asp bab 6.doc

22
1.PROSES AUDIT BELANJA & BEBAN OPERASI Proses audit internal secara umum terdiri atas empat tahapan yaitu: 1) Perencanaan audit internal 2) Persiapan audit internal 3) Pelaksanaan: a. Pertemuan pembukaan b. Pengumpulan bukti yang objektif berdasarkan pemeriksaan dokumen dan pengamatan langsung c. Pembuatan laporan audit internal d. Pertemuan penutup 1] Perencanaan audit internal Setelah dibuat jadual pelaksanaan dan ditunjuk personel yang akan melaksanakan audit, maka Manajer Mutu (MM) memberikan pengarahan tentang audit yang akan dilaksanakan, yaitu harus: a) Menetapkan ruang lingkup yang diaudit:

Upload: fariezz-siahaan

Post on 24-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASP BAB 6.doc

1.PROSES AUDIT BELANJA & BEBAN OPERASI

Proses audit internal secara umum terdiri atas empat tahapan yaitu:

1) Perencanaan audit internal

2) Persiapan audit internal

3) Pelaksanaan:

a. Pertemuan pembukaan

b. Pengumpulan bukti yang objektif berdasarkan pemeriksaan dokumen dan pengamatan

langsung

c. Pembuatan laporan audit internal

d. Pertemuan penutup

1] Perencanaan audit internal

Setelah dibuat jadual pelaksanaan dan ditunjuk personel yang akan melaksanakan audit, maka

Manajer Mutu (MM) memberikan pengarahan tentang audit yang akan dilaksanakan, yaitu harus:

a) Menetapkan ruang lingkup yang diaudit:

- elemen dari system manajemen mutu yang akan diaudit, misalnya organisasi, metode

pengujian, dan lain-lain

- bagian mana yang diaudit dalam laboratorium dan tentukan auditinya, misalnya manajer teknis,

penyelia, dll.

Page 2: ASP BAB 6.doc

- dokumen apa yang akan digunakan sebagai acuan: misalnya panduan mutu, instruksi kerja,

pedoman form, dll.

b) Menetapkan tanggal, waktu dan lamanya audit

- dicari waktu yang dapat disepakati kedua belah pihak : auditor dan auditi

c)Menyiapkan dokumen kerja terkait audit internal

- dokumen system manajemen mutu yang paling mutakhir

- tahapan audit internal

- jadual audit internal

- daftar hadir rapat pembukaan dan penutupan

- lembar temuan ketidaksesuaian

- laporan ringkas audit internal

- verifikasi tindakan perbaikan audit internal

-memo penugasan tim audit internal

- program audit internal tahunan

- daftar periksa (cek list)

d) Memastikan pemahaman yang benar kepada tim auditor

MM menjelaskan kepada auditor tentang :

Page 3: ASP BAB 6.doc

-tujuan,

- ruang lingkup,

- pelaksanaan audit internal,

- tata laksana pelaporan

- penanggung-jawab untuk mengkonfirmasikan pelaksanaan audit internal kepada

auditi.

- penanggung-jawab untuk memutuskan tindakan perbaikan yang diperlukan

(baca: buku panduan mutu)

2] Persiapan audit internal

a) Menghubungi auditi: mengkonfirmasi tentang ruang lingkup dan tanggal audit

b) Mempelajari dokumen terkait (panduan mutu, prosedur, instruksi kerja, pedoman form dan

dokumen lainnya)

c) Persiapan daftar periksa (Cek list) audit internal: diperlukan untuk membantu mengidentifikasi

aspek penting dimana auditor akan melaksanakan audit. Daftar periksa disipakan sebelum

pelaksanaan audit.

d) Persiapan perencanaan audit: bagaimanan audit akan dilaksanakan, apa saja yang akan

diperiksa, teknik yang digunakan dll.

e) Menghubungi kembali auditi: memastikan jadual tidak berubah.

