askep lansia gangguan kardiovaskular

34
Asuhan keperawatan lansia dengan gangguan kardiovaskuler Menurut joint national committee on detection, evaluation and Treatment of high blood pressure (JNC), hipertensi adalah tekanan yang lebih tinggi darin140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah tinggi sampai maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/ esensial (hampir 90% dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali dapat diperbaiki. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung adalah suatu keadaan di mana pemompaan darah olehjantung seseorang mempunyai resiko berkurang kecukupannya untuk dipertahankan sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan jaringan tubuh. Diagnosis keperawatan: resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung

Upload: wellaherliyanti

Post on 28-Jan-2016

53 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

askep gerontik

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

Asuhan keperawatan lansia dengan gangguan kardiovaskuler

Menurut joint national committee on detection, evaluation and Treatment of high blood pressure

(JNC), hipertensi adalah tekanan yang lebih tinggi darin140/90 mmHg dan diklasifikasikan

sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah tinggi sampai maligna.

Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/ esensial (hampir 90% dari semua kasus) atau

sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali dapat

diperbaiki.

Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung adalah suatu keadaan di mana

pemompaan darah olehjantung seseorang mempunyai resiko berkurang kecukupannya untuk

dipertahankan sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan jaringan tubuh.

Diagnosis keperawatan: resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung

Factor resiko meliputi:

1. Peninhkatan afterload, vasokontriksi.

2. Iskemia miokardia

3. Hipertrofi atau rigiditas (kekakuan) ventricular.

Kriteria hasil/ kriteria evaluasi:

1. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/ beban kerja jantung.

2. Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang diterima.

Page 2: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

3. Mempertahankan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal.

Tindakan keperawatan:

Tindakan / intervensi Rasional

Mandiri :

1. Pantau tekanan darah. Ukur pada kedua

tangan/ paha untuk evaluasi awal.

Gunakan ukuran manset yang tepat dan

teknik yang akurat.

Perbandingan dari tekanan memberikan

gambaran lengkap tentang keterlibatan

vascular. Hipertensi sistolik merupakan factor

resiko penyakit serebrovaskular dan iskemia

jantung bila tekanan 90-115 mmHg

2. Catat keberadaan serta kualitas

denyutan sentral dan perifer.

Denyutan karotis, jugularis, radialis, dan

femoralis terpalpasi. Denyut pada tungkai

mungkin menurun, mencerminkan efek dari

vasokonstriksi (peningkatan SVR) dan

kongesti vena.

3. Auskultasi bunyi jantung dan bunyi

nafas

S4 umum terdengar pada klien hipertensi berat

karena hipertropi atrium (peningkatan volume/

tekanan atrium). Perkembangan S3

menunjukkan hipertropi ventrikel dan

kerusakan fungsi. Adanya krekles dan mengi

Page 3: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

mengidentifikasikan kongesti paru sekunder

terhadap terjadinya gagal jantung kronik.

4. Amati warna kulit, kelembapan, suhu,

dan masa pengisisan kapiler.

Pucat, dingin, kulit lembap, dan masa

pengisian kapiler lambat berkaitan dengan

vasontriksi atau dekompensasi atau penurunan

curah jantung.

5. Catat adanya edema umum atau

tertentu

Mengindikasikan gagal jantung, kerusakan

ginjal/ vascular.

6. Berikan lingkungan tenang, nyaman,

kurangi aktivitas/ keributan lingkungan,

batasi pengunjung.

Membantu menurunkan rangsang simpatis,

meningkatkan relaksasi

7. Batasi aktivitas, seperti istirahat di

tempat tidur/ kursi, istirahat tanpa

gangguan, bantu melakukan aktivitas

perawatan diri.

Menurunkan stress dan keteganggan yang

memengaruhi tekanan darah dan perjalanan

penyakit hipertensi.

8. Lakukan tindakan yang nyaman, seperti

pijatan punggung, leher, meninggikan

kepala tempat tidur.

Mengurangi ketidaknyamanan dan

menurunkan rangsang simpatis.

