askeb v hany meli

54
ASUHAN KEBIDANAN V KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA I JURUSAN KEBIDANAN 2010

Upload: meliani-primananda

Post on 05-Aug-2015

95 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askeb v Hany Meli

ASUHAN KEBIDANAN V

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA I

JURUSAN KEBIDANAN

2010

Page 2: Askeb v Hany Meli

Members of Our Group

HanifahMeliani

Page 3: Askeb v Hany Meli

Pertolongan Pertama ke-Gawat Daruratan Obstetri

dan Neonatus(PPGDON)

Page 4: Askeb v Hany Meli

Pengertian Kegawatdarura

tan

Page 5: Askeb v Hany Meli

Dalam dunia medis, suatu keadaan disebut gawat apabila sifatnya mengancam nyawa namun tidak memerlukan penanganan yang segera. Contoh untuk keadaan ini adalah: pasien yang menderita penyakit kanker. Penyakit kanker adalah penyakit yang bisa mengancam nyawa seseorang, namun tidak terlalu memerlukan tindakan sesegera mungkin (immediate treatment). Biasanya keadaan gawat dapat dijumpai pada penyakit-penyakit yang sifatnya kronis.

Page 6: Askeb v Hany Meli

Suatu keadaan disebut darurat apabila sifatnya memerlukan penanganan yang segera. Contoh untuk keadaan ini adalah: baru saja digigit ular berbisa, sedang mengalami pendarahan hebat, tengah menderita patah tulang akibat kecelakaan, kehilangan cairan karena diare hebat, dsb. Meskipun keadaan darurat tidak selalu mengancam nyawa, namun penanganan yang lambat bisa saja berdampak pada terancamnya nyawa seseorang. Biasanya keadaan darurat dapat dijumpai pada penyakit-penyakit yang sifatnya akut.

Page 7: Askeb v Hany Meli

Keadaan gawat dan darurat dapat juga terjadi bersamaan. Dalam hal ini, nyawa pasien benar-benar dalam keadaan yang mengkhawatirkan dan diperlukan penanganan yang segera terhadapnya. Contoh untuk kasus ini adalah seseorang yang telah menderita penyakit jantung dalam waktu yang lama dan tiba-tiba saja mendapatkan serangan jantung (heart attack).

Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun 2009).

 

Page 8: Askeb v Hany Meli

Pre-eklampsi &

EklampsiKegawatdaruratan Obstetri

Page 9: Askeb v Hany Meli

Pre-eklamsi dan eklamsi, merupakan kesatuan penyakit, yakni yang langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal itu terjadi. Pre eklamasi diikuti dengan timbulnya hipertensi disertai protein urin dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1998).

Page 10: Askeb v Hany Meli

PenangananTujuan utama penanganan ialah :1.Pencegahan terjadi pre-eklamsia berat dan eklamsia2.Melahirkan janin hidup3.Melahirkan janin dengan trauma sekecil kecilnya.

Jika salah satu diantara gejala atau tanda berikut ditemukan pada ibu hamil, dapat diduga ibu tersebut mengalami preeklamsia1.Tekanan darah 160/110 mmHg.2.Oligouria, urin kurang dari 400 cc/ 24 jam.

Page 11: Askeb v Hany Meli

3. Proteinuria, lebih dari 3g/ liter.4. Keluhan subyektif (nyeri epigastrium,

gangguan penglihatan, nyeri kepala, edema paru, sianosis, gangguan kesadaran).

5. Pada pemeriksaan, ditemukan kadar enzim hati meningkat disertai ikterus, perdarahan pada retina, dan trombosit kurang dari 100.000/ mm.

Page 12: Askeb v Hany Meli

Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang dapat diberikan :

1.Larutan magnesium sulfat 40% sebanyak 10 ml (4 gram) disuntikkan intra muskulus pada bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan, dan dapat diulang 4 gram tiap jam menurut keadaan. Obat tersebut selain menenangkan juga menurunkan tekanan darah dan meningkatkan dieresis.2.Klorpomazin 50 mg intramuskulus.3.Diazepam 20 mg intramuskulus.

Page 13: Askeb v Hany Meli

Penanganan kejang dengan memberi obat anti-konvulsan, menyediakan perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan napas, masker,dan balon oksigen), memberi oksigen 6 liter/menit, melindungi pasien dari kemungkinan trauma tetapi jangan diikat terlalu keras, membaringkan pasien posisi miring kiri untuk mengurangi resiko respirasi. Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorok jika perlu.Penanganan umum meliputi :1. Jika setelah penanganan diastolik

tetap lebih dari 110 mmHg, beri obat anti hipertensi sampai tekanan diastolik di antara 90-100mmHg.

