askep anak dm skenario 2
DESCRIPTION
tugas tutorTRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL KEPERAWATAN ANAK
SKENARIO 2
DIABETES MELLITUS TIPE 1
Disusun Oleh :
PSIK 6 A1
1. Agustin Retno Dewi (201110201001)2. Anita Nurfajrin (201110201006)3. Arum Tini Saras Wati (201110201011)4. Dwi Pemtiyati Aryuna sari (201110201016)5. Helga Dwi Ardianto (201110201021)6. Jeisna Priyanti (201110201026)7. Mareta Fitria Wulandari (201110201031)8. Ning Setiowati (201110201036)9. Nuraini (201110201041)10. Reni Dwi Wulandari (201110201046)11. Robin Maulana (201110201051)12. Septi Esti Wigati (201110201056)13. Tiara Ningrum Putri W (201110201061)14. Windariyati (201110201066)
PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Assalam 'mualaikumwr,wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini dengan
baik. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas dan diajukan untuk memenuhi standar proses
pembelajaran Tutorial . Dalam penyusunan laporan ini, penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Ibu Kustiningsih selaku dosen yang telah memberikan bimbingan kepada penulis.
2. Teman-teman kelompok A1 yang telah meluangkan waktu untuk membantu dalam
menyusunan laporan ini.
Meskipun telah berusaha segenap kemampuan, namun penulis menyadari bahwa laporan ini
masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari
semua pihak demi perbaikan di hari kemudian. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran di Fakultas Ilmu Keperawatan.
Wassalam 'mualaikumwr.wb.
Yogyakarta, 24 April 2014
Penulis
BAB I
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Diabetes mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membrane basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron. Diabetes mellitus ini terbagi menjadi dua
yaitu diabetes mellitus tipe 1 (tergantung insulin) atau disebut juga dengan IDDM dan
diabetes mellitus tipe 2 atau NIDDM (tidak tergantung insulin).
Jenis yang paling umum dari diabetes pada anak-anak adalah diabetes tipe 1.
Diabetes mellitus tipe 1 pada anak terjadi tanpa memandang usia. Meski masih terdengar
asing ditelinga sebagian masyarakat, kasus diabetes pada anak bukanlah hal langka lagi.
Dalam dua tahun terakhir saja terjadi peningkatan jumlah pasien diabetes anak-anak.
Perlu diketahui tidak ada penyakit lain di Indonesia yang bisa naik 4 kali lipat seperti
diabetes pada anak ini. Istilah lain mungkin juga dikenal dengan diabetes anak-anak,
diabetes rapuh, dan diabetes gula.
Diabetes mellitus tipe 1 adalah diabetes diabetes yang bergantung pada insulin
dimana tubuh kekurangan hormone insulin, dikenal dengan istilah Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM), dicirikan dengan rusaknya sel beta penghasil insulin pada
pulau-pulau langerhans sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Sampai saat ini
diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki
kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu,
sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita
diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta
pada diabetes tipe 1adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta
pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Ada dua bentuk diabetes tipe 1: Idiopatik tipe 1 – mengacu pada bentuk yang jarang dari
penyakit dengan tidak diketahui penyebabnya.
• Kekebalan-dimediasi diabetes – gangguan autoimun dimana sistem kekebalan tubuh di
hancurkan, atau mencoba untuk menghancurkan sel-sel dalam pankreas yang di produksi
olehinsulin.
Kekebalan-dimediasi diabetes adalah bentuk paling umum dari diabetes tipe 1 dan umumnya
disebut sebagai diabetes tipe
3.
1.
B. TANDA DAN GEJALA
Diabetes mellitus tipe 1 yang menyerang anak-anak sering tidak terdiagnosis
oleh dokter karena gejala diabetes pada anak yang awalnya yang tidak begitu jelas dan
pada akhirnya sampai pada gejala lanjut dan traumatis seperti mual, muntah, nyeri perut,
sesak nafas, bahkan koma. Seringkali gejala-gejala ini disalahkan oleh orangtua maupun
dokter sebagai penyakit usus buntu infeksi dan lain sebagainya. Namun berbeda dengan
gejala usus buntu, gejala diabetes pada anak tipe 1 ini mempunyai cirikhas yaitu nafas si
anak berbau asam atau keton. Kelalaian dalam diagnosis penyakit diabetes mellitus1
menyebabkan penanganan yang tidak sesuai bagkan dapat menyebabkan kematian.
