askep

61
BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung konsentrasi nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan fungsi normal sel. Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang konstan (homeostatis). Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan keseimbangan volume, komposisi dan keseimbangan asam basa cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi abnormalisasi seperti penyakit atau trauma. Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya tetap stabil adalah penting untuk homeostatis. Sistem pengaturan mempertahankan konstannya cairan tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa, dan pertukaran kompartemen cairan ekstraseluler dan intraseluler. Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang 60% berat badan orang

Upload: mahala-wida-choiriyah

Post on 09-Jul-2016

10 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: askep

BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung

konsentrasi nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan fungsi

normal sel. Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang konstan

(homeostatis). Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan keseimbangan

volume, komposisi dan keseimbangan asam basa cairan tubuh selama fluktuasi

metabolik normal atau saat terjadi abnormalisasi seperti penyakit atau trauma.

Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya tetap stabil

adalah penting untuk homeostatis. Sistem pengaturan mempertahankan konstannya

cairan tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa, dan pertukaran

kompartemen cairan ekstraseluler dan intraseluler.

Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk

dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang 60%

berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor

yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan

lemak dalam tubuh.

Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih

tinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional

mempunyai lebih banyak cairan tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih

gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang

lebih kurus, karena sel lemak mengandung sedikit air.

Page 2: askep

B. Rumusan Masalah

1. PengertianKeseimbanganCairandan elektrolit tubuh

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

3. Faktor yang mempengaruhi keseimbangan normal cairan dan elektrolit

4. Asuhan keperawatan pada keseimbangan cairan dan elektrolit

C. Tujuan Masalah

1. Mampu menjelaskan keseimbangan cairan dan elektrolit

2. Mampu menjelaskan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

3. Mampu menjelaskan variabel apa saja yang mempengaruhi keseimbangan normal

cairan dan elektrolit

4. Mampu melaksanakan proses keperawatan dan ketidakseimbangan cairan dan

elektrolit

  

Page 3: askep

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap

sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu

bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan

komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang

terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang

menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam

larutan.

Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan

intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan

elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke

dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung

satu dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang

lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan

cairan ekstraseluler.

Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan

cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga

kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan

transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler,

cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler

adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan

sekresi saluran cerna.

1). Distribusi Cairan Tubuh

Page 4: askep

a) Cairan Ekstrasel, tediri dari cairan interstisial (CIS) dan Cairan Intravaaskular.

Cairan interstisial mengisi ruangan yang berada diantara sebagian besar sel tubuh

dan menyusun sebagian besar cairan tubuh. Sekitar 15% berat tubuh merupakan

cairan tubuh interstisial. Cairan intravascular terdiri dari plasma, bagian cairan

limfe yang mengandung air tidak berwarna, dan darah mengandung suspensi

leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma menyusun 5% berat tubuh.

b). Cairan Intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi subtansi terlarut

atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk

metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen cairan

intrasel memiliki banyak solute yang sama dengan cairan yang berada diruang

ekstrasel. Namun proporsi subtansi subtansi tersebut berbeda. Misalnya, proporsi

kalium lebih besar didalam cairan intrasel daripada dalam cairan ekstasel. Secara

Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :

Distribusi cairan tubuh adalah relatif tergantung pada ukuran tubuh itu sendiri.

1. Dewasa 60%

2. Anak-anak 60 – 77%

3. Infant 77%

4. Embrio 97%

5. Manula 40 – 50 %

Pada manula, prosentase total cairan tubuh berkurang dikarenakan sudah

mengalami kehilangan jaringan tubuh.

Intracellular volume = total body water – extracellular volume

Interstitial fluid volume = extracellular fluid volume – plasma volume

Total bloods volume = plasma volume / (1 - hematocrite)

2). Fungsi Cairan Tubuh

Page 5: askep

a. Memberi bentuk pada tubuh

b. Berperan dalam pengaturan suhu tubuh

c. Berperan dalam berbagai fungsi pelumasa

d. Sebagai bantalan

c. Sebagai pelarut dan tranfortasi berbagai unsur nutrisi dan elektrolit

d. Media untuk terjadinya berbagai reaksi kimia dalam tubuh

e Untuk performa kerja fisik

3) Komposisi Cairan Tubuh

Zat Plasma

(mOsm/l)

Intertisial

(mOsm/l)

Intraselular

(mOsm/l)

Na+ 142 139 14

K+ 4,2 4,0 140

Ca2+ 1,3 1,2 0

Mg2+ 0,8 0,7 20

Cl- 108 108 4

HCO3- 24 28,3 1,0

HPO4-, H2PO4 2 2 11

SO42- 0,5 0,5 1

Fosfokreatin - - 45

Kamosin - - 14

Asam amino 2 2 8

Kreatin 0,2 0,2 9

Laktat 1,2 1,2 1,5

Adenosin

trifosfat

- - 5

Page 6: askep

Heksosa

monofosfat

- - 3,7

Glukosa 5,6 5,6 -

Protein 1,2 1,2 4

Ureum 4 4 4

Lain-lain 4,8 3,9 10

Total mOsm/l 301,8 300,8 301,2

Aktivitas

osmolar

terkoreksi

282 281 281

Tekanan

osmotik total

5443 5423 5423

4) Pergerakan Cairan Tubuh

Mekanismepergerakancairantubuhmelaluienam proses, yaitu :

a. Difusi

Perpindahan partikel melewati membran permeabel dan sehingga kedua

kompartemen larutan atau gas menjadi setimbang. Partikel listrik juga dapat

berdifusi karena ion yang berbeda muatan dapat tarik menarik. Kecepatan

difusi (perpindahan yang terus menerus dari molekul dalam suatu larutan atau

gas) dipengaruhi oleh :

a) Ukuran molekul ( molekul kecil lebih cepat berdifusi dari molekul besar

b) Konsentrasi molekul (molekul berpindah dari konsentrasi tinggi ke

konsentrasi rendah)

c) Temperatur larutan (temperatur tinggi meningkatkan kecepatan difusi).

