asuhan keperawatan pada klien nn

162
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Nn. R DENGAN POST OPERATIF APENDIKSITIS AKUT BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Didalam Millenium Develevopment Golds ( MDG ) upaya pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak bisa di pisahkan dari pembangunan Nasional. Upaya ini cukup luas dan kompleks serta memerlukan pengertian yang lebih seksama dalam pelayanan kesehatan pada umumnya dan khususnya pada pelayanan keperawatan. Sejalan dengan perkembangan zaman muncul berbagai masalah kesehatan salah satunya adalah apendiksitis. Apendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum (Usus Buntu) dan lumen apendiks, ini bermuara ke dalam caecum dinding apendiks mengandung banyak folikel getah bening biasanya apendiks terletak pada illiaca kanan . Apendiks dapat mengalami peradangan pembentukan mukokel, tempat parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan pustula interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus illeum dan kelainan yang lain. Khusus untuk apendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau ganggrene. Tindakan pengobatan terhadap apendiks dapat dilakukan dengan cara operasi ( pembedahan ). Pada operasi apendiks dikeluarkan dengan cara apendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang apendiks. Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi. Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan menanggulangi hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama perawatan yang mencakup empat aspek diantaranya : promotif yaitu memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan dirinya dan menjaga kebersihan diri serta lingkungannya dalm membantu dalam menurunkan angka kesakitan akibat dari apendiks ( internet 2011, WWW.google.com) . BAB II TINJAUAN TEORI

Upload: sucia-fhaarista

Post on 15-Apr-2016

54 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

asuhan keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Nn. R DENGAN POST OPERATIF APENDIKSITIS AKUT

BAB IPENDAHULUAN

                                             Latar Belakang

Didalam Millenium Develevopment Golds ( MDG ) upaya pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak bisa di pisahkan dari pembangunan Nasional. Upaya ini cukup luas dan kompleks serta memerlukan pengertian yang lebih seksama dalam pelayanan kesehatan pada umumnya dan khususnya pada pelayanan keperawatan. Sejalan dengan perkembangan zaman muncul berbagai masalah kesehatan salah satunya adalah apendiksitis.

Apendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum (Usus Buntu) dan lumen apendiks, ini bermuara ke dalam caecum dinding apendiks mengandung banyak folikel getah bening biasanya apendiks terletak pada illiaca kanan .

Apendiks dapat mengalami peradangan pembentukan mukokel, tempat parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan pustula interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus illeum dan kelainan yang lain. Khusus untuk apendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau ganggrene.

Tindakan pengobatan terhadap apendiks dapat dilakukan dengan cara operasi ( pembedahan ). Pada operasi apendiks dikeluarkan dengan cara apendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang apendiks. Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi. Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan menanggulangi hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama perawatan yang mencakup empat aspek diantaranya : promotif yaitu memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan dirinya dan menjaga kebersihan diri serta lingkungannya dalm membantu dalam menurunkan angka kesakitan akibat dari apendiks ( internet 2011, WWW.google.com) .

BAB IITINJAUAN TEORI

A.   Konsep Dasar Apendiksitis1.    Pengertian Apendiksitisa.    Anatomi dan fisiologi

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Gambar 1. Usus buntu (Appendiks)(andilblogger.blogspot.com/2008/06).

Apendiks adalah bagian dari usus besar yang muncul seperti corong pada akhir seikum mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi usus. Apendiks tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam rongga pelvis minor terletak horizontal di belakang sekum. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi kadang apendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang dapat menimbulkan perforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen. (Syaifuddin, 1997: 80).

Panjang apendiks lazimnya adalah delapan sampai sepuluh centi meter pada orang dewasa. Terdapat dua lapisan otot di dalam dinding apendiks, yaitu lapisan dalam (sirkularis) merupakan penerusan otot seikum yang sama dan lapisan luar ( longitudalis) dari penyatuan tiga tenia seikum.

