askeb inc (intra natal care)
DESCRIPTION
Wajib Leave Comment yah :)kesulitan download? contact me di :twitter: @irmafitrianaFB: Irma Sari Fitrianakunjungi blog :midwifenote.blogspot.comisinya yahud :DDTRANSCRIPT
ASUHAN KEBIDANAN
Pada Ny.“I” GIPoooo UK 37/38 Minggu
INPARTU KALA 1 FASE AKTIF
DI RSIA IBI SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan antara 36-
42 minggu, baik melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan spontan belakang kepala, dengan
atau tanpa penyulit.
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. (APN 2008 : 37)
Faktor yang berpengaruh dalam menentukan jalannya persalinan yaitu, power,
passage, passanger, psikis, penolong dan posisi. Walaupun 85% persalinan berjalan normal,
namun 15% nya dijumpai komplikasi-komplikasi yang memerlukan penanganan khusus.
Antenatal care merupakan metode yang digunakan dalam pemecahan masalah tersebut. Selain
itu, diperlukan asuahan yang optimal untuk menuju persalinan yang diharapkan.
Atas dasar latar belakang ini, penulis akan menjelaskan tentang asuhan kebidanan
pada ibu bersalin sesuai dengan standart kompetensi kebidanan sehingga dapat memberikan
kualitas persalinan yang memadai.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin fisiologis
dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan manajemen kebidanan kompetensi
di Indonesia.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data Subjektif dan Objektif pada
persalinan fisiologis
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah pada persalinan
fisiologis
3. Mahasiswa mampu mengembangkan rencana tindakan asuhan kebidanan
menyeluruh pada persalinan fisiologis
4. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan yang
menyeluruh sesuai kebutuhan ibu bersalin
5. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan pada
persalinan fisiologis
1.2.3 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Menguraikan Latar Belakang, Tujuan, Sistematika Penulisan
BAB II Tinjauan Teori
Menguraikan tentang konsep dasar Persalinan normal
BAB III Tinjauan Teori
Menguraikan tentang Pengkajian data Subjektif dan Objektif, Assessment dan
Planning
BAB IV Penutup
Menguraikan tentang Kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) pada usia
kehamilan antara 36-42 minggu, melalui jalan lahir, spontan belakang kepala, baik disertai
dengan penyulit atau tanpa penyulit.
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. (APN 2008 : 37)
Persalinan adalah proses membuka dan menpisnya serviks dari janin turun ke dalam
jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan
lahir. (Sarwono 2001)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba 1989 : 1)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi(janin dan uri) yang dapat hidup
ke dunia luar dari rahim melaluui jalan lahir / jalan lain. (Rustam Mochtar 2008 : 91)
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hamper cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin
dari tubuh ibu. (Bagian obgin FK UNPAD Bandung 1983 : 221)
2.2 Klasifikasi
Bentuk-bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut :
1. Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan
lahir.
2. Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar, misal dengan vakum ekstraksi
atau sectiocaesaria.
3. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan
rangsangan, misalnya dengan memberikan piticin/prostagalandin atau pemecahan
ketuban.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang dilahirkan
sebagai berikut :
1. Abortus
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 22 minggu atau bayi dengan berat
badan kuarang dari 500 gram.
2. Partus immaturus
Pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan antara 22 - 28 minggu atau dengan
berat badan antara 500-999 gram.
3. Partus prematurus
Pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup pada usia kehamilan antara 28 - 37
minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000-2999 gram.
4. Partus maturus atau partus aterm
Pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan 37 minggu dan 42 minggu atau bayi
Dengan berat badan 2500 gram atau lebih.
5. Partus post maturus atau partus serotinus
Pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan lebih dari 42 minggu.
Istilah –istilah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan adalah :
1. Gravida : Wanita yang sedang hamil
2. Primigravida : Wanita yang hamil untuk pertama kali.
3. Para : Wanita yang pernah melahirkan bayi aterm
4. Primipara : Wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak 1 x
5. Multipara : Wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali.
dimana persalinan tersebut tidak lebih dari 5 x.
6. Grandlemultipara : wanita yang telah melahirkan janin aterm kebih dari 5 x
2.3 Etiologi/ penyebab terjadinya persalinan
Penyebab persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah teori-teori yang
kompleks antara lain faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh
prostaglandin, pengaruh pada tekanan di syaraf dan nutrisi.
2.3.1 Teori keregangan otot rahim
1. Otot rahim mempunyai kekuatan meregang dalam batas tertentu.
2. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan mulai.
3. Pada kehamilan ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu,
sehingga menimbulkan proses persalinan.
2.3.2 Teori penurunan progesteron
1. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur hamil 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
2. Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif
terhadap oksitosin.
3. Otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron
tertentu.
2.3.3 Teori oksitosin
1. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior.
2. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensivitas otot
rahim sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks.
3. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat
meningkat aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai.
2.3.4 Teori prostalglandin
1. Konsentrasi prostalglandin meningkat saat hamil 15 minggu yang dikeluarkan oleh
desidua.
2. Pemberian prostalglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim
sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
3. Prostalglandin dianggap merupakan pemicu terjadinya persalinan.
2.3.5 Teori hipotalamus – pituitari dan glandula suprarenalis
1. Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi kelambatan
persalinan kareana tidak terbentuk hipotalamus. Teori ini dikemukakan oleh (linggin
1973).
2. Malpar pada tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya kehamilan
kelinci berlangsung lebih lama.
3. Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi
(mulainya) persalinan.
4. Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus pituitari
dengan mulainya persalinan.
5. Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.(manuaba 1998 : 159)
2.3.6 Teori plasenta sudah tua
Pada umur kehamilan 40 minggu mengakibatkan sirkulasi pada plasenta menurun
sehingga terjadi degenerasi trofoblas maka akan terjadi penurunan produksi hormon sehingga
persalinan dapat dimulai.
2.4 Tanda-tanda persalinan
2.3.1 Tanda –tanda permulaan persalinan
1. Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa menjadi lebih enteng
(lightening)
Menjelang minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena
kepala bayi sudah masuk pap yang disebabkan :
kontraksi braxton hicks
ketegangan dinding perut
ketegangan ligamentum rotundum
gaya berat janin dimana kepala ke arah bawah
Masuknya kepala bayike PAP dirasakan ibu hamil :
terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang
dibagian bawah terasa sesak
terjadi kesulitan saat berjalan
sering miksi (sering kencing)
Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan normal antara ketiga
”P” yaitu; Power (kekuatan his), Passage(jalan lahir normal) dan Passager (janin dan
plasenta). Pada multipara gambaranya tidak jelas kareana kepala janin baru masuk PAP
menjelang persalinan.
2. Terjadinya his permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi braxton hicks. Kontraksi ini dapat
dikemukakan sebagi keluhan, karena dirasakan sakit dan mengganggu. Kontraksi
braxton hicks terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesteron dan
memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan makin tua hamil,
pengeluaran estrogen dan progesteron makian berkurang sehingga oksitosin dapat
menimbulkan kontraksi yang lebih sering sebagai his palsu. Sifat his permulaan
(palsu) :
rasa nyeri ringan di bagian bawah
datangnya tida teratur
tidak adanya prubahan pada serviks atau pembawa tanda
durasinya pendek
tidak bertambah bila beraktifitas
3. Perut lebih melebar karena fundus uteri turun
4. Terjadi pengeluaran lendir dimana lendir penutup serviks dilepaskan.
2.4.2 Tanda – tanda persalinan
1. Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifat :
pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan
sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatanya makin besar
mempunyai pengaruh terhadap pendataran atau pembukaan serviks
makin beraktifitas (jalan) kekuatan makin bertambah
2. Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda)
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan :
pendataran dan pembukaan
pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas.
terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
3. Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan.
Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaanlengkap. Dengan pecahnya
ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.
4. Pada pemerisaan dalam, dijumpai perubahan servik (perlunakan serviks, pendataran
serviks dan pembukaan serviks).
2.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan
2.5.1 Power
Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong anaka keluar, serupa
dengan tenaga waktu kita buang air besar tetapi jauh lebih kuat lagi. Tanpa mengejan,
anak tidak dapat keluar seperti pada pasien yang lumpuh. Otot-otot perutnya maka
persalinan harus dibantu dengan forsep setelah pembukaan lengkap dan ketuban
pecah. Tenaga ynag mendorong anak keluar selain his terutama disebabkan oleh
kontraksi otot dinding perut yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat.
Ibu melakukan kontraksi involuter dan volunter secara bersamaan untuk
mengeluarakan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunteer yang
disebutkekuatan primer menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi
usaha volunter dimulai untuk mendorong yang disebut kekuatan sekunder yang
membesar kekuatan kontraksi involunter.
Adapun power saat melahirkan disebabkan oleh :
His
Tenaga mengejan
1. His
His adalah kontraksi otot –otot rahim pada persalinan. Pada bulan terakhir
pada kehamilansebelum persalinan dimulai. Sudah ada kontraksi rahim yang disebut
his palsu yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari pada kontraksi dari
braxton hicks. His pendahuluan ini tidak tertur dan menyebabkan nyeri yang
memencar dari pinggang ke perut bagian bawah dan lipatan paha. Tidak menyebabkan
nyeri yang memencar dari pinggang ke perut bagian bawah seperti his persalinan.
Lamanya kontraksi pendek dan tidak bertambah kuat dengan majunya waktu,
bertentangan dengan his pesalinan yang makin lama makin kuat. Yang paling penting
ialah bahwa his pendahuluan tidak mempunyai pengaruh pada serviks.
His persalinan, walaupun itu suatu kontraksi dari otot-otot rahim yang
fisiologis, akan tetapi bertentangan dengan kontraksi fisiologis lainnya, bersifat nyeri.
Nyeri ini mungkin disebabkan oleh anoxia dari sel-sel otot-otot waktu kontraksi.
Tekanan pada ganglia dalam serviks dan segmen bawah rahim oleh serabut-serabut
otot-otot yang berkontraksi , regangan dari serviks karena kontraksi atau regangan
dan tarikan pada peritonium waktu kontraksi.
