askep sindrom nefrotik
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
SINDROM NEFROTIK
Medical Concept
A. Pengertian
Merupakan suatu kondisi dimana terjadi perubahan fungsi ginjal yang bercirikn
hipoproteinemia, oedema, hiperlipidemia, proteinuri, ascites dan penurunan keluaran
urine.
B. Tanda dan Gejala
Sebagai sebuah sindroma (kumpulan gejala), tanda / gejala penyakit sindroma
nefrotik meliputi :
1. Proteinuria
2. Hipoalbuminemia
3. Hiperkolesterolemia/hiperlipidemia
4. Oedema
Beberapa gejala yang mungkin muncul antara lain hematuria, azotemia dan hipertensi
ringan. Proteinuria (85-95%) terjadi sejumlah 10 –15 gram/hari (dalam pemeriksaan
Esbach) . Selama terjadi oedema biasanya BJ Urine meningkat. Mungkin juga terjadi
penurunan faktor IX, Laju endap darah meningkat dan rendahnya kadar kalsium serta
hiperglikemia.
C. Etiologi
Penyebab umum penyakit tidak diketahui; akhir-akhir ini sering dianggap sebagi
suatu bentuk penyakit autoimun. Jadi merupakan reaksi antigen-antibodi. Umumnya
dibagi menjadi 4 kelompok :
1. Sindroma nefrotik bawaan
2. Sindroma nefrotik sekunder
3. Sindroma nefrotik idiopati
4. Glumerulosklerosis fokal segmental
D. Patofisiologi
Penyakit nefrotik sindoma biasanya menyerang pada anak-anak pra sekolah. Hingga
saat sebab pasti penyakit tidak ditemukan, tetapi berdasarkan klinis dan onset gejala
yang muncul dapat terbagi menjadi sindroma nefrotik bawaan yang biasanya jarang
terjadi; Bentuk idiopati yang tidak jelas penyebabnya maupun sekunder dari penyakit
lainnya yang dapat ditentukan faktor predisposisinya; seperti pada penyakit malaria
kuartana, Lupus Eritematous Diseminata, Purpura Anafilaktoid, Grumeluronefritis
(akut/kronis) atau sebagai reaksi terhadap hipersensitifitas (terhadap obat)
Nefrotik sindroma idiopatik yang sering juga disebut Minimal Change Nefrotic
Syndrome (MCNS) merupakan bentuk penyakit yang paling umum (90%).
Patogenesis penyakit ini tidak diketahui, tetapi adanya perubahan pada membran
glumerolus menyebabkan peningkatan permeabilitas, yang memungkinkan protein
(terutama albumin) keluar melalui urine (albuminuria). Perpindahan protein keluar
sistem vaskular menyebabkan cairan plasma pindh ke ruang interstitisel, yang
menghasilkan oedema dan hipovolemia. Penurunan volume vaskuler menstimulasi
sistem renin angiotensin, yang memungkinkan sekresi aldosteron dan hormon
antidiuretik (ADH). Aldosteron merangsang peninkatan reabsorbsi tubulus distal
terhadap Natrium dan Air, yang menyebabkan bertambahnya oedema. Hiperlipidemia
dapat terjadi karena lipoprotein memiliki molekul yang lebih berat dibandingkan
albumin sehingga tidak akan hilang dalam urine.
C. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji urine
a. Protein urin – meningkat
b. Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria
c. Dipstick urin – positif untuk protein dan darah
d. Berat jenis urin – meningkat
2. Uji darah
a. Albumin serum – menurun
b. Kolesterol serum – meningkat
c. Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi)
d. Laju endap darah (LED) – meningkat
e. Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan.
3. Uji diagnostic
Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin
D. Komplikasi
1. Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah akibat
hipoalbuminemia.
2. Shock : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 gram/100ml) yang
menyebabkan hipovolemia berat sehingga menyebabkan shock.
3. Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi sehingga terjadi
peninggian fibrinogen plasma.
4. Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal.
E. Penatalaksanaan
1. Istirahat sampai oedema tinggal sedikit
2. Makanan tinggi protein 3-4g/kgBB/hari, makanan rendah garam
3. Mencegah infeksi
4. Pemberian diuretikum
Nursing Concept
A. Pengkajian.
Pengkajian merupakan langkah awal dari tahapan proses keperawatan. Dalam
mengkaji, harus memperhatikan data dasar pasien. Keberhasilan proses keperawatan
sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian.