Urutan peristiwa kimia yang terjadi dengan hasil diabetes dalam hiperglikemia dan
asidosis yang menghasilkan penurunan berat badan dan tiga “polys” dari diabetes
polyphagia, polidipsia, poliuria dan.
Gejala lain mungkin termasuk antara lain:
1. Sering sekali buang air kecil atau mengompol, karena tubuh berusaha
mengeluarkan glukosa yang berlebihan lewat urine.
2. Banyak minum, untuk mengantikan cairan yang keluar saat buang air
kecil.
3. Mudah lapar, si kecil mengonsumsi banyak makanan, namun tidak diiringi
dengan peningkatan berat badan. Sebaliknya berat badan justru menurun
tanpa sebab yang jelas walaupun porsi makan si kecil lebih banyak dari
biasanya.
4. Cepat lelah, karena tubuh tidak dapat menggunakan glukosa untuk energi.
5. Penglihatan kabur
6. Luka yang lambat untuk disembuhkan
7. Mual dan muntah
8. Nyeri perut
9. Iritabilitas dan perubahan mood
C. ETIOLOGI
Penyebab diabetes tipe 1 tidak diketahui. Namun, diyakini bahwa adanya factor
keturunan dari berkembangnya diabetes tersebut, dan beberapa factor lain dari luar.
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
Faktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan sel-sel beta
terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan antibodi autoimun
melawan sel-sel beta, jadi mengarah pada penghancuran sel-sel beta.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi DM tipe 1, berdasarkan etiologi sebagai berikut :
Pada DM tipe I, dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi yang berbeda.
1. Tipe IA, diduga pengaruh genetik dan lingkungan memegang peran utama untuk
terjadinya kerusakan pankreas. HLA-DR4 ditemukan mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan fenomena ini.
2. Tipe IB berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada sekelompok penderita
yang juga sering menunjukkan manifestasi autoimun lainnya, seperti Hashimoto disease,
Graves disease, pernicious anemia, dan myasthenia gravis. Keadaan ini berhubungan
dengan antigen HLA-DR3 dan muncul pada usia sekitar 30 - 50 tahun.
E. PATOFISIOLOGI
Diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang menyerang
orang dengan sistem imun yang secara genetis merupakan predisposisi untuk terjadinya
suatu respon autoimun yang kuat yang menyerang antigen sel B pankreas. Faktor
ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi sel B meliputi kerusakan yang disebabkan
oleh virus, seperti virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, oleh agen
kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan antibodi yang dirilis oleh
imunosit yang disensitisasi. Suatu kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan
dengan replikasi atau fungsi sel B pankreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya
kegagalan sel B setelah infeksi virus. Lagipula, gen-gen HLA yang khusus diduga
meningkatkan kerentanan terhadap virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan
gen-gen yang merespon sistem imun tertentu yang menyebabkan terjadinya predisposisi
pada pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets of
Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah autoregresi.
Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan
terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika pankreas sebagai
pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin. Akibatnya, insulin
tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Penurunan jumlah insulin menyebabkan
gangguan jalur metabolik antaranya penurunan glikolisis (pemecahan glukosa menjadi air
dan karbondioksida), peningkatan glikogenesis (pemecahan glikogen menjadi glukosa),
terjadinya glukoneogenesis. Glukoneogenesis merupakan proses pembuatan glukosa dari
asam amino , laktat , dan gliserol yang dilakukan counterregulatory hormone (glukagon,
epinefrin, dan kortisol). Tanpa insulin , sintesis dan pengambilan protein, trigliserida ,
asam lemak, dan gliserol dalam sel akan terganggu. Aseharusnya terjadi lipogenesis
namun yang terjadi adalah lipolisis yang menghasilkan badan keton.Glukosa menjadi
menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. Kadar
glukosa lebih dari 180mg/dl ginjal tidak dapat mereabsorbsi glukosa dari glomelurus
sehingga timbul glikosuria. Glukosa menarik air dan menyebabkan osmotik diuretik dan
menyebabkan poliuria. Poliuria menyebabkan hilangnya elektrolit lewat urine, terutama
natrium, klorida, kalium, dan fosfat merangsang rasa haus dan peningkatan asupan air
(polidipsi). Sel tubuh kekurangan bahan bakar (cell starvation ) pasien merasa lapar dan
peningkatan asupan makanan (polifagia).
Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi kadang-
kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas dan mereka yang
berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan tersebut merupakan
suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin dalam
sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon semua
stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk
memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia dan
peningkatan kadar glukosa darah (Tandra, 2007).
F. PATHWAY
G. KOMPLIKASI
Diabetes yang tidak ditangani dengan baik juga memunculkan komplikasi pada
gejala diabetes pada anak ini semisal hiperglikemia dan hipoglikemia & ketoasidosis.
Pada kondisi hiperglikemia, kadar gula dalam darah terlalu banyak, sebaliknya pada
kondisi hipoglikemia tubuh kekurangan kadar gula dalam darah. Bagi orangtua yang
anaknya menunjukkan gejala diabetes pada anak seperti buang air kecil, peningkatan rasa
haus dan lapar, cepat lelah, turunnya berat badan, sesak nafas, nafas anak berbau
asam/aseton, adanya infeksi jamur pada kulit, penglihatan kabur, muntah, atau sakit
perut, sebaiknya segera berkonsultasi kepada dokter.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak
jauh berbeda.
a) Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
b) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e) Elektrolit :
· Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
· Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun.
· Fosfor : lebih sering menurun
f) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan
karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak adekuat
versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
g) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
i) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi
ginjal)
j) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis
akut sebagai penyebab dari DKA.
k) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan
dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder
terhadap pembentukan antibody . ( autoantibody)
l) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m) Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.
I. PENATALAKSANAAN
Pengobatan spesifik untuk diabetes tipe 1 akan ditentukan berdasarkan:
a. Umur anak, kesehatan secara keseluruhan, dan sejarah medis
b. Luasnya penyakit
c. Toleransi anak untuk obat tertentu, prosedur, atau terapi
d. Harapan untuk perjalanan penyakit
Anak-anak dengan diabetes tipe 1 harus mendapatkan suntikan insulin setiap
hari untuk menjaga tingkat gula darah dalam kisaran normal. Kombinasi kerja cepat
(biasa) dan intermediate-acting (NPH atau Lente) insulin biasanya dipesan. Injeksi
subkutan dilakukan 30 menit sebelum sarapan dan sebelum makan malam. Pengobatan
juga dapat mencakup:
a. Diet seimbang
Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetik Amerika Merekomendasikan 50
– 60% kalori yang berasal dari :
• Karbohidrat 60 – 70%
• Protein 12 – 20 %
• Lemak 20 – 30 %
b. Latihan (untuk menurunkan gula dan membantu tubuh menggunakan darah)
Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju metablisme istirahat,
dapat menurunkan BB, stres dan menyegarkan tubuh.
Latihan menghindari kemungkinan trauma pada ekstremitas bawah, dan hindari latihan
dalam udara yang sangat panas/dingin, serta pada saat pengendalian metabolik buruk.
Gunakan alas kaki yang tepat dan periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan.
c. Tes darah rutin (untuk memeriksa kadar gula darah)
d. Tes urin rutin (untuk memeriksa kadar keton)
e. Terapi (jika diperlukan)
f. Pendidikan
(Brunner & Suddarth, 2002)
J. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis DM tipe 1 sama dengan manifestasi pada DM tahap awal,
yang sering ditemukan :
a) Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
klien mengeluh banyak kencing.
b) Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak
minum.
c) Polifagia (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya
akan berada sampai pada pembuluh darah.
d) Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang
lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka
tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan
DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.
e) Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
f) Ketoasidosis
Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis
diabetik yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik
bila tidak diterapi dengan baik.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Sekenario
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun baru saja didiagnosis Diabets Miltitus tipe
1 masuk dirawat di bangsal Anak RS. Hasil anamnesis anak mengatakan bahwa ia
banyak makan, banyak minum, banyak kencing, berat baddanya turun, enuresis ia juga
mudah tersinggung, dan tidak bias perhatian lama ketika mengikuti pelajarran disekola,
merasa lelah, penglihatan kabur, sakit kepala, akaul ada luka sukar sembuh dan mudah
terserang flu.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan didapatkan BB=25,5 kg, PB=135 cm.
