asuhan keperawatan lansia dengan stroke

30
Asuhan Keperawatan Lansia dengan Stroke BAB 1 PENDAHULUAN Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Dari 19 juta jiwa penduduk Indonesia 8,5% mengalami stroke yaitu lansia. Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Insiden stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia dan 1,25 kali lebih besar pada pria dibanding wanita. Kecenderungan pola penyakit neurologi terutama gangguan susunan saraf pusat tampaknya mengalami peningkatan penyakit akibat gangguan pembuluh darah otak, akibat kecelakaan serta karena proses degenerative system saraf tampaknya sedang merambah naik di Indonesia. Walaupun belum didapat data secara konkrit mengenai hal ini. Faktor penyebab munculnya masalah ini adalah adanya perkembangan ekonomi dan perubahan gaya hidup terutama msayarakat perkotaan. Kemampuan masyarakat untuk memenuhi

Upload: intan-rizky-fatimah

Post on 28-Dec-2015

97 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Stroke

Asuhan Keperawatan Lansia dengan Stroke

BAB 1

PENDAHULUAN

Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran

dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa

pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun

dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang

menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut

lanjut usia. Dari 19 juta jiwa penduduk Indonesia 8,5% mengalami stroke yaitu lansia.

Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara tiba-

tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Insiden stroke meningkat

secara eksponensial dengan bertambahnya usia dan 1,25 kali lebih besar pada pria

dibanding wanita.

Kecenderungan pola penyakit neurologi terutama gangguan susunan saraf pusat

tampaknya mengalami peningkatan penyakit akibat gangguan pembuluh darah otak,

akibat kecelakaan serta karena proses degenerative system saraf tampaknya sedang

merambah naik di Indonesia. Walaupun belum didapat data secara konkrit mengenai hal

ini.

Faktor penyebab munculnya masalah ini adalah adanya perkembangan ekonomi dan

perubahan gaya hidup terutama msayarakat perkotaan. Kemampuan masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan hidup terlihat semakin mudah sehingga meningkatkan hasrat

mereka untuk terus berjuang mencapai tujuan dengan penuh persaingan dalam perjuangan

tersebut, benturan-benturan fisik maupun psikologis tidak pernah dipikirkan efek bagi

kesehatan jangka panjang. Usia harapan hidup di Indonesia kian meningkat sehingga

semakin banyak terdapat lansia. Dengan bertambahnya usia maka permasalahan

kesehatan yang terjadi akan semakin kompleks. Salah satu penyakit yang sering dialami

oleh lansia adalah stroke. Usia merupakan factor resiko yang paling penting bagi semua

jenis stroke.

Page 2: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Stroke

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia

1. Definisi

Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam

ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran. Menurut Badan

kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan

proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut

usia.

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Menurut

James C. Chalhoun (2003) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat

merasa puas dengan keberhasilannya.

Sedangkan menurut Prayitno (2004) mengatakan bahwa setiap orang yang

berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak

mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok

bagi kehidupannya sehari-hari.

Menurut Saparinah (2003) lansia dimana berusia 55 sampai 65 tahun

merupakan kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan

mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai

tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam

hidupnya.

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia

merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam

proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan

dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal.

2. Ciri-ciri Lansia

Menurut Hurlock (Hurlock, 2004) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia,

yaitu :

a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor

psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi

memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran

Page 3: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Stroke

pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya

jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.

b. Lanjut usia memiliki status kelompok minoritas

Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap

sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh

pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise

itu seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada

mendengarkan pendapat orang lain.

c. Perubahan peran

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami

kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya

dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari

lingkungan.

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung

mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk

perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian

diri lansia menjadi buruk.

