asidi alkalinitas
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN
PERCOBAAN 2
ASIDI-ALKALINITAS
OLEH :
NAMA : ERIKA AGUSTINI
NIM : H1E107013
KELOMPOK : 4 (EMPAT)
ASISTEN : M. ENDI APRIANDI
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2009
PERCOBAAN II
ASIDI-ALKALINITAS
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar asidi alkali
pada suatu sampel air.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Istilah analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang
dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif
dengan larutan dari zat yang akan ditetapkan. Larutan dengan kekuatan
(konsentrasi) yang diketahui tepat itu, disebut larutan standar. Bobot zat yang
hendak ditetapkan, dihitung dari volume larutan standar yang digunakan dan
hukum-hukum stoikiometri yang diketahui (Bassett dkk, 1994).
Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari
empat golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri.
Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas, atau basa yang terbentuk
karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu asam
standar (asidimetri), dan titrasi asam bebas, atau asam yang terbentuk dari
hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan suatu basa standar
(alkalimetri) (Bassett dkk, 1994).
Asiditas (keasaman) adalah banyaknya basa yang diperlukan untuk
menetralkan asam dalam air. Pada umumnya yang menyebabkan keasaman
dalam air adalah:
CO2, umumnya terdapat dalam air permukaan dimana CO2 diserap dari
udara jika tekanan CO2 dalam air <> 2 dalam udara. CO2 juga terdapat
dalam air karena proses dekomposisi (oksidasi) zat organik oleh
mikroorganisme. Umumnya juga terdapat dalam air yang telah tercemar.
Asam mineral, umumnya terdapat dalam air limbah industri pengolahan
logam atau pembuatan senyawa kimia. Kadang-kadang juga terdapat dalam
air alam.
Asam humus, umumnya terdapat dalam air rawa atau danau karena adanya
rumput-rumputan atau tumbuh-tumbuhan yang hidup dalam air tersebut
melepaskan senyawa asam dan warna (Wempi, 2009).
Air yang bersifat asam dapat mempercepat pengkaratan dari pipa-pipa air,
apabila pipa-pipa tersebut tidak terbuat atau dilindungi bahan tahan karat.
Untuk menanggulangi hal tersebut, maka pH air harus dinaikkan dengan
menambahkan senyawa kimia yang bersifat basa, pada umumnya digunakan
kapur (CaO)(Wempi, 2009).
Alkalinitas adalah banyaknya asam yang diperlukan untuk menetralkan
basa dalam air. Prinsip kerja dari proses asidi-alkalimetri adalah CO2, asam
mineral, dam asam humus dalam air dinetralkan oleh larutan standar basa dan
asam dengan indikator phenolphtalein dan metil jingga (Wempi, 2009).
Suatu larutan standar adalah larutan yang mengandung reagensia dengan
bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu suatu larutan. Larutan
standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung
ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang
terjadi. Suatu zat standar primer harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan
(sebaiknya pada suhu 110-120oC).
2. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-kondisi
ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi
oleh udara, atau dipengaruhi oleh karbondioksida. Standar ini harus dijaga
agar komposisinya tak berubah selama penyimpanan.
3. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif
atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor,
umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).
4. Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan
penimbangan dapat diabaikan.
5. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.
6. Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap.
Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat
dengan eksperimen.
Sedangkan standar sekunder adalah suatu zat yang dapat digunakan untuk
standarisasi, dan yang kandungan zat aktifnya telah ditemukan dengan
pembandingan terhadap suatu standar primer (Bassett dkk, 1994).
Larutan standar biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret. Proses
penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi, dan zat
yang akan ditetapkan, dititrasi. Titik (saat) mana reaksi itu tepat lengkap,
disebut titik ekuivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Lengkapnya titrasi,
lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat di salah lihat
oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar itu sendiri, atau lebih lazim lagi,
oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator
(Bassett dkk, 1994).
Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk
fluoresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator asam
basa terletak pada titik ekuivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapat
berupa asam atau basa, larut, stabil dan menunjukkan perubahan warna yang
kuat serta biasanya adalah zat organik. Perubahan warna disebabkan oleh
resonansi isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang
berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang
berbeda (Khopkar, 1990).
Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam sulphonic di mana di dalam
suatu larutan banyak terionisasi, dan dalam lingkungan alkali anionnya
memberikan warna kuning, sedangkan dalam suasana asam metil jingga
bersifat sebagai basa lemah dan mengambil ion H+, terjadi suatu perubahan
struktur dan memberikan warna merah dari ion-ionnya (Vogel, 1990).
Fenolphtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang
tidak terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa
fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang
karena anionnya (Vogel, 1990).
