askep ht

19
KONSEP PENYAKIT GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER DENGAN KASUS HIPERTENSI. KONSEP DASAR PENYAKIT. I. PENGERTIAN Tekanan mempunyai dua komponen, yaitu kekuatan pendorong (disebut tekanan sistolik), yang berpengaruh pada darah karena kontraksi otot jantung. Dan kekuatan penahan atau ketegangan (disebut tekanan diastolik). Tekanan darah adalah ukuran dari kedua kekuatan ini. Tekanan sistolik selalu lebih tinggi daripada tekanan diastolik, dan tekanan darah naik atau turun sejalan dengan detak jantung masing-masing. Tekanan darah normal adalah refleksi dari cor dengan resistensi peripheral. Tingginya tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mmHg). Pada orang dewasa biasanya tingginya 130–140 sistolik, 70-90 diastolik. Pada anak-anak biasanya agak lebih rendah, biasanya sekitar 90/60 mmHg. Tekanan darah tinggi diakibatkan perubahan dalam mekanisme tekanan darah normal, yaitu: Jantung berdenyut terlalu kuat sehingga dapat meningkatkan angka sistolik. Apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan. Terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastolik. Dalam kasus tekanan darah tinggi, biasanya kedua tekanan itu naik secara keseluruhan. Suatu peningkatan dalam tekanan diastolik jauh lebih sering daripada suatu peningkatan tekanan sistolik. Tekanan darah tinggi (hipertensi) dapat diartikan peningkatan dari sistolik tekanan standar yang dihubungkan dengan usia. Ada dua tipe hipertensi

Upload: 12idra

Post on 05-Dec-2014

117 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: askep HT

KONSEP PENYAKITGANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER

DENGAN KASUS HIPERTENSI.

KONSEP DASAR PENYAKIT.

I. PENGERTIAN

Tekanan mempunyai dua komponen, yaitu kekuatan pendorong (disebut

tekanan sistolik), yang berpengaruh pada darah karena kontraksi otot jantung. Dan

kekuatan penahan atau ketegangan (disebut tekanan diastolik). Tekanan darah adalah

ukuran dari kedua kekuatan ini. Tekanan sistolik selalu lebih tinggi daripada tekanan

diastolik, dan tekanan darah naik atau turun sejalan dengan detak jantung masing-

masing.

Tekanan darah normal adalah refleksi dari cor dengan resistensi peripheral.

Tingginya tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mmHg). Pada orang

dewasa biasanya tingginya 130–140 sistolik, 70-90 diastolik. Pada anak-anak

biasanya agak lebih rendah, biasanya sekitar 90/60 mmHg.

Tekanan darah tinggi diakibatkan perubahan dalam mekanisme tekanan darah normal,

yaitu:

Jantung berdenyut terlalu kuat sehingga dapat meningkatkan angka sistolik.

Apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga

memperbesar tahanan.

Terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastolik.

Dalam kasus tekanan darah tinggi, biasanya kedua tekanan itu naik secara

keseluruhan. Suatu peningkatan dalam tekanan diastolik jauh lebih sering daripada

suatu peningkatan tekanan sistolik. Tekanan darah tinggi (hipertensi) dapat diartikan

peningkatan dari sistolik tekanan standar yang dihubungkan dengan usia. Ada dua tipe

hipertensi

1. Primary (essensial) hypertension. Adalah hipertensi paling umum dan termasuk

25-29 % individu menderita penyakit ini. Hipertensi primer, terbagi atas :

Benigna hipertensi : serangan secara berangsur-angsur dan waktunya lama

Maligna hipertensi : serangan secara tiba-tiba dan cepat

2. Secondary hypertension. Adalah atribut dari kondisi yang patologi, jika

pengobatan akan menyebabkan tekanan darah kembali normal dan terhitung 5-15

% nya dari populasi jenis ini. Tipe ini timbul dari suatu penyakit sistem

kardiovaskular, sistem ginjal atau sistem neurologis.

II. ETIOLOGI.

Page 2: askep HT

Hipertensi adalah penyakit dari tengah mas dewasa. Diperkirakan satu dalam

enam individu mempunyai tekanan darah tinggi. Jarang terjadi pada anak-anak.

Faktor-faktor penyebab antara lain:

1. Age (usia)

Paling sering/tinggi pada usia 30-40 tahun

2. Jenis kelamin

Komplikasi hipertensi meningkat pada laki-laki

3. Riwayat keluarga

75% klien menderita hipertensi mempunyai riwayat keluarga hipertensi

4. Obesitas

Meningkatnya berat badan pada masa anak-anak atau usia pertengahan, resiko

hipertensi meningkat.