Suhu= 37,4 0C, Nadi= 88 kali/menit, respirasi= 24 kali/menit, Tekanan Darah= 110/70
mmHg. Trogor kulit kembali cepat. Kulit kering, membrane mukosa lembab. Hasil
pemeriksaan laboraterium menunjukkan : Hemoglobin : 11,2 gr/dl, Haematokrit: 30%,
Eritrosit : 4,0 (x106/µL), Trombosit : 210.000/ mm3, Leukosit : 9.500/µi, Glukosa darah
300 mg/ dL.
Orang tua mengatakan bahwa mereka sangat terkejut dan tidak percaya ketika
anaknya didiagnosis DM tipe1, padahal tidak adaanggota keluarga yangmenderita DM.
mereka mengatakn tidak paham tentang DM ti 1 dancara perawatnya terutama setelah
pulang dari rumah sakit. Orang tua khawatir memikirkan masa depan anaknya.
Terapi/insruksi medis yang diberika saat ini : cek gula darah 2 kali/hari, insulin 2
unit dari U100 sebelum makan.
B. Data
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
hasil anamnesa anak mengatakan
banyak makan, banyakminum, banyak
kencing, bb turun, enuresis
- ortu mengatakan bahwa mereka
sangat terkejut dan tidak percaya
bahwa anak nya didiagnosis DM tipe
1, padahal tidak ada anggota yg DM
- mereka mengatakan tidak paham
- Dari hasil pemeriksaan fisik
didapat BB 25,5kg, TB 135 cm,
S 37,4 C, N 88x/menit, RR
24x/menit, TD 110/70 mmHg,
turgor kulit kembali segera.
- Terapi cek gula darah 2
kali/hari, insulin 2 unit dari U
100 sebelum makan
tentang DM tipe 1 dan cara
perawatannya.
- ortu khawatir memikirkan masa
depan anak
- anak mudah tersinggung, tidak bisa
perhatian lama ketika mengikuti
pelajaran, merasa lelah, penglihatan
kabur, sakit kepala, kalau ada luka
sukar sembuh, dan mudah terserang
flu.
- Hasil lab : HB 11,2 gr/dl,
haematokrit 30%, eritrosit 4,0
(x10
- Seorang anak laki-laki baru saja
didiagnosis DM tipe 1
- Kulit kering, membrane mukosa
lembab
C. Analisa Data
Data Etiologi Problem
Do : kadar glukosa darah 300
mg/dl, leukosit 9500
Ds : kalau ada luka sukar
sembuh
Perubahan penyakit kronis :
DM
Resiko infeksi
Do : Kulit kering
Ds : banyak kencing,
enuresis
Kehilangan cairan aktif Kekurangan volume cairan
Do : bb 25,5kg
Ds:- mereka mengatakan
tidak paham tentang DM tipe
1 dan cara perawatannya,
- berat badan menurun,
- ortu mengatakan
bahwa mereka sangat
terkejut dan tidak
percaya bahwa anak
Penyakit: DM Resiko ketidakstabilan kadar
glukosa darah
nya didiagnosis DM
tipe 1, padahal tidak
ada anggota yg DM
Do: kadar glukosa darah 300
mg/dl,
Ds: penglihatan kabur, sakit
kepala,
Defisiensi insulin Resiko cidera
Do:
Ds: mereka mengatakan tidak
paham tentang DM tipe 1 dan
cara perawatannya terutama
setelah pulang dari RS.
