askep ht
TRANSCRIPT
KONSEP PENYAKITGANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER
DENGAN KASUS HIPERTENSI.
KONSEP DASAR PENYAKIT.
I. PENGERTIAN
Tekanan mempunyai dua komponen, yaitu kekuatan pendorong (disebut
tekanan sistolik), yang berpengaruh pada darah karena kontraksi otot jantung. Dan
kekuatan penahan atau ketegangan (disebut tekanan diastolik). Tekanan darah adalah
ukuran dari kedua kekuatan ini. Tekanan sistolik selalu lebih tinggi daripada tekanan
diastolik, dan tekanan darah naik atau turun sejalan dengan detak jantung masing-
masing.
Tekanan darah normal adalah refleksi dari cor dengan resistensi peripheral.
Tingginya tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mmHg). Pada orang
dewasa biasanya tingginya 130–140 sistolik, 70-90 diastolik. Pada anak-anak
biasanya agak lebih rendah, biasanya sekitar 90/60 mmHg.
Tekanan darah tinggi diakibatkan perubahan dalam mekanisme tekanan darah normal,
yaitu:
Jantung berdenyut terlalu kuat sehingga dapat meningkatkan angka sistolik.
Apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga
memperbesar tahanan.
Terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastolik.
Dalam kasus tekanan darah tinggi, biasanya kedua tekanan itu naik secara
keseluruhan. Suatu peningkatan dalam tekanan diastolik jauh lebih sering daripada
suatu peningkatan tekanan sistolik. Tekanan darah tinggi (hipertensi) dapat diartikan
peningkatan dari sistolik tekanan standar yang dihubungkan dengan usia. Ada dua tipe
hipertensi
1. Primary (essensial) hypertension. Adalah hipertensi paling umum dan termasuk
25-29 % individu menderita penyakit ini. Hipertensi primer, terbagi atas :
Benigna hipertensi : serangan secara berangsur-angsur dan waktunya lama
Maligna hipertensi : serangan secara tiba-tiba dan cepat
2. Secondary hypertension. Adalah atribut dari kondisi yang patologi, jika
pengobatan akan menyebabkan tekanan darah kembali normal dan terhitung 5-15
% nya dari populasi jenis ini. Tipe ini timbul dari suatu penyakit sistem
kardiovaskular, sistem ginjal atau sistem neurologis.
II. ETIOLOGI.
Hipertensi adalah penyakit dari tengah mas dewasa. Diperkirakan satu dalam
enam individu mempunyai tekanan darah tinggi. Jarang terjadi pada anak-anak.
Faktor-faktor penyebab antara lain:
1. Age (usia)
Paling sering/tinggi pada usia 30-40 tahun
2. Jenis kelamin
Komplikasi hipertensi meningkat pada laki-laki
3. Riwayat keluarga
75% klien menderita hipertensi mempunyai riwayat keluarga hipertensi
4. Obesitas
Meningkatnya berat badan pada masa anak-anak atau usia pertengahan, resiko
hipertensi meningkat.
5. Serum lipid
Meningkatnya trygliserida atau cholesterol meningkatkan resiko hipertensi
6. Diet
Meningkatnya resiko hipertensi pada diet tinggi sodium, tinggi lemak dan tinggi
kalori.
7. Merokok
Resiko dihubungkan dengan jumlah rokok, lamanya merokok
III. PATOFISIOLOGI.
Baroreseptor mengontrol peregangan dinding arteri dengan menghalang-
halangi pusat vasokonstriksi medulla. Hipotesa ini berpengaruh dengan mekanisme
untuk meningkatkan tekanan darah. Patofisiologi hipertensi lain dapat diakibatkan
faktor:
