askep anemia pada lansia

89
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELAUARGA DENGAN ANEMIA PADA LANSIA PENGERTIAN Keluarga adalah kelompok terkecil dari suatu tatanan kehidupan dalam masyarakat dan negara. Biasanya merupakan kumpulan dari orang-orang yang diikat oleh tali perkawinan, darah atupun ikatan adopsi. Sebagai pranata sosial terkecil, keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan berbangsa dalam segala bidang. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan lingkungan awal atau dasar yang membentuk karakter atau watak setiap individu keluarga tersebut. Sehingga jelas, apabila out put dari pembentukan karakter tersebut baik, maka akan menciptakan sumber daya manusia yang baik, yang selanjutnya dapat membentuk tatanan kehidupan berbangsa yang baik pula. Sumberdaya manusia dalam keluarga menjadi refleksi dari kemajuan dan keberhasilan keluarga tersebut. Apabila diterapkan dalam keluarga inti, sumberdaya manusia keluarga ini terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Dimana ketiganya mempunyai peran dan fungsi serta potensi masing-masing. Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 1

Upload: babeh-demplon

Post on 26-Dec-2015

1.224 views

Category:

Documents


175 download

DESCRIPTION

keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Anemia Pada Lansia

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELAUARGA DENGAN ANEMIA PADA LANSIA

PENGERTIAN

Keluarga adalah kelompok terkecil dari suatu tatanan kehidupan dalam

masyarakat dan negara. Biasanya merupakan kumpulan dari orang-orang yang

diikat oleh tali perkawinan, darah atupun ikatan adopsi.

Sebagai pranata sosial terkecil, keluarga mempunyai pengaruh yang sangat

besar bagi kehidupan berbangsa dalam segala bidang. Hal ini dikarenakan

keluarga merupakan lingkungan awal atau dasar yang membentuk karakter

atau watak setiap individu keluarga tersebut. Sehingga jelas, apabila out put

dari pembentukan karakter tersebut baik, maka akan menciptakan sumber

daya manusia yang baik, yang selanjutnya dapat membentuk tatanan

kehidupan berbangsa yang baik pula.

Sumberdaya manusia dalam keluarga menjadi refleksi dari kemajuan dan

keberhasilan keluarga tersebut. Apabila diterapkan dalam keluarga inti,

sumberdaya manusia keluarga ini terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Dimana

ketiganya mempunyai peran dan fungsi serta potensi masing-masing.

Pada mulanya, ayah dan ibu itu sendiri merupakan sumberdaya manusia yang

terpisah, keduanya mempunyai pandangan yang mungkin sama atau bahkan

berbeda terhadap sesuatu hal. Tetapi, setelah adanya suatu ikatan, maka

keduanya akan mempersatukan pandangan mereka yang lebih baik, dan pada

akhirnya akan ditanamkan pada sumberdaya manusia yang baru (anak),

sehingga tercipta sumberdaya manusia keluarga baru yang lebih handal.

Kualitas sumberdaya manusia dalam keluarga itu sendiri dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Beberapa diantaranya adalah :

- Person as model, tingkat pendidikan sangat berpengaruh dalam hal ini

- Status ekonomi

- Lingkungan

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 1

Page 2: Askep Anemia Pada Lansia

- Gizi dan program kesehatan

SUMBERDAYA MANUSIA DALAM KELUARGA

a. Pendahuluan

Pembangunan suatu bangsa memerlukan asset pokok yang disebut

sumberdaya, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. kedua

sumberdaya tersebut sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu

bangsa. Begitu pula halnya dengan keluarga. Suatu keluarga harus memiliki

sumberdaya manusia yang baik dengan potensi yang unggul dari setiap

anggota keluarga.

b. Pengertian dan Batasan Sumberdaya Manusia.

Berbicara mengenai sumberdaya manusia, sebenarnya dapat kita lihat dari 2

aspek, yakni aspek kuantitas dan aspek kualitas. Aspek kuantitas menyangkut

jumlah dari sumberdaya manusia tersebut (anggota keluarga), yang bisa

dibilang bahwa hal ini tidak begitu dominan kontribusinya dibadingkan

dengan aspek kualitas. Kuantitas sumberdaya manusia tanpa disertai dengan

kualitas yang baik justru akan menjadi beban dalam suatu keluarga.

Sedangkan aspek kualitas menyangkut mutu dari sumberdaya manusia

tersebut. Hal ini berkaitan dengan kemampuan anggota keluarga, baik

kemampuan fisik maupun nonfisik (kecerdasan dan mentalitas). Status

pendidikan, gizi dan program kesehatan merupakan factor utama dalam

menciptakan kualitas sumberdaya yang baik.

Mengenai kualitas sumberdaya itu sendiri, menyangkut 2 aspek pula, yaitu

aspek fisik (kualitas fisik) dan aspek non fisik (kualitas non fisik) yang

menyangkut kemampuan bekerja, berfikir, dan keterampilan-keterampilan

lain. Oleh sebab itu, Upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam

keluarga ini juga dapat diarahkan kedalam dua aspek tersebut. Untuk

meningkatkan kualitas fisik SDM keluaraga, dapat diupayakan melalui

program-program kesehatan dan gizi. Sedangkan untuk meningkatkan kualitas

atau kemampuan nonfisik, maka Upaya pendidikan dan pelatihan adalah yang

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 2

Page 3: Askep Anemia Pada Lansia

paling diperlukan. Upaya-upaya inilah yang dimaksud dengan pengembangan

sumberdaya manusia dalam keluarga.

Sesuai dengan hierarki kebutuhan menurut maslow, yaitu salah satunya

kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar bagi manusia.

Kebutuhan ini bersifat kebendaan atau disebut juga kebutuhan fisik, yakni

berupa kebutuhan sandang, pangan dan papan. Sebagai kebutuhan dasar, maka

dalam pemenuhan ke tiga kebutuhan ini harus terpenuhi secara maksimum.

Dengan demikian, manusia baik secara individu maupun kelompok (keluarga)

seyogyanya mampu untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut secara

optimal. Dalam mencukupi kebutuhan tersebut, tentunya mereka harus bekerja

dan berusaha, yang hal ini dapat dilakukan apabila mereka memiliki

kemampuan ataupun keterampilan yang memadai.

Kemampuan untuk bekerja ini dapat diterima atau dimiliki melaui beberapa

cara, diantaranya

(1). Melalui proses indentifikasi dari orang tua. Anak seorang petani biasanya

akan cenderung memiliki kemampuan dalam bertani yang diturunkan dari

orang tuanya. Begitu pula dengan anak seorang nelayan, mereka tentu mampu

menangkap ikan demi pemenuhan kebutuhan dasarnya.

(2). Berasal dari pengalaman, jelaslah bahwa pengalaman yang didapat

seseorang ini akan lebih menambah kemampuan maupun keterampilan

seseorang. Biasanya kemampuan ini bisa didapat melaui pendidikan,

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Sumberdaya

Manusia.

Pengenbangan sumberdaya manusia secara makro dan mikro adalah penting

dalam rangka mencapai tujuan keluarga secara efektif, dan merupakan bentuk

investasi dalam suatu keluarga. Dalam pelaksanaan pengembangan SDM ini

perlu memppertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik dari

dalam maupun dari luar.

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 3

Page 4: Askep Anemia Pada Lansia

1. Faktor internal yang dimaksud mencakup keseluruhan kehidupan keluarga

yang dapat dikendalikan baik oleh kepala keluarga maupun anggota keluarga

yang bersangkutan. Secara terinci faktor-faktor tersebut adalah :

Misi dan tujuan keluarga

Setiap keluarga memiliki misi dan tujuan yang ingin dicapai. Untuk

mencapai tujuan tersebut diperlukan perencanaan yang baik serta

implementasi dari perencanaan tersebut secara tepat. Pelaksanaan kegiatan

dalam keluarga untuk mencapai tujuan ini maka diperlukan kemempuan

sumber daya manusia dalam keluarga tersebut.

Strategi pencapaian tujuan

Misi dan tujuan suatu keluarga mungkin mempunyai persamaan dengan

keluarga lain, tetapi strategi untuk mencapai misi dan tujuan tersebut

berbeda. Oleh sebab itu setiap keluarga mempunayi strategi tertentu. untuk

itu maka diperlukan kemampuan anggota keluarga dalam memperkirakan

dan mengantisipasi keadaan yang dapat mempunyai dampak terhadap

keluarga itu sendiri, sehingga strategi yang disusunnya sudah dapat

memperhitungkan yang dampak yang akan terjadi dalam keluarga itu

sendiri, hal ini akan mempengaruhi pengembangan SDM dalam keluaga

itu sendiri.

Sifat dan jenis kegiatan

Sifat dan jenis kegiatan keluarga sanagt penting pengaruhnya dalam

pengembngan SDM dalam keluarga yang bersangkutan, suatu keluarga

sebagian besar mlaksanakan teknis maka pola pengembangan SDM akan

berbeda dengan keluarga yang bersifat ilmiah. Demikian pula strategi dan

program penegembangan SDM akan berbeda antara keluarga yang

kegiatanya rutin dengan keluarga yang kegiatannya memerlukan inovasi

dan keatif.

Jenis teknologi yang digunakan

Sudah tak asing lagi bahwa setiap keluarga dewasa ini telah menggunakan

teknologi yang bermacam-macam dari yang paling sederhana sampai yan

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 4

Page 5: Askep Anemia Pada Lansia

gdenag nyang paling canggih hal ini perlu diperitungkan dalam program

pengembangan SDM dalam keluarga tersebut.

