askep mci
DESCRIPTION
mciTRANSCRIPT
1
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN GANGGUAN KARDIOVASKULER : INFARK MIOKARD AKUT
(IMA) / MIOCARD INFARK (MCI)
DEFENISI
Infark miokard akut adalah nekrosis miokard akibat gangguan
aliran darah ke otot jantung.
Infark miokard akut adalah sumbatan komplet dari arteri
koroner dan/atau cabang-cabangnya, menyebabkan iskemia
miokard dan selanjutnya mengakibatkan nekrosis jaringan
miokard.
ETIOLOGI
Faktor pencetus ateroskelerosis
Faktor resiko
1. Tidak dapat dimodifikasi
Herediter
Usia
Jenis kelamin
Ras
2
2. Dapat dimodifikasi
Lingkungan
Merokok
Hipertensi
Peningkatan serum kolesterol
Diabetes mellitus
Obesitas
Aktifitas kurang
Stress
PATOFISIOLGI
Kerusakan miokard bervariasi dan tergantung pada
besarnya/ukuran daerah yang terblokir
Iskemik >> 35 – 45 menit akan menimbulkan kerusakan
selluler yang irreversible dan kemampuan kontraktilitas
otot jantung yang mengalami nekrosis akan menjadi gagal
atau terganggu secara permanen
3
Skema patofisiologi
Miocard isckemic
Supply O2 ke miokardial menurun
Hypoxia celluler
Altered cell membrane integrity
Miokardial O2 demand meningkat
Coronary perfusi menurun
Diastolic filling menurun
Afterload menurun
Peripheral vasoconstriction
Hearth rate meningkat
Respon simpatetic
Kontraksi miokard menurun
Cardiac output menurun
Arterial pressure menurun
Rangsangan baroreceptor
4
MANIFESTASI KLINIS
Nyeri dada serupa dengan angina tetapi lebih intensif dan
menetap (lebih dari 30 menit), tidak sepenuhnya menghilang
dengan istirahat ataupun dengan pemberian Nitorgliserin,
sering disertai nausea, berkeringat dan sangat menakutkan
klien. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan muka pucat,
takikardi dan bunyi jantung III (bila disertai gagal
jantung kongestif). Distensi vena jugularis umumnya
terdapat pada infark ventrikel kanan.
KOMPLIKASI
Perluasan infark dan iskemia pasca infark, aritmia (sinus
bradikardi, supraventrikuler takiaritmia, aritmia
ventrikular, gangguan konduksi), disfungsi otot jantung
(gagal jantung kiri, hipotensi dan syok), infark ventrikel
kanan, defek mekanik, ruptur miokard, aneurisma ventrikel
kiri, perikarditis dan trombus mural.
DIAGNOSIS
Pada EKG terdapat elevasi segmen ST diikuti dengan
perubahan sampai inversi gelombang T, kemudian muncul
peningkatan gelombang Q minimal di dua sadapan.
5
Peningkatan kadar enzim atau isoenzim merupakan
indikator spesifik infark miokard akut, yaitu Kreatinin
fosfokinase (CPK/CK), SGOT, Laktat dehidroginase (LDH),
Alfa hidroksi butirat dehidroginase (α-HBDH), troponin
T, dan isoenzim CPK MP dan CKMB. CK meningkat dalam 4 –
8 jam, kemudian kembali normal setelah 48 – 72 jam.
Tetapi enzim ini tidak spesifik karena dapat disebabkan
penyakit lain seperti penyakit muskular, hipotiroid dan
stroke. CKMB lebih spesifik, terutama bila rasio CKMB :
CK > 2,5% namun nilai kedua-duanya harus meningkat dan
penilaian dilakukan secara serial dalam 24 jam pertama.
CKMB mencapai puncak 20 jam setelah infark. Yang lebih
sensitif adalah penilaian rasio CKMB2 : CKMB1 yang
mencapai puncak 4 – 6 jam setelah kejadian. CKMB2 adalah
enzim CKMB dari miokard, yang kemudian diproses oleh
enzim karboksipeptidase menghasilkan isomernya CKMB1.
dicurigai bila rasionya > 1,5 ; SGOT meningkat dalam 12
jam pertama, sedangkan LDH dalam 24 jam pertama. Cardiac
specific troponin T (cTnT) dan cardiac specific troponin
I (cTnI) memiliki struktur asam amino berbeda dengan
yang dihasilkan oleh otot rangka. Enzim cTnT tetap
tinggi dalam 7 – 10 hari, sedangkan cTnI dalam 10 – 14
hari.