Pengkajian yang perlu dilakukan pada klien anak dengan sindrom nefrotik (Donna L.
Wong,200 : 550) sebagai berikut :
1. Lakukan pengkajian fisik termasuk pengkajian luasnya edema
2. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama yang berhubungan dengan
penambahan berat badan saat ini, disfungsi ginjal.
3. Observasi adanya manifestasi sindrom nefrotik :
a. Penambahan berat badan
b. Edema
c. Wajah sembab :
1) Khususnya di sekitar mata
2) Timbul pada saat bangun pagi
3) Berkurang di siang hari
d. Pembengkakan abdomen (asites)
e. Kesulitan pernafasan (efusi pleura)
f. Pembengkakan labial (scrotal)
g. Edema mukosa usus yang menyebabkan :
1) Diare
2) Anoreksia
3) Absorbsi usus buruk
h. Pucat kulit ekstrim (sering)
i. Peka rangsang
j. Mudah lelah
k. Letargi
l. Tekanan darah normal atau sedikit menurun
m. Kerentanan terhadap infeksi
n. Perubahan urin :
1) Penurunan volume
2) Gelap
3) Berbau buah
4. Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian, misalnya
analisa urine akan adanya protein, silinder dan sel darah merah; analisa darah
untuk protein serum (total, perbandingan albumin/globulin, kolesterol), jumlah
darah merah, natrium serum.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan (total tubuh) berhubungan dengan akumulasi cairan
dalam jaringan.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan
kehilangan protein dan cairan, edema
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang menurun,
kelebihan beban cairan cairan, kelebihan cairan.
4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan
pertahanan tubuh.
5. Perubahan nutrisi ; kurang dari kebtuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan
nafsu makan
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan
8. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit
serius
C. Rencana Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan (total tubuh) berhubungan dengan akumulasi cairan
dalam jaringan dan ruang ketiga.
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti akumulasi cairan (pasien
mendapatkan volume cairan yang tepat)
Intervensi
a. Kaji masukan yang relatif terhadap keluaran secara akurat.
Rasional : perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian
cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan.
b. Timbang berat badan setiap hari (ataui lebih sering jika diindikasikan).
Rasional : mengkaji retensi cairan
c. Kaji perubahan edema : ukur lingkar abdomen pada umbilicus serta pantau
edema sekitar mata.
Rasional : untuk mengkaji ascites dan karena merupakan sisi umum edema.
d. Atur masukan cairan dengan cermat.
Rasional : agar tidak mendapatkan lebih dari jumlah yang dibutuhkan
e. Pantau infus intra vena
Rasional : untuk mempertahankan masukan yang diresepkan
f. Berikan kortikosteroid sesuai ketentuan.
Rasional : untuk menurunkan ekskresi proteinuria
g. Berikan diuretik bila diinstruksikan.
Rasional : untuk memberikan penghilangan sementara dari edema.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler)
berhubungan dengan kehilangan protein dan cairan, edema
Tujuan : Klien tidak menunjukkan kehilangan cairan intravaskuler atau shock
hipovolemik yang diyunjukkan pasien minimum atau tidak ada
Intervensi
a. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : untuk mendeteksi bukti fisik penipisan cairan
b. Kaji kualitas dan frekwensi nadi
Rasional : untuk tanda shock hipovolemik
c. Ukur tekanan darah
Rasional : untuk mendeteksi shock hipovolemik
d. Laporkan adanya penyimpangan dari normal
Rasional : agar pengobatan segera dapat dilakukan
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan
tubuh yang menurun, kelebihan beban cairan cairan, kelebihan cairan.
Tujuan : Tidak menunjukkan adanya bukti infeksi
Intervensi
a. Lindungi anak dari kontak individu terinfeksi
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
b. Gunakan teknik mencuci tangan yang baik
Rasional : untuk memutus mata rantai penyebaran infeksi
c. Jaga agar anak tetap hangat dan kering
Rasional : karena kerentanan terhadap infeksi pernafasan
d. Pantau suhu badan
Rasional : indikasi awal adanya tanda infeksi
e. Ajari orang tua tentang tanda dan gejala infeksi
Rasional : memberi pengetahuan dasar tentang tanda dan gejala infeksi
4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan edema, penurunan pertahanan tubuh.
