askep bph
DESCRIPTION
Asuhan keperawatanTRANSCRIPT
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA
LAPORAN PENDAHULUANHIPERTROPI PROSTAT
KONSEP DASAR MEDISPengertian
Hipertropi Prostat adalah pembesaran dari kelenjar prostat yang disebabkan oleh bertambahnya sel-sel glandular dan interstitial yang menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan gangguan aliran urine, dan kebanyakan terjadi pada umur lebih dari 50 tahun (Brunner & Suddarth, 2007).Hipertropi prostat adalah suatu kondisi yang sering terjadi sebagai hasi dari pertumbuhan an pengandalian hormon prostat (Yuliana ein, 2011).
Etiologi
Ada beberapa teori yang mengemukakan penyebab terjadinya hipertropi prostat antar lain :Teori sel Stem ( Isaacs 1984,1987 )
Berdasarkan teori ini jaringan prostat pada orang dewasa berada pada keseimbangan antara pertumbuhan sel dan sel yang mati. Keadaan ini disebut Steady State. Pada jaringan prostat terdapat sel stem yang dapat berproli serasi lebih cepat sehingga terjadi hiperplasia kelenjar penuretral.Teori Mc Neal ( 1987 )
Menurut Mc Neal pembesaran prostat jinak dimulai dari zona transisi yang letaknya sebelah proksimal dan spinater eksternal pada kedua sisi verumen tatum di zona periuretral.Teori Di Hidro Testosteron ( DHT )
Testosteron yang dihasilkan oleh sel leyding jumlah testosteron yang dihasilkan oleh testis kira-kira 90 % dari seluruh produksi testosteron. Sedang yang 10 % dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Sebagian besar testosteron dalam keadaan terikat dengan protein dalam bentuk serum.Bendung hormon ( SBH ) sekitar 20 % testosteron berada dalam keadaan bebas dan testosteron bebas inilah yang memegang peranan peranan dalam proses terjadinya pembesaran prostat testosteron bebas dapat masuk ke dalam sel prostat dengan menembus membran sel ke dalam sitoplasma sel prostat sehingga membentuk DHT heseplar kompleks yang akan mempengaruhi asam RNA yang menyebabkan terjadinya sintyesis protein sehingga dapat terjadi profilikasi sel.
Pathofisiologi
Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan testoteron estrogen, karena produksi testoteron menurun dan terjadi konversi testoteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa diperifer. Bila perubahan mikroskopik ini terus berkembang akan terjadi perubahan patologi anatomik. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi pada leher vesika dan daerah prostat meningkat, dan detrusor menjadi lebih tebal. Penonjolan serat detrusor kedalam kandung kemih dengan sistoskopi akan terlihat seperti balok yang disebut tuberkulasi. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi otot dinding. Apabila kedaan ini berlanjut maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi berkontraksi sehingga terjadi retensi urine.Biasanya ditemukan gejala obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi terjadi karena detrusor gagal berkontraksi sehingga kontraksi menjadi terputus.Gejala iritasi terjadi karena pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna saat miksi atau pembesaran prostat yang menyebabkan rangsangan pada kandung kemih, vesika sering berkontraksi meskipun belum penuh. Apabila vesika menjadi dekompensasi, akan terjadi retensi urine sihingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urine dalam kandung kemih dan timbul rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Jika keadaan ini berlanjut pada suatu saat akan terjadi kemacetan total, sehingga penderita tidak mampu lagi miksi.Karena produksi urine terus terjadi maka vesika tidak mampu lagi menampung urine sehingga tekanan intra vesika terus meningkat melebihi tekanan tekanan sfingter dan obstruksi sehingga menimbulkan inkontinensia paradoks. Retensi kronik menyebabkan refluk vesiko-ureter, hidroueter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Prose kerusakan ginjal dipercepat apabila terjadi infeksi. Sisa urine yang terjasi selama miksi akan menyebabkan terbentuknya batu endapan yang dapat menyebabkan hematuria, sistisis dan pielonefritis.