2. Sedangkan factor external yang mempengaruhinyna adalah :

Keluarga berada dalam lingkungan masyarakat dan tidkaterlepas dari

pengbaruh lingkungan dimana keluarga itu berada, agar suatu keluarga

dapat melakukan misi & tujuannya maka harus memperhitungkan factor-

faktor sosio-budaya masyarakat. Hal ini dapat dipahmi karena suatu

kelurga yang didirikan mempunyai latar belakang sosio-budaya yang

berbeda, oleh sebab itu pengembangan SDM factor ini perlu

dipertibangkan. Factor eksternal ini dipengruhi juga oleh perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Sudah barang tentu suatu keluarga harus

mengikuti arus tersebut. Untuk itu maka, keluarga harus mampu memilih

teknologi yang tepat untuk keluarganya yaitu dengan adaptasi anggota

keluarga terhadap kondisi tersebut.

Pendidikan adalah upaya untuk pengembangan SDM dalam keluarga terutama

untuk pengembangan aspek kemampuan intelektual dan kepribadian anggota

keluarga.

Pendidikan dapat diapandang sebagai salah satu bentuk infestasi. Oleh karena

itu setiap keluarga yang ingin berkembang maka pendidikan bagi nggota

keluarganya harus mendapat perhatian yang besar. Pendidikan merupakan

siklus yang harus terjadi secara terus menerus. Hal ini dikarenakan keluarga

harus mampu mengantisipasi perubahan-perubahan diluar keluarga tersebut

untuk itu maka kemampuan SDM setiap anggota keluarga harus ditingkatkan

seirama dengan kemajuan dan perkembangan keluarga.

A. Pandangan keluarga terhadap penigkatan kualitas SDM

1. Pengertian keluarga

Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama pada setiap anak. Dari

keluarga anak mendapat rangsagan, hambatan atau pengaruh yang

pertama- tama daklam pertumbuhan dan perkembangan, baik

perkembangan biologis maupun perkembangan jiwanya dalam

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 5

Page 6: Askep Anemia Pada Lansia

peningkatan kualitas SDM. Dalam keluarga, anak mempunyai aturan

dan norma-norma bermain dalam hidup bermasyarakat anak dilatih

tidak hanya mengenal tetapi juga menghargai dan mengikuti aturan

dan norma hidup lewat masyarakat melalui kehidupan dalam keluarga.

Meurut A.LS. susilo menjelaskan bahwa keluarga adalah lembaga

pertama dalam kehidupan pertama, tempat ia belajar dan menyatakan

diri sebagai mahluk sosial. (A.LS. Soesilo, 1985 : 19). Disni dilelaskan

bahwa kwluarga umumnya anak ada hubungan interaksi yang intern,

keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral

dan pendidkan kepada anak. Pengalaman interaksi dalam keluarga

akan menentukan pola tingakah laku anak terhadap oarang lain dalam

masyarakat.

Denagn demikian peningkatan SDM slalu diawali dari keluarga yang

juga merupakan tempat awal bagi proses sosialisasi anak.

Pengertian keluarga menurut Sigmun Freud bahwa keuarga adalah :

“perwujudan adaya perkawinan antara pria dan wanita sehingga

keluarga itu merupakan tiga hal yang saling berkaitan. Diantara 3 hal

tersebut, maka keluarga mempunya ikunci sentral. Pengaruh keluarga

sangat besar pada proses perkembangan potensi dan pembeentukan

pribadi anak serta meningkatkan sumber daya keluarga. Ineraksi yang

baik antara orang tua dan anak akan membawa pada keidupan anak

dimasa kini mapun dimasa tuanya.

Denagn demikian bahwa penigkatan kualitas SDM ada ditangan

keluarga, maka jalas bahwa itu penting dalam memberikan pengertian

dan perhatian pada anak. Sudah selayaknya keluarga dalam hal ini

ayah dan ibu menyadari pengaruh dan tanggung jawab pada anak yang

menjadi penerus bangsa dan akan menigkatkan sumber daya manusia.

untuk mengembangkan diri anak secara utuh dan menyeluruh dalam

penigkatan sumber daya manusia, hanya jika dimungkinkan jika

seseorang mempengaruhi suasana, cara dan sarana yang sedemikian

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 6

Page 7: Askep Anemia Pada Lansia

rupa dalam proses yang perkembangan dirinya menjadi anak yang

mandiri dan dewasa. Sehingga pada prinsipnya dikagakan suatu

keluarga apabila didasari oleh suatu perkawinan yang sah baik aturan

maupun nokrma agama yang pada akhirnya dari keluarga memberikan

peningkatan SDM.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian keluarga adalah suatu wadah

diamana dalam lembaga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan anak yang

terjalin suatu poses sosialisasi primer dalam peningkatn kualitas SDM.

Sentuhan keluarga yang pertama dalam penigkatan SDM itu diperoleh

anak melalui intern keluarga itu sebab keluarga merupakan proses

utama dalam pendidikan, sebelum anak itu terun di dalam lingkungan

sosial budaya, pengaruh itu ber[roses lewat orang tua, kerabat dekat,

tetangga, teman, pendidikan sekolah dan lain-lain.

2. konsep keluarga tentang SDM

pembangunan suatu bagsa merupakan aset pokok yang disebut sumber

daya baik Sumber Daya Manusia maupun Sumber Daya Alam. Namun

sumber daya amnusialah yang lebih penting, sebab pengembangan dari

berbagai sumber, maka manusianya dulu dikembangkan. Dan

tentunnya pengembangan SDM ini diawali dari dalam keluarga itu

sendiri. Diamana pengembangan kualitas keluarga yang baik, jika

memberikan indicator keberhasilan pembangunan bangsa.

Menurut Dr. Soekdjo Notoatmojo tentang konsep SDM adalah : “Suatu

Upaya untuk pengembangan kualitas atau kemampuan SDM, agar

mampu mengelola sumber daya alam. Menyangkut masalah konsep

keluarga dalam peningkatan SDM, maka dilihat dari dua aspek yaitu

kauantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut masalah SDM yang

kurang penting kontribusinya dalam pembangunan dibandinkan

dengan aspek kualitas. Bahkan kuantitas SDM, tanpa disertgai dengan

kualitas yang baik akan menjadi beban bangsa. Sedangkan kualitas

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 7

Page 8: Askep Anemia Pada Lansia

menyangkut kemampuan, baik kemampuan fisik maupun kemapuan

non fisik.

Masalah SDM dalam keluarga ada dua aspek yang dibangun yaitu

aspek fisik dan non fisik yang menyangkut kemampuan bekerja,

kemampuan berfikir dan keterampilan, olkeh karena itu letaknya

peningkatan kualitas SDM diarah pada dua aspek tersebut melalui

keluarga. Untuk peningkatan kualitas fisik melalui program kesehatan

dan pemberian dan gizi keluarga. Sedangkan untuk peningkatan

kualitas kemampuan non fisik tersebut, maka Upaya pendidikan dan

pelatihan merupakan jaminan akan keberhasilan keluarga tanpa

dikurangi dengan kualitas dari pembinaan orang tua dalam

peningkagan SDM, khususnya peningkatan sumber daya keluarga.

Faktor-faktor yang mempenagruhi peingkatan kualitas SDM dalam

keluarga adalah sebagai berikut :

Factor dalam keluarga

Adanya factor dalam keluarga ini sangt menunjang peranan penting

dalam mendidik anak yang nantinya diharapkan mampu

mengembangkan kualitas SDM, setiap keluarga memiliki tugas dan

tjuan keluarga yang ingin dicapainya. Untuk mencapai tujuan tersebut

diperlukan perencanaan yang baik, serta dapat diimplementasikan

perwncanaan eersebut tepat pada anak-anak sebagaimutu

pengembangan sumberdaya dalam keluarga. Ini dibbutuhkan

keterlibatgan oarang tua dalam menumbhkan SDM. Tiap kelurga telah

menggunakan media yang yang bermacam-macam untuk

meningkatkan SDM.

Factor diluar keluarga

Factor sosial budaya masyarakat idak dapat diabaikan beitu saja,

karena peningkatan SDM jelas memiliki latar belakang yang berbeda-

beda begitu pula denagn ilmu pengetahuan, dalam keluarga ahrus

mampu memiliki pengetahuan dan teknologi untuk keluarganya.

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 8

Page 9: Askep Anemia Pada Lansia

3. pemahaman terhadap keluarganya

fungsi keluarga itu sebagai tempatg atagu wahana pembentukan

kepribadian anak dan keutamaan keluarga uang merupakan pelanjut

dalampenigktan sumberday keluarga dan juga merupakn wahan

pendidikan dalam mengembangkan keluarga sehat serta pengalaman

yang didapat dari kaidah-kaidah keluarga sehat. Demikian puala

wawancara dengan Drs.H. Abdul rasyid, MS bahwa fungsi keluarga

adalah sebagai wadah pendidikan dan sosialisasi anak. Disampng itu

secara tradisisonal keluarga harus bertanggung jawab atas pengasuhan

dan bimbingan anak.