Page 14: Askeb v Hany Meli

2. Pasang infus dengan jarum besar (16G atau lebih besar).

3. Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload cairan.

4. Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria.

5. Jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam, hentikan magnesium sulfat dan berikan cairan IV NaCl 0,9% atau Ringer laktat 1 L/ 8 jam dan pantau kemungkinan edema paru.

6. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi muntah dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.

Page 15: Askeb v Hany Meli

7. Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung tiap jam.

8. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru.

9. Hentikan pemberian cairan IV dan beri diuretic (mis: furosemid 40 mg IV sekali saja jika ada edema paru).

10.Nilai pembekuan darah jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit (kemungkinan terdapat koagulopati).

Page 16: Askeb v Hany Meli

Hemorrhagic Post Partum

(HPP)Kegawatdaruratan Obstetri

Page 17: Askeb v Hany Meli

perdarahan post partum berdasarkan klasifikasi dan penyebabnya :Perdarahan postpartum dini1.Atonia uteri

Keadaan lemahnya tonus/konstraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.

2.Robekan jalan lahirPerdarahan dalam keadaan di mana

plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir.

Page 18: Askeb v Hany Meli

3. Retensio plasentaplasenta tetap tertinggal dalam uterus 30 menit setelah anak lahir. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala III dapat disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus.

4. Gangguan pembekuan darahPenyebab pendarahan pasca persalinan karena gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila penyebab yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat pernah mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya

Page 19: Askeb v Hany Meli

Perdarahan postpartum lambat :1.Sisa Plasenta

Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan pospartum lambat (biasanya terjadi dalam 6 – 10 hari pasca persalinan). 2.Subinvolusi di daerah insersi plasenta

Pada subinvolusio proses mengecilnya uterus terganggu. Faktor yang menyebabkan itu antara lain tertinggalny plasenta dan selaput ketuban dalam uterus.3.Dari luka bekas seksio sesaria

Page 20: Askeb v Hany Meli

Penanganan umum pada perdarahan post partum :

1. Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk)

2. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya pencegahan perdarahan pasca persalinan)

3. Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan (di ruang persalinan) dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya (di ruang rawat gabung).

4. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat

5. Segera lakukan penlilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan komplikasi

6. Atasi syok

Page 21: Askeb v Hany Meli

7. Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukam pijatan uterus, berikan uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infus 20 IU dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan permenit.

8. Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir.

9. Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.

10.Pasang kateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan

11.Cari penyebab perdarahan dan lakukan penangan spesifik.

Page 22: Askeb v Hany Meli

Penanganan atonia uteri :Pada umunya dilakukan secara simultan (bila pasien syok) hal-hal sebagai berikut :1.Sikap Trendelenburg, memasang venous line, dan memberikan oksigen.

Sekaligus merangsang konstraksi uterus dengan cara :

a)Masase fundus uteri dan merangsang puting susub)Pemberian oksitosin dan turunan ergot melalui i.m, i.v, atau s.cc)Memberikan derivat prostaglandind)Pemberian misoprostol 800-1000 ug per rektale)Kompresi bimanual eksternal dan/atau internalf)Kompresi aorta abdominalis

2.Bila semua tindakan itu gagal, maka dipersiapkan untuk dilakukan tindakan operatif laparotomi dengan pilihan bedah konservatif (mempertahankan uterus) atau melakukan histerektomi.

Page 23: Askeb v Hany Meli

Penanganan Episiotomi, robekan perineum, dan robekan vulva :Ketiga jenis perlukaan tersebut harus dijahit.

Penanganan hematoma :Penanganan hematoma tergantung pada

lokasi dan besar hematoma. Pada hematoma yang kecil, tidak perlu tindakan operatif, cukup dilakukan kompres.

Pada hematoma yang besar lebih-lebih disertai dengan anemia dan presyok, perlu segera dilakukan pengosongan hematoma tersebut. Dilakukan sayatan di sepanjang bagian hematoma yang paling terenggang. Seluruh bekuan dikeluarkan sampai kantong hematoma kosong. Dicari sumber perdarahan, perdarahan dihentikan dengan mengikat atau menjahit sumber perdarahan tersebut. Luka sayatan kemudian dijahit. Dalam perdarahan difus dapat dipasang drain atau dimasukkan kasa steril sampai padat dan meninggalkan ujung kasa tersebut diluar.

