askep 2 hipertermi

16
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. W DENGAN GANGGUAN PENINGKATAN SUHU TUBUH DI RUANG GLADIOL RSUD Dr. R SOEDJATI PURWODADI GROBOGAN DISUSUN OLEH : Nama : HARI PRASETYO UMAR NIM : 2005. 10. 0569

Upload: jamil-senna

Post on 31-Dec-2014

608 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: askep 2 HIPERTERMI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. W DENGAN GANGGUAN PENINGKATAN SUHU TUBUH DI RUANG GLADIOL

RSUD Dr. R SOEDJATI PURWODADIGROBOGAN

DISUSUN OLEH :Nama : HARI PRASETYO UMARNIM : 2005. 10. 0569

AKADEMI KEPERAWATAN AN – NUR PURWODADITAHUN AJARAN 2006 / 2007

Page 2: askep 2 HIPERTERMI

BAB ITINJAUAN TEORI

A. DEFINISISuhu tubuh fisiologis, suhu yang dimaksud adalah panas atau dingin suatu

substansi.

Suhu tubuh adalah Perbedaan antara jumlah panas yang di produksi oleh

proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.

Suhu tubuh = panas yang diproduksi – pengeluaran panas

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas, atau menurunkan produksi panas. (Potter dan Perry, 2005 : 760)

Hipertermia adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih tinggi dari 37,8 0 C (100 0 F) per oral atau 38,8 0 C(101 0 C ) per rektal karena faktor eksternal. (lynda juall carpenito,2000 : 21)

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Page 3: askep 2 HIPERTERMI

Hipotalamus berperan penting dalam pengendalian aktivitas seseorang yang

melakukan fungsi vegetatif penting untuk kehidupan, seperti pengaturan

frekuensi jantung, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan air, selera

makan, saluran pencernaan dan aktivitas seksual

Hipotalamus berperan sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan,

nyeri , kegembiraan, dan kemarahan

Hipotalamus memproduksi hormon yang mengatur pelepasan atau inhibisi

hormon kelenjar hipofisis, sehingga mempengaruhi keseluruhan sistem

endokrin.

(Ethel Sloane, 2003 :171 )

Page 4: askep 2 HIPERTERMI

C. ETIOLOGIFaktor yang menyebabkan Hipertermia antara lain

1. Kehilangan cairan elektrolit

2. Penyakit atau traumapada hipotalamus

3. Infeksi virus. (Potter dan Perry, 2005 :764 )

D. INTERVENSI

Mandiri

1.Pantau suhu pasien (derajat dan pola) perhatikan menggigil /diaforesis

Rasional : Suhu 38,9 0 C – 41,10 C menunjukkan proses penyakit infeksi akut. Pola

demam dapat membantu dalam diagnosis; miskurya demam lanjut

berakhir lebih dari 24 jam menunjukkan pneumonia pneumokokal.

Demam sekarlet atau tifoid, demam remiten (bervariasi hanya

beberapa derajat pada arah tertentu) menunjukkan infeksi paru ; kurva

intermitten atau demam yang kembali normal sekali dalam periode 24

jam menunjukkan episode septik. Endokarditis septik atau tubuh

menggigil sering mendahului puncak suhu.Catatan penggunaan

antipiretik mengubah pola demam dan dapat dibatasi sampai diagnosis

dibuat atau bila demam tetap lebih besar dari 38,9 0 C

2. Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur , sesuai indikasi

Rasional : Suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan

suhu mendekati normal

3. Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol

Rasional : Dapat membantu mengurangi demam. Catatan penggunaan air es /

alkohol mungkin menyebabkan kedinginan ,peningkatan suhu secara

aktual. Selain itu, alkohol dapat mengeringkan kulit.

Kolaborasi

1. Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (tylenol)

Rasional : digunakan untuk mengurangi demam dengan dengan aksi sintalnya

pada hipotalamus, meskipun demam mengkin dapat berguna dalam

membatasi pertumbuhan organisme, meningkatkan auto destruksi dari

sel – sel yang terinfeksi.

2. Berikan selimut pendingin

Rasional : digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari 39,5

– 40 0 C pada waktu terjadi kerusakan / gangguan pada otak.

