asosiasi peneliti bahasa-bahasa lokal (apbl)

13
Cakrawala Bahasa- Bahasa Nusantara tssN 2442-3475 Vol. 3, No. 1, Februar,2017 Asosiasi Peneliti Bahasa-Bahasa Lokal (APBL) Kajian CODE-SWITCHING AND CODE-MDCNG ON UNTYEBSITY STUDENTS STAYING AT ARUFURROHIM MOSQUE AND SAHUR'S DOBMITORY IN KENDARI, SOUTHEAST SULAWESI (A COMPARATTYE STUDY DESIGN) Maulid Taembo PEMERTAHANAN BAHASA JAWA DAI"AM KONTAK BAHASA PADA MASYARAKAT DWIBAHASAWAN: KAJIAN TUTURAN PENGEMIS DI KOTA SEMARANG Hari Bakti Mardikantoro KETERHUBUNGAN ANTARA KEHIDUPAN MANUSIA DENGAN DUNIA FISIK-BIOLOGIS ALAM SEMESTA DIEKSPRESIKAN DAI,AM UNGKAPAN METAFORIK PADA KOMUNITAS TUTUR ACEH DI DESA TRUMON ACEH SEI"ATAN: KAJIAN EKOLINGUISTIK Nuzwaty TRADISI LISAN DAN PROSES PELISANAN BEBERAPA CUPLIKAN CERITA BERTEMAKAN GEDENEKAI,AHANG CERIK DI BALI I Nyoman Darsana vowEl CORBESPONDENCE rN T"ANGUAGES oF NTMBORAN, KEMTUK-GRESI, AND I{WANSU IN GRIME VALLEY JAYA PURA PAPUA Christ Fautngil VOWEL SPLIT FROM PROTO-AUSTRONESIAN INTO ACEHNESE Nurmaida THE DISCOURSE OF BIRTH BITUAL IN BONGGA ETHNIK A STUDY OF ANTHROPOLOGICAL LINGUISTIC Dorotea Moni Stelmachowska MANGGARAIAN PEOPLE'S WORLD VIEW IN THE RITUAL TE)(T OF BARONG WAE: A STUDY oF CULTURAL LINGUISTICS Kanisius Rambut DINAMIKA KEBAHASAAN PADA MASYABAKAT NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG, BALI I Ketut Darma Laksana PERTENTANGAN KEI,AS DAI"AM SI KAMPENG: PENDEKATAN REALISME SOSIALIS I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani

Upload: others

Post on 09-Jan-2022

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asosiasi Peneliti Bahasa-Bahasa Lokal (APBL)

Cakrawala Bahasa- Bahasa Nusantara

tssN 2442-3475 Vol. 3, No. 1, Februar,2017

Asosiasi Peneliti Bahasa-Bahasa Lokal (APBL)

Kajian

CODE-SWITCHING AND CODE-MDCNG ON UNTYEBSITY STUDENTS STAYINGAT ARUFURROHIM MOSQUE AND SAHUR'S DOBMITORY IN KENDARI,

SOUTHEAST SULAWESI (A COMPARATTYE STUDY DESIGN)Maulid Taembo

PEMERTAHANAN BAHASA JAWA DAI"AM KONTAK BAHASA PADAMASYARAKAT DWIBAHASAWAN: KAJIAN TUTURAN

PENGEMIS DI KOTA SEMARANGHari Bakti Mardikantoro

KETERHUBUNGAN ANTARA KEHIDUPAN MANUSIA DENGAN DUNIAFISIK-BIOLOGIS ALAM SEMESTA DIEKSPRESIKAN DAI,AM UNGKAPAN

METAFORIK PADA KOMUNITAS TUTUR ACEHDI DESA TRUMON ACEH SEI"ATAN: KAJIAN EKOLINGUISTIK

Nuzwaty

TRADISI LISAN DAN PROSES PELISANAN BEBERAPA CUPLIKANCERITA BERTEMAKAN GEDENEKAI,AHANG CERIK DI BALI

I Nyoman Darsana

vowEl CORBESPONDENCE rN T"ANGUAGES oF NTMBORAN,KEMTUK-GRESI, AND I{WANSU IN GRIME VALLEY JAYA PURA PAPUA

Christ Fautngil

VOWEL SPLIT FROM PROTO-AUSTRONESIAN INTO ACEHNESENurmaida

THE DISCOURSE OF BIRTH BITUAL IN BONGGA ETHNIKA STUDY OF ANTHROPOLOGICAL LINGUISTIC

Dorotea Moni Stelmachowska

MANGGARAIAN PEOPLE'S WORLD VIEW IN THE RITUALTE)(T OF BARONG WAE: A STUDY oF CULTURAL LINGUISTICS

Kanisius Rambut

DINAMIKA KEBAHASAAN PADA MASYABAKAT NUSA PENIDA,KABUPATEN KLUNGKUNG, BALI

I Ketut Darma Laksana

PERTENTANGAN KEI,AS DAI"AM SI KAMPENG:PENDEKATAN REALISME SOSIALIS

I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani

Page 2: Asosiasi Peneliti Bahasa-Bahasa Lokal (APBL)

rssNl 2qq2-3+751xvfiJ, nm/R, V00.3 No.l. Pebnurrl 207

ASOST3SI PEiNELM BAFIASA-BAHASA LOKAL (APBL)

JT]RNAL TUTURVolume 3 Nomor I

tr'ebruari 2017

Ketua Dewan RedaksiAron Meko Mbete

Wakil Ketua Dewan RedaksiMade Budiarsa

Penyunting AhliIda Bagus Putra Yadnya

Robert Sibarani

I Wayan Simpen

Simon Sabon OlaI Gusti Ayu Gede Sosiowati

I Nyoman Sedeng

Penlunting PelaksanaAnak Agung Putu Putra

Made Sri Satyawati

Ni Luh Ketut Mas IndrawatiNi Made SuryatiMirsa Umiyati

AdministrasiKetut Widya PumawatiGekWulanNovi UtamiNissa Puspitaning Adni

ALAMAT REDAKSIASOSIASI PENELITI BA}IASA-BAHASA LOKAL (APBL)