5. Serum lipid

Meningkatnya trygliserida atau cholesterol meningkatkan resiko hipertensi

6. Diet

Meningkatnya resiko hipertensi pada diet tinggi sodium, tinggi lemak dan tinggi

kalori.

7. Merokok

Resiko dihubungkan dengan jumlah rokok, lamanya merokok

III. PATOFISIOLOGI.

Baroreseptor mengontrol peregangan dinding arteri dengan menghalang-

halangi pusat vasokonstriksi medulla. Hipotesa ini berpengaruh dengan mekanisme

untuk meningkatkan tekanan darah. Patofisiologi hipertensi lain dapat diakibatkan

faktor:

Ketidakcocokan sekresi renin

Pengaruh ginjal

Peranan vasokonstriksi subtance, prostaglandin dan kalikrein

IV. TANDA DAN GEJALA

1. Tekanan darah systole di atas 140 mmHg dan diastole di atas 90 mmHg.

2. Pada mata, pembuluh darah retina menjadi tipis, licin atau bisa hemorragi (pada

pemeriksaan opthalmoskop)

3. Sakit kepala, nause, vomitus pada pagi hari

4. Terdapat sesak nafas pada klien yang mengalami gagal jantung

5. Oedema perifer jika terdapat pada gagal jantung kanan

6. Pasien mengeluh palpitasi

7. Pasien menjadi pelupa dan lekas marah

8. Bisa terjadi epistaksis, akibat penambahan tekanan pada sistem sirkulasi

V. PEMBERIAN TERAPI OBAT.

Page 3: askep HT

1. Obat yang bekerja cepat

a. Natrium Nitroprusid. 6-200 mg/menit dengan infus IV. Tujuannya

menurunkan tekanan darah diastole sampai 110 mmHg dalam 1 jam

b. Diazoksid (hiperstat). 75-300 mg IV. Dipakai pada preeklamsi atau

hipertensi kehamilan.

c. Trimetafan (Arfonad). Yaitu obat penghambat ganglion, 1 amp 500 mg

dalam 1 dextrose 5% dan air diberi IV dengan kecepatan 1-4 ml/menit

2. Obat yang bekerja cukup berat

a. Reserpik 1-2,5 mg IM tiap 8 jam

b. Hidralazin (apresolin) 5-20 mg IM setiap 2-4 jam

c. Metildopa (aldomet) 500 mg IV setiap 2-4 jam. Efeknya lambat,

berlangsung selama 8-12 jam. Bila tekanan darah terkontrol, minoksidit +

diuretik diberikan per oral dan obat anti hipertensi oral lain ditambah bila

perlu. Obat parenteral diturunkan secara perlahan-perlahan dalam periode

2-3 hari.

VI. KOMPLIKASI PENYAKIT

Peningkatan tekanan arterial dapat menyebabkan hal-hal berikut ini:

1. Kegagalan jantung sekunder terhadap peningkatan kerja jantung dan isufisiensi

koroner relatif atau absolut.

2. Timbulnya atheroma, terutama di dalam arteri serebral atau koroner dengan

sindrom-sindrom yang diakibatkan oleh oklusi vaskuler.

3. Nekrosis vaskuler akut yang diakibatkan oleh peninggian tekanan diastolik yang

cepat dan terus-menerus (biasanya lebih dari 130 mmHg) dapat menimbulkan

komplikasi yang disebut sebagai fase maligna dengan perdarahan, eksudat dan

oedema papil didalam fundus, gangguan visual dan gejala-gejala sistem saraf

pusat dan ensephalopati hipertensif (gagal ginjal)

4. Stroke hemorragik.

5. Dissecting aorta.

Daftar Pustaka:

Page 4: askep HT

- Doenges, Marlynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC, 2000,

Jakarta

- Siauw, Soen L, Hipertensi, Cet. I, Debora Publishers, 1994, Jakarta

- Smith, Tom, Dr, Tekanan Darah Tinggi, Arcan, 1991, Jakarta

- Watts, David H, Terapi Medik, Edisi 17, EGC, 1984, Jakarta.

