asuhan keperawatan pada keluarga tn.t …
TRANSCRIPT
1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn.T
KHUSUSNYANy.S DENGAN PEMENUHANKEBUTUHAN
DASAR OKSIGENASI PADA GANGGUAN SISTEM
PERNAPASAN “ASMA” DI RT 03 RW 02 KELURAHAN UTAN
PANJANG KECAMATAN KEMAYORAN JAKARTA PUSAT
TANGGAL 17 APRIL- 29 APRIL 2017
DISUSUN OLEH:
AISYAH RAHMAWATI
2014750002
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2017
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala
rahmat dan hidayahnya yang tercurahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini. Sholawat dan salam semoga dilimpahkan olehNya kepada
suri tauladan Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan semua pengikutnya yang
setia hingga akhir zaman.
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn.T
Khususnya Ny.S Dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Oksigenasi Pada
Gangguan Sistem Pernapasan “ASMA” di RT 03 RW 03 Kelurahan Utan
Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat” bertujuan untuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir pada pendidikan DIII
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Walaupun Karya Tulis Ilmiah ini telah dibuat, Penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan, menemukan banyak hambatan dan perlu perbaikan-
perbaikan. Namun berkat adanya bimbingan, arahan, dan dukungan maka penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini pada waktu yang telah ditentukan.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan secara langsung maupun tidak langsung
kepada:
1. Dr. Muhammad Hadi, SKM.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan UMJ
2. Titin Sutini,M.Kep.,Sp.Kep.An selaku Ka. Prodi D III Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperwatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
3. Ns. Nurhayati, M. Kep.Komselaku pembimbing dan suport sehingga dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
4. Drs. Dedi Muhdiana selaku wali akademik sekaligus penguji kedua
iii
iv
5. Para dosen yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat untuk angkatan
XXXII
6. Seluruh karyawan serta staff D III Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
7. Semua keluarga tercinta terutama mama dan papa yang sudah memberikan
banyak support dan mendoakan penulis untuk dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini
8. Ibu Rw 02 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat
dan seluruh kader yang telah memberikan bimbingan, arahan serta
dukungan selama praktek lahan dan selama proses penyusunan karya tulis
ilmiah.
9. Dan sahabat-sahabat seperjuangan angkatan XXXII D III Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang
selalu memberikan motivasi, support, saling menyemangati, saling
merangkul serta canda dan tawa
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan belum sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, tenaga
keperawatan, khususnya penulis, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
dalam menambah ilmu pengetahuan dibidang keperawatan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 5 Mei 2017
Penulis
iv
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Tujuan Penulis........................................................................................6
1. Tujuan Umum..................................................................................6
2. Tujuan Khusus.................................................................................6
C. Lingkung Masalah..................................................................................7
D. Metode Penulisan...................................................................................7
E. Sistematika Penulisan.............................................................................7
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Asma
1. Pengertian Asma...........................................................................10
2. Patofisiologi (etiologi, proses, manifestasi klinik, komplikasi)......11
3. Penatalaksanaan...........................................................................18
B. Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi.....................................................24
C. Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Konsep Keluarga..........................................................................30
a. Pengertian Keluarga...............................................................30
b. Jenis/Tipe Keluarga...............................................................30
c. Fungsi Keluarga....................................................................32
d. Struktur Keluarga..................................................................34
e. Peran Keluarga......................................................................38
f. Tahapan Perkembangan Tugas Perkembangan Keluarga.......38
v
vi
2. Konsep Proses Keperawatan Keluarga
a. Pengkajian Keperawatan......................................................41
b. Diagnosa Keperawatan........................................................46
c. Perencanaan Keperawatan...................................................50
d. Pelaksanaan Keperawatan....................................................51
e. Evaluasi Keperawatan.........................................................52
BAB III TINJAUAN TEORITIS
A. Pengkajian Keperawatan..................................................................55
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................75
C. Perencanaan Keperawatan...............................................................76
D. Pelaksanaan Keperawatan...............................................................100
E. Evaluasi Keperawatan.....................................................................112
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan.................................................................118
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................120
C. Perencanaan Keperawatan...............................................................122
D. Pelaksanaan Keperawatan...............................................................123
E. Evaluasi Keperawatan.....................................................................123
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................124
B. Saran...............................................................................................125
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya zaman, bangsa Indonesia tidak lepas dari
kemajuan ilmu, pengetahuan dan teknologi. Setiap kemajuan
perkembangan tersebut pasti akan menimbulkan dampak positif maupun
dampak negatif dan akan berbeda dampaknya pada masing-masing
individu. Dampak negatif dari kemajuan teknologi salah satu nya dengan
pembangunan pabrik-pabrik di dekat pemukiman penduduk atau tinggi
nya pencemaran lingkungan dapat menyebabkan gangguan kesehatan
sistem pernapasan. Masalah gangguan sistem pernapasan yang sering
terjadi di dalam masyarakat Indonesia meliputi ISPA, PPOK, TB Paru,
dan Asma.
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik pada jalan napas yang
dikarakteristikkan dengan hiperresponsitas, edema mukosa, dan produksi
mukus. Inflamasi ini pada akhirnya berkembang menjadi episode gejala
asma yang berulang : batuk, sesak dada, dan mengi (Susan
C.Smeltzer,2014).
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2011 terdapat
235 juta orang diseluruh dunia menderita asma dengan angka kematian
lebih dari 8% dinegara-negara berkembang yang sebenarnya dapat
dicegah. National Center for Health Statistics (NCHS) pada tahun 2011
mengatakan bahwa prevalensi asma menurut usia sebesar 9,5% pada anak
dan 8,2% pada dewasa, sedangkan menurut jenis kelamin 7,2% laki-laki
dan 9,7% perempuan, (Soraya,2010). Sedangkan menurut Global Initiative
for Asthma (GINA) memperkirakan bahwa hampir 300 juta orang di
seluruh dunia menderita asma. GINA mendefinisikan negara berkembang
adalah negara-negara di Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, Asia dan
Pasifik Basin. Prevalensi asma pada negara-negara didaerah tersebut terus
mengalami peningkatan yang signifikan. Peneliti GINA memprediksi
2
bahwa lebih dari 40 juta penduduk di Amerika Selatan dan Tengah
menderita asma. Prevalensi asma yang tinggi yang telah dilaporkan terjadi
di Peru (13%), Kosta Rika (11,9%), Brazil (11,4%), dan Ekuador (8,2%).
Di Afrika, lebih dari 50 juta penduduk diyakini memliki asma. Prevalensi
asma tertinggi dibenua ini terdapat di Afrika Selatan (8,1%), (Clark,
2013).
Menurut data Riskesdas pada tahun 2007 dari 18 provinsi
mempunyai prevalensi asma melebihi angka nasional adalah 4,0% dari 18
provinsi tersebut 5 provinsi teratas, yaitu Gorontalo, Sulawesi Tengah,
Papua Barat, Kalimantan Selatan, dan Aceh. Sedangkan provinsi yang
mempunyai prevelansi penyakit asma dibawah angka nasional, dimana 5
provinsi yang mempunyai prevalensi asma terendah yaitu Lampung,
Sumatra Utara, Sulawesi Utara, Jawa Tengah, Sulawesi Barat. Sedangkan
pada data Riskesdas pada tahun 2013 terdapat 18 provinsi yang
mempunyai prevalensi penyakit asma melebihi angka nasional adalah
4,5% dari 18 provinsi tersebut 5 provinsi teratas yaitu Sulawesi Tengah,
Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, DI Yogyakarta dan Kalimantan
Selatan. Sedangkan provinsi yang mempunyai prevelansi penyakit asma
dibawah angka nasional, dimana 5 provinsi yang mempunyai prevalensi
asma terendah yaitu Sumatra Utara, Jambi, Riau, Bengkulu, dan Lampung.
Prevalensi asma untuk wilayah DKI Jakarta pada tahun 2007 adalah 2,2%
sedangkan pravelansi asma untuk wilayah DKI Jakarta pada tahun 2013
adalah 5,2%. Jika data Riskesdas tahun 2007 dibandingkan dengan data
Riskesdas tahun 2013 didapatkan kesimpulan bahwa prevalensi asma dari
data Nasional dan DKI Jakarta terjadi peningkatan sekitar kurang dari 1%
yaitu sebesar 0,5% (Kemenkes RI,2007 & 2013).
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum
diketahui dengan pasti penyebabnya, akan tetapi hanya menunjukan dasar
gejala asma yang paling sering timbul berupa batuk (dengan atau tanpa
disertai produksi mukus), despnea, dan mengi (pertama-tama pada
ekspirasi, kemudian bisa juga terjadi selama inspirasi), serangan asma
paling sering terjadi pada pagi atau malam hari, asma sering kali didahului
3
oleh peningkatan gejala selama berhari-hari, namun dapat pula terjadi
secara mendadak, diperlukan usaha untuk ekspirasi dan inspirasi
memanjang, ruam, dan edema temporer merupakan reaksi alergi yang
biasanya menyertai asma. Sebagai pemicu timbulnya serangan-serangan
dapat berupa infeksi, iklim, inhalan, makanan, dan kegiatan fisik (Susan
C.Smeltzer,2014). Tanda dan gejala yang diderita oleh penderita asma
akan menimbulkan masalah yang dirasakan yang salah satunya yaitu
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Kebutuhan oksigenasi
merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel dalam tubuh. Oksigen merupakan suatu gas tidak
berwarna dan tidak berbau yang terkandung dalam sekitar 21% udara yang
kita hirup, sangat dibutuhkan bagi semua kehidupan sel. Fungsi sistem
pernapasan adalah pertukaran gas dimana oksigen dari udara yang dihirup
berdisfusi dari alveolus paru ke darah dalam kapiler paru. Karbon dioksida
yang dihasilkan selama metabolisme sel berdisfusi dari darah ke dalam
alveolus dan kemudian dikeluarkan.
Serangan sesak dapat timbul sewaktu-waktu, mendadak dan
berulang-ulang serta tidak bila tidak segera diatasi dengan baik dapat
berakibat fatal. Akibat seringnya sesak menyebabkan aktivitas dan
produktivitas kerja penderita/keluarganya menjadi terganggu dan
menurun. Meningkatkan angka absensi sekolah, absensi kerja, masuk
rumah sakit, dan kesulitan serta bimbang dalam mencari pekerjaan yang
sesuai karena perasaan cemas akan penyakitnya. Disamping itu juga akan
menimbulkan banyak permasalahan, kerugian, dan beban baik material
maupun spiritual bagi penderita sendiri, keluarga, sekolah,
instansi/perusahaan tempat bekerja, masyarakat maupun pemerintahan.
Akibat yang terjadi pada penderita asma tidak hanya menjadi
tanggung jawab keluarga tetapi adapun upaya Pemerintah dalam
mengatasi asma dengan melaksanakan penyuluhan atau KIE (komunikasi,
informasi dan edukasi) tentang asma kepada masyarakat, meningkatkan
ketersediaan informasi dan kerja sama aktif seluruh pontesi di lingkungan
masyarakat dan pemerintah dengan membangun serta memantapkan
4
kemitraan dan jejaring kerja dengan Lintas Program, Lintas Sektor,
Swasta, Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi, LSM, Badan Internasional,
melakukan perlindungan khusus dengan penerapan hunian bebas rokok
dilingkungan masyarakat, minimalisasi pencemaran udara, sosialisasi
penggunaan alat pelindung diri seperti masker, deteksi dini serta
penatalaksanaan kasus, upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pengendalian asma dimulai dengan kajian aspek sosial budaya dan
perilaku masyarakat, dan melakukan kegiatan pokok pengendalian
penyakit kronik ditingkat provinsi, kabupaten, kecamatan, dan
desa/kelurahan (Departemen Kesehatan RI,2009).
Banyak peneliti mengakui bahwa pendidikan mengenai asma
terhadap penderita asma dan keluarganya memegang peran penting untuk
keberhasilan tujuan dari pengobatan. Salah satu penyebab
ketidakberhasilan pengobatan asma yaitu kurang nya pengetahuan
penderita dan keluarga mengenai sifat dasar dari penyakit asma atau cara
pengobatan asma. Dengan membekali keluarga mengenai pendidikan asma
pada penderita/keluarga diharapkan keluarga dapat memahami tentang
asma. Tugas keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan yaitu
mengenali masalah penyakit asma, keluarga mampu mengambil keputusan
dalam penanganan asma, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
terkena asma, keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk anggota
yang terkena asma dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
(Achjar, 2010).
Keluarga merupakan satu kelompok atau sekumpulan manusia
yang hidup bersama sebagai satu kesatuan unit masyarakat yang terkecil
dan biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan, atau ikatan
lain (Setiawati, 2008). Keluarga dipandang sebagai sistem sosial terbuka,
dimana keluarga dijadikan subsistem dalam masyarakat, pendekatan ini
memandang bahwa dalam keluarga terjadi interaksi berkelanjutan antar
anggota keluarga dengan lingkungan eksternal dalam hal afektif,
reproduksi, ekonomi, dan pelayanan kesehatan. Interaksi anggota keluarga
5
dengan lingkungan eksternal masyarakat akan saling memengaruhi.
(Santun Setiawati, 2008).
Mengingat besar nya kasus dan dampak yang terjadi pada kasus
asma, diperlukan peran perawat keluarga yang berperan sebagai pemberi
asuhan keperawatan seperti advocator dan motivator. Perawat keluarga
adalah perawat profesional yang memiliki dedikasi tinggi dengan
pemahaman yang berbasis komunitas, dimana perawat tersebut dalam
pemberian pelayanan ke keluarga berkolaborasi dengan individu, keluarga
dan pemberi pelayanan lainnya dalam konteks pelayanan kesehatan utama.
Asuhan keperawatan yang diberikan secara komprehensif melalui upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif (peningkatan
kesehatan) dengan memberikan pendidikan kesehatan yaitu melalui
penyuluhan tentang kasus ASMA dan pemberian lefleat pada keluarga
sehingga keluarga akan dibekali pemahaman dan mengenal asma.
Preventif (pencegahan) dengan cara imunoterapi serta mengendalikan
faktor yang mencetus timbulnya asma. Kuratif (pengobatan) dengan cara
melakukan pengobatan dasar asma dan fisioterapi. Rehabilitatif
(pemulihan kesehatan) dengan cara mengatur diet dan nutrisi serta
melakukan olah raga.
Berdasarkan uraian diatas penulis melakukan asuhan keperawatan
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar sistem pernapasan: ASMA
yang tersusun pada Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada keluarga Tn.T khususnya Ny.S dengan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Oksigenasi pada Gangguan Sistem Pernapasan: Asma Di
Rt 03 Rw 02 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta
Pusat”.
6
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada keluarga Tn.T
khususnya Ny.S dalam memenuhi kebutuhan dasar oksigenasi dengan
gangguan sistem pernapasan: “asma” di Rt 03 Rw 02 kelurahan utan
panjang kecamatan kemayoran jakarta pusat.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada keluarga dalam memenuhi
kebutuhan dasar oksigenasi dengan gangguan sistem pernapasan:
“asma”
b. Mampu menganalisa data untuk merumuskan masalah pada
keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar oksigenasi dengan
gangguan sistem pernapasan: “asma”
c. Mampu menyusun diagnosa pada keluarga dalam memenuhi
kebutuhan dasar oksigenasi dengan gangguan sistem pernapasan:
“asma”
d. Mampu memprioritaskan masalah keperawatan dengan cara
skoring
e. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada keluarga
dalam memenuhi kebutuhan dasar oksigenasi dengan gangguan
sistem pernapasan: “asma”
f. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan dasar oksigenasi dengan gangguan sistem
pernapasan: “asma”
g. Mampu melakukan evaluasi pada keluarga dalam memenuhi
kebutuhan dasar oksigenasi dengan gangguan sistem pernapasan:
“asma”
h. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat
serta dapat mencari solusi
7
i. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam
bentuk narasi
C. Lingkup Masalah
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis membahas tentang
Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn.T Khususnya Ny.S dengan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Oksigen pada Gangguan Sistem Pernapasan
“Asma” di Rt 03 Rw 02 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran
Jakarta Pusat selama 12 hari yang dilaksanakan pada tanggal 17 April - 29
April 2017
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
menggunakan deskriptif yaitu suatu metode ilmiah yang dilakukan dengan
cara pengumpulan data, menganalisa dan menarik kesimpulan dengan
pendekatan studi kasus. Untuk menunjang penyusunan karya tulis ilmiah
ini penulis memperoleh informasi/data melalui :
1. Studi kepustakaan dengan mempelajari literature-literature yang
berkaitan dengan asma serta yang terkait dengan keperawatan keluarga.
2. Studi kasus dengan melakukan wawancara, observasi, dan pemeriksaan
fisik serta melihat dokumentasi kesehatan yang ada.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari lima BAB yaitu :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan yang
terdiri dari: tujuan umum, tujuan khusus, ruang lingkup,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Yang membahas tentang teori dasar makalah kesehatan
yang terdiri dari:
A. Konsep Dasar: pengertian, patofisiologi (etiologi,
proses, gangguan pemenuhan kebutuhan dasar pada
sistem terkait, manifestasi klinik, komplikasi),
8
pelaksanaan dan terapi (penatalaksanaan keperawatan
dan penatalaksanaan kolaboratif).
B. Asuhan Keperawatan Keluarga: Konsep Keluarga
(pengertian, jenis, struktur keluarga, peran keluarga,
fungsi keluarga, tahap perkembangan keluarga, tugas
perkembangan keluarga)
C. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga: Pengkajian
Keperawatan (Berfokus pada pemenuhan kebutuhan
dasar), Diagnosa Keperawatan, Perencanaan
Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan, Evaluasi
Keperawatan.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Pada studi kasus ini, penulis menulis tentang satu kasus
keluarga dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Oksigenasi
pada Gangguan Sistem Pernapasan: meliputi pengkajian
keperawatan: pengumpulan data, penjajakan II, analisa
data, Diagnosa Keperawatan: prioritas masalah dengan
teknik skoring, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
BAB IV : PEMBAHASAN
Yang membahas kesenjangan dan membandingkan antara
teori dan kasus, analisa dari faktor-faktor pendukung dan
penghambat serta alternative pemecah masalah dalam
memberikan asuhan keperawatan ditiap-tiap tahapan yang
meliputi: pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.
9
BAB V : PENUTUP
Berisi uraian singkat mengenai inti sari dari asuhan
keperawatan pada keluarga Tn.T khususnya Ny.S dengan
pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada gangguan
sistem pernapasan: asma, mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Selain itu juga
berisi saran-saran yang perlu disampaikan terkait dengan
masalah asma
10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR ASMA
1. Pengertian
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran napas
mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan
tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat
berulang namun reversible, dan diantara episode penyempitan
bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal
(sylvia A.dkk, yang dikutip oleh Amin Huda Nurarif, 2015)
Asma adalah gangguan inflamasi kronik pada jalan napas
dimana banyak sel memainkan peranan, terutama sel mast,
eosinofil, dan limfosit T. Pada individu yang rentan, inflamasi ini
menyebabkan episode rekuren dari mengi, sulit bernapas, dada
terasa sesak, dan batuk terutama pada malam/dan atau pagi hari.
Gejala-gejala ini biasanya berhubungan dengan terbatasnya aliran
udara yang meluas tetapi bervariasi, yang reversibel setidaknya
sebagian baik secara spontan maupun dengan pengobatan.
Inflamasi ini juga menyebabkan peningkatan responsivitas jalan
napas terhadap berbagai rangsangan. (International Consensus
Report on the Diagnosis and Management of Asthma 1992, yang
dikutip oleh Caia Francis,2011 ).
Menurut NHLBI (Expert Panel Report 3:Guidelines for the
Diagnosis and Management of Asthma 2007) asma adalah penyakit
inflamasi kronik saluran napas dimana banyak sel berperan
terutama sel mast, eosinofil, limfosit T, makrofag, neutrofil, dan sel
epitel (Slamet Hariadi,dkk, 2010)
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian asma adalah suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap
reaksi yang meningkat dari trakea dan bronkus terhadap berbagai
11
macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernapas
yang disebabkan oleh penyempitan yang menyeluruh dari saluran
pernapasan.