Perasaan nyeri tergantung juga pada ambang nyeri dari penderita yang
ditentukan oleh keadaan jiwanya. Kontraksi rahim bersifat otonom tidak dipengaruhi
oleh kemauan, walaupun begitu dapat dipengaruhi dari luar misalnya rangsangan oleh
jari-jaritangan dapat menimbulkan kontraksi
Seperti kontraksi jantung, pada his juga ada “pace maker” yang memulai
kontraksi dan mengontrol frekuensinya. Kontraksi rahim bersifat berkala dan ynag
harus diperhatikan ialah :
Lamanya kontraksi : kontraksi berlangsung 45 detik sampai 7 detik.
Kekuatan kontraksi : menimbulkan naiknya tekanan intrauterin sampai 35
mmHg. Kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba apakah
jari kita dapat menekan dinding rahim kedalam.
Interval anatara dua kontraksi pada permulaan persalinan his timbul sekali
dalam 2 menit.
Menurut faalnya his persalinan dapat dibagi dalam :
His pembukaan ialah his yang menimbulkan pembukaan dari serviks .
His pembukaan ialah his yang mendorong anak keluar dan biasanya disertai
dengan keinginan mengejan.
His pelepasan uri yang melepaskan uri.
2. Tenaga mengejan
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang
mendorong anak keluar selain his terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot
dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan abdominal. Tenaga ini
serupa dengan tenaga mengejan waktu kita ingin buang air besar tapi lebih kuat
lagi.
Rupanya waktu kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang
mengakibatkan bahwa pasien menutup glotisnya, mengontraksikan otot-otot
perutnya dan menekan diafragmanya kebawah. Tenaga mengejan ini hanya dapat
berhasil kalau pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi
rahim. Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta setelah placenta lahir.
Cara meneran yang baik adalah ketika kepala janin sudah memasuki PAP,
ketuban sudah pecah (bila belum harus dipecahkan dahulu). His akan timbul lebih
sering dan merupakan tenaga pendorong janin, disamping itu harus dipimpin
meneran pada waktu ada his dan beristirahat diantara kedua his, ada 2 cara
meneran :
Ibu dalam posisi bernaring merangkul kedua pahanya sampai batas siku,
kepalanya sedikit ditekuk sehingga dagu mendekati dadanya dan ibu dapat
melihat perutnya.
Sikap seperti diatas tetapi badan dalam posisi miring kekiri atau kekanan
tergantung pada letak punggung. Hanya satu dirangkul yakni kaki yang
berada di atas.
Adapun cara meneran yang tidak baik ialah bila kepala bayi belum masuk PAP,
pembukaan belum lengkap, ketuban belum pecah dan tidak ada his tetapi ibu disuruh untuk
meneran.
Passanger
Adalah penumpang yang meliputi janin, placenta dan juga selaput ketuban. Harus
dilahirkan melalui jalan lahir, oleh karena itu placenta dan selaput ketuban dianggapsebagai
penumpang yang menyertai janin.
Janin
1. Berat
Berat bayi normal antara 2500 – 4000 gram. Bayi laki-laki biasanya lebih berat dari
bayi wanita.
2. Panjang
Panjang bayi rata-rata 50 cm. Panjang bayi normal antara 45-55 cm. Bila ada
panjang bayi yang kurang atau melebihi panjang bayi normal maka dicurigai adanya
penyingat penting penyimpangan kromosom.
3. Ukuran kepala janin
Ukuran kepala janin sangat penting unutk mengetahui apakah janin bisa melewati
jalan lahir tanpa penyulit, selain itu ukuran kepala janin penting untuk mengetahui
resiko terjadinya CPD yang dapat mempersulit persalinan.
-Adapun ukuran kepala janin sebagai berikut :
Diameter occipito frontalis : 12 cm
Diameter suboccipito bregmatika : 9,5 cm
Diameter mento occipito : 13,5 cm
Diameter biparietalis : 9,25 cm
Diameter bitemporalis : 8 cm
- Ukuran sirkum ferensia (keliling)
Cirkum ferensia fronto occipitalis : 34 cm
Cirkum ferensia mento occipitalis : 35 cm
Cirkum ferensia suboksipito bregmatika : 32 cm
- Bidang
Plan fronto occipitalis : 34 cm
Plan maxio parientalis : 35 cm
Plan traiteo parientalis : 34 cm
(Rustam Muchtar,1998 : 67)
4. Letak janin
Yaitu hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap sumbu panjang
(punggung ibu). Letak janin normal adalah membujur dengan kepala janin berada di
bawah.
5. Presentasi
Yaitu bagian terendah janin atau menunjukkan bagian janin yang menempati PAP.
Presentasi bayi yang normal adalah suboccipito bregmatika.
Air ketuban dan selaput ketuban
Ruangan yang dilapisi selaput janin (selaput ketuban) berisi air ketuban (liquor
amni)
1. Volume
Volumen air ketuban pada kehamilan cukup bulan adalah 1000 cc – 1500
cc. Bila kurang dari 1000 cc disebut oligohidramnion. Bila volume air
ketuban > 1500 cc disebut polihidramnion.
2. Bentuk
Air ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas, amis dan berasa
manis. Bila air ketuban berwarna hjau atau keruh mengindikasikan adanya
ketidaknormalan bayi dlam keadaan distres.
3. Komposisi
Terdiri atas 98 % air. Sisanya albumin seperti sel-sel epitel, rambut lanugo,
verniks caseosa dan garam-garam organis. Kadar protein kira-kira 2,6 gram/
liter terutama sebagai albumin. BD uir ketuban 1,007 – 1,025.
4. Diproduksi oleh kemcing janin, transudasi dari epitel amnion, asal campuran
(mixed origin) sekresi dari epitel amnion.
5. Perbedaan air ketuban dengan air kencing
Air ketuban bersifat alkalis, baunya anyir dan berwarna putih
kekeruhan.
Air kencing bersifat asam, baunya pesing dan kekuningan.
6. Cara mengenali air ketuban
Dengan kertas lakmus
Makrokospis (bau amis, adanya lanugo, rambut dan verniks)
Labolatorium (kadar urea / ureum rendah dibandingkan dengan kadar
urea dalam urin)
7. Faal air ketuban
Memungkinkan anak bergerak bebas dan tumbuh dengan bebas
kesegala arah karena tekanan pada anak sama pada semua bagiannya.
Hal ini sangat penting karena seandainya anak tertekan oleh alat
disekitarnya maka pertumbuhan tentu terganggu.
Untuk melindungi anak terhadap pukulan-pukulan dari luar adan ibu
terhadap gerakan-gerakan anak. Kalau air ketuban berkurang,
pergerakan anak dirasakan nyeri oleh ibu.
Mempertahankan suhu yang tetap bagi janin.
Waktu persalinan membuka servik dengan mendorong selaput janin
kedalam ostium uteri. Bagian selaput anak yang diatas ostium uteri
yang menonjol waktu his disebut ketuban. Ketuban inilah yang
membuka serviks.
Air ketuban teru menerus diganti. Artinya dibuat tapi jug dialirkan. Hidramnion
misalnya dapat terjadi karena pembuatan berlebihan atau pengaliran tidak sempurna.
Plasenta
Placenta adalah alat transportasi darah, nutrisi, O2 dan juga sisa buangan dari
ibu kepada janin. Plasenta berbentuk bundar dengan ukuran 15x20 cm, tebal
2,5 cm sampai 3 cm. Berat placenta 500 gram. placenta terbentuk sempurna
pada minggu ke 16 dimana desidua parientalis dan desidua kapsularis telah
menjadi satu. Implantasi placenta terjadi pada fundus depan atau belakang.
Fungsi placenta dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Sebagai alat nutritif untuk mendapatkan vahan yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin.
b. Sebagai alat pembuangan sisa metabolisme.
c.Sebagai alat pernapasan dimana janin mengambil O2 dan membuang CO2.
d. Menghasilkan hormon pertumbuhan dan persiapan pemberian ASI.
e.Sebagai alat penyalur antibodi ke tubuh janin.
f. Sebagai barier/ filter
Antara placenta dan janin dihubungankan oleh tali pusat. Panjangnya 25 sampai 25
sampai 60 cm. Diameternya 1-2,5 cm dan terdiri dari dua buah arteri umbilikalis dan satu
buah vena umbilikalis.
Passageway (jalan lahir)
Jalan lahir meliputi bagian keras untuk tulang-tulang panggul dan bagian lunak yaitu
otot-otot panggul.
Bentuk panggul
a. Ginekoid : panggul ideal, bulat 45 %
b. Android : panggul pria, segitiga 15 %
c. Antropoid : lonjong seperti telur 35 %
d. Platipeloid : panggul picak, menyempit arah muka belakang 15 %
Bagian-bagian panggul
1. Bagian keras yang dibentuk oleh 4 buah tulang :
2 tulang pangkal paha (Os Coxae)
1 tulang kelangkang (Os Sacrum)
1 tulang tungging (Os Coccigis)
2. Bagian lunak : diafragma pelvis, dibentuk oleh :
a. Pars muskularis levator ani, yang terdiri dari :
Muskulus pubococcygeus dari os pubis ke septum anococcygeum
Muskulus iliococcygeus dari arkus tendineus muskulus levator ani ke os
cocygis dan septum anoccysigeum.
Muskulus ischiococcygeus dari spina ischiadica ke pinggir os sacrum
dan os cocygis.
b. Pars membranasea
Hiatus urogenitalis
- Terletak antara kedua muskulus pubococcygeus
- Berbentuk segitiga
Diafragma urogenitalis
- Menutupi hiatus urogenitas.
-Dibagian depannya ditembus oleh uretra dan vagina.
c. Regio perineum
Merupakan bagian permukaan pintu bawah panggul. Terbagi menjadi :
-Bagian anal (sebelah belakang) terdapat muskulus sfingter ani
eksternum yang mengelilingi anus dan liang senggama bagian
bawah.