1)    Letak Apendiksa.    Letak di fossa iliaca kanan, basis atau pangkalnya sesuai dengan titik Mc Burney 1/3 lateral antara

umbilikus dengan SIAS.b.    Basis keluar dari puncak sekum bentuk tabung panjang 3 – 5 cm.c.    Pakal lumen sempit, distal lebar. ( Farid 3, 2001 )

2).  Bentuk Dan UkuranUsus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar lima kaki

( sekitar 1,5 m ) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar   sudah pasti

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

lebih besasr dari usus kecil. Rata –rata sekitar 2,5 inc ( sekitar 6,5 cm ) tetapi makin dekat anus  diameternya makin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, colon, dan rectum. Pada sekum terdapat katup illeosecal dan Apendiks yang melekat pada ujung sekum. Colon dibagi lagi menjadicolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid. Tempat dimana colon membentuk kelokan tajan yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut – turut dinamakan fleksura hepatica dan fleksura lienalis. Colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan membentuk S lekukan rectum. Pada posisi ini gaya berat membantu mengalirkan air dari rectum ke fleksura sigmoid. Rectum terbentang dari colon sigmoid sampai anus ( Silvia A. Price, Lorraina, M Wilson 1995 )

Usus buntu mungkin memiliki beberapa fungsi pertahanan tubuh, tapi bukan merupakan organ yang penting. Apendiks atau umbai cacing hingga saat ini fungsinya belum diketahui dengan pasti, namun sering menimbulkan keluhan yang mengganggu. Apendiks merupakan tabung panjang, sempit (sekitar 6 – 9 cm), menghasilkan lendir 1-2 ml/hari. Lendir itu secara normal dicurahkan dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Bila ada hambatan dalam pengaliran lendir tersebut maka dapat mempermudah timbulnyaapendiksitis (radang pada apendiks). Di dalam apendiks juga terdapat imunoglobulin, zat pelindung terhadap infeksi dan yang banyak terdapat di dalamnya adalah IgA. Selain itu pada apendiks terdapatarteria apendikularis yang merupakan endartery. Apendiksitis sering terjadi pada usia antara 10-30 tahun.

b.    PengertianApendiksitis adalah peradangan pada usus buntu (apendiks), atau radang pada apendiks

vermiformi yang terjadi secara akut. Usus buntu merupakan penonjolan kecil yang berbentuk seperti jari, yang terdapat di usus besar, tepatnya di daerah perbatasan dengan usus halus.  ( Farid 3, 2001 )

Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan penyebab yang umum dari radang abdomen akut yang paling sering (Mansjoer Arif, 2000).

Apendiks adalah ujung seperti jari-jari yang kecil, panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secarah teratur berisi sekum, karena pengosongan tidak efektif, dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama terhadap infeksi Apendiksitis. (Brunner & suddarth, 2000).

Apendiktomy adalah pengangkatan apendiks terinflamasi dan dapat dilakukan pada pasien rawat jalan dengan menggunakan metode endoskopi. Namun adanya perlengketan multipe atau robekan perlu dilakukan prosedur pembukaan. (Doenges, 2000).

c.    EtiologiApendiksitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan

akibat. (Irga, 2007) :1.    Hiperplasia dari folikel limfoid.

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

2.    Adanya fekalit ( massa fecal yang keras ) dalam lumen apendiks.3.    Tumor apendiks.4.    Adanya benda asing seperti cacing askariasis.5.    Erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. Histilitica.6.    Spasme otot spinter antara perbatasan apendiks dan seikum.7.    Hiperplasia jaringan limfoid yang biasa terjadi pada anak-anak.8.    Penyebab lain apendiksitis adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman – kuman seperti Escherichia

coli (80%), Streptokokus tapi kuman yang lain jarang terjadi.

d.    Tanda dan gejala1.    Ada beberapa gejala awal yang khas yakni :a.    Nyeri yang dirasakan secara samar (nyeri tumpul) di daerah sekitar pusar. kemudian nyeri itu akan

berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda -tanda yang khas padaapendiksitis akut yaitu nyeri pada titik Mc Burney. Nyeri perut ini akan bertambah sakit apabila terjadi pergerakan seperti batuk, bernapas dalam, bersin, dan disentuh daerah yang sakit.