Page 4: ASP BAB 6.doc

3] Pelaksanaan audit internal

Tahapan pelaksanaan audit meliputi:

a) Pertemuan pembukaan

b) Pemeriksaan dokumentasi system manajemen mutu dan penerapannya

c) Pertemuan tim auditor

d) Pertemuan penutup

Dalam melaksanakan audit, auditor harus selalu:

- melaksanakan audit sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan audit yang telah ditetapkan

- Mengumpulkan dan merekam informasi yang dibutuhkan sebagai bukti untuk mendukung

pengamatannya.

- Objektif, jujur, dan tidak memihak dalam pengumpulan bukti.

- Mengidentifikasi dan mengevaluasi bukti yang objektif untuk menetapkan adanya

ketidaksesuaian dalam penerapan system manajemen mutu atau prosedur pelaksanaan.

Untuk melaksanakan semua pekerjaan dalam waktu yang tersedia, auditor harus mengumpulkan

informasi secara: efisien, efektif, objektif, dan teliti.

2.MENGKAJI TUJUAN AUDIT SIKLUS BELANJA & BEBAN OPERASI

Dokumen dan Catatan Umum

Sejumlah dokumen dan catatan yang digunakan perusahaan besar dalam pemrosesan transaksi

penjualan kredit seringkali mencakup hal-hal berikut ini :

Page 5: ASP BAB 6.doc

--Pesanan pelanggan

-Pesanan penjualan

-Dokumen pengiriman

-Faktur penjualan

-Daftar harga yang diotorisasi

-File transaksi penjualan

-Jurnal penjualan

-File induk pelanggan

-File induk piutang usaha

-Laporan bulanan pelanggan

Fungsi-fungsi

Pemrosesan transaksi pendapatan mencakup fungsi-fungsi pendapatan berikut :

a.Memprakarsai penjualan. Permintaan oleh sebuah perusahan untuk melakukan transaksi

penjualan dengan perusahaan lain , meliputi :

- Penerimaan pesanan pelanggan

- Persetujuan kredit

b.Pengiriman barang dan jasa. Pengiriman fisik atau penyerahan barang dan jasa, meliputi :

- Pemenuhan pesanan penjualan

Page 6: ASP BAB 6.doc

- Pengiriman pesanan penjualan

c.Pencatatan penjualan. Pengakuan formal atas pendapatan oleh perusahaan, meliputi :

- Penagihan pelanggan

- Pencatatan penjualan

Sistem Ilustratif untuk Pemrosesan Penjualan Kredit

Setiap salinan dokumen tidak boleh didokumentasikan dalam bagan arus, sebagaimana auditor

hanya memerlukan pemahaman yang cukup atas rencana audit. Bagan arus tersebut juga

mengikuti jejak transaksi sejak dimulainya transaksi itu sampai pencatatannya ke dalam buku

besar, yang mendukung laporan keuangan. Auditor juga harus mendokumentasikan aktivitas atau

prosedur pengendalian yang penting, yang mungkin telah diselesaikan melalui ikhtisar tertulis

singkat yang mirip dengan salah satu yang diikuti.

Memahami dan Menilai Risiko Pengendalian

Auditor harus memperoleh pemahaman atas siklus penjualan yang mencukupi untuk

merencanakan audit. Yaitu auditor perlu mempunyai pemahaman yang cukup untuk dapat :

-Mengidentifikasi jenis salah saji yang potensial

-Mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah saji yang material

-Merancang pengujian substantif

Jika auditor berencana untuk menilai risiko pengendalian yang rendah atas sebuah asersi, maka

sangat penting bagi nya untuk memperoleh pemahaman mengenai prosedur pengendalian untuk

asersi tersebut. Hal yang biasa dilakukan auditor jika menilai risiko pengendalian pada tingkat

rendah untuk asersi siklus pendapatan :

