kepala primer. (8)
Hubungan nyeri kepala terhadap
de presi bersifat kompleks. Depresi
seringkali meningkatkan persepsi
nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan depresi. Stimulus nyeri
mengaktifkan bagian sistem limbik
yang diyakini mengendalikan emosi
sese orang khususnya depresi. Sistem
limbik da pat memproses reaksi emosi
terhadap nyeri, yakni memperburuk
atau menghilangkan nyeri. (9)
Berdasarkan latar belakang
diatas, peneliti merasa tertarik untuk
melakukan pe nelitian mengenai
“Hubungan intensitas nyeri dengan
tingkat depresi pada pasien nyeri
kepala primer”. Pentingnya pemaha
man mengenai kaitan antara intensitas
nyeri dan depresi pada pasien nyeri
kepala primer ini sehingga dapat
membantu untuk mem perbaiki gejala
rasa nyeri kepala dan me ningkatkan
kualitas kesehatan yang berhu bungan
dengan kualitas hidup pasien.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian
analitik observasional dengan menggu
nakan pendekatan cross sectional.
Peneliti an ini dilakukan di Poliklinik
Saraf RSUD ZA Banda Aceh dalam
jangka waktu 03 Maret – 10 Maret
2014. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pasien yang didiagnosa
dengan nyeri kepala primer oleh
dokter spesialis saraf yang berobat
jalan di Poliklinik Saraf RSUDZA
3
selama periode 03 Maret - 10 Maret
2014. Sampel dalam penelitian ini
adalah sebagian responden yang
didiagnosa dengan nyeri kepala primer
oleh dokter spesialis saraf yang
berobat jalan di Poliklinik Saraf
RSUDZA selama periode 03 Maret -
10 Maret 2014 yang memenuhi
kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria
inklusi merupakan syarat umum yang
harus dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat menjadi sampel
dalam penelitian. Kriteria inklusi
dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: responden didiag nosa dengan
nyeri kepala primer, respon den usia
18-65 tahun, responden dapat me nulis
dan membaca, responden bersedia
mengikuti penelitian.
Kriteria eksklusi adalah setiap
keadaan yang menyebabkan peserta
meme nuhi kriteria inklusi tidak dapat
diikut serta kan dalam penelitiannya.
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: Responden
yang menderita demensia dan retardasi
mental, responden yang tidak dapat
menulis dan membaca, responden
yang tidak kooperatif.
Teknik pengambilan sampel
yang di gunakan pada penelitian ini
adalah Non Probability Sampling
dengan metode acci dental sampling
yang dilakukan dengan mengambil
kasus atau responden yang kebe tulan
ada atau tersedia pada saat penelitian.
Rumus besar sampel minimal yang
diguna kan adalah :
n=Z α2 . P . Qd2
Keterangan :n = Besar sampel minimumZ1-α/2 = Nilai distribusi normal baku pada α tertentu (α = 0,05, Z1-α/2 = 1,96)P = Harga proporsi di populasi
(Variasi populasi yang dinyatakan dalam bentuk proporsi yaitu Sebesar 0,5)
Q = (1-P)d = Kesalahan (absolut) yang
dapat ditolerir (ditetapkan oleh peneliti sebesar 16%)
Maka, besar sampel minimal yang
dibutuhkan :
n=(1 , 962 x0,5 x (1−0,5 )0,162 )
n=37
Berdasarkan hasil perhitungan
rumus besar sampel di atas, maka
besar sampel minimal dalam
penelitian ini adalah 37 orang, akan
tetapi peneliti menetapkan besar
sampel dalam penelitian ini adalah 41
orang.
4
Untuk mencari hubungan antara
skala nyeri dengan tingkat depresi
responden, dilakukan analisis bivariat
menggunakan metode analisis statistik
Spearman Rank Correlation test,
dengan nilai α sebesar 0,05 untuk
mengetahui ada tidaknya hubu ngan
intensitas nyeri dan tingkat depresi
pada pasien nyeri kepala primer.