b.    Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah.c.    Demam derajat rendah ( 37,5° C – 38,5° C ) dan terasa sangat lelah.d.    Mules.e.    Malaise.f.     Konstipasi atau diare.g.    Tidak ada nafas makan.h.    Leukositosis (lebih dari 12.000/mm3) dengan peningkatan jumlah neutrofil sampai 75%.2.    Tanda dan gejala Post Apendiktomi :a.    Nyeri pada area luka operasi yang kemungkinan dapat menghambat aktivitas disertai kekakuan

pada abdomen dan paha kanan.b.    Mual dan muntah.c.    Keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri.d.    Dehidrasi karena adanya pembatasan masukan oral pada periode pertama post operasi.e.    Konstipasi, karena adanya pengaruh anastesi pada fungsi pencernaan.f.     Ketidaktahuan klien dalam pemulihan pasca operasi.

1.    Jenis –jenis Apendiksitisa.    Apendiksitis Akut

Apendiksitis akut adalah jenis apendiksitis yang paling sering memerlukan pembedahan dan paling sering menimbulkan kesukaran dalam memastikan diagnosanya, karena banyak kelainan menunjukkan tanda –tanda sepertiapendiksitis akut. Terdapat tiga jenis apendiksitis akut, yaitu :

1)    Apendiksitis akut fokalis (segmentalis) Peradangan biasanya terjadi pada bagian distal yang berisi nanah. Dari luar tidak terlihat adanya kelianan, kadang hanya hiperemiringan pada mukosa, sedangkan radang hanya terbatas pada mukosa.

2)    Apendiksitis akut purulenta (supuratif), disertai pembentukan nanah yang berlebihan. Jika radangnya lebih mengeras, dapat terjadi nekrosis dan pembusukan disebutapendiksitis ganggrenosa.

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

3)    Apendiksitis akut  dapat disebabkan oleh trauma, misalnya pada kecelakaan atau operasi, tetapi tanpa lapisan eksudat dalam rongga maupun permukaan apendiks.

b.    Apendiksitis kronisGejala umumnya samar dan lebih jarang. Apendiksitis akut jika tidak mendapat pengobatan dan sembuh dapat menjadi apendiksitis kronis. Terdapat dua jenis apendiksitis, yaitu :

1)    Apendiksitis kronik focalisPeradangan masih bersifat local, yaitu fibrosis jaringan sub mukosa, gejala klinis pada umumnya tidak tampak

2)    Apendiksitis kronis obliteratifTerjadi fibrosis yang luas sepanjang apendiks pada jarigan mukosa, hingga terjadi obliterasi (hilangnya lumen), terutama pada bagian distal dengan menghilangnya selaput lendir pada bagian itu.

e.    Patofisiologi

Etiologi

Obstruksi lumen ( fekalit,tumor dan lain – lain ) 

Mukus yang diproduksi oleh mukosa akan mengalami bendungan 

Penekanan tekanan intra lumen / dinding apendiks 

Aliran darah berkurang 

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

             Edema dan ulserasi mukosa                        Apendiks akut fokal 

               Terputusnya aliran darah               

                                                                                 Nyeri epigastrium                             Obstruksi vena, edema bertambah                Dan bakteri menenbus dinding

 

               Peradangan peritonium                          Apendiks supuratif akut 

                      Arteri terganggu

                                                                            Nyeri daerah kanan bawah

                 Infark dinding apendiks 

                             Ganggren                          Apendiksitis ganggrenosa 

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

                    Apendiks dinding rapuh 

                   Infiltrat                    Perforasi 

     Infiltrat apendikularis         Apendiksitis perforasi

Keterangan   :Apendiksitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks. Obstruksi tersebut

menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa apendiks mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi apendiksitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium.

Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendiksitis supuratif akut.

Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti ganggren. Stadium ini disebut apendiksitis ganggrenosa. Bila dinding apendiks rapuh maka akan terjadi perforasidisebut apendiksitis perforasi.

Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga muncul infiltrat apendikularis.

Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan untuk terjadiperforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.

f.     KomplikasiKomplikasi paling serius adalah ruptur apendiks. Hal ini terjadi jika apendiksitis terlambat di

diagnosis atau diterapi. Kasus ini paling sering terjada pada bayi, anak, atau orang tua. Bocornya apendiks dapat menyebabkan peritonitis dan pembentukan abses. Peritonitisadalah infeksi berbahaya yang terjadi akibat bakteri dan isi apendiks keluar mencemari rongga perut.  Jika tidak

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

diobati dengan cepat,peritonitis dapat berakibat kematian. Abses adalah massa lunak yang berisi cairan dan bakteri, biasanya terbentuk sebagai upaya tubuh untuk melokalisir infeksi.

