askep epilepsi 2

15
 ASKEP EPILEPSI February 10, 2010 - Posted by putri_rahza  2.1. Definisi Epilepsi merupakan sindrom yang ditandai oleh kejang yang terjadi berulang- ulang. Diagnose ditegakkan bila seseorang mengalami paling tidak dua kali kejang tanpa penyebab (Jastremski, 1988). Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel (Tarwoto, 2007). Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi (Arif, 2000). Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neuron-neuron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik. 2.2. Etiologi Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (idiopatik), sering terjadi pada: 1. Trauma lahir, Asphyxia neonatorum 2. Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf 3. Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol 4. Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia) 5. Tumor Otak 6. Kelainan pembuluh darah (Tarwoto, 2007). Faktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis. Penyebab utama, ialah epilepsi idopatik, remote simtomatik epilepsi (RSE), epilepsi simtomatik akut, dan epilepsi pada anak- anak yang didasari oleh kerusakan otak pada saat peri- atau antenatal. Dalam klasifikasi tersebut ada dua jenis epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan RSE. Dari kedua tersebut terdapat banyak etiologi dan sindrom yang berbeda, masing-masing dengan prognosis yang baik dan yang buruk. Dipandang dari kemungkinan terjadinya bangkitan ulang pasca-awitan, definisi neurologik dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi sebagai berikut: Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12 bulan pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang, Apabila defisit neurologik terjadi pada saat pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang adalah 75% pada 12 bulan pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama. Kecuali itu, bangkitan pertama yang terjadi pada saat terkena gangguan otak akut akan mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan 36 bulan pertama untuk terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko untuk terjadinya bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus menunjukan bangkitan ulang dalam waktu 6 bulan pertama. Perubahan bisa terjadi pada awal saat otak janin mulai berkembang, yakni pada bulan pertama dan kedua kehamilan. Dapat pula diakibatkan adanya gangguan pada ibu hamil muda seperti infeksi, demam tinggi, kurang gizi (malnutrisi) yang bisa menimbulkan bekas berupa kerentanan untuk terjadinya kejang. Proses persalinan yang sulit, persalinan kurang bulan atau telat bulan (serotinus) mengakibatkan otak janin sempat mengalami kekurangan zat asam dan ini berpotensi menjadi ”embrio” epilepsi. Bahkan bayi yang tidak segera menangis saat lahir atau adanya

Upload: rizki-amelia

Post on 19-Jul-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/16/2018 ASKEP EPILEPSI 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-epilepsi-2 1/15

ASKEP EPILEPSI 

February 10, 2010 - Posted by putri_rahza 

2.1. Definisi

Epilepsi merupakan sindrom yang ditandai oleh kejang yang terjadi berulang- ulang. Diagnose

ditegakkan bila seseorang mengalami paling tidak dua kali kejang tanpa penyebab (Jastremski,1988).

Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat lepasnya

muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel (Tarwoto, 2007).Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam

serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf 

otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi (Arif, 2000).

Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnyaserangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neuron-neuron otak secara

berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik.2.2. Etiologi

Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (idiopatik), sering terjadi pada:1. Trauma lahir, Asphyxia neonatorum

2. Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf 

3. Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol4. Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)

5. Tumor Otak 

6. Kelainan pembuluh darah (Tarwoto, 2007).

Faktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis. Penyebab utama, ialah epilepsiidopatik, remote simtomatik epilepsi (RSE), epilepsi simtomatik akut, dan epilepsi pada anak-

anak yang didasari oleh kerusakan otak pada saat peri- atau antenatal. Dalam klasifikasi tersebutada dua jenis epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan RSE. Dari kedua tersebut terdapatbanyak etiologi dan sindrom yang berbeda, masing-masing dengan prognosis yang baik dan yang

buruk.

Dipandang dari kemungkinan terjadinya bangkitan ulang pasca-awitan, definisi neurologik dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi sebagai berikut:

Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12 bulan pertama

seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang, Apabila defisit neurologik terjadi pada saat

pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang adalah 75% pada 12 bulan pertama dan 85%dalam 36 bulan pertama. Kecuali itu, bangkitan pertama yang terjadi pada saat terkena gangguan

otak akut akan mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan 36 bulan pertama untuk 

terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko untuk terjadinya bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus menunjukan bangkitan ulang dalam waktu 6 bulan pertama.Perubahan bisa terjadi pada awal saat otak janin mulai berkembang, yakni pada bulan pertama

dan kedua kehamilan. Dapat pula diakibatkan adanya gangguan pada ibu hamil muda seperti

infeksi, demam tinggi, kurang gizi (malnutrisi) yang bisa menimbulkan bekas berupa kerentananuntuk terjadinya kejang. Proses persalinan yang sulit, persalinan kurang bulan atau telat bulan

(serotinus) mengakibatkan otak janin sempat mengalami kekurangan zat asam dan ini berpotensi

menjadi ”embrio” epilepsi. Bahkan bayi yang tidak segera menangis saat lahir atau adanya

5/16/2018 ASKEP EPILEPSI 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-epilepsi-2 2/15

gangguan pada otak seperti infeksi/radang otak dan selaput otak, cedera karena benturan

fisik/trauma serta adanya tumor otak atau kelainan pembuluh darah otak juga memberikankontribusi terjadinya epilepsi.