9. Anjutkan teknik relaksasi, panduan

imajinasi, aktivitas pengalihan.

Menurunkan rangsangan yang menimbulkan

stress, membuat efek tenang sehingga

menurunkan tekanan darah.

10. Pantau respon terhadap obat untuk

menontrol tekanan darah

Respon terhadap terapi obat (diuretic, inhibitor

simpatis, vasodilator) tergantung pada klien

dan efek sinergis obat. Kerena efek samping

Page 4: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

tersebut, maka penting menggunakan obat

dalam jumlah paling sedikit dan dosis paling

rendah.

Kolaborasi

11. Berikan obat sesuai indikasi:

- Diuretic tiazid, missal klorotiazid

(diuril), hidroklorotiazid (esidrix

atau hidrodiuril),

bendroflumentiazid (naturetin).

- Diuretic loop, missal, furosemide

(lasix), asam etakcrinic (edecrin),

bumetamid (burmex).

Tiazid digunakan sendiri atau dicampur dengan

obat lain untuk menurunkan tekanan darah

pasien dengan fungsi ginjal yang relatif

normal. Diuretic memperkuat agen

antihipertensi lain dengan membatasi retensi

cairan.

Menghasilakan diuresis kuat dengan

menghambat reabsorbsi natrium klorida dan

merupakan antihipersensitif efektif, khususnya

klien yang resisten terhadap tiazid atau

mengalami kerusakan ginjal.

Tindakan/intervensi Rasoinal

- Diuretic hemat kalium, missal,

spironolakton (aldactone),

triamterene (dyrenium), amilioride

(midamore)

Diberikan kombinasi dengan diuretic tiazid

untuk meminimalkan kehilangan.

Page 5: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

- Inhibitor simpatis, missal

propranolol (inderal), metoprolol

(lopressor), atenolol (tenormin),

nadolol (corgard), metildopa

(aldomet), reserpin (serpasil),

klonidin (catapres).

- Vasodilator, missal, minoksidil

(loniten), hidralazin (apersolin),

bloker saluran kalsium, missal,

nifedipin (procardia), verapamil

(calan).

- Agen antiadrenergic: α-1 bloker

prazosin (minipres), telazosin

(hytrin).

- Bloker neuron adrenergic:

guanadrel (hyloree), quanetidin

Kerja khusus obat ini bervariasi, tetapi secara

umum menurunkan tekanan darah melalui efek

kombinasi penurunan tahanan total perifer,

menurunkan curah jantung, menghambat

aktivitas simpatis, dan menekan pelepasan

renin.

Mengobati hipertensi berat bila kombinasi

diuretic dan inhibitor simpatis tidak berhasil

mengontrol tekanan darah. Vasodilatasi

vascular jantung sehat dan meningkatkan aliran

darah coroner dari terapi vasodilator.

Bekerja pada pembuluh darah untuk

mempertahankan agar tidak konstriksi.

Menurunkan aktivitas konstriksi arteri dan

vena pada ujung saraf simpatis.

Page 6: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

(ismelin), reserpine (serpasil).

- Inhibitor adrenergic yang bekerja

secara sentral : klonidin (catapres),

guanabenz (wytension), metildopa

(apresoline), dan minoksidil

(loniten).

- Vasodilator oral yang bekerja

langsung: diazoksid (hyperstat),

nitroprusid (nipride, nitropess).

- Bloker ganglion, missal guanetidin

(ismelin), trimetapan (arfonad).

ACE inhibitor, misalnya kaptopril

(capoten).

Meningkatkan rangsang simpatis pusat

vasomotor untuk menurunkan tahana arteri

perifer.

Diberikan secara intravena untuk menangani

kedaruratan hipertensi.

Penggunaan inhibitor simpatis tambahan

dibutuhkan bila tindakan lain gagal untuk

mengontrol tekanan darah.

12. Batasi cairan diet natrium sesuai

indikasi.

Pembatasan dapat mengatasi retensi cairan

dengan respons hipertensif sehingga

menurunkan berat kerja jantung.

Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaan dimana individu mengalami insufiensi energy

fisiologis atau psikologis untuk melakukan/ melengkapi aktivitas sehari-hari yang dibutuhkan/

Page 7: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

diinginkan.

Diagnosis keperawatan:

Intoleransi aktivitas

Berhubungan dengan:

1. Tirah baring lama atau imobilisasi

2. Kelemahan umum

3. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Ditandai dengan:

1. Mengungkapkan dengan verbal tentang keletihan atau kelemahan.

2. Frekuensi nadi dan tekanan darah abnormal sebagai respons terhadap aktivitas.

3. Rasa tidak nyaman saat beraktivitas atau dyspnea.

4. Perubahan EKG mencermikan iskemia dan aritmia.

Kriteria hasil/ kriteria evaluasi:

1. Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan atau diperlukan.

2. Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.

3. Menunjukkan penurunan dalam tanda toleransi fisiologi.

4. Menggunakan dukungan sosial untuk mempertahankan pola hidup yang diinginkan.

5. Mengintegrasikan latihan yang diharuskan kedalam ADL.

Tindakan keperawatan:

Page 8: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

Tindakan/ intervensi Rasional

Mandiri:

1. Bantu klien mengidentifikasi factor

yang meningkatkan atau menurunkan

toleransi aktivitas.

Pengkajian akurat terhadap factor yang

meningkatkan atau menurunkan toleransi

aktivitas memberikan dasar untuk membuat

rencana perawatan.

2. Kembangkan aktivitas klien dalam

program latihan.

Program latihan fisik mempunyai efek

mengutungkan pada kerja jantung.

3. Ajarkan klien menggunakan daftar

latihan harian untuk mencatat aktivitas

latihan dan responsnya (seperti nadi,

bernapas dangkal, cemas).

Membuat daftar latihan harian dapat

meningkatkan kemampuan.

4. Kaji respons fisiologi terhadap

aktivitas, observasi frekuensi nadi > 20

kali per menit di atas frekuensi

istirahat. Peningkatan tekanan darah

selama/ sesudah aktivitas (sistolik

meningkat 40 mmHg atau diastolic

meningkat 20 mmHg), dispneu/ nyeri

dada, keletihan, kelemahan berlebihan,

diaphoresis, pusing, atau pingsan.

Menyebutkan parameter membantu dalam

mengkaji respons fisiologi terhadap stress

aktivitas, dan bila ada merupakan indicator dari

kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat

aktivitas.

Page 9: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

5. Ajarkan tentang rasa takut/ cemas

berhubungan dengan intoleransi

aktivitas.

Rasa takut/ cemas dapat meningkatkan

intoleransi aktivitas.

6. Ajarkan tentang rasa takut/ cemas

berhubungan dengan intoleransi

aktivitas.

Respons emosional terhadap intoleransi

aktivitas dapat ditangani dengan menggunakan

strategi koping kognitif.

7. Ajarkan teknik penghematan energy,

misalnya menggunakan kursi saat

mandi, duduk saat menyisir, menyikat

gigi, dan melakukan aktivitas dengan

perlahan.

Teknik menghemat energy mengurangi

penggunaan energy, membantu keseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen.

8. Ajarkan keluarga untuk membantu

klien melakukan aktivitas.

Dukungan sosial meningkatkan pelaksanaan

aktivitas.

9. Kolaborasi dengan klien/ keluarga

untuk menetapkan rencana ADL yang

konsisten dengan pola hidup.

Mencapai dan mepertahankan pola hidup

produktif sesuai kemampuan jantung dalam

berespons terhadap peningkatan aktivitas

stress.

10. Berikan dukungan melakukan aktivitas

atau perawatan diri bertahap. Berikan

bantuan sesuai kebutuhan.

Kemajuan aktivitas bertahap memcegah

peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Membantu

sebatas kebutuhan mendorong kemandirian

dalam beraktivitas.

Page 10: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

11. Beri semangat klien untuk mencari

bantuan dalam mempertahankan

aktivitas.

Dukungan sosial meningkatkan penyembuhan

dan mempertahankan pola hidup yang

diharapkan.