Jalan Nias No 13 Denpasar 80114, Bali, IndonesiaTelepon/Faksimili (036 1 ) 250033

Pos-el : [email protected]

Pos-el penulis artikel:

Maulid Taembo: [email protected]; Hari Bakti Mardikantoro:[email protected]; Nuzwaty: [email protected]; I Nyoman Darsana:

nym_darsana@unud. ac.id; Christ Fautn gil : chfaut@yahoo. co.id; Nurmaida :

[email protected]; Dorotea Moni Stelmachowska:[email protected]: Kanisius Rambut: [email protected]; I Ketut

Darma Laksana: [email protected]; I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyanii gaa_triadnyani@unud. ac. id

Page 3: Asosiasi Peneliti Bahasa-Bahasa Lokal (APBL)

rssl\, 2r+rr2_3r+75J,ryal. TUTUR, Vol,.3 No. L pebniqri20T

ASOSIAST PENELM BA{ASA-BAHASA LOKAL (AP8L)

PENGANTAR REDAKSI

Para pelanggan dan pecinta TUTUR yang kami hormati. Februari ZO|T ini AsosiasiPeneliti Bahasa-Bahasa Lokal, APBL Pusat menghadirkan kembali Jurnal TUTt-lR hadir untukedisi yang kelima. Sebagai sarana keilmuan, TUTUR hadir dengan misi utama menggairahkan

dan menumbuhkan budaya menulis di kalangan linguis, termasuk para ahli sastra, khususnyapara linguis muda dan para ahli sastra muda lndonesia. Meski dengan keterbatasan dan anekakendala, Februari 2Ol7 ini jurnal ini melawali kembali para pembacanya di pelbagai wilayahTanah Air. TUTUR hadir sebagai anak kandung ASostASt PENELITI BAHASA-BAHASA LOKAL

(APBL) PUSAT, wadah bagi para peneliti bahasa (dan sastra) mengembangkan profesi sebagaipeneliti.

Sebagai wadah profesi di bidang penelitian, artikel-artikel yang disuguhkan ini, memangberbasiskan penelitian, betapapun terbatasnya ruang kajiannya. Sudah tentu, bahasa-bahasalokal dengan kehidupan sastranya sebagai pilar utama, dalam sejumlah perspektifnya

diupayakan untuk diterbitkan oleh jurnal yang masih berusia muda ini. Sudah tentu fenomenabahasa lndonesia sebagai bahasa nasional yang juga berkembang dari salah satu bahasa lokalatau bahasa daerah di lndonesia, diberi ruang pula untuk diterbitkan oleh TUTUR. Demikianpula, fitur-fitur kelinguistikan bahasa-bahasa asing dalam sentuhan dan serapannya dalambahasa lndonesia, ataupun dalam bahasa-bahasa lokal di Indonesia khususya, diharapkanmemperkaya wajah jurnal ini.

Dalam terbitan kali ini TUTUR juga mempersembahan sepuluh artikel. Sebagai saranailmiah, terbitan kali ini pun sejumlah artikel berwajahkan bahasa lnggris dan bahasa lndonesiaagar dapat dibaca oleh banyak pihak secara lebih luas. Artikel pertama dipersembahkan olehMaulid Taembo, UHO, Kendari dengan taluk "Code-Switching and Code-Mixing on L/niversityStudents Staying at Arufurrohim Mosque And Sahur's Dormitory ln Kendari, Southeast Sulawesi

(A Comparative Study Design) sebagai informasi sosiolinguistik yang cukup menarik. Da6Kendari, dengan informasi kelinguistikannya itu, TUTUR menyajikan pula informasi ihwal kondisihidup bahasa Jawa melalui hasil penelitian Harry Bakti (Universitas Negeri Semarang) yang

bertajuk " Pemertahanan Bahasa Jawa Dalam Kontak Bahasa Pada Masyarakat DwibahasawanKaiian Tuturan Pengemis Di Kota Semarangl'. Selanjutnya artikel yang ketiga edisi kali ini juga

menyajikan hasil kajian tentang metafora dalam konteks dan perspektif ekolinguistik. KaryaNuzwati bertajuk " Keterhubungan Antara Kehidupan Manusia dengan Dunia Fisik-Biologis AtamSemesta Diekspresikan dalam tlngkapan Metaforik pada Komunitas Tutur Aceh di Desa TrumonAceh Selatan: Kajian Ekolinguisti(.

TUTUR juga menyajikan sebuah karya sastra lisan dalam tradisi Bali melalui artikelNyoman Darsana bertajuk " Tradisi Lisan Dan Proses Pelisanan Beberapa Cuplikan CeritaBeriemakan Gedenekalahang Cerik Di Batt'. Selanjutnya diikuti pula sebuah hasil penelitian

Christ Fautngil dari Universitas Cendrawasih bertajuk " Vowel Corespondence in Languages ofNimboran, Kemtuk-Gresi, And Kwansu in Grime Vatley Jaya Pura Papud'. Selanjutnya disusul

Page 4: Asosiasi Peneliti Bahasa-Bahasa Lokal (APBL)

ISSf.{ 2++2-3rr75

JrftP&,TLm/R Vog-31{o' L Pem/orl 2O7

ASOSIASI PEI\Errr BAFIASA.BA}IASA LOKAL (APBI-)

pula dengan penjeiakan kesejarahan bahasa Aceh, haqil kajian Nurmaida yang berjudul " vowel

Split From Proto-Austronesian lnto Acehnesd '

Fenomena bahasa dalam perspektif Antropolinguistik juga disajikan oleh Dorotea Moni

stelmachhouwska Adam Micklewics University Pozhan-Polandia yang bertajuk " The Discourse of

Birth Rituat tn Rongga Ethnic: A Study of Anthropological Linguistic ' Disusul pula dengan karya

Kanisius Rambut, Universitas Flores juga tentang fenomena bahasa Manggarai kendati dengan

topik yang berbeda " Manggraian People's wortd view in the Ritual Text of Barong wae: A Study

of Cultural LinguisticC' .

Kehidupan bahasa Bali, khususnya pada masyarakat dan lingkungan Nusa Penida juga

disaiikan oleh I Ketut Darma Laksana, Universitas Udayana bertajuk " Dinamika Kebahasaan

pada Masyarakat Nusa Penida. Artiket lainnya dalam perspektif kesarahan bahasa-bahasa di

Asia Tenggara-Pasifikdisajikan oleh Aron Meko Mbete, Universitas Udayana bertajuk " Fitur-fitur

subrumpun dan Beberapa Bahasa di lndonesia sebagai Jejak Proses Migrasi Austronesid'

Salam Hangat

Redaksi Tutur

1'"i;'?:.";:14! lv ,,i1-f

Page 5: Asosiasi Peneliti Bahasa-Bahasa Lokal (APBL)

ISSN 2qq2-3'+75 l*-"ffi "#H_xtr.i,ilsil#t%ff,

I{alaman Sampul Luar- iIfalaman Sampul Dalam _ iiPengantar Redaksi _ ivDaftar isi - v

1. Code_Switching and CodeMix.

,{lTiI}*ruilX#rlJ;';'""1'';li:T..:,:ff ffi "i:"illiJlMaulid Taembo

2. Pemefiahanan Bahasa Jawa dalam Kontak Bah

ilJTjliffi:;-*T[f r;;;o i'og"-i, di Kota il:::"*':l" Masvarakat

3' Keterhubungan antara Kehidupan Manusia dengan Dunia Fisik_Biologis AIami:trf":,Tfrresikan our"m'u,e5:ry" y","i"riluou romunitas rururNuzwaty

rumon Aceh Selatan: Kajian H.ourgui.tik - 19

4' .qi:il-:;:il,::'J;H;;:':Ti'

beberapa cuprikan cerita BertemakanI Nyoman Darsana

s' iH*ffiil1",ffi:"T,TX*l'rf,

*,- ooran, Kemtu k- Gresi, an d KwansuChrist Fautngil

6. #H;:rt

from proto_Austronesian into Acehnese _ 48

7' ;tr],.|,"::se

or Birth Ritual in Rongga Ethnik A studyDorotea Moni Stelmachowska

8. Manggaraian people,s World View In TheStudy of Cultural Linguistics _ 73Kanisius Rambut

9' #TX"

Kebahasaan pada Masyarakat Nusa penida, Kabupaten Krungkung,I Ketut Darma Laksana

10' Perten:ffiHtt::HfirT:l.eng: pendekatan

Rearisme sosiaris - eI

Pedoman penulis Tutur _ 97

DA}'TARISI

of Anthropological

Ritual Text Of Barong Wae: A

,#i;E

Page 6: Asosiasi Peneliti Bahasa-Bahasa Lokal (APBL)

ISSAI2+r2-3rr75AJrrcl. nmJR, Vol-3 No. I pebruart 207

ASOSIAST PEiNEL:rrr BAHASABAHASA LO<AL (APBL)

TRADISI LISAI\ DAI\ PROSBS PELISANAI{ BEBERAPA CT'PLIKAI\ CERITABERTEMAKAN GEDENEKALAHANG CEMK DIBALI

INyoman DarsanaProgram Studi Sastra Bali

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayananym_darsana@unud. ac.id

AbstrakMasyarakat Bali mengenal tradisi lisan dari dulu sampai saat ini. Keberlangsungan kadisi

lisan di Bali walaupun masyarakat telah melek huruf tetap saja bery'alan terutama melalui satua(cerita/dongeng). Hal ini terjadi karena satua masih dirasakan berfungsi sebagai alat pendidikankarakter anak-anak maupun orang dewasa, sesuai dengan fungsi salah satu tradisi lisan yangdirumuskan oleh Bascom (1965), Dananjaya (1991), dan Sudikin (1993). Beberapa dongeng se-tema Gedene Kalahang Cerik seing dilisankan ketika ada momen yang tepat untuk menasehatianak-anak maupun orang dewasa bahwa, yang besar tidak selalu akan menang, tetapi banyak haljustru yang besar itu akan dikalahkan oleh yang kecil. Intinya, yang besar jangan sombong.Dongeng ini bagi si pencerita, banyak yang tidak mengetahui kelengkapan cerita maupun sumbercerita. Mungkin itu tidak penting, yang lebih penting sesungguhnya pengembangan cerita yangseanalogi dengan dongeng itu. Demikian proses pelisanan beberapa tradisi lisan di Bali.

Kata kunci: satua, pelisanan, momentunq pengembangan.

PENDAHT]LUAI\Padazamandahulu manusia belum mengenal sekolah tempat belajar secara formal.

Mereka para orang tua umurrmya belajar untuk mengisi diri menuju ke aLrlrlak yang lebihbaik, baik untuk diri sendiri, untuk keluarga, maupun untuk orang lain di sekelilingnya,banyak belajar dari prilaku binatang. Kenapa binatang? Binatang merupakan mahlukhidup yang paling dekat dengan kehidupan manusia. Dari binatang liar kemudianditemakkan menj adilah hewan piaraan.

Prilaku hewan ini tanpa disadari menyadarkan manusia bahwa ada prilaku yangdapat dipakai mengontrol prilaku manusia menuju ke ahlak yang lebih baik. Di dalambahasa Bali ada pribahasa, "jelema cara celeng, ngamah teken medem dogen gaene"artinya: "orang seperti babi, kerjanya hanya makan dan tidur saja". Pribahasa ini bisatersusun seperti itu karena pengalaman manusia memelihara babi dan setiap saat dariperilakunya diketahui seperti itu. Ketika melihat anak-anak yang hidup sengsara dan tidakada tempat untuk mengadu karena ditinggal kawin ibunya, sedangkan bapaknya telahmeninggal, orang lain akan berkata, "Pedalem ninggalin pakeriak cara pitik ilang inane".Ungkapan ini berarti, "sangat kasihan melihat (anak-anak itu) resah seperti anak ayamkehilangan induknya".

Pribahasa yang pertama ditujukan kepada anak-anak atau orang yang sudah dewasamalas bekerja. Pekerjaannya hanya makan dengan memberati orang tua, kemudian sudahkenyang, tidur lagi. Jika demikiall orang tua yang mana tidak akan kesal terhadap anakseperti ini. Karena sering dikatai oleh orang tua seperti itu, biasanya si anak akan maludan mulailah sadar hidup ini perlu makan dan agar bisa makan kita harus bekerja.Pribahasa yang kedua mengandung makna yang cukup dalam ditujukan kepada ibu darianak-anak yang resah dan gelisah itu. Sampai tega meninggalkan anak-anak yang masihkecil belum bisa mencari makan sendiri, hanya untuk menikah.

Binatang memang memiliki tingkah laku bermacam-macam. Ada yang lucu, adayang menjengkelkan, dan tidak sedikit ada yang dapat membantu kehidupan manusia.Seperi sapi, kerbau, dan kuda dipakai alat transportasi atau membantu pekerjaan para

31

Page 7: Asosiasi Peneliti Bahasa-Bahasa Lokal (APBL)

rssNl2+r2-3t+75JJrvpJ, nm/R, V0A.3 No.l. Pebruari20[7

ASOSTASI PEIIELM BAMSAAAHASA LOKAL (AFBL)

petani.Di samping itu juga sebagai sumber kehidupan berupa komoditi. Cerita tentang

binatang selalu menarik baik untuk anak-anak maupun untuk orang dewasa. Di dalamkhasanah sastra Bali Tradisional ada karya sastra yang banyak menceritakan tentang

binatang, yakni Diah Tantri.Cerita Diah Tantri cukup terkenal di Bali. Awalnya kitab Pancatantra India dibawa

masuk ke tanah Melayu, kemudian pada era Hindu di Jawa terjadi jawanisasi. Artinyakitab Pancatantra India disadur menjadi Tantricarita, Tantriwakya, atau TantriKamandaka (Hooykaas, t929). Cerita Tantri Kamandaka Jawa Kuno sesampainya diBali, oleh paru pengawi Bali direspon sehingga muncul cerita Tantri dalam berbagai

genre. Ada Kakawin Kamandaka Tantri, Tantri Carita, Kidung Tantri Nandakaharana,

Kidung Tantri Mandukaprakarana, Kidung Tantri Pisacarana, Kidung Tantri Pitrayadnya,

Geguritan Tantri Kamandaka, Geguritan Pancapuspita, Geguritan Cangak, dan bukukumpulan dongeng Tantri Kamandaka atau Ni Diah Tantri (Suarka, 2007: 33). Disamping itu masih ada lagi yang disebut Tantri Bali oleh I Ketut Ginarsa (1959) yaitucerita I Gunawati (Agastia, 2006:17).

Dilihat dari kreativitas orang Bali dalam berkarya seni khususnya seni sastra dapat

dikatakan cukup menggembirakan. Hal ini dibuktikan dari transformasi atau pembaliankarya sastra Jawa Kuno seperti Tantri Kamandaka menjadi beberapa genre sastra.

Peranan para pelaku pesantian (kelompok apresiator sastra tradisional) sangat penting didalam menyebarluaskan cerita Tantri beserta makna yang terkandung di dalamnya. CeritaTantri (kakawin, kidung, geguritan) sering dipakai materi di dalam mabebasan.

Mabebasan artinya kegiatan mengapresiasi karya sastra secara berkelompok (Medera,

1997:24\.Walaupun demikian, apabila dilihat secara umum masyarakat Bali terlihat belum

semuanya mengetahui cerita Tantri secara keseluruhan. Masih lebih banyak masyarakat

Bali yang mengetahui cerita Tantri hanya sepenggal-sepenggal saja. Mengapa demikian?Bagaimanakah sesungguhnya proses pelisanan yang sudah mentradisi di Bali? Hal inibelum pernah dibicarakan para peneliti. Untuk itu dalam kesempatan ini dikaji untukmendapatkan gambaran penyebab munculnya masalah seperti itu.

PEMBAHASANTradisi lisan telah menarik hati para peneliti terlebih lagi di Indonesia eksistensi

tradisi lisan jauh lebih banyak dari tradisi nonlisan (tulis). Masing-masing suku memilikitradisi lisan terutama suku bangsa yang tergolong niraksara. Satu dari sekian banyakkekayaan sastra Indonesia yang terhampar di semua kepulauan nusantara ini adalah

bentuk sastra tradisi lisan. Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) telah memetakan seluruh tradisilisan yang ada di bumi pertiwi ini (Anwar dan Shafwan Hadi Umry, 2014:561).

Masyarakat memiliki kebiasaan-kebiasaan yang diwarisi dari leluhurnya, yang

sampai saat ini masih dipakai atau dijalankan karena ada nilai yang dipakai pedoman

dalam kehidupan. Berbagai difinisi tradisi lisan telah dicoba diberikan oleh para peneliti.Endraswara (2008:151) mencoba merangkum pengertian tradisi lisan sebagaikarya yang

penyebarannya disampaikan dari mulut ke mulut secara turun temurun yang maempunyai

ciri-ciri sebagai berikut.1) Lahir dari masyarakat yang polos, belum melek huruf, dan bersifat tradisional.2) Menggambarkan budaya milik kolektif tertentu, yang tidak jelas siapa

penciptanya.3) Lebih menekankan aspek khayalan, ada sindiran, jenaka, dan pesan mendidik4) Sering melukiskan tradisi kolektif tertentu.5) Tradisi lisan banyak mengungkapkan kata-kata atau ungkapan-ungkapan klise.6) Tradisi lisan sering bersifat menggurui.

32

Page 8: Asosiasi Peneliti Bahasa-Bahasa Lokal (APBL)

ISt{ Z+{}3{?5arrat Ttm/R Vc.f-3lt&. t FEtrtnri 2ffi

ASCIAS PEilEI^fl-I B{a}SSq-BrAI{ASq LCKAL (APBL)

Tradisi lisan secara antropologis yang dikembangkan oleh Andrew Lang bahwa

bentuk (tradisi lisan) seperti cerita-cerita sejenis legenda, kisah naratif yang mernbuat

orang ingin tahu apa selanjutnya berawal dari suatu periode cerita yang nampaknya tidak

rasional. Jikalau dinilai berdasarkan sifat keprimitifannya, namun sudah dapat dimengerti,

kemudian cerita itupun diwariskan/diturunkan dari generasi ke generasi (Finnegan,

1992:29).Sebuah karya sastra ketika ada yang menceritakan (pencerita) dan ada yang

mendengarkan, maka proses pelisanan telah terjadi. Proses ini di Bali dikenal dengan

nama masatua. Kata masatua berasal dari kata dasar satua 'cerita'. Masatua artinya

bercerita ((Anom, dkk. 2008: 627). Dahulu para orangtua di pedesaan mendidik anak-

anak dengan sering mengajak anak-anak masatua. Satua untuk anak-anak biasanya

seputar cerita binatangyangkonon sumbernya ada di cerita Tantri. Para orang tua sengaja

meluangkan waktu pada saat beristirahat malam setelah seharian bekerja di sawah atau

ladang. Tidak sedikit anak-anak tetangga juga ikut mendengarkan satua dan bahkan

sampai menginap.Sedikit banyaknya anak-anak yang berkumpul mendengarkan satua di statu

tempat, sangat tergantung pada si pencerita.Jikaalau si pencerita (orang tua) polos, suka

melucu di dalam masa tua, pasti disenangi anak-anak. Kegiatan ini biasanya dilakukan

oleh orangtua ketika anak-anak selesai belajar. Ketika si pencerita ditanyai surnber cerita

atau kelengkapan cerita itu, banyak yang tidak tahu karena orang tua itu pun

memperolehnya dari ayahnya dahulu hanya itu saja. Artinya ada proses pelisanan seperti

itu.Satua sesungguhnya pengejawantahan dari tattwa 'filsafat". Untuk anak-anak

sudah dapat dipastikan belum kuat untuk mengerti masalah filosofi kehidupan. Untuk

itulah para leluhur kita memudahkan tattwa itu disesuaikan dengan tingkat usia dengan

membuat satua. Nilai pendidikan dan pembentukan moral pada anak diselipkan pada

satua tersebuL Hal ini sesuai dengan fungsi tradisi lisan yaitu, a) sebagai sebuah bentuk

hiburan (as a form of amusmenl); b) sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan

lernbaga-lembaga kebudayaan (it plays in validating culture, in iustivying its rituals and

institution to those who perform and abserve them); c)sebagai alat pendidikan anak-anak

(it plays education as pedagogical device); dan d) sebagai alat pemaksa dan pengawas

agar nolma-nofina masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya (Bascom. 1965:

3 - 1 0 ; Dananj ay a, 199 1: 1 9 ; Sudikan, 1993 : 1 62) -

Ada satu hal yang belum pemah dicermati mengenai bentuk proses pelisanan yang

lain. Mereka tidak masatua pada malam hari secara berkelanjutan, tetapi memakai

momentum. Salah satu cerita yang sering dilisankan oleh orangtua adalah cerita binatang

yang bertemakan Gedene Kalahang Cenik artinya, yang besar itu tidak akan selalu

-".rurrg, sering yang besar itu justru dikalahkan oleh yang kecil. Berikut ada empat cerita

yang temanya sama.

Cerita l, Gajah Kalahang BikulCerita pertama berjudul Gajah Kalahang Bikul yang berarti Seekor Gajah

dikalahkan oleh seekor tikus. Ada seekor gajah yang selalu berkeliaran di pasar.

Walaupun demikian, orang-orang tidak pernah kaget melihat gajah tersebut karena sudah

biasa. -Suatu

hari gajah tersebut bertemu dengan seekor tikus besar malah terbesar untuk

ukuran tikus normal. Si gajah menghina si tikus "hai kau tikus kotor, walaupun kau

merasa sebagai tkus terbesar di dunia, bagiku tak ada apa-apanya. Akulah binatang

terbesar di dunia". Si tikus lnerasa dihina, akhirnya mengajak si gajah taruhan. "Baik.

JJ

Page 9: Asosiasi Peneliti Bahasa-Bahasa Lokal (APBL)

I

I

I

TSSNI 2t+rr2-3t+75

SJrvPJ, TUTUR, V00,.3 No.I Pebruori 2017

ASOSIASI PEI\ELM BAFIASA-BAHASA LOKAL (AFE.)

i"il

fl

$

$

fi$

!iI

jl

II

kalau kau merasa paling besar di dunia, belum tentu. Ayo besok pagi kita jalan-jalan di

pur*, ri"pu yang palinglanyak dielu-elukan orang, dialah pemenangnya"'

Kesepakatan telah terjadi, akhirnya esok harinya mereka jalan-jalan di pasar' Si

tikus naik di atas p"dgd si gajah. iertama+am.:h orang yang bernaqalal dengan si

gajah berkat a ,,ait gffi;. 5rutt[ tedua yang berpapasan dengan si gajah berkata "ait

Zi^ndasar gajah t[itiaat tahu pasar, -utuk di pasar jalan-jalan"' Demikian gumamnya

dengan nada kesal. O;;G ketiia yang berpapurut -d"rgu.t.

gajah tersebut, kebetulan

sarnbil menengadah Oan rietiitaiada tikus besar sebesar kucing' Ia k1*9t dan berteriak

..Ada tikus uesar set<atiiii!". Karena teriakan itu akhirnya seisi pasar jadi kaget dan heran

atas kebesaran tikus tersebut. Semua berteriak, "Ada tikus besar sekaliii!".

Di sinilah ri gu:ur, vu"g merasa dirinya paling besar dikalahkan oleh si tikus' Tidak

satu pun orang di d;]lu|; kaget dan heran atas kebesaran gajah' Berbeda dengan si

tikus, seisi pur* rrr*iuai'k;g", dln heran kok ada tikus sebesar kucing' Akhirnya si tikus

menang taruhan. si tikus r"ig"t senang dan bahagia. Berbeda sekali engan si gajah yang

t"""*i sedih, dan akhirnya berlalu tanpa ada orang yang peduli'

Cerita 2. Kancil Kalahang KakulKancil uaururr ii"o:tang yang cerdik dan memiliki kecepatan lari yang luar biasa'

Suatu hari ia bertemu J""g"lriipit (kakut). Si kakul dihina, "hai batu! Ayo bermain"'

Kata si kancil -u.r -".rguiut si kakul bermain, tetapi kenyataanrLya dilnjak' ditendang'

dan dilempar. Si tamf rienjadi sedih dan marah diperlakukan seperti itu' Ia kemudian

berkata, ..Hai kancil, walaupun kau lebih besar dari uk, dun memiliki kecepatan berlari'

ayo kita berlomba u".tu.l. siupu yurrg duluan sampai di ujung sana (ada pohon besar di

sisi sungai sebagai tanda) ialah yang menang. Taruhannya seribu rupiah"' "oke siapa

takut'kata si kancil.Lomba disepakati tiga hari lagi. Si kakul mengatur strategi dengan mengumpulkan

seratus kakul. S"t"l;h k"r;rpul, disaLpaikanlah maksud kumpul dan strategi yang akan

dipakai u,tut m"nga;;i; ,i Urr"it. "Kita akan berlombi dengan si kancil untuk

mencapai pohon be-sar itu. Kancil akan berlari, sementara kita akan melawannya dari

dalam air. Setiap sepuluh meter ada kakul diam di sana. Jadi secara estafet ada kakul yang

berjaga. Nanti kalau .i[ur"lt memanggil, yang menyahut harus si kakul yang posisinya

di arah depan si kancil. Demikian seterusnya. Pokoknya ikuti arahanku, oke?,,

pagi hari paau *u.tt , yang disepakaii si kancil dan si kakul sudah berada di tempat'

.,Hai kancil, aku akan memt"riab u-ibu,begitu aku tepuk tangan, berarti lornba dimulai'

Aku akan menceburkan diri di sungai seirentara kau mulai berlari"' Aba-aba telah

dibunyikan, si kancil berlari kencang, sementara si kakul menceburkan diri ke sungai

sambil tenang-tenang di tempat saja'

Si Kancil ,"t"ut .rg"""t si t at ol sudah sampai di mana agar bisa mengatur

kecepatan larinya. 'Kuku.irl, kau sudah di mana?". Setiap si kakul dipanggil' selalu ada

jawaban ,,kik, aku di sini?" yang posisinya selalu berada dl depan arah larinya si Kancil'

Demikian seterusnya .u-pui si i.ancil terengah-engah !9!ab-isan nafas dan akhirnya mati'

Uurr! tu*t ur, r"b"il;ilmemang sudah di pegang si Kakul' Akhirnya si Kakul berpesta

ria dengan teman-temarurYa.

Cerita 3. Celeng Kalahang Legu

Arti dari judul cerila ini adalah babi dikalahkan oleh nyamuk' Ada seekor nyamuk

yang selalu mencari makan di kandang seekor babi. Babi itu sering merasa tidak nyaman'

karena darahnya dii*p ot"r, ,l ,ryurrirt dan juga mengganggu telinganya akibat suara

nyamuk ketika terbang di dekat telinganya'

Babi menjadi irarah besar pada si nyamuk dan berkata, "rasakan sekarang kau

nyamuk kurang ajar, kini kau harus mati". Demikian kata si babi' Si babi telah

34

Page 10: Asosiasi Peneliti Bahasa-Bahasa Lokal (APBL)

lt

rl

I

rssNl 2rrr+2-3q75

3xm0, n/]rJR, V00,.3 No. l. PebruM 2017

ASOSIAST PENELM BAFIASA-BAHASA LOKAL GPBL)

menungggu kehadiran si nyamuk di dekat batu di dalam kandangnya. Begitu si nyamukterdengarbersuara di dekat telinga si babi, langsung si babi menghantamkan kepalanya ke

batu dengan harapan si nyamuk akan mati ttirjepit antara telinga si babi dengan batu.

Nyamuk adalah binatang kecil dan pintar, begitu kepala babi bergerak, ia cepat

terbang menghindar. Kemudian datang lagi mendekati telinga si babi, si babi bertambah

marahdan menghantamkan kepalanyanya lebih keras lagi. Tetap saja si nyamuk dapat

menghindar. Dalam hal ini justru si babi mati akibat kepalanya pecah terhantamkan dibatu. Si nyamuk tertawa terbahak-bahak dan bangga dapat mengalahkan si babi.

Keberhasilannya ini dikabarkan kesana-kemari. Saking terlalu bangganya, tidak diketahui

ada jaring labalaba terbentang di pohon dan matilah nyamuk itu dimakan oleh si laba-

laba.