B. Pola pembiknaan keluarga dalam meningkatkan kualitas sumber daya

manusia

1. Type-type dalam keluarga

Dalam hal ini mengenai keluiarga akan dibatasi pada keluarga inti

yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum menikah. Dalam

keluarga inti maka itulah yang paling dominan didalam perawatan dan

penagsuhan

Anak. Berdasarkan hasil penelitian penyebaan angket dari responden

dapt dirinci mengenai tugas-tugas ibu dan ayah dalam fungsinya

sebagai kepala rumah tangga dalam keluarga iti adalah :

1. megenal anak bila tidak benar dalam mengerjakan pekerjaan 50%

2. memberi tugas pada anak-anak (belajar/bekerja)30%

3. menyuruh untuk makan bersama-sama 20%

2 Bentuk-bentuk pembinaan keluarga

- pemahaman nilai pada anak

- pembinaan siakp sopan santun

- membina rasa tanggung jawab

3. wujud inteaksi dalam kelaurga

- pola interaksi antara ayah dan anak laki-laki

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 9

Page 10: Askep Anemia Pada Lansia

kebanyaakan keluarga itu anaka laki-laki dianggap sebagai tenaga

produktif dalam keluarganya. Sehubunagan dengan itu interaksi antara

ayah dan anak laki-laki lebih dilakukan dengan melalui hubungan

pekerjaan, karena meman anak laki-laki menggantikan pernan ayahnya,

jika suatu saat ayah itu meninggal san gay h sendiri dala memberikan

perintah pada anak brsifa lunak.

- poal interaksi antara ayah dan anak perempuan

ingteraksi ayah dan anak perempuan dal mpergaulannya agak formal

apalagi setelah anak perempuannya itu beranjak dewasa. Dalam

berkmunikasi, anak perem0puan biasa-biasa saja tetapi tidak sekrab ayah

dengan anak lki-laki. Jadi interaksi antara ayah dan anak permpuan akan

terajdi bila terjadi campur tangan ibu. Maka fakor dominan dalam

pembinaan keluarga adal sang ibu.

- pola intraksi antara ibu denagan anak laki-laki

pergaulan uibu dan anak-anaknya baik anak laki-laki maupun anak

perempuan, padaumumnya lebih dekat daripada ayahnya. Ibumengontgrol

dan mengurusi pakaian anaknyah dan menegur anaknya apabila berprilaku

tidak pada tempatnya, dengan demikian ibu merupakan sentral

perlindungan bagi anak-anaknya.

- poal intgerkasi ibu dengan nak perempuan

interaksi yang terjadi antara ibu dan anak permpuannya tidak hanya

masalah yangh gberhubungan dengan tugas pekerjaan perempuan, tetapi

jujga masalah-masalah pribadi. Pergaulan mereka saling emnngisi teman

bicara dalam menagatasi masalah. Perintagh-perintah dari sang ibu untuk

anak perempuannya, bias any secara otomatis sudah diketahui dan

dimengeri oleh sang anak perempuannya.

-pola interaksi antara saudara sekandung

antara sauadara sekandun harus saling mengasihi, masing-masing harua

tau kedudukannya sebagai saudara tua atau saudar muda, pergaulan

antagra saudarakandung lebih akrab karena mereka sering ada dirumah,

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 10

Page 11: Askep Anemia Pada Lansia

khusunya perempuan. Menyangkut pla interaksi antara kaka permempuan

dan adik laki-laki biasanya saling bekejasama.

4. Upaya-upaya keluarga meningkakan kualitas SDM

- menumbuhkansikap mandiri

- memupuk kreatifitas

- Upaya penanaman disiplin

C keluarga dan fungsinya dalam menigkatgkan kualitas SDM

1. fungsi pendidkan

dalam bikdang pendidiakn peranan keluarga merupakan sumber utama

karena segala pengetahuan dan kecerdasan maniusia diperoleh pertma-

tama dari orang tua dan dari anggota keluarga iu sendiri, fungsi

pendidiakan keluarga diserahkan pada lembaga-lembaga sekolah sehingga

tugas orang tua dalam memberiakn peningkatan mutu sumberdaya anak

sedikit mengalami keringanan. Keluarga berfungsi sebagai tugas

pendidiakn dalam lingkungan masyarakat. Fungsi pendidikan dalam

meningkagkatkan kualitas SDM, memberikan suatu gambaran bahwa

anak-anak dalam menyesuaikan tugasnay slalu bertanya pada orang tua.

Dalam hal [eningakatan mutu belajar anak cukup diberikan motivasi pada

anak untuk memajukan kualitas sumber daya keluarga. Penagturan jam

belajar pada anak jals memberikan suatu peningkatan kualitas SDM,

pendidiakn yang dialakukan dalam anggota keluarga adal hpendidian

rohani, sopan santun, penanaman nilai kepribadian dan jika sudah

memasuki usia sekolah system pengajaran dan pendidiakan berubah

bahkan ditambah dengan pengetahuan umum.

Dalam kelaurga itulah yang lebih banyak memberikan pendidikan

dialkukan dengan kasih sayang, karena kasih sayang, merupakan proses

utama dalam menanam konsep budaya pada anak sebagai mahluk sosial.

2. fungsi sosial

dalam fungsi ini keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-anaknya

bekal dengan memprekenalkan nilai-nilai dan sikap yang dianut oleh

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 11

Page 12: Askep Anemia Pada Lansia

masyarakat. Fungsi sosial dalam keluarga, khususnya dalam pergaulan

anak dengan orang tua sangat karab. Dimana keluarga merupakan lembaga

untuk menanamkan dan melestarikan norma-norma sosial. Maka, fungsi

sosial dalam keluarga harus benar-benar diterapkan guna memberikan

bekal pada anak dimasa depan.

Fungsi sosial dalam keluarga, dalam proses sosialisasi antara keluarga

dengan masyarakat dilingkungan sekitarnya selalu dijalankan sesuai

dengan pola tingkah laku peranan yang telah diwariskan pada anaknya,

dan merupakan naluri manusia sejak dilahirkan untuk bergaul dan

memenuhi kebutuhan untuk hidup bersama dengan lingkungan sekitarnya.

3. funsi ekonomi.

Dalam keluarga mereka berusaha melengkapi kebutuhan jasmani, dimana

keluarga (orang tua) dituntut untuk berusaha agar naggota keluarganya

mendapat perlengkapan jasmaniah, baik yang bersifat umum maupun

individu. Perlengapan jasmani yang bersifat umum misalnya kursi, meja,

tmapt tidur, lampu dan lain-lain. Sedangkna jasmani yang bersifat individu

misalnya alat sekolah, perelngkapan belajar, pakaian dan sebagainya.

Disamping itujuga digolongkan sebagai perlengkapan jasmani yaitu

permainan anak. Permainan anak ini memiliki nilai-nilai pada anak untuk

mengemvangkan daya ciptanya disamping sebagai alat rekreasinya. Salah

satu cara yang paling positif yang dikembangkan pada anak sebagi fungsi

ekonomi keluarga adalah mendewasakan anak dengan cara menganjurkan

menabung. Cara menabung ini merupakan kebiasaan untuk memberi arah

dalam meningkatkan mutu SDM. Fungsi keluarga dalam bidang ekonomi

memberikan suatu gambaran bahwa dalam pencarian nafkah hidup

keluarga sangat memberikan arti dalam kelangsungan hidup dan

peningkatan kualitas SDM.

4. fungsi keagamaan

fungsi agama dalam keluarag dilakukan oleh orangtua sewaktu-waktu

dengan membiasakan anak bertingkah laku sesuai dengan apa yang

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 12

Page 13: Askep Anemia Pada Lansia

diajarkan oleh agama. Fungsi agama dalam suatu keluarga jelas akan

membantu anak dalam kehidupan kelak. Pendidikan agama ditujukan

dalam pembimbingan keluarag akeraha kedewasaan, supaya anak

memperolah keseimbangan antara ketakwaan, budi luhur serta dapat

diwujudkan secara seibang anatar jasmani dan rohani.

Dengan demikian maka penanaman nilai agama erat kaitannya dengan

aspek lain. Pendidikan agam dapat dijadikan fundamen atau dasar mental

bagi anak dan menjadi bagian dalam berfikir dan bersikap pada semua

aspek kehidupan yang dihadapi anak. Namun demikian perlu disadari

bahwa masa depan anak tidak hanya memerlukan mentalitas religius

semata, ia juga perlu keterampilan serta kecakapan dalam penciptaan

kualitas SDM.

Dengan demikian maka pendidikan agama pada anak sangat cocok

dikembangkan dari dalam keluarga melaui panutan orangtua dalam

kehidupan sehari-hari. Ajarn agama lebih tertanam dalam diri anak yang

mempunyai orangtua yang hidup dalam suasana keagamaan. Bagimanapun

juga, bila dalam keluarga terdapat suasana kekeluargaan dan keagamaan

dan hidup dengan penuh dengan kasih sayang seta menjaga sopan santun,

ini akan membentuk pribadi anak yang baik.

5. fungsi kebudayaan.

Dalam fumgsi kebudayaan ini, keluarga merupakan eksponen dari

kebudayaan masyarakat. Oleh sebab itu keluarg menjadi posisi kunci

dalam penerimaan kebudayaan. Keluarga sebagi jenjang dan perantara

pertama dalam transmisi kebudayaan.

Salah satu contoh peningkatan sumberdaya manusia dalam keluarga pada

anaka dalah dengan mengikuti kursus-kursus. Hal ini memberikan

gambaran lain penggunaan alat atau media dalam belajar. Sudah banyak

fasilitas yang memungkinkan dan memenuhi syarat belajar. Bahkan dalam

beberapa keluarga sudah memakai alat elektronik dalam belajarnya.

Apabila system budaya belajar masih bersifat tradisional yaitu dengan

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 13

Page 14: Askep Anemia Pada Lansia

menggunakan media apa adanya, maka tetap penanaman budaya belajar

terhadap anak terus dilestarikan dan tetap berjalan sesuai dengan budaya

dan adat istiadat yang berkembang. Fungsi budaya dalam keluarga

memberikan andil besar dalam peningkatan kualitas SDM, hal ini dapat

dibuktikan dengan adanya kebiasaan anak dalam melakukan

penyumbangan bencana alam, maupun penyumbangan pembangunan

rumah-rumah ibadah.