Tujuan : Kulit anak tidak menunjukkan adanya kerusakan integritas : kemerahan
atau iritasi
Intervensi
a. Berikan perawatan kulit
Rasional : memberikan kenyamanan pada anak dan mencegah kerusakan kulit
b. Hindari pakaian ketat
Rasional : dapat mengakibatkan area yang menonjol tertekan
c. Bersihkan dan bedaki permukaan kulit beberapa kali sehari
Rasional : untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit karena gesekan dengan
alat tenun
d. Topang organ edema, seperti skrotum
Rasional : unjtuk menghilangkan aea tekanan
e. Ubah posisi dengan sering ; pertahankan kesejajaran tubuh dengan baik
Rasional : karena anak dengan edema massif selalu letargis, mudah lelah dan
diam saja
f. Gunakan penghilang tekanan atau matras atau tempat tidur penurun tekanan
sesuai kebutuhan
Rasional : untuk mencegah terjadinya ulkus
5. Perubahan nutrisi ; kurang dari kebtuhan tubuh
berhubungan dengan kehilangan nafsu makan
Tujuan : Pasien mendapatkan nutrisi yang optimal
Intervensi
a. Beri diet yang bergizi
Rasional : membantu pemenuhan nutrisi anak dan meningkatkan daya tahan
tubuh anak
b. Batasi natrium selama edema dan trerapi kortikosteroid
Rasional : asupan natrium dapat memperberat edema usus yang menyebabkan
hilangnya nafsu makan anak
c. Beri lingkungan yang menyenangkan, bersih, dan rileks pada saat makan
Rasional : agar anak lebih mungkin untuk makan
d. Beri makanan dalam porsi sedikit pada awalnya
Rasional : untuk merangsang nafsu makan anak
e. Beri makanan spesial dan disukai anak
Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan
f. Beri makanan dengan cara yang menarik
Raional : untuk menrangsang nafsu makan anak
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
penampilan
Tujuan : Agar dapat mengespresikan perasaan dan masalah dengan mengikutin
aktivitas yang sesuai dengan minat dan kemampuan anak.
Intervensi
a. Gali masalah dan perasaan mengenai penampilan
Rasional : untuk memudahkan koping
b. Tunjukkan aspek positif dari penampilan dan bukti penurunan edema
Rasional : meningkatkan harga diri klien dan mendorong penerimaan terhadap
kondisinya
c. Dorong sosialisasi dengan individu tanpa infeksi aktif
Rasional : agar anak tidak merasa sendirian dan terisolasi
d. Beri umpan balik posisitf
Rasional : agar anak merasa diterima
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan
Tujuan : Anak dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuan dan
mendapatkan istirahat dan tidur yang adekuat
Intervensi
a. Pertahankan tirah baring awal bila terjadi edema hebat
Rasional : tirah baring yang sesuai gaya gravitasi dapat menurunkan edema
b. Seimbangkan istirahat dan aktifitas bila ambulasi
Rasional : ambulasi menyebabkan kelelahan
c. Rencanakan dan berikan aktivitas tenang
Rasional : aktivitas yang tenang mengurangi penggunaan energi yang dapat
menyebabkan kelelahan
d. Instruksikan istirahat bila anak mulai merasa lelah
Rasional : mengadekuatkan fase istirahat anak
e. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : anak dapat menikmati masa istirahatnya
8. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak
yang menderita penyakit serius
Tujuan : Pasien (keluarga) mendapat dukungan yang adekuat
Intervensi
a. Kenali masalah keluarga dan kebutuhan akan informasi, dukungan
Rasional : mengidentifikasi kebuutuhan yang dibutuhkan keluarga
b. Kaji pemahaman keluarga tentang diagnosa dan rencana perawatan
Rasional : keluarga akan beradaptasi terhadap segala tindakan keperawatan
yang dilakukan
c. Tekankan dan jelaskan profesional kesehatan tentang kondisi anak, prosedur
dan terapi yang dianjurkan, serta prognosanya
Rasional : agar keluarga juga mengetahui masalah kesehatan anaknya
d. Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan pemahaman keluarga
tentang penyakit dan terapinya
Rasional : mengoptimalisasi pendidikan kesehatan terhadap
e. Ulangi informasi sesering mungkin
Rasional : untuk memfasilitasi pemahaman
f. Bantu keluarga mengintrepetasikan perilaku anak serta responnya
Rasional : keluarga dapat mengidentifikasi perilaku anak sebagai orang yang
terdekat dengan anak
g. Jangan tampak terburu-buru, bila waktunya tidak tepat
Rasional : mempermantap rencana yang telah disusun sebelumnya.