Komplikasi Post Apendiktomi Potensial komplikasi setelah apendiktomi antara lain :a.    Peritonitisb.    Abses pelvis (lumbal).c.    Abses subfrenik (abses di bawah diafragma).d.    Ileus (paralitik dan mekanik).

g.    Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium dan

pemeriksaan radiologi.1)    Pemeriksaan Laboratorium yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga apendiksitis akut adalah

pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktive (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap sebagian besar pasien biasanya ditemukan jumlah leukosit diatas 10.000 dan neutrofil diatas 75 %.Sedang pada pemeriksaan CRP ditemukan jumlah serum yang mulai meningkat pada 6-12 jam setelah inflamasi jaringan.

2)    Pemeriksaan radiologi yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga apendiksitis akut antara lain adalah Ultrasonografi, CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonogarafi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedang pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalith serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran dari saekum.

3)    Kelainan radiologi nonspesifik, diatasi sekum, ada bayangan perfosi. Ditemukan sejumlah kecil eritrosit dan leokosit pada urine.

4)    Pemeriksaan urine juga perlu dilakukan untuk membedakan dengan kelainan pada ginjal dan saluran kemih.

5)    Pemeriksaan USG dilakukan bila terjadi infitrat apendikularis

h.    PenatalaksanaanPada apendiksitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi apendiks. Dalam waktu

48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang persitaltik, jika terjadiperforasi diberikan drain diperut kanan bawah.

Bila diagnosis sudah pasti, maka terapi yang paling tepat dengan tindakan operatif yaitu :1)    Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk

menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah baring dan dipuasakan.2)    Operasi terbuka yaitu apendiktomi, satu sayatan akan dibuat ( sekitar 5 cm ) dibagian bawah kanan

perut. Sayatan akan lebih besar jika apendiksitis sudah mengalami perforasi.3)    Laparascopi : sayatan dibuat sekitar dua sampai empat buah. Satu didekat pusar, yang lainnya

diseputar perut. Laparascopiberbentuk seperti benang halus dengan kamera yang akan dimasukkan melalui sayatan tersebut. Kamera akan merekam bagian dalam perut kemudian ditampakkan pada monitor. Gambaran yang dihasilkan akan membantu jalannya operasi dan peralatan yang diperlukan

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

untuk operasi akan dimasukkan melalui sayatan di tempat lain. Pengangkatan appendiks, pembuluh darah, dan bagian dari apendiks yang mengarah ke usus besar akan diikat.

4)     Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.

B.   Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Pre dan Post Operatif apendiksitisa.    Pengkajian

Pengkajian adalah proses dimana data yang berhubungan dengan klien dikumpulkan secara sistematis. Proses ini merupakan proses yang dinamis dan terorganisir yang meliputi tiga aktifitas dasar, yaitu mengumpulkan secara sistematis, menyortir dan mengatur data yang dikumpulkan serta mendokumentasikan data dalam format yang bisa dibuka kembali. Pengkajian digunakan untuk mengenali dan mengidentifikasi masalah dan kebutuhan kesehatan klien serta keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. ( internet 2010 ) Pengkajian ini berisi :

a)    Identitas.-          Identitas klien post apendiktomi yang menjadi dasar pengkajian meliputi : nama, umur, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, diagnosa medis, tindakan medis, nomor rekam medis, tanggal masuk, tanggal operasi dan tanggal pengkajian.

-          Identitas penganggung jawab meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, hubungan dengan klien dan sumber biaya.

b)    Lingkup Masalah Keperawatan berisi keluhan utama klien saat dikaji, klien post apendiktomi biasanya mengeluh nyeri pada luka operasi dan keterbatasan aktifitas.

c)    Riwayat Penyakit.1)    Riwayat Penyakit Sekarang.