-Regio urogenitalis, terdapat muskulus ischiokavernosus dan muskulus
tranversus perinei superfisialis.
2.5.3.3 Fungsi panggul wanita
1. Bagian Keras
- Panggul besar (Pelvis mayor), menyangga isi abdomen
- Panggul kecil (Pelvis minor), membentuk jalan lahir dan tempat alat genetalia
2. Baian lunak
- Membentuk lapisan dalam jalan lahir
- Menyangga alat genetalia agar tetap dalam posisi normal saat hamil atau nifas
- Saat persalinan, berperan dalam proses persalinan
2.5.3.4 Ukuran panggul
1. Pintu atas panggul (PAP)
PAP merupakan bulatan oval dengan panjang kesamping dan dibatasi oleh :
- Promontorium
- Sayap os sacrum
- Línea terminalis kanan dan kiri
- Ramus superior os pubis kanan dan kiri
- Pinggir atas simfisis pubis.
Pada pintu atas panggul ditentukan tiga ukuran penting yaitu ukuran muka belakang
(konjugata vera), ukuran lintang (diameter tranversa) dan ukuran serong (diameter
obliqua).
Konjugata vera
Diperhitungkan melalui pengukuran kunjugata diagonalis . panjang konjugata
diagonalis antara promontorium dan tepi bawah simpisis. Konjugata vera (CV) = CD
– 1,5 cm. Konjugata obstetrika : ukuran antara promontorium dengan tonjolan simfisis
pubis.
Ukuran melintang
Jarak antara kedua kedua línea terminalis (12,5 cm)
Ukuran obliqua
Jarak antara artikulasio sacro-iliaka menuju tubrkulum pubikum yang bertentangan.
Kedua ukuran ini tidak dapat diukur pada wanita yang masih hidup.
2. Bidang luas panggul
Bidang terluas dalam panggul wanita melintang antara pertengahan simfisis menuju
pertemuan tulang belakang (Os. Sacrum) kedua dan ketiga. Ukuran muka belakangnya
12,75 cm dan ukuran melintang 12,5 cm. Dalam proses persalinan bidang ini tidak
menimbulkan kesukaran.
3. Bidang sempit panggul
Bidang sempit panggul mempunyai ukuran terkecil jalan lahir, membentang setinggi
tepi bawah simfisis menuju kedua spina ischiadika dan memotong tulang kelangkang
(Os. Sacrum) setinggi 1 sampai 2 cm diatas ujungnya. Ukuran muka belakangnya 11,5
cm dan ukuran melintangnya sebesar 10 cm. Bidang ini merupakan titik putar dari
pintu atas panggul menjadi pintu bawah. Pada kesempitan pintu bawah panggul, bidang
ini mengalami penyempitan.
4. Pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul bukanlah merupakan satu bidang tetapi terdiri dari dua
segitigadengan dasar yang sama.
Segitiga depan : dasarnya tuberosis ischiadika dengan dibatasi arkus pubis
Segitiga belakang : dasarnya tuberosis ischiadika dengan dibatasi oleh ligamentum
sacrotuberossom
Ukuran – ukuran pintu bawah panggul :
Ukuran muka belakang
Tepi bawah simfisis menuju ujung tulang kelangka (Os Sacrum) 11,5 cm.
Ukuran melintang
Jarak antara kedua tuberossis ischiadika kanan kiri sebesar 10,5 cm.
Diameter sagitalis posterior
Ujung tulang kelangkang ke pertengahan ukuran melintang 7,5 cm.
2.5.4 Psikis
Perubahan psikologi yang terjadi pada ibu bersalin meliputi :
2.5.4.1 kecemasan mengakibatkan peningkatan hormon seks yang terdiri dari :
a. β endorphin
b. adenocus ericotropin
c. cortisol
d. epinephrin
Hormon – hormon tersebut mempengaruhi otot-otot halus uterus yang dapat
mengakibatkan penurunan kontraksi uterus sehingga menimbulkan distosia.
2.5.4.2 kegelisahan / ketakutan dan respon endokrin akan mengakibatkan :
a. retensi Na
b. ekskresi K
Sehingga dapat mempengaruhi sekresi epinephrin dan dapat menghambat aktivitas
miometrium.
2.5.5 Penolong
Penolong selama persalinan memberikan pengaruh pada ibu yang bersalin untuk
melayani proses persalinan yang sebaik-baiknya.
2.6 Tahapan persalinan
2.6.1 kala I
Kala I merupakan kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga parturient masih dapat berjalan-jalan. Kala satu persalinan terdiri atas dua fase yaitu
fase laten dan fase aktif.
1. Fase laten
Pada fase ini pembukaan sangat lambat,ialah dari pembukaan nol hingga 3
cm. Waktu rata – ratanya 8 jam. Pada saat ini kontraksi mulai teratur tetapi lama nya
masih diantara 20-30 detik.
2. Fase aktif
Pada fase aktif pembukaan lebih cepat. Frekuensi dan lamanya kontraksi
uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/ memadai jika
terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik
atau lebih). Fase ini dapat lagi dalam :
a. Fase accelerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3 sampai 4 cm yang dicapai
dalam 2 jam.
b. Fase kemajuan maksimal dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang dicapai dalam 2
jam.
c. Fase deselerasi (kurangnya kecepata) dari pembukaan 9 sampai 10 cm selama 2
jam.
Jadi lamanya kala I untuk primi 12 jam dan multi 8 jam. Untuk mengetahui
apakah persalinan dalam kala I berjalan sebagaimana mestinya atau tidak. Sebagai
pegangan kita ambil. Kemajuan pembukaan 1 cm sejam primi dan 2 cm sejam bagi
multi, walaupun ketentuan ini sebetulnya belum mutlak benar.
2.6.2 Kala II (kala persalinan)
Gejala – gejala kala II ialah :
1. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 – 100 detik, datangnya tiap
2-3 menit. Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai dengan
keluarnya cairan yang kekuning-kuningan secara sekonyong-konyong dan
banyak. Ada kalanya ketuban pecah dalam kala I dan malahan selaput janin
dapat robek sebelum persalinan mulai.
2. Pasien mulai mengejan.
3. Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai didasar panggul.
Perineum menonjol, vulva menganga dan rektum terbuka. Di puncak his,
bagian kecil dari kepala nampak dalam vulva tetapi hilang lagi waktu his
berhenti. Pada his berikutnya bagian kepala yang nampak lebih besar lagi,
tatapi surut kembali kalau his berhenti.kejadian ini disebut kepala membuka
pintu. Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai lingkaran tersebut
tersebar dari kepala terpegang oleh vulva, sehingga tak dapat mundur lagi.
Pada saat ini tonjolan yulang ubun-ubun telah lahir dan subocciput ada di
bawah simpisis. Saat ini disebut juga kepala keluar pintu, karena pada his
berikutnya extensi keluarlah ubun- ubun besar, dahi dan mulut pada
commisura posterior.
Pada saat ini, pada primigravida perineum biasanya tak dapat menahan regangan
yang kuat ini sehingga robek pada pinggir depannya. Setelah kepala lahir, ia jatuh kebawah
dan kemudian terjadi putaran paksi luar sehingga kepala melintang. Sekarang vulva menekan
pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung keluar lendir dan cairan.
Pada his berikutnya, bahu belakang lahir terlebih dahulu kemudian bahu depan, disusul oleh
seluruh badan anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan putar paksi jalan lahir. Sesudah anak
lahir, sering keluar sisa cairan ketuban, yang tidak keluar saat ketuban pecah. Lamanya kala II
pada primi kurang lebih 50 menit dan pada multi kurang lebih 20 menit.
2.6.3 Kala III (kala pelepasan uri)
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Tetapi setelah
beberapa menit timbul lagi. His ini dinamakan his pelepasan uri yang terletak pada segmen
bawah rahim atau bagian atas dari vagina. Tanda – tanda pelepasan placenta ialah :
1. Uterus menjadi bundar.
2. Perdarahan, terutama perdarahan yang sekonyong-konyong dan agak banyak
(perdarahan kurang lebih 250 cc, dianggap patologis jika lebih dari 500 cc).
3. Memanjangnya tali pusat yang lahir.
4. Naiknya fundus uteri karena naiknya rahim.
2.6.4 Kala IV (observasi)
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum
paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan :
Tingkat kesadaran penderita
Pemeriksaan tanda-tanda vital : suhu, tekanan darah, nadi dan
pernapasan.
Kontraksi uterus
Terjadinya perdarahan
LAMANYA PERSALINAN PADA PRIMIGRAVIDA DAN MULTIGRAVIDA
Primigravida Multigravida
Kala I
Kala II
Kala III
10 – 12 jam
1 – 1,5 jam
10 menit
6 – 8 jam
15 menit – 1 jam
10 menit
Jumlah
Kala IV
10 – 12 jam
2 jam
8 - 9 jam
2 jam
2.7 Mekanisme persalinan
Yang paling sering kita jumpai ialah presentasi belakang kepala dan kebanyakan
presentasi ini masuk dalam pintu atas panggul dengan sutura sgitalis melintang. Kepala akan
melakukan gerakan – gerakan tertentu saat persalinan terjadi. Gerakan utama tersebut adalah :
1. Turunnya kepala
2. Fleksi
3. Putaran paksi dalam
4. Extensi
5. Putaran paksi luar
6. Expulsi
2.7.1 Turunnya kepala
Turunnya kepala dapat dibagi dalam :
a. masuknya kepala dalam pintu atas panggul.
b. Majunya kepala.
Pembagian ini terutama berlaku pada primigravida :
1. Masuknya kepala dalam PAP
Masuknya kepala dalam PAP pada primigravida sudah terjadi bulan terakhir dari
kehamilan. Tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada permmulaan persalinan.
Masuknya kepala kedalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan
dengan flexi yang ringan. Kalau sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir,
ialah tepat diantara sympisis dan promontorium, maka dikatakan kepala dalam
synclitismus. Kalau sutura sagitalis mendekati sympisis dan os pariental belakang
lebih rendah dari os pariental depan disebut asynclitismus posterior. Kalau sutura
sagitalis mendekati promontorium sehinggan os parientalis depan lebih rendah dari os
parientalis belakang. Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam asynclitismus
posterior yang ringan.
2. Majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk kedalam rongga
panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara sebaiknya majunya
kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan. Majnya kepala
ini bersamaan dengan gerakan-gerakan lain. Yang menyebabkan majunya kepala ialah
:
a.tekanan cairan intrauterin
b.tekanan langsung oleh fundus pada bokong
c.kekuatan mengejan
d.meluruskan badan anak oleh perubahan bentuk rahim
2.7.2 Flexi
Dengan majunya kepala biasanya juga flexi bertambah hingga ubun-ubun kecil jelas
lebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambahnya flexi ialah bahwa ukuran
kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm)
menggantikan suboccipito frontalis. Flexi ini disebabkan karena anak didorong maju dan
sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, servik, dinding panggul atau
dasar pangggul.
2.7.3 Putaran paksi dalam
Putaran paksi dalam ialah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga
bagian terendah dari bagian depan memutar kedepan kebawah sympisis. Pada presentasi
belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang
akan memutar kedepan kebawah sympisis. Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran
kepala karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan
bentuk jalan lahir khususnya untuk bidang tengah dan pintu bawah panggul.
Putaran paksi dalam tidak tejadi sendiri, tetapi selalu bersamaan dengan majunya
kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai ke hadge III, kadang-kadang baru setelah
kepala sampai didasar panggul. Sebab- sebab putaran paksi dalam.
1. Pada letak flexi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala.
2. Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah
depan atas dimana terdapat hiatus genetalis antara levator ani kiri dan kanan.
3. Ukuran terbasar dari bidang tengah panggul ialah diameter anterior.
2.7.4 Extensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul, terjadilah ektensi
atau deflexi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah
panggul mengarah kedepan dan atas, sehingga kepala harus mengadakan ektensi untuk
melaluinya. Kalau tidak terjadi ektensi, kepala akan tertekan pada perineum dan
menembusnya. Pada kepala bekerja dua kekuatan , yang satu men, desaknya kebawah dan
satunya disebabkan tahanan dasar, panggul yang menolakanya keatas. Resultennya ialah
kekuatan kearah depan atas. Setelah subocciput tertahan pada pinggir bawah sympisis maka
yang dapat majukarena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan subocciput,
maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut
dan akhirnya dagu dengan gerakan extensi.
2.7.5 Putaran Paksi luar
Setelah kepala lahir maka kepala anak memtar kembali kearah punggung anak untuk
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi pada putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut
putaran resitusi (putaranbalasan = putaran paksi luar). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga
belakang kepala berhadapan dengan tuberositas isciadikum sepihak (disisi kiri). Gerakan yang
terakhir in adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu
(diameter bisacromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah
panggul.
2.7.6 Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai bawah sympisis kemudian bahu depan
dan selanjutnya selurh badan anak akan lahir searah dengan paksi jalan lahir.
2.8 Partograf
Merupakan alat bantu untuk memantau kemajuan kala 1 persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah :
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam.
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secra normal. Dengan demikian
juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan odisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan
yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam
medikibu bersalin dan bayi baru lahir.
Partograf harus digunakan :
Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan dan merupakan elemen
penting dari asuhan persalinan.
Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat (rumah, puskesmas, klinik
bidan swasta , rumah sakit dll)
Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya.
Kondisi ibu dan janin harus dinilai dan dicatat secara seksama yaitu :
1. Denyut jantung janin setiap setengah jam
2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap setengah jam
3. Nadi setiap setengah jam
4. Pembukaan serviks setiap 4 jam
5. Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam
6. Tekanan drah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
7. Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 jam sampai 4 jam
2.9 Episiotomi
Episiotomi adalah insisi pada perineumyang enyebabka terpotongnya selaput
lendir vagina, cincin himen, jaringan septum rektovaginal.
Episiotomi rutin tidak dilakukan karena dapat menyebabkan :
Meningkatnya jumlah darah yang hilang dan resiko hematoma
Kejadian laserasi derajat 3 dan 4 lebih banyak pada episuotomi rutin
dibandingkan dengan tanpa episiotomi.
Meningkatnya nyeri pasca persalinan didaerah perineum
Meningkatnya resiko infeksi
Episiotomi dilakukan jika terdapat indikasi sebagai berikut :
Kepala janin terlalu cepat lahir
Persalinan tidak sebagaimana mestinya
Sebelumnya pada perineum terdapat jaringan parut
Anak terlalu besar
Persalinan buatan
Arkus pubis sempit
Perineum kaku
Posisi oksipito posterior
Terdapat distosisa bahu
Tujuan episiotomi :
Mempercepat persalinan dengan melebarkan jalan lahir lunak/ mempersingkat kala II
Mempercepat tekanan pada kepala anak
Mengendalikan robekan perineum untuk memudahkan penjahitan
Menghindari robekan perineum spontan
Mengurangi kemungkinan ruptur perineum totalis
Macam-macam bentuk episiotomi :
1. Episiotomi medialis
Dari perineum labiorum pupendi posterior pada garis tengah perineum
Mudah dijahit
Anatomi/ fungsional sembuh dengan baik
Nyeri dalam nifas tidak seberapa
Dapat menjadi ruptur perineum totalis
2. Episiotomi mediolateralis
Dari frenulum labiorum sudutnya 45”
Lebih sulit dijahit
Anatomis / fungsional sembuh kurang sempurna
Jarang jadi ruptur perineum totalis
Penjahitan laserasi atau episiotomi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan
a. Derajat I : - mukosa vagina
- komisura posterior
- kulit perineum
Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan oposisi luka baik
b. Derajat II : - mukosa vagina
- komisura posterior
- kulit perineum
- otot perineum
Jahit dengan menggunakan teknik yang sesuai
c. Derajat III : - mukosa vagina
- komisura posterior
- kulit perineum
- otot perineum
- otot spingter ani
d. Derajat IV : - mukosa vagina
- komisura posterior
- kulit perineum
- otot perineum
- otot spingter ani
- dinding depan rektum
Penolong APN tidak dibekali ketrampilan untuk reparasi perineum derajat III dan
derajat IV. Segera rujuk ke fasilitas rujukan.
Konsep Asuhan Kebidanan pada Persalinan Normal
1. Pengkajian Data
Tanggal :
Jam :
Oleh :
MRS tanggal :
I. DATA SUBJEKTIF
1.1 Identitas
1. Nama ibu
menurut Christina, 1993: 4, nama penderita dan nama suaminya ditanyakan
untuk mengenali dan memanggil penderita dan agar tidak keliru dengan penderita lain.
2. Umur
menurut Christina, 1993: 4, kehamilan pertama kali yang baik antar usia 19-35
tahun dimana otot masih bersifat sangat elastis dan mudah diregang tetapi menurut
pengalaman, penderita 25-35 tahun masih mudah untuk melahirkan sehingga ada yang
mengubah pendapat diatas. Jadi melahirkan tidak saja umur 19-25 tahun. Primitua
dikatakan mulai umur 35 tahun.
3. Agama
menurut Depkes RI, 1995: 14, dinyatakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien. Dengan diketahui agama pasien
akan memudahkan bila melakukan pendekatan dalam melaksanakan asuhan
kebidanan.
4. Suku/bangsa
untuk megetahui latar belakang sosial budaya yang mempengaruhi kesehatan
pasien.
5. Pendidikan
menurut Depkes RI, 1995: 14, untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau
taraf kemampuan berfikir ibu sehingga bidan bisa menyampaikan penyuluhan KIE
pada pasien dengan lebih mudah.
6. Pekerjaan
menurut Christina, 1993: 85, yang ditanyakan pekerjaan suami dan ibu sendiri,
untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi
7. Penghasilan
untuk mengetahui keadaan ekonomi, status ekonomi yang mempengaruhi
perilaku kesehatan pasien.
8. Alamat
menurut Christina, 1993: 84, untuk mengetahui dimana ibu tinggal dan
diperlukan bila mengadakan kunjungan ke ibu.
9. No. Telp
untuk memudahkan komunikasi
1.2 Keluhan utama
1. ibu merasakan kontraksi yang semakin lama semakin sering dan bertahan lama
2. ibu merasakan nyeri yang melingkar dari punggung memancar ke perut bagian
depan
3. keluarnya lendir bercampur darah dari jalan lahir
4. keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir jika ketuban
sudah pecah
(UNPAD,1983)
1.3 Riwayat menstruasi
1. Menarche
menurut Rustam Mochtar, 1998: 86, menarche terjadi pada usia pubertas yaitu
12-16 tahun.
2. Siklus haid
Menurut Sarwono, 1999: 103, panjang siklus haid yang biasa pada wanita ialah
25-32 hari.
3. Lama haid
menurut Salmah, 2006:19, lama haid biasanya 3-5 hari, teratur/tidak.
4. Sifat darah
menurut FK UNPAD, 1983: 78, cairan haid berwarna merah, encer, tidak
membeku, terkadang membeku jika banyak
5. Dismenorrea
flour albus= sedikit, sedang, banyak, tidak gatal, tidak bau, warna putih
bening, kekentalan kental/encer.
6. HPHT
menurut Pusdiknakes, 1993: 63, bila hari pertama haid terakhir diketahui,
maka dapat memperhitungkan usia kehamilan dan kapan perkiraan persalinan.
7. TP
tafsiran persalinan/kapan perkiraan persalinan.
1.4 Riwayat obstetri yang lalu
N
o.
Kehamilan Persalinan Nifas KB K
et
Su
a
mi
ke
U
K
Peny
u
lit
jen
is
Pe
no
lon
g
BB
L
Hidu
p/
mati
Peny
u
lit
temp
at
penyul
it
AS
I
metod
e
pen
yuli
t
1.5 Riwayat kehamilan ini
Klien mengatakan bahwa kehamilan ini adalah kehamilan ke.....dan UK ....
minggu. Keluhan pada TM I .............................. TM II ............................ TM III
........................ Klien kontrol kehamilan (ANC) di .................. beberapa kali ................