Manifestasi Klinik
Gejala klinik dapat berupa :Frekuensi berkemih bertambahNocturiaKesulitan dalam memulai (hesitency) dan mengakhiri berkemihMiksi terputus (hermittency)Urine masih tetap menetes setelah selesai berkemih (terminal dribbling)Pancaran miksi menjadi lemah (poor stream)Rasa nyeri pada waktu berkemih (dysuria)Rasa belum puas setelah miksi
Gejala kilinis tersebut diatas dapat terbagi 4 grade yaitu :Pada grade I (congestif)Mula-mula pasien berbulan-bulan atau bertahun-tahun susah kencing dan mulai mengedan.Kalau miksi merasa tidak puas.Urine keluar menetes dan puncuran lemah.Nocturia.Ereksi lebih lama dari normal dan libido lebih dari normal.Pada Citoscopy kelihatan hiperemia dan orifreum urether internal lambat laun terjadi varises akhirnya bisa terjadi pendarahan (blooding).
Pada Grade 2 (residual)Bila miksi terasa panasNocturi bertambah beratTidak dapat buang air kecil (kencing tidak puas)Bisa terjadi infeksi karena sisa air kencingTejadi panas tinggi dan bisa meninggalNyeri pad daerah pinggang dan menjalar keginjal.
Pada grade 3 (retensi urine)Ischuria paradorsalIncontinential paradorsal
Pada grade 4Kandung kemih penuh.Penderita merasa kesakitan.Air kencing menetes secara periodik (overflow incontinential).Pada pemeriksaan fisik yaitu palpasi abdomen bawah untuk meraba ada tumor kerena bendungan hebat.Dengan adanya infeksi penderita bisa meninggal dan panas tinggi sekitar 40-41 C.Kesadaran bisa menurun.Selanjutnya penderita bisa koma
Berdasarkan gambaran klinik hipertrofi prostat dapat dikelompokan dalam empat (4) derajat gradiasi sebagai berikut :DerajatColok DuburSisa Volume UrineIII
IIIIVPenonjolan prostat, batas atas mudah diraba.Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat mudah dicapai.Batas atas prostat tidak dapat diraba< 50 ml50 100 ml
> 100 mlRetensi urine total
KomplikasiRetensi Urine : karena terjadinya dekompenisasi pada vesika urinaria sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin didalam kandung kemih, dan timbul rasa tidak tuntas pada akhir miksi.Perdarahan Perubahan VU; trabekulasi, divertikulasi.Infeksi saluran kemih akibat kateterisasi :Hidroureter, Hidronefrosis, gagal ginja : Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesico-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjalCystisis, prostatitis, epididymitis, pyelonefritis : Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan didalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat pula menyebabkan sistisis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritisHipertensi, UremiaProlaps ani/rectum, hemorroid : Pada waktu miksi penderita harus selalu mengedan sehingga lama kelamaan menyebabkan hernia atau hemorroid.
Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan radiologik seperti foto polos abdomen dan pielografi intravena.USG transabdominal atau transrektal (transrectal ultrasonography), untuk mengetahui pembesaran prostat, menentukan volume buli-buli, mengukur sisa urine dan keadaan patologi lain (tumor, divertikel, batu).Systokopi : untuk mencari kemungkinan adanya kelainan lain non BPH (karsinoma buli-buli) atau kelainan lain yang merupakan komplikasi dari BPHIntravena Pierografi (IVP) : Gambaran trabekulasi buli, residual urine post miksi, dipertikel buli.
Indikasi: disertai hematuria, gejala iritatif menonjol disertai urolithiasisTanda BPH: Impresi prostat, hockey stick ureter Urinalisa : Kultur urine. : untuk mengetahui infeksi pada saluran kemih
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dapat dilakukan berdasarkan derajat berat-ringannya hipertrofi prostat. Derajat I; biasanya belum membutuhkan tindakan pembedahan. Pengobatan konservatif yang dapat diberikan adalah penghambat adrenoreseptor alfa seperti; alfazosin, prazosin, dan terazosin. Derajat II; merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan. Biasanya dianjurkan untuk dilakukan reseksi endoskopik melalui urethra (trans urethra resection).
Derajat III; pada derajat ini reseksi endoskopik dapat dilakukan secara terbuka. Pembedaahan terbuka dapat dilakukan melalui transvesikel, retropibik atau perineal.
Derajat IV; pada derajat ini tindakan pertama adalah membebaskan klien dari retensi urine total, dengan memasang kateter atau sistostomi. Selanjutnya dapat dilakukan pembedahan terbuka. Untuk klien dengan keadaan umum lemah dapat diberikan pengobatan konservatif yaitu penghambat adrenoreseptor daan obat antiandrogen.
Pengobatan invasif lainnya ialah pemanasan prostat dengan gelombang mikro yang disalurkan kekelenjar prostat. Juga dapat digunakan cahaya laser yang disebut transurethral ultrasound guide laser induced prostatecthomy.