(Marilynn E Doengoes,2000 hal 875)

Page 5: askep 2 HIPERTERMI

BAB IITINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIANPengkajian ini diakukan pada hari Rabu, 1 Maret 2006 jam 09. 00 di ruang

Gladiol RSUD Dr. Raden Soedjati Purwodadi , secara allo anamnesa dan auto

anamnesa

A. BIODATA.

1. Identitas Pasien

Nama : An. W

Umur : 6 tahun

Jenis Kelamin : Laki – laki

Pendidikan : Belum tamat SD

Alamat : Sumber Suko 1 Sukolilo – Pati

Agama : Islam

Tgl Masuk : 28 Februari 2006

No. REG : 215930

DX. Medis : Morbili

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. S

Umu : 35 tahun

Jenis kelamin : Laki – laki

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tani

Hub dg Pasien : Ayah

B. KELUHAN UTAMA

Pasien mengatakan tubuhnya demam

Page 6: askep 2 HIPERTERMI

C. RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Riwayat keperawatan Sekarang

Sejak enam hari yang lalu pasien mengeluh tubuhnya terasa demam,

sebelumnya pasien pernah dibawa ke dokter terdekat, tetapi tidak ada

perubahan , kemudian keluarga pasien membawa ke RSUD. Dr. Raden

Soedjati Purwodadi pada tanggal 28 Februari 2006 jam 12.00 dibawa ke

ruang IGD untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

2. Riwayat keperawatan Dahulu

Ibu pasien mengatakan anaknya pernah menderita demam dan pernah

dirawat dirumah sakit karena penyakit Diare kurang lebih empat tahun yang

lalu.