Fenolphtalein dengan jangkauan pH 8,0 ke 9,6, merupakan indicator yang
cocok untuk titik akhir yang pertama, karena pH suatu larutan NaHCO3 adalah
½(pKa1 + pKa2) atau 8,35. Jingga metil dengan jangkauan pH 3,1 ke 4,4 cocok
untuk titik akhir yang kedua. Suatu larutan jenuh CO2 mempunyai pH sekitar
3,9. Titik akhir kedua dapat sangat diperbaiki dengan menyingkirkan CO2.
Biasanya sampel-sampel yang mengandung hanya natrium karbonat (soda asli)
dinetralkan ke titik jingga metil, dan ditambahi asam berlebih (Underwood,
1986).
Bila suatu larutan standar NaOH menyerap CO2, normalitas larutan akan
terpengaruh jika digunakan indikator fenolphtalein. Juga disebut bahwa
campuran karbonat dan hidroksida, atau karbonat dan bikarbonat, dapat
ditetapkan dengan titrasi dengan menggunakan indikator fenolphtalein dan
jingga metil. Nilai pKa pertama asam karbonat adalah 6,34 dan yang kedua
10,36, sehingga selisisihnya adalah 4,02 satuan. Maka diharapkan ada patahan
yang cukup nyata antara kedua kurva dalam hal ini, namun Ka1 begitu kecil
sehingga patahan pada titik kesetaraan pertama jelek. Biasanya ion karbonat
dititrasi sebagai suatu basa dengan suatu asam kuat sebagai titran, dalam hal
mana akan diperoleh dua patahan yang cukup nyata, yang sesuai dengan
reaksi:
CO32- + H3O+ HCO3
- + H2O
HCO3- + H3O+ H2CO3
- + H2O (Underwood, 1986).
III. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini meliputi pipet volumetri,
pipet tetes, gelas beaker, buret, labu erlenmeyer.
B. BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini meliputi NaOH 0,1 N,
larutan asam oksalat (H2C2O4.2H2O) 0,1 N, HCl 0,1 N, larutan Natrium Tetra
Borat 0,1 N, Indikator fenolphtalein 0,035 %, aquades, etanol, metil orange 0,1
%, dan sampel limbah industri.
IV. CARA KERJA
A. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N
1. Mengambil 25 ml asam oxalat 0,1 N
2. Menambahkan 4 tetes indikator fenolphtalein 0,035 %
3. Mentitrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berubah menjadi warna
merah muda dan dan mencatat banyaknya larutan NaOH yang
digunakan.
B. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N
1. Mengambil 25 ml Natrium Borat 0,1 N
2. Menambahkan 5 tetes indikator metil orange 0,1%
3. Mentitrasi dengan HCl 0,1 N sampai berwarna orange dan mencatat
banyaknya larutan HCl yang digunakan.
C. Pengukur Asidi Alkalinitas
1. Mengambil 25 ml sampel limbah industri
2. Menambahkan 5 tetes indikator fenolphtalein
3. Mentitrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berwarna merah muda
Asiditas
1. Mentitrasi sampel dengan NaOH 0,1 N sampai berwarna
merah muda
2. Menambahkan 3 tetes metil orange 0,1 %
3. Mentitrasi dengan HCl 0,1 N hingga berwarna orange dan
mencatat banyaknya larutan HCl yang digunakan.
Alkalinitas
1. Mentitrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai cairan tidak
berwarna, dan mencatat banyaknya larutan HCl yang
digunakan.
2. Menambahkan 3-5 tetes indikator metil orange 0,1 %
3. Mentitrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai cairan berubah
warna menjadi orange dan mencatat banyaknya lrutan HCl
yang digunakan.
D. Pengukur Asidi Alkalinitas Berdasarkan SNI 06-2422-1991
Asiditas Metil Orange (pH air < 4,3)
1. Mengambil 50 ml sampel limbah industri
2. Menambahkan 3 tetes metil orange
3. Mentitrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berwarna orange dan
mencatat banyaknya larutan NaOH yang digunakan.
Asiditas Total (pH air < 8,3)
1. Mengambil 50 ml sampel limbah industri
2. Menambahkan 2 tetes indikator fenolphtalein
3. Mentitrasi dengan NaOH 0,1 sampai berwarna merah muda dan
mencatat banyaknya larutan NaOH yang digunakan.
Alkalinitas Penolphtalein
1. Mengambil 50 ml sampel limbah industri
2. Menambahkan 4 tetes indikator fenolphtalein
3. Mentitrasi dengan HCl 0,1 N sampai berwarna merah tepat hilang
dan mencatat banyaknya larutan HCl yang digunakan.
