askep spiritua

35
Askep Distres Spiritual ASUHAN KEPERAWATAN PADA DISTRES SPIRITUAL Pengertian : Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Nanda, 2005). Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial (Varcarolis, 2000). Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu dalam menemukan arti kehidupannya. Patofisiologi : Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta fungsi otak. Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari- hari. Setiap orang tidak dapat dapat menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan penyesuaian terhadap perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak kita akan berespon untuk terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis M,

Upload: erlangga-saputra

Post on 26-Jul-2015

258 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: askep spiritua

Askep Distres Spiritual

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DISTRES SPIRITUAL

Pengertian :

Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan

mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain,

seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya

(Nanda, 2005).

Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam

prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan

diintegrasikan biologis dan psikososial (Varcarolis, 2000).

Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah

kegagalan individu dalam menemukan arti kehidupannya.

Patofisiologi :

Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur

serta fungsi otak.

Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak

dapat dapat menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan

penyesuaian terhadap perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres,

otak kita akan berespon untuk terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang

disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis M, dan kawan-kawan (1988)

yang menguraikan respon “melawan atau melarikan diri” sebagai suatu

rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang menyiapkan seseorang

menghadapi ancaman yaitu stres.

Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke

hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk

melakukan perubahan. Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap

oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala

yang bertangung jawab terhadap status emosional seseorang. Gangguan

pada sistem limbik menyebabkan perubahan emosional, perilaku dan

kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status mental, masalah ingatan,

Page 2: askep spiritua

kecemasan dan perubahan kepribadian termasuk halusinasi (Kaplan et all,

1996), depresi, nyeri dan lama gagguan (Blesch et al, 1991).

Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan

menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering

dihubungkan dengan munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi

kompensasi dapat ditandai dengan munculnya gangguan pada perilaku

sehari-hari baik secara fisik, psikologis, sosial termasuk spiritual.

Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan

dengan timbulnya depresi.

Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi

terjadinya depresi. Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap

terjadinya depresi antara lain faktor genetik, lingkungan dan neurobiologi.

Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan

seseorang dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres

spritiual karena pada kasus depresi seseorang telah kehilangan motivasi

dalam memenuhi kebutuhannya termasuk kebutuhan spritual.

Karakteristik Distres Spritual menurut Nanda (2005) meliputi empat hubungan

dasar yaitu :

A. Hubungan dengan diri

1. Ungkapan kekurangan

a. Harapan

b. Arti dan tujuan hidup

c. Perdamaian/ketenangan

d. Penerimaan

e. Cinta

f. Memaafkan diri sendiri

g. Keberanian

2. Marah

3. Kesalahan

4. Koping yang buruk

B. Hubungan dengan orang lain

Page 3: askep spiritua

1. Menolak berhubungan dengan tokoh agama

2. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga

3. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung

4. Mengungkapkan pengasingan diri

C. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam

1. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi,

mendengarkan musik, menulis)

2. Tidak tertarik dengan alam

3. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan

D. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya

1. Ketidakmampuan untuk berdo’a

2. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan

3. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan

4. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama

5. Tiba-tiba berubah praktik agama

6. Ketidakmampuan untuk introspeksi

7. Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita

Penyebab :

Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :

Pengkajian Fisik Abuse

Pengkajian Psikologis Status mental, mungkin adanya depresi, marah,

kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah,

dan pemikiran yang bertentangan (Otis-Green, 2002).

Pengkajian Sosial Budaya dukungan sosial dalam memahami keyakinan

klien (Spencer, 1998).

Page 4: askep spiritua

Pengkajian Spiritual

Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual

History Tool (Pulschalski, 1999) :

F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara

memikirkan diri saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa

yang saudara pikirkan tentang keyakinan saudara dalam pemberian makna

hidup?

I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan

saudara). Apa pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan

perawatan terhadap diri sendiri? Dapatkah keyakinan saudara

mempengaruhi perilaku selama sakit?