3. Cara Menjaga Hidup Sehat Pada Lansia

Cara hidup sehat adalah cara-cara yang dilakukan untuk dapat menjaga,

mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang. Adapun cara-cara

tersebut adalah:

a. Makan makanan yang bergizi dan seimbang

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa diet adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi kesehatan seseorang. Dengan tambahnya usia seseorang,

kecepatan metabolisme tubuh cenderung turun, oleh karena itu, kebutuhan gizi

bagi para lanjut usia, perlu dipenuhi secara adekuat. Kebutuhan kalori pada

lanjut usia berkurang, hal ini disebabkan karena berkurangnya kalori dasar

dari kegiatan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk

melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung,

usus, pernafasan, ginjal, dan sebagainya. Jadi kebutuhan kalori bagi lansia

harus disesuaikan dengan kebutuhannya.

b. Minum air putih 1.5 – 2 liter

Page 4: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Stroke

Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu

menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit di saluran

kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai pelumas

bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan, maka

fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang, terutama tulang kaki,

tangan dan lengan. Padahal tulang adalah penopang utama bagi tubuh untuk

melakukan aktivitas. Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah

sembelit. Untuk mengolah makanan di dalam tubuh usus sangat membutuhkan

air. Tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal, dan

muncullah sembelit..

c. Olah raga teratur dan sesuai

Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan

kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat lansia

kemampuan akan turun antara 30 – 50%. Oleh karena itu, bila usia lanjut ingin

berolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya, dengan

kemungkinan adanya penyakit. Olah raga usia lanjut perlu diberikan dengan

berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama,

bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding.

Olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu, jalan kaki, dengan

segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam,

mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang

bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan otot manusia lanjut dapat

menghambat laju perubahan degeneratif.

d. Istirahat, tidur yang cukup

Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur.

Diyakini bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses

penyembuhan penyakit, karna tidur bermanfaat untuk menyimpan energi,

meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit

juga pada saat tidur tubuh mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus.

Umumnya orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat

dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan.

e. Menjaga kebersihan

Yang dimaksud dengan menjaga kebersihan disini bukan hanya

kebersihan tubuh saja, melainkan juga kebersihan lingkungan, ruangan dan

Page 5: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Stroke

juga pakaian dimana orang tersebut tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh

adalah: mandi minimal 2 kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau

sesudah mengerjakan sesuatu dengan tangan, membersihkan atau keramas

minimal 1 kali seminggu, sikat gigi setiap kali selesai makan, membersihkan

kuku dan lubang-lubang ( telinga, hidung, pusar, anus, vagina, penis ),

memakai alas kaki jika keluar rumah dan pakailah pakaian yang bersih.

Kebersihan lingkungan, dihalaman rumah, jauh dari sampah dan genangan air.

f. Minum suplemen gizi yang diperlukan

Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh,

sehingga metabolisme di dalam tubuh menurun. Hal tersebut menyebabkan

pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar lansia tidak

terpenuhi secara adekuat. Oleh karena itu jika diperlukan, lansia dianjurkan

untuk mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu diingat dan diperhatikan

pemberian suplemen gizi tersebut harus dikonsultasikan dan mendapat izin

dari petugas kesehatan.

g. Memeriksa kesehatan secara teratur

Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan

kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak

sedang sakit lansia perlu memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena

dengan pemeriksaan berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini

sehingga pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika ada faktor yang

beresiko menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk dan saran

dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai umur

yang panjang dan tetap sehat.

h. Mental dan batin tenang dan seimbang

Untuk mencapai hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik saja yang

harus diperhatikan, tetapi juga mental dan bathin.

i. Rekreasi

Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu

maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga

kondisi dan kemampuan. Rekreasi dapat dilakukan di pantai dekat rumah,

taman dekat rumah atau halaman rumah jika mempunyai halaman yang luas

bersama keluarga dan anak cucu, duduk bersantai di alam terbuka. Rekreasi

Page 6: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Stroke

dapat menyegarkan otak, pikiran dan melemaskan otot yang telah lelah karena

aktivitas sehari-hari.

j. Hubungan antar sesama yang sehat

Pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman,

karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus

sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-

teman dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong

seseorang untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya

karena ingin lebih lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang

dicintai dan disayangi.