6
Reaksi non-spesifik berupa polimorfonuklear (PMN)
mencapai 12.000 – 15.000 dalam beberapa jam dan bertahan
3 – 7 hari. Peningkatan LED terjadi lebih lambat,
mencapai puncaknya dalam 1 minggu dan dapat bertahan 1 –
2 minggu.
Pemeriksaan radiologi berguna bila ditemukan adanya
bendungan paru (gagal jantung) atau kardiomegali. Dengan
ekoardiografi 2 dimensi dapat ditentukan luas daerah
infark miokard akut dan fungsi pompa jantung serta
komplikasi.
PENATALAKSANAAN
Lebih ditujukan untuk mencegah MCI lebih berat dan
menghindari komplikasi, meliputi :
o Istirahat total
o Diet makanan lunak/saring serta rendah garam (terutama
bila ada gagal jantung)
o IVFD Dextrosa 5% untuk persiapan pemberian obat
intravena
o Mengatasi nyeri dengan pemberian Morfin 2,5 – 5 mg iv
atau Petidin 25 – 50 mg im bisa diulang-ulang ; lain-
lain seperti Nitrat, Antagonis kalsium dan Beta blocker
o Pemberian oksigen 2 – 4 lt/mnt
7
o Sedativa sedang seperti Diazepam 3 – 4 x 2,5 mg peroral.
Pada insomnia dapat ditambah Flurazepam 15 – 30 mg
o Antikolagulan, seperti Heparin 20.000 – 40.000 U/24 jam
iv tiap 4 – 6 jam atau drip dilakukan atas indikasi ;
diteruskan asetikumarol atau Warfarin
o Pemberian Streptokinase/Trombolisis --> sedapat mungkin
untuk memperbaiki kembali aliran pembuluh darah koroner
PROGNOSIS
Tiga faktor penting yang menentukan indeks prognosis adalah
potensial terjadinya aritmia yang gawat, potensial serangan
iskemik lebih jauh dan potensial memburuknya ganguan
hemodinamik yang lebih jauh.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MIOKARD INFARK
PENGKAJIAN
Data subjektif :
o Persepsi klien mengenai penyakitnya
o Serangan dan lamanya nyeri nyeri dada hebat dan
menghimpit pada area prekordial, substernal, tidak
berhubungan dengan kerja atau pernafasan
8
o Faktor-faktor yang mendahului
o Mual dan muntah
Data objektif :
o Diaforesis
o Kulit dingin, lembab, pucat
o Pingsan
o Sesak nafas
o Penurunan tekanan darah
o Takikardi
o Peningkatan suhu tubuh
o Ansietas
o Gelisah
o Respon perilaku menyangkal/denail, depresi
o Bunyi jantung gallop, friction rub precordial, murmur
o Infark ventrikel kanan peningkatan distensi vena
jugularis, edema perifer, nyeri tekan hepar
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri dada berhubungan dengan iskemia miokard atau
nekrosis
Tujuan : nyeri dada berkurang atau terkontrol
9
Kriteria evaluasi :
• Klien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang
• Klien tampak rileks dan tenang
Rencana tindakan :
• Pertahankan tirah baring untuk 24 – 30 jam pertama
atau sesuai indikasi ; pertahankan posisi klien nyaman
• Kaji dan rekam gambaran nyeri dan faktor-faktor yang
memperburuk keadaan nyeri ; tentukan jika dipengaruhi
oleh pernafasan atau posisi tubuh
• Berikan oksigen sesuai dengan indikasi
• Berikan obat-obatan sesuai dengan terapi dan kaji
respon yang timbul setelah pemberian obat
• Monitoring vital sign selama epsode nyeri tiap 1 jam
sekali
• Lakukan tindakan non-farmakologis untuk mengurangi
nyeri, seperti teknik relaksasi, bimbingan imajinasi,
lingkungan yang tenang dan nyaman
2. Resiko perubahan curah jantung berhubungan dengan
faktor-faktor listrik (disritmia) ; Penurunan
kontraktilitas miokard dan defek struktural
10
Tujuan : curah jantung dapat dipertahankan adekuat
Kriteria evaluasi :
• Curah jantung tetap stabil atau berangsur membaik
• Klien menunjukkan kestabilan hemodinamik
• Tanda vital dan haluaran urine dalam batas normal
• Klien dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari
Rencana tindakan :
• Pertahankan tirah baring
• Kaji dan laporkan tanda-tanda perubahan curah jantung,
seperti penurunan TD, peningkatan fekwensi jantung,
penurunan haluaran urine, kelelahan dan kelemahan,
kulit dingin, pucat dan lembab
• Monitor vital sign setiap 2 – 4 jam sekali
• Pantau rekaman EKG secara terus-menerus setiap 2 – 4
jam sekali
• Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
• Monitoring sistem pernafasan
• Pantau masukan dan haluaran cairan setiap 2 – 4 jam
sekali
• Pertahankan cairan parenteral sesuai dengan terapi
• Berikan obat-obatan sesuai dengan terapi
11
• Berikan diet sesuai dengan toleransi dan hindarkan
penggunaan cafein, garam berlebihan dan lainnya
• Hindari mengedan
3. Ansietas berhubungan dengan penerimaan atau ancaman
aktual terhadap integritas biologis
Tujuan : ansietas berkurang atau hilang
Kriteria evaluasi :
• Tingkat ansietas klien menurun
• Klien tampak relaks dan mengungkapkan perasaan tenang
Rencana tindakan :
• Kaji adanya tanda dan ekspresi verbal tehadap ansietas
• Berikan tindakan kenyamanan, seperti lingkungan yang
tenang dan tentram, melakukan teknik relaksasi seperti
imajinasi visual, irama musik yang lembut
• Minimalkan kontak dengan rangsangan stress, seperti
klien lain yang mengalami ansietas
• Komunikasi dengan suara yang tenang dan meyakinkan
klien
12
• Diskusikan dan orientasikan klien dengan lingkungan
dan peralatan
• Berikan sedasi sesuai indikasi
• Jangan biarkan klien sendiri dalam periode ansietas
tinggi
• Berikan penjelasan sederhana mengenai perawatan dan
prosedur
• Anjurkan klien mengekspresikan perasaan, seperti
menangis dan libatkan keluarga dalam perawatan klien
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit
Tujuan : pengetahuan klien tentang penyakitnya bertambah
Kriteria evaluasi :
• Tingkat pengetahuan klien bertambah klien
mengungkapkan meningkatkan pemahaman proses penyakit
dan penanganan perawatan kesehatan, mengidentifikasi
sendiri faktor-faktor resiko
• Klien mengungkapkan tindakan yang tepat mengenai
penanganan nyeri dan obat-obatan
13
Rencana tindakan :
• Kaji tingkat pengertian dan derajat kesiapan klien
untuk belajar
• Diskusikan pentingnya pembatasan aktifitas berhubungan
dengan proses penyembuhan
• Diskusikan pentingnya pengontrolan beberapa penyakit
penyerta yang dapat memperburuk kesembuhan
• Jelaskan penatalaksanaan stress
• Diskusikan pentingya komunikasi dengan orang-orang
terdekat
• Diskusikan tanda dan gejala serta mekanisme terjadinya
penyakit dengan bahasa dan kalimat yang dimengerti
klien
• Jelaskan tentang diet klien, seperti rendah garam,
rendah kolersterol, rendah lemak dan rendah kalori
serta menghindari produk-produk tembakau, kopi,
minuman cola dan sebagainya
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER :
MIOCARD INFARK (MCI)
Disusun oleh :
KELOMPOK VI
1. JUNIAR RAJAGUKGUK 2027
2. NURHAFNI 2037
3. SUHARTONO 2047
4. SYAMSUL OLOAN 2080
JALUR KHUSUS PENDIDIKAN
AKADEMI PERAWATAN IMELDA MEDAN
2 0 0 1
LEMBARAN PERSETUJUAN
Makalah Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler : Miocard Infark (MCI) telah disetujui untuk
diseminarkan oleh :
Medan, Januari 2002
Disetujui oleh :
Pembimbing : Koordinator Mata Ajaran,
Hasrat Jaya Ziliwu, S.Kep Betty Pardosi, AMK
Diketahui oleh :
Direktris Akademi Keperawatan Imelda Medan,
Imelda Liana Ritonga, S.Kp