Pergerakan anak pertama kali pada UK ........ minggu dan gerak terakhir pada jam
.............
Imunisasi TT sebanyak ...... kali. Status emosional .......................... HE yang sudah
didapat …………………………..
1.6 Riwayat kesehatan klien
1. Hipertensi
Hipertensi essensial; TD 140/90-160/100, dan hipertensi ganas; TD sistol
>200mmHg. (Manuaba, 1998 : 273-274).
2. TB1
Perlu perlindungan dan pengawasan untuk mengurangi bahaya terhadap bayi.
3. Diabetes
Tanda gejala yang mudah dikenali 3p : poliuri, polipagi, polidipsia.
4. Jantung
Tanda adanya penyakit jantung berat: bising diastolik, perisaltik, bising
jantung, kardiomegali, bising jantung nyaring disertai thrill. (Sarwono, 2005 : 431-
432).
5. Asma
Gejala asma biasanya penderita mengeluh sesak, nafas berbunyi, nafas pendek,
dan batuk-batuk. (Sarwono, 2005: 490)
6. Ginjal
Terjadi bila ada gagal tumbuh, pucat, lidah kering, poliuri, hipertensi, protein
urine.
7. Hepatitis
Hepatitis virus dapat terjadi pada setiap kehamilan dan mempunyai pengaruh
buruk pada janin. (Sarwono, 2005: 503)
8. Gemeli
Gemeli juga dipengaruhi faktor keturunan, selain bangsa, umur, dan paritas.
(Manuaba, 1998: 72)
1.7 Riwayat kesehatan keluarga
1. Hipertensi
2. Ginjal
3. Asma
4. Diabetes
5. Hepatitis
1.8 Pola kehidupan sehari-hari
1. Pola nutrisi
Untuk mengetahui apakah pemenuhan nutrisi selama hamil sudah terpenuhi
atau belum dibandingkan dengan pola sebelumnya.
2. Pola eliminasi
- eliminasi uri : untuk mengetahui frekuensi defekasi ibu, apakan sering atau ada
masalah
- eliminasi alvi : untuk mengetahui frekuensi defekasi ibu
3. Pola istirahat
Untuk mengetahui frekuensi/ waktu istirahat ibu, apakah cukup/kurang.
4. Pola personal higyene
Untuk mengetahui bagaimana ibu bisa menjaga kesehatan.
5. Pola psikososial
Untuk mengetahui apakah klien bisa menerima kehadiran bayinya.
6. Pola aktifitas
Untuk mengetahui apa saja yang dilakukan oleh ibu sebelum/setelah MRS.
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Keadaan umum
1. Kesadaran : composmentis/tidak
2.TTV : TD =. . . ( N = 90/60 – 130/90 mmHg )
N =. . . ( N = 60 – 100 x/menit )
S =. . . ( 36 – 37 oC )
RR =. . . ( N = 18 – 24 x/m )
3. Pengukuran:
BB: Peningkatan BB total adalah 12,5 Kg. (Salmah, 2006)
TB: Bumil dengan TB < 145, kemungkinan panggul sempit (Depkes RI, 1994: 10)
Lila: Lila < 23,5 merupakan indikator kuat untuk status gizi kurang (Depkes RI,
1994: 10)
2.2 Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
a. Rambut: rambut yang normal tidak mudah dicabut (Depkes RI, 2000: 19)
b. Muka:
Oedem: tidak ada
Pucat: tidak pucat
Conjungtiva: merah muda
Sklera: putih
c. Mulut:
Bibir: lembab, tidak pucat
Caries: tidak ada caries
d. Leher: menurut Manuaba, 1998: 140
Pembesaran kelenjar tiroid: tidak ada
Pembesaran kelenjar limfe: tidak ada
Bendungan vena jugularis: tidak ada
e. Dada: menurut Manuaba, 1998: 103
Payudara: Bentuk: simetris
Areola: hiperpigmentasi
Colostrum: tidak ada/ada
Menurut Sarwono,2005: 95, hamil 12 minggu ke atas keluar kolostrum
yang berasal dari kelenjar asinus yang mulai berekskresi
f. Abdomen (Sarwono, 2005: 97-98)
Linea alba: ada
Striae livide: ada/tidak
Striae albican: ada/tidak
Bekas SC: tidak ada
g. Genetalia
Oedem: tidak
Varises: tidak
Bartolinitis: tidak
Pembesaran kelenjar skene: tidak
Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih
merah agak kebiruan, tanda Chadwick. Pada wanita harus sering mengeluarkan
cairan pervaginam lebih banyak keadaan dalam batas normal (tidak berbau,
berwarna, dan gatal).
h. Anus: hemoroid: tidak
i. Ekstremitas:
Atas: simetris: ya
Oedem: tidak
Varises: tidak
Bawah: simetris: ya
Oedem: tidak
Varises: tidak
Varises merupakan pembesaran dan pelebaran pembuluh darah vena yang
sering di jumpai pada ibu hamil sekitar vulva, vagina, paha dan tungkai bawah.
(Manuaba, 1998: 208)
Oedem tungkai terjadi akibat sirkulasi vena terganggu akibat tekanan uterus
yang besar pada vena-vena panggul. (Pusdiknakes, 2000: 37-38)
2. Palpasi
Leopold I: Menurut Speigelberg
Umur Kehamilan Tinggi fundus teri
22-28 minggu
28 minggu
30minggu
32 minggu
34 minggu
36 minggu
38 minggu
40 minggu
24-25 cm di atas symphisis
26,7 di atas symphisis
29,5 – 30 di atas symphisis
29,5 – 30 di atas symphisis
31 di atas symphisis
32 di atas symphisis
33 di atas symphisis
37,7 di atas symphisis
Variasi menurut Knebel: menentukan letak kepala atau bokong dengan satu
tangan difundus dan tangan lain diatas simphisis.
Leopold II: pada letak membujur dapat ditetapkan punggung anak yang teraba
bagian keras dan memanjang seperti papan dan sisi yang berlawanan teraba
bagian-bagian kecil janin.
Variasi menurut Budin: menentukan letak punggung dengan satu tangan
menekan di fundus.
Leopold III: menentukan bagian terbawah janin dan apakah bagian terbawah
sudah masuk PAP atau belum
Variasi menurut Ahlfeld: menentukan letak punggung dengan dengan
pinggir tangan kiri diletakkan tegak ditengah perut.
Leopold IV: menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk dalam PAP
Menurut WHO, penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari
(perlima). (Buku Panduan Kesehatan Maternal Neonetal, 2002)
Periksa Luar Periksa Dalam Keterangan
5/5
kepala di atas PAP,
mudah di gerakkan
H I- H II 4/5
sulit digerakkan, bagian
terbesar kepala belum
masuk panggul
H II – H III 3/5
bagian terbesar kepala
belum masuk panggul
H III + 2/5
bagian terbesar kepala
sudah masuk PAP
H III – H IV 1/5
kepala di dasar panggul
H IV 0/5
di perineum
3. Auskultasi
DJJ harus diantara 110-160 x per menit. (Salman,2006: 147)
4. Perkusi
Reflek patella: +/+
Normal jika tungkai bawah kan bergerak sedikit ketika tendon ditekuk. Bila
gerakannya berlebihan dan cepat, maka hal ini merupakan tanda pre eklampsi.
(Depkes RI, 2000: 20)
Bila reflek patella negatif, kemungkinan pasien mengalami kekurangan B1.
(Pusdiknakes, 1998: 68)
5. Pemeriksaan dalam
Untuk mengetahui kemajuan persalinan dengan melakukan pemeriksaan
langsung pada jalan lahir.
Tanggal: jam: oleh:
Perinium: elastis
Effacement: 0-100%
Pembukaan: 1-10 cm (evaluasi setiap 4 jam)
Primigravida: fase laten 1 cm/jam
Multigravida: fase laten 2 cm/jam
Ketuban: utuh/sudah pecah
Air ketuban: jernih
Presentasi: kepala
Hodge: I-III
Denominator: UUK depan
Pada pemeriksaan luar, konvergen berarti kepala belum masuk PAP, bila
divergen berarti bagian terbawah janin sudah masuk PAP. Bila sejajar berarti
separuh bagian depan/terbawah janin sudah masuk PAP.
TBJ= Rumus John-Tousak
BB=(MD-12)x155 gram
BB=berat badan janin
MD= jarak simphisis – fundus uteri
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa
GPAPIAH, usia kehamilan, hidup/mati, tunggal/kembar,
intrauterin/ekstrauterin, keadaan jalan lahir kesan baik, keadaan ibu dan janin baik
inpartu kala I/kala II.
3.2 Masalah
Masalah yang timbul pada ibu ketika menghadapi persalinan
3.3 Diagnosa potensial
3.4 Masalah potensial
IV. PLANNING
4.1 Kala I
1. Tujuan: untuk mengetahui batasan waktu normal pembukaan 0 sampai 10 cm. Pada
primigravida tidak boleh melebihi 12 jam, pada multigravida tidak lebih dari 8 jam.