6. fungsi kesehatan.

Fungsi keluarag dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses untuk

menciptakan kondisi yang sehat dakam keluarga. Hal ini memberi arti

bahwa fungsi kesehatan bagi keluarga itu sangat dibutuhkan. Sebab

manakala dalam keluarga itu menyadari penting daripada kesehatan, mak

jelas dalam peningkatan SDM itu akan terjamin pelaksanaannya. Oleh

karena itu, fungsi kesehatan dalam keluarga merupaka fungsi yang sangat

besar, karena dalam peningkatan SDM terutama sekali ditingkatkan atau

dibanguan adalam kesehatan keluarga.

Pengembangan kesehatan demi meningkatakan SDM memerlukan proses.

Proses ini jelas ada dasar-dasarnya untuk mengarah pada kesehatan. Dasar

utama dari sumberdaya tiu sendiri harus sehat jasmani maupun sehat

rohani, sehingga input informasi dan upaya dalam meningkatkan SDM

dapat diserap dan dikembangkan. Sebab jika SDM itu sendiri tidak sehat,

jelas akan sulit dikembangkan kemampuan berfikir dan daya nalatnya.

Peningkatan SDM melalui kesehatan ini perlu dipersiapkan sejak awal

karena kesehatan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber

daya keluarga.

Peningkatan fungsi kesehatan ini dapat dilakukan melaui Upaya

pembinaan, terutama bagi para petugas kesehatan tradisional salah satu

contohnya dukun bersalin.

D. peningkatan kualitas SDM melalui pembinaan keluarga.

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 14

Page 15: Askep Anemia Pada Lansia

Dalam pemahaman keluarga terhadap peningkatan kualitas SDM,

meberikan gambaran bahwa peningkatan mutu SDM itu adalah sangat

perlu dan sangat penting untuk dapat dikembangkan dalam keluarga.

Sebab, peningkatan kualitas SDM secara umum, kunci pokoknya adalah

peningkatan sumber daya keluarga.

Keluarga sebagai modal dasar dalam peningkatan mutu sumber daya

manusia tentu akan memberikan perkembangan dalam memahami sumber

daya manusia itu. Pemahaman terhadap peningkatan SDM itu dapat diartikan

bahwa keluarga itu adalah sebagai pelindung dan sekaligus wahana dalam

pembentukan kepribadian anak yang nantinya anak merupakan penerus

apakah terjadi kemajuan dalam kualitas SDM nya atau malah sebaliknya.

Peran orang tua sebagai model, tentunya menjadi faktor utama dalam hal ini.

Pembinaan yang bisa dilakukan dalam meningkatkan sumber daya

manusia keluarga ini dapat dicapai dengan adanya penanaman budi pekerti,

kreatifitas dan rasa disiplin. Pembinann ini terutama dilakukan sejak anak usia

pra sekolah, karena manakal pembinaan itu mengalami kematangan, ini akan

memberi nilai tambah dalam keluarga terutama dalam peningkatan mutu

keluarga.

Pembinaan anggota keluarga (anak), dimulai dari pembinan mentalitas.

Karena perkembangan mentalitas ini akan dapat mempengaruhi segala

aktivitas, baik keterampilan, pendidikan, pergaulan, maupun aktivitas lain

yang dapat menumbuhkan kemandirian. Pembinaan ini tentunya harus juga

disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Sedangkan untuk pembinaan moral, itu dapat dicapai melalui suri tauladan

orangtua dan pendidikan moral seperti, mengandakan hubungan interaksi

antara orangtua dan anak. Dongeng-dongeng yang menceriterakan tetang

kesatriaan dan berbudi pekerti luhur juga dapat digunakan dalam proses

pembinaan sikap terhadap anak.

E. peningkatan kualitas SDM melalui pendayagunaan fungsi keluarga.

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 15

Page 16: Askep Anemia Pada Lansia

A. Lansia

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam

mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan

yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).

Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami

proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya

tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat

menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam

struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi,

penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber

daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi

memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa

kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban

keluarga dan masyarakat. Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan

satu kelompok sosial sendiri.

WHO menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :

Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,

Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,

lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan

usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

B. Status Kesehatan Lansia

Kesehatan dan status fungsional seorang lansia ditentukan oleh resultante

dari faktor–faktor fisik, psikologik dan sosio-ekonomik. Faktor-faktor

tersebut tidak selalu sama besar peranannya sehingga selalu harus diperbaiki

bersamaan dengan perawatan pasien secara menyeluruh. Di negara - negara

sedang berkembang faktor sosio-ekonomik/finansial hampir selalu

merupakan kendala yang penting.

Pada umumnya perjalanan penyakit lansia adalah kronik (menahun),

diselingi dengan eksaserbasi akut. Selain dari pada itu penyakitnya bersifat

progresif dan sering menyebabkan kecacatan (invalide) yang lama sebelum

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 16

Page 17: Askep Anemia Pada Lansia

akhirnya penderita meninggal dunia. Penyakit yang progresif ini berbeda

dengan penyakit pada usia remaja/dewasa yaitu tidak memberikan proteksi

atau imunitas tetapi justru menjadikan orang lansia rentan terhadap penyakit

lain karena daya tahan tubuh yang makin menurun

Dari pengamatan selama ini, terlihat bahwa penyakit kronik pada 50

tahun terakhir ini dianggap sebagai penyebab nomor satu terjadinya

morbiditas dan mortalitas. Untuk orang–orang lanjut usia (lansia) memang

prevalensi dan akumulasi penyakit kronik meningkat. Hal ini mungkin

disebabkan oleh menurunnya atau berubahnya respons terhadap stres,

termasuk stres terhadap penyakit. Demikian juga dengan intensitas gejala dan

persepsi terhadap penyakit juga berkurang. Berbagai penyakit kronik yang

dialami pasien lansia seringkali menyebabkan masalah yang muncul berbeda

dengan masalah pada pasien usia muda. Awitan (onset) mungkin tidak jelas,

manifestasi klinis juga tidak khas. Banyak gejala dan tanda tidak disebabkan

oleh penyakitnya sendiri melainkan oleh respons tubuh terhadap penyakit–

penyakit tersebut.

Salah satu penyakit yang sering diderita orang–orang lansia yaitu

anemia dan ini merupakan kelainan hematologi yang paling sering dijumpai

pada lansia. Penyebab anemia yang paling sering pada lansia yaitu penyakit

kronik dan defisiensi besi. Anemia sebenarnya bukanlah merupahkan

diagnosa akhir dari sesuatu penyakit akan tetapi merupakan hasil dari

berbagai gangguan dan hampir selalu membutuhkan evaluasi lanjutan atau

boleh juga dikatakan bahwa anemia merupakan salah satu gejala dari sesuatu

penyakit dasar. Ada juga yang mengatakan bahwa anemia merupakan

ekspresi kompleks gejala klinis suatu penyakit yang mempengaruhi

mekanisme patogenesis gangguan eritropoesis (produksi eritrosit),

perdarahan, atau penghancuran eritrosit. Insidensi anemia bervariasi tetapi

diperkirakan sekitar 30% penduduk dunia menderita anemia, dimana

prevalensi tertinggi berada di negara–negara sedang berkembang.

Anemia merupakan salah satu gejala sekunder dari sesuatu penyakit pada

lansia. Anemia sering dijumpai pada lansia dan meningkatnya insidensi

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 17

Page 18: Askep Anemia Pada Lansia

anemia dihubungkan dengan bertambahnya usia telah menimbulkan spekulasi

bahwa penurunan hemoglobin kemungkinan merupakan konsekuensi dari

pertambahan usia. Tetapi ada 2 alasan untuk mempertimbangkan bahwa

anemia pada lansia merupakan tanda dari adanya penyakit, yaitu:

1. Kebanyakan orang–orang lansia mempunyai jumlah sel darah merah

normal, demikian juga dengan hemoglobin dan hematokritnya,

2. Kebanyakan pasien – pasien lansia yang menderita anemia dengan

hemoglobin < 12 gr / dL, penyakit dasarnya telah diketahui.

Dari beberapa hasil studi lainnya dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada

laki–laki lansia adalah 27–40% dan wanita lansia sekitar 16–21%.

Sebagai penyebab tersering anemia pada orang–orang lansia adalah anemia

penyakit kronik dengan prevalensinya sekitar 35%, diikuti oleh anemia

defisiensi besi sekitar 15%. Penyebab lainnya yaitu defisiensi vitamin B12,

defisiensi asam folat, perdarahan saluran cerna dan sindroma mielodisplastik.

Meningkatnya perasaan lemah, lelah dan adanya anemia ringan janganlah

dianggap hanya sebagai manifestasi dari pertambahan usia. Oleh karena

keluhan-keluhan tersebut di atas merupakan gejala telah terjadinya anemia

pada lansia. Selain gejala–gejala tersebut di atas, palpitasi, angina dan

klaudikasio intermiten juga akan muncul oleh karena biasanya pada lansia

telah terjadi kelainan arterial degeneratif. Muka pucat dan konjungtiva pucat

merupakan tanda yang dapat dipercayai bahwa seorang lansia itu sebenarnya

telah menderita anemia.