Tabel 01. Penyebab- penyebab kejang pada epilepsi

Bayi (0- 2 th)Hipoksia dan iskemia paranatal

Cedera lahir intrakranialInfeksi akut

Gangguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesmia, defisiensi piridoksin)

Malformasi kongenitalGangguan genetic

Anak (2- 12 th) Idiopatik 

Infeksi akut

TraumaKejang demam

Remaja (12- 18 th) Idiopatik TraumaGejala putus obat dan alcoholMalformasi anteriovena

Dewasa Muda (18- 35 th) Trauma

AlkoholismeTumor otak 

Dewasa lanjut (> 35) Tumor otak 

Penyakit serebrovaskular

Gangguan metabolik (uremia, gagal hepatik, dll )Alkoholisme

2.3. Patofisiologi

Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus merupakan pusat

pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-juta neuron. Pada hakekatnya

tugas neuron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik saraf yang berhubungan satudengan yang lain melalui sinaps. Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan neurotransmiter.

Asetilkolin dan norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA

(gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik sarafi dalamsinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik di otak yang dinamakan

fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke

neron-neron di sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat

mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat kejangyang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar ke bagian tubuh/anggota gerak yang lain

pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer yang mengalami

depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yangselanjutnya akan menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian

akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.

Selain itu, epilepsi juga disebabkan oleh instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudahmengalami pengaktifan. Hal ini terjadi karena adanya influx natrium ke intraseluler. Jika natrium

5/16/2018 ASKEP EPILEPSI 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-epilepsi-2 3/15

yang seharusnya banyak di luar membrane sel itu masuk ke dalam membran sel sehingga

menyebabkan ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau elektrolit,yang mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan depolarisasi neuron.

Gangguan keseimbangan ini menyebabkan peningkatan berlebihan neurotransmitter aksitatorik 

atau deplesi neurotransmitter inhibitorik.

Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah fokus kejang ataudari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik. Aktivitas kejang sebagian

bergantung pada lokasi muatan yang berlebihan tersebut. Lesi di otak tengah, talamus, dan

korteks serebrum kemungkinan besar bersifat apileptogenik, sedangkan lesi di serebrum danbatang otak umumnya tidak memicu kejang. Di tingkat membran sel, sel fokus kejang

memperlihatkan beberapa fenomena biokimiawi, termasuk yang berikut :

1) Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan.2) Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun dan apabila

terpicu akan melepaskan muatan menurun secara berlebihan.

3) Kelainan polarisasi (polarisasi berlebihan, hipopolarisasi, atau selang waktu dalam

repolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi asam gama-aminobutirat

(GABA).4) Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau elektrolit, yang

mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan depolarisasi neuron.Gangguan keseimbangan ini menyebabkan peningkatan berlebihan neurotransmitter aksitatorik 

atau deplesi neurotransmitter inhibitorik.

Perubahan-perubahan metabolik yang terjadi selama dan segera setelah kejang sebagian

disebabkan oleh meningkatkannya kebutuhan energi akibat hiperaktivitas neuron. Selama

kejang, kebutuhan metabolik secara drastis meningkat, lepas muatan listrik sel-sel saraf motorik 

dapat meningkat menjadi 1000 per detik. Aliran darah otak meningkat, demikian juga respirasidan glikolisis jaringan. Asetilkolin muncul di cairan serebrospinalis (CSS) selama dan setelah

kejang. Asam glutamat mungkin mengalami deplesi (proses berkurangnya cairan atau darahdalam tubuh terutama karena pendarahan; kondisi yang diakibatkan oleh kehilangan cairan tubuhberlebihan) selama aktivitas kejang.

Secara umum, tidak dijumpai kelainan yang nyata pada autopsi. Bukti histopatologik menunjang

hipotesis bahwa lesi lebih bersifat neurokimiawi bukan struktural. Belum ada faktor patologik yang secara konsisten ditemukan. Kelainan fokal pada metabolisme kalium dan asetilkolin

dijumpai di antara kejang. Fokus kejang tampaknya sangat peka terhadap asetikolin, suatu

neurotransmitter fasilitatorik, fokus-fokus tersebut lambat mengikat dan menyingkirkan

asetilkolin.

Gambar 2: bagian- bagian neuron

2.4. Klasifikasi Kejang

2.4.1. Berdasarkan penyebabnya

a. epilepsi idiopatik : bila tidak di ketahui penyebabnyab. epilepsi simtomatik : bila ada penyebabnya

2.4.2. Berdasarkan letak focus epilepsi atau tipe bangkitan

a. Epilepsi partial (lokal, fokal)1) Epilepsi parsial sederhana, yaitu epilepsi parsial dengan kesadaran tetap normal

5/16/2018 ASKEP EPILEPSI 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-epilepsi-2 4/15

Dengan gejala motorik 

Fokal motorik tidak menjalar: epilepsi terbatas pada satu bagian tubuh saja

Fokal motorik menjalar : epilepsi dimulai dari satu bagian tubuh dan menjalar meluas kedaerah lain. Disebut juga epilepsi Jackson.

Versif : epilepsi disertai gerakan memutar kepala, mata, tuibuh.

Postural : epilepsi disertai dengan lengan atau tungkai kaku dalam sikap tertentu

Disertai gangguan fonasi : epilepsi disertai arus bicara yang terhenti atau pasien mengeluarkanbunyi-bunyi tertentu

Dengan gejala somatosensoris atau sensoris spesial (epilepsi disertai halusinasi sederhana yang

mengenai kelima panca indera dan bangkitan yang disertai vertigo).

Somatosensoris: timbul rasa kesemuatan atau seperti ditusuk-tusuk jarum.

Visual : terlihat cahaya

Auditoris : terdengar sesuatu

Olfaktoris : terhidu sesuatu

Gustatoris : terkecap sesuatu

Disertai vertigo

Dengan gejala atau tanda gangguan saraf otonom (sensasi epigastrium, pucat, berkeringat,

membera, piloereksi, dilatasi pupil).

Dengan gejala psikis (gangguan fungsi luhur)

Disfagia : gangguan bicara, misalnya mengulang suatu suku kata, kata atau bagian kalimat.

Dimensia : gangguan proses ingatan misalnya merasa seperti sudah mengalami, mendengar,

melihat, atau sebaliknya. Mungkin mendadak mengingat suatu peristiwa di masa lalu, merasaseperti melihatnya lagi.

Kognitif : gangguan orientasi waktu, merasa diri berubah.

Afektif : merasa sangat senang, susah, marah, takut. Ilusi : perubahan persepsi benda yang dilihat tampak lebih kecil atau lebih besar.

Halusinasi kompleks (berstruktur) : mendengar ada yang bicara, musik, melihat suatufenomena tertentu, dll.

2) Epilepsi parsial kompleks, yaitu kejang disertai gangguan kesadaran.Serangan parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran : kesadaran mula-mula baik kemudian

baru menurun.

Dengan gejala parsial sederhana A1-A4. Gejala-gejala seperti pada golongan A1-A4 diikutidengan menurunnya kesadaran.

Dengan automatisme. Yaitu gerakan-gerakan, perilaku yang timbul dengan sendirinya,

misalnya gerakan mengunyah, menelan, raut muka berubah seringkali seperti ketakutan, menatasesuatu, memegang kancing baju, berjalan, mengembara tak menentu, dll.

Dengan penurunan kesadaran sejak serangan; kesadaran menurun sejak permulaan kesadaran.

Hanya dengan penurunan kesadaran

Dengan automatisme

5/16/2018 ASKEP EPILEPSI 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-epilepsi-2 5/15

3) Epilepsi Parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum (tonik-klonik, tonik, klonik).

Epilepsi parsial sederhana yang berkembang menjadi bangkitan umum.Epilepsi parsial kompleks yang berkembang menjadi bangkitan umum.

Epilepsi parsial sederhana yang menjadi bangkitan parsial kompleks lalu berkembang menjadi

bangkitan umum.

b. Epilepsi umum

1) Petit mal/ Lena (absence)Lena khas (tipical absence)

Pada epilepsi ini, kegiatan yang sedang dikerjakan terhenti, muka tampak membengong, bola

mata dapat memutar ke atas, tak ada reaksi bila diajak bicara. Biasanya epilepsi ini berlangsungselama ¼ – ½ menit dan biasanya dijumpai pada anak.

Hanya penurunan kesadaran

Dengan komponen klonik ringan. Gerakan klonis ringan, biasanya dijumpai pada kelopak mata

atas, sudut mulut, atau otot-otot lainnya bilateral.

Dengan komponen atonik. Pada epilepsi ini dijumpai otot-otot leher, lengan, tangan, tubuh

mendadak melemas sehingga tampak mengulai. Dengan komponen klonik. Pada epilepsi ini, dijumpai otot-otot ekstremitas, leher atau

punggung mendadak mengejang, kepala, badan menjadi melengkung ke belakang, lengan dapat

mengetul atau mengedang.

Dengan automatisme

Dengan komponen autonom.

Lena tak khas (atipical absence)Dapat disertai:

Gangguan tonus yang lebih jelas.

Permulaan dan berakhirnya bangkitan tidak mendadak.

2) Grand Mal

Mioklonik 

Pada epilepsi mioklonik terjadi kontraksi mendadak, sebentar, dapat kuat atau lemah sebagianotot atau semua otot, seringkali atau berulang-ulang. Bangkitan ini dapat dijumpai pada semua

umur.

Klonik 

Pada epilepsi ini tidak terjadi gerakan menyentak, repetitif, tajam, lambat, dan tunggal multiple

di lengan, tungkai atau torso. Dijumpai terutama sekali pada anak.

Tonik Pada epilepsi ini tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi kaku pada wajah dan

bagian tubuh bagian atas, flaksi lengan dan ekstensi tungkai. Epilepsi ini juga terjadi pada anak.

Tonik- klonik Epilepsi ini sering dijumpai pada umur di atas balita yang terkenal dengan nama grand mal.

Serangan dapat diawali dengan aura, yaitu tanda-tanda yang mendahului suatu epilepsi. Pasien

mendadak jatuh pingsan, otot-otot seluruh badan kaku. Kejang kaku berlangsung kira-kira ¼ – ½

5/16/2018 ASKEP EPILEPSI 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-epilepsi-2 6/15

menit diikutti kejang kejang kelojot seluruh tubuh. Bangkitan ini biasanya berhenti sendiri.

Tarikan napas menjadi dalam beberapa saat lamanya. Bila pembentukan ludah ketika kejangmeningkat, mulut menjadi berbusa karena hembusan napas. Mungkin pula pasien kencing ketika

mendapat serangan. Setelah kejang berhenti pasien tidur beberapa lamanya, dapat pula bangun

dengan kesadaran yang masih rendah, atau langsung menjadi sadar dengan keluhan badan pegal-

pegal, lelah, nyeri kepala.

Atonik Pada keadaan ini otot-otot seluruh badan mendadak melemas sehingga pasien terjatuh.

Kesadaran dapat tetap baik atau menurun sebentar. Epilepsi ini terutama sekali dijumpai pada

anak.

c. Epilepsi tak tergolongkan

Termasuk golongan ini ialah bangkitan pada bayi berupa gerakan bola mata yang ritmik,

mengunyah, gerakan seperti berenang, menggigil, atau pernapasan yang mendadak berhentisederhana.

2.5. Manifestasi Klinis dan Perilaku

a) Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan

penginderaan

b) Kelainan gambaran EEGc) Bagian tubuh yang kejang tergantung lokasi dan sifat fokus epileptogen

d) Dapat mengalami aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (aura dapat berupa

perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau-bauan tidak enak, mendengar suara gemuruh,mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya)

e) Napas terlihat sesak dan jantung berdebar

f) Raut muka pucat dan badannya berlumuran keringat

g) Satu jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak dengan gejala sensorik khusus atausomatosensorik seperti: mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa yang tidak normal seperti pada

keadaan normal

h) Individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, dan terkadang individu tidak ingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus tersebut lewat

i) Di saat serangan, penyandang epilepsi terkadang juga tidak dapat berbicara secara tiba- tiba

 j) Kedua lengan dan tangannya kejang, serta dapat pula tungkainya menendang- menendangk) Gigi geliginya terkancing

l) Hitam bola matanya berputar- putar

m) Terkadang keluar busa dari liang mulut dan diikuti dengan buang air kecil

Gambar1: Kejang epilepsi

Di saat serangan, penyandang epilepsi tidak dapat bicara secara tiba-tiba. Kesadaran menghilang

dan tidak mampu bereaksi terhadap rangsangan. Tidak ada respon terhadap rangsangan baik 

rangsang pendengaran, penglihatan, maupun rangsang nyeri. Badan tertarik ke segala penjuru.

Kedua lengan dan tangannya kejang, sementara tungkainya menendang-nendang. Gigi geliginyaterkancing. Hitam bola mata berputar-putar. Dari liang mulut keluar busa. Napasnya sesak dan

 jantung berdebar. Raut mukanya pucat dan badannya berlumuran keringat. Terkadang diikuti

5/16/2018 ASKEP EPILEPSI 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-epilepsi-2 7/15

dengan buang air kecil. Manifestasi tersebut dimungkinkan karena terdapat sekelompok sel-sel

otak yang secara spontan, di luar kehendak, tiba-tiba melepaskan muatan listrik. ZainalMuttaqien (2001) mengatakan keadaan tersebut bisa dikarenakan oleh adanya perubahan, baik 

perubahan anatomis maupun perubahan biokimiawi pada sel-sel di otak sendiri atau pada

lingkungan sekitar otak. Terjadinya perubahan ini dapat diakibatkan antara lain oleh trauma fisik,

benturan, memar pada otak, berkurangnya aliran darah atau zat asam akibat penyempitanpembuluh darah atau adanya pendesakan/rangsangan oleh tumor. Perubahan yang dialami oleh

sekelompok sel-sel otak yang nantinya menjadi biang keladi terjadinya epilepsi diakibatkan oleh

berbagai faktor.

2.6. Pemeriksaan Diagnostik a) CT Scan dan Magnetik resonance imaging (MRI) untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal

abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan degeneratif serebral. Epilepsi simtomatik yang

didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak jelas pada CT scan atau magnetic resonance

imaging (MRI) maupun kerusakan otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi oleh masalahantenatal atau perinatal dengan defisit neurologik yang jelas

b) Elektroensefalogram(EEG) untuk mengklasifikasi tipe kejang, waktu seranganc) Kimia darah: hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol darah.

mengukur kadar gula, kalsium dan natrium dalam darah

menilai fungsi hati dan ginjal

menghitung jumlah sel darah putih (jumlah yang meningkat menunjukkan adanya infeksi).

Pungsi lumbal utnuk mengetahui apakah telah terjadi infeksi otak 

2.7. PenatalaksanaanManajemen Epilepsi :

a) Pastikan diagnosa epilepsi dan mengadakan explorasi etiologi dari epilepsi

b) Melakukan terapi simtomatik 

c) Dalam memberikan terapi anti epilepsi yang perlu diingat sasaran pengobatan yang dicapai,

yakni:- Pengobatan harus di berikan sampai penderita bebas serangan.

- Pengobatan hendaknya tidak mengganggu fungsi susunan syaraf pusat yang normal.

- Penderita dpat memiliki kualitas hidup yang optimal.

Penatalaksanaan medis ditujukan terhadap penyebab serangan. Jika penyebabnya adalah akibatgangguan metabolisme (hipoglikemia, hipokalsemia), perbaikan gangguan metabolism ini

biasanya akan ikut menghilangkan serangan itu.

Pengendalian epilepsi dengan obat dilakukan dengan tujuan mencegah serangan. Ada empat obat

yang ternyata bermanfaat untuk ini: fenitoin (difenilhidantoin), karbamazepin, fenobarbital, danasam valproik. Kebanyakan pasien dapat dikontrol dengan salah satu dari obat tersebut di atas.

Cara menanggulangi kejang epilepsi :1. Selama Kejang

a) Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin tahub) Mengamankan pasien di lantai jika memungkinkan

c) Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari bendar keras, tajam atau panas.

Jauhkan ia dari tempat / benda berbahaya.d) Longgarkan bajunya. Bila mungkin, miringkan kepalanya kesamping untuk mencegah

lidahnya menutupi jalan pernapasan.

5/16/2018 ASKEP EPILEPSI 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-epilepsi-2 8/15

e) Biarkan kejang berlangsung. Jangan memasukkan benda keras diantara giginya, karena dapat

mengakibatkan gigi patah. Untuk mencegah gigi klien melukai lidah, dapat diselipkan kain lunak disela mulut penderita tapi jangan sampai menutupi jalan pernapasannya.

f) Ajarkan penderita untuk mengenali tanda2 awal munculnya epilepsi atau yg biasa disebut

“aura”. Aura ini bisa ditandai dengan sensasi aneh seperti perasaan bingung, melayang2, tidak 

fokus pada aktivitas, mengantuk, dan mendengar bunyi yang melengking di telinga. JikaPenderita mulai merasakan aura, maka sebaiknya berhenti melakukan aktivitas apapun pada saat

itu dan anjurkan untuk langsung beristirahat atau tidur.

g) Bila serangan berulang-ulang dalam waktu singkat atau penyandang terluka berat, bawa ia kedokter atau rumah sakit terdekat.

2. Setelah Kejang

a) Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang terjadi.

b) Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi. Yakinkan bahwa jalan napas

paten.c) Biasanya terdapat periode ekonfusi setelah kejang grand mal

d) Periode apnea pendek dapat terjadi selama atau secara tiba- tiba setelah kejange) Pasien pada saaat bangun, harus diorientasikan terhadap lingkunganf) Beri penderita minum untuk mengembalikan energi yg hilang selama kejang dan biarkanpenderita beristirahat.

g) Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang (postiktal), coba untuk menangani situasi

dengan pendekatan yang lembut dan member restrein yang lembuth) Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya. Ini penting untuk pemberian pengobatan

oleh dokter.

Penanganan terhadap penyakit ini bukan saja menyangkut penanganan medikamentosa dan

perawatan belaka, namun yang lebih penting adalah bagaimana meminimalisasikan dampak yang

muncul akibat penyakit ini bagi penderita dan keluarga maupun merubah stigma masyarakattentang penderita epilepsi.

2.8. PencegahanUpaya sosial luas yang menggabungkan tindakan luas harus ditingkatkan untuk pencegahan

epilepsi. Resiko epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang menggunakan obat antikonvulsi

(konvulsi: spasma atau kekejangan kontraksi otot yang keras dan terlalu banyak, disebabkan olehproses pada system saraf pusat, yang menimbulkan pula kekejangan pada bagian tubuh) yang

digunakan sepanjang kehamilan. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama yang

dapat dicegah. Melalui program yang memberi keamanan yang tinggi dan tindakan pencegahan

yang aman, yaitu tidak hanya dapat hidup aman, tetapi juga mengembangkan pencegahan

epilepsi akibat cedera kepala. Ibu-ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga kerja, wanitadengan latar belakang sukar melahirkan, pengguna obat-obatan, diabetes, atau hipertensi) harus

di identifikasi dan dipantau ketat selama hamil karena lesi pada otak atau cedera akhirnya

menyebabkan kejang yang sering terjadi pada janin selama kehamilan dan persalinan.Program skrining untuk mengidentifikasi anak gangguan kejang pada usia dini, dan program

pencegahan kejang dilakukan dengan penggunaan obat-obat anti konvulsan secara bijaksana dan

memodifikasi gaya hidup merupakan bagian dari rencana pencegahan ini.

5/16/2018 ASKEP EPILEPSI 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-epilepsi-2 9/15

2.9. Pengobatan

Pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang. Penderita akan diberikan obatantikonvulsan untuk mengatasi kejang sesuai dengan jenis serangan. Penggunaan obat dalam

waktu yang lama biasanya akan menyebabkan masalah dalam kepatuhan minum obat

(compliance) seta beberapa efek samping yang mungkin timbul seperti pertumbuhan gusi,

mengantuk, hiperaktif, sakit kepala, dll.Penyembuhan akan terjadi pada 30-40% anak dengan epilepsi. Lama pengobatan tergantung

 jenis epilepsi dan etiologinya. Pada serangan ringan selama 2-3th sudah cukup, sedang yang

berat pengobatan bisa lebih dari 5th. Penghentian pengobatan selalu harus dilakukan secarabertahap. Tindakan pembedahan sering dipertimbangkan bila pengobatan tidak memberikan efek 

sama sekali.

Penanganan terhadap anak kejang akan berpengaruh terhadap kecerdasannya. Jika terlambatmengatasi kejang pada anak, ada kemungkinan penyakit epilepsi, atau bahkan keterbalakangan

mental. Keterbelakangan mental di kemudian hari. Kondisi yang menyedihkan ini bisa

berlangsung seumur hidupnya.

Pada epilepsi umum sekunder, obat-obat yang menjadi lini pertama pengobatan adalah

karbamazepin dan fenitoin. Gabapentin, lamotrigine, fenobarbital, primidone, tiagabine,topiramate, dan asam valproat digunakan sebagai pengobatan lini kedua. Terapi dimulai dengan

obat anti epilepsi garis pertama. Bila plasma konsentrasi obat di ambang atas tingkat terapeutisnamun penderita masih kejang dan AED tak ada efek samping, maka dosis harus ditingkatkan.

Bila perlu diberikan gabungan dari 2 atau lebih AED, bila tak mempan diberikan AED tingkat

kedua sebagai add on.11Fenitoin (PHT)

Fenitoin dapat mengurangi masuknya Na ke dalam neuron yang terangsang dan mengurangi

amplitudo dan kenaikan maksimal dari aksi potensial saluran Na peka voltase fenitoin dapat

merintangi masuknya Ca ke dalam neuron pada pelepasan neurotransmitter.11Karbamazepin (CBZ)

Karbamazepin dapat menghambat saluran Na . Karbamazepin dapat memperpanjang inaktivasisaluran Na .juga menghambat masuknya Ca ke dalam membran sinaptik.11

Fenobarbital (PB)Fenobarbital adalah obat yang digunakan secara luas sebagai hipnotik, sedatif dan anastetik.

Fenobarbital bekerja memperkuat hambatan GABAergik dengan cara mengikat ke sisi kompleks

saluran reseptor Cl- pada GABAA. Pada tingkat selular, fenobarbital memperpanjang potensialpenghambat postsinaptik, bukan penambahan amplitudonya. Fenobarbital menambah waktu

buka jalur Cl- dan menambah lamanya letupan saluran Cl- yang dipacu oleh GABA. Seperti

fenitoin dan karbamazepin, fenobarbital dapat memblokade aksi potensial yang diatur oleh Na .Fenobarbital mengurangi pelepasan transmitter dari terminal saraf dengan cara memblokade

saluran Ca peka voltase.11

Asam valproat (VPA)VPA menambah aktivitas GABA di otak dengan cara menghambat GABA-transaminase dansuksinik semialdehide dehidrogenase, enzim pertama dan kedua pada jalur degradasi, dan

aldehide reduktase.

VPA bekerja pada saluran Na peka voltase, dan menghambat letupan frekuensi tinggi darineuron.

VPA memblokade rangsangan frekuensi rendah 3Hz dari neuron thalamus.11

Gabapentin (GBP)

5/16/2018 ASKEP EPILEPSI 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-epilepsi-2 10/15

Cara kerja: mengikat pada reseptor spesifik di otak, menghambat saluran Na peka voltase, dapat

menambah pelepasan GABA.11Lamotrigin (LTG)

Cara kerja: Menghambat saluran Na peka voltase.11

Topiramate (TPM)

Cara kerja: Menghambat saluran Na , menambah kerja hambat dari GABA.11Tiagabine (TGB)

Cara kerja: menghambat kerja GABA dengan cara memblokir uptake-nya.

Selain pemilihan dan penggunaan optimal dari AED, harus diingat akan efek jangka panjang dariterapi farmakologik. Karbamazepin, fenobarbital, fenitoin, primidone, dan asam valproat dapat

menyebabkan osteopenia, osteomalasia, dan fraktur. Fenobarbital dan primidone dapat

menyebabkan gangguan jaringan ikat, mis frozen shoulder da kontraktur Dupuytren. Fenitoindapat menyebabkan neuropati perifer. Asam valproat dapat menyebabkan polikistik ovari dan

hiperandrogenisme.

2.10. Prognosis

Prognosis epilepsi bergantung pada beberapa hal, di antaranya jenis epilepsi faktor penyebab,saat pengobatan dimulai, dan ketaatan minum obat. Pada umumnya prognosis epilepsi cukupmenggembirakan. Pada 50-70% penderita epilepsi serangan dapat dicegah dengan obat-obat,sedangkan sekitar 50 % pada suatu waktu akan dapat berhenti minum obat. Serangan epilepsi

primer, baik yang bersifat kejang umum maupun serangan lena atau melamun atau absence

mempunyai prognosis terbaik. Sebaliknya epilepsi yang serangan pertamanya mulai pada usia 3tahun atau yang disertai kelainan neurologik dan atau retardasi mental mempunyai prognosis

relatif jelek.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian

a) Biodata : Nama ,umur, seks, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan

penanggungjawabnya.Usia: Penyakit epilepsi dapat menyerang segala umur

Pekerjaan: Seseorang dengan pekerjaan yang sering kali menimbulkan stress dapat memicu

terjadinya epilepsi.Kebiasaan yang mempengaruhi: peminum alcohol (alcoholic)

b) Keluhan utama: Untuk keluhan utama, pasien atau keluarga biasanya ketempat pelayanan

kesehatan karena klien yang mengalami penurunan kesadaran secara tiba-tiba disertai mulut

berbuih. Kadang-kadang klien / keluarga mengeluh anaknya prestasinya tidak baik dan sering

tidak mencatat. Klien atau keluarga mengeluh anaknya atau anggota keluarganya sering berhentimendadak bila diajak bicara.

c) Riwayat penyakit sekarang: kejang, terjadi aura, dan tidak sadarkan diri.

d) Riwayat penyakit dahulu:

Trauma lahir, Asphyxia neonatorum

Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf 

Ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)

Tumor Otak 

5/16/2018 ASKEP EPILEPSI 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-epilepsi-2 11/15

Kelainan pembuluh darah

demam,

stroke

gangguan tidur

penggunaan obat

hiperventilasi

stress emosional

e) Riwayat penyakit keluarga: Pandangan yang mengatakan penyakit ayan merupakan penyakitketurunan memang tidak semuanya keliru, sebab terdapat dugaan terdapat 4-8% penyandang

ayan diakibatkan oleh faktor keturunan.

f) Riwayat psikososial

Intrapersonal : klien merasa cemas dengan kondisi penyakit yang diderita.

