askep ra

24
RHEUMATOID ARTRITIS Kamis, April 16, 2009 Published by Tyo BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia. Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta

Upload: khairul

Post on 23-Oct-2015

81 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ASKEP

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP RA

RHEUMATOID ARTRITIS Kamis, April 16, 2009 Published by Tyo

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia.

Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.

Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada

kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik

yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis.

Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.

Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian

yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot

dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana

timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti.

Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan.golongan penyakit yang

menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan

ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau

tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan

(rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan

gangguan gerak. (Soenarto, 1982)

Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia lanjut, atau sebagai kelanjutan

sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto

dan Wardoyo, 1994)

Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal menempati urutan kedua 14,5%

setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health,

Dept. Of Health, 1996). Dan berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati

urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et. al, 1991).

Page 2: ASKEP RA

Artritis reumatoid merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan. Bisanya terdapat banyak tanda-

tanda fisik. Diagnosa penyakit ini mudah ditegakkan. Tata laksananya sering merupakan masalah utama. Insiden

pucak dari artritis reumatoid terjadi pada umur dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih

sering dari pada laki- laki. Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ).

Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang tidak diketahui. Stimulusnya dapat

virus atau bakterial. Mungkin juga terdapat predisposisi terhadap penyakit.

Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang penyakit rheumatoid artritis dan

dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal

yaitu Rheumatoid Artritis

2. Tujuan khusus

Mahasiswa dapat menjelaskan :

1. definisi penyakit Rheumatoid Artritis

2. etiologi penyakit Rheumatoid Artritis

3. manifestasi klinik Rheumatoid Artritis

4. patofisiologi penyakit Rheumatoid Artritis

5. komplikasi penyakit Rheumatoid Artritis

6. pemeriksaan diagnostik penyakit Rheumatoid Artritis

7. penatalaksanaan penyakit Rheumatoid Artritis

8. asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan Rheumatoid Artritis

BAB II

Page 3: ASKEP RA

TINJAUAN TEORI

I. KONSEP DASAR RHEUMATOID ARTRITIS

A. PENGERTIAN

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung

kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah

Orthopedi, hal. 165 )

Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi

(Lemone & Burke, 2001 : 1248).

Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan

meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).

Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya

dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi

dan deformitas lebih lanjut.( Susan Martin Tucker.1998 )

Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai membran sinovial

dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan

keletihan. ( Diane C. Baughman. 2000 )

Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif

dan melibatkan seluruh organ tubuh. ( Arif Mansjour. 2001 )

B. ETIOLOGI

Penyebab pasti reumatod arthritis tidak diketahui. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetic,

lingkungan, hormonal dan faktor system reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti

bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).

Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab

artritis reumatoid, yaitu :

1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus

2. Endokrin

Page 4: ASKEP RA

3. Autoimun

4. Metabolik

5. Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.

Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap

kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikoplasma atau grup difterioid

yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderit

C. MANIFESTASI KLINIS

Pola karakteristik dari persendian yang terkena

1. Mulai pada persendian kecil ditangan, pergelangan , dan kaki.

2. Secara progresif menenai persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks,

dan temporomandibular.

3. Awitan biasnya akut, bilateral, dan simetris.

4. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, dan nyeri ; kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari

30 menit.

5. Deformitasi tangan dan kaki adalah hal yang umum.

Gambaran Ekstra-artikular

1. Demam, penurunan berat badan, keletihan, anemia

2. Fenomena Raynaud.

3. Nodulus rheumatoid, tidak nyeri tekan dan dapat bergerak bebas, di temukan pada jaringan subkutan di

atas tonjolan tulang.

Rheumatoid arthritis ditandai oleh adanya gejala umum peradangan berupa:

1. demam, lemah tubuh dan pembengkakan sendi.

2. nyeri dan kekakuan sendi yang dirasakan paling parah pada pagi hari.

3. rentang gerak berkurang, timbul deformitas sendi dan kontraktur otot.

Page 5: ASKEP RA

4. Pada sekitar 20% penderita rheumatoid artritits muncul nodus rheumatoid ekstrasinovium. Nodus

ini erdiri dari sel darah putih dan sisia sel yang terdapat di daerah trauma atau peningkatan

tekanan. Nodus biasanya terbentuk di jaringan subkutis di atas siku dan jari tangan.

D. PATOFISIOLOGI

(klik aja biar keliatan)

Page 6: ASKEP RA

E. KOMPLIKASI

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan

komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit

( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama

pada arthritis reumatoid.

Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi

artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal

dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

F. KRITERIA DIAGNOSTIK

Diagnosis arthritis reumatoid tidak bersandar pada satu karakteristik saja tetapi berdasar pada evaluasi

dari sekelompok tanda dan gejala.