k. Back to nature (kembali ke alam)

Seperti yang telah terjadi, gaya hidup pada zaman modern ini telah

mendorong orang mengubah gaya hidupnya seperti makan makanan siap saji,

makanan kalengan, sambal botolan, minuman kaleng, buah dan sayur awetan,

jarang bergerak karena segala sesuatu atau pekerjaan dapat lebih mudah

dikerjakan dengan adanya tekhnologi yang modern seperti mencuci dengan

mesin cuci, menyapu lantai dengan mesin penyedot debu, bepergian dengan

kendaran walaupun jaraknya dekat dan bisa dilakukan dengan jalan kaki. Gaya

hidup seperti itu tidak baik untuk tubuh dan kesehatan karena tubuh kita

menjadi manja, karena kurang bergerak, tubuh jadi rusak karena makanan

yang tidak sehat sehingga tubuh menjadi lembek dan rentan penyakit.

B. Stroke

1. Definisi

Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara

tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak.

Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak

yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak ( Brunner dan

Suddarth, 2002 ).

Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak

( Elizabeth J. Corwin, 2002 ).

Stroke adalah sindrom yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat,

berupa deficit neurologis fokal atau global yang langsung 24 jam atau lebih atau

Page 7: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Stroke

langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan

peredaran otak non traumatic (Mansjoer 2002)

Stroke adalah gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari

proses patologis pada pembuluh darah serebral, misal: Trombosis, embolis,

ruptura dinding pembuluh atau penyakit vaskuler dasar (Prince, 2002).

Menurut Lumbantobing (2002) kelainan yang terjadi akibat gangguan peredaran

darah. Stroke dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

a. Infark Ischemik (Stroke non Hemoragi). Hal ini terjadi karena adanya

penyumbatan pembuluh darah otak. Infark iskemic terbagi menjadi dua yaitu :

stroke trombotik, yang disebabkan oleh thrombus dan stroke embolik, yang

disebabkan oleh embolus.

Harsono (2002) membagi stroke non haemoragi berdasarkan bentuk klinisnya

antara lain :

1) Serangan Iskemia sepintas atau transient ischemic Attack (TIA). Pada

bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah

di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.

2) Defisit Neurologik Iskemia Sepintas/ Reversible Ischemic Neurologik

Defisit (RIND). Gejala neurologik timbul ± 24 jam, tidak lebih dari

seminggu.

3) Stroke Progresif (Progresive Stroke/ Stroke in evolution).

Gejala makin berkembang ke otak lebih berat.

4) Completed Stroke

Kelainan saraf yang sifatnya sudah menetap, tidak berkembang lagi.

b. Perdarahan (Stroke Hemoragi)

Terjadi pecahnya pembuluh darah otak.

2. Etiologi

Stroke non haemoragi merupakan penyakit yang mendominasi kelompok usia

menengah dan dewasa tua karena adanya penyempitan atau sumbatan vaskuler

otak yang berkaitan erat dengan kejadian.

a. Trombosis Serebri

Merupakan penyebab stroke yang paling sering ditemui yaitu pada 40% dari

semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologis. Biasanya

Page 8: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Stroke

berkaitan erat dengan kerusakan fokal dinding pembuluh darah akibat

anterosklerosis.

b. Embolisme

Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu flowess dalam jantung sehingga

masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan dari penyakit

jantung.

Sedangkan menurut prince (2002) mengatakan bahwa stroke haemoragi

disebabkan oleh perdarahan serebri. Perdarahan intracranial biasanya

disebabkan oleh ruptura arteria serebri. Ekstravasali darah terjadi dari daerah

otak dan atau subaracnoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan

tergeser. Perdarahan ini dibedakan berdasarkan tempat terjadinya perdarahan.

3. Faktor Risiko

Harsono (2002) membagi faktor risiko yang dapat ditemui pada klien dengan

Stroke yaitu:

a. Faktor risiko utama

1) Hipertensi

Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya

pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak menyempit maka

aliran darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami

kematian.