Page 7: askep

b. Osmosis

Pelarut bergerak melewati membran menuju larutan yang berkonsentrasi lebih

tinggi. Tekanan osmotik terbentuk ketika dua larutan berbeda yang dibatasi

suatu membran permeabel yang selektif. Proses osmosis (perpindahan pelarut

dari dari yang konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi), dipengaruhi oleh :

a) pergerakan air

b) semipermeabilitas membran

c. Transfor aktif

Merupakan proses pemindahan molekul atau ion yang memiliki gradien

elektrokimia dari area berkonsentrasi rendah menuju konsentrasi yang lebih

tinggi. Pada proses ini memerlukan molekul ATP untuk melintasi membran

sel.

d. Tekanan hidrostatik

Gaya dari tekanan zat cair untuk melawan tahanan dinding pembuluh darah.

Tekanan hidrostatik berada diantara arteri dan vena (kapiler) sehingga larutan

ber[indah dari kapiler ke intertisial. Tekanan hidrostatik ditentukan oleh :

a) kekuatan pompa jantung

b) kecepatan aliran darah

c) tekanan darah arteri

d) tekanan darah vena

e. Filtrasi

Filtrasi dipengaruhi oleh adanya tekanan hidrostatik arteri dan kapiler yang

lebih tinggi dari ruang intertisial. Perpindahan cairan melewati membran

Page 8: askep

permeabel dari tempat yang tinggi tekanan hidrostatiknya ke tempat yang lebih

rendah tekanan hidrostatiknya.

f. Tekanan osmotik koloid

Terbentuk oleh larutan koloid (protein atau substansi yang tidak bisa berdifusi)

dalam plasma. Tekanan osmotik koloid menyebabkan perpindahan cairan

antara intravaskuler dan intertisial melewati lapisan semipermeabel. Hal ini

karena protein dalam intravaskuler 16x lebih besar dari cairan intertisial, cairan

masuk ke capiler atau kompartemen pembuluh darah bila pompa jantung

efektif. Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :

a) Fase I

Plasma darah pindah dari seluruh tubuh kedalam system sirkulasi, dan

nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.

b) Fase II

Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel

c) Fase III

Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan

interstitial masuk kedalam sel.Pembuluh darah kapiler dan membrane sel

yang merupakan membrane

Semi permiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen

dalam cairan tubuh ikut berpindah.

5) Pengaturan Cairan tubuh

Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah

cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.

Page 9: askep

a) Asupan

Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ±

2500cc per hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah

dari makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini

menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka

mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi

ketidakseimbangan volume cairan tubuh di mana asupan cairan kurang atau

adanya perdarahan, maka curah jantung menurung, menyebabakan terjadinya

penurunan tekanan darah.

b) Pengeluaran

Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan

cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300 cc. Jumlah air

yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine),

sebanyak ±1500 cc per hari pada orang dewasa. Hal ini juga dihubugkan

dengan banyaknya asupan air melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan

pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur, dan sering dilakukakan melalui

kulit (berupa keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses). Pengeluaran

cairan dapat pula dikategorikan sebagai pengeluaran cairan yang tidak dapat

diukur karena, khususnya pada pasien luka bakar atau luka besar lainnya,

jumlah pengeluaran cairan (melalui penguapan) meningkat sehingga sulit

untuk diukur. Pada kasus seperti ini, bila volume urine yang dikeluarkan

kurang dari 500 cc per hari, diperlukan adanya perhatian khusus. Setiap 1

derajat celcius akan berpengaruh pada output cairan.

Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan

pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan

Page 10: askep

jumlah dan kecepatan pernapasan, deman, keringat, dan diare dapat

menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah secara terus

menerus.

Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:

1. Urine

Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika

urinaria (kandung kemih). Proses ini merupakanproses pengeluaran

cairan tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal disaring pada glomerulus

dan dalam tubulus ginjal untuk kemudian diserap kembali ke dalam

aliran darah. Hasil ekskresi terakhir proses ini adalah urine. Jika terjadi

penurunan volume dalam sirkulasi darah, reseptor atrium jantung kiri dan

kanan akan mengirimkan impuls kembali ke ginjal dan memproduksi

ADH sehingga mempengaruhi pengeluaran urine.

2. Keringat

Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang

panas. Keringat banyak mengandung garam, urea, asam laktat, dan ion

kalium. Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan memengaruhi

kadar natrium dalam plasma.

3. Feses

Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat.

Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling

sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui feses jumlahnya

berlebihan,maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Jumlah rata-

rata pengeluaran cairan melalui feese adalah 100 ml/hari.

Page 11: askep

6). Pengaturan Elektrolit

a). Natrium (Na+)

Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na+ mempengaruhi

keseimbanagan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. ion natrium di

dapat dari saluran pencernaan, makanan atau minuman masuk ke dalam cairan

ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal,

pernapasan, saluran pencarnaan, dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion di

lakukan oleh ginjal. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.

b). Kalium (K+)

Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability

neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentuka nglikogen,

sintesa protein, pengaturan keseimbangan asam basa, karena ion K+ dapat

diubah menjadi ion hidrogen (H+). Kalium dapat diperoleh melalui makanan

seperti daging, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kalium dapat dikeluarkan

melalui ginjal, keringat dan saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi kalium

dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam cairan ekstrasel. Nilai normalnya

sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.

c) Kalsium (Ca2+)

Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, berguna untuk

integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung, pembekuan darah, serta

pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh

Page 12: askep

kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid mengabsorpsi kalsium melalui

gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon thirocalcitonin menghambat

penyerapan Ca+ tulang. Kalsuim diperoleh dari absorpsi usus dan resorpsi tulang

dan di keluaran melalui ginjal, sedikit melalui keringaserta di simpan dalam

tulang. Jumlah normal kalsium 8,5 – 10,5 mg/dl.

d) Magnesium (Mg2+)

Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting untuk

aktivitas enzim, neurochemia, danmuscular excibility. Sumber magnesium

didapat dari makanan seperti sayuran hijau, daging dan ikan.