Tidak familiar dengan
sumber informasi
Defisiensi pengetahuan
Prioritas diagnose :
1. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d penyakit DM ditandai dengan data
objektif bb 25,5kg dan data subjektif yaitu, mereka mengatakan tidak paham tentang
DM tipe 1 dan cara perawatannya,berat badan menurun,ortu mengatakan bahwa mereka
sangat terkejut dan tidak percaya bahwa anak nya didiagnosis DM tipe 1, padahal tidak
ada anggota yg DM
2. Resiko cidera b.d Defisiensi insulin ditandai dengan kadar glukosa darah 300 mg/dl, dan
data subjektifnya yaitu, penglihatan kabur, sakit kepala,
3. Kekurangan volume cairan b.d Kehilangan cairan aktif ditandai dengan data objektifnya
adalah kulit kering dan data subjektifnya adalah banyak kencing, enuresis
4. Defisiensi pengetahuan b.d Tidak familiar dengan sumber informasi ditandai dengan data
subjektifnya yaitu : mereka mengatakan tidak paham tentang DM tipe 1 dan cara
perawatannya terutama setelah pulang dari RS.
5. Resiko infeksi b.d Perubahan penyakit kronis : DM ditandai dengan data objektifnya
yaitu, kadar glukosa darah 300 mg/dl, leukosit 9500 dan data subjektifnya yaitu, kalau
ada luka sukar sembuh
D. Intervensi
Dx NOC NIC Rasional
1. Resiko
ketidakstabilan
kadar glukosa
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 3x
24 jam klien mampu
memenuhi KH : Blood
glucose level
Glukosa darah (3)
Glukosa urin (4)
Keton urin(4)
Hyperglcyemia
Management
- Monitor level glukosa
darah
-Monitor tanda dan
gejala hiperglikemia:
puliuria, polidipsi,
polipagi, kelemahan,
letargi, malaise,
pandangan kabur, sakit
kepala
-Monitor keton dalam
urine
-Berikan insulin
-Monitor status cairan
(intake dan output)
-Konsultasi dengan
-Untuk mengetahui
nilai normal kadar
gula darah
-untuk memberikan
tindakan medis yang
tepat
-Untuk mencegah
terjadinya Asidosis
Diabetic
-Untuk memproses zat
gula atau glukosa
yang berasal dari
makanan dan
minuman
-Agar cairan yang
masuk dan cairan
yang keluar seimbang
dokter bila tanda
hiperglikemi memburuk
atau persisten
-Identifikasi
kemungkinan penyebab
hiperglikemia
-Antisipasi situasi
dimana kebutuhan
insulin meningkat
-Batasi latihan bila kadar
gula darah lebih dari 250
mg/dl, terutama bila ada
keton dalam urine
-Tinjau ulang kadar
glukosa darah
-Untuk mencegah
terjadinya komplikasi
akibat dari
hiperglikemi
-Sebagai acuan untuk
menurunkan nilai
kadar gula darah
-Untuk mencegah
kerusakan pada sistem
organ tubuh yang lain
-Untuk mengurangi
kebutuhan energi yang
berlebih
- Untuk mengetahui
kadar glukosa darah
apakah mengalami
peningkatan atau
penurunan glukosa
2. Kekuranga
n volume
cairan
berhubung
an dengan
Setelah dilakukan
tindakan 3x24 jam klien
mampu memenuhi
keseimbangan cairan
dengan
Fluid management
(keseimbangan cairan
dan menjaga
komplikasi) :
-monitor Vital sign -Agar Vital Sign klien
kekurangan
cairan aktif
KH:
Fluid Balance
(keseimbangan cairan)
-TD, N dan S dalam batas
normal (3)
-24 jam keseimbangan
pemasukan dan
pengeluaran elektrolit (3)
-monitor Berat Badan
pasien sebelum dan
sesudah sakit
-monitor respon pasien
untuk terapi elektrolit
-pertahankan intake dan
output makanan
-kelola cairan selama 24
jam
-monitor status hidrasi
-monitor status nutrisi
-mengatur pemberian
terapi IV
terkontrol dengan baik
-Untuk mengetahui