2) Diabetes Mellitus

Debetes mellitus mampu, menebalkan dinding pembuluh darah otak yang

berukuran besar. Menebalnya pembuluh darah otak akan menyempitkan

diameter pembuluh darah yang akan menggangu kelancaran aliran darah

ke otak, pada akhirnya akan menyebabkan kematian sel- sel otak.

3) Penyakit Jantung

Beberapa Penyakit Jantung berpotensi menimbulkan strok. Dikemudian

hari seperti Penyakit jantung reumatik, Penyakit jantung koroner dengan

infark obat jantung dan gangguan irana denyut janung. Factor resiko ini

pada umumnya akan menimbulkan hambatan atau sumbatan aliran darah

ke otak karena jantung melepaskan sel- sel / jaringan- jaringan yang telah

mati ke aliran darah.

b. Faktor Resiko Tambahan

Page 9: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Stroke

1) Kadar lemak darah yang tinggi termasuk Kolesterol dan Trigliserida.

Meningginya kadar kolesterol merupakan factor penting untuk terjadinya

asterosklerosis atau menebalnya dinding pembuluh darah yang diikuti

penurunan elastisitas pembuluh darah.

2) Kegemukan atau obesitas

3) Merokok

Merokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen yang akan

mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh darah dan

peningkatan kekentalan darah.

4) Riwayat keluarga dengan stroke

5) Lanjut usia

Penyakit darah tertentu seperti polisitemia dan leukemia. Polisitemia dapat

menghambat kelancaran aliran darah ke otak. Sementara leukemia/ kanker

darah dapat menyebabkan terjadinya pendarahan otak.

6) Kadar asam urat darah tinggi

7) Penyakit paru- paru menahun.

4. Maifestasi Klinis

Stroke ini menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi

lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak

adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori).

a. Kehilangan motorik : hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi

pada sesi otak yang berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi

tubuh.

b. Kehilangan komunikasi : disartria (kesulitan bicara), disfasia atau afasia

(bicara defektif atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk

melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya)

c. Gangguan persepsi: disfungsi persepsi visual, gangguan hubungan visual-

spasial, kehilangan sensori

d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis

e. Disfungsi kandung kemih

Gejala - gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tidak berfungsi yang

disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul

Page 10: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Stroke

bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu. Gejala-gejala itu antara lain

bersifat:

a. Sementara

Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan

hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient

ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama,

memperberat atau malah menetap.

b. Sementara, namun lebih dari 24 jam

Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic

defisit (RIND)

c. Gejala makin lama makin berat (progresif)

Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang

disebut progressing stroke atau stroke inevolution

d. Sudah menetap/permanent

(Harsono, 2003).

5. Patofisiologi

a. Stroke Hemoragic

Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama

kasus gangguan pembuluh darah otak. Perdarahan serebral dapat terjadi di luar

duramater (hemoragi ekstradural atau epidural), dibawah duramater,

(hemoragi subdural), diruang subarachnoid (hemoragi subarachnoid) atau di

dalam substansi otak (hemoragi intraserebral).

1) Hemoragi ekstradural (epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang

memerlukan perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak

dengan robekan arteri dengan arteri meningea lain.

2) Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada dasarnya

sama dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa hematoma subdural

biasanya jembatan vena robek. Karenanya, periode pembentukan

hematoma lebih lama ( intervensi jelas lebih lama) dan menyebabkan

tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin mengalami hemoragi

subdural kronik tanpa menunjukkan tanda dan gejala.

3) Hemoragi subarachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau

hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma pada

Page 11: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Stroke

area sirkulus wilisi dan malformasi arteri-vena kongenital pada otak. Arteri

di dalam otak dapat menjadi tempat aneurisma.