Nyeri (akut) adalah suatu keadaan di mana individu mengalami dan melaporkan adanya rasa

tidak nyaman yang berat/ perasaan tidak menyenangkan.

Diagnosis keperawatan:

Nyeri (akut)

Berhubungan dengan:

-peningkatan tekanan vascular serebral.

Ditandai dengan:

1. Berfokus pada diri.

2. Melaporkan nyeri berdenyut yang terletak pada region suboksipital, terjadi saat bangun,

dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu berdiri.

3. Perilaku berhati-hati sepeti segan untuk menggerakkan kepala, memnggaruk kepala,

menghindari sinar terang dan keributan, mengerutkan kening, menggenggam tangan.

4. Melaporkan kekakuan leher, pusing, penglihatan kabur, mual, dan muntah.

Kriteria hasil/ kriteria evaluasi:

1. Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau control.

Page 11: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

2. Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.

3. Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

Tindakan/ Intervensi Rasional

Mandiri:

1. Mempertahakan tirah baring selama

fase akut.

Meminimalkan stimulasi/ meninggalkan

reaksi.

2. Berikan tindakan nonfarmakologi

untuk menghilangkan sakit kepala,

misalnya: kompres dingin pada dahi,

pijat punggung dan leher, tenang,

redupkan lampu kamar, teknok

relaksasi (panduan imajinasi, distraksi)

dan aktivitas waktu senggang.

Tindakan yang menurunkan tekanan

vascular serebral dan yang memperlambat

atau memblok respons ssimpatis efektif

dalam menghilangkan sakit kepala dan

komplikasinya.

3. Hilangkan/ minimalkan aktivitas

vasokontriksi yang meningkatkan sakit

kepala, misalnya : saat mengejan BAB,

batuk panjang, dan membungkuk.

Aktivitas yang meningkatkan

vasokontriksi menyebabkan sakit kepala

karena adanya peningkatan tekanan

vascular serebral.

4. Bantu klien dalam ambulasi sesuai

kebutuhan

Pusing, penglihatan kabur berhubungan

dengan sakit kepala. Klien dapat

mengalami episode hipotensi postural.

5. Berikan cairan, makanan lunak,

perawatan mulut teratur bila tejadi

perdarahan hidung/ kompres hidung

Meningkatkan kenyamanan umum.

Kompres hidung mengganggu menelan

atau membutuhkan napas dengan mulut,

Page 12: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

setelah dilakukan untuk mengehntikan

perdarahan.

menimbulkan stagnasi sekresi oral dan

mengeringkan membrane mukosa.

Kolaborasi:

6. Berikan sesuai indikasi:

- Analgesic.

- Antiansietas, misalnya:

lorazepam (ativan), diazepam

(valium)

Menurunkan nyeri dan menurunkan

rangsang system saraf simpatis.

Mengurangi ketegangan dan

ketidaknyamanan yang diperberat oleh

stress.

Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan di mana individu

mengalami asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolisme

Diagnosis keperawatan: perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

Berhubungan dengan:

1. Masukan berlebihan sehubungan kebutuhan metabolic.

2. Pola hidup monoton

3. Keyakinan budaya.

Ditandai dengan:

Page 13: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

1. Makan berlebihan pada malam hari

2. Berat badan 10-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh

3. Lipatan kulit trisep lebih besar dari 15mm pada pria dan 25 mm pada wanita (maksimal

untuk udia dan jenis kelamin)

4. Ditemukan disfungsi pola makan.

Kriteria hasil/ kriteria evaluasi:

1. Mencapai penurunan berat badan secara bertahap.

2. Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan.

3. Menunjukkan diet yang baik dan seimbang atau perubahan pola makan (misalnya: pilihan

makan, kuantitas).

4. Melakukan program latihan atau olahraga yang tepat dan teratur.

5. Meningkatkan penggunaan energy.

Tindakan keperawatan:

Tindakan/ intervensi Rasional

Mandiri:

1. Bantu mengidentifikasi dan beri

motivasi pentingnya penurunan berat

badan.