2. Klasifikasi
Asma dibedakan menjadi dua jenis, yakni:
a. Asma bronkial
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap
dan bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculan sangat
mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang secara tiba-
tiba. Jika tidak mendapatkan pertolongan secepatnya, resiko
kematian bisa datang. Gangguan asma juga bisa muncul
lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan
saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat
berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan
selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang
berlebihan.
b. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala
asma kardial biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak
napas yang hebat. Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul
dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur.
Asma akut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok
sebagai berikut:
1) Ringan sampai sedang: mengi/batuk tanpa distres berat,
dapat mengadakan percakapan normal, nilai aliran puncak
lebih dari 50% nilai terbaik.
2) Sedang sampai berat: mengi/batuk dengan distres, berbicara
dalam kalimat atau frasa pendek, nilai aliran puncak kurang
dari 50% dan beberapa derajat desaturasi oksigen jika
diukur dengan oksimetri nadi. Didapatkan nilai saturasi
antara 90-95% jika diukur dengan oksimetri nadi perifer.
12
3) Berat, mengancam nyawa: distres pernapasan berat,
kesulitan berbicara, sianosis, lelah dan bingung, usaha
respirasi batuk, sedikit mengi (silent chest) dan suara napas
lemah, takipnea, bradikardia, hipotensi, aliran puncak
kurang dari 30% angka prediksi atau angka terbaik, saturasi
oksigen kurang dari 90% jika diukur dengan oksimetri nadi
perifer (BTS SIGN 2003,Chung 2002).
Menurut Mc Connel dan Holgate asma dibedakan menjadi:
(Sudoyo Aru)
a. Asma ekstrinsik : munculnya pada waktu anak-anak
b. Asma intrinsik : ditemukan tanda-tanda reaksi
hipersensitivitas terhadap alergen
c. Asma yang berkaitan dengan penyakit paru obstruktif
kronik
3. Etiologi dan Faktor Resiko
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum
diketahui dengan pasti penyebabnya, akan tetapi hanya
menunjukan dasar gejala asma yaitu inflamasi dan respons saluran
napas yang berlebihan ditandai dengan adanya kalor (panas karena
vasodilatasi), tumor (esudasi plasma dan edema), dolor (rasa sakit
karena rangsangan sensori), function laesa (fungsi yang
terganggu). Dan rangsangan harus disertai dengan infiltrasi sel-sel
radang (Sudoyo Aru.dkk, 2007)
Sebagai pemicu timbulnya serangan-serangan dapat berupa infeksi
(infeksi virus RSV), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan
udara), inhalan (debu, kapuk, sisa-sisa serangga mati, bulu
binatang, serbuk sari, bau asap, uap cat), makanan (putih telur,
susu sapi, kacang tanah, coklat, biji-bijian, tomat), obat (aspirin),
kegiatan fisik (olahraga berat, kecapean) dan emosi (Menurut
NANDA, 2015).
13
Menurut Daniel Maranatha yang dikutip dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Paru (2010) faktor resiko asma, meliputi:
a. Genetik
Telah diterima secara umum bahwa ada kontribusi heriditer
pada etiologi asma, pola heriditer komplek dan asma tidak
dapat diklasifikasikan secara sederhana cara pewarisannya.
Namun dari studi genetik telah menemukan multiple
chromosoma region yang berisi gen-gen yang memberi
kontribusi asma.
b. Gender dan ras
Asma pada anak lebih sering dijumpai pada anak laki-laki
tetapi menjadi berlawanan pada pubertas dan dewasa.
Prevalensi secara keseluruhan wanita lebih banyak dari pria.
Di Amerika Serikat ras kulit hitam diketahui mempunyai
resiko tinggi kematian, tidak tergantung status sosial ekonomi
dan pendidikan. Insiden asma tinggi dinegara sedang
berkembang diperkirakan karena faktor-faktor lingkungan
mungkin sama pentingnya seperti faktor-faktor genetik dan ras.
c. Faktor lingkungan
Alergen dan occupational factor adalah penyebab terpenting
asma. Dari beberapa studi epidemiologi telah menunjukan
korelasi antara paparan alergen menurun. Alergen indoor yang
penting adalah domestic (house dust) mites, alergen hewan,
alergen kecoak dan jamur. House dust terutama beberapa
senyawa organik dan inorganik termasuk spora jamur. Out
door terutama dari pohon, rumput dan fungi.
d. Polusi udara
Polutan dari luar dan di dalam rumah mempunyai kontribusi
perburukan gejala asma dengan mentriger bronkokonstriksi,
peningkatan hiperesponsif saluran napas dan peningkatan
respons terhadap aeroalergen. Ada dua polutan out door yang
penting yaitu industrial smog (sulfur dioxide, particulate
14
complex) dan photochemical smog (ozone dan nitrogen
oxides). Teknologi kontruksi modern telah dicurigai
menyebabkan polusi indoor yang tinggi. Pada gedung-gedung
hemat energi ada ±50% udara bersih pertukarannya kurang
terjadi. Polusi indoor termasuk cooking, heating fuel exhausts,
cat yang mengandung formaldehid dan isocynate.
e. Faktor lain
Dari sejumlah studi epidemiologi dapat ditemukan asosiasi
antara resiko terjadinya asma dengan atopi. Pertumbuhan di
daerah pertanian menurunkan resiko atopi dan rhinitis alergi
pada dewasa mengesankan bahwa faktor lingkungan
mempunyai efek protektif pada timbulnya alergi. Di negara
sedang perkembang perpindahan ke kota dihubungkan dengan
perubahan dari bahan bakar biomassal seperti; kayu, batu bara
ke gas dan listrik. Penggunaan bahan bakar modern ada
hubungannya dengan peningkatan angka sensitifitas alergik.
4. Manifestasi Klinis
a. Gejala asma paling umum adalah batuk (dengan atau tanpa
disertai produksi mukus), dan mengi (pertama-tama pada
ekspirasi, kemudian dilanjutkan dengan inspirasi)
b. Serangan asma paling sering terjadi pada malam hari atau pagi
hari
c. Sesak dada atau dispneu
d. Gejala tambahan, seperti diaforesis dan takikardia
e. Eksema, ruam, dan edema temporer merupakan reaksi alergi
yang biasanya menyertai asma
15
Infeksi Kuman
Faktor Ekstrinsik
bronkhospasme
5. Patofisiologi Asma
Faktor Intrinsik
Alergan dan faktor genetik
Infeksi saluran pernapasan
Mengaktifkan respon imun
(sel mast)
Mengaktifkan mediator kimiawi
(histamin, anafilaktosin)
Edema
mukosa Sekresi Inflamasi
Penyempitan jalan napas
Pola napas
tidak efektif
Serangan
Promaksimal
Dipsnea, wheezing, batuk, sputum
Anoreksia
Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Sulit tidur
Gangguan pola tidur
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
Ancaman
kehidupan
Kecemasan
16
6. Komplikasi
a. Pneumothoraks
b. Pneumodiastinum dan emfisema subkutis
c. Atelectasis
d. Aspergilosis bronkopulmoner alergik
e. Gagal napas
f. Bronchitis
g. Fraktur iga
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Heru Sundaru, Sukamto (2014) pemeriksaan penunjang
asma meliputi:
a. Spirometri
Cara yang paling cepat dan sederhana untuk menegakkan
diagnosis asma adalah melihat respons pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan sprirometri dilakukan sebelum dan
sesudah pemberian bronkodilator hirup (inhaler atau
nebulazer) golongan adrenergik beta. Peningkatan VEPI
sebanyak ≥12% atau (≥200 mL) menunjukan diagnosis asma.
Tetapi respons yang kurang dari 12% atau 200 mL, tidak
berarti bukan asma. Hal-hal tersebut dapat dijumpai pada
pasien yang sudah normal atau mendekati normal. Demikian
pula respons terhadap bronkodilator tidak dijumpai pada
obstruksi saluran napas yang berat, oleh karena obat tunggal
bronkodilator tidak cukup kuat memberikan efek yang
diharapkan. Untuk melihat reversibilitas pada hal yang
disebutkan di atas mungkin diperlukan kombinasi obat
golongan adrenergik beta, teofilin dan bahkan kortikosteroid
untuk jangka waktu pengobatan 2-3 minggu. Reversibilitas
dapat terjadi tanpa pengobatan yang dapat dilihat dari hasil
pemeriksaan spirometri yang dilakukan pada saat yang
berbeda-beda misalnya beberapa hari atau beberapa bulan
kemudian.
17
Pemeriksaan spirometri selain penting untuk menegakkan
diagnosis, juga penting untuk menilai beratnya obstruksi dan
efek pengobatan. Kegunaan spirometri pada asma dapat
disamakan dengan tensimeter pada penatalaksanaan hipertensi
atau glukometer pada diabetes militus. Banyak pesen asma
tanpa keluhan, tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukan
obstruksi. Hal ini mengakibatkan pasien mudah mendapatkan
serangan asma dan bahkan bila berlangsung lama atau kronik
dapat berlanjut menjadi penyakit paru obstruksi kronik.
b. Uji Provokasi Bronkus
Jika pemeriksaan spirometri normal, untuk menunjukan
adanya hiperaktivitas bronkus dilakukan uji provokasi
bronkus. Ada beberapa cara untuk melakukan uji provokasi
bronkus seperti uji provokasi dengan histamin, metakolin,
kegiatan jasmani, udara dingin, larutan garam hipertonik, dan
bahkan dengan aqua destilata. Penurunan VEP1 sebesar 20%
atau lebih dianggap bermakna. Uji dengan kegiatan jasmani,
dilakukan dengan menyeluruh pasien berlari cepat selama 6
menit sehingga mencapai denyut jantung 80-90% dari
maksimum. Dianggap bermakna bila menunjukan penurunan
APE (Arus Puncak Ekspirasi) paling sedikit 10%. Akan halnya
uji provokasi dengan alergen, hanya dilakukan pada pasien
yang alergi terhadap alergen yang diuji.
c. Pemeriksaan Sputum
Sputum eosinofil sangat karakteristik untuk asma, sedangkan
neutrofil sangat dominan pada bronkhitis kronik. Selain untuk
melihat adanya eosinofil, kristal Charcot-Leyden, dan Spiral
Crushmann; pemeriksaan ini juga penting untuk melihat
adanya miselium Aspergillus fumigatus.
d. Pemeriksaan Eosinofil Total
Jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat pada
pasien asma dan hal ini dapat membantu dalam membedakan
18
asma dari bronkitis kronik. Pemeriksaan ini juga dapat dipakai
sebagai patokan untuk menentukan cukup tidaknya dosis
kortikosteroid yang dibutuhkan pasien asma.
e. Uji Kulit
Tujuan uji kulit adalah untuk menunjukan adanya antibodi IgE
spesifik dalam tubuh. Uji ini hanya menyokong anamnesis,
karena uji alergen yang positif tidak selalu merupakan
penyebab asma, demikian pula sebaliknya.
f. Pemeriksaan kadar IgE Total dan IgE Spesifik Dalam Sputum
Kegunaan pemeriksaan IgE total hanya untuk menyokong
adanya atopi. Pemeriksaan IgE spesifik lebih bermakna
dilakukan bila uji kulit tidak dapat dilakukan atau hasilnya
kurang dapat dipercaya.
g. Foto Rontgen Dada
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan penyebab lain
obstruksi saluran napas dan adanya kecurigaan terhadap proses
patologis diparu atau komplikasi asma seperti pneumotoraks,
pneumomediastinum, atelektasis, dan lain-lain.
h. Analisa Gas Darah
Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada asma yang berat. Pada
fase awal serangan, terjadi hipoksemia dan hipokapnia (PaCO2
< 35 mmHg) kemudian pada stadium yang lebih berat PaCO2
justru mendekati normal sampai normo-kapnia. Selanjutnya
pada asma yang sangat berat terjadinya hiperkapnia (PaCO2 ≥
45 mmHg), hipoksemia, dan asidosis respiratorik.
8. Penatalaksanaan dan Terapi
A. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan yang harus segera dilakukan
pada pasien bergantung pada tingkat keparahan gejala. Pasien
dan keluarga kerap merasa takut dan cemas karena sesak napas
yang dialami pasien. Oleh sebab itu, pendekatan yang tenang
merupakan aspek yang penting didalam asuhan:
19
1. Kaji status respirasi pasien dengan memonitor tingkat
keparahan gejala, suara napas, peak flow, oksimetri nadi,
dan tanda-tanda vital.
2. Kaji riwayat reaksi alergi terhadap obat sebelum
memberikan medikasi.
3. Identifikasi medikasi yang tengah digunakan oleh pasien.
4. Berikan medikasi sesuai yang diresepkan dan monitor
respons pasien terhadap medikasi tersebut medikasi
mungkin mencakup antibiotik jika pasien telah lebih dulun
mengalami infeksi pernapasan.
5. Berikan terapi cairan jika pasien mengalami dehidrasi.
6. Bantu prosedur intubasi, jika diperlukan.
Menurut NIC-NOC NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association, 2015) Tujuan utama penatalaksanaan
asma adalah meningkatkan dan mempertahankan kualitas
hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Program
penatalaksanaan asma meliputi 7 komponen (Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia), yaitu:
1. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan
mortaliti. Edukasi tidak hanya ditunjukan untuk penderita
dan keluarga tetapi juga pihak lain yang membutuhkan
seperti pemegang keputusan, pembuat perencanaan bidang
kesehatan/asma, profesi kesehatan.
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala anatara 1-6 bulan monitoring asma
oleh penderita sendiri mutlak dilakukan antara
penatalaksanaan asma. Hal tersebut disebabkan berbagai
faktor antara lain:
20
a. Gejala dan berat asma berubah, sehingga
membutuhkan perubahan terapi
b. Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami
perubahan pada asmanya
c. Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang
perlu di review, sehingga membantu penanganan
asma terutama asma mandiri
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka
panjang
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol
penyakit disebut sebagai asma terkontrol. Terdapat tiga
faktor yang perlu dipertimbangkan:
a. Medikasi (obat-obatan)
Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan
mencegah gejala obstruksi jalan napas, terdiri atas
pengontrol dan pelega
b. Tahapan pengobatan
c. Penanganan asma mandiri (pelangi asma)
d. Hubungan penderita-dokter yang baik adalah dasar
yang kuat untuk terjadi kepatuhan dan efektif
penatalaksanaan asma. Rencanakan pengobatan asma
jangka panjang sesuai kondisi penderita,
realistik/memungkinkan bagi penderita dengan
maksud mengontrol asma. Bila memungkinkan,
ajaklah perawat, farmasi, tenaga fisioterapi
pernapasan dan lain-lainnya untuk membantu
memberikan edukasi dan menunjang keberhasilan
pengobatan penderita.
5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
6. Kontrol secara teratur
21
Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang
penting diperhatikan oleh dokter yaitu:
a. Tindak lanjut (follow-up) teratur
b. Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan
lanjut bila diperlukan
7. Pola hidup sehat
a. Meningkatkan kebugaran fisis
Olahraga menghasilkan kebugaran fisis secara umum.
Walaupun terdapat salah satu bentuk asma yang
timbul serangan sesudah exercise (exercise-induced
asthma/EIA), akan tetapi tidak berarti penderita EIA
dilarang melakukan olahraga. Senam asma Indonesia
(SAI) adalah salah satu bentuk olahraga yang
dianjurkan karena melatih dan menguatkan otot-otot
pernapasan khususnnya, selain manfaat lain pada
olahraga umumnya.
b. Berhenti atau tidak pernah merokok
c. Lingkungan kerja
d. Kenali lingkungan kerja yang berpotensi dapat
menimbulkan asthma.
Para ahli asma dari berbagai negara terkemuka telah
berkumpul dalam suatu lokakarya Global Initiative for
Asthma : Management and Prevention yang
dikoordinasikan oleh National Heart, Lung and Blood
Institute Amerika Serikat dan WHO. Publikasi lokakarya
tersebut dikenal sebagai GINA diterbitkan pada tahun
1995, dan diperbaharui tahun 1998, 2002, 2006, dan yang
terakhir 2008. Hampir seluruh negara di dunia mengikuti
protokol pengobatan yang dianjurkan. Namun cara
pengobatan tersebut masih dirasakan mahal bagi negara
berkembang, sehingga masing-masing negara dianjurkan
22
membuat kebijakan sesuai dengan kondisi sosial ekonomi
serta lingkungannya, (Siti Setiati, 2014).
Untuk mencapai tujuan diatas GINA merekomendasikan
5 komponen yang saling terkait dalam penatalaksanaan
asma :
a. Bina hubungan yang baik antara pasien dengan dokter
b. Identifikasi dan kurangi pemaparan faktor resiko
c. Penilaian, pengobatan dan pemantauan keadaan
kontrol asma
d. Atasi serangan asma
e. Penatalaksanaan keadaan khusus
B. Penatalaksanaan Kolaboratif
Tata laksana farmakologis
Tujuan tata laksana farmakologis adalah untuk mengontrol
gejala termasuk gejala nonturnal dan asma yang di induksi
oleh olahraga, untuk mencegah eksaserbasi dan mencapai
tingkat fungsi respirasi yang terbaik dan efek samping yang
minimal ( BTS SIGN 2003, dikutip oleh Perawatan
Respirasi,2008).
Panduan British Thoracic Society merupakan pendekatan
langkah demi langkah dalam pengobatan asma, dan
merekomendasikan agar tenaga kesehatan memulai
pengobatan asma pada tingkat yang paling mungkin untuk
mencapai tujuan yang disebutkan diatas. Secara keseluruhan
tujuannya adalah untuk mencapai kontrol dini dan efektif dari
asma dan mempertahankan kontrol fleksibel dengan
melangkah naik atau turun pada terapi sesua keperluan.
23
Sinopsis Panduan Asma BTS, 2003. (Dikutip oleh Perawatan
Respirasi,2008):
1. Bronkodilator kerja-singkat
Harus diresepkan sebagai pereda gejala pada semua pasien
asma dengan asma simtomatik. Frekuensi pasien
menggunakan bronkodilator kerja-singkat ini dapat menjadi
ukuran beratnya asma pasien dan/atau kepatuhan mereka
terhadap pengobatan lain.
2. Pengenalan terapi pencegah
Steroid inhalasi merupakan terapi pencegahan yang
direkomendasikan baik pada orang dewasa maupun anak-
anak. Obat ini harus diresepkan pada pasien dengan
eksaserbasi yng baru terjadi, asma noktural atau gangguan
fungsi paru.
3. Terapi tambahan
Sebelum memulai langkah ini, semua parameter lain perlu
diperiksa, seperti kepatuhan pasien terhadap pengobatan,
kemampuan menggunakan inhaler secara tepat dan
menghindari faktor pemicu.
4. Diindikasikan pada kontrol gejala asma yang buruk
Pada kasus ini direkomendasikan penambahan obat
keempat.
5. Sama seperti diatas, dengan ditambahan pemberian steroid
oral kontinu atau sering
Pada kasus ini direkomendasikan pemantauan reguler
seluruh fungsi fisiologis pasien karena pemberian steroid
oral telah menunjukan efek samping bermakna
berhubungan dengannya. Pemantauan ini termasuk
pemantauan pertumbuhan pada anak-anak dan observasi
munculnya diabetes, osteoporosis, hipertensi, dan
perkembanagan katarak.
24
B. KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel dalam tubuh. Oksigen
merupakan suatu gas tidak berwarna dan tidak berbau yang terkandung
sekitar 21% udara yang kita hirup, sangat dibutuhkan bagi semua
kehidupan sel. Ketiadaan oksigen dapat menyebabkan kematian.
Pernapasan adalah sebuah proses pertukaran gas antara individu dengan
lingkungan. Fungsi sistem pernapasan adalah pertukaran gas dimana
oksigen dari udara yang dihirup berdisfusi dari alveolus paru ke darah
dalam kapiler paru. Karbon dioksida yang dihasilkan selama metabolisme
sel berdisfusi dari darah ke dalam alveolus dan kemudian dikeluarkan.