Nilainormalnyasekita 1,5-2,5 mEq/lt.

e) Klorida (Cl ˉ )

Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, berperan dalam pengaturan

osmolaritas serum dan volume darah, regulasi asam basa, berperan dalam bufer

pertukaran oksigen, dan karbon dioksida dalam sel darah merah. Klorida

disekresi dan di absorpsi bersama natrium di ginjal dan pengaturan klorida oleh

hormin aldosteron.Normalnyasekitar 95-105 mEq/lt.

f) Bikarbonat (HCO3ˉ )

HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstrasel

dan intrasel dengan fungsi utama adalah regulasi keseimbangan asam basa.

Biknat diatur oleh ginjal.

g) Fosfat

Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi untuk

meningkatkan kegiatan neuromuskular, metabolism karbohidrat, pengaturan

asam basa. Pengaturan oleh hormone paratiroid.

Page 13: askep

NILAI-NILAI NORMAL

Jeniscairandanelektrolit Nilai normal dalamtubuh

-      Potasium [K+]

-      Sodium [Na+]

-      Kalsium [Ca2+]

-      Magnesium [Mg2+]

-      Fosfat [PO42-]

-      Klorida [Cl-]

-      Bikarbonat [HCO3]

3.5 – 5 mEq/L

135 – 145 mEq/L

8.5 – 10.5 mg/dl (4.5 – 5.8 mEq/L)

1.5 – 2.5 mEq/L

2.7 – 4.5 mg/dl

98 – 106 mEq/L

24 – 28 mEq/L

2.2 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

1. Ketidakseimbangan cairan

Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu gangguan keseimbangan

isotonis dan osmolar.Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika sejumlah cairan dan

elektrolit hilang bersamaan dalam proporsi yang seimbang. Sedangkan

ketidakseimbangan osmolar terjadi ketika kehilangan cairan tidak diimbangi dengan

perubahan kadar elektrolit dalam proporsi yang seimbang sehingga menyebabkan

perubahan pada konsentrasi dan osmolalitas serum. Berdasarkan hal tersebut, terdapat

empat kategori ketidak seimbangan cairan, yaitu :

a.         Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik

b.         Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)

c.         Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan

  d.       Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)

       2. Defisit Volume Cairan

Page 14: askep

Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler

dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga

hipovolemia.Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler,

lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga

menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini,

tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volumecairan

disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit,

penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi

tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula

dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi

intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau

rongga sendi. Selain itu, kondisitertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran

pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.

3. Defisit Cairan

Faktor Resiko

      1. kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung)

tanda klinis : kehilangan berat badan

2. ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan dan depresi

konfusi)

tanda klinis : penurunan tekanan darah

4. Dehidrasi

Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat kehilangan

cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional,

terutama natrium.Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan kadarnatrium,

peningkatan osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari sel dan

Page 15: askep

kompartemen interstitial menuju ruang vascular. Kondisi ini menybabkan gangguan

fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko mengalami dehidrasi salah satunya

adalah individu lansia.Mereka mengalami penurunan respons haus atau pemekatan

urine.Di samping itu lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar sehingga beresiko

tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit dalam tubuh.Klien dengan

diabetes insipidus akibat penurunan hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan

tipe hiperosmolar. Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan jumlah solute dalam

aliran darah.

5. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)

Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit dalam

kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan

isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir

selalu disebabkan oleh penungkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan

terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatispada proses

regulasi keseimbangan cairan.

Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain :

a. Asupan natrium yang berlebihan

b. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan

gangguan mekanisme regulasi cairan.

c. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung (gagal ginjal

kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom Cushing

d. Kelebihan steroid.

e. Kelebihan Volume Cairan

Factor resiko :

1.Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena

Page 16: askep

Tanda klinis : penambahan berat badan

2.  Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan

Tanda klinis : edema perifer dan nadi kuat

6.Edema

Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam

kompartemen ekstraselulermeningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari

sel sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema). Edema

yang sering terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat local atau

menyeluruh, tergantung pada kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi ketika

adapeningkatan produksi cairan interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial.

Hal ini dapat terjadi ketika:

a. Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang menyebabkan

perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).

b. Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia, obstruksisirkulasi vena)

yang menyebabkan cairan dalam pembuluh darahterdorong ke ruang interstisial.

c. Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade limfatik)

Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau cekungan setelah

dilakukan penekanan pada area yang bengkak. Cekungan unu terjadiakibat pergerakan

cairan dari daerah yang ditekan menuju jaringan sekitar (menjauhi lokasi tekanan).

Umumnya, edema jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh gangguan natrium.

Adapun edema yang disebabkan oleh retensi cairan hanya menimbulkan edema non

pitting.

2.3 Variabel Yang Mempengaruhi Keseimbangan Normal Cairan Dan Elektrolit

1. Usia

Page 17: askep

Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usiaberpengaruh

terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan.

Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar

dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan

yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan

pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi

ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan

dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada

individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah

jantung atau gangguan ginjal

2. Aktivitas

Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit.

Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini

mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah

cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari

(insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar

keringat.

3. Iklim

Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak

akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam

situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss,

IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan,

tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi

atau di dearah dengan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan

cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang

Page 18: askep

bersuhu tinggi, mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehari melalui

keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan

cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang

tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.

4.Diet

Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan

makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih

dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan

kadar albumin.

5. Stress

Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh

mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan

glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu,

stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat

mengurangi produksi urine.

6. Penyakit

Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel atau

jaringan yang rusak (mis., Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga

dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran

gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena

kemampuan pompajantung menurun, tubuh akan melakukan penimbunan cairan dan

natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih

lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan

dalam jumlah yang cukup untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam

Page 19: askep

dan basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih

banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya, dalam

keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkanproduksi urine dengan berbagi cara.

Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila

ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun.

Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami

oliguria (produksi urine kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urine

kurang dari 200 ml/ 24 jam).

7. Tindakan Medis

Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan

elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan

kadar kalsium dan kalium.

8.Pengobatan

Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat

menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan

tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar

kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi

natrium dan air dalam tubuh.

9. Pembedahan

Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan.

Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan

beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan

berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa

stress akibat obat-obat anastesia.

4 Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Keseimbangan Cairan Elektrolit

Page 20: askep

      Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

meliputi pengkajian riwayat kesehatan (keperawatan), pengukuran klinis (berat badan

harian, tanda vital, serta asupan dan haluaran cairan), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

laboratorium untuk mengevaluasi keseimbangan cairan dan elektrolit.

Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan dalam pengkajian meliputi asupan makanan dan cairan,

haluaran cairan, tanda–tanda kehilangan atau kelebihan cairan, tanda-tanda gangguan

keseimbangan elektrolit, penyakit yang diderita, obat atau tindakan yang dapat

menyebabkan gangguan keseimbangan cairan.

Pengukuran klinis

Tiga jenis pengukuran klinis yang dapat dilakukan oleh perawat adalah pengukuran berat

badan harian, tanda-tanda vital, serta asupan dan haluaran cairan.

Pengukuran berat badan

Pengukuran berat badan harian menyediakan informasi yang relatif akurat tentang status

cairan sebab perubahan berat badan menunjukkan adanya perubahan cairan akut. Setiap

penurunan berat badan satu kilogram menunjukkan tubuh kekurangan cairan sebanyak

satu liter. Perubahan berat badan menunjukkan terjadinya perubahan cairan pada seluruh

kompartemen tubuh. Apabila kehilangan/kelebihan berta badan mencapai 5%-8% dari

total berat badan, ini mengindikasikan terjadinya kelebihan/kehilangan cairan sedang

hingga berat. Untuk memperoleh hasil pengukuran berat badan yang akurat, diperlukan

standardisasi alat ukur yang digunakan sebelun dan sesudah penimbangan. Selain itu,

penimbangan berat badan sebaiknya dilakukan pada waktu yang sama (mis., sebelum

sarapan atau setelah buang air besar) dan dengan mengenakan pakaian yang sama. Secara

umum, jumlah cairan yang hilang dapat dihitung dengan rumus berikut.

Page 21: askep

Kehilangan air= berat badan normal – berat badan sekarang

Jika berat badan turun lebih dari 500 g/hari, ini mungkin menunjukkan telah terjadi

kehilangan cairan dari tubuh. Akan tetapi, jika penurunan kurang dari 300 g/hari, ini

mungkin disebabkan oleh penyebab lain. Begitu juga bila ada penambahan berat bdan,

mungkn ini menunjukkan retensi cairan.

Tanda vital

Perubahantanda vital mungkin mengindikasikan adanya ketidakseimbangan cairan,

elektrolit, dan asma basa, atau sebagai upaya kompensasi dalam mempertahankan

keseimbangan dalam tubuh. Peningkatan suhu tubuh mungkin menunjukkan kondisi

dehidrasi, sedangkan takikardia merupakan tanda pertama yang menunjukkan adanya

hipovolemia akibat kekurangan cairan. Denyut nadi cenderung menguat pada kondisi

kelebihan cairan dan melemah pada kekurangan cairan. Perubahan laju dan kedalaman

pernapasan mungkin menunjukkan adanya gangguan keseimbangan asam-basa. Tekanan

darah cenderung meningkat pada kelebihan cairan dan menurun pada kekurangan cairan.

Asupan dan haluaran

Pengukuran klinis ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah besarnya asupan dan

haluaran cairan. Pengukuran dan pencatatan asupan dan haluaran cairan dalam 24 jam

diperlukan sebagai data dalam menentukan keseimbangan cairan tubuh. Perawat harus

memberikan informasi pada klien, keluarga, dan seluruh tenaga kesehatan tentang

perlunya penghitungan asupan dan haluaran cairan yang akurat. Penghitungan asupan

cairan meliputi asupan minum per oral, makanan, makanan cair, cairan parenteral, obat-

obat intravena, serta irigasi kateter atau selang. Adapun penghitungan haluaran cairan

Page 22: askep

meliputi haluaran urine, feses encer, muntahan, keringat, drainase (lambung atau usus),

drainase luka/fistula, serta dari pernapasan yang cepat dan dalam.

Untuk menentukan apakah asupan dan haluaran cairan proporsional, kita dapat

melakukan beberapa teknik, seperti membandingkan total asupan cairan per 24 jam

dengan total haluaran dalam 24 jam atau dengan membandingkan hasil pengukuran saat

ini dengan sebelumnya. Langkah ini terutama dilakukan untuk mengukur jumlah cairan

yang besar, seperti urine. Normalnya, orang dewasa memproduksi urine 40-80 ml/jam.

Jika volume urine melebihi kisaran tersebut, kemungkinan tubuh mengalami kelebihan

cairan. Sebaliknya, jika volume urine kurang dari 30ml/jam, kemungkinan terjadi

dehidrasi.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk mengkaji kebutuhan cairan dan elektrolit

difokuskan pada kulit, rongga mulut, mata, vena jugularis,vena-vena tangan, dan sistem

neurologis.

Turgor kulit

Turgor kulit menggambarkan cairan intertisial dan elastisitas kulit. Penurunan turgor

terkait dengan elastisitas kulit. Normalnya, jika dicubit, kulit akan kembali ke posisi

normal setelah dilepaskan. Pada klien dengan defisit volume cairan, kulit akan kembali

datar dalam jangka waktu yang lebih lama(hingga beberapa detik). Pada orang dewasa,

pengukuran turgor kulit paling baik dilakukan di atas sternum, kening, dan paha sebelah

dalam. Pada anak, pengukuran turgor sebaiknya dilakukan di area abdomen atau paha

bagian tengah. Pada orang tua, turgor kulit mengalami penurunan sehingga perlu

dilakukan penimbangan berat badan untuk mengukur status hidrasi disamping dengan

pengukuran turgor kulit.