Pada lansia penderita anemia berbagai penyakit lebih mudah timbul dan

penyembuhan penyakit akan semakin lama. Yang mana ini nantinya akan

membawa dampak yang buruk kepada orang–orang lansia. Dari suatu hasil

studi dilaporkan bahwa lansia yang menderita anemia oleh karena penyakit

infeksi mempunyai resiko kematian lebih tinggi. Penelusuran diagnosis

anemia pada lansia memerlukan pertimbangan kliniS tersendiri. Dari evaluasi

epidemiologis menunjukkan walaupun telah dilakukan pemeriksaan yang

mendalam, ternyata masih tetap ada sekitar 15–25% pasien anemia pada

lansia yang tidak terdeteksi penyebab anemianya.

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 18

Page 19: Askep Anemia Pada Lansia

C. Pengertian Anemia

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan

komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan

untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan

kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah

merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer,

2002 : 935).

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah

merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit)

per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).

Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau

penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau

gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotifiologis yang mendasar yang

diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi

laboratorium.

Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel

darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal.

Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan

keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara

fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin

untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

D. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau

kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan

sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi

tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah

merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini

dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan

sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 19

Page 20: Askep Anemia Pada Lansia

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik

atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.

Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran

darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera

direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤

1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada

kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma

(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas

haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk

mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal

dan kedalam urin (hemoglobinuria).

Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada klien disebabkan

oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak

mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:

1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;

2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan

cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada

tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 20

Page 21: Askep Anemia Pada Lansia

kerja jantung meningkat

payah jantung

E. Etiologi

1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)

2. Perdarahan

3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)

4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi,

folic acid,

5. piridoksin, vitamin C dan copper

F. Klasifikasi anemia

Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:

1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah

merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:

a. Anemia aplastik

Penyebab:

agen neoplastik/sitoplastik

terapi radiasi

antibiotic tertentu

obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason

benzene

infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang,

Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)

Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 21

Page 22: Askep Anemia Pada Lansia

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik

Gejala-gejala:

Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)

Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan

saluran

cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.

Morfologis: anemia normositik normokromik

b. Anemia pada penyakit ginjal

Gejala-gejala:

Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl

Hematokrit turun 20-30%

Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi

Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah

merah

maupun defisiensi eritopoitin

c. Anemia pada penyakit kronis http

Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan

anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan

ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis

rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai

keganasan

d. Anemia defisiensi besi

Penyebab:

Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil,

menstruasi

Gangguan absorbsi (post gastrektomi)

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 22

Page 23: Askep Anemia Pada Lansia

Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis,

varises

oesophagus, hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)

sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi

Gejala-gejalanya:

Atropi papilla lidah

Lidah pucat, merah, meradang

Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut

Morfologi: anemia mikrositik hipokromik

e. Anemia megaloblastik

Penyebab:

Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat

Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor ( gastrektomi)

infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen

kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang

terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 23

Page 24: Askep Anemia Pada Lansia

2. Anemia hemolitika

Anemia hemolitika yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah

disebabkan oleh destruksi sel darah merah:

a. Pengaruh obat-obatan tertentu

b. Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia

limfositik kronik

c. Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase

d. Proses autoimun

e. Reaksi transfusi

f. Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

G. Tanda dan Gejala

1. Lemah, letih, lesu, lelah dan lalai

2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan

menjadi pucat, penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf)

yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia

H. Kemungkinan Komplikasi yang muncul

Komplikasi umum akibat anemia diantaranya adalah:

gagal jantung,

parestisia dan

kejang

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 24

Page 25: Askep Anemia Pada Lansia

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,

penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek,

gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga

menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.

(Sjaifoellah, 1998).

I. Penatalaksanaan Medis

Tindakan umum :

Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti

darah yang hilang :

1. Transpalasi sel darah merah.

2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.

3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan

oksigen.

5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.

6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :

1. Anemia defisiensi besi: Mengatur makanan yang mengandung zat besi,

usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.

2. Pemberian preparat fe

a. Ferrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan

b. Feroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.

3. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12

4. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral

5. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan

pemberian cairan dan transfusi darah.

J. Pemeriksaan Khusus dan Penunjang Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 25

Page 26: Askep Anemia Pada Lansia

Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah

putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin

B12, hitung trombosit,

waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.

Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity

serum

Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan

kronis serta

sumber kehilangan darah kronis.

K. Diagnosa keperawatan dan masalah kolaborasi

Diagnosa keperawatan dan masalah kolaborasi yang mungkin muncul:

1. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

inadekuat intake makanan.

3. Kurang pengatahuan tentang anemia berhubungan dengan kurang

informasi.

4. Resiko Infeksi. Faktor resiko pertahanan sekunder tidak adekuat

(penurunan Hb)

5. perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb,

penurunan

6. konsentrasi Hb dalam darah.

7. Deficit self care b.d kelemahan

8. Resiko jatuh

9. PK anemia

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 26

Page 27: Askep Anemia Pada Lansia

A. Perencanaan Keperawatan

N

o

Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional

1. Intoleransi aktifitas

b.d

ketidakseimbangan

suplai dan kebutuhan

oksigen

Klien dapat mentoleransi

aktivitas & melakukan

ADL dgn baik

Berpartisipasi dalam

aktivitas fisik dgn TD,

HR, RR yang sesuai

Menyatakan gejala

memburuknya efek dari

OR & menyatakan

onsetnya segera

Warna kulit normal,

hangat&kering

Memverbalisasikan

pentingnya aktivitas

secara bertahap

Mengekspresikan

Toleransi aktivitas

1. Menentukan penyebab

intoleransi aktivitas &

menentukan apakah penyebab

dari fisik, psikis/motivasi

2. Kaji kesesuaian aktivitas &

istirahat klien sehari-hari

3. Tingkatkan aktivitas secara

bertahap, biarkan klien

berpartisipasi dalam perubahan

posisi, berpindah & perawatan

diri

4. Pastikan klien mengubah posisi

secara bertahap.

1. Menentukan penyebab

dapat membantu menentukan

intoleransi

2. Terlalu lama bedrest dapat

member kontribusi pada

intoleransi aktivitas

3. Peningkatan aktivitas

membantu mempertahankan

kekuatan otot, tonus

4. Bedrest dalam posisi

supinasi menyebabkan

volumeplasma→hipotensi

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 27

Page 28: Askep Anemia Pada Lansia

pengertian pentingnya

keseimbangan latihan &

istirahat

toleransi aktivitas

meningkat

5. Monitor gejala intoleransi

aktivitas ketika membantu klien

berdiri, observasi gejala

intoleransi spt mual, pucat,

pusing, gangguan kesadaran &

tanda vital

6. Lakukan latihan ROM jika

klien tidak dapat menoleransi

aktivitas

postural & syncope

5. TV & HR respon terhadap

ortostatis sangat beragam

6. Ketidakaktifan berkon-tribusi

terhadap kekuatan otot &

struktur sendi

2. Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh b.d

inadekuat intake

makanan.

Status nutrisi

Pemasukan yang adekuat

Tidak ada tanda-tanda

malnutrisi

Membran konjungtiva

dan mukosa tidak pucat

Nilai Lab.:

Protein total: 6-8 gr%

Therapi gizi

1. Monitor masukan cairan dan

makanan dan hitung kalori

2. berikan PenKes tentang

pentingnya gizi

1. Mengantisipasi kekurangan

gizi

2. Meningkatkan pengetahuan

ps dan keluarga tentang

makanan yang diperlukan

klien untuk memenuhi

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 28

Page 29: Askep Anemia Pada Lansia

Albumin: 3.5-5,3 gr %

Globulin 1,8-3,6 gr %

HB tidak kurang dari 10

gr %

makanan dengan tepat

3. Pastikan diet gizi serat dan

buah-buahan yang cukup

4. *pantau lab jika perlu

5. *evaluasi tanda-tanda

kekurangan gizi

persyaratan gizi

3. Mencegah konstipasi atau

sembelit, Mencegah

penurunan nafsu makan

4. Penanda pemenuhan keb.gizi

5. Mencegah terjadinya gizi

buruk

3 Kurang

pengatahuan

berhubungan

dengan

kurang informasi.

Pengetahuan tentang

penyakit, Pengetahuan

tentang anemia

Ps mampu menjelaskan

kembali tentang proses

penyakit, mengenal

kebutuhan perawatan

dan pengobatan tanpa

cemas

1. Jelaskan tentang proses penyakit

2. Jelaskan tentang program

pengobatan dan alternatif

pengobantan

3. Jelaskan tindakan untuk

mencegah komplikasi

4. Tanyakan kembali penge-tahuan

ps tentang penyakit, prosedur

prwtn dan pengobatan

1. Meningkatan pengetahuan

dan mengurangi cemas

2. Mempermudah intervensi

3. Mencegah keparahan

penyakit

4. Mereview

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 29

Page 30: Askep Anemia Pada Lansia

4. Resiko infeksi Kontrol infeksi dan kontrol

resiko

Bebas dari tanda-tanda

infeksi

Angka leukosit normal

Ps mengatakan tahu

tentang tanda-tanda

infeksi

Tidak ada ulkus/luka

atau berkabut.