-Menguji keefektifan pengendalian umum

Page 7: ASP BAB 6.doc

-Menggunakan teknik audit berbantuan komputer(CAATs) untuk mengevaluasi keefektivan

pengendalian yang diprogram

-Menguji keefektivan prosedur tindak lanjut atas pengecualian yang ditunjukkan oleh

pengendalian terprogram

AKTIVITAS PENGENDALIAN-TRANSAKSI PENERIMAAN KAS

Dokumen dan Catatan Umum

--Bukti penerimaan uang

-Pradaftar

-Lembar penghitungan kas

-Ikhtisar kas harian

-Slip deposi yang disahkan

-File transaksi penerimaan kas

-Jumlah penerimaan kas

Fungsi-fungsi

-Menerima penerimaan kas, yaitu melalui :

a.Penerimaan melalui kasir/Over the Counter Receipts

b.Penerimaan melalui pos/Mail Receipts

-Menyetorkan kas ke bank

-Mencatat penerimaan kas

Sistem Ilustratif untuk Pemrosesan Penerimaan Kas

Page 8: ASP BAB 6.doc

Sebagaimana telah dicatat sebelumnya ketika membahas sistem penjualan kredit, terdapat juga

beberapa sistem pemrosesan penerimaan kas.

Memahami dan Menilai Risiko Pengendalian

Banyak prosedur pengendalian yang terlibat dalam pemrosesan penerimaan kas merupakan

pengendalian manual, bukan prosedur pengendalian yang terprogram. Auditor biasanya akan

menggunakan kombinasi dari pengajuan pertanyaan, observasi, dan inspeksi dokumen untuk

mengumpulkan bukti bahwa prosedur pengendalian manual merupakan fungsi yang paling

efektif.

AKTIVITAS PENGENDALIAN-TRANSAKSI PENYESUAIAN PENJUALAN

Transaksi penyesuaian penjualan meliputi :

-Pemberian potongan tunai

-Pemberian retur penjualan dan pengurangan harga

-Penentuan piutang tak tertagih

Aktivitas pengendalian bermanfaat dalam mengurangi risiko penyelewengan semacam itu yang

berfokus pada penetapan validitas, atau eksistensi atau kejadian, transaksi dan mencakup hal-hal

berikut ini :

a.Otorisasi yang tepat atas seluruh transaksi penyesuaian penjualan.

b.Perhitungan independen atas barang-barang yang diretur

c.Penggunaan dokumen dan catatan yang tepat

d.Pemisahan tugas untuk mengotorisasi transaksi penyesuaian penjualan dan penanganan serta

pencatatan penerimaan kas.

Page 9: ASP BAB 6.doc

Apabila terdapat potensi salah saji yang material dari transaksi penyesuaian penjualan, maka

auditor harus memperoleh pemahaman atas seluruh aspek yang relevan dari komponen struktur

pengendalian internal dan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah saji

semacam itu.

3.MATERIALITAS dan RISIKO AUDIT

PENGERTIAN MATERIALITAS

Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang

dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh

terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena

adanya penghilangan atau salah saji itu.

Berdasarkan pertimbangan biaya-manfaat, auditor tidak mungkin melakukan pemeriksaan atas

semua transaksi yang dicerminkan dalam laporan keuangan, auditor harus menggunakan konsep

materialitas dan konsep risiko audit dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi

dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya

salah saji tersebut.

Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah

pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.

Materialitas dibagi menjadi 2 golongan :

1. Materialitas pada tingkat laporan keuangan

Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama, auditor

menggunakan materialitas dalam perencanaan audit dan kedua, pada saat mengevaluasi

bukti audit dalam melaksanakan audit. Pada saat merencanakan audit, auditor perlu

Page 10: ASP BAB 6.doc

membuat estimasi materialitas karena terdapat hubungan yang terbalik antara jumlah

dalam laporan keuangan yang di pandang material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan

audit yang diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan keuangan.

            Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi

kekeliruan atau kecurangan yang dampaknya, secara individual atau secara gabungan,

sedemikian signifikan sehingga mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan

tersebut sesuai prinsip akutansi berterima umum. Dalam keadaan ini, salah saji dapat

terjadi sebagai akibat penerapan secara keliru prinsip akutansi berterima umum di

Indonesia, penyimpangan dari fakta, atau penghilangn informasi yang diperlukan.

            Dalam perencanaan audit, auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu

tingkat materialitas yang berkaitan dengan laporan keuangan. Kenyataannya, satiap

laporan keuangan dapat memiliki lebih dari satu tingkat materialitas. Untuk laporan laba-

rugi, materialitas dapat dihubungkan dengan total pendapatan, laba bersih usaha, laba

bersih sebelum pajak, atau laba bersih setelah pajak. Untuk neraca, materialitas dapat di

dasarkan pada total aktiva, aktiva lancar, modal kerja, atau modal saham.