Iritabilitas neuromuskular

Page 23: askep

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkaji ketidakseimbangan kalsium dan magnesium.

Pemerikaan fisik meliputi pemeriksaan tanda chovstek dan tanda trousseau. Pemeriksaan

tanda chovstek dilakukan dengan mengetuk saraf wajah (sekitar 2cm di depan liang

telinga). Jika pada saat diketuk terjadi refleks meringis pada otot wajah, termasuk bibir,

berarti tanda chovstek positif (mungkin terjadi hipomagnesemia atau hipokalsemia).

Untuk melakukan test trousseau, pasang manset tekanan darah pada lengan, pompa

dengan tekanan di bawah sistole selama 2-3 menit. Apabila timbul spasme karpal dan

tetani, mengindikasikan terjadinya hipokalsemia dan hipomagnesemia.

Pemeriksaan laboratorium

Elektrolit serum

Pemeriksaan kadar elektrolit serum sering dilakukan untuk mengkaji adanya gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemeriksaan yang paling sering adalah natrium,

kaliium , klorida, dan ion bikarbonat. Penghitungan kebutuhan cairan dengan

menggunakan nilai Na+adalah:

Air yang hilang = 0,6 x BB x(Na + serum terukur – 142)

Na+serum terukur

Hitung darah

Hematokrit (Ht) menggambarkan persentase total darah dengan sel darah merah. Karena

hematokrit adalah pengukuran volume sel dalam plasma, nilainya akan dipengaruhi oleh

jumlah cairan plasma. Dengan demikian, nilai Ht pada klien yang mengalami dehidrasi

atau hipovolemia cenderung meningkat, sedangkan nilai Ht pada pasien yang mengalami

overdehidrasi dapat menurun. Normalnya, nilai Ht pada laki-laki adalah 40%-54% dan

perempuan 37%-47%. Biasanya, peningkatan kadar hemoglobin diikuti dengan

peningkatan kadar hematokrit.

Page 24: askep

Air yang hilang= PAT x BB x [1- (Ht normal/Ht terukur)

Keterangan

Perbandingan air tubuh(PAT)

a)              nilai 0,2 untuk dehidrasi akut

b)             nilai 0,6 untuk dehidrasi kroni

Osmolalitas

Osmolalitas merupakan indikator konsentrasi sejumlah partikel yang terlarut dalam serum

dan urine. Biasanya dinyatakan dalam mOsm/kg.

Ph urine

pH urine menunjukkan tingkat keasaman urine yang dapat digunakan untuk

menggambarkan ketidakseimbangan asam-basa. pH urine normal adalah 4,6-8 pada

kondisi asidosis metabolik.

Berat jenis urine

Berat jenis urine dapat digunakan sebagai indikator gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit, walaupun hasilnya kurang reliabel. Akan tetapi, pengukuran BJ urine

merupakan cara paling mudah dan cepat untuk menentukan konsentrasi urine. Berat jenis

urine dapat meningkat saat terjadi pemekatan akibat kekurangan cairan dan menurun saat

tubuh kelebihan cairan. Nilai BJ urine normal adalah 1,005-1,030 (biasanya 1,010-1,025).

Selain itu, BJ urine juga meningkat saat terdapat glukosa dalam urine, juga pada

pemberian dekstran, obat kontras radiografi, dan beberapa jenis obat lainnya.

Diagnosis keperawatan

1.kekurangan volume cairan

Definsi

Page 25: askep

Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau berisiko mengalami

dehidrasi vaskular, interstisial, atau intravaskular.

Batasan karakteristik

Mayor

        ·         ketidakcukupan asupan cairan per oral

        ·         balans negatif antara asupan dan haluaran

        ·         penurunan berat badan

        ·         kulit/membran mukosa kering(turgor menurun)

Minor

        ·         peningkatan natrium serum

        ·         penurunan haluaran urine atau haluaran urine berlebihan

        ·         urine pekat atau sering berkemih

        ·         penurunan turgor kulit

        ·         haus, mual/anoreksia

faktor yang berhubungan

        ·         berhubungan dengan haluaran urine berlebihan, sekunder akibat diabetes

insipidus

       ·         berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan

melalui evaporasi akibat luka bakar

        ·         berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase

abnormal dari luka, diare

        ·         berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretik atau alkohol berlebihan

        ·         berhubungan dengan mual, muntah

        ·         berhubungan dengan penurunan motivasi untuk minum, sekunder akibat

depresi atau keletihan

Page 26: askep

        ·         berhubungan dengan masalah diet

        ·         berhubungan dengan pemberian makan per slang dengan konsentrasi tinggi

        ·         berhubungan dengan kesulitan menelan atau kesulitan makan sendiri akibat

nyeri mulut

2. kelebihan volume cairan

Definisi

Kondisi ketika individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan beban cairan

intraseluler atau interstisial.

Batasan karakteristik

Mayor

        ·         edema

        ·         kulit tegang, mengilap

Minor

        ·         asupan melebihi haluaran

        ·         sesak napas

        ·         kenaikan berat badan

faktor yang berhubungan

        ·         berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder akibat

gagal jantung

     ·       berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan

penurunan curah jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit katup

jantung

      ·         berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid plasma yang

rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, sirosis hepatis, asites, dan kanke

Page 27: askep

      ·         berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises vena,

trombus, imobilitas, flebitis kronis

         ·         berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat penggunaan

kortikosteroi

         ·         berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan

         ·         berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, malnutrisi

       ·         berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat imobilitas,

bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam waktu lama.