Motivasi terjadi saat klien mengidentifikasi

kebutuhan yang berarti.

2. Berikan pilihan untuk melakukan

program sesuai kemampuan.

Latihan meningkatkan pembakaran kalori dan

memudahkan penurunan berat badan.

3. Jelaskan penggunaan daftar latihan. Daftar latihan memberikan penekanan perilaku

positif dan meningkatkan motivasi.

Page 14: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

4. Kaji pemahaman klien tentang

hubungan langsung antara hipertensi

dan kegemukan.

Kegemukan bersiko terjadi hipertensi karena

disproporsi antara kapasitas aorta dan

peningkatan curah jantung berkaitan dengan

peningkatan massa tubuh.

5. Diskusikan pentingnya menurunkan

kalori dan batasi masukan lemak,

garam, dan gula sesuai indikasi.

Kesalahan pola makan menyebabkan

aterosklerosis dan kegemukan, merupakan

predisposisi hipertensi dan komplikasinya,

misalnya: stroke, penyakit ginjal, dan gagal

jantung. Kelebihan masukan garam

meningkatkan volume cairan intravascular dan

merusak ginjal, serta memperburuk hipertensi.

6. Kaji ulang masukan kalori harian dan

pilihan diet.

Mengidentifikasi kekuatan/ kelemahan dalam

program diet. Membantu menentukan

kebutuhan tubuh.

7. Tetapkan rencana penurunan berat

badan yang realistic, misalnya

penurunan berat badan 0,5 kg

perminggu.

Penurunan kalori sebanyak 500 kalori perhari

dan menurunkan berat badan 0,5 kg/minggu.

Penurunan berat badan yang lambat

mengindikasikan kehilangan lemak melalui

kerja otot dan diatasi dengan mengubah

kebiasaan makan.

8. Instruksikan dan bantu memilih

makanan yang tepat, hindari makanan

lemak jenuh tinggi (mentega, keju,

telur, es krim, daging) dan kolesterol

Menghindari makan tinggi lemak jenuh

kolestrol untuk mencegah perkembangan

aterogenesis.

Page 15: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

(daging berlemak, kuning telur, produk

kalengan, jeroan)

Kolaborasi:

9. Rujuk kembali gizi sesuai indikasi Memberikan konseling dan bantuan dengan

memenuhi kebutuhan diet individual.

Inefetif koping individual adalah gangguan dalam tingkah laku adaptif dan kemampuan

dalam memecahkan masalah dari seseorang dalam memenuhi tuntutan hidup dan peran

Diagnosis keperawatan:

Inefektif koping individual

Berhubungan dengan:

1. Mudah terserang penyakit

2. Krisis situasional/ maturasional

3. Perubahan dalam hidup

4. Relaksasi tidak adekuat

5. Sistempendukung tidak adekuat

6. Sedikit atau tidak perna olahraga

7. Nutrisi buruk

8. Harapan yang tidak terpenuhi

9. Kerja berlebihan

Page 16: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

10. Persepsi tidak realistic

11. Metode koping tidak efektif.

Ditandai dengan:

1. Perubahan dalam keikutsertaan sosial

2. Menyatakan ketidakmampuan mengatasi atau meminta bantuan

3. Ketidakmampuan memenuhi harapan peran atau kebutuhan dasar atau pemecahan

masalah.

4. Perilaku merusak terhadap diri, makan berlebihan, anoreksia, merokok atau minum

berlebihan, cendrung melakukan penyalah gunaan alcohol

5. Kelemahan atau insomnia kronik, ketegangan otot, sering sakit kepala atau leher, gelisah

atau cemas, serta ketegangan emosi kronik dan depresi.

Kriteria hasil/ kriteria evaluasi:

1. Mengembangkan respons adekuat

2. Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya

3. Menyatakan kesadaran kemampuan koping/ kekuatan pribadi.

4. Mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari/

mengubahnya.

5. Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan atau metode koping efektif.

Tindakan keperawatan:

Tindakan / intervensi Rasional

Page 17: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

Mandiri:

1. Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan

yang ingin dipenuhi atau tujuan yang

ingin dicapai.