Page 5: askep HT

ASUJHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. SR DENGAN

DIAGNOSA MEDIK HIPERTENSI

DI RUANG PERAWATAN ZAMRUD/PD

RSUD H. DAMANHURI BARABAI

DISUSUN OLEH

NAMA : MUHAMMAD MUJI BASUKI

NIM : 04029

SEMESTER : III (TIGA)

DINAS KESEHATAN KAB. HULU SUNGAI TENGAH

AKPER MURAKATA BARABAI

TAHUN AKADEMIK 2005/2006

Page 6: askep HT

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

Hipertensi:

Didefinisikan oleh Joint National Committee On Detection, Evaluation and

Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari

140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai

rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini

dikategorikan sebagai primer/essensial (hampir 90% dari semua kasus) atau

sekunder sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, seringkali

dapat diperbaiki.

DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN

1. Aktivitas /istirahat

Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

2. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup

dan penyakit serebrovaskuler, episode palpitasi, perspirasi.

Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari pengukuran tekanan darah

diperlukan).

Nadi: Denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, untuk

menegakkan diagnosis). Hipotensi postural (mungkin

berhubungan dengan regimen obat). Perbedaan denyut, seperti

denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis

atau brachialis. Denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak

teraba atau lemah.

Denyut apikal: PMI kemungkinan bergeser dan/atau sangat kuat.

Frekuensi irama: Takikardi, berbagai disritmia

Bunyi jantung: Terdengar S2 pada dasar, S3 (CHF dini), S4

(pengerasan ventrikel kiri/hipertropi ventrikel).

Murmur stenosis valvular.

Desiran vaskuler terdengar di atas karotis, femoralis, atau

epigastrium (stenosis arteri).

DVJ (distensi vena jugularis), kongesti vena.

Ekstremitas: Perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi

perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokontriksi)

Kulit: Pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia),

kemerahan (feokromositoma).

3. Integritas Ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia atau

marah kronis (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-

Page 7: askep HT

faktor stress multipel (hubungan, keuangan, yang berkaitan

dengan pekerjaan).

Tanda : Letupan sesuai hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian,

tangisan yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang

(khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernafasan

menghela, peningkatan pola bicara.

4. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi

atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).

5. Makanan/cairan

Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi

garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang

digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam, kandungan

tinggi kalori. Mual muntah, perubahan berat badan akhir-akhir ini

(meningkat/turun). Riwayat penggunaan diuretik.

Tanda : Berat badan normal/obesitas. Adanya edema (mungkin umum

atau tertentu); kongesti vena, DVJ, glikosuria (hampir 10% pasien

hipertensi adalah diabetik)

6. Neuro Sensori

Gejala : Keluhan pening/pusing. Berdenyut, sakit kepala oksipital (terjadi

pada saat bangun dan menghilang secara spontan setelah

beberapa jam). Episode bebas dan/atau kelemahan pada salah

satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan

kabur). Episode epistaksis.

Tanda : Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,

afek, proses fikir, atau memori (ingatan). Respon motorik:

penurunan kekuatan genggaman tangan dan/atau refleks tendon

dalam. Perubahan-perubahan retina optik: dari sklerosis/

penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik

dengan edema atau papil edema. Eksudat dan hemoragi

tergantung pada berat/lamanya hipertensi.

7. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : Angina (penyakit arteri coroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang

timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri

ekstremitas bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang

pernah terjadi sebelumnya. Nyeri abdomen/masa

(feokromositoma).

8. Pernafasan

(Secara umum berhubungan dengan efek kardiopulmonal tahap lanjut dari

hipertensi menetap/berat).

Page 8: askep HT

Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takhipnea,

orthopnea, dispnea nocturnal paroximal. Batuk dengan/ tanpa

pembentukan sputum. Riwayat merokok.

Tanda : Distress respirasi penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi

nafas tambahan (krekles/mengi) sianosis.

9. Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan. Episoder parestesia unilateral

transien hipotensi postural.

10.Pembelajaran/penyuluhan

Gejala : Faktor-faktor resiko keluarga: hipertensi, atherosklerosis, penyakit

jantung, DM, penyakit serebro vaskuler/ginjal. Faktor-faktor resiko

etnik, seperti orang Afrika, Amerika, Asia Tenggara. Penggunaan

pil KB atau hormon lain, penggunaan obat/alkohol.

11.Pertimbangan rencana pemulangan

DRG menunjukkan rata lamanya di rawat 4-12 hari. Bantu dengan

pemanatauan diri terhadap perubahan dalam terapi obat.

12.Pemeriksaan diagnostik

Hemoglobin/hematokrit

Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume

cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti

hiperkoagulabilitas, anemia.

BUN/kreatinin

Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

Glukosa

Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan

oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).