Page 24: Askeb v Hany Meli

Penanganan Robekan dinding vagina :Robekan dinding vagina harus dijahit.Kasus kolporeksis dan fistula visikovaginal harus dirujuk ke rumah sakit.

Penanganan robekan serviks :Bibir depan dan bibir belakang serviks dijepit

dengan klem Fenster. Kemudian serviks ditarik sedikit untuk menentukan letak robekan dan ujung robekan. Selanjutnya robekan dijahit dengan catgut kromik dimulai dari ujung robekan untuk menghentikan perdarahan.

Page 25: Askeb v Hany Meli

Penanganan retensio plasenta :kalau placenta dalam ½ jam setelah anak

lahir, belum memperlihatkan gejala-gejala perlepasan, maka dilakukan pelepasan, maka dilakukan manual plasenta.Plasenta akretaTerapi : Plasenta akreta parsialis masih dapat dilepaskan secara manual tetapi plasenta akreta komplit tidak boleh dilepaskan secara manual karena usaha ini dapat menimbulkan perforasi dinding rahim. Terapi terbaik dalam hal ini adalah histerektomi.

Pencegahan gangguan pembekuan darah1.Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi setiap penyakit kronis, anemia, dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan persalinan pasien tersebut ada dalam keadaan optimal.

Page 26: Askeb v Hany Meli

2. Mengenal factor predisposisi perdarahan pasca persalinan seperti mutiparitas, anak besar, hamil kembar, hidramnion, bekas seksio, ada riwayat perdarahan pasca persalinan sebelumnya dan kehamilan resiko tinggi lainnya yang resikonya akan muncul saat persalinan.

3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lama.

4. Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan.

5. Kehamilan resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan menghindari persalinan dukun

6. Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi perdarahan pasca persalinan dan mengadakan rujukan sebagaimana mestinya.

Page 27: Askeb v Hany Meli

Penanganan sisa plasenta1.Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Dalam kondisi tertentu apabila memungkinkan, sisa plasenta dapat dikeluarkan secara manual.2.Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.3.Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.4.Penemuan secara dini hanya mungkin dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ke tempat bersalin dengan keluhan perdarahan

Page 28: Askeb v Hany Meli

5. Berikan antibiotika, ampisilin dosis awal 1g IV dilanjutkan dengan 3 x 1g oral dikombinasikan dengan metronidazol 1g supositoria dilanjutkan dengan 3 x 500mg oral.

6. Lakukan eksplorasi (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan AMV atau dilatasi dan kuretase

7. Bila kadar Hb<8 gr% berikan transfusi darah. Bila kadar Hb>8 gr%, berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari.

Page 29: Askeb v Hany Meli

AbortusKegawatdaruratan Obstetri

Page 30: Askeb v Hany Meli

Jenis Abortus, Macam Abortus, Definisi, Tanda dan Gejala

Abortus spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran) merupakan ± 20% dari semua abortus. Abortus spontan terdiri dari 7 macam :

1.Abortus imminens (keguguran mengancam) adalah Abortus ini baru mengancam dan ada harapan untuk mempertahankan.

Penatalaksanaan : Karena ada harapan bahwa kehamilan dapat dipertahankan, maka pasien:a) Istirahat rebah (tidak usah melebihi 48 jam).b)Diberi sedativa misal luminal, codein, morphin.c)Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan mengurangi kerentanan otot-otot rahim (misal gestanon).d)Dilarang coitus sampai 2 minggu.

Page 31: Askeb v Hany Meli

2. Abortus incipiens (keguguran berlangsung) adalah Abortus sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi. Penatalaksanaan : Kemungkinan terjadi abortus sangat besar sehingga pasien:

a) Mempercepat pengosongan rahim dengan oxytocin 2 ½ satuan tiap ½ jam sebnayak 6 kali.

b) Mengurangi nyeri dengan sedativa.c) Jika ptocin tidak berhasil dilakukan curetage

asal pembukaan cukup besar.

3. Abortus incomplete (keguguran tidak lengkap) adalah Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di rahim.

Penatalaksanaan : Harus segera curetage atau secara digital untuk mengehntikan perdarahan.

  

Page 32: Askeb v Hany Meli

4.  Abortus completus (keguguran lengkap) adalah Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan lengkap. Kontraksi rahim dan perdarahan mereda setelah hasil konsepsi keluar.