Untuk meningkatkan kemapuan dalam proses

koping

2. Berikan dukungan atas pengungkapan

perasaan, keinginan, dan rangsangan.

Membantu meningkatkan rasa percaya diri dan

motivasi.

3. Identifikasi kebutuhan dasar yang

diperlukan dalam berespons terhadap

penanganan stress dan kesehatan,

ketereampilan koping, serta dukungan

sosial.

Membantu memudahkan pemenuhan

kebutuhan dasar klien berhubungan dengan

pemecahan masalah yang dihadapinya sesuai

kemapuan.

4. Kaji keefetifan strategi koping dengan

mengobservasi perilaku, misalnya:

kemapuan menyatakan perasaan dan

perhatian, keinginan berpartisipasi

dalam rencana pengobatan.

Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola

hidup individu dan mengintegrasikan terapi

yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-

hari.

5. Catat laporan gangguan tidur,

peningkatan keletihan, kerusakan

konsentrasi, peka rangsang, penurunan

toleransi sakit kepala, ketidakmampuan

menyelesaikan masalah.

Manifesti mekanisme koping maladaptive

merupakan indicator marah yang ditekan dan

diketahui telah menjadi penentu utama tekanan

darah diastolic.

Page 18: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

6. Bantu klien mengidentifikasi stressor

spesifik dan strategi mengatasinya.

Pengenalan stressor adalah langkah dalam

mengubah respons klien terhadap stressor.

7. Libatkan klien dalam perencaaan

perawatan dan beri dukungan

partisipasi dalam rencana pengobatan.

Keterlibatan memberikan perasaan control diri

yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan

koping dan meningkatkan kerja sama dalam

terapi.

8. Dukung klien untuk mengevaluasi

prioritas atau tujuan hidup.

Focus perjatian pada realistis situasi tehadap

pandangan klien tentang apa yang diinginkan.

9. Bantu klien mengidentifikasi dan

merencanakan perubahan hidup. Bantu

menyesuaikan tujuan diri atau keluarga.

Perubahan yang harus diprioritaskan secara

realistic untuk menghindari rasa tidak menetu

dan tidak berdaya.

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis dan pengobatan

adalah suatu keadaan di mana informasi khusus dangat kurang.

Diagnosis keperawatan:

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) menegenai kondisi rencana pengobatan

Berhubungan dengan:

1. Kurang pengetahuan/ daya ingat

2. Keterbatasan kognitif

Page 19: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

3. Menyangkal diagnosis

Ditandai dengan:

1. Menyatakan masalah

2. Meminta informasi

3. Menyatakan miskonsepsi

4. Mengikuti instruksi inadekuat, kinerja prosedur inakurat.

5. Perilaku tidak tepat atau eksagregasi,misalnya: bermusuhan, agitasi, apatis.

Kriteria hasil:

1. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.

2. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi

3. Mempertahankan tekanan darah.

Tindakan keperawatan:

Tindakan/ intervensi Rasional

Mandiri:

1. Kaji kesiapan dan hambatan dalam

belajar, termasuk keluarga.

Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosis

memengaruhi minat untuk mempelajari

penyakit, prognosis.

2. Tetapkan tekanan darah normal.

Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya

terhadap jantung, pembuluh darah,

ginjal, dan otak.

Factor resiko menunjukkan hubungan dalam

menunjang hipertensi/ penyakit kardivaskular

dan ginjal.

Page 20: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

3. Bantu klien dalam mengidentifikasi

factor risiko kardiovaskular yang dapat

diubah, misalnya: obesitas, diet tinggi

lemak jenuh dan kolesterol, pola hidup

monoton, merokok, minum alkohol

serta pola hidup penuh stress.

4. Atasi masalah bersama klien dengan

mengidentifikasi cara gaya hidup tepat

dapat dibuat untuk mengurangi factor

resiko kardiovaskular.

Factor resiko meningkatkan proses penyakit.