Alkalinitas Total
1. Mengambil 50 ml sampel limbah industri
2. Menambahkan 4 tetes indikator fenolphtalein
3. Mentitrasi dengan HCl 0,1 N sampai berwarna orange dan mencatat
banyaknya larutan HCl yang digunakan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
No. Langkah Percobaan Hasil
1. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N
1. Mengambil 25 ml asam oxalat
0,1N
2. Menambahkan 4 tetes indikator
fenolphtalein 0,035 %
3. Mentitrasi dengan NaOH 0,1 N
sampai berubah menjadi warna
merah muda dan dan mencatat
banyaknya larutan NaOH yang
digunakan.
Tidak berwarna
Vtitrasi = 27,2 ml
Warna merah muda
2. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N
1. Mengambil 25 ml Natrium Borat
0,1 N
2. Menambahkan 5 tetes indikator
metil orange 0,1%
3. Mentitrasi dengan HCl 0,1 N
sampai berwarna orange dan
mencatat banyaknya larutan HCl
yang digunakan.
Warna kuning
Vtitrasi = 11 ml
Warna kuning tua
3. Pengukur Asidi Alkalinitas
1. Mengambil 25 ml sampel limbah
industri
2. Menambahkan 5 tetes indikator
fenolphtalein
Asiditas
1. Mentitrasi sampel dengan
NaOH 0,1 N sampai
berwarna merah muda
Warna limbah tidak
berubah, maka dilakukan
asiditas
Vtitrasi = 0,6 ml = p
Warna merah muda
2. Menambahkan 3 tetes metil
orange 0,1 %
3. Mentitrasi dengan HCl 0,1
N hingga berwarna orange
dan mencatat banyaknya
larutan HCl yang
digunakan.
Warna orange
Vtitrasi = 1,4 ml = m
Warna orange tua
4. Pengukur Asidi Alkalinitas
Berdasarkan SNI 06-2422-1991
Asiditas Metil Orange (pH air
<4,3)
1. Mengambil 50 ml sampel
limbah industri
2. Menambahkan 3 tetes metil
orange
3. Mentitrasi dengan NaOH 0,1
N sampai berwarna orange
dan mencatat banyaknya
larutan NaOH yang
digunakan.
Asiditas Total (pH air < 8,3)
1. Mengambil 50 ml sampel
limbah industri
2. Menambahkan 2 tetes
indikator fenolphtalein
3. Mentitrasi dengan NaOH 0,1
sampai berwarna merah muda
dan mencatat banyaknya
larutan NaOH yang
digunakan.
Warna kuning
Vtitrasi = 19,9 ml
Warna sampel limbah tidak
berubah
Vtitrasi = 2 ml
Warna merah pucat
Alkalinitas Fenolphtalein
1. Mengambil 50 ml sampel
limbah industri
2. Menambahkan 4 tetes
indikator fenolphtalein
3. Mentitrasi dengan HCl 0,1 N
sampai berwarna merah tepat
hilang dan mencatat
banyaknya larutan HCl yang
digunakan.
Alkalinitas Total
1. Mengambil 50 ml sampel
limbah industri
2. Menambahkan 3 tetes
indikator metil orange
3. Mentitrasi dengan HCl 0,1 N
sampai berwarna orange dan
mencatat banyaknya larutan
HCl yang digunakan
Vtitrasi = 12,4 ml
Warna merah tua
Warna kuning
Vtitrasi = 1,3 ml
Warna orange
B. PERHITUNGAN
1. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N
Diketahui : V NaOH = 27,2 ml
V asam oxalat = 25 ml
Ditanya : Normalitas NaOH = ...?
Jawab : Normalitas NaOH = 25 0,1
ml NaOH
=
2. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N
Diketahui : V HCl = 11 ml
VNatrium Tetra Bonat = 25 ml
Ditanya : Normalitas HCl =...?
Jawab : Normalitas HCl = 25 0,1
ml HCl
=
3. Perhitungan Asiditas - Alkali
Diketahui : p = 0,6 ml
m = 1,4 ml
Vsampel = 25 ml
NNaOH = 0,092 N
Ditanya : CO2 =…?
HCO3 – =…?
Jawab : p < m, maka air tersebut mengandung CO2 & HCO3 –
CO2 = 2 p NNaOH
= 40 2.0,6 0,092 22
= 97,152 mg/l
HCO3- = {(m N HCl) – (p N NaOH)} 61
= (40 { (1,4.0,227)- (0,6.0,092) } 61
= 40 0,263 61
= 641,72 mg/l
4. Pengukur Asidi Alkalinitas Berdasarkan SNI 06-2422-1991
a. Asiditas Methyl orange
Diketahui : V titrasi NaOH = 19,9 ml
NNaOH = 0,092 N
Ditanya : Asiditas methyl orange =...?