         ·         Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus saat hamil

         ·         Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder akibat

mastektomi

3. gangguan keseimbangan elektrolit(K)

Definisi

Batasan karakteristik

Mayor

        ·         Perubahan kadar kalium

Minor

        ·         Aritmia

        ·         Kram tungkai

        ·         Mual

        ·         Hipotensi

        ·         Bradikardia

        ·         Kesemutan

Faktor yang berhubungan

        ·         Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas

Page 28: askep

        ·         Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebihan karena muntah, diare

        ·         Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat kerusakan

ginjal

        ·         Berhubungan dengan diet tinggi-kalium/rendah-kalium

Rencana dan Implementasi Keperawatan

1.kekurangan volume cairan

Kriteria hasil

        ·         Terjadi peningkatan asupan cairan minimal 2000 ml per hari(kecuali ada

kontra indikasi)

        ·         Menjelaskan perlunya meningkatkan asupan cairan pada saat stres atau cuaca

panas

        ·         Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal

        ·         Tidak menunjukkan adanya tanda atau gejala dehidrasi

Intervensi

        ·         Kaji cairan yang disukai klien dalam batasan diet

       ·         Rencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap sif, misalnya siang

1000 ml, sore 800 ml, dan malam 200 m

      ·         Kaji pemahaman klien tentang alasan/pentingnya mempertahankan hidrasi

yang adekuat dan metode yang dapat digunakan untuk mempertahankan hidrasi yang

adekuat

        ·         Catat asupan dan haluaran

        ·         Pantau asupan cairan per oral, minimal 1500 ml/24 jam

        ·         Pantau haluaran cairan, minimal 1000-1500 ml/24 jam. Pantau penurunan

berat jenis urine

Page 29: askep

        ·        Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan

mengenakan pakaian yang sama. 

       .   Penurunan BB 2%-4% menunjukkan dehidrasi ringan; penurunan 5%-9%

menunjukkan dehidrasi sedang

        ·         Pantau kadar elektrolit urine dan serum, BUN, dan osmolalitas, kreatinin,

hematokrit, dan hemoglobin

        ·         Jelaskan bahwa kopi, teh dan jus buah anggur merupakan diuretik dan dapat

menyebabkan kehilangan cairan

      ·         Untuk drainase luka, dapat dilakukan pengukuran jumlah dan jenis drainase,

bila perlu dengan menimbang balutan. Balut luka untuk meminimalkan kehilangan cairan

2.kelebihan volume cairan

Kriteria hasil

        ·         Klien akan menyebutkan faktor penyebab dan metode pencegahan edema

        ·         Klien memperlihatkan penurunan edema

Intervensi

        ·         Kaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya retensi cairan

        ·         Anjurkan klien untuk menurunkan konsusi garam

        ·         Anjurkan klien untuk:

- menghindari makanan gurih, makanan kaleng, dan makanan beku;

            - mengonsumsi makanan tanpa garam dan menambahkan bumbu aroma (lemon,

kemangi, mint);

             - menggunakan cuka pengganti garam untuk penyedap rasa sop, rebusan, dll.

         ·         Kaji adanya tanda venostasis dan bendungan vena pada bagian tubuh yang

menggantung

Page 30: askep

       ·         Posisikan ekstremitas yang mengalami edema diatas level jantung, bila

memungkinkan (kecuali ada kontra indikasi)

          ·         Untuk drainase limfatik yang tidak adekuat

-tinggikan ekstemitas dengan menggunakan bantal

- ukur tekanan darah pada lengan yang tidak sakit

- jangan memberikan suntikan/infus pada lengan yang sakit

- lindungi lengan yang sakit dari cidera

-ingatkan klien untuk menghindari detergen yang keras, membawa beban berat,

memegang rokok, mencabut kutikula atau bintil kuku, menyentuh kompor panas,

mengenakan perhiasan atau jam tangan

- lindungi kulit yang edema dari cidera

3.gangguan keseimbangan elektrolit (kalium)

Kriteria hasil

        ·         Klien menjelaskan diet yang sesuai untuk mempertahankan kadar kalium

dalam batas normal

        ·         Klien berpartisipasi untuk melaporkan tanda-tanda klinis

hipokalenia/hiperkalenia

        ·         Kadar kalium dalam batas normal/dapat ditoleransi

Intervensi

Penurunan kadar kalium

      ·         Observasi tanda dan gejala hipokalenian(mis., vertigo, hipotensi, aritmia, mual,

muntah, diare, distensi abdomen, penurunan peristalsis, kelemahan otot, dan kram

tungkai)

        ·         Catatan asupan dan haluaran (poliuria dapat menyebabkan pengeluaran

kalium secara berlebihan).

Page 31: askep

        ·         Tentukan status hidrase klien bila terjadi hipokalemia (kelebihan cairan dapat

menyebabkan penurunan kadar kalium serum).

      ·         Kenali perubahan tingkah laku yang merupakan tanda-tanda hipokalemia. Nilai

kalium yang rendah dapat menyebabkan konfusi, mudah marah, depresi mental.

        ·         Anjurkan klien dan keluarga untuk mengonsumsi makanan tinggi-kalium

(mis., buah-buahan, sari buah, buah kering, sayur, daging, kacang-kacangan, teh, kopi,

dan kola).

        ·         Laporkan perubahan EKG; segmen ST yang memanjang, depresi segmen ST,

dan gelombang T yang datar atau terbalik merupakan indikasi hipokalemia.

        ·         Encerkan suplemen kalium per oral sedikitnya dalam 113,2 gram air atau sari

buah untuk mengurangi resiko iritasi mukosa lambung.

        ·         Pantau nilai kalium serum pada klien yang mendapat obat diuretik dan steroid.

(steroid kortison dapat menyebabkan retensi natrium dan ekskresi kalium).

         ·         Kaji tanda dan gejala toksisitas digitalis jika klien tengah mendapat obat

golongan digitalais dan diuretik atau steroid. (nilai kalium yang rendah dapat

meningkatkan kerja digitalis). 