Manajemen Infeksi :

1. Tingkatkan upaya pencegahan

(cuci tangan semua orang yg

b.d Ps termasuk kliennya

sendiri setiap kali akan

melakukan aktifitas untuk

membantu ps

2. Auskultasi bunyi nafas

3. Lakukan perubahan posisi dan

anjurkan ps untuk batuk

efektif/nafas dalam jika ps

sadar dan kooperatif

mencegah infeksi

nasokomial

Ronki mengidentifikasi

adanya akumulasisi secret

yang mungkin b.d

pneumonia / bronchitis

Membantu dalam

memventilasikan semua

derah paru dan

memobilisasikan secret,

mencegah secret tidak statis

dg terjadinya peningkatan

terhadap resiko infeksi

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 30

Page 31: Askep Anemia Pada Lansia

Kontrol infeksi :

1. Batasi pengunjung

2. Tingkatkan masukan gizi

yang cukup

3. Anjurkan istirahat cukup

4. Berikan PenKes tentang risiko

infeksi

1. Mencegah infeksi sekunder

2. Meningkatkan daya tahan

tubuh

3. Membantu relaksasi dan

membantu proteksi infeksi

4. Meningkatkan pengetahuan

klien

5 Deficit self care b.d

kelemahan

Perawatan diri: (mandi,

berpakaian),

Tubuh bebas dari bau

dan menjaga keutuhan

kulit

Menjelaskan cara

mandi dan berpakaian

Membantu perawatan diri klien

1. Tempatkan alat-alat mandi

disamping TT klien

2. Libatkan keluarga dan klien

3. Berikan bantuan selama klien

4. masih mampu mengerjakan

ADL berpakaian

Mempermudah jangkauan

1. Melatih kemandirian

2. Meningkatkan kepercayaan

3. Memudahkan intervensi

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 31

Page 32: Askep Anemia Pada Lansia

secara aman sendiri

5. Informasikan pd klien dlm

memilih pakaian selama

perawatan

6. Sediakan pakaian di tempat

yg mudah dijangkau

7. Bantu berpakaian yg sesuai

8. Jaga privacy, berikan pakaian

pribadi yg digemari dan sesuai

4. Melatih kemandirian

5. Menghindari nyeri bertambah

6. Memberikan kenyamanan

7. Memberikan kepercayaan diri

klien

6 PK : Anemi

Setelah dilakukan tindakan

perawatan perawat dapat

mengatasi atau mengurangi

komplikasi anemia Kriteria

hasil :

1. Hb > 10 g%

2. Konjungtiva tidak anemis

3. TTV dalam batas normal

1. Monitor tanda-tanda vital

(RR, P, BP, T)

2. Monitor perdarahan (jumlah,

jenis, warna)

1. Nilai tanda-tanda vital yang

bergeser dari normal

mengindikasikan

ketidaknormalan fungsi

homeostasis tubuh

2. Dengan mengetahui jumlah.

Jenis dan warna perdarahan

dapat menentukan tindakan

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 32

Page 33: Askep Anemia Pada Lansia

4. Nutrisi adekuat

5. Tidak letargi

3. Monitor keseimbangan cairan,

pantau intake dan output.

4. Lakukan kolaborasi

pemeriksaan kadar Hb

5. Kolaborasi pemberian tranfusi

darah

6. Monitor kemungkinan terjadinya

shock karena perdarahan

penanganan secara tepat

3. Keseimbangan cairan dalam

tubuh harus dipertahankan

untuk mencegah kondisi klien

jatuh ke kondisi shock

4. Nilai Hb dipantau untuk

mengetahui adanya

perdarahan atau kekurangan

darah

5. Tranfusi darah merupakan

penanganan efektif dalam

meningkatkan Hb

6. Tanda-tanda shock harus

diketahui sebagai tindakan

waspada dan preventif

7. Medikasi diperlukan untuk

mengatasi masalah Anemi

klien

8. Diit tinggi protein mendukung Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 33

Page 34: Askep Anemia Pada Lansia

8. Berikan medikasi sesuai program

9. Anjurkan klien untuk diit adekuat

: tinggi protein

sistem eritropoetin darah

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 34

Page 35: Askep Anemia Pada Lansia

DAFTAR PUSTAKA

Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses

keperawatan), Bandung.

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:

Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC,

Jakarta.

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih

bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan

Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan

Klien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC,

Jakarta

McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second

edisi, By Mosby-Year book.Inc,Newyork

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification,

Philadelphia, USA University IOWA., NIC and NOC Project., 1991,

Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 35

Page 36: Askep Anemia Pada Lansia

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN.S KHUSUSNYA NY. K

DENGAN ANEMIA DI RT03 RW02 DESA SUDIMAMPIR KIDUL

KECAMATAN BALONGAN KABUPATEN INDRAMAYU

I. Data Umum

1. Nama Kepala Keluarga : Tn. S

2. Nama pasien : Ny K

3. Umur : 65 tahun

4 Alamat : RT 03 RW 02 Desa Sudimampir kidul

5. Pekerjaan KK : Petani

6. Pendidikan KK : SD

7. Agama : Islam

8. Suku Bangsa : Jawa

9. Tanggal Pengkajian : 14 maret 2011

10. Komposisi Keluarga

N

o

Nama L/P Hub dng

KK

Umur Tingkat

Pendidikan

Pekerjaan Agama ket

1. Tn.S L KK 65 thn - Petani Islam

2. Ny. K P Istri 65 thn - IRT Islam

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 36

Page 37: Askep Anemia Pada Lansia

3. Ny.C L Anak 45 thn SD Tani Islam

4. Ny.N L Anak 41 thn SD IRT Islam

5. Tn .S L Anak 34 thn SD Swasta Islam

6. Ny.C L Anak 18 thn SD Tani Islam

7. Ny.D P Anak 11 SD - Islam

11. Genogram

Keterangan Gambar :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

------- : Tinggal dalam satu rumah

Keterangan keluarga :

Tn.S mempunyai seorang istri yang bernama Ny K.mempunyai 3 orang anak 1

perempuan 2 laki –laki mereka tinggal masih dalam satu rumah .anak 1 menikah

dengan Tn C mempunytai 2 orang anak dan semua tinggal di rumah Tn S

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 37

Page 38: Askep Anemia Pada Lansia

12. Tipe Keluarga : Keluarga extendidFamilly

13. Status Sosial Ekonomi Keluarga :

Tn.S dan semua ana dan menantunya adalah seorang petani yang bekerja sebagai

petani menggarap sawah dari orang tuanya.Penghasilan keluarga berasal dari

panennya 2 kali dalam setahun dengan berpenghasilan tidak tentu.

14. Aktifitas Rekreasi Keluarga

Keluarga Tn. S dan Ny K dalam kebutuhan rekreasi hanya nonton TV dan

mendengarkan radio dan berkumpul dengan tetangga sekitarnya.

II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :

Keluarga dengan usia lansia

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi ;

Ny K sudah termasuk lansia

3. Riwayat keluarga inti

Tn. S dalam kondisi baik

Menurut klien kondisi kesehatannya dirasakan memburuk dalam satu

tahun terakhir, klien pernah dirawat dirumah sakit. Menurut dokter yang

mengobatinya, klien dikatakan kurang darah dan harus tambah darah.

Klien mendapat tranfusi 1 kantong darah. Dokter mengatakan mengenai

penyakitnya yaitu akibat kurang asupan nutrisi yang bergizi.

4. Riwayat keluarga sebelumnya

Tn. S mengatakan di puhak keluarganya tidak ada yang sakit seperti Ny. K

III. Pengkajian Lingkungan

1. Karakteristik Rumah

Denah Rumah : Keterangan :

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 38

Page 39: Askep Anemia Pada Lansia

1. Teras

4 3 2 2. Ruang Tamu

1 3. R.TV&Makan

6 4. Dapur

7 5 5. Kamar tidur

U 6. Kamar Tidur

7. Kamar mandi&WC

Keterangan :

Rumah milik sendiri, lantai rumah keramik, ventilasi cukup baik ,BAB dan

BAK di kamar mandi sendiri,biasa menggunakan air sumur buat masak dan mandi

didepan rumah tidak ada pembuangan sampah rumah tangga dan membuang

Sampah kesungai yang ada didepan rumahnya

2. Karakteristik tetangga dan komunitas

Rumah keluarga Tn.S dengan tetangga sekitar berdekatan ,antar tetangga saling

membantu dan mengenal satu sama lainnya

3. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga Ny. K untuk alat transfortasi bila bepergian Ny K mengandalkan anak

anaknya.

4. Perkumpulan dan interaksi dengan masyarakat

Tn. S dan NY K tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat

5. Sistem pendukung Keluarga

Jarak antara rumah keluarga Tn. S dengan Puskesmas pembantu kurang lebih 100

meter. Keluarga Tn.S memiliki kartu Askeskin ,NY K mengatakan kalau sakit

dibawa ke puskesmas.

IV. Struktur komuinikasi keluarga

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 39

Page 40: Askep Anemia Pada Lansia

1. Pola komunikasi keluarga

Komunikasi antar anggota keluarga Ny K sangat baik,yaitu berkomunikasi

dengan menggunakan bahasa jawa.

2. Struktur kekuatan keluarga

Tn.S Sebagai pengambil keputusan dalam keluarganya

3. Struktur Peran

Tn.S berperan sebagai suami sangat dominan peranannya dalam keluarga dan

Ny. S sebagai ibu Rumah Tangga dan mengurus Suami dan rumah saja

4. Nilai atau norma keluarga

Keluarga Tn.S menganut Nilai dan norma budaya jawa namun demikian tidak

ada pantangan dengan nilai – norma kesehatan.