D. Evaluasi
1. Balance volume cairan (total tubuh)
2. Tidak terjadi kekurangan volume cairan (intravaskuler)
3. Tidak terjadi infeksi
4. Tidak ditemukan kerusakan integritas kulit
5. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
6. Tidak terjadi gangguan citra tubuh
7. Toleransi aktifitas
8. Perubahan proses keluarga kearah yang baik
Penyimpangan KDM
Sindrom nefrotik
Reaksi antigen antibody(peradangan pada glomerulus)
Permeabilitas basalis meningkatProtein uria
Hipoalbuminemia
Tekanan osmotic kapiler menurun
Transudasi kedalam intertisium
Hipovolemia
ADH meningkat, GFR menurun, RPF menurun
Aldosteron meningkat
Retensi Na+ & H2O
Edema
Kelebihan volume cairan
Perubahan status kesehatan
Kurang informasi
Kurang pengetahuan
Stressor pada keluarga
Cemas
Prosedur invasive
Merusak jaringan
Port d’entry
Daya taha tubuh menurun
Risiko tinggi infeksi
Daftar Pustaka
Betz, Cecily L dan Sowden, Linda L. 2002.Keperawatan Pediatrik, Edisi 3,EGC : Jakarta
Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Media Aesculapius : Jakarta
Smeltzer, Suzanne C, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8,
Volume 2, EGC : Jakarta
Suriadi & Rita Yuliani, 2001, Asuhan Keperawatan Anak, Edisi 1, Fajar Interpratama :
Jakarta
Wong,L. Donna, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4, EGC : Jakarta
Asuhan Keperawatan Pada Bayi An “A” Dengan Sindrom Nefrotik
Di Ruang Perawatan Anak RSUD Salewangan Kab. Maros
Ruang : Perawatan Anak
No Register : 023142
Tanggal / Jam MRS : 04 Mei 2009 / 11.05 WITA
Anamnese diperoleh dari : Orang tua bayi (Ibu Klien).
Tanggal pengkajian : 04 Mei 2009
I. BIODATA KLIEN
A. Identitas klien
1. Nama : An.“ A”
2. Tempat tgl lahir/usia : Kariango, 02-11-1999/10 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Suku : Bugis
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SD
7. Alamat : Dusun Pannasakkang Kec. Tanralili
8. Diagnosa Medik : SN
B. Identitas orang tua
1. Ayah
a. Nama : Tn “H”
b. Usia : 30 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Agama : Islam
f. Alamat : Dusun Pannasakkang Kec. Tanralili
2. Ibu
a. Nama : Ny. “I”
b. Usia : 28 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : IRT
e. Agama : Islam
f. Alamat : Dusun Pannasakkang Kec. Tanralili
II. RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama
Klien masuk dengan keluhan bengkak pada bagian wajah
b. Riwayat keluhan
Ibu klien mengatakan bengkak pada wajah, dialami sejak 3 hari yang lalu.
Bengkak pada wajah muncul disekitar mata dan pipi terutama pada pagi
hari, bengkak juga ditemukan pada bagian tubuh yang lain. Disertai
dengan demam selama beberapa sebelum masuk rumah sakit.
2. Riwayat kesehatan lalu
Klien pernah menderita penyakit, diare, demam, batuk dan influenza. Klien
sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit dan tidak sedang
mengkonsumsi obat-obat tertentu.
3. Riwayat kesehatan keluarga (Genogram 3 generasi)
GI :
GII :
GIII :
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
30 28
16 14 10
: Serumah
: Meningal
: Hubungan perkawinan
: Hubungan sedarah
? : Umur tidak di ketahui
GI : Kedua kakek / nenek klien masih hidup
GII : Kedua orang tua klien masih hidup, pola hubungan keluarga harmonis,
pengambilan keputusan dengan musyawarah, orang tua tidak memiliki
riwayat penyakit yang sama dengan anaknya.
GIII : Klien adalah anak ketiga dari tiga orang bersaudara, tidak ada saudara
kandung yang menderita penyakit yang sama dengan klien
4. Riwayat imunisasi
No. Jenis Imunisasi Waktu Pemberian (Usia
Anak)
Reaksi Setelah Pemberian
1.
2.
3.
4.
5.
BCG
DPT (I,II,III)
Polio (I,II,III,IV)
Campak
Hepatitis B.