4) Hemoragi intraserebral paling umum pada pasien dengan hipertensi dan

aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif karena penyakit ini

biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. pada orang yang lebih

muda dari 40 tahun, hemoragi intraserebral biasanya disebabkan oleh

malformasi arteri-vena, hemangioblastoma dan trauma, juga disebabkan

oleh tipe patologi arteri tertentu, adanya tumor otak dan penggunaan

medikasi (antikoagulan oral, amfetamin dan berbagai obat aditif).

Perdarahan biasanya arterial dan terjadi terutama sekitar basal

ganglia. Biasanya awitan tiba-tiba dengan sakit kepala berat. Bila

hemoragi membesar, makin jelas defisit neurologik yang terjadi dalam

bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital. Pasien

dengan perdarahan luas dan hemoragi mengalami penurunan kesadaran

dan abnormalitas pada tanda vital.

b. Stroke Non Hemoragic

Terbagi atas 2 yaitu :

1) Pada stroke trombotik, oklusi disebabkan karena adanya penyumbatan

lumen pembuluh darah otak karena thrombus yang makin lama makin

menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak lancer. Penurunan aliran

arah ini menyebabakan iskemi yang akan berlanjut menjadi infark. Dalam

waktu 72 jam daerah tersebut akan mengalami edema dan lama kelamaan

akan terjadi nekrosis. Lokasi yang tersering pada stroke trombosis adalah

di percabangan arteri carotis besar dan arteri vertebra yang berhubungan

dengan arteri basiler. Onset stroke trombotik biasanya berjalan lambat.

2) Sedangkan stroke emboli terjadi karena adanya emboli yang lepas dari

bagian tubuh lain sampai ke arteri carotis, emboli tersebut terjebak di

pembuluh darah otak yang lebih kecil dan biasanya pada daerah

percabangan lumen yang menyempit, yaitu arteri carotis di bagian tengah

atau Middle Carotid Artery ( MCA ). Dengan adanya sumbatan oleh

emboli akan menyebabkan iskemik.

Page 12: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Stroke

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa stroke

antara lain adalah:

a. Angiografi

Arteriografi dilakukan untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan.

Suatu kateter dimasukkan dengan tuntunan fluoroskopi dari arteria femoralis

di daerah inguinal menuju arterial, yang sesuai kemudian zat warna

disuntikkan.

b. CT-Scan

CT-scan dapat menunjukkan adanya hematoma, infark dan perdarahan.

c. EEG (Elektro Encephalogram)

Dapat menunjukkan lokasi perdarahan, gelombang delta lebih lambat di

daerah yang mengalami gangguan.

d. Pungsi Lumbal

Menunjukan adanya tekanan normal, Tekanan meningkat dan cairan yang

mengandung darah menunjukan adanya perdarahan

e. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.

f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena

g. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal

(Harsono, 2003).

7. Komplikasi

Komplikasi utama pada stroke menurut Smeltzer C. Suzanne, 2002 yaitu :

a. Hipoksia Serebral

b. Penurunan darah serebral

c. Luasnya area cedera

Page 13: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Stroke

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan Stroke

1. Pengkajian

a) Aktivitas dan istirahat

Data Subyektif :

1) Kesulitan dalam beraktivitas : kelemahan, kehilangan sensasi atau

paralysis.

2) Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )

Data obyektif :

1) Perubahan tingkat kesadaran

2) Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) ,

kelemahan umum.

3) Gangguan penglihatan

b) Sirkulasi

Data Subyektif :

Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung ,

endokarditis bacterial ), polisitemia.

Data obyektif :

1) Hipertensi arterial

2) Disritmia, perubahan EKG

3) Pulsasi : kemungkinan bervariasi

4) Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal

c) Integritas ego

Data Subyektif :

Perasaan tidak berdaya, hilang harapan

Data obyektif:

1) Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan

2) kesulitan berekspresi diri

d) Eliminasi

Data Subyektif:

1) Inkontinensia, anuria

Page 14: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Stroke

2) distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara

usus( ileus paralitik )

e) Makan/ minum

Data Subyektif:

1) Nafsu makan hilang

2) Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK

3) Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia

4) Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah

Data obyektif:

1) Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )

2) Obesitas ( factor resiko )

f) Sensori neural

Data Subyektif:

1) Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )

2) nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub

arachnoid.

3) Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti

lumpuh/mati

4) Penglihatan berkurang

5) Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan

pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )

6) Gangguan rasa pengecapan dan penciuman

Data obyektif:

1) Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan

tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi

kognitif

2) Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis

stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon

dalam ( kontralateral )

3) Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )

4) Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/

kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif,

global / kombinasi dari keduanya.

Page 15: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Stroke

5) Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli

taktil

6) Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik

7) Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi

ipsi lateral

g) Nyeri / kenyamanan

Data Subyektif :

Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya

Data obyektif:

Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial

h) Respirasi

Data Subyektif:

1) Perokok ( factor resiko )

Tanda :

a)) Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas

b)) Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur

c)) Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi

i) Keamanan

Data obyektif:

1) Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan

2) Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang

kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit

3) Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah

dikenali

4) Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu

tubuh

5) Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,

berkurang kesadaran diri

j) Interaksi social

Data obyektif :

Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi

k) Pengajaran / pembelajaran

Data Subjektif :

Page 16: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Stroke

l) Riwayat hipertensi keluarga, stroke

2) penggunaan kontrasepsi oral

m) Pertimbangan rencana pulang

1) Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi

2) Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan , perawatan diri

dan pekerjaan rumah

(Doenges E, Marilynn, 2000)

2. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah : penyakit

oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral.

b. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan neuromuskular, ketidakmampuan

dalam persespi kognitif, kelemahan umum.

c. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi serebral, gangguan

neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial / mulut, kelemahan umum / letih.

d. Perubahan persepsi sensori b.d penerimaan perubahan sensori transmisi,

perpaduan ( trauma / penurunan neurologi), tekanan psikologis ( penyempitan

lapangan persepsi disebabkan oleh kecemasan)

e. Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan

ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot

3. Intervensi Keperawatan

a. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah : penyakit

oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral.

1) Tujuan dan kriteria evaluasi :

a) Terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi

sensori / motorik

b) Menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK

c) Peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran / kekambuhan

2) Intervensi :

a) Monitor dan catat status neurologis secara teratur

R/ melihat penurunan dan peningkatkan saraf

b) Monitor tanda-tanda vital

R/ menentukan keadaan klien

Page 17: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Stroke

c) Evaluasi pupil 9 ukuran bentuk kesamaan dan reaksi terhadap cahaya

R/ melihat reaksi dan fungsi

d) Bantu untuk mengubah pandangan , misalnya pandangan kabur,

perubahan lapang pandang / persepsi lapang pandang

R/ mengurangi penurunan penglihatan

e) Bantu meningkatakan fungsi, termasuk bicara jika pasien mengalami

gangguan fungsi

R/ mengurangi penurunan fungsi

f) Kepala dielevasikan perlahan lahan pada posisi netral.

R/ agar tidak kaku

g) Pertahankan tirah baring , sediakan lingkungan yang tenang , atur

kunjungan sesuai indikasi

R/ Untuk kenyamanan

h) Kolaborasi :

i. Berikan suplemen oksigen sesuai indikasi

ii. Berikan medikasi sesuai indikasi

iii. Antifibrolitik, misal aminocaproic acid ( amicar )

iv. Antihipertensi

v. Vasodilator perifer, missal cyclandelate, isoxsuprine.

vi. Manitol

b. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan neuromuskular, ketidakmampuan

dalam persespi kognitif, kelemahan umum.