V. Fungsi Keluarga

1. Fungsi biologis keluarga

a. Kebersihan perorang

keluarga Tn.S dan semua anggota keluargany mengatakan keluarganya mandi 2

kali sehari memakai sabun, mengosok gigi memakai pasta gigi dan juga

keramas menggunakan sampo paling sedikit 2 kali dalam satu minggu.

b. Penyakit yang sering diderita

Ny K mengatakan yang sering diderita adalah badan lemas dan kurang darah

c. Penyakit keturunan

keluarga mengatakan tidak ada penyakit keturunan

d. Penyakit kronis/menular

Keluarga Tn.S mengatakan tidak ada penyakit menular dalam anggota

Keluarganya

e. Kecacatan anggota keluarga

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 40

Page 41: Askep Anemia Pada Lansia

Keluarga Tn.S mengatakan tidak ada penyakit kecacatan dalam keluarganya

f. Pola makan

Ny. S mengatakan makannya sering telat

g. Pola istirahat

Keluarga istirahat jam 21.00 dan bangun tidur jam 04.30WIB

2. Fungsi psikologis keluarga

a. Keadaan emosi

Keadaan emosi keluarga Tn.S stabil

b. Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan keluarga pada Tn.S diserahkan pada anak –

anaknya , tetapi juga kadang dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan

keluarga

c. Mencari pelayanan kesehatan

Biasanya anggota keluarga menggunakan obat warung dalam mencari

Pengobatan tetapi bila tidak kunjung reda pengobatan beralih ke puskesmas

2. Fungsi Sosialisasi

a. Hubungan antar keluarga

Keluarga Tn.S mengatakan hubungan dengan anggota keluarganya cukup baik

dan tidak ada masalah.

b. Hubungan dengan orang lain

Hubungan keluarga Tn.S dengan tetangga lain cukup rukun,dan bila timbul

masalah antar tetangga dalam penyelesaiannya diselesaikan dengan baik

c. Kegiatan organisasi sosial

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 41

Page 42: Askep Anemia Pada Lansia

Keluarga Tn.S kurang aktif dalam kegiatan sosial masyarakat karena

kesibukannya sebagai petani

3. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga Tn.S khususnya Ny. S selalu disediakan makan oleh anaknya Tn.S

kalau ada keluarga nya ada yang sakit selalu diperiksakan ditempat pelayanan

kesehatan yang dekat rumahnya,sedangkan khususnya Ny. S mengatakan

belum mengerti tentang penyakit yang dideritanya,Ny K selalu menyebutkan

kalau kambuh badanya lemas dan kepalanya pusing.

4. Fungsi Reproduksi

Keluarga Tn.S mengatakan punya 3 anak dan 2 cucu yang tinggal dalam satu

rumah

5.Fungsi Ekonomi

Keluarga Tn.S mengatakan untuk memenuhi hidup keluarganya bekerja sebagai

petani dan keluarga Tn.S memanfaatkan sawah garapan yang dikasih sama

orang tuanya

VI Stress dan Koping Keluarga

1. Stres jangka panjang dan jangka pendek

Ny. K mengatakan saat sedang memikirkan penyakit yang diderita.

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situassi / stressor

Keluarga Tn.S biasanya membicarakan masalah yang dimusyawarahkan dengan

anggota keluarga lainnya untuk mencari solusinya.

3. Strategi Koping yang digunakan

Keluarga Tn.S mengatakan tidak ada masalah tertentu yang sangat merisaukan.

4. Harapan keluarga

Harapan keluarga Tn.S mengatahui tingkat kesehatan kelurganya dan

diharapakan lebih mngetahui tentang penyakit yang dialami oleh anggota

keluarganya dan kesehatan keluarga menjadi lebih baik.

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 42

Page 43: Askep Anemia Pada Lansia

5. strategi adaptasi disfungsisonal

VII. Pemeriksaan fisik

Pada Ny. K

TTV : TD : 120/70mmhg

N : 88 x/menit

S : 36 c

RR : 20 x / menit

a. Sistem kardio vaskuler

Inspeksi : keadaan umum terlihat baik,kesadaran komposmentis

Palpasi : tidak ada pelebaran pembuluh darah dan pembesaran organ-

Organ tubuh

Perkusi : tidak ada suara redup,pekak atau suara abnormal

Auskultasi : irama jantung regular , dan tidak ada suara lain yang

menyertainya

b. Sistem pernapasan

Inspeksi : Dada kanan kiri terlihat simetris ,pergerakan otot dada ( - )

Palpalsi : Tidak ada pembesaran abnormal iktus cordis teraba

Perkusi : Suara kanan kiri sama dan seimbang

Auskultasi : suara pekak,redup,wheezing ( - )

c. Sistem integumen

Inspeksi : tekstur kulit elastis,bekas luka (-)

Palpasi : turgor kulit baik

d. Systim perkemihan

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 43

Page 44: Askep Anemia Pada Lansia

Ny. K mengatakan biasa buang air kecil dikamar mandi secara mandiri dengan

frekwensi 3-4x / hari

e. System musculoskeletal

ROM Ny. K baik ,kemampuan memegang kuat,otot kanan kiri sama

kuat,tidak ada kelainan tulang

f. System Endokrin

Ny. K mengatakan tidak menderita kencing manis,palpasi : tidak ada

pembesaran kelenjar

g. System imun

Ny. K mengatakan tidak pernah disuntuk imunisasi,sensitivitas terhadap zat

alergen ( - )

h. System Gasrointestinal

Ny. K mengatakan makannya tidak teratur kadang telat makan,ada gangguan

pada perutnya suka nyeri perut dan sakit.

i. System Reproduksi

Ny. K mengatakanbelum mempunyai anak pada hal tidak menggunakan alat

kontrasepsi dan sedang hamil 6 bulan

j. System Persyarapan

Keadaan status Ny. K baik dengan emosi stabil respon Ny. K terhadap

pembicaraan ( + ) ,kemampuan pendengaran baik,tidak ada kekakuan

k. System Penglihatan

Ny. K mampu melihat dengan baik ,mata kanan kirinya tidak ada gangguan

penglihatan

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 44

Page 45: Askep Anemia Pada Lansia

ANALISA DATA

DATAMASALAH

KEPERAWATAN

SUBYEKTIF :

klien mengatakan badannya lemas,

terkadang tidak kuat untuk berdiri dan

berjalan.

OBYEKTIF :

Keadaan umum klien terlihat lemah, lesu,

dan cepat lelah.

Nadi: 60x/menit RR: 20 X/mnt, tensi:

100/60 mmHg

Intoleransi aktifitas

berhubungan dengan nyeri

dan keletihan

SUBYEKTIF :

Klien mengatakan : kurang nafsu makan,

makan yang disediakan tidak pernah habis,

setelah makan 2-3 sendok, perut terasa

sakit dan terasa ingin muntah, Tidak

adanya nafsu makan ini sudah berlangsung

sejak klien pulang dari rumah sakit sampai

dengan sekarang. menurut klien dari

pertama masuk panti sampai sekarang BB

nya mengalami banyak penurunan, + 11 kg

OBYEKTIF:

Berat badan menurun ,klien terlihat lemah,

lesu, turgor kurang, kulit kering dan

anemis.

Porsi yang disediakan dimakan 2-3 sendok.

jenis bubur, tahu, sayur. Frekuensi 2x/hari

Perubahan nutrisi : kurang

dari kebutuhan

berhubungan dengan intake

nutrisi yang tidak adekuat

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 45

Page 46: Askep Anemia Pada Lansia

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH

1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri dan keletihan

2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake

nutrisi yang tidak adekuat

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 46

Page 47: Askep Anemia Pada Lansia

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Nama klien: Ny T

No Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Implementasi

1. Intoleransi aktifitas

berhubungan dengan

nyeri dan keletihan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 4 hari

Klien dapat mentoleransi

aktivitas & melakukan ADL

secara bertahap dengan

kriteria hasil:

klien dapat

Berpartisipasi dalam

aktivitas fisik dgn TD,

HR, RR yang sesuai

Menyatakan gejala

memburuknya efek dari

OR & menyatakan

onsetnya segera

1. Kaji kesesuaian aktivitas &

istirahat klien sehari-hari

2. Tingkatkan aktivitas secara

bertahap, biarkan klien

berpartisipasi dalam

perubahan posisi, berpindah &

perawatan diri

3. Monitor gejala intoleransi

aktivitas ketika membantu

klien berdiri, observasi gejala

intoleransi spt mual, pucat,

pusing, gangguan kesadaran &

1. Mengkaji pola istirahat,

aktivitas serta adanya

keletihan klien.

2. Memotivasi klien untuk

meningkatkan aktivitas

secara bertahap, dan

bepartisipasi dalam perubahan

posisi, berpindah &

perawatan diri.

3. Membantu klien

merencanakan aktifitas sesuai

kemampuan klien dan

mengobservasi tanda-tanda

intoleransi yang timbul saat

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 47

Page 48: Askep Anemia Pada Lansia

Warna kulit normal,

hangat&kering

Memverbalisasikan

pentingnya aktivitas

secara bertahap

Mengekspresikan

pengertian pentingnya

keseimbangan latihan &

istirahat

toleransi aktivitas

meningkat

tanda vital

4. Bantu klien melakukan

aktivitas sehari-hari sesuai

toleransinya

5. Lakukan latihan ROM jika

klien tidak dapat menoleransi

aktivitas

beraktivitas.

4. Mendekatkan alat-alat

keperluan klien, membantu

klien melakukan aktivitas

sehari-hari sesuai toleransinya

5. Mengajarkan dan membantu

klien latihan ROM

2. Perubahan nutrisi :

kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan

intake nutrisi yang

tidak adekuat

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 4 hari

Status nutrisi klien adekuat.

Kriteria hasil:

nafsu makan klien

Therapi gizi

1. Monitor masukan cairan dan

makanan dan hitung kalori

2. Berikan PenKes tentang

pentingnya gizi

1. Mengobservasi intake

makanan dan cairan klien tiap

harinya.