Ketidakcocokan sekresi renin
Pengaruh ginjal
Peranan vasokonstriksi subtance, prostaglandin dan kalikrein
IV. TANDA DAN GEJALA
1. Tekanan darah systole di atas 140 mmHg dan diastole di atas 90 mmHg.
2. Pada mata, pembuluh darah retina menjadi tipis, licin atau bisa hemorragi (pada
pemeriksaan opthalmoskop)
3. Sakit kepala, nause, vomitus pada pagi hari
4. Terdapat sesak nafas pada klien yang mengalami gagal jantung
5. Oedema perifer jika terdapat pada gagal jantung kanan
6. Pasien mengeluh palpitasi
7. Pasien menjadi pelupa dan lekas marah
8. Bisa terjadi epistaksis, akibat penambahan tekanan pada sistem sirkulasi
V. PEMBERIAN TERAPI OBAT.
1. Obat yang bekerja cepat
a. Natrium Nitroprusid. 6-200 mg/menit dengan infus IV. Tujuannya
menurunkan tekanan darah diastole sampai 110 mmHg dalam 1 jam
b. Diazoksid (hiperstat). 75-300 mg IV. Dipakai pada preeklamsi atau
hipertensi kehamilan.
c. Trimetafan (Arfonad). Yaitu obat penghambat ganglion, 1 amp 500 mg
dalam 1 dextrose 5% dan air diberi IV dengan kecepatan 1-4 ml/menit
2. Obat yang bekerja cukup berat
a. Reserpik 1-2,5 mg IM tiap 8 jam
b. Hidralazin (apresolin) 5-20 mg IM setiap 2-4 jam
c. Metildopa (aldomet) 500 mg IV setiap 2-4 jam. Efeknya lambat,
berlangsung selama 8-12 jam. Bila tekanan darah terkontrol, minoksidit +
diuretik diberikan per oral dan obat anti hipertensi oral lain ditambah bila
perlu. Obat parenteral diturunkan secara perlahan-perlahan dalam periode
2-3 hari.
VI. KOMPLIKASI PENYAKIT
Peningkatan tekanan arterial dapat menyebabkan hal-hal berikut ini:
1. Kegagalan jantung sekunder terhadap peningkatan kerja jantung dan isufisiensi
koroner relatif atau absolut.
2. Timbulnya atheroma, terutama di dalam arteri serebral atau koroner dengan
sindrom-sindrom yang diakibatkan oleh oklusi vaskuler.
3. Nekrosis vaskuler akut yang diakibatkan oleh peninggian tekanan diastolik yang
cepat dan terus-menerus (biasanya lebih dari 130 mmHg) dapat menimbulkan
komplikasi yang disebut sebagai fase maligna dengan perdarahan, eksudat dan
oedema papil didalam fundus, gangguan visual dan gejala-gejala sistem saraf
pusat dan ensephalopati hipertensif (gagal ginjal)
4. Stroke hemorragik.
5. Dissecting aorta.
Daftar Pustaka:
- Doenges, Marlynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC, 2000,
Jakarta
- Siauw, Soen L, Hipertensi, Cet. I, Debora Publishers, 1994, Jakarta
- Smith, Tom, Dr, Tekanan Darah Tinggi, Arcan, 1991, Jakarta
- Watts, David H, Terapi Medik, Edisi 17, EGC, 1984, Jakarta.
ASUJHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. SR DENGAN
DIAGNOSA MEDIK HIPERTENSI
DI RUANG PERAWATAN ZAMRUD/PD
RSUD H. DAMANHURI BARABAI
DISUSUN OLEH
NAMA : MUHAMMAD MUJI BASUKI
NIM : 04029
SEMESTER : III (TIGA)
DINAS KESEHATAN KAB. HULU SUNGAI TENGAH
AKPER MURAKATA BARABAI
TAHUN AKADEMIK 2005/2006
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
Hipertensi:
Didefinisikan oleh Joint National Committee On Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari
140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai
rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini
dikategorikan sebagai primer/essensial (hampir 90% dari semua kasus) atau
sekunder sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, seringkali
dapat diperbaiki.
DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN
1. Aktivitas /istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup
dan penyakit serebrovaskuler, episode palpitasi, perspirasi.
Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari pengukuran tekanan darah
diperlukan).
Nadi: Denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, untuk
menegakkan diagnosis). Hipotensi postural (mungkin
berhubungan dengan regimen obat). Perbedaan denyut, seperti
denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis
atau brachialis. Denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak
teraba atau lemah.
Denyut apikal: PMI kemungkinan bergeser dan/atau sangat kuat.
Frekuensi irama: Takikardi, berbagai disritmia
Bunyi jantung: Terdengar S2 pada dasar, S3 (CHF dini), S4
(pengerasan ventrikel kiri/hipertropi ventrikel).
Murmur stenosis valvular.
Desiran vaskuler terdengar di atas karotis, femoralis, atau
epigastrium (stenosis arteri).
DVJ (distensi vena jugularis), kongesti vena.
Ekstremitas: Perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi
perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokontriksi)
Kulit: Pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia),
kemerahan (feokromositoma).
3. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia atau
marah kronis (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-
faktor stress multipel (hubungan, keuangan, yang berkaitan
dengan pekerjaan).
Tanda : Letupan sesuai hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian,
tangisan yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang
(khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).
5. Makanan/cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam, kandungan
tinggi kalori. Mual muntah, perubahan berat badan akhir-akhir ini
(meningkat/turun). Riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : Berat badan normal/obesitas. Adanya edema (mungkin umum
atau tertentu); kongesti vena, DVJ, glikosuria (hampir 10% pasien
hipertensi adalah diabetik)
6. Neuro Sensori
Gejala : Keluhan pening/pusing. Berdenyut, sakit kepala oksipital (terjadi
pada saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam). Episode bebas dan/atau kelemahan pada salah
satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan
kabur). Episode epistaksis.
Tanda : Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,
afek, proses fikir, atau memori (ingatan). Respon motorik:
penurunan kekuatan genggaman tangan dan/atau refleks tendon
dalam. Perubahan-perubahan retina optik: dari sklerosis/
penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik
dengan edema atau papil edema. Eksudat dan hemoragi
tergantung pada berat/lamanya hipertensi.
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri coroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang
timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri
ekstremitas bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang
pernah terjadi sebelumnya. Nyeri abdomen/masa
(feokromositoma).
8. Pernafasan
(Secara umum berhubungan dengan efek kardiopulmonal tahap lanjut dari
hipertensi menetap/berat).
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takhipnea,
orthopnea, dispnea nocturnal paroximal. Batuk dengan/ tanpa
pembentukan sputum. Riwayat merokok.
Tanda : Distress respirasi penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi
nafas tambahan (krekles/mengi) sianosis.
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan. Episoder parestesia unilateral
transien hipotensi postural.
10.Pembelajaran/penyuluhan
Gejala : Faktor-faktor resiko keluarga: hipertensi, atherosklerosis, penyakit
jantung, DM, penyakit serebro vaskuler/ginjal. Faktor-faktor resiko
etnik, seperti orang Afrika, Amerika, Asia Tenggara. Penggunaan
pil KB atau hormon lain, penggunaan obat/alkohol.
11.Pertimbangan rencana pemulangan
DRG menunjukkan rata lamanya di rawat 4-12 hari. Bantu dengan
pemanatauan diri terhadap perubahan dalam terapi obat.
12.Pemeriksaan diagnostik
Hemoglobin/hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
Glukosa
Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
Kalsium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik
Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya
pembetukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
Pemeriksaan tyroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
Kadar aldosteron urine/ serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya DM
VMA urine (metabolit katekolamin)
Kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokromositoma bila hipertensi
hilang timbul
Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi
Steroid urine
Kenaikan dapat di mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau
disfungsi pituitary, sindrom Cushing’s, kadar renin dapat juga meningkat.
IVP: Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal/ureter.
Foto dada: Dapat menunjukan obstruksi kalsifikasi pada area katup; deposit
pada dan/atau takik aorta; pembesaran jantung.
CT Skan: Mengkaji tumor serebral, CSF, ensefalopati atau feokromositoma.
EKG: Dapat menunjukan pembesaran jantung, pola regang, konduksi.
Catatan: Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi
Diagnosa Keperawatan Yang Lazim Muncul
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung, berhubungan dengan:
Peningkatan after load, vasokonstriksi
Iskemia miokard
Hipertropi/rigiditas (kekakuan) ventrikular.
Kriteria evaluasi:
Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/beban kerja
jantung
Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal
pasien
TINDAKAN / INTERVENSI
Mandiri
1. Pantau TD, ukur pada kedua
tangan untuk evaluasi awal.
2. Catat keberadaan, kualitas
denyutan sentral dan perifer.
RASIONAL
1. Perbandingan dari tekanan
memberikan gambaran yang le-bih
lengkap tentang keterlibatan /
bidang masalah vaskular.
2. Denyutan karotis, juguralis,
femoralis dan radialis mungkin
teramati/terpalpasi. Denyutan pada
tungkai mungkin menurun,
3. Amati warna kulit, kelembaban,
suhu dan masa pengisian kapiler.
4. Catat edema umum/tertentu.
5. Berikan lingkungan yang
tenang, nyaman, kurangi
aktivitas /keributan lingkungan.
Batasi jumlah pengunjung dan
lamanya tinggal.
6. Pertahankan pembatasan
aktivi-tas, seperti istirahat di
tempat tidur; jadwal periode
istirahat tanpa gangguan; Bantu
klien melakukan aktivitas
perawatan diri sesuai kebutuhan.
7. Anjurkan teknik relaksasi,
panduan imajinasi, aktivitas
pengalihan.
8. Pantau respon terhadap obat
untuk mengontrol TD.
Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemberian :
1. Diuretik, inhibitor simpatis,
vasodilator, bloker neuron
adrenergik.
mencerminkan efek dari vaso-
konstriksi (peningkatan SVR) dan
kongesti vena.
3. Adanya pucat, dingin kulit
lembab dan masa pengisian
kapiler lambat mungkin ber-kaitan
dengan vasokonstriksi atau
mencerminkan dekompen-sasi
/penurunan curah jantung.
4. Dapat mengindikasikan gagal
jantung, kerusakan ginjal dan
vaskuler.
5. Membantu untuk menurunkan
rangsang simpatis; meningkat-kan
relaksasi.
6. Menurunkan stress dan
ketegangan yang mempenga-ruhi
tekanan darah dan perjalanan
penyakit hipertensi.
7. Dapat menurunkan rangsangan
yang menimbulkan stress,
membuat efek tenang, sehingga
akan menurunkan TD.
8. Respon terhadap terapi obat
“stepped” (yang terdiri atas
diuretik, inhibitor simpatis dan
vasodilator) tergantung pada
individu dan efek sinergis obat.
Karena efek samping tersebut,
maka penting untuk menggu-
nakan obat dalam jumlah paling
sedikit dan dosis paling rendah.
1. Diuretik memperkuat agen-
agen anti hipertensif lain dengan
membatasi retensi air. Inhibitor
2. Berikan pembatasan cairan
dan diit natrium sesuai indikasi.
simpatis secara umum
menurunkan TD melalui efek
konbinasi penurunan tahanan total
ferifer, menurunkan curah jantung,
menghambat aktivitas simpatis
dan menekan pelepa-san renin.
Vasodilator mengaki-batkan
vasodilatasi vaskuler jan-tung
sehat dan meningkatkan aliran
darah koroner. Bloker neuron
adrenergik menurunkan aktivitas
konstriksi arteri dan vena pada
ujung saraf simpatis.
2. Pembatasan ini dapat mena-
ngani retensi cairan dengan res-
pon hipertensif, dengan demiki-an
menurunkan beban kerja jantung
2. Intoleran aktivitas, berhubungan dengan :
Kelemahan umum
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Kriteria evaluasi:
Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologis
TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
1. Kaji respon klien terhadap
aktivitas, perhatikan frekuensi nadi
lebih dari 20 kali per menit di atas
frekuensi istirahat; peningkatan TD
yang nyata selama/sesudah
aktivitas (tekanan sistolik
meningkat 40 mmHg atau tekanan
diastolik meningkat 20 mmHg);
dispnea atau nyeri dada; keletihan
dan kelemahan yang berlebihan;
diaforesis; pusing atau pingsan.
2. Instruksikan klien tentang
RASIONAL
1. Menyebutkan parameter mem-
bantu dalam mengkaji respon
fisiologi terhadap stress aktivitas
dan bila ada merupakan indikator
dari kelebihan kerja yang berkaitan
dengan tingkat aktivitas.
2. Teknik menghemat energi
teknik penghematan energi,
misalnya menggunakan kursi saat
mandi, duduk saat menyisir rambut
atau menyikat gigi, melakukan
aktivitas dengan perlahan.
3. Berikan dorongan untuk
melakukan aktivitas/perawatan diri
bertahap jika dapat di toleransi.
Berikan bantuan sesuai
kebutuhan.
mengurangi penggunaan energi,
juga membantu keseimbangan
antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
3. Kemajuan aktivitas bertahap
mencegah peningkatan kerja
jantung tiba-tiba. Memberikan
bantuan hanya sebatas kebu-
tuhan akan mendorong keman-
dirian dalam me-lakukan akti-vitas.
3. Nyeri (akut), sakit kepala, berhubungan dengan :
Peningkatan tekanan vaskular serebral
Kriteria evaluasi
Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/terkontrol
Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
1. Mempertahankan tirah baring
selama fase akut
2. Berikan tindakan non
farmakologi untuk menghilang-kan
rasa sakit kepala; misal: kompres
dingin pada dahi, pijatan punggung
dan leher, tenang, redupkan lampu
kamar, teknik relaksasi (panduan
imaji-nasi, distraksi) dan aktivitas
waktu senggang
3. Hilangkan / minimalkan
aktivitas vasokonstriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala. Mis:
mengejan saat BAB, batuk
panjang, mem-bungkuk.
4. Bantu klien dalam ambulasi
sesuai kebutuhan.
RASIONAL
1. Meminimalkan stimulasi / me-
ningkatkan relaksasi
2. Tindakan yang menurunkan
tekanan vaskuler serebral dan
yang memperlambat/ memblok
respon simpatis efektif dalam
menghilang-kan sakit kepala dan
komplikasinya.
3. Aktivitas yang meningkatkan
vasokonstriksi menyebabkan sakit
kepala pada adanya peningkatan
tekanan vaskular serebral.
4. Pusing dan penglihatan kabur
sering berhubungan dengan sa-kit
kepala. Pasien juga dapat
mengalami episode hipotensi
5. Berikan cairan, makanan lunak,
perawatan mulut yang teratur bila
terjadi perdarahan hidung atau
kompres hidung telah dilakukan
untuk menghentikan perdarahan.
Kolaborasi
1. Berikan sesuai indikasi:
analgetik, antiansietas
postural.
5. Meningkatkan kenyamanan
umum. Kompres hidung dapat
mengganggu menelan atau
membutuhkan nafas dengan
mulut, menimbulkan stagnasi
sekresi oral dan mengeringkan
membran mukosa.
1. Analgetik menurunkan /
mengontrol nyeri dan menurunkan
rangsang sistem saraf simpatis.
Antiansietas dapat mengurangi
ketegangan dan ketidaknyamanan
yang diperberat oleh stress.
Daftar Pustaka:
- Doenges, Marlynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC, 2000,
Jakarta
- Siauw, Soen L, Hipertensi, Cet. I, Debora Publishers, 1994, Jakarta
- Smith, Tom, Dr, Tekanan Darah Tinggi, Arcan, 1991, Jakarta
- Watts, David H, Terapi Medik, Edisi 17, EGC, 1984, Jakarta.