Kriteria diagnostik adalah sebagai berikut:

1. Kekakuan pagi hari (sekurangnya 1 jam)

2. Arthritis pada tiga atau lebih sendi

3. Arthritis sendi-sendi jari-jari tangan

4. Arthritis yang simetris

5. Nodula reumatoid dan Faktor reumatoid dalam serum

6. Perubahan-perubahan radiologik (erosi atau dekalsifikasi tulang)

Diagnosis artritis reumatoid dikatakan positif apabila sekurang-kurangnya empat dari tujuh kriteria

ini terpenuhi. Empat kriteria yang disebutkan terdahulu harus sudah berlangsung sekurang-kurangnya 6

minggu.

G. PENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi,

menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita

(Lemone & Burke, 2001).

Page 7: ASKEP RA

Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :

1. Pemberian terapi

Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri dan

proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk

memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses

autoimun.

2. Pengaturan aktivitas dan istirahat

Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk mengurangi

gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan

sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus

diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.

3. Kompres panas dan dingin

Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot.

Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin.

4. Diet

Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang disarankan

yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.

5. Pembedahan

Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir. Bentuknya

dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join

replacement untuk mengganti sendi.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya

( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan

keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.

1. Aktivitas/ istirahat

Page 8: ASKEP RA

Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada

pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.

Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.

Tanda : Malaise

Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.

2. Kardiovaskuler

Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian

kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).

3. Integritas ego

Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor

hubungan.

Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )

Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang

lain).

4. Makanan/ cairan

Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual,

anoreksia

Kesulitan untuk mengunyah

Tanda : Penurunan berat badan

Kekeringan pada membran mukosa.

5. Hygiene

Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi. Ketergantungan

6. Neurosensori

Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.

Gejala : Pembengkakan sendi simetris

7. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada

sendi ).

Page 9: ASKEP RA

8. Keamanan

Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan

dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan pada

mata dan membran mukosa.

9. Interaksi sosial

Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan/

proses inflamasi, destruksi sendi.

2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal

Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.

3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan

untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan

mobilitas

4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya

tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan kurangnya pemahaman/ mengingat,kesalahan interpretasi informasi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan/

proses inflamasi, destruksi sendi.

Kriteria Hasil:

- Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,

- Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai

kemampuan.

- Mengikuti program farmakologis yang diresepkan,

Page 10: ASKEP RA

- Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol

nyeri.

Intervensi dan Rasional:.

a. Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan

tanda-tanda rasa sakit non verbal

R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program

b. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan

R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan

kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen

tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri

c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace. (R/

Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan

brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi)

d. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi

yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak. (R/ Mencegah terjadinya

kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit

pada sendi)

e. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau

pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit

beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya. (R/ Panas

meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan

kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat

disembuhkan)

f. Berikan masase yang lembut (R/meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri)

g. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif,sentuhan

terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian

napas. (R/ Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan

kemampuan koping)

Page 11: ASKEP RA

h. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu. (R/ Memfokuskan

kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan

perasaan sehat)

i. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk. (R/ Meningkatkan

realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam

terapi)

j. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) (R/ sebagai anti

inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan

mobilitas.)

k. Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan (R/ Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan

bengkak selama periode akut)

2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal

Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.

Kriteria Hasil :

- Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.

- Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau

konpensasi bagian tubuh.

- Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas

Intervensi dan Rasional:.

a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi (R/ Tingkat

aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi)

b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk

memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak

terganmggu.(R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase

penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan)

Page 12: ASKEP RA

c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris jika

memungkinkan (R/ Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan

stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi,

karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi)

d. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik

pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze (R/ Menghilangkan

tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Memepermudah perawatan diri dan

kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi

kulit)

e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace (R/

Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan memerptahankan posisi sendi

yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor)

f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. (R/ Mencegah fleksi leher)

g. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan (R/

Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas)

h. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan

tangga pada toilet, penggunaan kursi roda. (R/ Menghindari cidera akibat kecelakaan/

jatuh)

i. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi. (R/ Berguna dalam memformulasikan program

latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam

mengidentifikasikan alat)

j. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan. (R/ Menurunkan tekanan pada

jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilitas)

k. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid). (R/ Mungkin dibutuhkan untuk

menekan sistem inflamasi akut)

3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan

untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan

Page 13: ASKEP RA

mobilitas.

Kriteria Hasil :

- Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk

menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan

keterbatasan.

- Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

Intervensi dan Rasional:

a. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.

(R/Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan

menghadapinya secara langsung)

b. Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan

bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari,

termasuk aspek-aspek seksual. (R/Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi

persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap

intervensi/ konseling lebih lanjut)

c. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan. (R/

Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada

bagaimana pasien memandang dirinya sendiri)

d. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan. (R/ Nyeri konstan akan

melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi)

e. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan

perubahan. (R/ Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive,

membutuhkan intervensi lebih lanjut)

f. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku

positif yang dapat membantu koping. (R/ Membantu pasien untuk mempertahankan

kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri)

Page 14: ASKEP RA

g. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.

(Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong

berpartisipasi dalam terapi)

h. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.(R/ Mempertahankan penampilan yang

dapat meningkatkan citra diri)

i. Berikan bantuan positif bila perlu. (R/ Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap

dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri)

j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog. (R/

Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan

proses jangka panjang/ ketidakmampuan)

k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan

peningkat alam perasaan. (R/ Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat

sampai pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif

4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya

tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

Kriteria Hasil :

- Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan

kemampuan individual.

- Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan

perawatan diri.

- Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi

kebutuhan perawatan diri.

Intervensi dan Rasional:

a. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan

potensial perubahan yang sekarang diantisipasi. (R/ Mungkin dapat melanjutkan aktivitas

umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini).

Page 15: ASKEP RA

b.Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan. (R/ Mendukung

kemandirian fisik/emosional)

c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana untuk

modifikasi lingkungan. (R/ Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan

meningkatkan harga diri)

d.Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi. (R/ Berguna untuk menentukan alat bantu

untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu

memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran)

e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi

setelahnya. (R/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat

kemampuan aktual)

f. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah, ahli

nutrisi. (R/ Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di

rumah)

5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan kurangnya pemahaman/ mengingat,kesalahan interpretasi informasi.

Kriteria Hasil :

- Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.

- Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup

yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.

Intervensi dan Rasional:

a. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan. (R/ Memberikan pengetahuan

dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi)

b. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet,obat-obatan,

dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat.(R/ Tujuan kontrol penyakit adalah

untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan

mencegah deformitas)

Page 16: ASKEP RA

c. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,istirahat, perawatan

pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres. (R/ Memberikan

struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis

kompleks)

d. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik. (R/ Keuntungan dari

terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis)

e. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida pada waktu tidur. (R/

Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan meningkatkan tidur dan

m,engurangi kekakuan di pagi hari)

f. Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis: tinitus, perdarahan

gastrointestinal, dan ruam purpuruik. (R/ Memperpanjang dan memaksimalkan dosis

aspirin dapat mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar

terapeutik darah yang tinggi)

g. Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan obat-obat yang

dijual bebas tanpa persetujuan dokter. (R/ Banyak produk mengandung salisilat

tersembunyi yang dapat meningkatkan risiko takar layak obat/ efek samping yang

berbahaya)

h. Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin,

protein dan zat besi. (R/ Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan)

i. Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi penurunan

berat badan sesuai kebutuhan. (R/ Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan

pada sendi, terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki)

j. Berikan informasi mengenai alat bantu (R/ Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi

dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang

dibutuhkan)

k. Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk daripada berdiri untuk mempersiapkan

makanan dan mandi (R/ Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri,

dan kemandirian)

Page 17: ASKEP RA

l. Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada sat istirahat maupun pada

waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi tetap meregang , tidak fleksi,

menggunakan bebat untuk periode yang ditentukan, menempatkan tangan dekat pada

pusat tubuh selama menggunakan, dan bergeser daripada mengangkat benda jika

memungkinkan. ( R: mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup

pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri ).

m. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya dibawah bebat, gips,

alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan yang tepat. ( R: mengurangi resiko iritasi/

kerusakan kulit )

n. Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/ pemeriksaan laboratorium, mis: LED, Kadar

salisilat, PT. ( R; Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian/ perbaikan yang terus

menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah takar lajak, efek samping yang

berbahaya.

o. Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan ( R: Informasi mengenai posisi-posisi yang

berbeda dan tehnik atau pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat

meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga diri/ percaya diri.).

p. Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis ( bila ada). (R: bantuan/

dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan pemulihan maksimal).

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penyakit reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang

berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis

ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak

pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.

Artritis rematoid adalah merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik

dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh

Page 18: ASKEP RA

organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah

penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya.

Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.

B. SARAN

Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan masukan yang

bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang akan datang, diantaranya :

1. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana keperawatan

pada pasien dengan rheumatoid artritis, pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan

yang baik dengan klien dan keluarga.

2. Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien dengan rheumatoid artritis maka tugas perawat

yang utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami rheumatoid artritis.

3. Untuk perawat diharapkan mampu menciptakan hubungan yang harmonis dengan keluarga sehingga

keluarga diharapkan mampu membantu dan memotivasi klien dalam proses penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Kalim, Handono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculaapius FKUI:Jakarta.

Prince, Sylvia Anderson. 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC: Jakarta.

Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. .Jakarta: EGC.

Ganong.1998.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Boedhi Darmojo & Hadi Martono. 1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Page 19: ASKEP RA

Lemone & Burke, 2001. Medical Surgical Nursing; Critical Thinking in Client Care, Third Edition, California : Addison Wesley Nursing.

http://ilmukeperawatan.wordpress.com