2. Materialitas pada tingkat saldo akun

Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat

dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada

tingkat saldo akun tidak boleh dicampur adukan dengan istilah saldo akun material.

Saldo akun material adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep

materialitas berkaita dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan

pemakai informasi keuangan.

            Dalam mempertimbangkan materialitas pada tingkat saldo akun, auditor harus

mempertimbangkan hubungan antara materialitas tersebut dengan materialitas laporan

keuangan. Pertimbangan ini mengarahkan auditor untuk merencanakan audit guna

mendeteksi salah saji yang kemungkinan tidak material secara individual, namun jika

Page 11: ASP BAB 6.doc

digabungkan dengan salah saji dalam saldo akun yang lain, dapat material terhadap

laporan keuangan secara keseluruhan.

 Hubungan antara Materialitas dengan Bukti Audit

Materialiatas merupakan satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi

pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti audit. Dalam membuat generalisasi

hubungan antara materalitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo

akun material harus tetap diperhatikan, karena semakin rendah tingkat materialitas,

semakin besar jumlah bukti yang diperlukan.

PENGERTIAN RISIKO AUDIT

Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi

pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yangmengandung salah saji

material.

Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah resiko audit yang auditor

bersedia untuk menanggungnya. Jika diinginkan tingkat kepastian 99%, risiko audit yang auditor

bersedia untuk menanggungnya adalah 1%, sedangkan jika 95% kepastian dipandang

mencukupi, risiko audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya adalah 5%. Dalam audit

atas laporan keuangan perusahaan yang go publik, auditor biasanya menetapkan risiko audit pada

tingkat yang rendah, mengingat banyaknya pemakai laporan audit, dibandingkan dengan

pemakai laporan audit perusahaan perorangan. Begitu juga jika auditor menghadapi perusahaan

yang mengalami kesulitan keuangan, risiko audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya

adalah rendah.

Risiko audit digolongkan menjadi 2 :

1. Risiko audit keseluruhan

Page 12: ASP BAB 6.doc

Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus menentukan risiko

audit keseluruhan yang direncanakan, yang merupakan besarnya risiko yang dapat

ditanggung oleh auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan

secara wajar, padahal kenyataannya, laporan keuangan tersebut berisi salah saji

material

2. Risiko audit individual

Karena audit mencakup pemeriksaan terhadap akun-akun secara individual, risiko

audit keseluruhan harus dialokasikan kepaada akun-akun yang berkaitan. Risiko

audit individual perlu ditentukan untuk setiap akun karena akun tertentu seringkali

sangat penting karena besar saldonya atau frekuensi transaksi perubahan.

Terdapat 3 unsur risiko audit:

1. Risiko Bawaan, adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap

suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur

pengendalian intern yang terkait.

2. Risiko Pengendalian, adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang

tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.

3. Risiko Deteksi, adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji

material yang terdapat dalam suatu asersi.

Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit dan Bukti Audit

Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit dan risiko audit sebagai berikut:

1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,

auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.

Page 13: ASP BAB 6.doc

2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah

bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.

3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh

salah satu dari 3 cara berikut: (a) menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahakan

jumlah bukti audit yang dikumpulkan, (b) menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan,

sementara itu tingkat materialitas tetap dipertahankan, dan (c) menambah sedikit jumlah bukti

audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara bersama-sama.

4.JENIS KOREKSI ATAS PEMBUKUAN BELANJA & BEBAN OPERASI

1. Kesalahan pembukuan/penyajian saldo awal tahun anggaran/sisa perhitungan anggaran

tahun lalu.

2. Kesalahan pembukuan/ penyajian pendapatan daerah

3. Kesalahan pembukuan/penyajian saldo akhir tahun anggaran/sisa perhitungan anggaran

tahun anggaran perhitungan.