1) Tujuan dan kriteria evaluasi ; Tidak ada kontraktur, foot drop.

a) Adanya peningkatan kemampuan fungsi perasaan atau kompensasi dari

bagian tubuh

b) Menampakan kemampuan perilaku / teknik aktivitas sebagaimana

permulaannya

c) Terpeliharanya integritas kulit

2) Intervensi :

a) Ubah posisi tiap dua jam ( prone, supine, miring )

R/ mencegah terjadinya dekubitus

b) Mulai latihan aktif / pasif rentang gerak sendi pada semua ekstremitas

R/ agar tidak terjadinya kekakuan

Page 18: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Stroke

c) Topang ekstremitas pada posis fungsional , gunakan foot board pada

saat selama periode paralysis flaksid. Pertahankan kepala dalam

keadaan netral

R/ kenyamanan klien

d) Evaluasi penggunaan alat bantu pengatur posisi

R/ untuk kenyamanan

e) Bantu meningkatkan keseimbangan duduk

R/ untuk kenyamanan

f) Kolaborasi

i. Konsul ke bagian fisioterapi

ii. Bantu dalam meberikan stimulasi elektrik

iii. Gunakan bed air atau bed khusus sesuai indikasi

c. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi serebral, gangguan

neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial / mulut, kelemahan umum / letih.

1) Tujuan dan kriteria hasil

a) Pasien mampu memahami problem komunikasi

b) Menentukan metode komunikasi untuk berekspresi

c) Menggunakan sumber bantuan dengan tepat

2) Intervensi :

a) Bantu menentukan derajat disfungsi

R/ agar tidak terjadinya disfungsi

b) Sediakan bel khusus jika diperlukan

R/ mencegah kegawatdaruratan

c) Sediakan metode komunikasi alternative

R/ kenyamanan

d) Antisipasi dan sediakan kebutuhan pasien

R/ untuk kenyamanan

e) Bicara langsung kepada pasien dengan perlahan dan jelas

R/ terciptanya saling kepercayaan

f) Bicara dengan nada normal

R/ mencegah terjadinya prasanka buruk dan mengurangi keadaan

g) Kolaborasi : Konsul dengan ahli terapi wicara

Page 19: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Stroke

d. Perubahan persepsi sensori b.d penerimaan perubahan sensori transmisi,

perpaduan ( trauma / penurunan neurologi), tekanan psikologis ( penyempitan

lapangan persepsi disebabkan oleh kecemasan)

1) Tujuan dan kriteria hasil

a) Dapat mempertahakan level kesadaran dan fungsi persepsi pada level

biasanya.

b) Perubahan pengetahuan dan mampu terlibat

c) Mendemonstrasikan perilaku untuk kompensasi

2) Intervensi :

a) Kaji patologi kondisi individual

R/ mencegah penurunan kesadaran

b) Evaluasi penurunan visual

R/ mencegah penurunan kesadaran

c) Lakukan pendekatan dari sisi yang utuh

R/ agar pasien tidak tersinggung

d) Sederhanakan lingkungan

R/ untuk kenyamanan dan memepercepat kesembuhan

e) Bantu pemahaman sensori

R/ mengurangi ketidak reaksi saraf

f) Beri stimulasi terhadap sisa-sisa rasa sentuhan

R/ mengurangi kematian sel-sel saraf

g) Lindungi psien dari temperatur yang ekstrim

R/ menjaga kenyamanan

h) Pertahankan kontak mata saat berhubungan

R/ meningkatkan kepercayaan

i) Validasi persepsi pasien

R/ menentukan keluhan

e. Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan

ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot

1) Tujuan dan kriteria hasil

a) Melakukan aktivitas perwatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri

b) Mengidentifikasi sumber pribadi /komunitas dalam memberikan

bantuan sesuai kebutuhan

Page 20: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Stroke

c) Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk memenuhi

kenutuhan perawatan diri

2) Intervensi:

a) Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan (dengan menggunakan skala

1-4) untuk melakukan kebutuhan sehari-hari

b) Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien

sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan

c) Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi tentang kebutuhannya

untuk menghindari dan atau kemampuan untuk menggunakan

urinal,bedpan.

d) Identifikasi kebiasaan defekasi sebelumnya dan kembalikan pada

kebiasaan pola normal tersebut. Kadar makanan yang berserat,

Anjurkan untuk minum banyak dan tingkatkan aktivitas.

e) Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan

atau keberhasilannya.

f) Kolaborasi :

i. Berikan supositoria dan pelunak feses

ii. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi/okupasi