Cerita 4. MacanMati Baan LelasanArti dari judul cerita ini adalah si harimau mati oleh si kadal. Suatu hari di hutan

yang sangat lebat ada seekor harimau sedang lapar. Sudah tiga hari ia berkeliling mencari

binatang untuk disantap, namun tidak satupun binatang menampakkan diri. Sambilbengong menahan perut lapar ia bergumam, "Pokoknya binatang apa pun yang lewat hariini harus mati kumakan". Selesai bergumam demikian, ada suara okresek' di tumpukan

dedaunan kering. Surnber bunyi itu dikejar oleh si harimau. Merasa diri si kadal dikejar

harimau, ia pun lari mau mencari tempat persembunyian.

Singkat cerita, di sana ada berdiri beberapa pangkal bambu yang merupakan sisa

daritebangan orang. Bentuk pangkal bambu itu semuanya runcing. Di situlah si kadal

dilihat oleh si harimau masuk ke salah satu pangkal barnbu tersebut. Akhirnya pada saat

si kadal masuk ke lubang bambu, saat itu pula diterkam oleh si harimau. Si harimau mati

mengenaskan. Mulut sampai tembus ke kepalanya tertusuk pangkal bambu yang

bentuknya seperti bambu runcing.Keempat cerita di atas sering dipakai materi cerita oleh para orang tua dalam

momentum seperti berikut.1) Suatu ketika ada anak kecil menangis, ketika ditanya mengapa menangis, anak itu

menjawab, "Ddipukul oleh temannya yang jauh lebih besar". Pada saat itu si

orangtua menyuruh diam."Nah siepang awake De, nak sing dadi lagute gedenan satata nguyak timpal ane

cenikan. Tawang ento i Gajah, amonto gedene sakewala i bikul ia ngalahang".

"Ngudiang bisa keto pa, i Gede ngaluwedang. "Nah ne lamun De apang dot

nawang, ne ada satua,I Gajah Kalahang i Bikul."

Terjemahannya:"Nah, berhenti menangis De. Tidak boleh baru merasa besaran selalu mengerjai

teman yang lebih kecil. Tahu si Gajah, begitu besamya namun ia dikalahkan oleh si

tikus". "Kok bisa begitu pak" si Gede penasafan. "Ya, kalau kamu penasaran ingin tahu,

ini ada cerita I Gajah Kalahang i Bikul.Namanya anak-anak ketika diberikan cerita apalagi si pencerita pintar atau cerita

dibumbui dengan lawakan (bebanyolan), pasti anak-anak akan sangat senang.

Kesenangan anak ini tidak sedikit berimbas pada teman-temannya yang lain. Ia akan

bercerita bahwa si bapak pernah bercerita tentang bahwa yang besar itu tidak selalu kuat

dan selalu msnang. Buktinya Gajah saja dikalahkan oleh si tikus. Dengan demikian maka

anak-anak yang lain itu pun akan mendatangi si bapak (pencerita) minta didongenginjuga. Ketika situasinya sudah seperti ini, tinggal si bapak mengatur waktu dan

menyiapkan cerita yang lain. Tentu pesan dalam cerita akan disampaikan sebagai nasehat

kepada anak-anak.

35

Page 11: Asosiasi Peneliti Bahasa-Bahasa Lokal (APBL)

rss l2r+r+2-3+75S,JrnaA TUTUR, VoA.3 No. lt pebruari 20tT

ASOSTAST PENELM BAFIASA-BAMSA LOKAL (APBL)

2). Ketika ada seorang karyawan, buruh, atau pegawai mengeluh tentang situasi ditempatnya bekerja. Ia mengatakan dirinya selalu disalahkan, dicela, dimakiberlebihanjika ada kesalahan dalam bekerja. Ia merasa dengan diri menjadi orang susah, menjadibawahan, akhirnya sering merenungi nasib. Kondisi ini diteritakan-pada ,"r"oru.rgyang kebetulan orang itu banyak memiliki bekal .sastra,.

"Nah Yan, nak mula keto dadi anak lacur, dadi anak betenan, satata dadi pajekjekan.Sakewala Wayan apang satata tabah, inget ken Widhi. Lagute dadi paiggeie singpatut masolah buka keto. Ne ada satua Gedene Kalahang cenik.,,,,satui-apa entoBeli Man, tegarang satwerung apqng cang nawang," keto I woyon ngalawedoig.

Terjemahannya:"Nah Yan, memang demikian menjadi orang tak mampu, menjadi bawahan, selalu

menjadi injak-injakan. Namun wayan harus tabah dan ingat pada Hyang widhi. garurnenjadi orang besar, atasan, ataukaya, tidak cocok berperiiaku seperti itu. Ini ada ceritaled9rye Kalahang Cenik'yang besar akan dikalahkan oleh yang Lecil.', ..Cerita apa itukak Nyoman, coba ceritakan agar sayatahu dan paham,,, Demikian I wayan p"nuru*n.

Setelah si bapak (pencerita) selesai bercerita tentang Macan Mati Baan Lelasan, ICeleng Mati Baan i Legu, Kancil Kalahang I Kakul, dan atau I Gajah Kalahang I Bikul,maka dijelaskan makna yang dapat dipetik dan dipakai acuan dalam kehidupan iii.*Nah ll'ayan, liu anake dadi anak sugih, dadi bos, dadi p"ngg"ir, tusing bisangundukang dewek, satata duleg teken anak lacur, anak matongoi O"tinon, makelo-kelobisa ya gelibegang Widhi. Liu jalan lacure, makejang bisa migelibeg dadi anak lacur,umpamannyane merasa dadi bos, anak sugih, pejabat, lantas nyemak gegaen mamotoh,ngelua, korupsi, lan ane lenan. suba mabukti, anak buahne dadi boi iosne jani dadianak buah. sangkalanga lagute gede eda satata ngenjek ane cenik.