1. Struktur Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan secara struktural dibagi menjadi sistem pernapasan
atas dan sistem pernapasan bawah. Sistem pernapasan atas terdiri dari
mulut, hidung, faring, dan laring. Sedangkan sistem pernapasan bawah
terdiri dari trakea dan paru, dengan bronkus, bronkiolus, alveolus,
jaringan kapiler paru dan membran pleura. Udara masuk melalui
hidung, yang didalamnya udara hangatkan, dilembapkan dan disaring.
Partikel besar yang terkandung dalam udara ditangkap oleh rambut
dipintu masuk lubang hidung dan partikel kecil disaring dan ditangkap
saat udara berubah arah sewaktu kontak dengan turbin nasal dan
septum. Reflek bersin ditimbulkan oleh iritan di dalam saluran hidung.
Banyak volume udara secara cepat keluar melalui hidung dan mulut
selama bersin, yang membantu membersihkan saluran hidung.
Udara yang diinspirasi mengalir dari hidung ke faring. Faring adalah
saluran yang sama-sama dilalui oleh udara dan makanan. Faring
dibagi menjadi nasofaring dan orofaring, yang kaya akan pasokan
jaringan limfe yang menangkap dan menghancurkan patogen yang
masuk bersama dengan udara. Laring adalah struktur kartilago yang
bila dilihat dari luar disebut jakun. Selain perannya dalam berbicara,
laring sangat penting untuk mempertahankan kepatenan jalan napas
dan melindungi jalan napas bawah dari makanan dan minuman yang
25
ditelan. Selama menelan, pintu masuk ke laring (epiglotis) menutup,
mengarahkan makanan masuk ke esofagus. Epiglotis terbuka selama
bernapas, yang memungkinkan udara bergerak bebas ke jalan napas
bawah.
Dibawah laring terdapat trakea bercabang menjadi brokus utama
kanan dan kiri dan menjadi pengatur saluran udara paru. Di dalam
paru brokus terbagi-bagi menjadi bronkus yang lebih kecil dann
makin kecil, berakhir dengan bronkiolus terminal. Trakea dan bronkus
dilapisi oleh epitel mukosa. Sel ini menghasilkan lapisan tipis lendir
“selimut lendir”, yang menangkap patogen dan materi partikel yang
sangat kecil. Sebelum udara melalui bronkiolus terminal dan
memasuki bronkiolus dan alveolus pernapasan, maka tidak terjadi
pertukaran gas. Zona pernapasan paru terdiri atas bronkiolus
pernapasan (yang memiliki kantung udara yang tersebar di
dindingnya), duktus alveolus, dan alveolus. Alveolus memiliki
dinding yang sangat tipis, yang terdiri atas lapisan sel epitel tunggal
yang diselimuti oleh jalinan kapiler paru yang tebal. Dinding alveolar
dan kapiler membentuk membran pernapasan, tempat terjadinya
pertukaran gas antara udara pada area alveolar dan darah pada area
kapiler. Jalan napas memindahkan udara ke dan dari alveolus;
ventrikel kanan dan sistem vaskuler paru menghantarkan darah ke
area kepiler membran.
Permukaan luar paru diselimuti oleh lapisan jaring ganda tipis yang
dikenal sebagai pleura. Pleura parietal melapisi toraks dan permukaan
diafragma. Lapisan mengganda kembali untuk membentuk pleura
viseral, yang malapisi permukaan eksternal paru. Diantara kedua
lapisan pleura ini ada sebuah ruang potensial yang berisi sejumlah
kecil cairan pleura sebagai larutan pelumas serosa. Cairan ini
mencegah gesekan selama gerakan pernapasan dan berperan untuk
mempertahankan keletakan lapisan melalui tekanan permukaannya.
26
2. Ventilasi Paru
Ventilasi paru dicapai melalui kerja pernapasan inspirasi (inhalasi)
saat udara mengalir ke paru dan ekspirasi (ekshalasi) saat udara
mengalir keluar paru. Keadekuatan ventilasi bergantung pada
beberapa faktor, yaitu:
a. Kebersihan jalan napas
b. Keutuhan sistem saraf pusat dan pusat pernapasan
c. Keutuhan kemampuan rongga toraks untuk mengembang dan
berkontraksi
d. Keadekuatan komplains dan rekoil paru
Proses terjadi nya refleks batuk antara lain:
a. Impuls saraf dikirim melalui saraf vagus ke medula
b. Terjadi inspirasi yang besar sekitar 2,5 L
c. Epiglotis dan glotis (pita suara) menutup
d. Kontraksi kuat otot abdomen dan interkosta internal secara
dramatis meningkatkan tekanan didalam paru
e. Epiglotis dan glotis terbuka secara mendadak
f. Udara bergegas keluar dengan velositas yang sangat besar
g. Lendir dan setiap benda asing dikeluarkan dari saluran napas
bawah dan dikeluarkan ke atas dan keluar.
3. Pertukaran Gas Alveolar
Setelah alveoli diventilasi, fase kedua dalam proses pernapasan yaitu
difusi. Difusi merupakan pergerakan gas atau partikel lain dari area
bertekanan atau berkonsentrasi tinggi ke area bertekanan atau
berkonsentrasi rendah.
Perbedaan tekanan gas disetiap sisi membran pernapasan nampak jelas
mempengaruhi difusi. Apabila tekanan oksigen lebih besar di alveolus
dibandingkan didalam darah, oksigen berdisfusi didalam darah.
Tekanan parsial (tekanan yang dikeluarkan oleh masing-masing gas
dalam sebuah campuran sesuai dengan konsentrasinya didalam
campuran tersebut) oksigen (PO2) didalam alveolus adalah sekitar 100
27
mmHG, sementara PO2 didalam darah vena arteri pulmonalis adalah
60mmHG. Namun tekanan ini seimbang dengan cepat sehingga
tekanan oksigen arterial juga mencapai sekitar 100 mmHG.
Sebaliknya, karbon dioksida didalam darah vena yang memasuki
kapiler paru memiliki tekanan parsial sekitar 45 mmHG (PCO2),
sementara yang berada di alveolus memiliki tekanan parsial sekitar 40
mmHG. Oleh karena itu, karbon dioksida berdisfusi dari darah
kedalam alveolus, yang dapat dihilangkan dengan mengeluarkan
udara. Apabila menyebut tekanan oksigen di dalam darah arterial
maka singkatannya adalah PaO2, apabila menyebutkan tekanan parsial
di darah vena maka tidak ada huruf “a” yaitu PO2.
4. Transpor Oksigen Dan Karbon dioksida
Bagian ketiga dari proses pernapasan melibatkan transpor gas
pernapasan. Oksigen perlu ditranspor dari paru ke dalam jaringan dan
karbon dioksida harus ditranspor dari jaringan kembali ke paru.
Normalnya sebagian besar oksigen (97%) berikatan lemah dengan
hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai
oksihemoglobin. Sisa oksigen kemudian dilarutkan dan
ditransportasikan didalam cairan plasma dan sel. Beberapa faktor
memengaruhi kecepatan transpor oksigen dari paru ke jaringan:
a. Curah jantung
b. Jumlah eritrosit dan hematokrit darah
c. Olah raga/latihan
5. Pengaturan Pernapasan
Pengaturan pernapasan terdiri atas kontrol saraf dan kimia untuk
mempertahankan konsentrasi normal oksigen, karbon dioksida dan ion
hidrogen didalam cairan tubuh. Sistem saraf tubuh menyesuaikan
kecepatan ventilasi alveolar untuk memenuhi kebutuhan tubuh
sehingga PO2 dan PCO2 lebih relatif konstan. “pusat pernapasan”
tubuh sebenarnya merupakan sejumlah kelompok saraf yang berada
didalam medula oblongata dan pons serebral.
28
6. Faktor Yang Memengaruhi Fungsi Pernapasan
Faktor yang memengaruhi oksigenasi terdiri dari:
a. Usia
Faktor perkembangan merupakan pengaruh yang sangat penting
dalam fungsi pernapasan. Saat lahir, perubahan yang sangat jelas
terjadi dalam sistem pernapasan. Air yang terdapat dalam paru
akan keluar, PCO2 meningkat dan neonatus mengambil napas
pertama. Paru secara bertahap akan berkembang pada setiap
pernapasan berikutnya, mencapain inflasi penuh pada usia 2
minggu. Perubahan yang terjadi karena penuaan yang
memengaruhi sistem pernapasan lansia menjadi sangat penting
jika sistem mengalami gangguan akibat perubahan seperti infeksi,
stress fisik, atau pembedahan. Perubahan-perubahan yang terjadi
pada lansia antara lain:
1) Dinding dada dan jalan napas menjadi lebih kaku dan kurang
elastis
2) Jumlah pertukaran udara menurun
3) Membran mukosa menjadi lebih kering dan lebih rapuh
4) Terjadi penurunan kekuatan otot dan daya tahan
b. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin, dan populasi udara memengaruhi
oksigenasi. Semakin tinggi permukaan tanah, semakin rendah
PO2 dalam pernapasan individu. Akibatnya, orang yang berada di
ketinggian mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan
frekuensi denyut nadi serta peningkatan kedalaman pernapasan,
yang biasanya menjadi paling jelas terlihat saat individu berolah
raga.
c. Gaya Hidup
Olah raga fisik ataun aktivitas fisik meningkatkan frekuensi dan
ke dalaman pernapasan dan oleh karena itu juga meningkatkan
suplai oksigen di dalam tubuh. Sebaliknya, orang yang banyak
duduk, kurang memiliki ekspansi alveolar dan pola napas dalam
29
seperti yang dimiliki oleh orang yang melakukan aktivitas secara
teratur dan mereka tidak mampu berespons secara efektif terhadap
stressor pernapasan.
d. Status Kesehatan
Pada orang sehat, sistem pernapasan dapat memberikan cukup
oksigen untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Namun, penyakit
sistem pernapasan dapat memengaruhi oksigenasi darah secara
buruk.
e. Medikasi
Beragam pengobatan dapat mengurangi frekuensi dan ke dalaman
pernapasan. Obat yang paling sering menyebabkan efek ini adalah
obat antiansietas dan narkotik seperti morfin. Saat memberikan
obat ini, perawat harus memantau status pernapasan secara
cermat, terutama jika obat baru dimulai atau jika dosisnya
ditingkatkan.
f. Stess
Apabila stress dan stressor dihadapi, baik respons psikologis
maupun fisiologis dapat memengaruhi oksigenasi. Beberapa
orang dapat mengalami hiperventilasi sebab respon terhadap
stress. Apabila ini terjadi PO2 arteri meningkat dan PCO2
menurun. Akibatnya, orang dapat mengalami berkunang-kunang
dan kebas serta kesemutan pada jari tangan, jari kaki, dan sekitar
mulut.
Secara fisiologis, sistem saraf simpatik distimulasikan dan
epinefrin dilepaskan. Epinefrin menyebabkan bronkiolus
berdilatasi, meningkatkan aliran darah dan penghantaran oksigen
ke otot aktif. Walaupun respons ini bersifat adaptif dalam jangka
pendek, apabila stress berlanjut maka respons ini dapat merusak,
yang meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler.
30
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Konsep Keluarga
A. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional dan sosial dari individu-individu yang ada di
dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk
mencapai tujuan bersama (Friedman, 1998, dikutip dalam Aplikasi
Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga, 2010).
Keluarga adalah suatu sistem sosial yang berisi dua atau lebih
orang yang hidup bersama yang mempunyai hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, atau tinggal bersama dan saling
menguntungkan, mempunyai tujuan bersama, mempunyai generasi
penerus, saling pengertian dan saling menyayangi (Murray & Zentner,
1997, dikutip dalam Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga,
2010).
Keluarga adalah kumpulan dua atau lebih individu yang saling
tergantungan satu sama lainnya untuk emosi, fisik, dan dukungan
ekonomi ( Hanson, 1996, dikutip dalam Aplikasi Praktis Asuhan
Keperawatan Keluarga, 2010).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
keluarga adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan
B. Tipe Keluarga
Berbagai bentuk dan tipe keluarga, berdasarkan berbagai sumber,
dibedakan menjadi keluarga tradisional dan keluarga non tradisional,
seperti:
Menurut Maclin 1988, dikutip dalam Aplikasi Praktis Asuhan
Keperawatan Keluarga (2010) pembagian tipe keluarga:
1. Keluarga tradisional
31
a. Kekeluargaan inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri,
dan anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
b. Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga hanya
dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian,
pisah atau ditinggalkan.
c. Pasangan inti, hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa
anak tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
d. Bujang dewasa yang tinggal sendirian
e. Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari
nafkah, istri tinggal dirumah dengan anak sudah kawin atau
bekerja.
f. Jaringan keluarga besar: terdiri dari dua keluarga inti atau lebih
atau anggota keluarga yang tidak menikah hidup berdekatan
dalam daerah geografis.
2. Keluarga non tradisional
a. Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak
menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anak saja)
b. Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai
anak
c. Keluarga gay/lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin
sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.
d. Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih
satu pasangan monogami dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang
sama.
32
Menurut Allender & Spradley, 2001, dikutip dalam Aplikasi Praktis
Asuhan Keperawatan Keluarga, 2010, membagi tipe keluarga
berdasarkan:
1. Keluarga tradisional
a. Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak kandung atau anak angkat.
b. Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti
ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan
darah, misalnya kakek, nenek, paman, dan bibi.
c. Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami
istri tanpa anak.
d. Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan
karena perceraian atau kematian.
e. Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari
seorang dewasa saja.
f. Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari
suami istri yang berusia lanjut
2. Keluarga non tradisional
a. Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa
pertalian darah hidup serumah.
b. Orang tua (ayah/ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan
anak hidup bersama dalam satu rumah tangga.
c. Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
C. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur
keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga.
Terdapat beberapa fungsi keluarga menurut Friedmen (1998),
Setiawati & Dermawan, yang dikutip dalam Aplikasi Praktis Asuhan
Keperawatan Keluarga (2010), yaitu:
33
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi
kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga.
Merupakan respon dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yang
dialami tiap anggota keluarga baik senang maupun sedih, dengan
melihat bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih sayang.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan
sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini
anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh
pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Bagaimana
keluarga produktif terhadap sosial dan bagaimana keluarga
memperkenalkan anak dengan dunia luar dengan belajar
berdisiplin, mengenal budaya dan norma melalui hubungan
interaksi dalam keluarga sehingga mampu berperan dalam
masyarakat.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga
dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota
keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan
fisik, mental dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat
anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit setiap anggota
keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti
sandang, pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan
sumber dana keluarga. Mencari sumber penghasilan guna
memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan keluarga,
menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
34
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis, bukan hanya ditujukan untuk meneruskan
keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk
kelanjutan generasi selanjutnya.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih
sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota
keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan
memberikan identitas keluarga.
7. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak,
mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anak
sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
D. Struktur Keluarga
1. Friedman, Bowmen, dan Jones (2003), yang dikutip dalam Aplikasi
Teori pada Praktik Asuhan Keperawatan Keluarga (2012),
membagi struktur keluarga mejadi empat elemen, yaitu:
a. Pola Komunikasi Keluarga
Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara
emosional, komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi
sirkular ( Wright & Leahey 2000). Komunikasi emosional
memungkinkan setiap individu dalam keluarga dapat
mengekspresikan perasaan bahagia, sedih, atau marah diantara
para anggota keluarga. Pada komunikasi verbal individu dalam
keluarga dapat mengungkapkan sesuatu yang diinginkan
melalui kata-kata yang dapat diiringi dengan adanya
komunikasi non verbal yang dapat berupa gerakan tubuh dalam
penekanan sesuatu yang diucapkan dalam keluarga.
Komunikasi sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua
arah dalam keluarga, misalnya apabila istri marah pada suami,
maka suami akan melakukan klarifikasi kepada istri tentang
35
sesuatu yang membuat istri marah pada suami ( Wright &
Leahey 2000).
b. Pola Peran Keluarga
Pola peran keluarga serangkaian perilaku yang diharapkan
sesuai dengan posisi sosial yang diberikan sehingga pada
struktur peran bisa bersifat formal atau informal. Posisi atau
status dalam keluarga adalah posisi individu dalam keluarga
yang dapat dipandang oleh masyarakat sebagai istri, suami
atau anak. Peran formal didalam keluarga merupakan
kesepakatan bersama yang dibentuk dalam suatu norma
keluarga. Peran didalam keluarga menunjukan pola tingkah
laku dari semua anggota didalam keluarga ( Wright, 1984).
Aldous (1978) dalam ( Wright & Leahey, 2000) peran dalam
keluarga merupakan pola tingkah laku yang konsisten terhadap
suatu situasi didalam keluarga yang terjadi akibat interaksi
diantara anggota keluarga, seperti menyapu membersihkan
rumah. Peran dalam keluarga sekarang ini terjadi perubahan.
Peran didalam keluarga dapat juga terjadi peran ganda
sehingga anggota keluarga dapat menyesuaikan peran tersebut.
Peran didalam keluarga dapat fleksibel sehingga anggota
keluarga dapat beradaptasi terhadap perubahan terjadi.
c. Pola Norma dan Nilai Keluarga
Nilai merupakan persepsi seseorang tentang sesuatu hal apakah
baik atau bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran
yang dilakukan manusia, berasal dari nilai budaya terkait.
Norma mengarah sesuai dengan nilai yang dianut oleh
masyarakat, dimana norma-norma dipelajari sejak kecil
(DeLaune, 2002). Persepsi seseorang tentang nilai dipengaruhi
nilai. Nilai mengarahkan respon seseorang terhadap nilai orang
lain. Nilai merefleksikan identitas seseorang sebagai bentuk
dasar evaluasi diri. Nilai memberikan dasar untuk posisi
seseorang pada berbagai issue personal, profesional, sosial,
36
politik. Nilai yang merupakan perilaku motivasi diekspresikan
melalui perasaan, tindakan dan pengetahuan. Nilai-nilai
merupakan tujuan dari keperilakuan individu. Nilai
memberikan makna kehidupan dan meningkatkan harga diri
(DeLaune, 2002). Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan
kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan
anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga
merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola
perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem
nilai dalam keluarga.
d. Pola Kekuatan Keluarga
Friendman, Bowmen, & Jones (2003) kekuatan keluarga
merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu
untuk mengendalikan atau memengaruhi untuk merubah
perilaku orang lain kearah positif. Tipe struktur kekuatan-
kekuatan dalam keluarga antara lain : legitimate
power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orangtua
terhadap anak, referent power ( seseorang yang ditiru),
resource or expert power ( pendapat, ahli dan lain-lain),
reward power ( pengaruh kekuatan karena adanya harapan
yang akan diterima), coercive power ( pengaruh yang
dipaksakan sesuai keinginannya), informational power (
pengaruh yang dilalui melalui persuasi), affective power
(pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta
kasih misalnya hubungan seksual).
2. Ciri-Ciri Struktur Keluarga, yang dikutip dalam Penuntun Praktis
Asuhan Keperawatan Keluarga (2008), yaitu:
a. Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing
anggota keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing
sehingga tujuan keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik
37
ditandai dengan andanya hubungan yang kuat antara anggota
sebagai bentuk saling ketergantungan dalam mencapai tujuan.
b. Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki
peran dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga dalam
berinteraksi setiap anggota tidak bisa semena-mena, tetapi
mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab
masing-masing anggota keluarga.
c. Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan
masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi
yang berbeda dan khas seperti halnya peran ayah sebagai
pencari nafkah utama, peran ibu yang merawat anak-anak.
3. Dominasi Struktur Keluarga, yang dikutip dalam Penuntun Praktis
Asuhan Keperawatan Keluarga (2008), yaitu:
a. Dominasi Jalur Hubungan Darah
1) Patrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur
garis ayah. Suku-suku di Indonesia rata-rata menggunakan
struktur keluarga patrilineal.
2) Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur
garis ibu. Suku padang salah satu suku yang menggunakan
struktur keluarga matrilineal.
b. Dominasi Keberadaan Tempat Tinggal
1) Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal
dengan keluarga sedarah dari pihak suami.
2) Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal
dengan keluarga sedarah dari pihak istri.