Dengan mengubah perilaku, dukungan,

petunjuk, dan empati dapat meningkatkan

keberhasilan klien.

5. Bahas pentingnya menghentingkan

merokok dan bantu klien dalam

membuat rencana untuk berhenti

merokok.

Nikotin meningkatkan pelepasan ketekolamin;

mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung,

tekanan darah, vasokonstriksi; mengurangi

oksigenasi jaringan; serta meningkatkan beban

kerja miokardium

6. Beri pengetahuan pentingnya kerja

sama dalam regimen pengobatan.

Kerja sama meningkatkan keberhasilan terapi.

7. Peragakan teknik pengukuran tekanan

darah mandiri. Evaluasi pendengaran,

ketajaman penglihatan, keterampilan,

dan koordinasi klien.

Dengan pengajaran akan meyakinkan klien,

karena hasilnya memberikan peguatan visual.

8. Bantu untuk mengembangkan jadwal

sederhana

Dengan mengikuti peraturan jadwal dapat

memudahkan kerja sama

9. Jelaskan tentang obat (rasional, dosis, Informasi adekuat dan pemahaman tentang

Page 21: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

efek samping) obat meningkatkan kerja sama [engobatan.

10. Anjurkan sering mengubah posisi dan

olahraga kita saat berbaring

Menurunkan bendungan vena perifer yang

ditimbulkan oleh vasodilator dan duduk/

berdiri terlalu lama.

11. Hindari mandi air panas, ruang

penguapan, dan penggunaan alkohol.

Mencegah vasodilatasi dengan bahaya efek

samping yaitu pingsan dan hipotensi.

12. Anjurkan meningkatkan masukan

makanan/ cairan tinggi kalium (jeruk,

pisang, tomat, kentang, apricot, kurma,

buah ara, kismis, susu rendah lemak,

yogurt).

Diuretic menurunkan kadar kalium. Penelitian

menunjukkan konsumsi kalium 400-2000 mg

perhari akan menurunkan tekanan darah

sistolik dan diastolic.

13. Kenali tanda/ gejala seperti sakit kepala

saat bangun, peningkatan tekanan darah

tiba-tiba, nyeri dada/ sesak napas, nadi

meningkat, pembengkakan perifer/

abdomen, gangguan penglihatan,

epistaksis, depresi/ emosi labil, pusing,

pingsan, kelemahan atau kram otot,

mual/ muntah, haus, dan penurunan

libido/ impoten.

Deteksi dini terjadinya komplikasi, penurunan

efektivitas/ reaksi yang merugikan dari

regimen obat memungkinkan untuk membuat

intervensi.

14. Jelaskan rasional diet yang diharuskan

(diet rendah natrium, lemak jenuh, dan

kolestrol).

Kelebihan lemak jenuh, kolestrol, natrium,

alkohol, dan kalori beresiko hipertensi. Diet

rendah lemak dan tinggi lemak tak jenuh

Page 22: Askep Lansia Gangguan Kardiovaskular

meurunkan tekanan darah.

15. Bantu mengidentifikasi sumber

masukan natrium (garam meja, daging

dan keju olahan, saus, sup kaleng,

sauran, soda kue)

Diet rendah garam selama dua tahun mungkin

mencukupi untuk mengontrol hipertensi

sedang atau mengurangi jumlah obat yang

dibutuhkan.

16. Hindari minum yang mengandung

kafien (kopi, the, dan coklat)

Kafein adalah stimulant jantung dan

merugikan fungsi jantung.

17. Anjurkan klien memantau respons

fiologi terhadap aktivitas (nadi dan

napas). Laporkan penurunan terhadap

aktivitas yang menyebabkan nyeri dada,

sesak napas, pusing, dan keletihan.

Keterlibatan klien dalam memantau toleransi

aktivitasnya sendiri penting untuk keamanan

dan modifikasi aktivitas kehidupan sehari-hari.

18. Buat jadwal olahraga sendiri (berjalan,

berenang)

Menurunkan tekanan darah dan menguatkan

system kardiovaskular.

DAFTAR PUSTAKA

Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawtan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika