askep keluarga yang punya masalah hubungan antar anggotanya
DESCRIPTION
hhTRANSCRIPT
TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS II
ASKEP KELUARGA YANG PUNYA MASALAH HUBUNGAN
ANTAR ANGGOTANYA
Dosen Pembimbing : Etika Dwi Winahyu, S.Kep.,Ners.
Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Marissa Aprilia
2. Muh Ali Mustofa
3. Nila Maria
4. Noor Rosyidah
5. Nurman Sasono
6. Qoni’atun Naimah
7. Riris Suptaria
8. Sigit Joko P
Prodi : S1 Keperawatan IIB
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
Jalan Ganesha 1 Purwosari-Kudus Telp (0291) 437218
Tahun Akademik 2012/2013
ASKEP KELUARGA YANG PUNYA MASALAH HUBUNGAN ANTAR
ANGGOTANYA
A. DEFINISI
Definisi keluarga dikemukakan oleh beberapa ahli :
1. WHO (1969)
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian
darah, adopsi atau perkawinan.
2. Reisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-
masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak,
kakek dan nenek.
3. Logan’s (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan sebuah kumpulan beberapa komponen yang
saling berinteraksi satu sama lain.
4. Gillis (1983)
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang
dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai arti
sebagaimana unit individu.
5. Duvall
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya
yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari
tiap anggota.
6. Bailon dan Maglaya
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling
berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan
suatu budaya.
7. Johnson’s (1992)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah
yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal
dalam satu atap, yang mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara
satu orang dengan orang yang lainnya.
keluarga adalah sebuah unit terkecil dalam kehidupan sosial dalam masyarakat
yang terdiri dari orang tua dan anak baik yang terhubung melalui pertalian darah,
perkawinan, maupun adopsi.
Keluarga yang bermasalah dengan anggotanya adalah keluarga yang di dalamnya
terjadi konflik atau masalah dengan anggotanya.
B. KARAKTERISTIK KELUARGA
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran
sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik
4. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
C. CIRI-CIRI STRUKTUR KELUARGA
1. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga
2. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing
3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing-masing.
Menurut pendapat Robert Mac Iver dan Charles Horton, bahwa ciri-ciri suatu
keluarga antara lain :
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan
yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
3. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) dan perhitungan garis
keturunan.
4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota
keluarganya yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkan anak.
5. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.
D. TIPE KELUARGA
1. TRADISIONAL
a. The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam
satu rumah
c. Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri
d. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang
terjadi pada wanita
e. The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah
seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan,
dll)
f. The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi
biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan)
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada
anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end)
h. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama
dalam satu rumah
i. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan
saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur,
kamar mandi, televisi, telpon, dll)
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult living alone / single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal mati
2. NON-TRADISIONAL
a. The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan
tanpa nikah
b. The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri
c. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara,
yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok /
membesarkan anak bersama
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
e. Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan
suami-istri (marital partners)
f. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa
alasan tertentu
g. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang
merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk
sexual dan membesarkan anaknya
h. Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama
lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan
bertanggung jawab membesarkan anaknya
i. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam waktu
sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya
j. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental
k. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
E. PERANAN KELUARGA
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Peranan ayah :
Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peranan ibu :
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
3. Peranan anak :
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
F. FUNGSI KELUARGA
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan oleh suatu keluarga, diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Fungsi Keluarga menurut Friedman (1998)
a. FUNGSI AFEKTIF
Yaitu fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarganya dalam berhubungan dengan orang lain.
b. FUNGSI SOSIALISASI
Adalah fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk
berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan
orang lain di luar rumah.
c. FUNGSI REPRODUKSI
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga.
d. FUNGSI EKONOMI
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga.
e. FUNGSI PEMELIHARAAN KESEHATAN
Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktivitas yang tinggi.
2. Fungsi Pokok Keluarga menurut Effendy (1998)
a. Asih
Adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada
anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang
sesuai dengan usia dan kebutuhannya.
b. Asuh
Memenuhi kebutuhan akan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya
selalu terpelihara, sehingga mampu menjadikan mereka anak yang sehat, baik
fisik maupun mental, social dan spiritual.
c. Asah
Adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia
dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
G. ETIOLOGI
1. Antar suami istri :
a. Terjadi dominasi antar pasangan, bisa sang suami atau istri yang dominan.
Maksudnya jika terjadi suatu perselisihan pendapat yang terjadi adalah
penyelesaian sepihak (kalah - menang) dan bukan penyelesaian yang baik
( menang - menang).
b. Adanya sikap acuh atau tidak mau tahu terhadap apa yang dirasakan atau dialami
pasangan. Adanya sikap egosentris yang menonjol.
c. Tidak adanya kesatuan nilai dalam keluarga atau inkonsistensi apa yang boleh dan
yang tidak boleh.
2. Antar orang tua dan anak
a. Pengalihan tanggungjawab sebagai orang tua, baik kepada pembantu rumah
tangga, babysitter, sekolah atau keluarga yang lain.
b. Sikap dari orang tua yang berlebihan atau tidak pada porsinya. Misalkan terlalu
melindungi, terlalu bebas, terlalu keras bahkan ambisi orang tua yang dibebankan
pada anak.
c. Banyaknya kata-kata “negatif” yang diucapkan orang tua kepada anak.
d. Tidak adanya “QUALITY TIME” antara orang tua dan anak. Sehingga
anak “kekurangan”kenangan indah akan orang tuanya.
e. Orang tua yang tidak ”open mind” terhadap anaknya.
3. Sebab Lain :
a. Kurangnya kemampuan berinteraksi antar pribadi dalam menanggulangi masalah.
Banyak keluarga mengalami kesulitan menangani masalah karena kurangnya
pengetahuan, kemampuan, dan fleksibilitas untuk berubah. Keluarga yang
mengalami kesulitan beradaptasi seringkali berkutat pada halangan-halangan yang
ada dalam keluarga, yaitu sikap dan tingkah laku yang manghambat fleksibilitas
dan menghalangi penyesuaian kembali dengan situasi yang baru. Jenis halangan-
halangan tersebut dapat muncul dengan tipe yang berbeda- beda:
Halangan dalam komunikasi timbul jika masing-masing anggota keluarga
tidak tahu bagaimana mereka harus membagikan perasaan mereka dengan
anggota keluarga lainnya atau bagaimana mengungkapkan perasaan mereka
dengan jelas. Beberapa keluarga mempunyai topik-topik pembicaraan yang
dianggap tabu. Mereka tak pernah membicarakan tentang uang, seks, hal-hal
rohani, atau perasaan mereka. Sementara itu keluarga yang lain tak pernah
tertawa selama mereka di rumah, jarang berbicara tentang apa yang mereka
pikirkan, tidak dapat mendengarkan orang lain, atau tidak dapat berkomunikasi
tanpa berteriak atau tanpa menggunakan sarkasme dan bentuk-bentuk
komunikasi lain yang merusak. Ada juga keluarga yang menyampaikan pesan
ganda, kata-kata mereka mengungkapkan satu hal tetapi tindakan mereka
berkata lain. Hal yang sulit bagi sebuah keluarga untuk menghadapi krisis
adalah jika masing-masing dari anggota keluarga tidak dapat berkomunikasi
secara efektif.
Halangan dalam hal keakraban/kedekatan merupakan ciri dari keluarga yang
mempunyai hubungan yang tidak erat satu sama lain. Kadang-kadang anggota
keluarga merasa takut untuk bersikap akrab. Mereka jarang meluangkan waktu
untuk bersama-sama, tidak saling percaya atau tidak menghormati anggota
keluarga yang lain, jarang berbagi masalah, dan punya kesulitan dalam
menangani krisis karena mereka tidak pernah belajar untuk bekerjasama
dengan akrab.
Halangan dalam hal aturan keluarga yang tidak tertulis, bahkan seringkali
tidak dikatakan, namun biasanya merupakan hukum-hukum yang diterima
tentang siapa tidak boleh melakukan apa. Hampir semua keluarga tidak
mempunyai aturan yang baku sehingga hal ini seringkali membingungkan
terutama bagi anak-anak. Ada juga keluarga yang mempunyai aturan yang
kaku sehingga menghambat pertumbuhan individu-individu dalam keluarga.
Keluarga yang religius, keluarga yang ingin maju secara sosial, keluarga yang
mempunyai paling sedikit satu anggota tetap, keluarga militer, dan beberapa
keluarga minoritas lainnya diidentifikasikan sebagai keluarga yang seringkali
mempunyai aturan kuat yang dapat mencegah fleksibilitas, mengabaikan
sumber-sumber pertolongan dari luar, dan menghambat kemampuan untuk
mengatasi masalah pada saat-saat tekanan terjadi dalam keluarga.
Halangan sehubungan dengan sejarah keluarga, termasuk rahasia keluarga
yang tidak boleh diungkapkan oleh anggota keluarga atau berita-berita yang
"tidak didiskusikan oleh keluarga." Kadang- kadang anggota keluarga
menyembunyikan rahasia-rahasianya dari anggota keluarga lainnya, misalnya
kehamilan yang tidak sah, anak cacat yang diaborsi, pernikahan dini dan
perceraian, atau hutang yang tidak dibicarakan. Sikap seperti ini akan
membuat beberapa anggota keluarga bersikap berjaga-jaga, sementara yang
lainnya merasa curiga akan adanya sesuatu yang tidak mereka ketahui.
Kadang-kadang rahasia tersebut diketahui oleh seluruh anggota keluarga tetapi
mereka merahasiakannya terutama untuk menjaga kehormatan keluarga.
Semuanya ini akan menghalangi kejujuran untuk mengatasi krisis dimana
faktor kejujuran sangat penting.
Halangan mengenai tujuan yang berhubungan dengan masalah ekonomi,
akademis, sosial, politik, atau tujuan-tujuan lainnya yang ditetapkan oleh
beberapa anggota keluarga bagi mereka sendiri atau bagi anggota keluarga
yang lain. Ada seorang pendeta yang mengharuskan ketiga anak laki-lakinya
masuk dalam pelayanan. Ketika seorang dari mereka memberontak secara
terang-terangan atas keinginan ayahnya ini, dan yang satunya menolak tapi
dengan sikap pasif, maka sang pendeta menanggapinya dengan penuh
kemarahan. Mempunyai cita-cita dan ambisi keluarga merupakan hal yang
sehat, tetapi jika tujuan dan ambisi tersebut dipertahankan secara kaku atau
ketika seorang anggota keluarga menetapkan cita-cita bagi anggota yang lain,
hal ini justru akan menimbulkan kesulitan terutama ketika hasil yang dicapai
tidak seperti yang diharapkan. Hidup jarang sekali berjalan dengan mulus dan
keluarga yang tidak mampu menyesuaikan cita-cita yang dimiliki seringkali
terlibat dalam masalah-masalah keluarga.
Halangan mengenai nilai-nilai yaitu cara berpikir yang sebelumnya diterima
keluarga tetapi kemudian ditolak oleh salah satu/banyak anggota keluarga
lainnya. "Semua keluarga kita masuk ke perguruan tinggi", "Perempuan dalam
keluarga kita tidak boleh bekerja di luar rumah", "Tidak boleh ada anggota
keluarga kita yang minum minuman keras", "Semua orang dalam keluarga kita
adalah Presbiterian", merupakan contoh nilai-nilai yang dipegang teguh namun
seringkali ditentang oleh beberapa anggota keluarga, terutama anggota
keluarga yang lebih muda. Ketika keluarga tidak mau atau mampu beradaptasi
dengan perubahan, konflik seringkali timbul.
b. Kurangnya komitmen terhadap keluarga.
c. Peran yang kurang jelas dari anggota keluarga.
d. Kurangnya kestabilan lingkungan.
Masalah-masalah yang terjadi dalam keluarga kerap kali berasal dari luar rumah.