Kalsium serum

Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)

atau menjadi efek samping terapi diuretik

Kolesterol dan trigliserida serum

Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya

pembetukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).

Pemeriksaan tyroid

Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.

Kadar aldosteron urine/ serum

Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).

Urinalisa

Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya DM

VMA urine (metabolit katekolamin)

Kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokromositoma bila hipertensi

hilang timbul

Asam urat

Page 9: askep HT

Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya

hipertensi

Steroid urine

Kenaikan dapat di mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau

disfungsi pituitary, sindrom Cushing’s, kadar renin dapat juga meningkat.

IVP: Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim

ginjal, batu ginjal/ureter.

Foto dada: Dapat menunjukan obstruksi kalsifikasi pada area katup; deposit

pada dan/atau takik aorta; pembesaran jantung.

CT Skan: Mengkaji tumor serebral, CSF, ensefalopati atau feokromositoma.

EKG: Dapat menunjukan pembesaran jantung, pola regang, konduksi.

Catatan: Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit

jantung hipertensi

Diagnosa Keperawatan Yang Lazim Muncul

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung, berhubungan dengan:

Peningkatan after load, vasokonstriksi

Iskemia miokard

Hipertropi/rigiditas (kekakuan) ventrikular.

Kriteria evaluasi:

Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/beban kerja

jantung

Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima

Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal

pasien

TINDAKAN / INTERVENSI

Mandiri

1. Pantau TD, ukur pada kedua

tangan untuk evaluasi awal.

2. Catat keberadaan, kualitas

denyutan sentral dan perifer.

RASIONAL

1. Perbandingan dari tekanan

memberikan gambaran yang le-bih

lengkap tentang keterlibatan /

bidang masalah vaskular.

2. Denyutan karotis, juguralis,

femoralis dan radialis mungkin

teramati/terpalpasi. Denyutan pada

tungkai mungkin menurun,

Page 10: askep HT

3. Amati warna kulit, kelembaban,

suhu dan masa pengisian kapiler.

4. Catat edema umum/tertentu.

5. Berikan lingkungan yang

tenang, nyaman, kurangi

aktivitas /keributan lingkungan.

Batasi jumlah pengunjung dan

lamanya tinggal.

6. Pertahankan pembatasan

aktivi-tas, seperti istirahat di

tempat tidur; jadwal periode

istirahat tanpa gangguan; Bantu

klien melakukan aktivitas

perawatan diri sesuai kebutuhan.

7. Anjurkan teknik relaksasi,

panduan imajinasi, aktivitas

pengalihan.

8. Pantau respon terhadap obat

untuk mengontrol TD.

Kolaborasi

Kolaborasi dalam pemberian :

1. Diuretik, inhibitor simpatis,

vasodilator, bloker neuron

adrenergik.

mencerminkan efek dari vaso-

konstriksi (peningkatan SVR) dan

kongesti vena.

3. Adanya pucat, dingin kulit

lembab dan masa pengisian

kapiler lambat mungkin ber-kaitan

dengan vasokonstriksi atau

mencerminkan dekompen-sasi

/penurunan curah jantung.

4. Dapat mengindikasikan gagal

jantung, kerusakan ginjal dan

vaskuler.

5. Membantu untuk menurunkan

rangsang simpatis; meningkat-kan

relaksasi.

6. Menurunkan stress dan

ketegangan yang mempenga-ruhi

tekanan darah dan perjalanan

penyakit hipertensi.

7. Dapat menurunkan rangsangan

yang menimbulkan stress,

membuat efek tenang, sehingga

akan menurunkan TD.

8. Respon terhadap terapi obat

“stepped” (yang terdiri atas

diuretik, inhibitor simpatis dan

vasodilator) tergantung pada

individu dan efek sinergis obat.

Karena efek samping tersebut,

maka penting untuk menggu-

nakan obat dalam jumlah paling

sedikit dan dosis paling rendah.

1. Diuretik memperkuat agen-

agen anti hipertensif lain dengan

membatasi retensi air. Inhibitor

Page 11: askep HT

2. Berikan pembatasan cairan

dan diit natrium sesuai indikasi.

simpatis secara umum

menurunkan TD melalui efek

konbinasi penurunan tahanan total

ferifer, menurunkan curah jantung,

menghambat aktivitas simpatis

dan menekan pelepa-san renin.

Vasodilator mengaki-batkan

vasodilatasi vaskuler jan-tung

sehat dan meningkatkan aliran

darah koroner. Bloker neuron

adrenergik menurunkan aktivitas

konstriksi arteri dan vena pada

ujung saraf simpatis.