Terjemahannya:'Nah Wayan, banyak orang kaya, bos, pejabat, tidak tahu diri, selalu merendahkan

orang miskin, orang yang menjadi bawahan, lama-lama bisa saja ia dibalikkan nasib.Banyak jalan kesengsaraan, semua bisa terbalik menjadi orang miskin, umpamanyamerasa menjadi bos, orang kaya, lalu mengambil pekerjaan berjudi, main peiempuan,karupsi, dan yang lainnya. Sudah banyak buktinya, anak buahnya dahulu kini mer4'adibos, bos dahulu kini menjadi anak buah. Makanya baru menjadi orang besar iangantatrselalu menistakan orang kecil (miskin).

Orangtua bercerita tidak mengenal ruang dan waktu, tetapi lebih memilihmomentum yang tepat. Hal ini dilakukan orangtua karena tujuan utama para orang tuabercerita (masatua) sekalian menekankan makna dari satua iiu. Harapan para penJeritaagar makna satua itu langsung direnungkan dan dapat megubah sikap menuju kedamaian.

Para orangtua yang bercerita dengan tema Gedene Kalahang -Cenik

iiu kebanyakantidak mengetahui sumber ceritanya. Mereka bisa menceritakan kembali atas dasarpengalaman mereka pemah diceritai oleh orangtuanya, kakeknya, atatorang lain. Orangyang diceritai kemudian itupun akan menceritakan kembali kepada

-or*g yurrg

diperkirakan tepat untuk diberikan nasehat sesuai dengan makna dari cerita itu.lnilah sejatinya model atau proses pelisanan tradisi lisan di Bali dari dahulu hingga

sekarang. Memang dalam perkembangannya ada model pelisanan melalui media, r"p-"rtltahun 70-an di Stasiun RRI Singaraja yang terkenal di Buleleng dengan naratornya BipakRontoan. Di samping itu, usaha pemerintah untuk mengguii d* melestaikan situakarena dilihat memuat nilai edukasi untuk anak-anak, tiniAitombakan melalui berbagaikesempatan.

36

Page 12: Asosiasi Peneliti Bahasa-Bahasa Lokal (APBL)

rssAl 2r+rr2_3rr753,r-yTJ, nm/R, VoA.3 No. t. pebruM 2CIT

ASOSIAST PEINELTTT BAHASA-BAHASA LOKAL (APBL)

Apapun usaha pemerintah untuk menggali dan melestarikan satua tersebut, modelpelisanan yang tidak mengenal ruang dan waktu serta sumber cerita tersebut, tetapberl'alan sampai saat ini. Model pelisanan ini cukup efektif dalam mempertahankan tradisilisan walau terkesan bagi narator tidak ada persiapan akan bercerita dan lebih terkesansecara spontan. Dari segi fungsi tradisi lisan itu langsung dirasakan sebagai nasihat untukmenyadarkan bagi yang diajak bercerita (audiens). Orang bijak sering berkata bahwa apayang sifatnya tidak terduga dan tanpa ada persiapan terkadang dapat mencapai hasil yangmemuaskan.

PENUTT]PMasa kanak-kanak adalah masa ego yang cukup tinggi dan terkadang liar. Hal itu

memang secara alami dapat kita terima. Tetapi ego itu masih dapat diarahkan ke arahyang lebih baik atau positif. Umumnya yang merasa lebih tua atau lebih besar dari segifisik, sering berlaku sebagai rqa bagi adik-adiknya atau teman yang lebih kecil seringdiolok-olok dan dikasari.

Di sinilah pemn orangtua membentuk karakter anak melalui mendongeng.Dongeng yang tepat dalam konteks ini adalah cerita yang bertemakan Gedene KatihangCenik seperti di atas. Tidak perlu bercerita secara utuh atau lengkap seperti dalam tekscerita Tantri. Walaupun demikian, kalau bisa alangkah baiknya para orang tua sebagaipewaris tradisi lisan khususnya sastra agar mengetahui dan dapit melisurkul kembalisastra-sastra tersebut. Tidak dapat dipungkiri tagi dengan pendalaman sastra manusiaakan lebih melihat jalan yang harus dilalui menuju kesempurnaan hidup.

DAF'TAR PUSTAKAAgastia, IBG. 2006. Tri Tanti dalam Kesusasteraan Bali. Denpasar: Yayasan Dharma

Sastra.

Anom, I Gusti Ketut. dkk. 2008. Kamus Bali-Indonesia Beraksra Bali dan Latin.Denpasar: Dinas KebudayaanKota Denpasar dan Badan Pembina Bahasa, Aksara,dan Sastra Bali Provinsi Bali.

Ansari, Khairil dan Shafwan Hadi Umry. 2014. "Revitalisasi Tradisi Lisan Berahoi dalamMasyarakat Melayu Langkat untuk Pengernbangan Industri Kreatif: UpayaMerU'awab Tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN 201 5".Prosi ding. DinamikaBudaya Indonesia dalam Pusaran Pasar Global.Yogyakarta: Ombak, Hlm. 560-571.

Bascom, William R. 1965. "The Form of Folklore: Prose Naratives." Journal AmericanFolklore, 78, The Hague: Moution, p.3-20.

Dananjaya, James. 1984. Folklore Indonesia, Ilmu Gosip,Gramedia.

Dongeng dan lain-lain. Jakarta:

Endraswara, Suwardi. 2008. "Metodologi Kajian Tradisi Lisan" Dalam pudentia (ed.).Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.

Finnegan, Ruth. 1992. Oral Tradition and The Verbal Art: A Guide to Research practice.USA and Canada: Routledge.

Hooykaas, C. 1929. Tantri de Middlejavaansche Pancatantra Bewerking. Leiden: AVros.

Medera, I Nengah. 1997. Kakawin dan Mabebasan cli Bali. Denpasar: Upada Sastra.Suarka, I Nyoman. 2a07. Kidung Tantri psacarana. Denpasar: pustaka iarasan.Sudikan, Setya Yuwana.200l. Metode Penelitian Sastra Lisan.Swabaya: Citra Wacana.

)/

Page 13: Asosiasi Peneliti Bahasa-Bahasa Lokal (APBL)