1 bulan
( 3, 5, 6) bulan
(lahir, 4,5,6,18) bulan
7 bulan
lahir
Demam
Demam
-
-
-
5. Riwayat tumbuh kembang
a. Pertumbuhan fisik
1) Berat badan : 25 Kg
2) Tinggi badan :128 cm
b. Perkembangan tiap tahap
Usia anak mulai :
1) Berguling : 5 bulan
2) Duduk : 7 bulan
3) Merangkak : 8,5 bulan
4) Berdiri : 9 bulan
5) Berjalan : 1,5 tahun
6) Senyum kepada orang lain pertama kali : ibu klien mengatakan lupa
7) Bicara pertama kali : ibu mengatakan lupa
8) Berpakaian tanpa bantuan : orang tua lupa
6. Riwayat nutrisi
a. Pemberian ASI
Klien diberikan ASI oleh ibunya begitu klien lahir. Cara pemberian ; setiap
kali mau dan menangis. ASI diberikan selama 2 tahun.
b. Pemberian susu formula
1) Ibu klien mengatakan anaknya diberikan susu formula 1 sampai dengan
2 kali dalam sehari.
2) Cara pemberian : ibu klien mengatakan menggunakan dot.
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia saat ini
7. Riwayat psikososial
Klien tinggal bersama dengan kedua orang tuanya, jarak tempat tinggal dengan
sekolah kira-kira sekitar 1 km sehingga klien biasanya di antar oleh orang
tuanya. Ketika pulang dari sekolah, biasanya anak bermain dengan anak-anak
yang ada ditetangganya, kecuali klien sedang sakit biasanya kedua orang
tuanya melarang untuk bermain di luar rumah. Klien sangat disayangi oleh
kedua orang tuanya begitupun kedua kakak kandungnya.
8. Riwayat spiritual
Kepala keluarga dan anggota keluarga sangat rajin beribadah. Disamping itu
bila ada kegiataan keagamaan anggota keluarga bisanya terlibat.
No Usia Jenis makanan Lama pemberian
1.
2.
3.
0-6 bulan
6-12
bulan
2 tahun
sampai
Saat ini
ASI
ASI + Bubur +
Ikan
Nasi + Ikan +
Sayur (Buah
kadang-kadang)
Asi diberikan sampai usia 2 tahun
Sampai usia 1 tahun
9. Riwayat Hospitalisasi
a. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Klien dibawah kerumah sakit oleh kedua orang tuanya karena cemas
dengan kondisi yang dialami oleh anaknya yang sudah berapa hari demam
dan timbul bengkak di sekitar wajah selama 3 hari. Dokter memberikan
penjelasan mengenai kondisi anaknya akan tetapi kedua orang tua klien
tampaknya belum mengerti karena masih sering bertanya mengenai
anaknya baik kepada dokter maupun perawat yang bertugas.
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Klien menanyakan kepada orang tuanya kenapa ia dibawa kerumah sakit,
klien juga merasa takut untuk menjalani perawatan dan merasa bosan
kareana tidak ada teman untuk bermain
10. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1 Selera makan Baik Kurang
2 Menu makan Nasi + lauk pauk Sesuai dengan diet dan
terapi.
3 Frekuensi makan 3 kali sehari Sesuai jadwal pemberian
makanan di rumah sakit.
4 Makanan pantangan Tidak ada Makanan rendah garam
5 Pembatasan pola makan Tidak ada Pola makan diatur sesuai
dengan diet
6 Cara makan Makan sendiri dan
terkadang disuapi ibu
Disuapi ibunya.
7 Ritual saat makan Saat makan tidak boleh
bercerita
Tidak ada
b. Cairan
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1 Jenis minum Air putih dan terkadang
the atau susu
Air putih
2 Frekuensi minum Setelah makan dan
bermain
Setelah makan
3 Kebutuhan cairan 1500-2000 ml/hari Kurang lebih 1500
ml/hari
4 Cara pemenuhan Minum Minum
c. Eliminasi (BAK/BAB)
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1 Tempat pembuangan WC rumah WC rumah Sakit
2 Frekuensi (waktu) PSM Tidak teratur
3 Konsistensi Padat/cair Padat
4 Kesulitan Tidak ada Tidak ada
5 Penggunaan obat
pencahar
Tidak pernah Tidak pernah
d. Istirahat tidur
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1 Jam tidur :a. Siangb. Malam
13.00-14.30wita. 20.30-05.30 wita.