2. Kriteria hasil:
a. Keadaan ibu:
Keadaan umum: baik
TTV : TD =. . . ( N = 90/60 – 130/90 mmHg )
N =. . . ( N = 60 – 100 x/menit )
S =. . . ( 36 – 37 oC )
RR =. . . ( N = 18 – 24 x/m )
Pada fase laten berlangsung hingga hampir 8 jam
Kontraksi mulai teratur lamanya sekitar 20-40 detik atau lebih 40 detik
Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam, multigravida 8 jam
Pembukaan 1 cm/jam (primigravida), 2 cm/jam (multigravida)
b. Keadaan janin
DJJ normal 110-160 x per menit
Terjadi penurunan kepala janin, tidak terjadi Moulage
3. Rencana kala I
a. Kala I fase laten
1) Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien dan keluarga
R/ informasi yang jelas mengoptimalkan asuhan yang diberikan
2) Jaga privasi ibu dengan menutup tirai, tidak menghadirkan orang tanpa setahu
ibu, dan membuka bagian genetalia ibu seperlunya
R/ memberikan rasa nyaman dan aman pada ibu dapat mempercepat proses
persalinan
3) Anjurkan ibu untuk berjalan-jalan
R/ dapat membentu mempercepat pembukaan servik
4) Anjurkan ibu untuk miring kekiri atau posisi yang nyaman
R/ posisi miring kiri mencegah terletaknya vena kava inferior sehingga
memperlancar siklus udara ibu
5) Penuhi kebutuhan makan minum dan support
R/ memenuhi kebutuhan fisik dan psikis ibu, memberikan rasa aman dan
nyaman
6) Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama
persalinan, sekitnya setiap 2 jam
R/ kandung kemih yang penuh dapat menghalangi penurunan kepala janin
7) Observasi fase laten
Tekanan darah setiap 4 jam, suhu setiap 2 jam, nadi setiap 30-60 menit, DJJ
setiap 60 menit, kontraksi setiap 60 menit, pembukaan servik setiap 4 jam,
penurunan kepala setiap 4 jam.
R/ dengan observasi secara cepat kemajuan persalinan dapat diketahui adanya
komplikasi sesegera mungkin.
b. Kala I fase aktif
1) Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien dan keluarga
R/ informasi yang jelas mengoptimalkan asuhan yang diberikan
2) Jaga privasi ibu dengan menutup tirai, tidak menghadirkan orang tanpa setahu
ibu, dan membuka bagian genetalia ibu seperlunya
R/ memberikan rasa nyaman dan aman pada ibu dapat mempercepat proses
persalinan
3) Bantu ibu mengatasi kecemasannya dengan memberikan dukungan dan
mengajari ibu untuk menarik nafas panjang pada saat kontraksi
4) Anjurkan ibu untuk miring kekiri atau posisi yang nyaman
R/ posisi miring kiri mencegah terletaknya vena kava inferior sehingga
memperlancar siklus udara ibu
5) Penuhi kebutuhan makan minum dan support
R/ memenuhi kebutuhan fisik dan psikis ibu, memberikan rasa aman dan
nyaman
6) Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama
persalinan, sekitnya setiap 2 jam
R/ kandung kemih yang penuh dapat menghalangi penurunan kepala janin
7) Siapkan partus set dan obat-obatan yang diperlukan
R/ kelengkapan dan kesiapan alat-alat persalinan dapat mengurangi
keteledoran yang dapat terjadi
8) Observasi kala aktif pada lembar patograf
Tekanan darah setiap 4 jam, suhu setiap 2 jam, nadi setiap 30 menit, DJJ setiap
30 menit, pembukaan servik setiap 4 jam, penurunan kepala janin setiap 4 jam.
R/ dengan menggunakan lembar patograf kemajuan persalinan dapat diketahui
dan komplikasi dapat diketahui sesegera mungkin serta menghindari
keterlambatan merujuk.
9) Libatkan keluarga atau suami dalam proses persalinan
R/ asuhan sayang ibu dalam melibatkan keluarga dapat memberikan rasa aman
dan nyaman sehingga persalinan lancar
10) Apabila pembukaan lengkap dan tanda gejala muncul sediakan alat, keluarga
dan diri, kemudian pimpin persalinan
R/ pimpinan persalinan yang benar akan mempercepat proses persalinan dan
mengurangi komplikasi yang terjadi
4.2 Kala II
a. Tujuan: proses dimulai dari mengejan pada pembukaan lengkap sampai bayi lahir
tidak boleh lebih dari 1 jam (multi) atau 2 jam (primi).
b. Kriteria hasil: lama persalinan kurang dari 1 jam (multi) dan 2 jam (primi) bayi lahir
spontan belakang kepala, keadaan ibu dan bayi baik.
Keadaan ibu:
TTV : TD =. . . ( N = 90/60 – 130/90 mmHg )
N =. . . ( N = 60 – 100 x/menit )
S =. . . ( 36 – 37 oC )
RR =. . . ( N = 18 – 24 x/m )
Kontraksi, his adekuat ( lebih kurang 3 kali dalam 10 menit) dan lamanya 40-60
detik
Keadaan janin:
Apgar Score: 7-10
1) Bunyi jantung lebih dari 100x per menit
2) Usaha bernafas spontan dan menangis 30 detik setelah lahir
3) Tonus otot pergerakan aktif
4) Reflek moro: baik, reflek menghisap: baik
5) Warna seluruh badan merah muda
c. Rencana pada kala II
1) Jelaskan pemeriksaan pada ibu
R/ informasi yang jelas dapat mengoptimalkan asuhan yang diberikan
2) Pimpin persalinan saat ada his maksimal selama 2 jam pembukaan lengkap
R/ pada primipara kala II harus berlangsung maksimal 2 jam
3) Berikan dukungan dan dampingi ibu
R/ dengan dukungan dan pendamping ibu merasa lebih aman dan nyaman
sehingga mempercepat persalinan
4) Berikan ibu minum manis atau asupan diantara 2 his
R/ mencegah dehidrasi serta memberikan tambahan energi
5) Ajarkan pada ibu cara meneran yang baik dan efisien dan mengikuti dorongan
alamiah
R/ cara meneran yang baik memeperlancar proses persalinan
6) Ajarkan pada ibu posisi yang nyaman untuk meneran
R/ posisi yang nyaman dan benar dapat memperlancar proses persalinan
7) Anjurkan ibu untuk beristirahat atau relaksasi saat tidak ada his
R/ dengan teknik relaksasi yang benar dapat menghemat tenaga ibu
8) Observasi DJJ dan his
R/ untuk menilai keadaan janin
d. Langkah-langkah memimpin persalinan
1) Setelah pembukaan lengkap kepala janin terlihat pada perut ibu dan mengambil
kain bersih melipat 1/3 bagian dan meletakkannya dibawah bokong ibu
2) Penolong membuka partus set dan memakai sarung tangan DTT pada ke 2
tangan
3) Saat sub occiput tampak dibawah simphisis tangan kanan melindungi perinium
dengan diatas lipatan kain dibawah bokong ibu. Sementara tangan kiri menahan
puncak kepala bayi agar tidak terjadi defleksi terlalu cepat
4) Saat kepala lahir dan mengusap kasa atau kain bersih untuk membersihkan muka
bayi kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher bayi kemudian
menunggu hingga kepala melakukan putaran paksi luar secara spontan
5) Kepala bayi menghadap kepaha ibu, kepala dipegang secara biparietal kemudian
ditarik cunam kebawah untuk melahirkan bahu depan dan gerakan kepala ke atas
dan lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan
6) Saat bahu posterior lahir geser tangan bawah (posterior) ke arah perinium dan
sanggah bahu dan lengan atas bayi pada tangan tersebut
7) Saat badan bayi dan lengan lahir kemudian tangan kiri menelusuri punggung ke
arah bokong dan tungkai bawah bayi dengan selipkan jari telunjuk tangan kiri ke
atas lutut bayi
8) Setelah badan bayi lahir seluruhnya, letakkan bayinya diatas perut ibu dengan
kepala lebih rendah, bayi dikeringkan dan dibungkus kecuali tali pusat
9) Klem tali pusat 3 cm dari umbilikus bayi dan dari titik penjepitan tekan tali pusat
dengan 2 jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar tidak terpancar
pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke 2 jarak 2 cm
dari jepitan pertama pada sisi/mengarah ibu. Pegang tali pusat diantara ke 2 klem
tersebut dan satu tangan menjadi pelindungdari kulit bayi, tangan memotong tali
pusat.
10) Ganti handuk basah dengan handuk kering dan bersih
11) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
12) Suntikan oksitosin 10 unit pada ibu. Biarkan bayi tetap diatas perut ibu dan
mencari putting susu ibu
13) Menunda semua tindakan, tanda lebih kurang 1,5 jam untuk bayi bisa melakukan
kontak dengan ibu
14) Jangan mandikan terlebih dahulu lebih kurang 6-24 jam untuk mencegah
hipotermi
15) Biarkan ibu dan bayi bersama-sama sampai bayi selesai menetek
16) Setelah lebih kurang 1-1,5 jam dan bayi sudah selesai menetek, lalu tetap
bungkus dengan handuk bersih. Lakukan pengukuran BB dan PB serta berikan
vitamin K pada paha kiri dan beri salep mata
17) Jika bayi belum melakukan inisiasi dini dalam 1 jam, posisikan bayi lebih dekat
dengan putting susu ibu dan biarkan kontak kulit selama 30-60 menit berikutnya
18) Jika bayi belum menyusui dini selama 2 jam pindahkan ke ruangan pemulihan
dari dada ibu. Lanjutkan asuhan BBL.
4.3 Kala III
a. Tujuan: untuk menghasilkan kontraksi yang efektif saat plasenta lahir sehingga
dapat memperpendek waktu kala III dan mengurangi perdarahan dalam waktu 30
menit.
b. Kriteria hasil:
Plasenta lahir lengkap, tidak lebih dari 30 menit
Kontraksi uterus baik, keras
Jumlah perdarahan < 500 cc
TTV : TD =. . . ( N = 90/60 – 130/90 mmHg )
N =. . . ( N = 60 – 100 x/menit )
S =. . . ( 36 – 37 oC )
RR =. . . ( N = 18 – 24 x/m )
c. Rencana
Lakukan manajemen aktif kala III meliputi:
Berikan oksitosin 10 unit IM 2 menit setelah bayi baru lahir, lakukan peregangan tali
pusat terkendali dan masase fundus.
1) Pindahkan klem ke dua yang telah dijepit pada waktu kala II pada tali pusat kira-
kira 5-10 cm dari vulva
2) Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu tepat diatas tulang pubis. Ini
bertujuan untuk meraba kontraksi uterus pada saat PTT. Setelah ada kontraksi
yang kuat, tegangkan tali pusat lalu tangan kiri menekan corpus uteri ke arah
dorso kranial. Lakukan secara hati-hati untuk menghindari inversio uteri.
3) Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga ada kontraksi kuat kira-kira 2-3 menit
4) Pada saat uterus berkontraksi uterus menjadi bulat dan tali pusat bertambah
panjang, tegangkan kembali tali pusat ke arah bawah dengan hati-hati,
bersamaan dengan itu lakukan penekanan uterus ke arah dorso kranial hingga
plasenta lepas dari implantasinya
5) Setelah plasenta lepas, anjurkan ibu untuk meneran sedikitdan tangan menerik
tali pusat ke arah bawah, kemudian ke atas hingga plasenta tampak pada vulva
kira-kira separuh. Kemudian pegang plasenta dengan ke 2 tangan dan lakukan
putaran searah jarum jam sehingga selaput plasenta terpilin
6) Tangan kanan memeriksa plasenta dan tangan kiri memijat perut ibu
7) Setelah plasenta lahir, memeriksa kontraksi uterus dan memastikan uterus
berkontraksi dengan baik
8) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perinium. Lakukan penjahitan
bila laserasi terjadi
9) Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu dan bayi (didada ibu paling
sedikit 1 jam). Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi dini dalam
waktu 30-60 menit.
10) Mengukur darah yang dikeluarkan dan bersihkan ibu
11) Buang alat-alat bekas pakai dan masukkan kedalam larutan klorin 0,5 %
12) Bereskan alat-alat ketempat yang disediakan
13) Lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K 1 mg IM dipaha kiri antero lateral setelah 1 jam kontak
kulit ibu dan bayi
14) Berikan suntikan imunisasi hepatitis B (setelah 1 jam pemberian vitamin K)
secara IM dipaha kanan antero lateral
15) Letakkan bayi dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan
16) Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu didalam
1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
4.4 Kala IV
a. Tujuan: setelah 2 jam PP tidak terjadi komplikasi
b. Kriteria hasil:
Perdarahan < 500 cc
Kontraksi uterus, keras
TFU 1-2 jari diatas pusat
TTV : TD =. . . ( N = 90/60 – 130/90 mmHg )
N =. . . ( N = 60 – 100 x/menit )
S =. . . ( 36 – 37 oC )
RR =. . . ( N = 18 – 24 x/m )
c. Rencana
1) Lanjutkan pemantauan/observasi kontraksi uterus dan mencegah perdarahan
pervaginam
2-3 kali setiap 15 menit, terutama pasca persalinan
setiap 15 menit pada 1 jam pertama PP
setiap 20-30 menit pada jam ke 2 PP
jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan asuhan yang sesuai untuk
penatalaksanaan atonia uteri
R/ dua jam pertama merupakan saat-saat yang memerlukan perhatian khusus
sehubungan dengan adanya komplikasi kala III
2) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
R/ ibu dan keluarga dapat mengobservasi keadaannya sendiri
3) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama PP dan 30 menit selama jam ke 2 PP
R/ kandung kemih yang penuh membuat uterus tidak berkontraksi dengan baik
4) Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI serta ajarkan ibu untuk
menyusui bayinya
R/ kebutuhan nutrisi dan kasih sayang anak terpenuhi
5) Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini ditempat tidur seperti miring kanan miring
kiri
R/ mobilisasi penting untuk mempercepat penyembuhan luka dan mencegah
trombosis vena
6) Berikan makanan dan minuman pada ibu
R/ mencukupi kebutuhan nutrisi ibu dan untuk memulihkan tenaga setelah
proses persalinan
7) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa TTV
8) Pemberian HE tentang:
Kebutuhan nutrisi
Kebutuhan istirahat
ASI eksklusif
Perawatan bayi sehari-hari
Kebersihan diri
Aktifitas sehari-hari
Tanda bahaya pada masa nifas, diantaranya perdarahan hebat dan tiba-tiba dari
vagina
R/ menambah pengetahuan ibu
V. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang dibuat dan disesuaikan
dengan kebutuhan pasien (prioritas).
VI. EVALUASI
Digunakan untuk mengukur keberhasilan tindakan yang dilakukan dan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 24 Desember 2010
Pukul : 20.20 WIB
Oleh : Ewing Firmadani P.
Tempat : RSIA IBI Surabaya
No register :
I.1. DATA SUBYEKTIF
Nama Ibu : Ny. I Nama Suami : Tn. J
Umur : 27 Tahun Umur : 30 Tahun
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Kemayoran Kauman 6 Alamat : Jl. Kemayoran Kauman 6
Surabaya Surabaya
Telp : - Telp : -
Status perkawinan
Kawin : 1 kali
Lama : 1 Tahun
1.2 Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng sejak tadi malam pukul 20.20 WIB dan sudah
mengeluarkan darah dan lendir pukul 20.20 WIB
1.3 Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 Tahun
Sifat : encer
Siklus : 28 – 30 hari (teratur)
Lama : 1 minggu
Warna : merah segar
Bau : anyir
Dismenorrhea: kadang-kadang
Flour Albus : kadang-kadang ada ( sedikit, tidak gatal, sebelum menstruasi)
HPHT : 29 Februari 2010
TP : 6 Desember 2010
1.1 Riwayat Obstetri
No Kehamilan Persalinan Nifas KB Ket
1. HAMIL INI
1.2 Riwayat Kehamilan Sekarang
Klien mengatakan bahwa kehamilan ini adalah kehamilan pertama dengan usia
kehamilan 37-38 minggu, dengan keluhan pada :
Trimester I : mual, pusing, muntah-muntah
Trimester II : -
Trimester III : muntah
Riwayat ANC
Tempat : RSIA IBI Surabaya
Sebanyak : 3 Kali
Pergerakan anak pertama kali dirasakan pada usia kehamilan 4 bulan. Imunsasi TT
sebanyak 2 kali, status emosional baik, HE yang sudah didapat tentang nutrisi ibu hamil,
tanda-tanda persalinan, dan disarankan kembali datang ke RSIA IBI Surabaya saat
tanda-tanda persalinan mulai tampak.
1.3 Riwayat Kesehatan Pasien
Jantung : tidak Ginjal : tidak
Hipertensi : tidak Hepatitis : tidak
Asma : tidak TBC : tidak
DM : tidak Gemeli : tidak
1.4 Riwayat Kesehatan Keluarga
Jantung : tidak Ginjal : tidak
Hipertensi : tidak Hepatitis : tidak
Asma : tidak TBC : tidak
DM : tidak Gemeli : tidak
1.5 Pola Kehidupan Sehari-hari
1. pola nutrisi
Makanan terakhir pada tanggal 24 November 2010 jam 17.30 WIB
Menu : nasi, lauk, sayur
Porsi : sedang
Minum terakhir pada tanggal 24 November 2010 jam 20.00 WIB
Berupa : air putih
2. pola eliminasi
Terakhir BAK tanggal 24-11-2010 jam 19.00 WIB
Terakhir BAB tanggal 24-11-2010 Jam 15.30 WIB
3. pola aktivitas
Ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga, antara lain meliputi; menyapu, mengepel,
memasak, mencuci pakaian, dll.
4. pola istirahat
Terakhir istirahat pada tanggal 23 November 2010 jam 23.00 WIB
Selama 5 jam
Selama his ibu tidak bisa istirahat karena nyeri
5. pola aktivitas seksual
Terakhir melakukan hubungan seksual pada Agustus 2010
6. pola kebiasaan saat hamil
Merokok : tidak obat-obatan : vitamin
Alkhohol : tidak jamu-jamuan : tidak
Narkoba : tidak binatang peliharaan : tidak
1.6 Riwayat Sosial Budaya
Ibu biasa bersalin di bidan
Kebiasaan keluarga jika menghadapi persalinan : tidak ada ritual apapun
II. DATA OBYEKTIF
2.1 Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Kesadaran : Composmentis
Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x / menit
RR : 20 x / menit
Suhu : 36,6 C
2.2 Pemeriksaan Umum
2.2.1 Inspeksi
1.) Muka
Oedeme : tidak
Pucat : tidak
2.) Mata
Kelopak Mata : oedeme : tidak
Sklera : Putih
Konjungtiva : merah muda
3.) Mulut
Keadaan mulut : kebersihan : cukup
Keadaan bibir : lembab
Lidah : bersih
Gigi : ceries gigi : tidak ada
4.) Leher
Bendungan vena jugularis : tidak
Pembesaran kelenjar limfe : tidak
Pembesaran kelenjar tyroid : tidak
5.) Dada
Bentuk dada : simetris
6.) Payudara
Kebersihan payudara : cukup
Areola mamae : hiperpigmentasi
Puting susu : menonjol
7.) Perut
Pembesaran ke arah : depan
Striae : livide Linea : nigra
Bekas operasi : tidak Gerak janin : (+) baik
8.) Panggul
-Distansia Spinarum : 23 cm
-Distansia Cristarum : 26 cm
-Konjugata Eksterna : 20 cm
-Lingkar Panggul : 80 cm
9.) Genetalia
1. vulva dan vagina
varises : tidak oedeme : tidak
keluaran : lendir condiloma aquminata : tidak
condiloma lata: tidak kebersihan : cukup
2. Perineum
Bekas luka episiotomi : tidak ada
10) Anus
Haemorroid : tidak
11) Ekstremitas
Atas : oedeme : tidak Bawah : oedeme : tidak
Varices : tidak
2.2.2 Palpasi
2.2.2.1 Leher
Bedungan vena jugularis : tidak
Pembesaran Kelenjar Limfe : tidak
Pembesaran Kelenjar Tyroid : tidak
2.2.2.2 Payudara
Massa : tidak
Colostrum : belum keluar
Kebersihan puting susu : baik
2.2.2.3 Abdomen
Leopold I : TFU 29 cm,di bagian fundus teraba bagian lunak, besar, tidak
melenting.
Leopold II : pada sebelah kanan teraba bagian keras dan memanjang seperti papan
dan disisi yang berlawanan teraba bagian-bagian kecil.