C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual

atau religius?) Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan

bagaimana? Apakah ada seseorang didalam kelompok tersebut yang

benar-benar saudara cintai atua begini penting bagi saudara?

A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang

perawat, untuk membantu dalam asuhan keperawatan saudara?

Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres

spiritual, mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :

Perasaan ketika seseorang gagal

Perasaan tidak stabil

Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri

Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan

Perasaan hampa

Faktor Predisposisi :

Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif

seseorang sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam

proses interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang pentingbagi

perkembangan spiritual seseorang.

Page 5: askep spiritua

Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan,

pendapattan, okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan,

politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.

Faktor Presipitasi :

Kejadian Stresful

Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan

tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian,

kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain,

lingkungan dan zat yang maha tinggi.

Ketegangan Hidup

Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres

spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan

keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga,

kelompok maupun komunitas.

Penilaian Terhadap Stressor :

Respon Kognitif

Respon Afektif

Respon Fisiologis

Respon Sosial

Respon Perilaku

Sumber Koping :

Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres

spiritual :

1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada

kepentingan orang lain.

2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif

thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.

3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan

pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.

Page 6: askep spiritua

4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat,

petunjuk dan umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku

berdasarkan keyakinan spiritualnya.

5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan

dukungan kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk

(2003) menambahkan dukungan apprasial yang membantu seseorang

untuk meningkatkan pemahaman terhadap stresor spiritual dalam

mencapai keterampilan koping yang efektif.

PSIKOFARMAKA :

Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri.

Berdasarkan dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual tidak digolongkan secara

jelas apakah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau lima

Diagnosa :

Distters Spritual

Intervensi :

Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor

penyebab distress spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan

perasaan dan pikiran terhadap agama yang diyakininya, bantu klien

mengembangkan kemampuan untuk mengatasi perubahan spritual dalam

kehidupan.

Sp. 2-P : Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien,

fasilitas klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain,

bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.

Page 7: askep spiritua

RENCANA KEPERAWATAN DISTRES SPIRITUALNama Klien :Ruang :

No. Diagnosis

Keperawatan

Perencanaan

Tujuan Kriteria Evaluasi

1 2 3 4 5

Distres spritual

TUM : Klien mampu menyatakan mencapai kenyamanan dari pelaksanaan praktik spiritual sebelumnnya dan merasa kehidupannya berarti/bermaknaTUK I :Setelah dua kali pertemuan Klien dapat membina hubungan saling percaya.

1. Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip dan teknik komunikasi terapeutik :

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanyakan nama lengkap klien

dan nama panggilan yang disukai klien

d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janjif. Tunjukkan sikap empati dan

menerima klien apa adanyag. Beri perhatian kepada klien dan

perhatikan kebutuhan dasar klien

TUK 2 :Setelah satu kali pertemuan klien dapat mengatakan kepada perawat atau pemimpin spiritual tentang kondlik spiritual dan kegelisahannya.

2.1 Klien mampu a. Mengungkapkan

harapan masa depan yang positif.

b. Mengungkapkan arti hidup

c. Mengungkapkan optimis

d. Mengungkapkan keyakinan dalam diri

e. Mengungkapkan keyakinan kepada orang lain

f. Menentukan tujuan hidup

2.1.1 Gunakan komunikasi terapeutik untuk membina hubungan saling percaya dan menunjukkan empati.

2.1.2 Menggunakan alat untukmemonitor dan mengevaluasi spiritual well-being sebagai pendekatan

2.1.3 Mendorong individu untuk melihat kembali masa lalu dan memfokuskan pada kejadian dan hubungan yang memberikan kekuatan dan dukungan spiritual

2.1.4 Rawat klien dengan bermartabat dan hormat dengan cara menghargai pendapat dan keyakinan klien.

2.1.5 Dorong partisipasi dalam

Page 8: askep spiritua

1 2 3 4 5

hubungan dengan anggota keluarga, teman dan orang lain.