38
c. Dominasi Pengambilan Keputusan
1) Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
2) Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri
E. Peranan Keluarga
Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh
seseorang dalam konteks keluarga. Peranan individu dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-
masing, antara lain:
1. Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi setiap
anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok
sosial tertentu.
2. Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-
anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah
tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok
sosial tertentu.
3. Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual.
F. Tahapan Dan Tugas Perkembangan Keluarga
Perawat keluarga perlu mengetahui tentang tahapan dan tugas
perkembangan keluarga, untuk memberikan pedoman dalam
menganalisis pertumbuhan dan kebutuhan promosi kesehatan keluarga
serta untuk memberikan dukungan pada keluarga untuk kemajuan dari
satu tahap ke tahap berikutnya. Tahap perkembangan keluarga
menurut Duvall & Miller (1985); Carter & Mc Goldrick (1988), yang
39
dikutip dalam Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga (2010),
mempunyai tugas perkembangan yang berbeda seperti:
1. Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru (Berganning Family)
Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina
hubungan yang harmonis dan kepuasan bersama dengan
membangun perkawinan yang saling memuaskan, membina
hubungan dengan orang lain dengan menghubungkan jaringan
persaudaraan secara harmonis, merencanakan kehamilan dan
mempersiapkan diri menjadi orang tua.
2. Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai
umur 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk
keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan
keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan
nenek serta mensosialisasikan dengan lingkungan besar masing-
masing pasangan.
3. Tahap III, keluarga dengan anak usia prasekolah ( anak tertua
berumur 2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak,
mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang
sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan
norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga,
menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain
anak.
4. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-
13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV yaitu
mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah
dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,
40
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,
membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat
menyelesaikan tugas sekolah.
5. Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20
tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V yaitu
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan
perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan
anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam
batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua
arah.
6. Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda
(mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan
rumah)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VI yaitu memperluas
siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang
didapat melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk
memperbaharui hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut
usia dan sakit sakitan dari suami maupun istri, membantu anak
mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan
keluarga antara orang tua dengan menantu, menata kembali peran
dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak.
7. Tahap VII, orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VII yaitu menyediakan
lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan
hubungan yang memuaskan dan penuh arti para orang tua dan
lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga keintiman,
merencanakan kegiatan yang akan datang, memperhatikan
kesehatan masing-masing pasangan, tetap menjaga komunikasi
dengan anak-anak.
41
8. Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VIII yaitu
mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,
menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,
mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri
terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga
antar generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi mereka,
Saling memberi perhatian yang menyenangkan antar pasangan,
merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti
berolahraga, berkebun, dan mengasuh cucu.
2. Konsep Proses Keperawatan Keluarga
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan dimana
seorang perawat mulai mengumpulkan informasi tentang keluarga
yang dibinanya. Tahap pengkajian ini merupakan proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan keluarga ( Lyer et
al.,1996, yang dikutip oleh Setiadi, 2008). Cara pengumpulan data
tentang keluarga dapat dilakukan antara lain dengan 1. Wawancara, 2.
Pengamatan : pengamatan dilakukan yang berkaitan dengan hal-hal
yang tidak perlu ditanyakan, 3. Studi dokumentasi: kartu keluarga dan
catatan kesehatan lainnya misalnya informasi-informasi yang
menangani keluarga dan dari anggota tim kesehatan lainnya, 4.
Pemeriksaan fisik.
Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model Family
Centre Nursing Friedman, meliputi 7 komponen pengkajian yaitu:
1. Data Umum
a. Identitas kepala keluarga
1) Nama kepala keluarga (KK)
2) Umur (KK)
3) Pekerjaan Kepala Keluarga (KK)
42
4) Pendidikan Kepala Keluarga (KK)
5) Alamat dan Nomor Telepon
b. Komposisi anggota keluarga
nama umur sex Hub
dgn kel
pendidikan pekerjaan ket
c. Genogram:
Genogram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus
tertera nama, umur, kondisi kesehatan tiap keterangan
gambar. Terdapat keterangan gambar dengan simbol berbeda
(Fridman,1988) seperti:
Laki-laki:
Perempuan:
Meninggal Dunia:
Tinggal Serumah: -----------------
Pasien yang diidentifikasi:
Kawin:
Cerai:
Anak Adopsi:
Aborsi/ Keguguran:
43
Anak Kembar:
d. Tipe Keluarga
e. Suku Bangsa:
1) Asal Suku Bangsa Keluarga
2) Bahasa yang Dipakai Keluarga
3) Kebiasaan Keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat
mempengaruhi kesehatan
f. Agama:
1) Agama yang dianut keluarga
2) Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
g. Status sosial ekonomi keluarga:
1) Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga
2) Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan
3) Tabungan khusus kesehatan
4) Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga (perabotan,
transportasi)
h. Aktifitas rekreasi keluarga
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak
tertua)
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti:
1) Riwayat terbentuknya keluarga inti
2) Penyakit yang diderita keluarga orang tua (adanya
penyakit menular atau penyakit menular di keluarga)
d. Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri)
1) Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular di
keluarga
2) Riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi
kesehatan
44
3. Lingkungan
a. Karakteristik rumah:
1) Ukuran rumah (luas rumah)
2) Kondisi dalam dan luar rumah
3) Kebersihan rumah
4) Ventilasi rumah
5) Saluran pembuangan air limbah (SPAL)
6) Air bersih
7) Pengelolaan sampah
8) Kepemilikan rumah
9) Kamar mandi/wc
10) Denah rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
1) Apakah ingin tinggal dengan satu suku saja
2) Aturan dan kesepakatan penduduk setempat
3) Budaya setempat yang memengaruhi kesehatan
c. Mobilitas geografis keluarga
1) Apakah keluarga sering pindah rumah
2) Dampak pindah rumah terhadap kondisi keluarga (apakah
menyebabkan stress)
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
1) Perkumpulan/organisasi sosial yang diikuti oleh anggota
keluarga
2) Digambarkan dalam ecomap
e. Sistem pendukung keluarga
Termasuk siapa saja yang terlibat bila keluarga mengalami
masalah
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga:
1) Cara dan jenis komunikasi yang dilakukan keluarga
2) Cara keluarga memecahkan masalah
45
b. Struktur kekuatan keluarga
1) Respon keluarga bila ada anggota keluarga yang
mengalami masalah
2) Power yang digunakan keluarga
c. Struktur peran (formal dan informal)
1) Peran seluruh anggota keluarga
d. Nilai dan norma keluarga
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
1) Bagaimana cara keluarga mengekspresikan perasaan kasih
sayang
2) Perasaan saling memiliki
3) Dukungan terhadap anggota keluarga
4) Saling menghargai, kehangatan
b. Fungsi sosialisasi
1) Bagaimana memperkenalkan anggota keluarga dengan
dunia luar
2) Interaksi dan hubungan dalam keluarga
c. Fungsi perawatan kesehatan
1) Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota keluarga
(bukan hanya kalau sakit diapakan tetapi bagaimana
prevensi/promosi)
2) Bila ditemui data maladaptif, langsung lakukan penjajagan
tahap II (berdasarkan 5 tugas keluarga seperti bagaimana
keluarga mengenal masalah, mengambil keputusan,
merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan)
6. Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka panjang dang stressor jangka pendek serta
kekuatan keluarga
b. Respon keluarga terhadap stress
c. Strategi koping yang digunakan
46
d. Strategi adaptasi yang disfungsional:
Adakah cara keluarga mengatasi masalah secara maladaptif
7. Pemeriksaan fisik (head to toe)
a. Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
b. Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota
keluarga
c. Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut, kepala, mata
mulut THT, leher, thorax, abdomen, ekstremitas atas dan
bawah, sistem genitalia
d. Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik
8. Harapan keluarga
a. Terhadap masalah kesehatan keluarga
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga
tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan
keluarga sesuai dengan kewenangan perawat.
Tahap dalam diagnosa keperawatan keluarga antara lain:
1. Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah pengkajian, selanjutnya data
dianalisis untuk dapat dilakukan perumusan diagnosis
keperawatan.
Cara analisa data yaitu:
a. Validasi data
b. Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan biopsiko-sosial
dan spiritual
c. Membandingkan dengan standart
d. Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan
47
2. Perumusan masalah
Perumusan masalah keperawatan dapat diarahkan kepada sasaran
individu dan atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan
keluaga meliputi problem, etiologi dan sign/simpton.
a. Masalah (problem)
Daftar Diagnosa Keperawatan Keluarga berdasarkan NANDA
1995, yang dikutip oleh Setiadi 2008 adalah sebagai berikut:
1) Masalah keperawatan aktual
Masalah ini memberikan gambaran berupa tanda dan gejala
yang jelas mendukung bahwa masalah benar-benar terjadi:
a) Pola napas tidak efektif
b) Ketidakefektifan bersihan jalan napas
c) Gangguan pola tidur
d) kecemasan
2) Masalah keperawatan resiko tinggi
Masalah ini sudah ditunjang dengan data yang akan
mengarahkan pada timbulnya masalah kesehatan bila tidak
segera ditangani:
a) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b) Resiko tinggi infeksi
3) Masalah keperawatan potensial atau sejahtera
Status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin
meningkat lebih optimal
a) Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
b) Potensial peningkatan proses keluarga
c) Potensial peningkatan koping keluarga
d) Resiko terhadap tindakan kekerasan
b. Etiologi
Faktor yang berhubungan yang dapat dicerminkan dalam
respon fisiologi yang dipengaruhi oleh unsur psikologis,
spiritual, dan faktor-faktor lingkungan yang dipercaya
berhubungan dengan masalah baik sebagai penyebab maupun
48
faktor resiko. Etiologi ini mengacu kepada 5 tugas keluarga,
yaitu:
1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarga
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3) Memberikan keperawatan anggota nya yang sakit atau yang
tidak dapat membantu dirinya karena cacat atau usianya
terlalu muda
4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota
keluarganya
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga
dan lembaga kesehatan
c. Tanda (sign)
Tanda dan gejala merupakan sekumpulan data subjektif dan
objektif yang diperoleh perawat dari keluarga yang
mendukung masalah dan penyebab.
3. Prioritas masalah
Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan
keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala
prioritas (skala Baylo dan Maglaya), sebagai berikut:
a. Sifat masalah
Pembenaran mengacu pada masalah yang sedang terjadi, bila
menunjukan tanda dan gejala atau bahkan kondisi sehat
b. Kemungkinan masalah dapat diubah
Pembenaran mengacu pada: masalah, sumber daya keluarga,
sumber daya perawat, dan sumber daya lingkungan
c. Potensial masalah untuk dicegah
Pembenaran mengacu pada: berat ringannya masalah, jangka
waktu terjadinya masalah, tindakan yang akan dilakukan,
kelompok tinggi yang bisa dicegah
49
d. Menonjol masalah
1) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan
bobot
2) Jumlahkan skor untuk semua kriteria
3) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot
T
a
b
e
l
S
k
a
l
a
B
a
i
l
S
k
a
l
a
Bailon dan Maglaya
NO KRITERIA NILAI BOBOT
1. Sifat masalah
Skala: Aktual
Risiko
Keadaan sejahtera
3
2
1
1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala: Mudah
Sebagian
Tidak dapat
2
1
0
2
3. Potensi masalah untuk dicegah
Skala: Tinggi
Cukup
Redah
3
2
1
1
4. Menonjolnya masalah
Skala: Masalah berat,harus segera
ditangani
Ada masalah tetapi tidak perlu
ditangani
Masalah tidak dirasakan
2
1
0
1
50
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan perawatan
(jangka panjang/pendek), penetapan standart dan kriteria serta
menentukan perencanaan untuk mengatasi masalah keluarga.
1. Penetapkan Tujuan
Penetapkan tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk
mengatasi masalah diagnosa keperawatan keluarga. Bila dilihat
dari sudut jangka waktu, maka tujuan perawatan keluarga dapat
dibagi mejadi:
a. Tujuan jangka panjang
Menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah kepada
kemampuan mandiri. Dan lebih baik ada batas waktu untuk
mengarahkan eveluasi pencapaian pada waktu yang
ditentukan sebelumnya.
b. Tujuan jangka pendek
Ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap harinya
yang dihubungkan dengan keadaan yang mengancam
kehidupan
2. Penetapan Kriteria dan Standart
Penetapan kriteria dan standart merupakan standart evaluasi yang
merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat memberi
petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dan digunakan dalam
membuat pertimbangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
membuat standart, yaitu:
a. Berfokus pada keluarga
b. Singkat dan jelas
c. Dapat diobservasi dan diukur
d. Realistik
e. Ditentukan oleh perawat dan keluarga
51
3. Pembuatan Rencana Keperawatan
Fokus dari intervensi keperawatan keluarga antara lain meliputi
kegiatan yang bertujuan:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan
keluarga yang tepat
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota yang
sakit
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana
membuat lingkungan menjadi sehat
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada
D. Tindakan Keperawatan
Implementasi atau tindakan merupakan pengelolaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Ada tiga tahap dalam tindakan keperawatan keluarga, yaitu:
1. Persiapan
Persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan:
a. Kontrak dengan keluarga (kapan dilaksanakan, berapa lama
waktunya, materi yang akan didiskusikan, siapa yang
melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapatkan
informasi)
b. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan
c. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif
d. Mengidentifikasi aspek-aspek hukum dan etik
2. Intervensi
Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan kewenangan dan
tanggung jawab perawat secara professional adalah
a. Idependent
Idependent merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh
perawat sesuai dengan kompetensi keperawatan tanpa petunjuk
52
dan perintah dari tenaga kesehatan lainnya. Tipe tindakan
independent keperawatan dapat dikategorikan menjadi empat,
yaitu:
1) Tindakan diagnostik
a) Wawancara dengan klien
b) Observasi dan pemeriksaan fisik
2) Tindakan terapeutik
Tindakan untuk mencegah, mengurangi dan mengatasi
masalah klien
3) Tindakan edukatif
Tindakan untuk merubah perilaku klien melalui promosi
kesehatan dan pendidikan kesehatan kepada klien
4) Tindakan merujuk
Tindakan kerja sama dengan tim lainnya
b. Interdependent
Interdependent merupakan suatu kegiatan yang memerlukan
suatu kerja sama dengan tim lainnya
c. Dependent
Dependent merupakan pelaksanaan rencana tindakan medis
3. Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan
yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses
keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan
tim lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan
keluarga dalam mencapai tujuan. Evaluasi disusun menggunakan
SOAP secara operasional dengan dua tahapan, yaitu:
53
1. Evaluasi berjalan (sumatif)
Evaluasi ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format pencatatan
perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami
oleh keluarga. Format yang dipakai adalah format SOAP
2. Evaluasi akhir (formatif)
Evaluasi ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan
yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya,
mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau
kembali agar didapat data-data masalah atau rencana yang perlu
dimodifikasi.
Adapun metode evaluasi yang dipakai antara lain observasi langsung,
wawancara, memeriksa laporan dan latihan simulasi.faktor untuk
mengukur tujuan keluarga dengan beberapa komponen, yaitu:
a. Kognitif (pengetahuan)
1) Pengetahuan keluarga mengenai penyakitnya
2) Mengontrol gejala-gejala
3) Pengobatan
4) Diet, aktivitas, persediaan alat-alat
5) Resiko komplikasi
6) Gejala yang harus dilaporkan
7) Pencegahan
b. Afektif (status emosional)
Dengan cara observasi langsung, yaitu dengan cara observasi
ekspresi wajah, postur tubuh, nada suara, isi pesan secara verbal
pada waktu melakukan wawancara
c. Psikomotor
Dengan cara melihat apa yang dilakukan keluarga sesuai dengan
yang diharapkan
Penentuan keputusan pada tahap evaluasi ada tiga, yaitu:
a. Keluarga telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan,
sehingga rencana mungkin dihentikan
54
b. Keluarga masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan,
sehingga perlu penambahan waktu, resources, dan intervensi
sebelum tujuan berhasil
c. Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan,
sehingga perlu mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih
akurat, membuat outcome yang baru (mungkin outcome pertama
tidak realistis atau mungkin keluarga tidak menghendaki terhadap
tujuan yang disusun oleh perawat), intervensi keperawatan harus
dievaluasi dalam hal ketepatan untuk mencapai tujuan sebelumnya.
55
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang laporan kasus pemenuhan kebutuhan
dasar oksigenasi pada gangguan sistem pernapasan “asma” pada keluarga Tn.T
khususnya Ny. S yang berada diwilayah RT 03 RW 02 Kelurahan Utan Panjang
Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat. Asuhan Keperawatan keluarga dilakukan
pada tanggal 17 April 2017 sampai 29 April 2017, dengan melakukan kunjungan
rumah sebanyak 7 kali pertemuan. Pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada
keluarga dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan dengan langkah-
langkah sebagai berikut: pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, prioritas
diagnosa keperawatan dengan teknik skoring, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengumpulan data merupakan langkah awal pengkajian dalam pengumpulan
data penulis menggunakan tehnik wawancara, observasi dan pemeriksaan
fisik pada seluruh anggota keluarga dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
dari hasil pengumpulan data pada keluarga diperoleh data sebagai berikut:
1. Data dasar keluarga identitas keluarga
a. Nama kepala keluarga : Tn.T
b. Usia : 41 tahun
c. Pendidikan : STM
d. Pekerjaan : Buruh
e. Alamat : Jl. Utan Panjang Rt 03 Rw 02, Kel. Utan
Panjang Kec. Kemayoran, Jakarta Pusat
56
f. Komposisi anggota keluarga
a. J
h
g. Genogram
Tn. S Ny. S (Asma dan HT) Tn.P Ny. S (HT dan DM)
Ny. S Ny.S (asma) Tn.S Tn.S Tn.T
An. A (10 thn) An.M (6 thn)
Keterangan :
: Laki-laki
:Perempuan
: Meninggal
No Nama
(Inisial)
Jenis
Kelamin
Hubungan
dengan
KK
TTL/Umur pendidikan pekerjaan Status
imunisasi
1 Ny. S P Istri 40 tahun SMP Ibu
Rumah
Tangga
2 An. A L Anak 10 tahun SMP -
3 An. M L Anak 6 tahun SD -
57
---------- : tinggal satu rumah
h. Tipe Keluarga
Keluarga inti (Nuclear Family) yang terdiri dari suami (Tn.T), istri
(Ny.S), dan dua orang anak yaitu An.A dan An.M
i. Suku
Tn.T berasal dari Jawa campuran Betawi, sedangkan Ny.S berasal dari
Jawa. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia. Di
dalam keluarga tidak ada nilai-nilai yang bertentangan dengan
kesehatan dan pada saat dilakukan pengkajian pada keluarga Ny.S
tidak ada faktor budaya yang mempengaruhi kesehatan individu.
j. Agama
Agama yang dianut keluarga Tn.T dan Ny.S adalah agama islam dan
pemahaman keluarga tentang agama cukup baik.
k. Status sosial ekonomi keluarga
Penghasilan perbulan dari keluarga Tn.T dan Ny.S ± Rp.1.000.000.
Penghasilan yang didapat oleh keluarga Tn.T berasal dari
penghasilannya yang bekerja sebagai buruh yang setiap bulan nya
untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan anak sekolah.
Ny.S sehari-hari hanya sebagai ibu rumah tangga yang bertugas untuk
mengurus keperluan rumah dan dapur serta yang mengatur keuangan
keluarga, sedangkan anak-anak Ny.S masih bersekolah. An.A masih
bersekolah di tingkat SMP sedangkan An.M ditingkat SD.
l. Aktivitas rekreasi keluarga
Biasanya keluarga Ny.S dan Tn.T sehari-hari berkumpul pada malam
hari dengan menonton televisi bersama-sama. Setiap satu atau dua
bulan sekali pada hari libur keluarga Tn.T berkumpul dengan sanak
saudara yang berada di Bekasi untuk silaturahmi.
58
B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn.T adalah perkembangan anak usia
sekolah, karena anak Tn.T yang pertama yaitu An.A berusia 10 tahun.
Tugas perkembangan keluarga Tn.T pada tahap usia sekolah, yaitu:
a. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan
Ny.S sudah menerapkan anak nya yaitu An.A untuk bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar seperti dengan tetangga, teman sekolah
dan teman sebaya dilingkungan sekitar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan
Ny.S selalu menjaga keintiman pasangan dengan Tn.T serta selalu
menjaga keharmonisan dengan anak-anaknya seperti berbincang
bersama, meluangkan waktu untuk menanyakan kondisi sekolah dan
hal-hal lainnya serta menonton televisi bersama.
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarga.
Tn.T dan Ny.S sudah mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari
walaupun dengan keterbatasan tetapi semua kebutuhan cukup
karena penghasilan Tn.T yang tidak menentu sebagai buruh.
Pendapatan Tn.T dalam sebulan ± Rp. 1.000.000. Untuk kebutuhan
makan keluarga Tn.T dalam sebulan terpenuhi. Kebutuhan anak
sekolah ditanggung oleh Program Pemerintah yaitu KJP. Kebutuhan
keperluan rumah tangga keluarga Tn.T terpenuhidan menabung
untuk keperluan mendadakseperti kebutuhan kesehatan dalam
sebulankeluarga Tn.T terkadang tidak menentu tergantung
pendapatan Tn.T
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Semua tugas keluarga pada tahap perkembangan usia sekolah telah
terlaksana dengan baik. Tn.T dan Ny.S telah menerapkan sosialisasi
kepada An.A dan An.M lalu Ny.S selalu menjaga keintiman pasangan
dengan Tn.T serta selalu menjaga keharmonisan dengan anak-anaknya
59
serta Tn.T mampu memenuhi kebutuhan keluarga termasuk kebutuhan
anak sekolah dan kesehatan dari hasil menabung perbulan yang tidak
menentu.
3. Riwayat keluarga inti
Keluarga Tn.T adalah campuran dari suku jawa dan betawi, sedangkan
Ny.S berasal dari suku Jawa. Tn.T bertemu dengan Ny.S karena dikenali
oleh salah satu anggota keluarga Tn.T yaitu kakak ke tiga dari Tn.T.
Dulu Tn.T dan Ny.S bertetangga. Setelah berkenalan dan mengenal satu
sama lain yang berlangsung selama tiga bulan, akhirnya Tn.T dan Ny.S
memutuskan untuk menikah yang diselenggarakan dirumah kedua
orangtua Ny.S yang bertempatan di Bekasi. Setelah menjalani pernikahan
akhirnya Tn.T dan Ny.S melahirkan anak pertama nya yaitu An.A
4. Riwayat keluarga sebelum nya
Ny.S mengatakan bahwa di dalam keluarga terdapat salah satu anggota
keluarga yang memiliki riwayat asma dan hipertensi yaitu ibu Ny.S. Ny.S
mengatakan bahwa di dalam keluarga Tn.T memiliki riwayat hipertensi
dan diabetes militus yaitu ibu Tn.T. Ny.S mengatakan bahwa sebelum
nya Ny.S pernah bekerja di sebuah pabrik di daerah Jakarta selama
sembilan tahun. Ny.S mengakui bahwa selama bekerja setiap hari Ny.S
selalu menghirup polusi di dalam pabrik.
C. LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
Lingkungan tempat tinggal Tn.T bersifat heterogen karena antara
tetangga satu sama lain berbeda suku. Penduduk dilingkungan Tn.T
cukup padat, sebagian besar penduduk bekerja sebagai karyawan swasta.
Rumah keluarga Tn.T terletak disebuah gang kecil, sebagian jenis rumah
di wilayah tersebut adalah permanen dan berdinding semen. Kehidupan
antara tetangga terjalin baik dan saling menghormati. Keluarga Tn.T
memiliki rumah pribadi dengan jenis rumah jenis bangunan permanen,
luas bangunan 4x6 m2, atap rumah nya terbuat dari genteng dan ventilasi
rumah terlihat berdebu. Rumah Ny.S berlantai dua. Pada siang hari
60
Ruang tamu dan
Lantai 1
rumah hanya sedikit diberi cahaya lampu, Ny.S sengaja mematikan
lampu rumah untuk menghemat listrik dan lampu hanya dinyalakan pada
sore hari menjelang malam sampai pagi hari. Lantai rumah terbuat dari
ubin berwarna coklat dan terlihat beberapa dari ubin tersebut retak, toilet
yang digunakan yaitu jamban jongkok dan terlihat kamar mandi menyatu
dengan dapur. Air yang digunakan adalah air sumur serta pembuangan
limbah air mengalir dari got kecil samping rumah lalu mengalir sampai
ke kali besar yang terdapat tidak jauh dari rumah Tn.T. keluarga
menampung limbah rumah tangga di kantong plastik besar dalam rumah
lalu keluarga membuang limbah pada pembuangan akhir limbah rumah
tangga yang berada di sekitar rumah. Keadaan bagian rumah Tn.T pada
lantai dapur kotor, penataan barang-barang bersih namun kurang rapi dan
terlihat dinding dapur berwarna hitam kotor, pencahaayaan kurang.
Keadaan lantai ruang tamu dan kamar tidur sedikit kotor, terlihat dinding
rumah berdebu dan penataan barang-barang kurang rapi
2. Denah Rumah
U
T B
S
ventilasi
Lantai 2
Tempat tidur
Tempat tidur
lemari
Kamar mandi dan dapur
Televisi
dan
lemari
kecil
61
3. Karakteristik tetangga dan komunitas
Selama keluarga Tn.T tinggal didaerah tempat tinggal nya sekarang tidak
pernah ada masalah dengan tetangga sekitar karena lingkungan sekitar
rumah semua saling membantu, saling tolong menolong, saling
bersosialisasi satu sama lain.
4. Mobilitas geografis keluarga
Tn.T sebelum menikah dengan Ny.S tinggal dengan orang tua dan Ny.S
sebelum menikah dengan Tn.T tinggal bersama orangtua. Dan setelah
bertemu satu sama lain dan menikah akhirnya Tn.T dan Ny.S
memustuskan untuk tinggal terpisah dengan orangtua.
5. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn.T khususnya Ny.S tidak mengikuti kegiatan kemasyarakatan
seperti pengajian atau bakti sosial lainnya. Ny.S lebih memilih banyak
dirumah mengurus keperluan rumah dibanding diluar rumah. Sedangkan
Tn.T sibuk bekerja sehingga tidak ada waktu luang untuk mengikuti
kegiatan yang ada dimasyarakat.
6. Sistem pendukung keluarga
Keluarga Tn.T khususnya Ny.S selalu mendapat dukungan dari keluarga
terutama suami yaitu Tn.T. Ny.S tidak boleh kecapean oleh Tn.T karena
itu akan memicu asma kambuh, serta Ny.S sering kontrol ke pelayanan
kesehatan.
D. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunitas keluarga
Pola komunikasi yang digunakan oleh keluarga Tn.T dan Ny.S adalah
terbuka karena jika ada masalah maka keluarga akan mendiskusikan
bersama dan menyelesaikan dengan keputusan yang dibuat bersama serta
tidak ada masalah yang disembunyikan.
2. Struktur kekuatan keluarga
Cara pengambilan keputusan dalam keluarga dengan cara bermusyawarah
dan melibatkan semua anggota keluarga. Untuk memutuskan jalan keluar
62
dalam pengambilan keputusan keluarga dilakukan oleh Tn.T yang
berperan sebagai kepala keluarga.
3. Struktur peran
Tn.T berperan sebagai kepala keluarga yang harus membantu memenuhi
kebutuhan keluarga seperti istri dan anak, sedangkan Ny.S berperan
sebagai ibu rumah tangga yang mengurus keperluan rumah. An.A dan
An.M berperan sebagai anak yang memiliki tugas belajar disekolah
maupun diluar sekolah, bermain, mengeksplor kreativitas dan
menyalurkan bakat yang dimiliki.
4. Nilai dan norma budaya
Nilai dan norma budaya keluarga tidak ada penerapan peraturan khusus
dalam keluarga Tn.T dan Ny.S terhadap anggota keluarga. Keluarga hanya
menjalankan aturan seperti saling menghormati satu sama lain,
menghargai dan saling terbuka satu sama lain jika memiliki masalah.
E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Keluarga Tn.T selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan dibidang
pendidikan formal maupun informal untuk An.A dan An.M
2. Fungsi sosialisasi
Tn.T jarang bersosialisasi dengan tetangga sekitar, hanya jika ada waktu
luang saja. Sedangkan Ny.S bersosialisasi dengan lingkungan dan tetangga
sekitar sangat baik tetapi hanya saja Ny.S tidak mengikuti kegiatan yang
ada di dalam masyarakat dikarenakan Ny.S kurang peminatan dan hanya
mengurus keperluan rumah dan mengasuh anak-anak.
3. Fungsi perawatan kesehatan
a. Mengenal masalah
Menurut keluarga Tn.T khususnya Ny.S telah mengetahui penyakit
asma setelah diberitahukan oleh dokter yang sebelumnya merawat .
dan ketika Ny.S ditanya apa itu asma, menurut Ny.S, asma adalah
penyakit pernapasan yang dapat membuat sesak napas.
63
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Menurut Ny.S penyakit asma dapat mengakibatkan sesak napas
seperti dicekik, tidak dapat tidur pada malam hari dan akan
mengalami mengi. Hal ini dapat dicegah dengan cara tidak boleh
kelelahan dan bila penyakit asma nya kambuh maka Ny.S akan datang
ke pelayanan fasilitas kesehatan.
c. Kemampuan keluarga merawat
Ketika Ny.S ditanya bagaimana cara perawatan untuk asma, menurut
Ny.S dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan tidak boleh
kelelahan.
d. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan
Ketika ditanya masalah lingkungan untuk asma, menurut Ny.S selama
ini keadaan rumah sudah rapi selalu dibersihkan ,walaupun sudah
dibersihkan tetapi anak-anak nya sering memberantaki rumah. Dari
hasil observasi terhadap lingkungan rumah Ny.S yaitu kurang nya
pencahayaan, pengap, sumpek, terlihat kotor, dan kurang nya ventilasi
udara dan terlihat banyak nya debu serta sawang-sawang disekitar
ventilasi dan atap dinding rumah.
e. Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
Menurut Ny.S apabila penyakit asma nya kambuh maka akan
memanfaatkan pelayanan fasilitas kesahatan dengan menggunakan
kendaraan bermotor dan Ny.S juga sering mengontrol kondisinya di
puskesmas yang berada disekitar wilayah lingkungan rumah.
F. STRESS DAN KOPING KELUARGA
1. Stressor jangka pendek
Stressor yang dihadapi keluarga saat terjadi masalah kesehatan khususnya
Ny.S sangat merasa khawatir jika penyakitnya bertambah parah terutama
pada saat asma nya kambuh serta terasa sangat sesak.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Mekanisme penanggulangan masalah kesehatan dalam keluarga diatasi
secara bersama-sama dan respon keluarga jika terdapat salah satu anggota
64
keluarga yang bermasalah khususnya Ny.S maka cara penyelesaiannya
dengan membuat keputusan bersama.
3. Strategi koping yang digunakan
Strategi yang digunakan keluarga Tn.T khususnya Ny.S dalam mengatasi
masalah yaitu dengan tidak melakukan aktivitas berat sehingga dapat
mencegah timbulnya asma, serta mengonsumsi makanan yang bergizi dan
mengontrol emosi jika sedang marah dengan anak-anaknya. Jika tidak
dapat menyelesaikan masalah maka akan diserahkan dalam pengambilan
keputusan masalah oleh Tn.T selaku kepala keluarga.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga Tn.T khusunya Ny.S jika terjadi masalah maka cara
mengatasinya dengan bermusyawarah dengan Ny.S
5. Pedoman Penjajakan II
a. Masalah kesehatan keluarga: Asma
Menurut Ny.S penyakit asma merupakan penyakit pernapasan yang
membuat sesak napas dan hal yang membuat asma nya kambuh yaitu
jika melakukan aktivitas berat, mencium bau-bau yang menyengat,
terkena debu dan juga karena faktor keturunan. Ny.S mengatakan
sudah mengalami asma sejak 1 tahun dan akibatnya klien akan
mengalami sesak napas seperti tercekik, serta aktivitas akan sedikit
terganggu dan akan mengalami mengiserta menurut klien cara
perawatan untuk penyakit asma hanya tidak boleh kelelahan dan
mengonsumsi makanan yang bergizi. Menurut klien selama ini
keadaan rumah sudah rapi dan dibersihkan walaupun sudah
dibersihkan dan dirapikan tetapi anak-anak nya selalu memberantaki.
Dari hasil observasi terhadap lingkungan rumah klien kurang
pencahayaan, pengap, sumpek, terlihat kurang rapi pada penataan
perabotan rumah, terlihat kotor, ventilasi udara kurang dan terlihat
banyak debu dan sawang-sawang disekitar ventilasi dan atap rumah.
Ny.S selalu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatanjika terjadi
serangan asma dan klien akan meminum obat dari dokter yang
sebelum nya merawat.
65
b. Masalah kesehatan keluarga: Hipertensi
Ny.S mengatakan suka mengalami pusing walaupun tidak sering,
tidak mengalami sakit pada tengkuk dan klien memiliki riwayat
keluarga yang mempunyai hipertensi.Klien mengatakan tidak
mengonsumsi obat hipertensi karena takut ketergantungan.Klien
mengatakan akibat karena merasakan pusing aktivitas menjadi
terganggu, bisa menyebabkan stroke dan klien harus beristirahat
sebentar untuk menghilangkan rasa pusing, membatasi makanan yang
mengandung garam berlebih, berolah raga dan membatasi aktivitas
agar tidak terlalu kelelahan. Untuk mengatasi pusing, klien beristirahat
kamar yang berada di lantai dua karena suasana disana tenang,
nyaman dan tidak terlalu bising seperti dilantai satu. Jika sakit klien
selalu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti di
puskesmas.
6. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan secara head to toe dimulai dari inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi, keadaan umum dan tanda-tanda vital termasuk tinggi badan dan
berat badan ( lampirkan)
No Area
Pemeriksa
an
Bapak (Tn.T) Ibu (Ny.S) Anak I
(An.A)
Anak II
(An.M)
1. Kepala Rambut
tampak
bersih,
lembab,tidak
rontok, tidak
teraba
benjolan
Rambut
tampak bersih,
lembab, tidak
rontok, tidak
teraba
benjolan
Rambut
tampak
bersih,
lembab, tidak
rontok, tidak
teraba
benjolan
Rambut
tampak
bersih,
lembab, tidak
rontok, tidak
teraba
benjolan
66
2. Mata Konjungtiva
an-anemis
dan sklera an-
ikterik
Konjungtiva
an-anemis dan
sklera an-
ikterik
Konjungtiva
an-anemis
dan sklera an-
ikterik
Konjungtiva
an-anemis
dan sklera an-
ikterik
3. Hidung Hidung
terlihat
bersih, tidak
teraba
benjolan,
tidak ada
cairan
Hidung
terlihat bersih,
tidak teraba
benjolan, tidak
ada cairan
Hidung
terlihat
bersih, tidak
teraba
benjolan,
tidak ada
cairan
Hidung
terlihat
bersih, tidak
teraba
benjolan,
tidak ada
cairan
4. Mulut Mulut
tampak
bersih, tidak
ada caries
gigi, tidak
ada gigi
berlubang,
dan tidak
memakai gigi
palsu
Mulut tampak
bersih, tidak
ada caries
gigi, tidak ada
gigi
berlubang, dan
tidak memakai
gigi palsu
Mulut tampak
bersih, tidak
ada caries
gigi, tidak ada
gigi
berlubang,
dan tidak
memakai gigi
palsu
Mulut tampak
bersih, tidak
ada caries
gigi, tidak ada
gigi
berlubang,
dan tidak
memakai gigi
palsu
5. Telinga Telinga
simetris,
normal dan
tidak ada
serumen
Telinga
simetris,
normal dan
tidak ada
serumen
Telinga
simetris,
normal dan
tidak ada
serumen
Telinga
simetris,
normal dan
tidak ada
serumen
6. Leher Tidak ada
pembesaran
vena
jugularis,
tidak ada
Tidak ada
pembesaran
vena jugularis,
tidak ada
kelenjar tiroid
Tidak ada
pembesaran
vena
jugularis,
tidak ada
Tidak ada
pembesaran
vena
jugularis,
tidak ada
67
kelenjar
tiroid
kelenjar tiroid kelenjar tiroid
7. Dada Dada terlihat
simetris
BJ 1 dan BJ 2
normal, dada
terlihat
simetris, tidak
terdengar
wheezing
Dada terlihat
simetris
Dada terlihat
simetris
8. Abdomen Bising usus
normal, tidak
ada distensi
abdomen
Bising usus
normal, tidak
ada distensi
abdomen
Bising usus
normal, tidak
ada distensi
abdomen
Bising usus
normal, tidak
ada distensi
abdomen
9. Tangan Tidak ada
keluhan
Tidak ada
keluhan
Tidak ada
keluhan
Tidak ada
keluhan
10. Kaki Tidak ada
keluhan
Tidak ada
keluhan
Tidak ada
keluhan
Tidak ada
keluhan
11. Eliminasi Tidak ada
keluhan BAB
dan BAK
Tidak ada
keluhan BAB
dan BAK
Tidak ada
keluhan BAB
dan BAK
Tidak ada
keluhan BAB
dan BAK
12. Kekuatan
otot
4444 4444
4444 4444
4444 4444
4444 4444
4444 4444
4444 4444
4444 4444
4444 4444
13. Keadaan
umum
Tidak ada
keluhan,
composmenti
s
Ny.S
mengatakan
sesak napas
jika
melakukan
aktivitas berat,
mengalami
pusing
Tidak ada
keluhan,
composmenti
s
Tidak ada
keluhan,
composmenti
s
68
Kesimpulan dari data di atas keluarga Tn.T keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, pemeriksaan fisik baik dan tidak ada keluhan dimulai dari
kepala sampai kaki, kekuatan otot baik, dan tanda-tanda vital normal.
Namun Ny.S memiliki tanda-tanda vital yang sedikit tinggi yaitu tanda
vital : 140/90 mmhg, nadi: 88 x/mnt, respirasi: 24 x/mnt, suhu: 36,20 c,
serta Ny.S mengatakan sesak napas bila melakukan aktivitas berat dan
merasa pusing namun tidak sering
G. HARAPAN KELUARGA TERHADAP ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA
Keluarga Tn.T mengatakan mengharapkan mahasiswa dapat membantu
mengatasi penyakit asma yang dirasakan oleh Ny.S karena keluarga Tn.T
khususnya Ny.S tidak mengetahui cara perawatan penyakit asma
walaupun
tidak sering
KU:
composmentis
14. TB, BB,
TTV
Tb : 170 cm
Bb : 80 kg
TTV :
- Td: 120/70
mmhg
-N: 83 x/mnt
-R: 19 x/mnt
-S: 36,70 c
Tb : 155 cm
Bb : 85 kg
TTV :
- Td: 140/90
mmhg
-N: 88 x/mnt
-R: 24 x/mnt
-S: 36,20 c
Tb : 138 cm
Bb : 27 kg
TTV :
- Td: 110/70
mmhg
-N: 90 x/mnt
-R: 20 x/mnt
-S: 360 c
Tb : 116 cm
Bb : 20 kg
TTV :
- Td: 120/80
mmhg
-N: 90 x/mnt
-R: 20 x/mnt
-S: 360 c
69
FORMAT ANALISA DATA KESEHATAN KELUARGA
No. Data Fokus Masalah
Kesehatan
Diagnosa
Keperawatan
1. Data Subjektif :
1. Ny.S mengatakan jika melakukan
aktivitas berat maka asma akan
kambuh
2. Ny.S mengatakan penyakit asma
merupakan penyakit pernapasan
yang membuat sesak napas
3. Ny.S mengatakan cara perawatan
untuk penyakit asma hanya tidak
boleh kelelahan dan mengonsumsi
makanan yang bergizi
4. Klien mengatakan sudah
mengalami asma sejak ±1 tahun
yang lalu akibat yang nanti akan
timbul dari asma akan mengalami
sesak napas seperti tercekik
5. Ny.S mengatakan jika asma nya
kambuh maka akan mengalami
mengi
6. Ny.S mengatakan jika asma
kambuh maka aktivitas akan sedikit
terganggu
7. Ny.S mengatakan jika penyakit
asma kambuh maka klien akan
memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan
8. Ny.S mengatakan jika terjadi
serangan asma maka klien akan
ASMA Resiko pola napas
tidak efektif pada
keluarga Tn. T
khususnya Ny.S
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
anggota keluarga
dalam merawat
anggota keluarga
yang mempunyai
penyakit asma
70
meminum obat dari dokter yang
sebelum nya merawat
9. Ny.S mengatakan jika mencium
bau yang menyengat maka asma
akan kambuh
10. Ny.S mengatakan jika terkena debu
maka asma akan kambuh
11. Ny.S mengatakan memiliki
keturunan asma dari ibu Ny.S
12. Menurut klien selama ini keadaan
rumah sudah rapi dan dibersihkan
walaupun sudah dibersihkan dan
dirapikan tetapi anak-anak nya
selalu memberantaki.
Data Objektif :
1. Terlihat klien seperti kurang paham
dalam perawatan penyakit asma
2. Terlihat lingkungan rumah
keluarga Tn.T kurang nya
pencahayaan, pengap, sumpek,
terlihat kotor, dan kurang nya
ventilasi udara dan terlihat banyak
nya debu serta sawang-sawang
disekitar ventilasi dan atap dinding
rumah.
3. Keadaan umum: composmentis
4. Tb : 155 cm
Bb : 85 kg
TTV :
- Td: 140/90 mmhg
-N: 88 x/mnt
-R: 24 x/mnt
71
-S: 36,20 c
2. Data Subjektif :
1. Ny.S mengatakan suka mengalami
pusing walaupun tidak sering, tidak
mengalami sakit pada tengkuk
2. Klien mengatakan memiliki
riwayat keluarga yang mempunyai
hipertensi.
3. Klien mengatakan jika merasakan
pusing maka akibat nya aktivitas
menjadi terganggu dan bisa
menyebabkan stroke
4. Klien mengatakan harus
beristirahat sebentar untuk
menghilangkan rasa pusing,
membatasi makanan yang
mengandung garam berlebih,
berolah raga dan membatasi
aktivitas agar tidak terlalu
kelelahan.
5. Klien mengatakan tidak
mengonsumsi obat hipertensi
karena takut ketergantungan
6. Untuk mengatasi pusing, klien
beristirahat kamar yang berada di
lantai dua karena suasana disana
tenang, nyaman dan tidak terlalu
bising seperti dilantai satu.
7. Klien mengatakan jika sakit klien
selalu memanfaatkan fasilitas
HIPERTENSI Resiko terjadinya
komplikasi pada
keluarga Tn. T
khususnya Ny.S
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
anggota keluarga
dalam merawat
anggota keluarga
yang sakit
72
pelayanan kesehatan seperti di
puskesmas.
Data Objektif :
1. Terlihat lingkungan rumah
keluarga Tn.T kurang nya
pencahayaan, pengap, sumpek,
terlihat kotor, dan kurang nya
ventilasi udara dan terlihat banyak
nya debu serta sawang-sawang
disekitar ventilasi dan atap dinding
rumah.
2. Keadaan umum: composmentis
3. Tb : 155 cm
Bb : 85 kg
TTV :
- Td: 140/90 mmhg
-N: 88 x/mnt
-R: 24 x/mnt
-S: 36,20 c
SKORING MASALAH KEPERAWATAN
A. Masalah Keperawatan Keluarga
1. Resiko pola napas tidak efektif pada keluarga Tn. T khususnya Ny.S
berhubungan dengan ketidakmampuan anggota keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang mempunyai penyakit asma
No. Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1. Sifat masalah:
Skala
1. Potensial : 1
2. Resiko : 2
1 2/3 x 1 =
2/3
Kondisi Ny.S saat ini
baik, respirasi dalam
batas normal yaitu
24x/mnt, namun Ny.S
73
3. Aktual : 3 memiliki peluang tinggi
serangan asma berulang
2. Kemungkinan
masalah untuk diubah:
Skala:
1. Mudah : 2
2. Sebagian : 1
3. Tidak dapat : 0
2 2/2 x 2 = 2 Keluarga Tn.T
khususnya Ny.S
sebagian sudah
mengetahui pengertian
asma, tanda dan gejala
asma, penyebab asma
dan dapat
menyebutkannya,
memodifikasi
lingkungan, serta selalu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan jika terjadi
serangan asma
3. Potensial masalah
untuk dicegah: Skala:
1. Tinggi : 3
2. Cukup : 2
3. Rendah : 1
1 2/3 x 1 =
2/3
Keluarga Tn.T
khususnya Ny.S
mengatakan bahwa
asma sudah terjadi
sejak ± 1 tahun dan
serangan asma hanya
dapat terjadi jika
melakukan kegiatan
berat dan tidak dapat
mengontrol emosi, serta
selalu memanfaatkan
fasilitas pelayanan
kesehatan
4. Menonjolnya
masalah: cegah:
skala:
1 2/2 x 1 = 1 Keluarga Tn.T
khususnya Ny.S selalu
memanfaatkan fasilitas
74
1. Segera ditangani: 2
2. Masalah ada tapi
tidak perlu: 1
3. Masalah tidak
dirasakan: 0
pelayanan kesehatan
jika salah satu anggota
keluarga sakit, terutama
Ny.S yang jika
serangan asma kambuh
maka Ny.S akan
meminum obat asma
yang diberikan dari
dokter yang merawat
lalu beristirahat dan
membatasi aktivitas
2. Resiko terjadinya komplikasi pada keluarga Tn. T khususnya Ny.S
berhubungan dengan ketidakmampuan anggota keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit
No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1. Sifat masalah:
Skala
1. Potensial : 1
2. Resiko : 2
3. Aktual : 3
1 2/3 x 1 =
2/3
Resiko terjadinya
komplikasi asma bila
tidak segera ditangani
dengan baik
2. Kemungkinan
masalah untuk diubah:
Skala:
1. Mudah : 2
2. Sebagian : 1
3. Tidak dapat : 0
2 2/2 x 1 = 1 Keluarga Tn.T
khususnya Ny.S sudah
mengetahui tentang
hipertensi penyebab
hipertensi, tanda dan
gejala hipertensi dan
penanganan hipertensi
3. Potensial masalah
untuk dicegah: Skala:
1 2/3 x 1 =
2/3
Keluarga Tn.T
khususnya Ny.S
75
1. Tinggi : 3
2. Cukup : 2
3. Rendah : 1
mengurasi
mengonsumsi
makanan yang
mengandung garam
berlebih dan berolah
raga setiap pagi
disekitar rumah
4. Menonjolnya masalah:
cegah: skala:
1. Segera ditangani: 2
2. Masalah ada tapi
tidak perlu: 1
3. Masalah tidak
dirasakan: 0
1 2/2 x 1 = 1 Keluarga Tn.T
khususnya Ny.S selalu
memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan
jika salah satu anggota
keluarga sakit
khususnya Ny.S
DAFTAR PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Skore
1. Resiko pola napas tidak efektif pada keluarga Tn. T
khususnya Ny.S berhubungan dengan
ketidakmampuan anggota keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang mempunyai penyakit ASMA
3 4/6
2. Resiko terjadinya komplikasi pada keluarga Tn. T
khususnya Ny.S berhubungan dengan
ketidakmampuan anggota keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit
2 4/6
76
DIAGNOSA
KEPERAW
ATAN
TUJUAN KRITERIA EVALUASI
INTERVENSI UMUM KHUSUS
KRITE
RIA STANDAR
DX 1:
Resiko pola
napas tidak
efektif pada
keluarga Tn.
T khususnya
Ny.S
berhubungan
dengan
ketidakmamp
uan anggota
keluarga
dalam
merawat
anggota
keluarga
yang
Selama
7 kali
kunjun
gan
rumah,
diharap
kan
resiko
pola
napas
tidak
efektif
pada
Ny. S
tidak
terjadi
1. Selama
1x30 menit
kunjungan,
keluarga
mampu
mengenal
masalah
ASMA
pada
keluarga.
Dengan
cara :
a. Menyebutka
n pengertian
ASMA
Respon
Verbal
Asma adalah penyakit inflamasi
kronik pada jalan napas yang
dikarakteristikan
dengan hiperresponsif, edema
mukosa, dan produksi mukus.
1. Diskusikan bersama keluarga pengertian ASMA
dengan menggunakan lembar balik.
2. Tanyakan kembali kepada keluarga tentang
pengertian ASMA
3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan keluarga
RENCANA TINDAKKAN KEPERAWATAN
77
mempunyai
penyakit
ASMA
b.Menyebutka
n penyebab
terjadinya
ASMA
Respon
Verbal
Dan inflamasi ini akhirnya
berkembang menjadi gejala
asma yang berulang: batuk,
sesak dada, mengi, dan dyspnea.
(Susan C. Smeltzer 2014)
Menyebutkan 2 dari 3 penyebab
ASMA:
a. faktor lingkungan: infeksi
virus, polutan, dan alergan
b. faktor keturunan: memiliki
riwayat keluarga dengan
alergi
c. faktor lain: adanya keadaan
pemicu (tertawa, stress,
menangis), olahraga,
perubahan suhu, dan bau-
1. Diskusikan bersama keluarga tentang penyebab
ASMA
2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
penyebab ASMA
3. Beri reward positif atas usaha yang dilakukan
keluarga
78
c. Menyebutka
n tanda dan
gejala dari
ASMA
Respon
Verbal
bau menyengat
Menyebutkan 1 dari 3 tanda dan
gejala ASMA :
- Batuk
- Takikardi
- Serangan asma paling sering
terjadi pada malam hari atau
pagi hari.
1. Diskusikan dengan keluarga tentang tanda gejala
ASMA
2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
tanda gejala ASMA
3. Beri reward positif atas usaha yang dilakukan
keluarga
2.Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x
30 menit
kunjungan
rumah
diharapkan
Respon
verbal
Menyebutkan akibat bila
penyakit ASMA tidak diatasi
dapat terjadi :
- Pneumotoraks
- Gagal napas
- Bronchitis
1. Menjelaskan kepada keluarga mengenai akibat
lanjut dari penyakit ASMA
2. Motivasi keluarga untuk mengungkapkan kembali
akibat lanjut ASMA jika tidak di tangani
3. Mendiskusikan kembali dengan keluarga tentang
keinginan keluarga untuk merawat anggota
keluarga.
79
keluarga
mampu
mengambil
keputusan
untuk
mengatasi
penyakit
ASMA
a. Menjelaska
n akibat
yang terjadi
bila
penyakit
ASMA
tidak di
atasi.
80
3. Setelah
dilakukan
tindakan
keperawata
n selama
1x60 menit
kunjungan
rumah
diharapkan
keluarga
mampu
merawat
anggota
keluarga
yang sakit
ASMA
a. Dapat
melakuka
n senam
pernapasa
Respon
psikom
otor
Keluarga dapat
mendemonstrasikan cara senam
pernapasan untuk penderita
ASMA
a. Berdiri dengan benar adalah
hal yang penting, tumit
harus sebaris dengan
pinggul, pinggul sebaris
1. Demostrasikan pada keluarga tentang cara senam
pernapasan
2. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mencoba
senam pernapasan
81
n untuk
penderita
asma
dengan bahu dan kepala
sedikit diangkat
b. Ambil napas dalam, telapak
tangan naik keatas seperti
anda menaikan lengan-
lengan ke atas dan rasakan
peregangan nya
c. Hembuskan napas saat ke
posisi tangan kembali
kedepan dan lakukan
gerakan ini sabanyak tiga
kali.
d. Tarik napas dengan telapak
tangan membuka keatas lalu
turunkan tangan kesamping
dan hembuskan serta
lakukan gerakan ini
sebanyak tiga kali.
e. Tarik napas dalam lalu
angkat tangan keatas serta
3. Beri reward positif atas apa yang dilakukan
keluarga
82
tahanlah saat tubuh
condong ke belakang lalu
hembuskan napas seiring
dengan tangan turun
kebawah, lakukan gerakan
ini sebanyak tiga kali.
f. Tarik napas dalam lalu
angkat tangan keatas serta
tahanlah saat tubuh
condong ke belakang lalu
hembuskan napas perlahan
saat condong kan tubuh ke
depan, lakukan gerakan ini
sebanyak tiga kali
4. Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x
Respon
verbal
Menyebutkan 2 dari 3 cara
memodifikasi lingkungan untuk
mencegah terjadinya ASMA:
- Lantai rumah bersih
- Atap rumah bersih tanpa
1. Diskusikan dengan keluarga dalam penataan
sirkulasi udara dan pencahayaan ruangan, serta
perabotan rumah yang dipakai
2. Motivasi Keluarga untuk menata lingkungan nya
dengan bersih dan benar
83
30 menit
kunjungan
rumah
diharapkan
keluarga
mampu :
memodifikas
i lingkungan
sawang
- Terdapat ventilasi dan
penerangan yang kuat
- Dapur dan kamar mandi
bersih
- Menggunakan perabotan
rumah yang tidak memicu
serangan asma
- SPAL mengalir tidak berbau
3. Beri reward atas usaha yang keluarga lakukan
5. Setelah
dilakukan
tindakan
keperawata
n selama 1
x 30 menit
kunjungan
rumah
diharapkan
keluarga
Respon
verbal
Manfaat fasilitas kesehatan
adalah untuk mengontrol
kesehatan, mendapatkan
pendidikan kesehatan yang tepat
dan segera untuk mengatasi
ASMA
1. Klarifikasi pengetahuan keluarga tentang manfaat
fasilitas kesehatan
2. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
manfaat yankes
3. Memberikan reward positif pada keluarga atas
usaha yang dilakukan keluarga.
84
DX 2:
Resiko
terjadinya
komplikasi
pada
keluarga Tn.
T khususnya
Ny.S
berhubungan
dengan
Selama
7 kali
kunjun
gan
rumah,
diharap
kan
resiko
terjadi
nya
mampu
memanfaat
kan fasilitas
kesehatan
untuk
mengatasi
ASMA
1. Selama
1x30 menit
kunjungan,
keluarga
Tn.T
khususnya
Ny.S
mampu
mengenal
hipertensi
Respon
Verbal
85
ketidakmamp
uan anggota
keluarga
dalam
merawat
anggota
keluarga
yang sakit
kompli
kasi
tidak
terjadi
pada
keluarga.
Dengan
cara :
a. Menyebutk
an
pengertian
hipertensi
b. Keluarga
mampu
menyebutka
n penyebab
hipertensi
Hipertensi adalah suatu
peningkatan abnormal
pada tekanan sistolik 140
mmHg atau lebih dan
tekanan diastolik 90
mmHg atau lebih ( setiati
Siti, 2015)
Menyebutkan 1 dari 3
penyebab hipertensi:
1. Merokok dan alkohol
2. Obesitas
3. genetik
1. Diskusikan bersama keluarga pengertian hipertensi
dengan menggunakan lembar balik.
2. Tanyakan kembali kepada keluarga, tentang
pengertian hipertensi
3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan keluarga
1. Diskusikan bersama keluarga tentang penyebab
hipertensi
2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
penyebab hipertensi
3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan keluarga
86
c. Keluarga
mampu
menyebutka
n tanda dan
gejala
hipertensi
2. Setelah
dilakukan
tindakan
keperawata
n selama 1
x 30 menit
kunjungan
rumah
diharapkan
keluarga
mampu
Respon
verbal
Menyebutkan 1 dari 3 tanda dan
gejala hipertensi:
1. sakit kepala
2. berat pada tengkuk
3. lemas
Menyebutkan 1 dari 2 akibat
bila penyakit hipertensi tidak
diatasi dapat terjadi :
1. Gagal jantung
2. stroke
1. Diskusikan bersama keluarga tentang tanda dan
gejala hipertensi
2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
tanda dan gejala hipertensi
3. Beri reward positif atas usaha yang dilakukan
keluarga
1. Menjelaskan kepada keluarga mengenai akibat
lanjut dari penyakit hipertensi
2. Motivasi keluarga untuk mengungkapkan kembali
akibat lanjut hipertensi jika tidak di tangani
3. Mendiskusikan kembali dengan keluarga tentang
keinginan keluarga untuk merawat anggota
keluarga.
87
mengambil
keputusan
untuk
mencegah
resiko
terjadinya
hipertensi
3. Setelah
dilakukan
tindakan
keperawata
n selama
1x60 menit
kunjungan
rumah
diharapkan
keluarga
Respon
psikom
otor
88
mampu
merawat
anggota
keluarga
a. Keluarga
dapat
melakuka
n teknik
otot
progresif
1. Posisikan tubuh klien secara
nyaman
2. Lepaskan semua aksesoris
yang digunakan
3. Longgarkan ikatan dasi, ikat
pinggang atau hal lain yang
sifat nya ketat
4. Gerakan satu: ditujukan
untuk melatih otot tangan
a. Genggam tangan kiri
sambil membuat suatu
kepalan
b. Buat kepalan semakin
kuat sambil merasakan
sensasi ketegangan
yang terjadi
1. Demonstrasikan pada keluarga tentang cara teknik
relaksasi otot progresif
2. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mencoba
cara tehnik relaksasi otot progresif
3. Beri reward positif atas apa yang dilakukan
keluarga
89
c. Pada saat kepalan
dilepaskan, klien
dipandu untuk
merasakan relaks
selama 10 detik
d. Gerakan pada tangan
kiri ini dilakukan dua
kali sehingga klien
dapat membedakan
perbedaan antara
ketegangan otot dan
keadaan relaks yang
dialami
e. Prosedur serupa juga
dilatih pada tangan
kanan
5. Gerakan dua: ditujukan
untuk melatih otot tangan
bagian belakang
a. Tekuk kedua lengan ke
90
belakang pada
pergelangan tangan
sehingga otot di tangan
bagian belakang dan
lengan bawah
menegang, jari-jari
menghadap ke langit-
langit. Gerakan melatih
otot tangan bagian
depan dan belakang.
6. Gerakan tiga: ditujukan
untuk melatih otot biseps
a. Genggam kedua tangan
sehingga menjadi
kepalan
b. Kemudian ke pundak
sehingga otot biseps
akan menjadi tegang
7. Gerakan empat: ditujukan
untuk melatih otot bahu
91
supaya mengendur
a. Angkat kedua bahu
setinggi-tingginya
seakan-akan hingga
menyentuh kedua
telinga
b. Fokuskan atas dan
leher
8. Gerakan lima dan enam:
ditujukan untuk
melemaskan otot-otot wajah
a. Gerakkan otot dahi
dengan cara
mengerutkan dahi dan
alis sampai otot terasa
dan kulitnya keriput
b. Tutup keras-keras mata
sehingga dapat
dirasakan disekitar
mata dan otot-otot yang
92
mengendalikan gerakan
mata
9. Gerakan tujuh: ditujukan
untuk mengendurkan
ketegangan yang dialami
oleh otot rahang.
a. Katupkan rahang,
diikuti dengan
menggigit gigi
sehingga terjadi
ketegangan disekitar
otot rahang
10. Gerakan delapan: ditujukan
untuk mengendurkan otot-
otot sekitar mulut.
a. Bibir dimonyongkan
sekuat-kuatnya
sehingga akan
dirasakan ketegangan
di sekitar mulut
93
11. Gerakan sembilan:
ditujukan untuk
merileksasikan otot leher
bagian depan maupun
belakang
a. Gerakan diawali
dengan otot leher
bagian belakang baru
kemudian otot leher
bagian depan
b. Letakkan kepala
sehingga dapat
beristirahat
c. Tekan kepala pada
permukaan bantalan
kursi sedemikian rupa
sehingga dapat
merasakan ketegangan
dibagian belakang leher
dan punggung atas
94
12. Gerakan sepuluh: ditujukan
untuk melatih otot leher
bagian depan
a. Gerakan membawa
kepala ke muka
b. Benamkan dagu ke
dada, sehingga dapat
merasakan ketegangan
dibagian leher bagian
muka
13. Gerakan sebelas: ditujukan
untuk melatih otot
punggung
a. Angkat tubuh dari
sandaran kursi
b. Punggung
dilengkungkan
c. Busungkan dada, tahan
kondisi tegang selama
10 detik kemudian
95
rileks
d. Saat rileks, letakkan
tubuh kembali ke kursi
sambil membiarkan
otot menjadi lemas
14. Gerakan dua belas:
ditujukan untuk
melemaskan otot dada
a. Tarik napas panjang
untuk mengisi paru-
paru dengan udara
sebanyak-banyaknya
b. Ditahan selama
beberapa saat, sambil
merasakan ketegangan
dibagian dada sampai
turun ke peut kemudian
dilepaskan
c. Saat ketegangan
dilepaskan, lakukan
96
napas normal dengan
lega
d. Ulangi sekali lagi
sehingga dapat
dirasakan perbedaan
antara kondisi tegang
dan rileks
15. Gerakan tiga belas:
ditujukan untuk melatih otot
perut
a. Tarik dengan kuat perut
kedalaman
b. Tahan sampai menjadi
kencang dan keras
sampai 10 detik lalu
lepaskan bebas
c. Ulangi kembali seperti
gerakan awal perut ini
16. Gerakan empat belas dan
lima belas: ditujukan untuk
97
melatih otot-otot kaki
a. Luruskan kedua telapak
kaki sehingga otot paha
terasa tegang
b. Lanjutkan dengan
mengunci lutut
sedemikian rupa
sehingga ketegangan
pindah ke otot betis
c. Tahan posisi tegang
selama 10 detik lalu
lepaskan
d. Ulangi setiap gerakan
masing-masing dua kali
98
4. Setelah
dilakukan
tindakan
keperawata
n selama
1x30 menit
kunjungan
rumah
diharapkan
keluarga
mampu:
memodifika
si
lingkungan
Respon
verbal
Menyebutkan 1 dari 2 cara
memodifikasi lingkungan untuk
mencegah terjadinya hipertensi :
1. Penerangan rumah cukup
2. Lantai tidak licin
1. Jelaskan lingkungan yang nyaman bagi penderita
hipertensi
2. Motivasi Keluarga untuk mengulangi penjelasan
yang diberikan
3. Beri reward atas usaha yang keluarga lakukan
99
5. Setelah
dilakukan
tindakan
keperawata
n selama 1
x 30 menit
kunjungan
rumah
diharapkan
keluarga
mampu
memanfaat
kan fasilitas
kesehatan
Respon
verbal
Manfaat fasilitas kesehatan
adalah untuk mengontrol
kesehatan, mendapatkan
pendidikan kesehatan yang tepat
1. Klarifikasi pengetahuan keluarga tentang manfaat
fasilitas kesehatan
2. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
manfaat yankes
3. Memberikan reward positif pada keluarga atas
usaha yang dilakukan keluarga
100
CATATAN KEPERAWATAN KELUARGA
Hari/t
angga
l/jam
Diagnosa
Keperawatan
Tindakan Keperawatan Paraf
Selasa
/18
April
2017/
jam:
13.00
WIB
Dx: 1
Resiko pola
napas tidak
efektif pada
keluarga Tn. T
khususnya Ny.S
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
anggota keluarga
dalam merawat
anggota keluarga
yang mempunyai
penyakit ASMA
Tuk 1 (mengenal
masalah asma
pada keluarga
Tn.T khususnya
Ny.S)
1. Diskusikan bersama keluarga
pengertian ASMA dengan
menggunakan lembar balik.
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan mengerti tentang asma
setelah dijelaskan
Do: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
terlihat memperhatikan dan kooperatif
2. Tanyakan kembali kepada keluarga
tentang pengertian ASMA
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan asma adalah penyakit
inflamasi kronik pada jalan napas
yang dikarakteristikan
dengan hiperresponsif, edema
mukosa, dan produksi mukus.
Do: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
terlihat kesulitan menyebutkan
tentang pengertian asma namun dapat
menyebutkan kembali
3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan
keluarga.
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan sudah mengerti sedikit
demi sedikit tentang asma
Do: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
tampak senang setelah mendapatkan
pujian
aisyah
101
4. Diskusikan bersama keluarga tentang
penyebab ASMA
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan penyebab asma terjadi
karena melakukan aktivitas berat,
alergi, faktor keturunan
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S berusaha untuk mengingat
kembali penyebab asma
5. Motivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali penyebab ASMA
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan penyebab asma terjadi
karena melakukan aktivitas berat,
alergi, faktor keturunan
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S berusaha untuk mengingat
kembali penyebab asma
6. Beri reward positif atas usaha yang
dilakukan keluarga.
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan sudah memahami tentang
penyebab asma
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S senang ketika diberikan pujian
7. Diskusikan dengan keluarga tentang
tanda gejala ASMA
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan tanda gejala asma adalah
batuk,takikardi, serangan asma paling
sering terjadi pada malam hari atau
pagi hari.
102
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S mengingat-ingat kembali tanda
gejala asma
8. Motivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali tanda gejala ASMA
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan tanda gejala asma adalah
batuk,takikardi, serangan asma paling
sering terjadi pada malam hari atau
pagi hari.
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S mengingat-ingat kembali tanda
gejala asma
9. Beri reward positif atas usaha yang
dilakukan keluarga
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan sudah memahami tentang
tanda gejala asma
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S senang ketika diberikan pujian
Rabu/
19
April/
jam:
14.00
WIB
Tuk 2: keluarga
mampu
mengambil
keputusan untuk
mengatasi
penyakit asma
1. Menjelaskan kepada keluarga
mengenai akibat lanjut dari penyakit
ASMA
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan akibat dari asma bila
tidak diatasi akan menyebabkan: gagal
napas
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S sangat kesulitan mengingat
akibat dari asma
2. Motivasi keluarga untuk
mengungkapkan kembali akibat lanjut
aisyah
103
ASMA jika tidak di tangani
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan akibat dari asma bila
tidak diatasi akan menyebabkan: gagal
napas
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S sangat kesulitan mengingat
akibat dari asma namun mampu
menyebutkan kembali
3. Mendiskusikan kembali dengan
keluarga tentang keinginan keluarga
untuk merawat anggota keluarga.
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan ingin dapat merawat
anggota keluarga yang sakit dengan
baik dan benar
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S mengutarakan keinginan nya
Kami
s/28
April
2017/
jam:
16.30
WIB
Tuk 3: keluarga
mampu merawat
anggota keluarga
yang sakit
1. Mendemonstrasikan pada keluarga
cara senam pernapasan untuk
penderita asma
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan mampu melakukan
senam pernapasan
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S memperhatikan demonstrasi
yang sedang diperagakan
2. Berikan kesempatan pada keluarga
untuk mencoba senam pernapasan
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan mampu melakukan
aisyah
104
senam pernapasan
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S mendemonstrasikan ulang
senam pernapasan
3. Beri reward positif atas apa yang
dilakukan keluarga
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan sudah mampu melakukan
senam pernapasan
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S senang ketika diberikan pujian
Kami
s/ 20
April/
jam:
14.00
WIB
Tuk 4: keluarga
mampu
memodifikasi
lingkungan
1. Diskusikan dengan keluarga dalam
penataan sirkulasi udara dan
pencahayaan ruangan, serta perabotan
rumah yang dipakai
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan sangat antusias dengan
adanya informasi yang diberikan
Do: Tampak keluarga Tn.T
memperhatikan dan kooperatif
2. Motivasi Keluarga untuk menata
lingkungan nya dengan bersih dan
benar
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan lantai rumah bersih dan
atap tidak ada sawangan
Do: Tampak keluarga memperhatikan
dan menyebutkan kembali
3. Beri reward atas usaha yang keluarga
lakukan
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
aisyah
105
mengatakan masih sulit memodifikasi
lingkungan
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S senang ketika diberikan pujian
Jum’a
t/ 21
April/
jam:
14.00
WIB
Tuk 5: keluarga
mampu
memanfaatkan
fasilitas
pelayanan
kesehatan untuk
mengatasi asma
1. Klarifikasi pengetahuan keluarga
tentang manfaat fasilitas kesehatan
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan selalu memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan jika
salah satu anggota keluarga sakit
Do: Tampak keluarga mengerti
manfaat yankes
2. Memotivasi keluarga untuk
menyebutkan kembali manfaat yankes
Ds: Keluarga Tn.T khusus nya Ny.S
mengatakan manfaat yankes sangat
banyak, salah satunya dapat
memberikan solusi anggota keluarga
yang sakit
Do: Tampak keluarga mengerti
manfaat yankes
3. Memberikan reward positif pada
keluarga atas usaha yang dilakukan
keluarga
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan sudah mengerti tentang
manfaat yankes
Do: Tampak keluarga senang saat
diberikan pujian
aisyah
Selasa
/18
April
Dx: 2
Resiko
terjadinya
1. Diskusikan bersama keluarga
pengertian hipertensi dengan
menggunakan lembar balik.
aisyah
106
2017/
jam:
13.00
WIB
komplikasi pada
keluarga Tn. T
khususnya Ny.S
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
anggota keluarga
dalam merawat
anggota keluarga
yang sakit
Tuk 1 (mengenal
hipertensi pada
keluarga)
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan sudah memahami sedikit
tentang hipertensi
Do: Tampak keluarga Tn.T khususnya
Ny.S memperhatikan dan kooperatif
2. Tanyakan kembali kepada keluarga,
tentang pengertian hipertensi
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan hipertensi adalah suatu
peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg
Do: Tampak keluarga Tn.T khususnya
Ny.S kesulitan dalam menyebutkan
kembali tentang pengertian hipertensi
3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan
keluarga
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan sudah mengerti sedikit
demi sedikit dan sangat senang telah
diberikan informasi yang dibutuhkan
Do: Tampak keluarga Tn.T khususnya
Ny.S senang setelah mendapatkan
pujian
4. Diskusikan bersama keluarga tentang
penyebab hipertensi
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan sudah mengetahui
sekarang tentang penyebab hipertensi
yang lebih detail
Do: Tampak klien menyebutkan
kembali penyebab hipertensi
107
5. Motivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali penyebab hipertensi
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan penyebab dari hipertensi
karena dari faktor keturunan,
mengonsumsi makanan yang asin, dan
obesitas
Do: Tampak keluarga Tn.T khususnya
Ny.S menyebutkan kembali penyebab
hipertensi
6. Beri pujian atas usaha yang dilakukan
keluarga
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan sudah mengerti sedikit
demi sedikit dan sangat senang telah
diberikan informasi yang dibutuhkan
Do: Tampak keluarga Tn.T khususnya
Ny.S senang setelah mendapatkan
pujian
7. Diskusikan bersama keluarga tentang
tanda dan gejala hipertensi
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan tanda gejala hipertensi
adalah kepala pusing
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S menyebutkan kembali tanda
gejala hipertensi
8. Motivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali tanda dan gejala hipertensi
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan tanda gejala hipertensi
adalah kepala pusing, lemah, dan
108
kelelahan
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S menyebutkan kembali tanda
gejala hipertensi
9. Beri reward positif atas usaha yang
dilakukan keluarga.
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan sudah mengerti sedikit
tentang hipertensi
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S senang setelah diberikan pujian
Rabu/
19
April/
jam:
14.00
WIB
Tuk 2: Keluarga
mampu
mengambil
keputusan untuk
mencegah
terjadinya
komplikasi
hipertensi
1. Menjelaskan kepada keluarga
mengenai akibat lanjut dari penyakit
hipertensi
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan sekarang sudah
mengetahui akibat lanjut dari
hipertensi
Do: Tampak keluarga Tn.T khususnya
Ny.S memperhatikan dan kooperatif
2. Motivasi keluarga untuk
mengungkapkan kembali akibat lanjut
hipertensi jika tidak di tangani
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan akibat dari hipertensi
yaitu aktivitas terganggu dan bisa
menyebabkan stroke
Do: Tampak keluarga Tn.T khususnya
Ny.S menyebutkan kembali akibat
dari hipertensi
3. Mendiskusikan kembali dengan
keluarga tentang keinginan keluarga
aisyah
109
untuk merawat anggota keluarga.
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan senang telah mengetahui
akibat dari hipertensi
Do: Tampak keluarga Tn.T khususnya
Ny.S senang telah memperoleh
informasi dan senang setelah diberi
pujian
Kami
s/28
April
2017/
jam:
16.30
WIB
Tuk 3: Keluarga
mampu merawat
anggota keluarga
yang mengalami
resiko terjadinya
komplikasi
hipertensi
4. Demonstrasikan pada keluarga
tentang cara teknik relaksasi otot
progresif
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan sudah mengerti cara
tehnik relaksasi otot progresif
Do: keluarga Tn.T khususnya Ny.S
tampak kooperatif dan memperhatikan
5. Berikan kesempatan pada keluarga
untuk mencoba cara tehnik relaksasi
otot progresif
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan dapat mendemonstrasikan
cara tehnik relaksasi otot progresif
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S dapat melakukan cara tehnik
relaksasi otot progresif
6. Beri reward positif atas apa yang
dilakukan keluarga
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan sudah mengerti cara
melakukan tehnik relaksasi otot
progresif
aisyah
110
Do: Tampak keluarga Tn.T khususnya
Ny.S senang saat diberikan pujian
Kami
s/ 20
April/
jam:
14.00
WIB
Tuk 4: Keluarga
mampu:
memodifikasi
lingkungan
1. Jelaskan lingkungan yang nyaman
bagi penderita hipertensi
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan sudah paham tentang
lingkungan yang nyaman bagi
penderita hipertensi
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S sudah tahu tentang lingkungan
yang nyaman bagi penderita hipertensi
2. Motivasi Keluarga untuk mengulangi
penjelasan yang diberikan
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan lingkungan yang tepat
bagi penderita hipertensi yaitu
penerangan yang cukup dan lantai
tidak licin
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S menyebutkan kembali tentang
lingkungan yang tepat bagi penderita
hipertensi
3. Beri reward atas usaha yang keluarga
lakukan
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan senang mendapatkan
informasi yang sesuai
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S senang setelah mendapatkan
pujian
aisyah
111
Jum’a
t/ 21
April/
jam:
14.00
WIB
Tuk 5: keluarga
mampu
memanfaatkan
fasilitas
kesehatan untuk
mencegah resiko
terjadinya
komplikasi
hipertensi
1. Klarifikasi pengetahuan keluarga
tentang manfaat fasilitas kesehatan
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan jika sakit berobat ke
pelayanan kesehatan
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S sudah dapat memanfaatkan
pelayanan kesehatan
2. Memotivasi keluarga untuk
menyebutkan kembali manfaat
pelayanan kesehatan
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan banyak sekali manfaat
dari pelayanan kesehatan terutama
puskesmas, karena tidak perlu
membayar pada saat berobat dan
dapat memperoleh pendidikan seputar
kesehatan dan pengobatan
Do: Terlihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S menyebutkan manfaat pelayanan
kesehatan
3. Memberikan reward positif pada
keluarga atas usaha yang dilakukan
keluarga
Ds: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan senang mengetahui
banyak tentang manfaat pelayanan
kesehatan
Do: Telihat keluarga Tn.T khususnya
Ny.S senang setelah diberikan pujian
aisyah
112
CATATAN PERKEMBANGAN KELUARGA
No.
Dx
tanggal jam Evaluasi (SOAP) Paraf
1.1 Selasa/
18
April
2017
13.00
WIB
S:
1. Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan penyebab asma terjadi
karena melakukan aktivitas berat, alergi,
faktor keturunan
2. Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan asma adalah penyakit
inflamasi kronik pada jalan napas yang
dikarakteristikan dengan hiperresponsif,
edema mukosa, dan produksi mukus.
3. Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan tanda gejala asma adalah
batuk,takikardi, serangan asma paling
sering terjadi pada malam hari atau pagi
hari.
O:
1. Keluarga Tn.T khususnya Ny.S terlihat
menyebutkan tentang pengertian asma
2. Terlihat keluarga Tn.T khususnya Ny.S
berusaha untuk mengingat kembali
penyebab asma
3. Terlihat keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengingat-ingat kembali tanda gejala
asma
A: masalah keperawatan pada keluarga Tn.T
khususnya Ny.S dalam mengenal
masalah anggota keluarga yang
menderita asma dapat teratasi
aisyah
113
P: lanjutkan Tuk selanjutnya
1.2 Rabu/
19
April
2017
14.00
WIB
S: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan akibat dari asma bila tidak
diatasi akan menyebabkan: gagal napas
O: Terlihat keluarga Tn.T khususnya Ny.S
sangat kesulitan mengingat akibat dari
asma namun mampu menyebutkan
kembali
A: masalah keperawatan pada keluarga Tn.T
khususnya Ny.S dalam mengambil
keputusan untuk mengatasi penyakit
asma dapat teratasi
P: lanjutkan Tuk selanjutnya
aisyah
1.3 Kamis/
28
April
2017
16.30
WIB
S: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan mampu melakukan senam
pernapasan
O: Terlihat keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mendemonstrasikan ulang senam
pernapasan
A: masalah keperawatan pada keluarga Tn.T
khususnya Ny.S mampu merawat
anggota keluarga yang memiliki penyakit
asma dapat teratasi
P: lanjutkan Tuk selanjutnya
aisyah
1.4 Kamis/
20
April
2017
14.00
WIB
S: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan lantai rumah bersih dan atap
tidak ada sawangan
O: Tampak keluarga memperhatikan dan
menyebutkan kembali
A: masalah keperawatan pada keluarga Tn.T
khususnya Ny.S mampu memodifikasi
aisyah
114
lingkungan dapat teratasi
P: lanjutkan Tuk selanjutnya
1.5 Jum’at/
21
April
2017
14.00
WIB
S: Keluarga Tn.T khusus nya Ny.S
mengatakan manfaat yankes sangat
banyak, salah satunya dapat
memberikan solusi anggota keluarga
yang sakit
O: Tampak keluarga mengerti manfaat
yankes
A: masalah keperawatan pada keluarga
Tn.T khususnya Ny.S mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan dapat
teratasi
P: Pertahankan Tuk
aisyah
2.1 Selasa/
18
April
2017
13.00
WIB
S:
1. Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan hipertensi adalah suatu
peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg
2. Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan sudah memahami sedikit
tentang hipertensi
3. Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan sudah mengerti sedikit
tentang hipertensi
O:
1. Tampak keluarga Tn.T khususnya Ny.S
kesulitan dalam menyebutkan kembali
tentang pengertian hipertensi
2. Tampak keluarga Tn.T khususnya Ny.S
aisyah
115
memperhatikan dan kooperatif
3. Terlihat keluarga Tn.T khususnya Ny.S
senang setelah diberikan pujian
A: masalah keperawatan pada keluarga Tn.T
khususnya Ny.S dalam mengenal
masalah hipertensi dapat teratasi
P: lanjutkan Tuk selanjutnya
2.2 Rabu/
19
April
2017
14.00
WIB
S: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan akibat dari hipertensi yaitu
aktivitas terganggu dan bisa menyebabkan
stroke
O:
1. Tampak keluarga Tn.T khususnya Ny.S
menyebutkan kembali akibat dari
hipertensi
2. Tampak keluarga Tn.T khususnya Ny.S
senang saat diberikan pujian
A: masalah keperawatan pada keluarga Tn.T
khususnya Ny.S mampu mengambil
keputusan untuk mencegah resiko
terjadinya komplikasi dapat teratasi
P: lanjutkan Tuk selanjutnya
aisyah
2.3 Kamis/
28
April
2017
16.30
WIB
S: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan dapat mendemonstrasikan
cara tehnik relaksasi otot progresif
O:
1. Terlihat keluarga Tn.T khususnya Ny.S
dapat melakukan cara tehnik relaksasi
otot progresif
2. Tampak keluarga Tn.T khususnya Ny.S
senang saat diberikan pujian
A: masalah keperawatan pada keluarga Tn.T
aisyah
116
khususnya Ny.S mampu merawat
anggota keluarga untuk mencegah resiko
terjadinya komplikasi dapat teratasi
P: lanjutkan Tuk selanjutnya
2.4 Kamis/
20
April
2017
14.00
WIB
S: Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan lingkungan yang tepat bagi
penderita hipertensi yaitu penerangan
yang cukup dan lantai tidak licin
O: Terlihat keluarga Tn.T khususnya Ny.S
menyebutkan kembali tentang
lingkungan yang tepat bagi penderita
hipertensi
A: masalah keperawatan pada keluarga Tn.T
khususnya Ny.S mampu memodifikasi
lingkungan untuk mencegah resiko
terjadinya komplikasi dapat teratasi
P: lanjutkan Tuk selanjutnya
aisyah
2.5 Jum’at/
21
April
2017
14.00
WIB
S:
1. Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan jika sakit berobat ke
pelayanan kesehatan
2. Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan banyak sekali manfaat dari
pelayanan kesehatan terutama
puskesmas, karena tidak perlu membayar
pada saat berobat dan dapat memperoleh
pendidikan seputar kesehatan dan
pengobatan
3. Keluarga Tn.T khususnya Ny.S
mengatakan senang mengetahui banyak
tentang manfaat pelayanan kesehatan
aisyah
117
O:
1. Terlihat keluarga Tn.T khususnya Ny.S
sudah dapat memanfaatkan pelayanan
kesehatan
2. Terlihat keluarga Tn.T khususnya Ny.S
menyebutkan manfaat pelayanan
kesehatan
3. Telihat keluarga Tn.T khususnya Ny.S
senang setelah diberikan pujian
A: Masalah keperawatan pada keluarga
Tn.T khususnya Ny.S mampu
memanfaatkan pelayanan kesehatan
untuk mencegah resiko terjadinya
komplikasi dapat teratasi
P: Pertahankan Tuk
118
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan pembahasan antara tinjauan teoritis
dengan laporan kasus penelitian. Dalam pembahasan ini penulis mencoba
membandingkan antara tinjauan teoritis dan laporan kasus tentang pemenuhan
kebutuhan dasar oksigenasi pada gangguan sistem pernapasan “asma” pada
keluarga Tn.T khususnya Ny. S yang berada diwilayah RT 03 RW 02 Kelurahan
Utan Panjang Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat. Dengan mengikuti tahap-
tahap proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pada tahap ini penulis mengacu pada konsep pemenuhan. Dalam
pengkajian penulis tidak mendapatkan kendala yang berarti karena sikap klien
dan keluarga yang kooperatif serta dukungan oleh format pengkajian
sehingga memudahkan penulis untuk mengumpulkan data. Tetapi terdapat
beberapa kendala dalam mencari sumber. Teknik pengumpulan data dengan
cara melakukan wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi.
Pada tinjauan konsep, penyebab dari asma yaitu berupa infeksi, iklim,
inhalan (debu, kapuk, sisa-sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau
asap, uap cat), makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat),obat
(aspirin), kegiatan fisik (olahraga berat, kecapean), dan emosi ( Menurut
NANDA, 2015. Sedangkan penyebab yang ditemukan pada Ny.S yaitu faktor
keturunan yang di turunkan oleh ibu Ny.S, alergi debu, bau-bau yang
menyengat, dan melakukan aktivitas berat, Ny.S di diagnosa menderita asma
sejak 1 tahun yang lalu dengan tanda gejala mengi, tidak dapat tidur pada
malam hari dan sesak napas. Jadi antara teori dengan kasus tidak terdapat
kesenjangan.
Pada tinjauan teoritis menurut Abraham Maslow terdapat lima kebutuhan
dasar manusia yaitu fisiologis (oksigen, cairan, nutrisi, keseimbangan suhu
119
tubuh, eliminasi, istirahat tidur, serta kebutuhan seksual), rasa aman nyaman,
merasa dicintai dan mencintai, harga diri, dan aktualisasi diri. Pada kasus
Ny.S pada kebutuhan fisiologis nya terdapat gangguan pada sistem
oksigenasi, didapatkan data bahwa Ny.S mengatakan asma kambuh bila
melakukan aktivitas berat, mencium bau-bau yang menyengat, alergi pada
debu dan respirasi Ny.S pada saat dikaji dalam batas normal. Pada konsep
teoritis asma yang terjadi pada Ny.S karena adanya faktor keturunan yang
telah diwariskan dan adapun faktor lingkungan seperti alergen yang
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE
abnormal dalam sejumlah besar dan antibody ini menyebabkan sel
mengeluarkan berbagai zat diantara nya yaitu histamin, zat anafilaksis yang
bereaksi lambat, faktor kemotaktik eosinofilik. Efek gabungan dari semua
faktor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus
kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkioulus dan
spasme otot polos bronkhiolus sehingga tahanan saluran napas menjadi
sangat meningkat. Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama
ekspirasi dari pada inspirasi.
Menurut teori perawatan atau pemeliharaan kesehatan meliputi lima tugas
keluarga yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat anggota
keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan, sedangkan menurut kasus keluarga Tn.T tidak mampu
merawat anggota keluarga yang sakit dikarenakan kurangnya informasi yang
adekuat tentang penyakit tersebut.
Menurut konsep teori data penunjang yang harus dilakukan antara lain
spirometri, uji provokasi bronkus, analisa gas darah, foto rontgen dada, uji
kulit, pemeriksaan sputum, pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik
dalam sputum, pemeriksaan eosinofil total ( Heru Sundaru, 2014). Sedangkan
pemeriksaan yang dilakukan hanya dapat dilakukan penulis hanya tanda-
tanda vital dikarenakan keterbatasan alat dan tempat sehingga hal yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain merujuk keluarga
Tn.T untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke instansi pelayanan
kesehatan. Pada tinjauan teori, peran Ny.S sebagai pengurus rumah tangga,
120
pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai
pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat
kelompok sosial tertentu. Sedangkan pada kasus Ny.S masih dapat
melakukan peran nya walaupun sedikit terhambat jika asma kambuh. Pada
tugas perkembangan, keluarga Tn.T melakukan tugasnya sesuai dengan
konsep teori. Tugas perkembangan yang ada pada keluarga Tn.T adalah usia
sekolah, yaitu membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan
lingkungan, mempertahankan keintiman pasangan, dan memenuhi kebutuhan
dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk
meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap tugas perkembangan keluarga Tn.T usia sekolah telah terlaksana
dengan baik. Tn.T dan Ny.S telah menerapkan sosialisasi kepada An.A dan
An.M lalu Ny.S selalu menjaga keintiman pasangan dengan Tn.T serta selalu
menjaga keharmonisan dengan anak-anaknya serta Tn.T mampu memenuhi
kebutuhan keluarga termasuk kebutuhan anak sekolah dan kesehatan dari
hasil menabung perbulan yang tidak menentu.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Setelah melakukan proses pengkajian dan data yang terkumpul
dikelompokkan sesuai dengan masalahnya. Maka penulis merumuskan
diagnosa keperawatan berdasarkan data yang telah didapat. Dalam
penyusunan diagnosa keperawatan terdapat kesenjangan dimana penulis
hanya memunculkan diagnosa resiko, sementara berdasarkan konsep ada tiga
tipe diagnosa keperawatan keluarga, yaitu: diagnosa aktual (nyata) digunakan
apabila sudah timbul gangguan/masalah kesehatan dikeluarga, didukung
dengan adanya beberapa data maladaptif, diagnosa resiko (ancaman)
digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan, namun sudah
ditemukan beberapa data maladaptif yang memungkinkan timbulnya
gangguan, dan diagnosa potensial (sejahtera) digunakan bila keluarga
mempunyai potensi untuk ditingkatkan, belum ada data maladaptif.
Perumusan (P) merupakan respon terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan
dasar yang mengacu pada lima tugas keluarga yaitu: mengenal masalah,
121
mengambil keputusan, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi
lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Diagnosa yang terdapat pada tinjauan teoritis tetapi tidak muncul dalam
kasus, antara lain:
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan
produksi mukus
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
4. Kecemasan berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut
sufokasi
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk
Penulis mengangkat diagnosa resiko karena belum ada data dan tanda gejala
yang mengarah ke aktual. Sementara diagnosa potensial tidak ditegakkan
karena saat ini keluarga belum dapat memenuhi kebutuhan kesehatan dan
belum mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan untuk
ditingkatkan.
Dalam menentukan diagnosa dan membuat prioritas masalah penulis tidak
mengalami kesulitan karena keluarga kooperatif dan mengerti skoring telah
diarahkan oleh penulis. Pada tinjauan kasus penulis telah mendapatkan dua
masalah keperawatan keluarga yang telah ditegakkan, antara lain: resiko pola
napas tidak efektif pada keluarga Tn. T khususnya Ny.S berhubungan dengan
ketidakmampuan anggota keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
mempunyai penyakit asma dan resiko terjadinya komplikasi pada keluarga
Tn. T khususnya Ny.S berhubungan dengan ketidakmampuan anggota
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
122
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Rencana asuhan keperawatan dibuat untuk mengatasi masalah yang ada.
Berdasarkan dengan konsep perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan
yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada.
Tujuan terdiri dari jangka panjang dan jangka pendek. Penetapan tujuan
jangka panjang (tujuan umum) mengacu pada bagaimana mengatasi
problem/masalah (P) keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka pendek
(tujuan khusus) mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi (E). Rencana
keperawatan diprioritaskan pada masalah resiko pola napas tidak efektif
karena masalah ini merupakan masalah dengan resiko tinggi dibandingkan
dengan diagnosa kedua. Selain itu masalah tersebut akan berakibat
munculnya masalah-masalah baru bila tidak segera ditangani. Dalam
membuat diagnosa dan membuat prioritas masalah penulis tidak mengalami
kesulitan karena keluarga kooperatif.
Pada diagnosa pertama yaitu resiko pola napas tidak efektif pada keluarga
Tn. T khususnya Ny.S berhubungan dengan ketidakmampuan anggota
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mempunyai penyakit asma.
Penulis bersama keluarga merencanakan untuk melakukan penyuluhan
kesehatan tentang asma mulai dari pengertian sampai cara perawatan serta
psikomotornya yaitu melakukan senam pernapasan.
Tidak terdapat kesenjangan antara rencana tindakan yang dibuat dengan
teori penyusunan rencana keperawatan. Penulis melibatkan keluarga dalam
penyusunan rencana keperawatan dan rencana dapat diterima oleh keluarga
dengan tujuan untuk mempermudah dalam rencana tindakan yang telah
dibuat.
Selain itu penulis juga telah merencanakan untuk melakukan penyuluhan
disetiap masalah pada keluarga untuk mencegah resiko terjadinya masalah
dengan tindakan promotif seperti penyuluhan.
123
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pada tahap pelaksanaan penulis melakukan tindakan sesuai dengan rencana
tindakan yang telah ditetapkan atau ditentukan. Pelaksanaan dilakukan
dengan memperhatikan keadaan atau kondisi pasien dan sarana yang tersedia
dilapangan. Keluarga Tn.T sangat kooperatif pada setiap tindakan yang
diberikan, tetapi terdapat sedikit hambatan, karena setiap tindakan tidak
semua anggota keluaga Tn.T hadir. Penulis memberikan penyuluhan kepada
anggota keluarga Tn.T yang hadir sementara untuk anggota keluarga yang
tidak dapat hadir, penulis memberikan saran untuk anggota keluarga yang
hadir untuk mendapatkan penyuluhan agar memberitahukan kepada anggota
keluarga yang tidak hadir. Selain itu penulis memberikan leaflet dan catatan
agar dapat dibaca dan dipelajari oleh keluarga.
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk mengukur
keberhasilan suatu tindakan asuhan keperawatan yang didokumentasikan
dalam SOAP (Subjektif, Objektif, Analisis, Planning) yang telah dilakukan
oleh penulis dari tanggal 17 April-29 April 2017. Adapun hasil evaluasi
asuhan keperawatan keluarga, antara lain:
1. Resiko pola napas tidak efektif pada keluarga Tn. T khususnya Ny.S
berhubungan dengan ketidakmampuan anggota keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang mempunyai penyakit asma. Diagnosa ini telah
teratasi karena klien mengatakan sudah mampu menyebutkan sedikit
tentang asma, membuat keputusan untuk asma, melakukan perawatan
pada asma, memodifikasi lingkungan sampai mampu memanfaatkan
pelayanan kesehatan
2. Resiko terjadinya komplikasi pada keluarga Tn. T khususnya Ny.S
berhubungan dengan ketidakmampuan anggota keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit. Diagnosa ini telah teratasi karena klien
mengatakan sudah tidak pusing dan sudah mampu mendemonstrasikan
tehnik relaksasi otot progresif
124
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah membahas mengenai laporan kasus pemenuhan kebutuhan dasar
oksigenasi dengan masalah asma, dimana penulis melakukan perbandingan
antara teori dengan kasus lapangan. Kemudian penulis dapat mengambil
kesimpulan dan saran sebagai berikut: Asma adalah suatu keadaan dimana
saluran napas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap
rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat
berulang namun reversible, dan diantara episode penyempitan bronkus tersebut
terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal. Tanda dan gejala yang dialami
yaitu batuk, mengi, sesak dada atau dispneu, ruam dan edema temporer yang
merupakan reaksi alergi yang biasa menyertai asma.
1. Pengkajian pada keluarga Tn.T dengan masalah asma. Penulis melakukan
pengkajian menggunakan teknik wawancara, observasi dan pemeriksaan
fisik sehingga didapatkan keluhan yang dirasakan. Ny. S mengatakan asma
nya akan kambuh bila mencium bau menyengat, kelelahan, dan terkena
debu
2. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan, antara lain:
a. Resiko pola napas tidak efektif pada keluarga Tn. T khususnya Ny.S
berhubungan dengan ketidakmampuan anggota keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang mempunyai penyakit asma
b. Resiko terjadinya komplikasi pada keluarga Tn. T khususnya Ny.S
berhubungan dengan ketidakmampuan anggota keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit
3. Rencana keperawatan disusun bersama keluarga adalah memberikan
penyuluhan dengan klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
akibat, perawatan asma dengan melakukan senam asma, memodifikasi
125
lingkungan dan memotivasi keluarga untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan
4. Tindakan keperawatan yang dilakukan merupakan implementasi dari
rencana yang telah disusun, antara lain: pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, akibat, perawatan asma dengan melakukan senam asma,
memodifikasi lingkungan dan memotivasi keluarga untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan
5. Evaluasi yang dilakukan dibuat berdasarkan SOAP yang dilakukan setiap
harinya. Evaluasi yang diperoleh adalah Ny.S mampu menyebutkan
kembali pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat, perawatan asma
dengan melakukan senam asma, memodifikasi lingkungan dan keluarga
mampu untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Tindak lanjut dari
penulis menyarankan kepada keluarga Tn.T selalu menjaga kesehatan pada
seluruh anggota keluarga dan untuk tetap menerapkan apa yang sudah
disampaikan penulis.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan dari seluruh proses asuhan keperawatan keluarga
yang tertera diatas, maka penulis ingin menyampaikan saran-saran,
diharapkan dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan pada
keluarga Tn.T khususnya Ny.S dengan penyakit asma dan saran tersebut
diantaranya:
1. Bagi profesi perawat
Untuk perawat komunitas dalam tatanan keluarga diharapkan dalam
melakukan asuhan keperawatan, hendaknya perawat setelah
memberikan penyuluhan memberikan leaflet atau bacaan tertulis
untuk keluarga sehingga dapat dibaca kembali serta dapat bermanfaat
untuk keluarga yang tidak hadir saat dilakukan tindakan
126
2. Puskesmas
Untuk petugas puskesmas diharapkan dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan hendaknya dapat memberikan pendidikan
kesehatan pada penderita diwilayah utan panjang. Hal ini didukung
dengan leaflet dan media lembar balik asma
3. Institusi pendidikan
Untuk institusi pendidikan diharapkan agar dapat melengkapi buku-
buku referensi dengan terbitan tahun terbaru yang berkaitan dengan
masalah-masalah asuhan keperawatan keluarga. Sehingga dapat
mempermudah mahasiswa/mahasiswi dalam menyusun karya tulis
ilmiah.
127
DAFTAR PUSTAKA
Achjar Komang Ayu Henny. (2010). Aplikasi praktis asuhan keperawatan
keluarga. Edisi 1. Jakarta : CV Sagung Seto
Clark Margaret Varnell. (2013). Asthma: a clinician’s guide. Editor Edisi bahasa
Indonesia, Rifky, Rudi Setia. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Kozier,dkk. (2011). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, &
praktik. Edisi 7. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Nurarif Amin Huda,dkk. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis dan nanda nic-noc. Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction Jogja
Santun Setiawati,dkk. (2008). Penuntun praktis asuhan keperawatan keluarga.
Edisi 2. Jakarta : Trans Info Media.
Setiadi. (2008). Konsep & proses keperawatan keluarga. Edisi 2008. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Setiati Siti. (2014). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 1. Jakarta:
InternaPublishing
Slamet Hariadi,dkk. (2010). Buku ajar ilmu penyakit paru. Cetakan 1. Surabaya :
Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo.
Smeltzer. Susan C. (2014). Keperawatan medical bedah ( handbook for brunner
& suddarth’s textbook of medical- surgical nursing). Edisi 12. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Somantri Irman. (2007). Keperawatan medikal bedah asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan sistem pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Susanto Tantut. (2012). Keperawatan keluarga aplikasi teori pada praktik asuhan
keperawatan keluarga. Edisi 1. Jakarta : CV. Trans Info Media
128
PENGERTIAN ASMA
ASMA adalah Penyakit jalan nafas berupa kesukaran bernafas (sesak nafas) karena terjadi penyempitan saluran nafas.
PENYEBAB
Alergi (tidak tahan) misal : debu, udara, serbuk bunga, dll.
Virus
Emosi berlebihan
Perubahan cuaca yang mendadak
Polusi Udara
TANDA DAN GEJALA
1. Sesak nafas, dada terasa sakit 2. Berkeringat
3. Nafas berbunyi (mengi) saat bernafas
AKIBAT
1. Rasa berat di dada, sulit nafas, sukar bicara
2. Gangguan tidur pada malam hari
3. Gangguan aktifitas
KOMPLIKASI
a. Gagal napas
b. Bronchitis
c. Fraktur iga
PENCEGAHAN
1. Makan-makanan yang bergizi
2. Banyak minum air putih + 8 gelas perhari
3. Istirahat yang cukup
129
4. Olah raga secara teratur
5. Hindari tempat yang berpolusi
6. Hindari asap rokok
CARA PERAWATANNYA
Minum air hangat
Lakukan batuk efektif, lakukan inhalasi
Lakukan olah raga secara teratur
Hindari stres atau emosi
Ciptakan lingkungan yang bersih
Hindari memelihara binatang atau hewan peliharaan di dalam rumah
CARA SENAM PERNAPASAN
1. Berdiri dengan benar 2. Ambil napas dalam 3. Hembuskan napas 4. Tarik napas dengan telapak tangan 5. Tarik napas dalam lalu angkat tangan
keatas serta tahanlah 6.Tarik napas dalam lalu angkat tangan
keatas serta tahanlah saat tubuh condong ke belakang lalu hembuskan napas
Sumber :
* Smeltzer, suzane C, dkk. (2001).
Keperawatan Medikal Bedah volume 2.
Jakarta : EGC
* Soeparman, dkk. (1990). Ilmu penyakit
Dalam jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Disusun Oleh :
AISYAH RAHMAWATI
2014750002
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2017
130
Daftar Riwayat Hidup
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Aisyah Rahmawati
Tempat, Tanggal Lahir : Blora, 21 Juli 1995
Jenis Kelamin :Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Kp.Kedondong Rt 13/06 no.25 Sunter Jaya
Tanjung Priok, Jakarta Utara
No.Telepon : 081515831544
Email : [email protected]
DATA PENDIDIKAN
SDN Sunter Jaya 06 Petang : Tahun 2001 - 2007
SMPN 152 Jakarta : Tahun 2007 - 2010
SMA Wijaya : Tahun 2010 - 2013
DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta : Tahun 2014 - 2017