Pencegahan
Kini, sudah beredar suplemen makanan yang dapat membantu mengatasi pembesaran kelenjar prostat. Salah satunya adalah suplemen yang kandungan utamanya saw palmetto. Berdasarkan hasil penelitian, saw palmetto menghasilkan sejenis minyak, yang bersama-sama dengan hormon androgen dapat menghambat kerja enzim 5-alpha reduktase, yang berperan dalam proses pengubahan hormon testosteron menjadi dehidrotestosteron (penyebab BPH). Hasilnya, kelenjar prostat tidak bertambah besar.Zat-zat gizi yang juga amat penting untuk menjaga kesehatan prostat di antaranya adalah : Vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalam mencegah pertumbuhan sel kanker, karena menurut penelitian, 5-10% kasus BPH dapat berkembang menjadi kanker prostat. Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, sehingga kerja ginjal dan organ tubuh lain tidak terlalu berat. Copper (gluconate) dan Parsley Leaf, yang dapat membantu melancarkan pengeluaran air seni dan mendukung fungsi ginjal. L-Glysine, senyawa asam amino yang membantu sistem penghantaran rangsangan ke susunan syaraf pusat. Zinc, mineral ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan kualitas sperma.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATANPengkajian Keperawatan
Pengkajian PrimerPengkajian dengan pendekatan ABCD.Airway
yakinkan kepatenan jalan napasberikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU
Breathing
kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk mempertahankan saturasi >92%.Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-valve-mask ventilationLakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasanLakukan pemeriksan system pernapasanDengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan kongesti paru
Circulation
Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallopKaji peningkatan JVP Monitoring tekanan darahPemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
Sinus tachikardiAdanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3right bundle branch block (RBBB)right axis deviation (RAD)
Lakukan IV akses dekstrose 5%Pasang KateterLakukan pemeriksaan darah lengkapJika ada kemungkina KP berikan Nifedipin SublingualJika pasien mengalami Syok berikan secara bolus Diazoksid,Nitroprusid
DisabilityKaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU Penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di ICU. Exposure
selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan KP jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik lainnya.Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik
Diagnosa Keperawatan Gangguan eliminasi retensi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pembesaran prostat, dekompensasi otot destrusor, ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontruksi dengan adekuat ditandai dengan frekuensi keraguan berkemih, ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih, distensi kandung kemih. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat prosedur pembedahan, Resiko kekurangan kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh secara tidak normal, seperti pendarahan melalui kateter, muntah. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, kemungkinan prosedur bedah di tandai: peningkatan tekanan,ketakutan, kekhawatira Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakitnya ditandai: klien sering menanyakan tentang keadaan penyakitnya. Intoleransi aktivitas berhubungan denan kelemahan Resiko infeksi berhubungan dengan tahanan sekunder terhadap pembedahan
Intervensi/Gangguan eliminasi retensi berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran prostat, dekonpensasi otot destrusor.
Tujuan : Berkemih dengan jumlah yang cukup tak teraba disertai kandung kemih.Menunjukkan residu pasca berkemih kurang dari 50 ml dengan tak adanya tetesan/kelebihan aliran.
Intervensi :Dorong klien untuk berkemih tiap 2 sampai 4 jam.
Rasional : meminimalkan retensi urine berlebihan pada kandung kemih.Observasi aliran urine. Perhatikan ukuran dari kekuatan
Rasional: berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan piulihan intervensiAwasi dan catat waktu, jumlah tiap berkemih. Perhatikan penurunan pengeluaran urine dan perubahan berat jenis.
Rasional: retensi urinr meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan bagian atas yang dapat mempengaruhi ginjal.Anjurkan untuk minum air 3000 ml/hari
Rasional: peningkatan aliran cairan mempertahankan perfusi ginjal dan membersihkan ginjal, kandung kemih dari pertumbuhan bakteri.Lakukan kateterisasi dan perawatan parianal.
Rasional: menurunkan resiko infeksi asendens. Kolaborasi pemberian Obat anti spasmodik, suoasitoria rektal, antibiotik
Rasional :menghilangkan spasme kandung kemih, sedangkan antibiotik untuk melawan infeksi. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat prosedur pembedahan
Tujuan :Melaporkan nyeri hilang / terkontrolTampak rileks.Mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat
Intervensi :Kaji tingkat nyeri
Rasional: memberi informasi dalam keefektifan intervensi.Plester selang drainase pada paha dan keteter pada abdomen.