Peningkatan kadar kalium

       ·         Observasi tanda dan gejala hiperkalemia (mis., bradikardia, kram abdomen,

oliguria, kesemutan, dan kebas pada ekstremitas)

     ·         Kaji haluaran urine. Sedikitnya 25 ml/jam atau 600 ml/hari. (haluaran urine

yang sedikit dapat menyebabkan hiperkalemia).

        ·         Laporkan nilai kalium serum yang melebihi 5mEq/l. Batasi asupan kalium

jika perlu. (nilai kaliu lebih dari 7mEq/l dapat menyebabkan henti jantung).

       ·         Pantau EKG untuk melihat adanya pelebaran kompleks QRS dan gelombang T

tinggi yang merupakan tanda hiperkalemia.

Page 32: askep

Tindakan Keperawatan

Peningkatan Asupan Cairan Per Oral

Tindakan ini dilakukan pada klien yang mengalami atau beresiko mengalami kekurangan

cairan (mis., klien yang menderita diare, demam tinggi, atau baru pulih dari pemberian

anestesia). Dalam pemberiannya, pasien umunya mendapat makanan/cairan dengan

konsentrasi rendah. Jika dapat ditoleransi, selanjutnya pasien akan mendapat

makanan/minuman dengan jumlah dan konsentrasi yang lebih tinggi hingga memenuhi

kebutuhan diet yang diharapkan.

Pembatasan asupan per oral

Pembatasan cairan per oral diperlukan pada klien yang mengalami retensi cairan(mis.,

klien yang menderita gagal ginjal, gagal jantung, atau SIADH).

Pemberian makan

Pada kondisi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, diperlukan asupan makanan yang

sesuai kebutuhan diet guna memulihkan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.

Sebagai contoh, pada klien yang mendapat furosemit (diuretik), dapat diberikan banyak

pisang dan jaruk guna mencegah hipokalemia, sedangkan pada pasien yang kekurangan

zat besi dapat diberikan sayuran dan daging.

Pemberian terapi intravena

Terapi intravena merupakan metode yang efektif yang efisian untuk menyuplai kebutuhan

cairan dan elektrolit tubuh. Perawat berperan dalam melakukan pemasangan terapi

intravena, perawatan, serta pemantauan terapi intravena. Secara garis besar, prosedur

pemasangan terapi intravena adalah sebagai berikut.

Persiapan alat dan bahan

        ·         Infus set

Page 33: askep

        ·         Cairan infus

        ·         Standar infus

        ·         Sarung tangan bersih

        ·         Torniket

        ·         Jarum infus

        ·         Pengalas

        ·         Gunting dan plester

        ·         Pompa elektrolik (bila diperlukan)

        ·         Lidi kapas

        ·         Bethadine (povidon-iodin)

        ·         Alkohol

        ·         Kassa

Prosedur pelaksanaan

      ·         Persiapkan klien. Minta persetujuan klien setelah memberikan penjelasan

mengenai tujuan dan jenis prosedur

        ·         Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

        ·         Siapkan lingkungan

        ·         Cuci tangan

        ·         Gantungkan botol cairan pada standar infus

        ·         Buka dan siapkan infus set

        ·         Buka slang dari plastik, jaga agar slang agar tidak terurai

        ·         Tutup klem

        ·         Buka botol, tusukkan pada jarum botol infus

Page 34: askep

      ·         Isikan cairan ke dalam tabung reservoir ( tabung penghitung tetes) dan slang

infus. Buka klem untuk mengisi slang dengan cairan infus. Jika telah terisi, klem ditutup

kembali.

        ·         Keluarkan udara dari slang (jika ada)

        ·         Siapkan plester yang diperlukan (mis., empat potong)

        ·         Pakai sarung tangan bersih

        ·         Cari lokasi pemasangan (usahakan pada area paling distal pada ekstremitas

yang tidak dominan)

        ·         Pasang pengalas di bawah lengan yang akan dipasang infus.

        ·         Pasang torniker sekitar 8-15 cm proksimal dari lokasi pemasang

        ·         Perhatikan kondisi vena dan tentukan vena yang akan digunakan

        ·         Lakukan desinfeksi pada daerah yang akan dipasangi infus

       ·         Buka penutup jarum dan tusukkan jarum ke dalam vena. Pastikan jarum telah

masuk ke dalam vena (2/3 jarum dimasukkan,mandrin ditarik sedikit untuk melihat ada

tidaknyaaliran darah)

      ·         Jika telah masuk, mandrin ditarik sekitar ½ panjang jaru, kemudian jarum

didorong hingga masuk seluruhnya ke dalam vena.

         ·         Dekatkan ujung infus set

        ·         Tekan daerah proksimal dari tempat pemasangan (sekitar 5 cm), buka ujung

infus set, tarik mandrin, dan segera masukkan ujung infus set pada jarum infus.

        ·         Buka klem untuk memastikan bahwa cairan infus dapat mengalir ke dalam

pembuluh darah dan pastikan tidak terjadi ekstravasasi (ditandai dengan aliran infus yang

tidak lancar, edema pada area pemasangan infus, nyeri yang sangat)

         ·         Apabila akses vena dipastikan lancar, lakukan fiksasi jarum infus

         ·         Tulis tanggal dan jam pemasangan infus

Page 35: askep

         ·         Atur tetesan infus

         ·         Bereskan alat – alat

         ·         Cuci tangan

Kateterisasi vena sentral

Kateterisasi vena sentral adalah pemasangan kateter ke dalam vena besar di tubuh. Ujung

kateter umumnya menjangkau vena besar (mis., vena kava inferior atau atrium kanan).

Pemasangan kateter vena sentral dapat dilakukan dengan atau tanpa teknik pembedahan.

Pemasangan kateter vena sentral melalui teknik pembedahan dapat dilakukan dalam tiga

cara, yaitu pemasangan pada vena subklavia, vena jugularis interna, dan vena parifer.