2.1.6 Jaga privacy dan ketenangan untuk kegiatan spiritual

2.1.7 Dorong partisipasi dalam kelompok spiritual sesuai dengan keyakinan yang dianut.

TUK 3 : Setelah atau kali pertemuan kali dapat mendiskusikan dengan perawat hal penting yang memberikan makna dalam kehidupannya dimasa yang lalu.

1. Klien mampu a. Mencintai diri

sendiri dan orang lain dengan mengungkapkan penerimaan terhadap dirinya sendiri maupunorang lain

b. Berdoa menurut keyakinannya masing-masing

c. Melakukan ibadah d. Berpartisipasi dalam

upcara keagamaan e. Berpartisipasi dalam

pengobatan f. Berinteraksi dengan

tokoh agamag. Berhubungan

dengan diri sendiri orang lain yang

h. Berhubungan dengan orang lain

i. Berinteraksi dengan orang lain untuk berbagi perasaan dan keyakinan

1. Berbagai keyakinan tentang arti dan tujuan dengan perawat

2. Diskusikan manfaat spiritual3. Beri kesempatan untuk

mendiskusikan berbagai hambatan yang dirasakan dalam menjalankan keyakinan

4. Bersikap terbuka dan menjadi pendengar yang baik terhadap apa yang dikatakan individu

5. Dorong klien berdoa secara individu

TUK 4 :Setelag tiga kali pertemuan klien dapat mempertahankan pemikiran dan perasaannya tentang spiritual

1. Klien mampu a. Melakukan ADL b. Melaksanakan

keyakinannya sesuai dengan perannya

c. Mengungkapkan perasaannya

1. Mendorong klien untuk menulis dalam daftar kegiatan hariannya setiap hari untuk mengekpresikan pemikiran dan saran refleksi.

2. Menyediakan musik, literatur, radio atau program TV spritual secara individu

3. Terbuka terhadap pernyataan

Page 9: askep spiritua

1 2 3 4 5

terkait dengan keyakinannya

d. Mengontrol aktifitas spiritualnya

e. Memilih pelayanan spiritual yang diperlukan

individu terhadap kesepian dan kekuatannya

4. Dorong menggunakan sumber-sumber spiritual seperti tokoh-tokoh agama, literatur-literatur atau buku yang sesuai dengan keyakinan, tersedianya tempat-tempat beribadah dan alat-alat dalam menjalankan ritual keyakinannya.

5. Menyerahkan ke tokoh agama yang pilih

6. Gunakan teknik klarifikasi untuk membantu individu mengklarifikasi keyakinan dan nilai

7. Mendengarkan perasaan individu 8. Menunjukkan empati 9. Fasilitas individu untuk meditasi,

berdoa, tradisi religius lainnya dan ritual

10. Dengarkan dengan hati-hati komunikasi individu dan mengembangkan waktu untuk berdoa atau ritual keagamaan

11. Yakinkan individu bahwa perawat akan mendukung individu pada saat menderita/masa kulit

12. Terbuka kepada individu tentang sakit dan kematian

13. Bantu individu untuk mengungkapkan dan mengurangi kemaharan.

Page 10: askep spiritua

STRESS MANAGEMENT

Stress :

Setiap hari dampak dari kehidupan.

Stress bisa baik.

Stress yang berlebihan dapat membahayakan

Positive Stess Results :

Lebih konsentrasi lagi

Increases performance

Memberikan energi untuk termotivasi lagi

Negative Stress Results :

Loss of motivation

Kurang efektif

Physical, mental and behavioral problems

What Stresses You Out ?

Money

Traffic

Health/Medical issues

Lack of Free time

Relationship : family & friends

Job related stress :

Work load

Stress Signs

Physical Stress Signs :

Increased heart rate/ Increased blood preassere

Muchles tightening

Cold clammy hands

Fatigue

Page 11: askep spiritua

Sleepleeness

Longer recovery from injury

Stomach or bowel upset

Headaches

Backaces

Change in eating habiths : lost of appetite/overeating

Restlessbes/irrutabillity

Increased illness

Mental Stress Signs

Anxiety

Forgetfulness

Depression

Apathy/lack of interest

Confucion

Lowered sel esteem

Increased anger

Exessive fear

Worry

Decreased self-confidence

Behavioral Signs fo Stress

Hostility

Iriitability

Under/over eating

Decreased ability to concentrate

Memory problems/forgetfulness

Frequent use of cigarettes or alcohol

Clumsiness

Withdrawal form usual activities

Poor performance

Absenteeism

Page 12: askep spiritua

High accident raes

Making moro mistakes

Impact of Stress

Impact on health of an individual

Back pain

Headaches

Stomachahes

Ulcers

High Blood Preassure

Heart Attack or Stroke

Impact on the health of an organization

Increased health insurance costs

Lost work days

Stress related workfes compensation claims

Lower Productivity

Over 75 % of industrial accidents are rooted in stress.

How To Manage Stress

Mental Tehcniques

Time management

Organize

Problem solving attitude

Think Positive

Pengalihan

Music

Hobbies

Play

Learning

Vacation

Phyrical Techniques

Page 13: askep spiritua

Body scan – relax – let go

Deep breathing

Exercise

Meditation

Nutrition

Rest

Laughter

Workplace Skills

Delegate

Anticipate problems

Be assertive

Organize

Balance work and personal time

Organizational Stress Management Initiatives

Organisational Inititives

Improvements in the physical work environment

Changes in Job design

Changes in workloads an deadlines

Changes in work schedules

More flexible hours

Increased employee participation

Team building

Time management workshops

Job burnout workshops

Training in relaxtion techniques

Career counseling

Page 14: askep spiritua

MEKANISME KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

Standar Asuhan Keperawatan Mekanisme Koping Individu Tidak Efektif

A. Pengertian Mekanisme Koping Individu Tidak Efektif

1. Ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang benar dari stresor,

pemilihan respon yang tidak adekuat dan atau ketidakmampuan dalam

menggunakan sumber-sumber yang tersedia (Nanda, 2005).

2. Kerusakan perilaku adaptif dan kemampuan menyelesaikan masalah

seseorang dalam menghadapi tuntutan peran dalam kehidupan (Townsend,

1998)

3. Koping individu, tidak efektif terjadi bila seorang individu mengalami atua

beresiko mengalami ketidakmampuan menangai ansietas karena tidak

mempunyai kemampuan secara fisik, perilaku maupun kogntifi (Keliat, et,

all, 2006).

B. Proses Keperawatan Koping Individu Tidak Efektif

Pengkajian :

1. Pengkajian Fisik

Berupa kenaikan tekanan darah, peningkatan ketegangan otot dileher, bahu dan

punggung, peningkatan denyut nadi dan pernapasan, telapak tangan berkeringat,

tangan dan kaki dingin, postur tubuh yang tidak tegap, keletihan, sakit kepala,

gangguan pada daerah lambung, suara yang bernada tinggi, mual, muntah, diare,

perubahan nafsu makan, perubahan berat badan, perubahan frekwensi berkemih,

gelisah, sulit untuk tertitur atau sering terbangun saat tidur dan dilatasi pupil.

2. Pengkajian Psikologis

Yang perlu dikaji meliputi adanya ansietas, depresi, marah, kecemasan, ketakutan,

kehilangan kontrol, harga diri rendah, perasaan tidak adekuat, kehilangan

motivasi, ketidakmampuan memenuhi peran yang diharpakan (mengalami

ketegangan peran, konplik peran), mengungkapkan kesulitan kehidupan, perilaku

destruktif (merusak diri, penyalahgunaan zat), rasa khawatir kronis, suka

berbohong dan manipulasi (Potter & Perry, 2005).

3. Pengkajian Sosial Budaya

Page 15: askep spiritua

Difokuskan pada dukungan sosial dalam memahami pengalaman klien, persepsi

budaya terhadap nyeri, penderitaan dan sakit deskriminasi atau perlakuan yang

berbeda, atau adanya rasisme dimana terdapat perbedaan pencapaian individu

dalam ras atau kelompok tertentu yang merasa lebih tinggi (Stuart, 2007).

4. Pengkajian Spritual

Berhubungan dengan keyakinan dan pencarian makna hidup individu itu sendiri.

Apakah keyakinan individu itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang.

Pengkajian spiritual ini berdampak sekali kepada koping seseorang. Ini bisa

dirasakan ketika seseorang mengalami kegagalan, perasaan tidak stabil,

ketidakmampuan mengontrol diri, dan merasakan perasaan hampa.

C. Diagnosa Keperawata

D. Intervensi Keperawatan

Adapun rencana tindakan keperawatan ini dikembangkan sebagai intervensi

generalis dan spesialis dalam asuhan keperawatan jiwa.

1. Generalisasi :

Rencana asuhan keperawatan jiwa pada tahap generalis ditujukan kepada pasien

dan keluarganya sebagai berikut :

Rencana tindakan keperawatan untuk pasien

Tujuan Umum :

Pasien mampu menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasinya

stressnya.

Tujuan Khusus :

a. Pasien mampu mengenal koping individu tidak efektif

b. Pasien mempu mengatasi koping individu tidak efektif

c. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan koping yang konstruktif

untuk mengatasi masalahnya

Page 16: askep spiritua

Tindakan Keperawatan :

a. Bina hubungan saling percaya

1. Mengucapkan salam terapeutik

2. Berjabat tangan

3. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien

b. Kaji status koping yang digunakan klien

1. Tentukan kapan mulai terjadi perasaan tidak nyaman, gejala, hubungannya

dengan peristiwa dan perubahannya

2. Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta dengan pengalaman

perilaku yang tidak menyenangkan

3. Dengarkan dengan cermat dan amati ekpsresi wajah, gerakan tubuh,

kontrak mata, posisi tubuh, intonasi, dan intensitas suara pasien.

4. Tentukan resiko adanya tindakan membahayakan diri sendiri dan berikan

tindakan yang dibutuhkan.

c. Berikan dukungan jika klien mengungkapkan perasaannya

1. Jelaskan bahwa perasaan-perasaan yang dimilikinya memang sulit untuk

dihadapi.

2. Jika individu menjadi pesimis, upayakan untuk lebih memberikan harapan

dan pandangan realistis.

d. Motivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya sendiri

1. Apa yang positif pada dirinya

2. Apa yang perlu ditingkatkan

3. Apa yang dipelajari tentang dirinya dan self reinforcement

e. Bantu klien untuk memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif

1. Identifikasi masalah yang dirasakan

2. Identifikasi penyebab masalah

3. Gali cara klien menyelesaikan masalah masa lalu

4. Diskusikan beberapa cara menyelesaikan masalah

5. Diskusikan keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan

6. Bantu klien memilih cara penyelesaian masalah yang berhasil

f. Ajarkan alternatif koping yang konstruktif seperti :

1. Bicara terbuka dengan orang lain untuk kekuatan sosial

Page 17: askep spiritua

2. Kegiatan fisik untuk pemulihan kekuatan fisik

3. Melakukan cara berfikir yang konstruktif untuk kemampuan kognitif

4. Melakukan aktivitas konstruktif untuk kekuatan psikomotor

Tindakan keperawatan untuk keluarga

a. Tujuan Umum

Keluarga mampu menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasinya stres

pada anggota keluarganya.

b. Tujuan Khusus

1. Keluarga mampu mengenal koping individu tidak efektif pada anggota

keluarganya.

2. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah koping tidak

efektif pada anggota keluarganya.

3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang masalah mengalami

koping tidak etektif

4. Keluarga mampu mempraktekan cara merawat anggota keluarga dengan

masalah koping individu tidak efektif

5. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami koping tidak

efektif

Tindakan Keperawatan

a. Diskusikan tentang pengertian koping tidak efektif

b. Diskusikan tentang tanda dan gejala koping tidak efektif

c. Diskusikan tentang penyebab koping tidak efektif

d. Diskusikan tentang cara merawat pasien dengan koping tidak efektif

dengan cara :

1. Membantu pasien mengenal koping yang tidak efektif

2. Mengajarkan pasien mengembangkan koping yang sehat

a. Bicara dengan orang lain

b. Melakukan aktivitas yang konstruktif

c. Olah raga dan aktivitas fisik lainnya.

e. Dampingi keluarga menerapakan cara merawat pasien langsung

f. Diskusikan bagaiaman cara merujuk anggota keluarga jika sudah tidak

dapat ditangani dirumah.

Page 18: askep spiritua

Terapi Spesialis

1. Terapi Individu

a. Cognitif Behavior Therapy : sebagai mekanisme proteksi agar kecemasan

dan stres yang dihadapi individu tidak mengancam.

b. Gestals therapy : memfokuskan pada peningkatan kesadaran emosi dan

perilaku klien serta meningkatkan kesadaran diri klien untuk mencoba

berinteraksi dengan orang lain.

c. Anxiety reduction : upaya memperkecil pemahaman, rasa takut, firasat

atau kegelisahan yang berhubungan dengan sumber-sumber bahaya yang

tidak terindentifikasi.

2. Terapi Keluarga

a. Family psychoeducation theraphy

b. Family system therapy

3. Terapi leompok : Group psycotherapy

4. Terapi komunitas : case management

Page 19: askep spiritua

MEKANISME KOPING

Fokus pada masalah

Negosiasi

Konfrontasi

Minat nasehat

Fokus pada kognitif

Banding dengan secara positif

Abaikan yang negatif

Subtitusi

Fokus pada emosi

Ego defence

1. Faktor Predisposisi

a. Biologik

o L.B. Genetik

o Kesehatan

o Terpapar Racun

b. Psikologik

o IQ

o Moral

o Koping

o Konsep Diri

o Kepribadian

o Pengalaman lalu

o Keterampilan verbal

c. SOS. BUD

o Umur

o Pendidikan

o Pekerjaan

o Pendapatan

o L.B. Bud-Sos

Page 20: askep spiritua

o Agama

o Politik

o HAM, Status sosial

2. Faktor Prespitasi (Stressor)

a. Stresor : stimulus yang dipersepsi sebagia tantangan ancaman, tuntutan,

perlu energi tensi dan stres.

b. Yang penting tentang stresor :

o Sifat : bio, psiko, sos-bud

o Sumber : internal (individu), eksternal (luar individu)

o Waktu : kapan, berapa lama, frekuensi

o Jumlah : berapa kali pada kurun waktu tertentu

3. Penilaian Primer terhadap Stresor

Evaluasi terhadap kemaknaan dari kejadian terhadap individu.

a. Kognitif

o Pemilihan koping

o Reaksi emosi, fisiologik, dan perilaku

o Penilaian kognitif = mediator individu dan lingkungan

o Individu dapat menilai : bahaya/potensial sesuai dengan :

Pandangan/pengertian : sikap, terbuka berubah, peran serta

dan kontrol diri dan lingkungan.

Sumber untuk toleransi

4. Penialian Sekunder

a. Kognitif

o Kemampuan koping

o Efektifitas koping

o Koping yang tersedia

b. Afektif

o Eskpresi emosi : sedih, gembira, takut, marah, menerima, tidak

percaya, antisipasi, surprise.

Page 21: askep spiritua

o Klasifikasi tergantung pada tipe, lama dan intensitas

o Mood : emosi yang berlangsung lama (suasana hati)

o Sikap (attitude) : jika lama

c. Fisiologik : berkaitan dengan homron

d. Perilaku :

Menurut capian 4 fase :

o Perilaku yang merubah situasi/lari dari streful

o Perilaku yang memerlukan kemamuan baru

o Perilaku intrapsikik untuk atasi suasana tidak menyenangkan

o Perilaku intrapsikik dengan penyesuaian internal

e. Sosial : significant others

o Evaluasi dukungan sosial

o Isolasi sosial : meningkatnya gangguan jiwa

Sistem Dukungan Sosial

Berkembang sejak lahir : ibu, ortu + kel inti, teman (sekolah, pekerjaan,

masyarakat), perawat dan tim kesehatan.

5 fungsi sistem dukungan emosional

a. Dukungan emosi (emotional support)

b. Membantu menyelesaikan masalah

c. Memberi umpan balik dan evaluasi

d. Hubungan sosial dan integrasi

e. Sumber informasi

4 penilaian sekunder terhadap sumber koping

Sumber Koping

a. Mechanic :

1. Model ekonomi

2. Tekanan koping

3. Kemampuan dan keterampilan

4. Dukungan sosial

Page 22: askep spiritua

5. Motivasi

b. Lazarus & Folkam

1. Kesehatan dan tenaga

2. Keyakinan positif

3. Sumber sosial dan materi

4. Keterampilan sosial

5. Keterampilan penyelesaian masalah :

a. Cari info

b. Indentifikasi maslah

c. Nilai alternatif

d. Laksanakan rencana

c. Antonousky

1. Kekuatan ego

2. Konsisten

3. Stabil

a. Budaya

b. Agama

c. Sistem Nilai

d. Keyakinan

Page 23: askep spiritua

ASKEP GANGGUAN KONSEP DIRI : BODY IMAGE

Pengertian Body Image adalah asumsi dari perilaku secara sadar dan tidak sara

tentang keutuhan dari tubuhnya, yang dipengaruhi persepsi sekarang dan yang

lalu tentang perasaan bentuk tubuh, ukuran, fungsi, penilaian (Stuart & Sundeen,

1991).

Faktor predisposisi menurut Stuart Laraia dibagi menjadi biologis, psikologis dan

sosiokutural.

1. Faktor Biologis

Adanya kerusakan pada salah satu anggota tubuh.

2. Faktor Fsikologis

Teori Psikologis/Psikoanalitik

Sigmund Freud (1936) mengatakan struktur kepribadian ID (dorongan imazing

dan impuls primitif), Super Ego (hati nurani, norma budaya), Ego (mediator

antara id dan super ego konflik emosional id dan super ego. Warning ego

tentang bahaya timbul gangguan BODY IMAFGE.

3. Faktor Sosiokultural

Teori Perilaku

Kegagalan berperilaku Frustasi Konflik salah satu konfliknya adalah BODY

IMAGE.

Faktor Presipitasi

Terdapat 2 faktor presifitasi pada gangguan penampilan peran, yaitu :

1. Trauma

Ada riwayat kekesaran atau trauma seperti fisik, sexual, dan psikologikal abuse

dimasa………. (Chu et al, 1999; Kluft, 1999).

2. Role Strain

Perasaan frustasi ketika seseorang tidak dapat memenuhi peranannya, yang bisa

disebabkan oleh keadaan sakit yang lama atau transisi perkembangan.

Dari 2 faktor diatas kemudian dikaji lagi tentang sifat, asal, waktu dan jumlah dari

faktor presipitasi yang muncul.

Page 24: askep spiritua

Apprasial Of Stressor

Dikaji penilaian klien terhadap masalah dari kognitif, afektif, fisiologi, perilakua

dan sosial, dan yang terpenting perawat …… selalu mengkaji dan melakukan

valid….dengan melakukan hubungan teurapeutik dengan klien.

Sumber Koping

Penting dikaji oleh perawat tentang sumber koping ini merupakan

kekuatan untuk klien. Jika ditemukan ada sumber koping positif yang

dimiliki klien sebaiknya perawat dengan klien berusaha bersama-sama

untuk meningkatkan self awareness (Bjorklund, 2000).

Dikaji sumber koping dari kemampuan personal, dukungan sosial, aset

materi dan keyakinan positif terhadap stressor.

Diagnosa Keperawatan

Gangguan body image

Koping tidak efektif

Berduka

Intervensi dan Implementasi

1. Identifikasi dan ekpresi Dengarkan Empat

2. Pecahan masalah Alternatif …Tidak berbahaya

3. Perilaku & hati Identifikasi kembali Penilai Klien terhadap body image

4. Evaluasi diri Percaya diri Kemampuan diri