Tidak teratur
2 Pola tidur Siang dan malam PSM
3 Kebiasaan sebelum
tidur
Tidak ada Tidak ada
4 Kesulitan tidur Tidak ada Tidak ada
e. Olahraga
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1 Program olah raga Tidak ada Tidak ada
2 Jenis dan frekuensi
olah raga
Tidak ada Tidak ada
3 Kondisi Tidak ada Tidak ada
f. Personal hygiene
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1 Mandi :
a. Cara mandi
b. Frekuensi
c. Alat mandi
Mandi sendiri
2 kali/hari
Air dan sabun mandi
Mandi lap basah
2 kali/hari
Air hangat dan
waslam
2 Cuci rambut :
a. Frekuensi
b. Cara Seperlunya
Dilakukan sendiri
Tidak pernah
3 Gosok gigi :
a. Frekuensi
b. Cara +2 kali sehari
Dilakukan sendiri
Kadang-kadang
Dibantu oleh ibu
4 Gunting kuku :
a. Frekuensi
b. Cara1 x dalam seminggu
Dibantu oleh ibu
Belum pernah
g. Aktivitas
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1 Kegiatan sehari-hari Sekolah dan bermain Terbaring
2 Pengaturan jadwal
harian
Tidak ada Tidak ada
3 Penggunaan alat
Bantu aktifitas
Tidak ada Tidak ada
4 Kesulitan pergerakan
tubuh
Tidak ada Tidak ada
h. Rekreasi
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1 Perasaan saat sekolah Senang Sedih karena tidak
bisa kesekolah
2 Waktu luang Bermain Istirahat
3 Perasaan setelah
rekreasi
Senang Tidak ada rekreasi
4 Waktu senggang
keluarga
Berkumpul Dikunjungi
5 Kegiatan hari libur Bermain dan terkadang
membantu orang tua
Istirahat
11. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : klien tampak lemah
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 140/100 mmHg
2) S u h u : 37 °C/Axilla
3) N a d i : 92 x/menit/reguler/radialis
4) Pernapasan : 28 x/menit
c. Antropometri
1) Tinggi Badan : 128 cm
2) Berat Badan : 25 kg
3) Lingkar lengan atas : 20 cm
4) Lingkar kepala : 53 cm
5) Lingkar dada : 65 cm
6) Lingkar perut : 58 cm
d. Sistem Pernapasan
Hidung : simetris antara kiri dan kanan, tidak ada pernapasan cuping hidung,
sekret, epistaksis dan polip pada hidung. Leher : tidak ada pembesaran pada
kelenajar dan massa tumor. Dada : bentuk dada normal, gerakan dada simetris
kiri dan kanan, tidak ada retraksi, tidak tampak adanya penggunaan otot bantu
pernapasan, suara napas bronkhovesikuler, tidak ada clubbing finger.
e. Sistem Kardiovaskuler
Conjungtiva anemis, bibir pucat, arteri carotis kuat, tekanan vena jugularis
tidak meningkat. Ukuran jantung normal, IC tidak tampak, suara jantung S1
dan S2 kesan murni, capillary refilling time < 2 detik.
f. Sistem Pencernaan
Sklera : tidak ada ikterus. Mulut : tidak terdapat stomatitis dan
labiopalatoskizis, jumlah gigi 28 buah, caries tidak ada, kemampuan menelan
baik. Gaster : tidak kembung, tidak nyeri dan peristaltik tidak tampak
meningkat, hati, lien, ginjal tidak teraba.
g. Sistem Indra
Mata; kelopak mata edema, alis/bulu mata tidak mudah rontok/tercabut,
visus tidak dilakukan, lapang pandang kesan normal. Hidung: penciuman
baik, tidak ada perih dihidung yang dirasakan, tidak pernah trauma dan
mimisan, tidak ada sekret yang menghalangi penciuman. Telinga; kanal
auditoris bersih, tidak ada serumen, fungsi pendengaran kesan normal.
h. Sistem saraf
1) Status cerebral
a) Status mental : orientasi baik, daya ingat baik, klien kooperatif pada
saat pemeriksaan dan menjawab segala pertanyaan sesuai
perkembangan dan usianya.
Bahasa verbalnya baik.
b) Kesadaran : eyes 4 (membuka mata spontan), motorik 6 (bergerak
mengikuti perintah), verbal 5 (berbicara normal).
c) Bicara spontan; menjawab sesuai pertanyaan yang diberikan.