2. Pembatasan ini dapat mena-

ngani retensi cairan dengan res-

pon hipertensif, dengan demiki-an

menurunkan beban kerja jantung

2. Intoleran aktivitas, berhubungan dengan :

Kelemahan umum

Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

Kriteria evaluasi:

Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan

Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur

Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologis

TINDAKAN/INTERVENSI

Mandiri

1. Kaji respon klien terhadap

aktivitas, perhatikan frekuensi nadi

lebih dari 20 kali per menit di atas

frekuensi istirahat; peningkatan TD

yang nyata selama/sesudah

aktivitas (tekanan sistolik

meningkat 40 mmHg atau tekanan

diastolik meningkat 20 mmHg);

dispnea atau nyeri dada; keletihan

dan kelemahan yang berlebihan;

diaforesis; pusing atau pingsan.

2. Instruksikan klien tentang

RASIONAL

1. Menyebutkan parameter mem-

bantu dalam mengkaji respon

fisiologi terhadap stress aktivitas

dan bila ada merupakan indikator

dari kelebihan kerja yang berkaitan

dengan tingkat aktivitas.

2. Teknik menghemat energi

Page 12: askep HT

teknik penghematan energi,

misalnya menggunakan kursi saat

mandi, duduk saat menyisir rambut

atau menyikat gigi, melakukan

aktivitas dengan perlahan.

3. Berikan dorongan untuk

melakukan aktivitas/perawatan diri

bertahap jika dapat di toleransi.

Berikan bantuan sesuai

kebutuhan.

mengurangi penggunaan energi,

juga membantu keseimbangan

antara suplai dan kebutuhan

oksigen.

3. Kemajuan aktivitas bertahap

mencegah peningkatan kerja

jantung tiba-tiba. Memberikan

bantuan hanya sebatas kebu-

tuhan akan mendorong keman-

dirian dalam me-lakukan akti-vitas.

3. Nyeri (akut), sakit kepala, berhubungan dengan :

Peningkatan tekanan vaskular serebral

Kriteria evaluasi

Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/terkontrol

Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan

Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan

TINDAKAN/INTERVENSI

Mandiri

1. Mempertahankan tirah baring

selama fase akut

2. Berikan tindakan non

farmakologi untuk menghilang-kan

rasa sakit kepala; misal: kompres

dingin pada dahi, pijatan punggung

dan leher, tenang, redupkan lampu

kamar, teknik relaksasi (panduan

imaji-nasi, distraksi) dan aktivitas

waktu senggang

3. Hilangkan / minimalkan

aktivitas vasokonstriksi yang dapat

meningkatkan sakit kepala. Mis:

mengejan saat BAB, batuk

panjang, mem-bungkuk.

4. Bantu klien dalam ambulasi

sesuai kebutuhan.

RASIONAL

1. Meminimalkan stimulasi / me-

ningkatkan relaksasi

2. Tindakan yang menurunkan

tekanan vaskuler serebral dan

yang memperlambat/ memblok

respon simpatis efektif dalam

menghilang-kan sakit kepala dan

komplikasinya.

3. Aktivitas yang meningkatkan

vasokonstriksi menyebabkan sakit

kepala pada adanya peningkatan

tekanan vaskular serebral.

4. Pusing dan penglihatan kabur

sering berhubungan dengan sa-kit

kepala. Pasien juga dapat

mengalami episode hipotensi

Page 13: askep HT

5. Berikan cairan, makanan lunak,

perawatan mulut yang teratur bila

terjadi perdarahan hidung atau

kompres hidung telah dilakukan

untuk menghentikan perdarahan.

Kolaborasi

1. Berikan sesuai indikasi:

analgetik, antiansietas

postural.

5. Meningkatkan kenyamanan

umum. Kompres hidung dapat

mengganggu menelan atau

membutuhkan nafas dengan

mulut, menimbulkan stagnasi

sekresi oral dan mengeringkan

membran mukosa.

1. Analgetik menurunkan /

mengontrol nyeri dan menurunkan

rangsang sistem saraf simpatis.

Antiansietas dapat mengurangi

ketegangan dan ketidaknyamanan

yang diperberat oleh stress.

Daftar Pustaka:

- Doenges, Marlynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC, 2000,

Jakarta

- Siauw, Soen L, Hipertensi, Cet. I, Debora Publishers, 1994, Jakarta

- Smith, Tom, Dr, Tekanan Darah Tinggi, Arcan, 1991, Jakarta

- Watts, David H, Terapi Medik, Edisi 17, EGC, 1984, Jakarta.