Tabel 1.1 Hubungan Intensitas Nyeri dengan Tingkat Depresi
Intensitas Nyeri
Tingkat DepresiTotal
PNormal Ringan Sedang BeratN % N % N % N % N %
RinganSedangBeratSangat Berat
1210
1006,316,7
0
0500
015,6
00
02400
07500
0152
03,183,3100
13262
100100100100
0,001
Jumlah 4 100 5 100 24 100 8 100 41 100Keterangan : Nilai p didapat dari Spearman Rank Correlation test
Berdasarkan Tabel 1.1 di atas
menunjukkan bahwa 1 responden
menun jukkan intensitas nyeri ringan
dan tingkat depresi ringan pula. Pada
intensitas nyeri sedang, responden
lebih banyak mengalami depresi
sedang yaitu sebanyak 24 respon den
(75%), sedangkan pada intensitas
nyeri berat 5 responden (83,3%) yang
mengalami tingkat depresi berat
sebesar 62,5%. Sejum lah 2 responden
(25%) mengalami tingkat depresi berat
sebesar 4,9%. Berdasarkan hasil uji
statistik yang dilakukan, didapat kan p
5
= 0,001. Dari hasil perhitungan statis
tik disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara intensitas nyeri
dengan tingkat depre si pada pasien
nyeri kepala primer.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian dari 41
responden menunjukkan bahwa skala
VAS pada nilai 4-6 (nyeri sedang) dan
skor BDI II 17-29 (tingkat depresi
sedang) paling banyak di alami
responden nyeri kepala primer yaitu
sebesar 78% diikuti dengan skala VAS
7-8 (nyeri berat) dan skor BDI II > 30
(depresi berat) 14,6%, skala VAS 9-10
(nyeri sangat
berat) dan skor BDI II > 30 (tingkat
depresi berat) adalah 4,9% serta skala
VAS 2-3 (nyeri ringan) dengan skor
BDI II 0-9 (tingkat depresi normal)
adalah 2,4%. Selaras dengan
penelitian Iqbal dkk pada 55 penderita
nyeri kepala primer yang berusia 15-
60 tahun, sebagian besar penderita
47,3% mengalami nyeri kepala dengan
skala VAS terbanyak (52,7%) pada
nilai 4-6 (nyeri sedang). (42) Depresi
yang terjadi pada pasien nyeri kepala
primer ditunjukkan pula pada
penelitian yang dilakukan Beghi et al,
dimana hasil wawancara dengan
mempergunakan Mini International
Neuropsychiatry Interview (MINI),
sebanyak 68,3% penderita nyeri
kepala primer akan mengalami
episode depresif. (43)
Nyeri sangat bersifat subjektif,
perbe daan persepsi pada rasa nyeri
dapat dipeng aruhi oleh beberapa
faktor seperti umur, jenis kelamin,
perhatian pada nyeri, anise tas,
pengalaman nyeri sebelumnya, penge
tahuan, kelelahan, pola koping,
dukungan keluarga, budaya,
lingkungan dan pengo batan. (44)
Pada penelitian ini telah
ditemukan bahwa sebagian besar
pasien nyeri kepala primer yang
menderita depresi adalah perempuan
dengan usia 30-45 tahun. Hasil ini
sesuai dengan Saddock et al dan Stahl
yang menyatakan bahwa penderita
gangguan depresi pada populasi umum
lebih banyak terjadi pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki, usia
awitan rata-rata 40 tahun dan 50%
penderita mengalami gangguan
depresi pada rentang usia 20-50 tahun.
(45,46) Hal ini mungkin disebabkan
karena perempuan berfungsi ganda
baik sebagai ibu rumah tangga
maupun pencari nafkah yang dapat
menjadi faktor risiko gangguan
6
depresi. Reaksi mereka terhadap
kejadian penting dalam kehidupan,
khususnya terkait anak dan relasi,
dapat mempunyai makna yang lebih
besar dibandingkan dengan laki-laki.
(47)
Gangguan depresi yang dialami
oleh sebagian besar responden, yaitu
tingkat sedang hingga berat sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Matta dan Moreira. (48) Hal ini
tentunya harus menjadi perhatian
klinisi karena tingkat depresi
berhubungan dengan kronisitas nyeri
kepala primer. Penelitian oleh Cassidy
et al mendapatkan penderita yang
mengalami nyeri kepala primer
dengan frekuensi yang tinggi
cenderung mengalami depresi tingkat
berat bila dibandingkan dengan
penderita nyeri kepala primer yang
frekuensi kekambuhannya rendah.
(49)
Faktor yang dapat memperburuk
nyeri kepala primer dan sering
terlupakan salah satunya stress
emosional dan faktor psikososial. (50)
Pada praktik klinik penderita nyeri
kepala primer sangat sering
melaporkan ketegangan, kelelahan
mental dan stress sebagai faktor
pencetus untuk nyeri kepala mereka.
Faktor pencetus ini dialami oleh
sekitar 56-70,1% responden dalam
beberapa penelitian. (51)
Sebagian besar responden
penelitian mengalami gejala perasaan
depresif yang merupakan gejala utama
gangguan depresi sesuai dengan
kriteria diagnosis PPDGJ-III. Gejala
ini ditandai dengan perasaan sedih,
murung, putus asa atau tidak berharga.
(45) Rata-rata responden nyeri kepala
primer dengan intensitas nyeri
kategori ringan dan sedang
menyatakan perasaan ini bila ditanya,
sedangkan responden nyeri kepala
primer dengan intensitas nyeri
kategori berat dan sangat berat
menyatakan perasaan ini secara verbal
spontan. Hal ini dapat menunjukkan
bahwa para klinisi perlu melakukan
penapisan dini gangguan depresi
secara aktif oleh karena kemung kinan
penderita enggan membicarakan ma
salahnya apabila tidak ditanya terlebih
dahu lu, terutama pada penderita nyeri
kepala primer kategori ringan dan
sedang.
Pada penelitian ini ditemukan
bahwa 41 responden yang menderita
nyeri kepala primer menunjukkan
gejala depresi. Hal ini serupa dengan
penelitian yang dilakukan oleh Clark
7
et al bahwa gejala depresi berkorelasi
positif dengan penderita nyeri kepala
primer bahkan setelah dilakukan
analisis multivariabel penderita
dengan gejala ini memiliki risiko 4,74
kali lebih besar untuk mengalami
kekambuhan yang lebih sering.
Peranan awal para klinisi dalam
mengevaluasi penderita nyeri kepala
primer yaitu menilai sampai sejauh
mana penderita akan merasa sedih
serta putus asa akibat kejadian
bermakna yang datang beruntun,
merasa kecewa akibat kerentanan
psikologisnya sendiri sehingga
berulang kali memilih untuk
melakukan perilaku bermasalah atau
merasakan sakit akibat penyakit
tertentu. Model kognitif perilaku dari
nyeri kepala primer menganggap
bahwa persepsi seseorang dan
penilaian pengalaman kehidupan
mempengaruhi reaksi emosional dan
juga perilaku terhadap pengalaman ini.
Jika penderita merasa yakin bahwa
nyeri, depresi dan disabilitas tidak
dapat dicegah dan dikontrol, maka
mereka akan mengalami respons
afektif yang lebih negatif, nyeri yang
meningkat dan makin parah, serta
bahkan lebih banyak gangguan fisik
dan psikososial. Keadaan emosional
negatif dapat memperburuk
pengalaman nyeri dan sebaliknya.
Pengaruh dua arah emosi pada nyeri
menunjukkan bahwa emosi
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
biologi, kognisi, kepribadian, perilaku
nyeri dan lingkungan sosial. Emosi
memperkuat serta memper panjang
pengalaman nyeri dan mempe ngaruhi
hasil penanganan nyeri. (52)
Hasil penelitian ini menerangkan
bahwa sebagian dari responden
memiliki ide-ide bersalah atau
renungan tentang kesalahan masa lalu.
Pernyataan ini memi liki kesamaan
dengan teori yang dikemu kakan oleh
Saddock et al yaitu karakteristik utama
pikiran depresif adalah penderita
memandang segala sesuatu dari sudut
pandang yang negatif. Mereka
memiliki citra diri yang buruk, tidak
berharga dan mencerminkan
persepsinya terhadap gang guan akibat
terjadinya perlambatan moto rik. (45)
Hal ini perlu mendapatkan perha tian
oleh karena dapat mempengaruhi pers
epsi penderita terhadap nyeri kepala
yang dialaminya dan dapat
mengganggu pengo batan yang sedang
dijalaninya. Pada peneli tian ini,
menunjukkan bahwa keseluruhan
responden tidak ingin melakukan
8
bunuh diri. Hal ini bertentangan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Stahl bahwa tidak jarang gejala ini
mengarah pada pikiran akan kematian
sehingga perlu dilakukan pencegahan.