2. Memberikan penjelasan

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 48

Page 49: Askep Anemia Pada Lansia

meningkat

porsi yang disediakan

habis

klien makan 3 kali

dengan kalori yang cukup

Tidak ada tanda-tanda

malnutrisi

Membran konjungtiva

dan mukosa tidak pucat

3. Anjurkan klien makan porsi

kecil tapi sering

4. Ciptakan lingkungan tempat

makan yang nyaman

5. Kerjasama dengan petugas

panti mengenai diet dan menu

klien yang adekuat

6. Berikan tablet tambah darah

terapi herbal untuk mengatasi

masalah klien

tentang pentingnya nutrisi

yang adekuat bagi tubuh

terutama bagi klien yang

dalam kondisi sakit.

3. Menganjurkan klien makan

dalam porsi kecil namun

frekuensi sering, ditambah

makanan selingan.

4. Mengupayakan lingkungan

kamar senyaman mungkin

5. Bekerja sama dengan petugas

panti dalam hal penyediaan

menu makanan klien sesuai

diet/kebutuhan nutrisi klien.

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 49

Page 50: Askep Anemia Pada Lansia

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 50

Page 51: Askep Anemia Pada Lansia

CATATAN PERKEMBANGAN

Tggl/Waktu

No.

Dx

Kep.

Implementasi EVALUASI

1. 1. Memotivasi klien

untuk meningkatkan

aktivitas secara

bertahap, dan

bepartisipasi dalam

perubahan posisi,

berpindah &

perawatan diri.

2. Mendekatkan alat-

alat keperluan klien

S : klien mengatakan me-

mahami pentingnya

aktivitas secara berta-

hap, klien mengatakan

posisinya di tempat

tidur sekarang tidak

miring ke kiri terus,

tapi miring kiri, telen-

tang dan kemudian

miring kanan pelan-

pelan. Belajar duduk

sendiri belum kuat.

O : untuk posisi telentang

dan miring ke kiri klien

dapat bertahan + 10

menit, nadi 92x/mnt RR

24x/mnt

A : masalah belum teratasi

P : bantu klien merenca-

nakan aktifitas sesuai

kemampuan klien dan

observasi tanda-tanda

intoleransi yang timbul

saat beraktivitas.

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 51

Page 52: Askep Anemia Pada Lansia

2. 1. Mengobservasi intake

makanan dan cairan

klien tiap harinya.

2. Memberikan

penjelasan tentang

pentingnya nutrisi

yang adekuat bagi

tubuh terutama bagi

klien yang dalam

kondisi sakit.

3. Menganjurkan klien

makan dalam porsi

kecil namun

frekuensi sering,

ditambah makanan

selingan.

S : klien mengatakan masih

terasa mual setiap kali

makan

O : klien makan siang habis

5 sendok, klien dapat

menyebutkan kembali

fungsi makanan bagi

peningkatan

kesehatannya

A : masalah belum teratasi

P : Bekerja sama dengan

petugas panti untuk

menyediakan makanan

klien sesuai dietnya.

1.

1. Membantu klien

merencanakan

aktifitas sesuai

kemampuan klien dan

mengobservasi tanda-

tanda intoleransi

yang timbul saat

beraktivitas.

S : klien menyebutkan

aktivitas yang telah

direncanakan dari

bangun tidur pagi

sampai tidur malam

O : klien melakukan

aktivitas yang

direncanakan seperti

memanfaatkan waktu

luang dengan duduk di

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 52

Page 53: Askep Anemia Pada Lansia

ruang tengah panti

berbincang-bincang

dengan teman panti

lainnya tanpa terlihat

kelelahan ataupun nyeri

A : masalah teratasi

sebagian

P : kerjasama dengan panti

membantu klien

melakukan AKS sesuai

toleransi klien

2. 1. Menganjurkan klien

makan dalam porsi

kecil namun

frekuensi sering,

ditambah makanan

selingan.

2. Mengupayakan

lingkungan kamar

senyaman mungkin

3. Bekerja sama dengan

petugas panti dalam

hal penyediaan menu

makanan klien sesuai

diet/kebutuhan nutrisi

klien.

S : klien mengatakan makan

pagi habis ½ porsi ,

makan siang ½ porsi

klien mengatakan mual

berkurang

O : klien menghabiskan

makan siang ½ porsi

Klien makan 3 kali

sehari

A : masalah belum teratasi

P :motivasi klien untuk

makan dalam porsi

kecil(1/3 porsi) namun

frekuensi sering(5-6 x)

ditambah makanan

selingan

1. Mengajarkan dan S : klien mengatakan

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 53

Page 54: Askep Anemia Pada Lansia

membantu klien

latihan ROM

memahami manfaat dan

cara melalukan latihan

ROM

klien mengatakan

mengerti tentang

pentingnya

keseimbangan latihan &

istirahat

O : klien dapat

menyebutkan manfaat

latihan ROM, klien

menunjukkan partisipasi

dalam melakukan

latihan ROM

Nadi 80x /mnt RR 20

x/mnt post latihan ROM

A : masalah teratasi

sebagian

P : kerjasama dengan

petugas panti dalam hal

upaya meningkatkan

toleransi aktivitas klien.

2. Mengobservasi intake

makanan dan cairan

klien

nafsu makan klien

meningkat

porsi yang

S : klien mengatakan

kadang-kadang masih

mual/hilang timbul

O : keadaan umum klien

lemah, kesadaran CM.

klien terlihat lesu, dan

lemas. Konjunctiva

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 54

Page 55: Askep Anemia Pada Lansia

disediakan habis

klien makan 3 kali

dengan kalori yang

cukup

Tidak ada tanda-

tanda malnutrisi

Membran

konjungtiva dan

mukosa tidak pucat

anemis, kulit dan kuku

sedikit pucat.

klien makan 3x/hari ½

porsi, makanan

lunak/bubur, lauk dan

sayur. Ngemil makanan

kecil(biscuit, kue.dll) 1

potong 2-3x/hari minum

air putih dan teh +

1ltr/hr

A : masalah belum teratasi

P : Kerjasama dengan

pendamping wisma

untuk memantau

kebutuhan nutrisi klien

serta BB klien setelah 1

– 2 bulan

1.

Indramayu, april 2011

Mahasiswa

________________________

jaja

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 55

Page 56: Askep Anemia Pada Lansia

MATERI PENYULUHAN NUTRISI PADA LANSIA

1. Pengertian Nutrisi

Ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk menghasilkan energi dan

memelihara jaringan, serta mengatur proses kehidupan.

2. Tujuan Nutrisi

- Memberikan zat besi yang cukup bagi kebutuhan hidup.

- Mendidik kebiasaan makan yang baik.

3. Macam-Macam Makanan

a. Hewani

- Daging Sapi

- Daging Ayam

- Makanan Laut

- Telur

- Keju

- Susu

b. Nabati

- Roti - Bayam

- Wortel - Kacangan

- Kentang - Jagung

- Buah-Buahan - Tomat

- Apel - Jeruk

- Pisang dan dll

4. Menu Makanan Pada LANSIA

pagi siang sore

Susu,nasi,sayur

sop,buah - buahan

sneck Susu,sayur

bayam,telot,buah -

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 56

Page 57: Askep Anemia Pada Lansia

buahan

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Masalah Perawatan : Nutrisi pada lansia

Pokok Bahasan : Nutrisi pada lansia

Waktu : 10 menit

Hari/tanggal : kamis , 07 april 2011

Tempat : Rumha Tn S

Sasaran : Keluarga Tn. S

I. Tujuan Intruksional Umum

Setelah diberikan penyuluhan selama 10 menit sasaran mampu memahami

tentang masalah kebutuhan nutrisi pada lansia

II. Tujuan Intruksional Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan selama 10 menit sasaran dapat :

- Menjelaskan tentang pengertian Nutrisi

- Menjelaskan tujuan Nutrisi

- Menyebutkan macam-macam makanan yang dikonsumsi

- Menyebutkan macam-macam menu makanan untuk lansia

III. Materi Penyuluhan

1. Pengertian Nutrisi

2. Tujuan Nutrisi

3. Macam-macam makanan yang dikonsumsi

4. Menu makanan

IV. Kegiatan Pembelajaran

1. Metode

Ceramah dan tanya jawab

2. Langkah-Langkah Kegiatan

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 57

Page 58: Askep Anemia Pada Lansia

a. Pra kegiatan pembelajaran

- Mempersiapkan ruang dan media

- Memberi salam dan pengenalan

- Kontak waktu

b. Kegiatan membuka pembelajaran

- Menjelaskan pokok bahasan yang akan dibahas

- Menjelaskan tujuan pembelajaran

- Apensepsi

c. Kegiatan Inti

- Sasaran memperhatikan dan menyimak penjelasan penyuluhan

tentang pengertian nutrisi

- Sasaran memberikan tanggapan dan pertanyaan tentang materi

yang diberikan

- Sasaran memberikan ulasan dan jawaban penyuluhan

d. Kegiatan Penutup

- Sasaran menjawab pertanyaan yang penyuluh berikan sebagai

evaluasi

- Sasaran dan penyuluhan menyimpulkan masalah yang telah

disampaikan

- Memberikan salam

V. Media dan Sumber

Media : Leaplet dan clip chart

Sumber : Arif Mansjoer, Kapitaliselekta. Jilid 2

Jakarta : Media Aesculaplus, 2002

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 58

Page 59: Askep Anemia Pada Lansia

Asuhan Keperawatan Gerontik Page | 59