2) Fungsi cranial
a) N I : Baik
b) N II : Visus : tidak dilakukan pemeriksaan.
Lapang pandang : Klien dapat menggerakkan bola
mata.
c) N III, IV, VI : Gerakan bola mata baik.
d) N V : Sensorik : kesan baik.
Motorik : dapat terlihat otot-ototnya saat bergerak.
e) N VII : Sensorik : kesan baik.
Otonom : pada wajah, pipi kiri dan kanan simetris.
Motorik : tidak ada kelumpuhan pada wajah.
f) N VIII : Pendengaran : baik
Keseimbangan : tidak dilakukan
g) N XI : Tidak dikaji
h) N X : Gerakan ovula tidak dikaji
i) N XI : Tidak dikaji
j) N XII : Posisi lidah simetris
Klien dapat mengeluarkan lidahnya sendiri
3) Fungsi Motorik : Massa otot : Normal
Tonus otot : Normal terdapat tahanan pasif yang ringan
minimal dan halus.
Kekuatan otot : Ada kekuatan kontraksi penuh (5).
4) Fungsi Sensorik : Suhu (dapat membedakan suhu panas dan dingin),
nyeri (dapat merasakan nyeri), getaran, posisi, diskriminasi (kesan
normal/tidak ditemukan adanya kelainan).
5) Fungsi Cerebellum: Koordinasi, keseimbangan kesan normal.
6) Refleks : Bisep, trisep, patella, kesan normal.
7) Rangsang meningen : laseque,bruzinki I/II, kernig sign (-).
i. Sistem Muskuloskeletal
Kepala; bentuk kepala normosephalus, tidak kaku dan tidak ada nyeri.
Vertebrae; tidak ditemukan adanya scoliosis, lordosis, kyposis. Gerakan
fleksibel, ROM aktif. Pelvis; gaya jalan seimbang, gerakan dan ROM aktif.
Lutut tidak bengkak, tidak ada kekakuan, gerakan aktif. Kaki tidak bengkak,
gerakan aktif, kemampuan jalan baik, tidak ada tanda tarikan. Tangan tidak
bengkak, gerakan dan ROM aktif.
j. Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, temperatur hangat, kering, bulu kulit kurang, ada
tai lalat, tidak ada ruam.Rambut; warna hitam, lurus, tidak mudah dicabut.
Kuku; permukaan kuku rata/bersih, tidak mudah patah.
k. Sistem Endrokin
Kelenjar thyroid; tidak nampak dan teraba tidak ada pembesaran. Ekskresi
urine biasa, tidak ada polidipsi dan poliphagi. suhu tubuh sering tidak
seimbang, tidak ada keringat berlebihan, tidak ada riwayat bekas air seni
dikelilingi semut.
l. Sistem Reproduksi
Tidak dilakukan pemeriksaan.
m. Sistem perkemihan
Ditemukan adanya edema palpebra, urine warna merah pekat, tidak
ditemukan adanya nokturia, dysuria, kencing batu, hematuria.
n. Sistem Imun
Klien alergi terhadap perubahan cuaca terutama cuaca dingin. Penyakit yang
berhubungan dengan perubahan cuaca yaitu influenza.
12. Pemeriksaan tingkat perkembangan
Pemeriksaan tingkat perkembangan anak 6 tahun keatas yaitu :
a. Perkembangan kognitif : klien mampu berpikir secara cepat sesuai tingkat
perkembangannya.
b. Perkembangan Psikoseksual : Klien merasa malu untuk diperiksa pada daerah
genitalianya.
c. Perkembangan Psikososial : Klien memiliki kawan yang banyak baik di
rumah maupun disekolah, cepat mendapatkan kawan bermain.
13. Diagnostik tes
a. Laboratorium
1) Darah : (belum dilakukan pemeriksaan)
2) Urine : (belum dilakukan pemeriksaan)
b. Ro Photo (tidak dilakukan)
c. CT Scan (tidak dilakukan)
d. MRI, USG, EEG, ECG, dll (tidak dilakukan)
14. Terapi saat ini
a. Masuk Ruang anak : Glukosa 5% 6 tts/menit.
b. Obat-obatan :
1) Ampicillin 500 mg/IV/8 jam
2) Chlorbitok 500 mg/IV/8 jam
3) Lasix 2 mg/IV/12 jam