Jawab : Asiditas Methyl orange (mg/l CaCO3 )
= mlNaOH NNaOH
= 19,9ml 0,092N
= 915 mg/l CaCO3
b. Asiditas Total
Diketahui : V titrasi NaOH = 2 ml
NNaOH = 0,092 N
Ditanya : Asiditas Total = ...?
Jawab : Asiditas Total = mlNaOH NNaOH
= 2 ml 0,092N
= 92 mg/l CaCO3
c. Alkalinitas fenolphtalein
Diketahui : Volume titrasi HCl = 12,4 ml
NHCl = 0,227 N
Ditanya : Alkalinias fenolphtalein
Jawab :
Alkalinitas Fenolphtalein = mlHCl NHCl
= 12,4 ml 0,227N
= 1407,4 mg/l CaCO3
d. Alkalinitas Total
Diketahui : V titrasi HCl = 1,3 ml
HCl = 0,227 N
Ditanya : Alkalinitas Total = ...?
Jawab : Alkalinitas total = mlHCl NHCl
= 1,3ml 0,227N
= 147,55 mg/l CaCO3
C. PEMBAHASAN
1. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N
Standarisasi larutan NaOH 0,1 N dilakukan dengan
mentitrasikannya dengan 25 ml asam oxalat yang juga telah dibuat
sebelumnya dengan nilai konsentrasi 0,1 N. Dengan menambahkan 4 tetes
indikator fenolphtalein 0,035 %, larutan asam oxalat dititrasi sampai
warnanya berubah menjadi merah muda. Dalam proses titrasi ini NaOH
yang terpakai untuk titrasi adalah 27.2 ml. Nilai ini digunakan untuk
perhitungan penentuan konsentrasi NaOH. Dari hasil perhitungan
diperoleh nilai 0,092 N.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
H2C2O4 (aq) + NaOH (aq) Na2C2O4 (aq) + H2O (aq)
Standarisasi ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dari NaOH
yang belum diketahui, dan tidak dapat digunakan sebagai standar primer,
yang mana nilai konsentrasi NaOH tersebut juga akan memudahkan untuk
melakukan perhitungan asidi alkali pada sampel air.
2. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N
Seperti standarisasi NaOH, langkah kerja untuk standarisasi HCl
juga sama. 25 ml Natrium Tetra Borat yang sudah dibuat sebelumnya
dengan nilai konsentrasi 0,1 N, ditambahkan dengan 5 tetes indikator
metil orange 0,1% yang menyebabkan warna larutan menjadi kuning.
Kemudian Natrium Tetra Borat yang sudah ditambahkan indikator
dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N hingga berubah warna menjadi kuning
yang lebih tua atau mendekati jingga.
Dalam praktikum ini, volume HCl yang terpakai untuk mentitrasi
Natrium Tetra Borat hingga berubah warna adalah 11 ml. Yang mana
nilai ini juga akan digunakan untuk perhitungan penentuan konsentrasi
HCl. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai 0,227N. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :
Na2B4O7.10H2O + 2 HCl 2 NaCl + 4 H3BO3 + 5 H2O
3. Pengukur Asidi Alkalinitas
Pengukuran asidi alkali dilakukan untuk mengetahui bersifat asam
atau basa suatu larutan dengan indikasi perubahan warna oleh
penambahan indikator. Sebanyak 25 ml sampel limbah ditetesi dengan 5
tetes indikator fenolphtalein. Setelah dikocok dan didiamkan beberapa
saat warna sampel limbah tidak berubah. Hal ini, menyatakan bahwa
limbah bersifat alkali. Oleh karena alkali, sampel diperlakukan dengan
prosedur langkah untuk asiditas. Yaitu mentitrasikan dengan NaOH 0,1 N
hingga larutan berubah menjadi merah muda. Dalam langkah ini, volume
NaOH yang digunakan sebanyak 0,6. Diteruskan dengan menambahkan 3
tetes indikator metil orange 0,1 %, yang membuat larutan berwarna
orange. Dengan mentitrasikannya lagi dengan HCl 0,1 N larutan berwarna
orange tua. Disini diperlukan 1,4 ml untuk mengubah larutan tersebut.
Sifat alkali pada sampel ini dimungkinkan karena kandungan larutan
sabun di dalamnya, karena limbah yang digunakan disini adalah air dari
proses pencucian botol pada industri sirup dan saus tomat.
Pengukuran asidi-alkalinitas ini juga ditujukan untuk mengetahui
kandungan CO2 dan HCO3-. Oleh karena itu, pengukuran haruslah
dilakukan sesegera mungkin setelah sampel diambil, yang biasanya
dilakukan lansung dilapangan, karena gas CO2 mudah berubah.
Dengan nilai p sebanyak 0,6 ml yang didapat dari volume NaOH yang
digunakan untuk mentitrasi sampel limbah dan nilai m sebanyak 1,4 ml
yang didapat dari volume HCl yang digunakan untuk memtirasi sampel
limbah yang dianggap sebagai alkali oleh tidak berubahnya sampel ketika
ditambahkan indikator FENOLPHTALEIN, sehingga dilakukan prosedur
kerja asiditas untuk mendapatkan nilai p dan m.
Dari perhitungan, dengan p < m didapatkan nilai CO2 sebesar 97,152
mg/l, dan nilai HCO3- sebesar 641,72 mg/l.
4. Pengukuran Asidi Alkalinitas Berdasarkan SNI 06-2422-1991
Pengukuran asidi alkalinitas berdasarkan SNI 06-2422-1991
dilakukan untuk mendapatkan nilai yang sudah distandarkan oleh Standar
Nasional Indonesia (SNI). Pengukuran dilakukan dengan empat prosedur
kerja, yaitu untuk pengukuran asiditas metil orange (pH air < 4,3),
asiditas total, alkalinitas phenol phtalin,dan alkalinitas total.
Dengan 50 ml sampel limbah yang ditambahkan 3 tetes metil
orange, sampel dititrasi dengan NaOH 0,1N dari warna kuning hingga
menjadi kuning tua atau orange. Dalam praktikum ini, NaOH yang
terpakai sebanyak 19,9ml. Dan dalam perhitungan didapatkan nilai
asiditas metil orangenya adalah 915 mg/l CaCO3.
Asiditas total juga diukur dengan menggunakan 50 ml sampel
limbah yang ditambahkan 2 tetes indikator FENOLPHTALEIN yang
kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga larutan berubah
menjadi merah. Pada praktikum ini NaOH yang terpakai untuk titrasi
adalah sebanyak 2 ml dan larutan berubah menjadi warna merah pucat.
Dari perhitungan 1. nilai asiditas total sebesar 92 mg/l CaCO3.
Digunakan lagi 50 ml sampel limbah untuk pengukuran alkalinitas
penolphtalein, kemudian ditambahkan 4 tetes indikator
FENOLPHTALEIN, warna limbah tetap agak kemerahan, setelah dititrasi
dengan HCl sebanyak 12,4 ml. Larutan berwarna merah yang lebih tua
dari sebelumnya. Dengan volume titrasi tersebut pada perhitungan
didapatkan nilai alkalinitas phenol phthalin sebesar 1407,4 mg/l CaCO3.
Terakhir, untuk mengukur alkalinitas total digunakan 50 ml sampel
limbah yang kemudian ditambahkan 3 tetes metil orange hingga larutan
berwarna kuning, dengan dititrasi oleh HCl larutan berubah menjadi
warna orange, dan tercatac volume HCl yang digunakan adalah sebanyak
1,3 ml. Dan dari perhitungan didapatkan nilai alkalinitas total sebesar
147,55 mg/l CaCO3.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Asidi-alkalintas atau reaksi penetralan merupakan titrasi yang melibatkan
asam dan basa sebagai pereaksinya.
2. Larutan standar yang digunakan dalam percobaan ini adalah NaOH dengan
konsentrasi 0,092 N dan HCl dengan konsentrasi 0,227 N.
3. Sampel limbah industri yang digunakan bersifat alkali dengan nilai CO2
sebesar 97,152 mg/l dan HCO3- sebesar 641,72 mg/l.
4. Pengukuran asidi alkalinitas berdasarkan SNI 06-2422-1991 untuk
mengetahui asiditas metil orange (pH air < 4,3), asiditas total, alkalinitas
phenol phtalin,dan alkalinitas total yang berturut-turut nilai yang didapat
adalah 915 mg/l CaCO3, 92 mg/l CaCO3, 1407,4 mg/l CaCO3, dan 147,55 mg/l
CaCO3.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kartika, Yogyakarta.
Jeffries, M. and Mills, D. 1996. Fresh Water Ekology, Principles, and A Fenolphtaleinlication. John Willey and Sons, Chichester, UK. 285p.
Khopakar, S.M.2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press, Jakarta
Vogel, A I. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro. Edisi kelima. Kalman Media Pustaka, Jakarta
Wempi. 2009. Kimia Airhttp://wempigembul.blogspot.com Diakses 11 oktober 2009