Pikiran akan kematian atau bunuh diri
hanya dialami 7 orang penderita
namun perlu mendapatkan perhatian
khu sus. Sebanyak 3 orang penderita
bahkan pernah mengharapkan
kematian atau piki ran-pikiran ke arah
itu. Sekitar 15% penderita yang
mempunyai gejala depresi berat, pada
akhirnya mereka akan mela kukan
bunuh diri. Percobaan bunuh diri
mencapai angka 10 setiap 100
penderita depresi per tahunnya,
dengan usaha bunuh diri yang berhasil
setiap 100 penderita per depresi per
tahunnya meskipun belum tentu
berhubungan dengan gangguan
depresinya. Kondisi ini biasanya akan
terjadi bila gangguan depresi tidak
diterapi. (46) Berdasarkan hal
tersebut maka penapisan gangguan
depresi pada penderita nyeri kepala
primer perlu dilakukan. Para klinisi
harus selalu waspada terhadap akan
kemungkinan bunuh diri pada semua
penderita dengan gangguan depresi.
(45)
Hasil distribusi jumlah dari intensitas
nyeri terbanyak yang dirasakan pasien
nyeri kepala primer adalah kategori
sedang dengan nilai VAS 4-6
berjumlah 32 responden (78%),
intensitas nyeri kategori berat adalah 6
responden (14,6%), inten sitas nyeri
kategori sangat berat adalah 2
responden (4,9%) sedangkan untuk
inten sitas nyeri kategori ringan hanya
dirasakan oleh 1 responden (2,4%).
Hasil dari tabulasi silang hubungan
intensitas nyeri dengan tingkat depresi
pada pasien nyeri kepala primer yang
tidak mengalami depresi 4 responden
(9,8%), depresi ringan 5 responden
(12,2%), depresi sedang 24 responden
(58,5%), depresi berat 8 responden
(19,5%) dan depresi berat 8 responden
(19,5%). Hal ini selaras dengan
penelitian Iqbal dkk yang menyatakan
bahwa penderita nyeri kepala primer
sebagian besar mengalami intensitas
nyeri sedang dengan tingkat depresi
sedang. (42)
Setelah dilakukan analisis data secara
statistik dengan Spearman Rank
Correlation didapatkan p = 0,001
yang berarti p < 0,05. Dari hasil
perhitungan statistik disimpulkan
bahwa ada hubungan intensitas nyeri
9
dengan tingkat depresi pada pasien
nyeri kepala primer.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan terhadap 41 pasien nyeri kepala
primer di Poliklinik Saraf RSUDZA
Banda Aceh, dapat disimpulkan bahwa :
Terdapat hubungan antara intensitas nyeri
dan tingkat depresi pada pasien nyeri
kepala primer. Pola intensitas nyeri
dengan tingkat depresi pada pasien nyeri
kepala primer adalah intensitas nyeri
sedang dengan tingkat depresi sedang.
SARAN
1. Perlu dilakukan penyuluhan dan
promosi kesehatan kepada
masyarakat dari tenaga kesehatan
mengenai besarnya pengaruh nyeri
kepala primer pada aktifitas sehari-
hari yang ada kecenderungan
terjadi depresi.
2. Perlu dilakukan suatu upaya
penapisan dini gangguan depresi
secara rutin pada penderita nyeri
kepala primer dengan mencari
gejala gangguan depresi yang
banyak terjadi. Keadaan ini dapat
tercapai melalui kerjasama yang
baik antara Departemen Ilmu
Penyakit Saraf dan Ilmu
Kedokteran Jiwa, juga dalam
tatalaksana komprehensif penderita
nyeri kepala primer yang memiliki
komorbiditas gangguan depresi
sehingga mencegah prognosis yang
kurang baik dan meningkatkan
kualitas hidup penderita.