Rasional: mencegah penarikan kandung kemih dan erosi pertemuan penis skrotal.Observasi TTV
Rasional : mengetahui asal sifat dan kapan datanya nyeri sehingga dapat menentukan yang akan diberikan dengan tepatPertahankan tirah baring.
Rasional: mungkin diperlukan pada awal retensi akut namun ambulasi dini dapat memperbaiki pola berkemih normal.Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
Hasil : menghambat jalan nyeri sehinga tiak dipersepsikanKolaborasi dengan pemberian obat analgetik
Hasil : mengurangi rangsangan
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan drainase kandung kemih yang terlalu distensi secara kronik.
Tujuan :Mempertahankan hidrasi adekauat dibuktikan oleh tanda vitat stabil, nadi perifer teraba, pengisian kapiler baik membran mukosa lembab.
Intervensi :Awasi output cairan tiap jam dan catat pengeluaran urine
Rasional: diuresis cepat dapat mengakibatkan kekurangan volume total cairan karena tidak cukupnya jumlah natrium diabsorpsi dalam tubulus ginjal.Anjurkan infek oral berdasarkan kebutuhan individu
Rasional: hemostatis, pengurangan cadangan dan peningkatan resiko dehidrasi hipopolemik Awasi tekanan darah dan nadi obserfasi pengisian kafiler dan membran mukosa oral.
Rasional : deteksi dini adanya hipopolemik sistemKolaborasi pemerian cairan IV (garam faal hipertonik) sesuai kebutuhan.
Rasional :pemberian cairan IV menggantikan cairan dan natrium yang hilang untuk mencegah / memperbaiki hipopolemik.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan kemungkinan prosedur bedah.
Tujuan:Tampak rileksMelaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditanganiMenyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi
Intervensi :Bina hubungan saling percaya pada pasien atau keluarganya selalu ada di dekat pasien.
Rasional: menunjukkan perhatian dan keinginan untuk membantuBerikan informasi tentang prosedur dan tes khusus dan apa yang akan terjadi contoh; kateter urine berdarah.
Rasional: membantu pasien maemahami tujuan dari apa yang dilakukan dan mengurangi masalah kesehatan karena ketidaktahuan termasuk ketakutan akan kanker.Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan masalah.
Rasional: mendefenisikan masalah memberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan, memperjelas kesalahan konsep dan solusi pemecahan masalah.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses pengobatan.
Tujuan:Menyatakan pemahaman proses penyakit.Berpartisipasi dalam proses pengobatan
Intervensi :Kaji ulang proses penyakitb pengalaman pasien.
Rasional: memberikan dasar pengetahuan di mana pasien dapat membuat pilihan informasi terapi.Dorong menyatakan rasa takut/perasaan dan perhatian.
Rasional: membantu pasien mengalami perasaan dapat merupakan rehabilitasi vital.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahanTujuan : intoleransi aktivitas teratasi
Kriteria Hasil : ADL dapat dilakukan mandiri dengan bantuanIntervensi Kaji tingkat ketergantunan klien
Rasional : mengetahui sejau mana klien diabntu oleh keluara dan perawat untuk menntukan intervensi selanjutnyaKaji kemampuan otot klienAnjurkan klien banyak istirahat
Rasional : mengurangi kelemahan
Resiko infeksi berhubungan dengan terbukanya tahanan sekunder terhadap pembedahan
Tujuan : tidak tampak tanda-tanda infeksiKriteria hasil : tanda-tanda infeksi tiak terjadi, jaringan luka menunjukan perbaikanIntervensiKaji tanda-tanda munculnya infeksi
Rasional : tanda-tanda infeksi untuk menentukan intervensi selanjutnya yang diberikanLakukan perawatan luka dengan tenik steril dan aseptik
Rasional : tindakan aspetik mempercepat penyembuhan lukaObservasi kantong drainage
Rasional : mengetahui jumlah sisa pendarahanKolaborasi pemberian analgetik
Rasional : memblok infeksi lebih lanjut pada daerah luka
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Moorhouse & Geissler, 2007, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit EGC, Jakarta.
Brunner & Suddarth, 2007, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 3, EGC, Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim de Jong, 2006, Ilmu Bedah, Penerbit EGC, Jakarta.
Price & Wilson, 2007, Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Penerbit EGC, Jakarta.
Staf Pengajar Patologi Anatomi FKUI, 2008, Patologi, Jakarta.