5. Missed abortion (keguguran tertunda) adalah Missed abortion ialah keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22 tetapi tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati. Penatalaksanaa :

a) Diutamakan penyelesaian missed abortion secara lebih aktif untuk mencegah perdarahan dan sepsis dengan oxytocin dan antibiotika. Segera setelah kematian janin dipastikan, segera beri pitocin 10 satuan dalam 500 cc glucose.

b) Untuk merangsang dilatasis serviks diberi laminaria stift.

6. Abortus habitualis (keguguran berulang – ulang) adalah abortus yang telah berulang dan berturut – turut terjadi sekurang – kurangnya 3 kali berturut – turut.

Page 33: Askeb v Hany Meli

7.  Abortus febrilis adalah Abortus incompletus atau abortus incipiens yang disertai infeksi. Penatalaksanaan :

a) Pelaksanaan curetage ditunda untuk mencegah sepsis, keculai perdarahan banyak sekali.

b) Diberi atobiotika.c) Curetage dilakukan setelah suhu tubuh turun

selama 3 hari. Abortus provocatus (disengaja, digugurkan)

merupakan 80% dari semua abortus. Abortus provocatus terdiri dari 2 macam, diantaranya :

1. Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeutics adalah Pengguguran kehamilan dengan alat – alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu, misal ibu berpenyakit berat. Indikasi pada ibu dengan penyakit jantung (rheuma), hypertensi essensialis, carcinoma cerviks.

Page 34: Askeb v Hany Meli

2. Abortus provocatus criminalis Adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.

Page 35: Askeb v Hany Meli

Asfiksia

Kegawatdaruratan Neonatus

Page 36: Askeb v Hany Meli

Asfiksia neonatorum merupakan suatu kondisi dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, sampai asidosis. Asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan organ bayi dalam menjalankan fungsinya, seperti pengembangan paru.

Penatalaksanaan  Penatalaksanaan pada bayi dengan asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut :1.Pemantauan gas darah, denyut nadi, fungsi system jantung dan paru dengan melakukan resusitasi, memberikan oksigen yang cukup, serta memantau perfusi jaringan tiap 2-4 jam.2.Mempertahankan jalan napas agar tetap baik, sehingga proses oksigenasi cukup agar sirkulasi darah tetap baik.

Page 37: Askeb v Hany Meli

Asfiksia Ringan APGAR skor (7-10)Cara mengatasinya adalah sebagai berikut :

1.Bayi dibungkus dengan kain hangat2.Bersihkan jalan napas dengan menghisap lender pada hidung kemudian mulut.3.Bersihkan badan dan tali pusat4.Lakukan observasi tanda vital, pantau APGAR skor, dan masukkan ke dalam incubator. Asfiksia Sedang APGAR skor (4-6)

Cara mengatasinya adalah sebagai berikut :1.Bersihkan jalan napas2.Berikan oksigen 2 liter per menit3.Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki. Apabila belum ada reaksi, bantu pernapasan dengan masker (ambubag).4.Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis, berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dekstrosa 40% sebanyak 4cc disuntikkan melalui vena umbilikalis secara perlahan-lahan untuk mencegah tekanan intracranial meningkat.

Page 38: Askeb v Hany Meli

Asfiksia Berat APGAR skor (0-3)Cara mengatasinya adalah sebagai berikut :

1.Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui ambubag.2.Berikan oksigen 4-5 liter per menit.3.Bila tidak berhasil, lakukan pemasangan ETT (endotracheal tube)4.Bersihkan jalan napas melalui ETT.5.Apabila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Selanjutnya berikan dekstrosa 40% sebanyak 4cc.

Page 39: Askeb v Hany Meli

Distosia Bahu

Kegawatdaruratan Neonatus

Page 40: Askeb v Hany Meli

Distosia bahu adalah Impaksi bahu depan diatas simpisis, atau ketidakmampuan melahirkan bahu dengan mekanisme / cara biasa. Spong dkk (1995) menggunakan sebuah kriteria objektif untuk menentukan adanya distosia bahu yaitu interval waktu  antara lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai normal interval waktu antara persalinan kepala dengan persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik , pada distosia bahu 79 detik. Mereka mengusulkan bahwa distosia bahu adalah bila interval waktu tersebut lebih dari 60 detik.

Penatalaksanaan1.Hindari 4 P :

PanicPulling : menarik kepala bayi.Pusshing : dorongan fundus.Pivoting : angulasi kepala

Page 41: Askeb v Hany Meli

2. Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu sangat diperlukan.

Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu adalah melakukan traksi curam bawah sambil meminta ibu untuk meneran.