Riwayat penyakit sekarang ditemukan saat pengkajian, yang diuraikan dari mulai masuk tempat perawatan sampai dilakukan pengkajian. Keluhan sekarang dikaji dengan menggunakan PQRST (paliatif and provokatif, quality and quantity, region and radiasi, severity scale dan timing). Klien yang telah menjalani operasi apendiktomi pada umumnya mengeluh nyeri pada luka operasi yang akan bertambah saat digerakkan atau ditekan dan umumnya berkurang setelah diberi obat dan diistirahatkan. Nyeri dirasakan sperti ditusuk –tusuk dengan skala nyeri lebih dari lima (0-10). Nyeri akan terlokalisasi di area operasi dapat pula menyebar di seluruh abdomen dan paha kanan dan umumnya menetap sepanjang hari. Nyeri mungkin dapat mngganggu aktivitas sesuai rentang toleransi masing –masing klien.

2)    Riwayat Kesehatan Dahulu.Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh pada penyakit yang

diderita sekarang serta apakah pernah mengalami pembedahan sebelumnya.

3)    Riwayat Kesehatan Keluarga.

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit yang sama seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan atau menular dalam keluarga.

4)    Riwayat Psikologis.Secara umum klien dengan post apendiksitis tidak mengalami penyimpangan dalam fungsi

psikologis. Namun demikian tetap perlu dilakukan mengenai kelima konsep diri klien (citra tubuh, identitas diri, fungsi peran, ideal diri dan harga diri

5)    Riwayat Sosial.Klien dengan post apendiktomi tidak mengalami gangguan dalam hubungan social dengan

orang lain, akan tetapi tetap harus dibandingkan hubungan social klien antara sebelum dan setelah menjalani operasi.

6)    Riwayat Spiritual.Pada umumnya klien yang menjalani perawatan akan mengalami keterbatasan dalam aktivitas

begitu pula dalam kegiatan ibadah. Perlu dikaji keyakinan klien terhadap keadaan sakit dan motivasi untuk kesembuhannya.

7)    Kebiasaan Sehari – hari.Klien yang menjalani operasi pengangkatan apendiks pada umumnya mengalami kesulitan

dalam beraktfitas karena nyeri yang akut dan kelemahan. Klien dapat mengalami gangguan dalam perawatan diri ( mandi, gosok gigi, keramas dan gunting kuku ), karena adaanya toleransi aktivitas yang mengalami gangguan. Klien akan mengalami pembatasan masukan oral sampai fungsi pencernaan kembali ke dalam rentang normalnya.Kemungkinan klien akan mengalami mual muntah dan konstipasi pada periode awal post operasi karena pengaruh anastesi. Intake oral dapat mulai diberikan setelah fungsi pencernaan kembali ke dalam rentang normalnya. Klien juga dapat mengalami penurunan haluaran urine karena adanya pembatasan masukan oral. Haluaran urine akan berangsur normal setelah peningkatan masukan oral. Pola istirahat klien dapat terganggu ataupu tidak terganggu, tergantung toleransi klien terhadap nyeri yang dirasakan.

8)    Pemeriksaan Fisik.Pemeriksaan fisik ini mencakup :

-          Keadaan Umum klien post apendiktomi mencapai kesadaran penuh setelah beberapa jam kembali dari meja operasi, penampilan menunjukkan keadaan sakit ringan sampai berat tergantung pada periode akut rasa nyeri. Tanda vital pada umumnya stabil kecuali akan mengalami ketidakstabilan pada klien yang mengalami perforasi apendiks.

-          Sistem Pernapasan klien post apendiktomi akan mengalai penurunan atau peningkatan frekuensi napas (takipneu) serta pernapasan dangkal, sesuai rentang yang dapat ditoleransi oleh klien.

-          Sistem Kardiovaskuler umumnya klien mengalami takikardi ( sebagai respon terhadap stres dan hipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai respon terhadap nyeri),hipotensi (kelemahan dan tirah baring). Pengisian kapiler biasanya normal, dikaji pula keadaan konjungtiva, adanyasianosis dan, auskultasi bunyi jantung.

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

-          Sistem Pencernaan adanya nyeri pada luka operasi di abdomen kanan bawah saat dipalpasi. Klien post apendiktomi biasanya mengeluh mual muntah, konstipasi pada awal post operasi dan penurunan bising usus. Akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah bekas sayatan operasi.