3. Perlu penelitian lebih lanjut
mengenai intensitas nyeri dan
tingkat depresi pada pasien nyeri
kepala primer dengan menilai
faktor-faktor internal dan eksternal
serta penegakan diagnosa depresi
oleh ahli jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Atlas of Headache Disorders and Resources in the World 2011 USA: World Health Organization; 2011;:p.72
2. Olesen J, Bousser MG, Diener HC, Dodick D, First M. The International Classification of Headache Disorders. In International Headache Society; 2004; England: IHS. p. 12-15.
3. Benoliel R and Eliav E. Primary Headache Disorders. Dent Clin N Am. 2013 December; 57: p. 513-539.
4. Robbin MS and Lipton RB. The Epidemiology of Primary Headache Disorders. PubMed. 2010 April 30;: p. 122-123.
5. Feoktistov A and Diamond M. Diagnosing and Understanding Adult Headache. ScienceDirect. 2013;: p. 213.
6. Price SA and Wilson LM.
10
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC; 2005;:p.1106.
7. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Made DI, editor. Jakarta: Bina Rupa; 2010;:p.56.
8. Sharpe L, Sensky T, Allard S. The Course of Depression in recent onset headache. J Psychosom Res. 2010; 51: p. 713-719.
9. Soderlin M, Hakala M, Nieminen P. Anxiety and Depression in a Community-based headache population. Scand J. 2010; 29: p. 177.
10.
PERDOSSI. Konsensus Nasional III Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri Kepala Machfoed MH, Suharjanti I, editors. Surabaya: Airlangga University Press; 2010;:p.1-12.
11.
Brian E and Geeney M. Tension-Type Headache. Techniques in Regional Anesthesia and Pain Management. 2009; 13: p. 16-19.
12.
Strahle J and Sagher O. Deep Brain Stimulation of the Posterior Hypothalamus for Cluster Headache—How High Should the Threshold Be? World Neurosurgery. 2013;: p. 1-3.
13.
Diamond S and Franklin M. Headache through the Ages. Elsevier. 2005;: p. 11-12.
14.
Wong T, Wong K, Yu T. Prevalence of Migraine. Cephalgia. 2005;: p. 221-222.
15 Rozen T, Swanson J, Stang P. Incidence of Medically
. Recognized Migraine. Headache. 2010;: p. 453-454.
16.
Crystal S and Robbins M. Epidemiology of Tension type Headache. Curr Pain Headache Rep. 2010; 14: p. 449-454.
17.
Schwartz B and Stewart W. Epidemiology of Tension-type Headache. J Am Med Assoc. 2008; 5: p. 381-383.
18.
Blanda M. Cluster Headache. Medical Scape. 2013; 14: p. 1-9.
19.
Milanov I, Bogdanova D, Chenko P. Trigemino-Cervical Reflex in Patients with Headache. Cephalgia. 2003; 23: p. 33-38.
20.
Bolay H, Moskowitz M, Pavlyun G. Mechanism of Pain Modulation in Chronic Syndromes. Neurology. 2012; 59: p. 2-7.
21.
Machelska H, Heppenstall P, Stein C. Breaking the Pain Barrier. Nat Med. 2003; 11: p. 1353-1354.
22.
Cecchini A, Sandrini , Fokin I, Moglia A, Nappi G. Trigeminofacial Reflexes in Primary Headaches. Cephalalgia. 2013; 23: p. 33-41.
23.
Lake A, Saper J, Robert O. Chronic Headache : New Advances in Treatment Strategies. Neurology. 2012; 59: p. 8-13.
24.
Buzzi M, Tassolrelli C, Nappi G. Peripheral and Central Activation of Trigeminal Pain Pathways in Migraine : Data from Experimental Animal Models. Cephalalgia. 2003; 23: p. 1-4.
25 Maslim R. Buku Saku Diagnosis
11
. Gangguan Jiwa Jakarta: PT. Nuh Jaya; 2001;:p.53.
26.
Dadang H. Manajemen Stress, cemas dan depresi. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Pendidikan Dokter; 2004;:p.17.
27.
Ghoge H, Sharma S, Parikh R. Cerebrovascular disease and depression. Curr Psychiatry Rep. 2009; 5: p. 231-238.
28.
Goetz C. Cerebrovascular Disease. 3rd ed. Philadelphia: Saunders; 2007 ;:p.263.
29.
Bress K. The Everything Health Guide to Depression : Reassuring Advice to Help You Feel like ypurself again. Adams. 2008; 50: p. 345.