3. Lakukan episiotomi.Setelah membersihkan mulut dan hidung anak,

lakukan usaha untuk membebaskan bahu anterior dari simfsis pubis dengan berbagai maneuver :

Page 42: Askeb v Hany Meli

Tekanan ringan pada suprapubicDilakukan tekanan ringan pada daerah

suprapubik dan secara bersamaan dilakukan traksi curam bawah pada kepala janin.

Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah suprapubic saat traksi curam bawah pada kepala janin.

Page 43: Askeb v Hany Meli

Maneuver Mc RobertTehnik ini ditemukan pertama kali oleh

Gonik dkk tahun 1983 dan selanjutnya William A Mc Robert mempopulerkannya di University of Texas di Houston.

Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan fleksi sehingga paha menempel pada abdomen ibu

Tindakan ini dapat menyebabkan sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis kearah kepala maternal dan mengurangi sudut inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak berubah, rotasi cephalad panggul cenderung untuk membebaskan bahu depan yang terhimpit.

Page 44: Askeb v Hany Meli
Page 45: Askeb v Hany Meli

Maneuver Woods ( Wood crock screw maneuver)Dengan melakukan rotasi bahu posterior 1800 secara “crock screw”maka bahu anterior yang terjepit pada simfisis pubis akan terbebas.

Maneuver Wood. Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu kemudian diputar 180 derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah simfisis pubis

Page 46: Askeb v Hany Meli

A. Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerus posterior janin dan kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas didepan dada dengan mempertahankan posisi fleksi sikuB. Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janinC. Lengan posterior dilahirkan

Page 47: Askeb v Hany Meli

Maneuver RubinTerdiri dari 2 langkah :1.Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan tekanan pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka dilakukan langkah berikutnya yaitu :2.Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan kemudian ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi kedua bahu anak sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan dari simfisis pubis  Maneuver Rubin II Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panahBahu anak yang paling mudah dijangkau didorong kearah dada anak sehingga diameter bahu mengecil dan membebaskan bahu anterior yang terjepit

Page 48: Askeb v Hany Meli
Page 49: Askeb v Hany Meli

Pematahan klavikula dilakukan dengan menekan klavikula anterior kearah SP.Maneuver Zavanelli : mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak dilahirkan melalui SC. Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai dengan PPL yang sudah terjadi. Membuat kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan mendorong kepala kedalam vagina.Kleidotomi : dilakukan pada janin mati yaitu dengan cara menggunting klavikula.SimfisiotomiSetelah tindakan:Waspada perdarahan post partumInspeksi adanya laserasi dan trauma maternalPeriksa bayi : adakah jejasTerangkan tindakan yg telah dilakukan   

     

Page 50: Askeb v Hany Meli

Prolapsus Tali Pusat

Kegawatdaruratan Neonatus

Page 51: Askeb v Hany Meli

Dalam keadaan inpartu,ketuban sudah pecah,talipusat berada didepan atau disamping bagian terendah janin.

Jika ketuban belum pecah,talipusat terkemuka. Penyebab;tidak tertutupnya PAP oleh bagian

terendah janin mis pd panggul sempit,CPD,malpresentasi dan plasenta letak rendah

Page 52: Askeb v Hany Meli

penanganan

Bila talipusat berdenyut berarti janin masih hidup dan lakukan penanganan beri oksigen 4-6 l/m dan :

Pembukaan belum lengkap : reposisi talipusat atau SC

Jika reposisi berhasil,tekan fundus agar bag terdepan/terbawah janin turun kalau perlu berikan oksitosin drip dan tunggu partus spontan

Jika reposisi tidak berhasildorong bagian terdepan keatas agar talipusat tidak tertekan dan letakan ibu posisi trendelenburg atau exaggrated sims position dengan menaruh bantal dibawah perut/pinggul dan bawa ke RS utk SC

Pemberian tokolitik dapat menolong

Page 53: Askeb v Hany Meli

Jika pembukaan sudah lengkap

Jika syarat ekstraksi terpenuhi; Presentasi kepala;pimpin mengedan dan

ekstraksi vakum.Bila janin telah meninggal biarkan partus spontan

Presentasi bokong/kaki;reposisi talipusat dan usahakan persalinan pervaginam dgn segera.Jika reposisi gagal lakukan ekstraksi bokong atau SC

Letak lintang,pertahankan posisi trendelenbrg dan dorong bahu janin keatas dan segera SC

Page 54: Askeb v Hany Meli

Thank you