Pemasangan dengan teknik intraklavikular (di bawah klavikula) memungkinkan tubuh

untuk melakukan ambulasi, namun tindakan ini beresiko menimbulkan pneumotoraks

yang ditandai dengan nyeri dada berat dan mendadak, sesak napas, hipotensi,sianosis, dan

gelisah.

Mengobservasi terapi intravena

Hal-hal yang harus diobservasi dalam terapi intravena antara lain jenis cairan yang

diberikan; jumlah cairan yang telah, sedang, dan akan diberikan; serta kecepatan tetesan

cairan infus. Cairan yang diberikan secara cepat berpotensi menyebabkan gagal jantung

dan edema paru. Karenanya, kecepatan tetesan infus harus diobservasi setiap jam atau,

jika cairan diberikan secara cepat, observasi harus dilakukan lebih sering.

Di samping itu, kita juga perlu megobservasi area pemasangan infus untuk melihat

adanya ekstravasasi-cairan infus tidak lagi mengalir ke pembuluh darah tetapi masuk ke

jaringan. Untuk meyakinkan adanya infiltrasi (ekstravasasi), kita dapat menggunakan

teknik palpasi. Jika terdapat edema dan perubahan suhu di sekitar area pemasangan infus,

bisa dipastikan terjadi ekstravasasi. Selain itu, perawat juga perlu menginspeksi adanya

Page 36: askep

plebitis pada area pemasangan. Jika terjadi plebitis, infus harus segera dicabut dan

dipasang kembali pada lokasi yang lain.

Selain upaya di atas, perawat juga perlu memberitahu klien untuk segera melaporkan

adanya bengkak pada area pemasangan; menghindari gerakan tiba – tiba pada ekstremitas

yang terpasang infus atau menekuk sendi ekstremitas yang terpasang infus; tidak

menekan tabung infus dan menjaga agar botol infus selalu lebih tingggi dari lokasi

pemasangan; serta segera memanggil perawat apabila aliran infus berhenti atau berubah,

botol infus hampir kosong, terdapat darah dalam slang infus, dan adanya nyeri pada

lokasi pemasangan infus.

Melakukan penggantian balutan infus

Penggantian balutan infus dilakukan dalam waktu 24-72 jam. Penggantian balutan (kassa

atau pembalut transparan) dilakukan menurut prosedur berikut.

Persiapan alat dan bahan

        ·         Basin/bengkok

        ·         Pinset 2 buah

        ·         Sarung tangan bersih

        ·         Pengalas

        ·         Gunting plester

        ·         Kassa steril ukura 2x2

        ·         Povidon-iodin (bhetadine)

        ·         Lidi kapas

        ·         Plester

        ·         Kapas alkohol

Prosedur

        ·         Siapkan pasien dan lingkungan

Page 37: askep

        ·         Cuci tangan

        ·         Siapkan alat

- siapkan plester sesuai kebutuhan, gantung pada sisi meja troli

- pasang pengalas di bawah area pemasangan infus

- letakkan bengkok di dekat klien.

         ·         Pakai sarung tangan

         ·         Lepaskan balutan infus, bersihkan bekas plester dengan alkohol/bensin

         ·         Usapkan bhetadine pada area pemasangan infus

         ·         Pasang kassa yang baru dan plester

         ·         Bereskan alat

         ·         Cuci tangan

Transfusi darah umumnya dilakukan dengan menggunakan dua jenis set pemberian, yaitu

set Y dan set transfusi satu jalur. Set Y digunakan untuk memberikan whole blood

sehingga kita bisa menambahkan cairan NaCl pada jalur lainnya. Umumnya, salin normal

(NaCl 0,9%) diberikan sebelum transfusi darah karena dapat mengembalikan isotonisitas

darah ke kondisi semula. Adapun cairan lainnya, seperti Ringers, Dextrose, dan beberapa

obat lain, dapat menyebabkan hemolisis dan mengakibatkan penggumpalan sel darah

merah. Karena sel darah merah umumnya mengandung debris, set infus dilengkapi

dengan filter sehingga makroagregat dapat tersaring dan tidak masuk ke dalam pembuluh

darah. Secara umum, pemberian transfusi darah dapat menyebabkan berbagai reaksi

dalam tubuh.

Evaluasi keperawatan

Page 38: askep

Evaluasi keperawatan dilakukan dengan melakukan pengumpulan data selama tindakan

keperawatan (mis., turgor , asupan dan haluaran cairan, serta pengukuran berat badan) di

samping menentukan apakah kriteria hasil yang telah ditetapkan menurut masing-masing

diagnosis telah tercapai atau belum. Jika kriteria hasil belum tercapai, perawat harus

menggali mengapa kriteria tersebut belum tercapai dengan mengajukan pertanyaan-

prtanyaan berikut.

1.          Mengapa belum terjadi keseimbangan cairan dan elektrolit?

2.     .   Apa alasan yang diberikan oleh klien?

3.          Apakah klien tidak mampu mengonsumsi cairan melalui oral?

4.      Apakah klien merasa mual?

5.      Adakah kehilangan cairan abnormal?

6.      Apakah obat yang diberikan mempengaruhi asupan dan haluaran cairan?

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel mengandung

cairan intraseluler (cairan di dalam sel) yang komposisinya paling cocok untuk sel

tersebut dan berada di dalam cairan ekstraseluler (cairan di luar sel) yang cocok pula.

Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai didalam cairan

tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Keseimbangan cairan tubuh

adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan keluar.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan

ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,

Page 39: askep

sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga

kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.

Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan substansi terlarut (zat terlarut).

Air menyusun ± 50 – 60% dari total berat badan. Hubungan antara berat badan total dan

total air dalam tubuh relatif konstan pada tiapindividu dan merupakan refleksi dari lemak

tubuh. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit

diantaranya adalah :

1.  Usia

2.  Jenis kelamin

3.  Sel-sel lemak

4.  Stres

5.  Sakit

6.  Temperatur lingkungan

7.  Diet

3.2 Saran

Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah

pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para

pembacanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.