30.
WHO. The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disoredes. In. USA: WHO; 2010;:p. 12.
31.
Beck AT, Steer RA, Brown GK. Beck Depression Inventory II. Psychiartry Rep. 2006;: p. 1-3.
32.
Aldiansyah D. Tingkat Depresi pada Pasien Kanker Serviks Uteri di RSUPHAM dan RSUPM dengan Menggunakan Skala Beck Depression Inventory II. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kedokteran; 2008;:p.34.
33.
Tomb DA. Buku Saku Psikiatri Gangguan Mood. 6th ed. Jakarta: EGC; 2004;:p.34.
34.
Herr K. Pain assessment strategies in older patients. J Pain. 2011 March; 12(3);:p.13.
35.
Steven D, Waldman M, Jack R. The measurement of pain: Objectifying the Subjective. In: Pain Management. Elsevier. 2007; 13: p. 18-20.
36.
Treede R, Jensen T, Campbell J, Cruccu G. Redifinition of neuropathic pain and a grading system for clinical use: consensus statement on clinical and research. Neurology. 2008; 70: p. 1630.
37.
Lueser JD, Melzack R, Holdcraft A. Pain : an Overview. The Lancet. 2011; 353: p. 1607.
38.
Turk DC, Okifuji A, Sherly H. Pain Terms and Taxonomies of Pain. Bonica's management of Pain. 2010; 34: p. 17-25.
39.
Walderstorm A, Thelin J, Thimansson A, Levinson A. Developmental Learning in Pain Related System : Evidence for a cross modality mechanism. J Neurosci. 2013; 23: p. 19-25.
40.
Wikström L, Eriksson K, Årestedt K. Healthcare Professionals' Perceptions of the Use of Pain Scales in Postoperative. Sciencedirect. 2014; 27: p. 53-58.
41.
Young LJ, Stone E, Wakabayashi H. Issues in combining the categorical and visual analog scale for the assessment of perceived thermal sensation: Methodological and conceptual considerations. Sciencedirect. 2010 March; 41(2): p. 282-290.
42.
Iqbal KM, Septian A, Sjahrir H. Perbandingan Nilai Visual Analogue Scale dengan Skala Verbal Derajat Nyeri Kepala pada Penderita Nyeri Kepala Primer di
12
RSUP H. Adam Malik Medan. Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Ilmu Penyakit Saraf; 2005;;p.279-285.
43.
Beghi E, Allais G, Cortelli P, Amico D, De Simons R, De Onofrio F. Headache and Anxiety-Depressive Disorder Comorbidity : the HADAS study. Neurol Sci. 2007; 28(2): p. 217-219.
44.
Priharjo R. Perawatan Nyeri : Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien Jakarta: EGC; 2003;:p.54.
45.
Saddock BJ and Saddock VA. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences and Clinical Psychiatry. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007;:p.201-204.
46.
Stahl SM. Essential Psychopharmacology : Neuroscientific Basis and Practical Applications. 2nd ed. Cambridge: Cambridge University Press; 2010;:p.45-54.
47.
Steptoe A, Stansfeld S, Rasul F. Psychosocial Factors, Depression and Illness New York: Cambridge University Press; 2007;:p.67-71.
48.
Matta AP and Moreira PF. Depressive Symptoms and Anxiety in Patients with Chronic and Episodic Tension Type Headache. Arq Neuropsiquiatr. 2003; 61(4): p. 991-994.
49.
Cassidy EM, Tomkins E, Hardiman O, O'Keane V. Factors associated with Burden of Primary Headache in a Specialty Clinic. Headache. 2003; 43(6): p. 638-644.
50.
Silberstein SD, Lipton RB, Dalessio DJ. Wolff's Headache and Other Head Pain. 7th ed. New York: Oxford University Press; 2001;:p.78.
51.
Torelli P, Abrignani G, Castellini P, Lambru G, Manzoni GC. Human Psyche and Headache : Tension Type Headache. Neurol Sci. 2008; 29: p. 93-95.
52.
Clark MR, Treisman GJ, Chelli O. Pain and Depression an Interdisciplinary Patient-centered Approach. Headache. 2014; 31(2): p. 1-5.
13
14