Leopold III : pada bagian terbawah teraba bulat, melenting, dan tidak dapat
digerakkan
Leopold IV : divergen
Palpasi WHO : 4/5
His : 3 x 20 selama 30”
2.2.3 Auskultasi
DJJ : 140 x/ menit
Terdengar jelas di : perut bagian kanan pusar
2.2.4 Perkusi
Reflek patella tendon sebela kiri / kanan : +/+
2.3 Pemeriksaan Khusus
VT tanggal 25 November 2010 jam 04.04 , oleh Bidan Ewing lengkap, effacement
100%. Konsistensi lembut, ketuban (-), presentasi kepala, denuminator UUK, hodge II,
molase (+).
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Darah : Hb : - gr%
Gol. Darah : -
Urine : Reduksi : -
Albumin : -
III. ASSESSMENT
3.1 diangnosa aktual
GIP00000, UK 37/38 minggu, tunggal, hidup, letak kepala, intrauterine. Inpartu kala I
fase aktif, KU ibu baik, KU bayi baik.
3.2 masalah
-
3.3 diagnosa potensial
-
IV. PLANNING
1. Menjelaskan pada pasien dan keluarga hasil dari pemeriksaan
R/ informasi yang jelas dan lengkap akan memudahkan pemberian asuhan.
2. Menjaga privasi ibu dengan menutup tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa
sepengetahuan ibu serta membuka bagian tubuh ibu seperlunya pada waktu pmeriksaan.
R/ memberi rasa nyaman dan aman pada ibu dan dapat mempercepat proses persalinan.
3. Memberikan dukungan pada ibu.
R/ dukungan yang diberikan akam memperbaiki psikis ibu sehingga persalnan erjalan
lancar.
4. Melibatkan suami atau keluarga sebagai pendamping persalinan.
R/ suami/ keluarga dapat memberikan semangat dan dukungan pada ibu.
5. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih secara rutin sedikitnya 2x.
R/ kandung kemih yang kosong akan mempercepat proses penurunan kepala janin.
6. Memberikan posisi yang nyaman bagi ibu, jika ibu memilih posisi berbaring sebagai posisi
yang nyaman, menganjurka ibu untuk miring ke kiri.
R/ posisi yang nyaman sat bersalin termasuk asuhan sayang ibu dan berbaring miring ke kii
untuk menghindari supine hypotensi syndrome.
7. Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu.
R/ nutrisi penting untuk mengasilkan tenaga yang cukup untuk meneran.
8. Menganjurkan ibu untuk mengambil nafas panjang lewat hidung dan mengeluarkannya
lewat mulut pada waktu his.
R/ napas panjang dapat mengurangi rasa sakit waktu his dan membuat ibu rileks.
9. Menyiapkan partus set, heacting set, obat-obatan yang diperlukan, pakaian ibu dan bayi
R/ kesiapan alat-alat untuk pertolongan persalinan dapat memperlancar asuhan.
10.Mengajarkan ibu cara meneran yang benar saat kontraksi dan istirahat jika tidak ada
kontraksi.
R/ cara meneran yang benar saat kontraksi akan menjadikan persalinan lancar dan istirahat
jika tidak ada kontraksi dimaksudkan untuk mengumpulkan tenaga untuk mengejan lagi.
KALA I
Lembar Observasi Persalinan
Tgl Jam His DJJ
(x/mnt)
S/N/TD Keterangan
x/10
mnt
lamanya
24/11
2010
23.30
03.10
06.30
11.30
3 x 10
4 x 10
3 x 10
2 x 10
35”
40”
35”
35”
12-11-11
12-11-11
12-11-11
11-12-11
S : 36,6 º C
N : 76 x/ mnt
TD:127/83
mmHg
S : Px mengatakan
perutnya masih terasa
mules
O : k/u baik
TD : 127/83 mmHg
N : 76 x/ mnt
VT Ø 1 cm ket : (+)
Eff : 50 %
Cort : 12-11-11
A : G1P000 Kala 1 fase
laten
P : - Observasi evaluasi
4 jam sekali
- - Persiapan persalinan
VT Ø : 3-4 cm
Ket : (+)
Eff : 50 %
Gerak janin (+)
VT Ø : 3-4 cm
Ket : (+)
Eff : 50 %
Gerak janin (+)
S : Px mengatakan perut
nya kenceng- kenceng
O : k/u baik
T : 120/70 mmHg
25/11
2010
04.15 3 x 10 40” 11-12-11 TD : 120/70
N : 80 x/mnt
N : 80 x/ mnt
Cort : (+) 11-12-11
His (+)
A : G1P000 Kala 1 fase
laten
P : Observasi evaluasi
S : Px mengatakan
perutnya kenceng-
kenceng
O : VT Ø 7 cm
Ket (+)
Eff 75%
Hodge I
TD : 120/70 mmHg
Cort : (+) 11-12-11
A : G1P000 Kala 1 fase
aktif
P : Observasi, CPHB
VT Ø lengkap
Ket : (+)
Eff : 100 %
Hodge : IV
KALA II
Tgl / jam Keterangan
25-11-2010 Setelah pembukaan lengkap dan melihat adanya tanda persalinan (doran,
teknus, perjol,vuka). Memasang handuk di atas perut ibu dan mengambil
underpad beserta duk steril dan meletakkannya d bawah bokong ibu. Setelah
kepala membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm, membuka partus set dan
memakai sarung DTT pada kedua lengan. Saat oksiput tampak di bawah
sympisis. Tangan kanan melindungi perineum dengan dialasi duk yang sudah
dilipat 1/3 bagian. Sementara tangan kiri menaan puncak kepala bayi agar tidak
terjadi defleksi secara maksimal saat kepala lahir secara berurutan mulai dari
ubun-ubun besar, dahi, mata, hidung, mulut, dan dagu. Lap bagian muka bayi
dengan duk untuk membersihkan muka bayi. Menunggu kepala janin hingga
melakukan putaran paksi luar secara spotan. Setelah kepala bayi menghadap
salah satu paha ibu maka kedua tangan memegang kepala bayi secara
bipariental. Menarik dengan lembut ke bawah dan distal untuk melahirkan
bahu depan, kemudian menari dengan lembut ke bawah dan distal untuk
melahirkan bahu belakang dan seluruh dada dapat lahir. Saat bahu belakang
lahir, menggeser tangan kanan ke arah perineum dan menyangga bahu dengan
menyelipkan jari telunjuk tangan kiri diantara tungkai bayi. Setelah bayi lahir
seluruhnya menilai keadaan bayi. Kemudian meletakkannya diatas perut ibunya
dengan kepala lebih rendah, mengeringkan tubuh bayi kecuali telapak tangan
dan membungkusnya dengan kain yang kering, kecuali talipusatnya.
Bayi lahir : Spontan B
Jam : 04.25
Jenis kelamin : perempuan
BB/PB : 2600 gram/46 cm
Anus : Ada
Kelainan Kongenital : TidakAda
Penilaian Apgar Skore
No. Kategori Menit I Menit II
1.
2.
3.
4.
5.
Frekuensi nadi
Warna kulit
Tonus otot
Reaksi rangsang
Pernapasan
1
2
2
1
1
2
2
2
1
1
Jumlah 7 8
KALA III
Tgl / Jam Keterangan
25 – 11 - 2010 Penolong memeriksa fundus untuk memastikan adanya bayi kedua. Penolong
memberi tahu bahwa ibu akan disuntik oksitosin 10 IU secara IM di 1/3
bagian paha luar. Mengklem tali pusat 3 cm dari umbilikus bayi dan 2 cm dari
titik penjepit pertama. Kemudian memotong tali pusat dengan melindungi
kulit bayi dengan satu tangan. Mengganti handuk basah dengan handuk
kering lalu menengkurapkan bayi di antara payudara ibu untuk melakukan
IMD. Memindahkan klem tal pusat 5-10 cm di depan vulva kemudian
melakukan pengecekan tanda-tanda plasenta lepas. Lalu tangan kanan
melakukan penegangan tali pusat, tangn kiri melakukan dorongan ke arah
dorso kranial. Tangan kanan menarik tali pusat ke arah bawah kemudian ke
atas hingga plasenta tampak pada vulva. Penolong memegang plasenta
kemudian melakukan putaran searah jarum jam. Setelah plasenta lahir,
masase fundus untuk merangsang kontraksi. Kemudian mengecek
kelengkapan plasenta, mulai dari sisi maternal dan kelengkapan kotiledon dan
selaput amnion. Pada sisi fetal dan insersi tali pusatnya. Plasenta lahir
lengkap dengan :
Berat : 500 garam
Ukuran 15 x 13 x 2 cm
Panjang tali pusat 50 cm
Insersi : lateral
KALA IV
Jam
Ke
Waktu T N S TFU Kontraksi
Uterus
Kandung
Kemih
perdarahan
I 05.00 120/80 80 36,5 2 JBP Baik kosong -
05.15 120/80 78 2 JBP Baik Kosong 20 cc
05.30 120/80 80 2 JBP Baik Kosong 15 cc
05.45 120/80 72 2 JBP Baik Kosong 20cc
II 06.15 120/80 76 36,5 2 JBP Baik Kosong 15 cc
06.45 120/80 80 2 JBP Baik Kosong -
Memberikan konseling pada ibu tentang :
1. Tanda bahaya masa nifas
2. Pentingnya mobilisasi dini
3. Memasase fundus/perut
4. Personal hygiene
5. Asi ekslusif
6. Perawatan bayi sehari-hari dan perawatan tali pusat
BAB IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan
Persalinan adalah suatu peristiwa/proses yang fisiologis yang pasti terjadi pada setiap
wanita.
Faktor yang berpengaruh dalam menentukan jalannya persalinan yaitu, power,
passage, passanger, psikis, penolong dan posisi. Walaupun 85% persalinan berjalan normal,
namun 15% nya dijumpai komplikasi-komplikasi yang memerlukan penanganan khusus.
Antenatal care merupakan metode yang digunakan dalam pemecahan masalah tersebut. Selain
itu, diperlukan asuahan yang optimal untuk menuju persalinan yang diharapkan.
4.2 Saran
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapakan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan laporan ini. Penulis
berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.