Interpersonal : gangguan konsep diri dan hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan

 penyakit epilepsi (atau “ayan” yang lebih umum di masyarakat). 

g) Pemeriksaan fisik (ROS)

1) B1 (breath): RR biasanya meningkat (takipnea) atau dapat terjadi apnea, aspirasi

2) B2 (blood): Terjadi takikardia, cianosis3) B3 (brain): penurunan kesadaran

4) B4 (bladder): oliguria atau dapat terjadi inkontinensia urine5) B5 (bowel): nafsu makan menurun, berat badan turun, inkontinensia alfi6) B6 (bone): klien terlihat lemas, dapat terjadi tremor saat menggerakkan anggota tubuh,

mengeluh meriang

h) Analisis DataData Etiologi Masalah Keperawatan

DS:

DO: pasien kejang (kaki menendang- nendang, ekstrimitas atas fleksi), gigi geligi terkunci, lidah

menjulur perubahan aktivitas listrik di otak 

Keseimbangan terganggugerakan tidak terkontrol Resiko cedera

DS: sesak,DO:apnea, cianosis gangguan nervus V, IX, X

lidah melemah

menutup saluran trakea

Adanya obstruksi Bersihan jalan napas tidak efektif DS: terjadi aura (mendengar bunyi yang melengking di telinga, bau- bauan, melihat sesuatu),

halusinasi, perasaan bingung, melayang2.

DO: penurunan respon terhadap stimulus, terjadi salah persepsi Terjadi depolarisasi berlebih

Bangkitan listrik di bagian otak serebrum

Menyebar ke nervus- nervusMempengaruhi aktivitas organ sensori persepsi Gangguan persepsi sensori

DS: klien terlihat rendah diri saat berinteraksi dengan orang lainDO:menarik diri Stigma masyarakat yang buruk tentang penyakit epilepsi atau “ayan” 

Klien merasa rendah diri

Menarik diri Isolasi sosialDS: klien terlihat cemas, gelisah.

DO: takikardi, frekuensi napas cepat atau tidak teratur Terjadi kejang epilepsi

5/16/2018 ASKEP EPILEPSI 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-epilepsi-2 12/15

Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit

Bingung AnsietasDS: pasien mengeluh sesak 

DO: RR meningkat dan tidak teratur, Terjadi bangkitan listrik di otak 

Menyebar ke daerah medula oblongata

Mengganggu pusat respiratoriMempengaruhi pola napas Ketidakefektifan pola napas

DS: klien merasa lemas, klien mengeluh cepat lelah saat melakukan aktivitas

DO:takikardi, takipnea, terjadi bangkitan listrik di otak menyebar ke MO

mengganggu pusat kardiovaskular

takikardiaCO menurun

Suplai darah (O2) ke jaringan menurun

metabolisme aerob menjadi anaerob

ATP dari 38 menjadi 2

kelelahanintoleransi aktifitas Intoleransi aktivitas

DS: pasien menunjukkan kelelahan, diam, tidak banyak bergerak DO: penurunan kesadaran, penurunan kemampuan persepsi sensori, tidak ada reflek CO

menurun

Suplai darah ke otak berkurangIskemia jaringan serebral (O2 tidak adekuat) Resiko penurunan perfusi serebral

3.2. Diagnosa Keperawatan

1) Resiko cedera b.d aktivitas kejang yang tidak terkontrol (gangguan keseimbangan).2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea,

peningkatan sekresi saliva3) Isolasi sosial b.d rendah diri terhadap keadaan penyakit dan stigma buruk penyakit epilepsidalam masyarakat

4) Ketidakefektifan pola napas b.d dispnea dan apnea

5) Intoleransi aktivitas b.d penurunan kardiac output, takikardia6) Gangguan persepsi sensori b.d gangguan pada nervus organ sensori persepsi

7) Ansietas b.d kurang pengetahuan mengenai penyakit

Resiko penurunan perfusi serebral b.d penurunan suplai oksigen ke otak 

3.3. Intervensi dan rasional

1) Resiko cedera b.d aktivitas kejang yang tidak terkontrol (gangguan keseimbangan).

Tujuan : Klien dapat mengidentifikasi faktor presipitasi serangan dan dapatmeminimalkan/menghindarinya, menciptakan keadaan yang aman untuk klien, menghindari

adanya cedera fisik, menghindari jatuh

Kriteria hasil : tidak terjadi cedera fisik pada klien, klien dalam kondisi aman, tidak ada memar,tidak jatuh

Intervensi RasionalObservasi:

5/16/2018 ASKEP EPILEPSI 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-epilepsi-2 13/15

Identivikasi factor lingkungan yang memungkinkan resiko terjadinya cedera

Barang- barang di sekitar pasien dapat membahayakan saat terjadi kejang

Pantau status neurologis setiap 8 jam Mengidentifikasi perkembangan atau penyimpangan hasil

yang diharapkan

Mandiri

Jauhkan benda- benda yang dapat mengakibatkan terjadinya cedera pada pasien saat terjadi

kejang

Mengurangi terjadinya cedera seperti akibat aktivitas kejang yang tidak terkontrol