perubahan Berat
Badan pasien selama
perawatan
-Untuk mengetahui
respon pasien dalam
terapi elektrolit
-Untuk
mempertahankan
intake dan output
dalam status nutrisi
pasien
-Untuk memenuhi
kebutuhan cairan klien
selama 24 jam
-Untuk mengetahui
tingkat keseimbangan
volume cairan pasien
-Agar keseimbangan
nutrisi pasien
tercukupi
-agar pemasukan
cairan seimbang
3. Defisiensi
pengetahua
n b.d Tidak
familiar
dengan
sumber
informasi
Setelah dilakukan
tindakan 3x24 jam
keluarag pasiendapat
menunjukkan
penegtahuan tentang
proses penyakit, dengan
KH:
Knowladge Disease
Process
- Tanda dan gejala
penyakit (4)
- Komlikasi
penyakit (4)
- Mencegah
komplikasi
penyakit (3)
Teaching Diasease
Process
- Menilai tingkat
pengetahuan
tentang proses
penyakit yang
spesifik
- Indetifikasi
perubahan
kondisi fisik
pasien
- Diskusikan
terapi/ cara
penanganan
- Gambarkan tanda
dan gejala yang
biasa muncul
- Gambarakan
proses paenyakit
- Mengevaluasi
penegtahuan
keluarag
terhadap
proses
penyakit
- Memebrikan
informasi
tentang
keadaan pasien
sekarang agar
bisa
melakukan
kegiatan
pencegahan
komplikasi
- Memberikan
penjelasan
tentang cara
enanganan
yang tepat
untuk
menanganai
masalah
penyakit yang
dihadapi
- Sediakan bagi
keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien.
- Mengetahui
tanda-gejala
yang bisa
muncul ada
pasien
- Memeberikan
antisispasi
adanya
komlikasi
penyakit yang
dderita
- Memberikan
pengetahuan
tenatang
kemajuan atau
kondisi
penyakit yang
dialami.
4. Resiko
infeksi
b
erhubunga
n dengan
perubahan
penyakit
kronis :
DM
Setelah dilakukan
tindakan 3x24 jam
keluarag dank lien dapat
mengatasi resiko infeksi,
dengan KH:
- Mengatakan
informasi yang
benar tentang
kontrol infeksi (4)
- Identifikasi faktor
resiko untuk
infeksi (5)
- Pengetahuan
- Memonitor
- Mengikuti
pencegahan
neuropatik
- Periksa kulit dan
membran mukosa
untuk kemerahan,
kulit yang panas
atau kering
- Memriksa kondisi
dari luka
- Mempromosikan
tentang
- Mengtahui
- Mencegah
adanya
komplikasi
lanjutan
- Memeriksa
keadaan kulit
untuk
mengetahi
adanya gejala
infeksi
- Melihat
adanya tanda
kebiasaan dengan
resiko infeksi (5)
- Identifikasi
aktifitas
keseharian yang
beresiko infeksi
(5)
- Identifikasi tanda
dan gejala dari
infeksi (4)
- Identifikasi
strategi untuk
melindungi diri
sendiri dari
infeksi dengan
lainya (4)
- Mempertahankan
lingkungan yang
bersih (5)
- Mempraktekkan
strategi control
infeksi(4)
pemasukan
nutrisi
- Mencukupi
pemasukan cairan
yang cukup
- Cukup dalam
istirahat
- Mengajarkan
pasien dan
kelurga tentang
tanda dan gejala
dari infeksi dan
kapan untuk
melporkannya
kepada tenaga
kesehatan
- Mengajarkan
pasien dan
kelurga
bagaimana untuk
avoid infeksi
-
dan gejala
infeksi pada
luka
- Memenuhi
nutrisi untuk
membantu
proses
penyembuhan
luka
- Agar klien
tercukupi
airnya
- Agar pasien
dan kelurga
dapat
mengetahui
tetang infeksi
dan dapat
mengetahui
tidakan apa
yang harus
dilakukan.
- Agar pasien
dan kelurga
mengathui cara
dari
DAFTAR PUSTAKA
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-medikal-bedah-kmb/askep-
diabetes-melitus/
http://gejaladiabetes.com/gejala-diabetes-anak/
http://www.artikelkeperawatan.info/askep-diabetes-mellitus-dm-82.html
http://nursebedont.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-dm.html