Krisis, perubahan pandangan sosial tentang keluarga, dan tekanan pekerjaan yang
membuat kekacauan di beberapa keluarga. Televisi telah merubah pola komunikasi
dalam rumah tangga, karena menggantikan rasa kebersamaan, dan menyajikan
banyak program yang memberikan gambaran negatif tentang keluarga. Selain itu
ditambah dengan maraknya gerakan-gerakan, penggabungan perusahaan,
kehilangan pekerjaan yang tidak diharapkan atau trend ekonomi yang membuat
beberapa anggota keluarga terpaksa berada jauh dari keluarga mereka untuk
bekerja. Hal lain yang menambah ketidakstabilan jika kedapatan adanya penyakit
AIDS di anggota keluarga, keputusan dari satu anggota keluarga (seringkali adalah
si ayah) untuk lari dan meninggalkan rumah, munculnya kekerasan dalam rumah
tangga, penggunaan obat-obatan atau alkohol, atau adanya campur tangan keluarga
mertua dan orang-orang lain yang dapat mengganggu kestabilan keluarga.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Proses pengumpulan informasi terus menerus merupakan syarat utama untuk
identitas masyarakat.
b. Data bersifat dinamis, interaktif dan fleksibel terus dikumpulkan selama pelayanan
diberikan.
c. Data dikumpulkan secara sistematis.
d. Masalah :
- Mengkaji sekilas semua area
- Menemukan kemungkinan bermakna/pot masalah dan menggali area tersebut
secara mendalam
- Banyak data tergantung pada klien yang mungkin dapat memberikan informasi
lebih banyak pada satu area daripada area lain.
e. Bersumber dari:
- Wawancara dengan Klien : kejadian sekarang & lalu
- Observasional : terhadap rumah, fasilitas yang ada di rumah
- Dokumentasi : informasi tertulis atau lisan dari rujukan dari berbagai lembaga
yg menangani keluarga dan anggota kesehatan lain.
f. Wawancara :
- Pertemuan dengan satu atau lebih anggota keluarga (sangat penting pada
seluruh anggota keluarga pada tahap awal) untuk mengurangi distorsi informasi
- Memberikan kesempatan pada seluruh anggota keluarga mengungkapkan
persepsinya
- Mengetahui interaksi antara anggota keluarga
- Harus benar-benar berfokus berdasar tujuan wawancara dan disusun dalam
berbagai struktur.
- Dapat digunakan banyak daftar cek, inventaris dan kuesioner.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan keluarga adalah pernyataan yang menggambarkan respon
mansusia (keadaan sehat atau perub pola interaksi pot/aktual dr individu,kelompok
dimana perawat secara legal dapat mengidentifikasi dan menyususun intervensi utk
mengurangi, menghilangkan atau mencegah perubahan. (Carpenito 1987).
Kategori Diagnosa NANDA Diagnosa Keperawatan
Persepsi kesehatan-pola
manajemen kesehatan
Manajemen kesehatan yang dapat di ubah
Perilaku mencari sehat
Kognitif-pola latihan Kerusakan penatalaksanaan lingkungan rumah
Peran-pola persepsi Kurang pengetahuan
Konflik keputusan
Peran-pola hubungan Berduka antisipasi
Berduka disfungsional
Konflik peran orang tua isolasi social
Perubahan dalam proses keluarga
Perubahan penampilan peran
Risiko perubahan dalam menjadi orang tua
Perubahan menjadi orang tua
Risiko terhadap kekerasan
Koping pola – pola toleransi
terhadap stress
Koping keluarga potensial terhadap pertumbuhan
Koping keluarga tidak efektif : menurun
Koping keluarga tidak efektif : kecacatan
3. Intervensi
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan. Tujuan
dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan stressor dan
intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk
memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis
pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan
tersier (Anderson & Fallune, 2000).
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka
panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di keluarga.
Sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi
etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga.
Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi nantinya adalah
sebagai berikut :
a) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai masalah
b) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui dan
meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang salah.
c) Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang faktor-faktor
penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara perawatan, cara mendapatkan
pelayanan kesehatan dan pentingnya pengobatan secara teratur.
d) Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan.
e) Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah diketahui
dan apa yang telah dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/015/
http://adi-nurjayana.blogspot.com/p/askep-komunitas.html