Pasang penghalang tempat tidur pasien Penjagaan untuk keamanan, untuk mencegah cidera atau

 jatuh

Letakkan pasien di tempat yang rendah dan datar Area yang rendah dan datar dapat mencegahterjadinya cedera pada pasien

Tinggal bersama pasien dalam waktu beberapa lama setelah kejang Memberi penjagaan untuk 

keamanan pasien untuk kemungkinan terjadi kejang kembaliMenyiapkan kain lunak untuk mencegah terjadinya tergigitnya lidah saat terjadi kejang Lidah

berpotensi tergigit saat kejang karena menjulur keluar

Tanyakan pasien bila ada perasaan yang tidak biasa yang dialami beberapa saat sebelum kejang

Untuk mengidentifikasi manifestasi awal sebelum terjadinya kejang pada pasienKolaborasi:

Berikan obat anti konvulsan sesuai advice dokter

Mengurangi aktivitas kejang yang berkepanjangan, yang dapat mengurangi suplai oksigen keotak 

Edukasi:

Anjurkan pasien untuk memberi tahu jika merasa ada sesuatu yang tidak nyaman, atau

mengalami sesuatu yang tidak biasa sebagai permulaan terjadinya kejang.

Sebagai informasi pada perawat untuk segera melakukan tindakan sebelum terjadinya kejang

berkelanjutan

Berikan informasi pada keluarga tentang tindakan yang harus dilakukan selama pasien kejangMelibatkan keluarga untuk mengurangi resiko cedera

2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea,

peningkatan sekresi salivaTujuan : jalan nafas menjadi efektif 

Kriteria hasil : nafas normal (16-20 kali/ menit), tidak terjadi aspirasi, tidak ada dispnea

Intervensi RasionalMandiri

Anjurkan klien untuk mengosongkan mulut dari benda / zat tertentu / gigi palsu atau alat yang

lain jika fase aura terjadi dan untuk menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi tanpaditandai gejala awal.

5/16/2018 ASKEP EPILEPSI 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-epilepsi-2 14/15

Letakkan pasien dalam posisi miring, permukaan datar

Tanggalkan pakaian pada daerah leher / dada dan abdomen

Melakukan suction sesuai indikasi

KolaborasiBerikan oksigen sesuai program terapi

menurunkan resiko aspirasi atau masuknya sesuatu benda asing ke faring.

meningkatkan aliran (drainase) sekret, mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafasuntuk memfasilitasi usaha bernafas / ekspansi dada

Mengeluarkan mukus yang berlebih, menurunkan resiko aspirasi atau asfiksia.

Membantu memenuhi kebutuhan oksigen agar tetap adekuat, dapat menurunkan hipoksiaserebral sebagai akibat dari sirkulasi yang menurun atau oksigen sekunder terhadap spasmevaskuler selama serangan kejang.

3) Isolasi sosial b.d rendah diri terhadap keadaan penyakit dan stigma buruk penyakit epilepsidalam masyarakat

Tujuan: mengurangi rendah diri pasien

Kriteria hasil:- adanya interaksi pasien dengan lingkungan sekitar

- menunjukkan adanya partisipasi pasien dalam lingkungan masyarakat

Intervensi Rasional

Observasi:

Identifikasi dengan pasien, factor- factor yang berpengaruh pada perasaan isolasi sosial pasien

Memberi informasi pada perawat tentang factor yang menyebabkan isolasi sosial pasien

Mandiri

Memberikan dukungan psikologis dan motivasi pada pasien

Dukungan psikologis dan motivasi dapat membuat pasien lebih percaya diri

Kolaborasi:

Kolaborasi dengan tim psikiater

Konseling dapat membantu mengatasi perasaan terhadap kesadaran diri sendiri.

Rujuk pasien/ orang terdekat pada kelompok penyokong, seperti yayasan epilepsi dan

sebagainya. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan informasi, dukungan ide-ide untuk mengatasi masalah dari orang lain yang telah mempunyai pengalaman yang sama.

Edukasi:

5/16/2018 ASKEP EPILEPSI 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-epilepsi-2 15/15

Anjurkan keluarga untuk memberi motivasi kepada pasien

Keluarga sebagai orang terdekat pasien, sangat mempunyai pengaruh besar dalam keadaan

psikologis pasien

Memberi informasi pada keluarga dan teman dekat pasien bahwa penyakit epilepsi tidak menularMenghilangkan stigma buruk terhadap penderita epilepsi (bahwa penyakit epilepsi dapatmenular).

3.4. Evaluasi1) Pasien tidak mengalami cedera, tidak jatuh, tidak ada memar

2) Tidak ada obstruksi lidah, pasien tidak mengalami apnea dan aspirasi

3) Pasien dapat berinteraksi kembali dengan lingkungan sekitar, pasien tidak menarik diri

(minder)4) Pola napas normal, TTV dalam batas normal

5) Pasien toleran dengan aktifitasnya, pasien dapat melakukan aktifitas sehari- hari secara normal

6) Organ sensori dapat menerima stimulus dan menginterpretasikan dengan normal7) Ansietas pasien dan keluarga berkurang, pasien tampak tenang

Status kesadaran pasien membaik