4. Kesalahan penyajian dalam daftar lampiran perhitungan anggaran Tahun Anggaran

Perhitungan

5. Kesalahan yang wajib dikoreksi oleh auditor, yang terdiri atas:

a.Kesalahan pembukuan

b.Kesalahan pembebanan

c.Kesalahan penjumlahan dan pengurangan angka

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENYUSUN KOREKSI

PEMBUKUAN PENDAPATAN

1. Bahwa system pembukuan keuangan daerah sebagai mana diatur dalam Kepmendagri No

29 Tahun 2003 (yang belum mengikuti perubahan sesuai dengan Permendagri No 13

Tahun 2006) adalah pembukuan yang menggunakan system pencatatan tunggal

Page 14: ASP BAB 6.doc

2. Perbedaan antara perkiraan dengan penerimaan yang sebenarnya, serta perbedaan antara

perkiraan dengan pengeluaran yang sebenarnya, dengan menyebutkan selisih kurang atau

lebih.

5.PROGRAM PEMERIKSAAN BELANJA DAN BEBAN OPERASI

Pada umumnya audit terhadap belanja daerah terdiri atas audit terhadap belanja aparat dan

belanja pelayanan publik. Belanja aparat dan belanja pelayanan publik terdiri atas belanja

administrasi umum. Belanja operasi dan pemeliharaan, serta belanja modal / pembangunan

 

1.  SIFAT SIKLUS BELANJA DAERAH

Siklus belanja daerah mencakup berbagai proses dan keputusan untuk memperoleh barang dan

jasa yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah daerah, termasuk dinas dan instansi

pemerintah daerah.siklus ini dimulai dengan adanya permintaan pembelian dari berbagai

dinas/setingkat dinas melalui pengajuan daftar isian anggaran dari masing – masing dinas.

Transaksi belanja yang dilakukan oleh pemerintah daerah bisa dilakukan secara tunai maupun

kredit (menimbulkan uang), baik untuk belanja aparat maupun belanja pelayanan publik. Audit

siklus belanja ini berkaitan dengan belanja pegawai; belanja operasional seperti pengadaan

barang inventaris kantor dan ATK; belanja pemeliharaan dan lain-lain. Dua kelompok transaksi

utama dalam siklus ini adalah transaksi pembelian dan pengeluaran kas.

Kedua kelompok ini mempengaruhi rekening-rekening sebagai berikut :

1)    Kas

2)    Persediaan barang habis pakai

3)    Aktiva tetap

4)    Aktiva lain-lain

Page 15: ASP BAB 6.doc

5)    Utang

2.  MATERIALITAS

Transaksi-transaksi dalam siklus belanja daerah ini sangat berpengaruh terhadap laporan

keuangan pemerintah daerah. Kesalahan dalam membedakan antara pengeluaran / belanja untuk

belanja aparat dengan pengeluaran/belanja untuk pelayanan publik akan menyebabkan laporan

keuangan yang salah saji.

Berbagai pos rekening seperti belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan,

serta belanja modal/pembangunan dapat bersifat material secara individual. Dengan demikian,

auditor berusaha untuk mencapai tingkat resiko yang lebih rendah dengan memastikan bahwa

transaksi dalam pos belanja daerah bukan merupakan sumber salah saji material dalam laporan

keuangan.

3.  RESIKO BAWAAN

Resiko bawaan pada pos belanja daerah pada banyak entitas adalah tinggi. Ada berbagai faktor

yang menyebabkan tingginya resiko bawaan siklus belanja, yaitu :

1)    Volume transaksi yang selalu tinggi

2)    Kemungkinan adanya pembelanjaan dan pengeluaran tanpa rotasi

3)    Pembelian aktifa yang tidak perlu

Page 16: ASP BAB 6.doc

MAKALAH AUDIT SEKTOR PUBLIK

Oleh:

KELOMPOK 6

AISDIWAN SYAHPUTRA 1102113338

FARIS TUA SIAHAAN 1202112889

MARINA FERNANDA SITORUS 1202112643

POPY MISRIANTI 1202154337

RO IMANNUEL 1202112885

WILLY AL FAJR 1202120408

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2014

Page 17: ASP BAB 6.doc