3. Riwayat Keperawatan Keluarga

Ibu pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit

keturunan seperti DM, asma ataupun menular seperti TBC, Hepatitis

Page 7: askep 2 HIPERTERMI

E. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL MENURUT HENDERSON

1. Pola Bernapas dengan Normal

Sebelum Sakit : Pasien dapat bernapas dengan normal

Selama Sakit : Pasien dapat bernapas dengan normal, RR = 18 x/

menit

2. Pola Kebutuhan Nutrisi

Sebelum Sakit : Pasien makan 3 x sehari tiap pagi, siang dan

sore,habis 1 porsi dengan komposisi nasi, lauk,

sayur dan kadang buah

Pasien minum 6 – 7gelas , dengan komposisi air

putih

Selama Sakit : Pasien makan 2 x sehari tiap pagi dan siang, habis

½ porsi dengan komposisi bubur dan lauk, Pasien

minum 900 cc perhari, dengan komposisi air putih

3. Pola Kebutuhan Eliminasi

Sebelum Sakit : Pasien BAB 1- 2 x sehari dengan konsistensi

lembek, warna kuning, BAK 5 – 6 x sehari dengan

warna urine jernih kekuningan

Selama Sakit : Pasien BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek

warna kuning, BAK 4- 5x sehari

4. Pola Kebutuhan gerak dan Keseimbangan

Sebelum Sakit : Pasien dapat beraktivitas dengan bergerak

mandiri ,seperti setiap hari aktivitasnya sekoah

Selama Sakit : Pasien tampak lemas, aktivitas dibantu oleh

keluarga dan tim kesehatan

5. Pola Kebutuhan Istirahat dan Tidur

Sebelum Sakit : Pasien tidur 9 – 10 jam per hari , kadang pasien

tidur siang 1 jam

Selama Sakit : Pasien sulit tidur karena efek hospitalisasi, Pasien

tidur 6 – 7 jam sehari , pasien tidur kadang pasien

bangun mendadak

6. Pola Kebutuhan berpakaian

Page 8: askep 2 HIPERTERMI

Sebelum Sakit : Pasien lebih suka mengenakan pakaian tipis yang

mudah menyerap keringat ,dalam berakaian pasien

bisa mandiri

Selama Sakit : Pasien suka mengenakan pakaian tipis yang mudah

menyerap keringat, dalam berpakaian pasien

dibantu oleh keluarga

7. Pola mempertahankan temperatur dan sirkulasi

Dalam mempertahankan suhu tubuhnya Pasien, ibu pasien

memilihkanpakaian

Sebelum Sakit : Pasien mengenakan pakaian tipis saat cuaca panas ,

saat cuaca dingin pasien mengenakan pakaian tebal

Selama sakit : Pasien mengenakan pakaian yang tebal utuk

menghangatka tubuhnya , pasien mengenakan

selimut tidur

8. Poa Kebutuhan Kebersihan diri

Sebelum sakit : Pasien mandi 2 x sehari (pagi dan sore), mencuci

rambut 2 x seminggu ,gosok gigi 2x sehari ,Potong

kuku 2 minggu sekali,pasien menjaga kebersihan

dirinya dengan mandiri

Selama Sakit : Pasien dimandikan oleh ibunya 2 x sehari (pagi dan

sore) , gosok gigi 2x sehari , mencuci rambut 2x

seminggu,semua aktivitas kebersihan diri dibantu

oleh keluarga

9. Pola kebutuhan rasa aman dan nyaman

Sebelum sakit : Pasien merasa aman dan nyaman dalam melakukan

aktivitasnya tanpa bantuan , pasien merasa nyaman

tinggal dirumahnya

Selama sakit : Pasien merasa aman dalam melakukan ativitasnya

dengan bantuan keluarga / tim kesehatan, pasien merasa tidak nyaman

karena efek hospitalisasi

10. Poa Kebutuhan berkomunikasi

Sebelum sakit : Pasien mengungkapkan masalahnya pada keluarga

Selama sakit : Pasien mengungkapkan keluhannya pada keluarga

dan tim kesehatan

11. Pola kebutuhan Spiritual

Pasien beragama islam

Sebelum sakit : Pasien belajar mengaji di masjid

Selama sakit : Pasien tidak bisa menjalankan aktivitas belajar

mengaji

Page 9: askep 2 HIPERTERMI

12. Pola Kebutuhan Bekerja

Sebelum sakit : Pasien sehari – hari membantu ibunya untuk

membersihkan rumahnya dan belajar , seperti

menyapu

Selama Sakit : Pasien tidak bisa membantu ibunya dan pasien tidak

bisa belajar karena sakit

13. Pola kebutuhan bermain dan rekreasi

Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan anaknya jarang

mengunjungi tempat rekeasi , waktu luang

digunakan menonton TV, Pasien suka menonton

film kartun sebagai hiburannya

Selama sekit : Pasien hanya berbincang – bincang pada

keluarganya yang menunggu dan dihibur oleh

bapak / ibunya.

` 14. Pola kebutuhan belajar

Pasien seorang murid sekoah dasar

Sebelum sakit : Pasien sekolah setiap hari, pasien belajar malam

sebelum tidur

Selama sakit : pasien tidak bisa masuk sekolah , pasien tidak bisa

belajar malam

.

Page 10: askep 2 HIPERTERMI

F. PENGKAJIAN FISIK

1. Keadaan Umum : lemah

2. Tingkat Kesadaran` : Composmetis

GCS : M = 6

V = 5

E = 4

3. TTV : TD = 110/70 mmhg

N = 100 x/ menit

S = 38,5 0 C

RR = 18 x/ menit

4. Kepala : Bentuk mesochepal, distribusi rambut merata,

tidak ada lesi di kulit kepala, rambut lurus

tidak ada ketombe, rambut bersih

5. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikhterik, pupil ishokor, fungsi penglihatan

baik

6. Hidung : Tidak ada pembesaran polip, tidak ada

penumpukan sekret, fungsi pembau baik

7. Mulut : Berwarna merah, bibir pasien lembab, mukosa

bibir lembab, tidak ada stomatitis, jumlah gigi

pasien 19

8. Telinga : Kiri dan kanan simetris, tidak ada

penumpukan serumen, fungsi pendengaran

baik

9. Leher : Tidak ada pembesaran JVP, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri

telan, tidak ada kaku kuduk

10. Thorax

1. Paru – paru : I = bentuk simetris, tidak tampak tarikan intra

cutan

P= vocal fremitus dex lebih bergetar dari sin

P= Sonor

A= Vesikuler

2. Jantung : I = Ictus cordis tidak tampak

P = Ictus cordis teraba pada ICS ke V kiri

P = Redup

Page 11: askep 2 HIPERTERMI

A = Reguler (S1 + S2 ) lub – dup

11. Abdomen : I = bentuk datar

A = peristaltik usus 7x/ menit

P = tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

P = tympani

12. Ekstremitas (dex, sin )

Atas : tangan kanan koordinasi gerak terbatas

terpasang infus ,tidak ada edema dan akral

tangannya hangat

Bawah : Koordinasi baik, tidak ada edema dan akral

kakinya hangat

13. Kulit : Warnanya sawo matang, turgor kulit baik

14. Genetalia : tidak terpasang DC dan genetalia keadaan

bersih

15. Anus : tidak ada hemorroid, tidak ada gangguan

BAB, dan keadaan bersih

F. DATA PENUNJANGPemeriksaan Laborat Normal

HB : 11,1 g/d ( 12 –16 )Leukosit : 5700 /mm3 ( 4000 – 10 000)BBS I/II : 10/25 mm3

Eosinofil : 0 ( 1 – 5 )Batang : 0 ( 3 – 5 )Segmen : 81 ( 37 – 50)Limfosit : 13 ( 25 – 40 )Monosit : 6 (1 – 6 )Eritrosit : 3 940 000/mm3 (4,5 juta – 5 juta)Trombosit : 204 000/mm3 (200 000 – 500 000)

G. THERAPIInfus RL 10 tetes / menit

Amolxilin 3 x 250 mg

Ambroxol 7,5 mg, 3 x 1 / hari

CTM 1/3 tablet, 3 x I /hari