-          Sistem Perkemihan awal post operasi klien akan mengalami penurunan jumlah output urine, hal ini terjadi karena adanya pembatasan intak oral selama periode awal post apendiktomi. Output urine akan berangsur normal seiring dengan peningkatan intake oral.

-          Sistem Muskuloskeletal secara umum, klien dapat mengalami kelemahan karena tirah baring post operasi dan kekakuan . Kekuatan otot berangsur membaik seiring dengan peningkatan toleransi aktifitas.

-          Sistem Integumen akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah karena insisi bedah disertai kemerahan (biasanya pada awitan awal). Turgor kulit akan membaik seiring dengan peningkatan intake oral.

-          Sistem Persarafan umumnya klien dengan post apendiktomi tidak mengalami penyimpangan dalam fungsi persarafan. Pengkajian fungsi persafan meliputi : tingkat kesadaran, saraf kranial dan refleks.

-          Sistem Pendengaran pengkajian yang dilakukan meliputi : bentuk dan kesimetrisan telinga, ada tidaknya peradangan dan fungsi pendengaran.

-          Sistem Endokrin umumnya klien post apendiktomi tidak mengalami kelainan fungsi endrokin. Akan tetapi tetap perlu dikaji keadekuatan fungsi endrokin (thyroid dan lain –lain).

9)    Pemeriksaan Penunjang.-          Laboratoriuma)    Haemoglobin yang rendah dapat mengarah kepada anemia akibat kehilangan darah.b)    Peningkatan leukosit dapat mengindikasikan adanya infeksi.-          Radiologi.

10)  Terapi dan Pengobatan pada umumnya klien post apendiktomi mendapat terapi analgetik untuk mengurangi nyeri dan antibiotik sebagai anti mikroba.

b)   Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang muncul pada klien post apendiktomi antara lain ( internet

2011 ):a)    Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan, prosedur invasif.b)    Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi, status

hipermetabolik : proses penyembuhan.c)    Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi pembedahan.d)    Intoleran aktivitas berhubungan dengan nyeri post operasi, kelemahan sekunder terhadap

pembedahan.e)    Kurang perawatan diri (diuraikan) berhubungan dengan kelemahan post operatif, nyeri.f)     Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan insisi pembedahan.

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

g)    Risiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake (pembatasan pasca operasi), peningkatan kebutuhan nutrisi sekunder terhadap pembedahan.

h)   Konstipasi berhubungan dengan efek pembedahan, perubahan diet, immobilisasi.i)     Kurang pengetahuan mengenai (diuraikan) berhubungan dengan kurang terpapar informai, tidak

mengenal sumber informasi.

c)    Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan pada klien dengan Apendiksitis menurut Merilyn. E. Doenges adalah sebagai berikut :

Diagnosa Keperawatan   :  Infeksi, Resiko tinggi terhadapHasil yang diharapkan     :  Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi / inflamasi, drainase purulen,

eritema, dan demam.No Intervensi Rasional

1

2

3

4

5

Awasi tanda vital,  Perhatikan demam,mengigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.

Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptik.

Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka / drein ( bila dimasukan ), Adanya eritema.

Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien / orang terdekat.

Ambil contoh drainase bila diindikasikan.

Dugaan adanya infeksi / terjadinya sepsis, abses, peritonitis.

Menurunkan resiko penyebaran bakteri.

Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi, dan / atau pengawasan penyembuhan yang telah ada sebelumnya.

Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan ansietas.

Kultur pewarnaan gram dan sensivitas berguna untuk mengidentifikasikan organisme penyebab dan pilihan terapi.

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

6

7

Berikan antibiotik sesuai indikasi.

Bantu irigasi dan drainase bila diindikasikan.

Mungkin diberikan secara prifilaktik atau menurunkan jumlah organisme untuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya pada rongga abdomen.

Dapat diperlukan untuk mengalirkan isi abses terlokalisir.

2.    Diagnosa Keperawatan   :  Nyeri akutHasil yang diharapkan    :  Melaporkan nyeri hilang / terkontrol.

No Intervensi Rasional

1

2

3

4

Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya ( skala 0 – 10 ).  Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.

Pertahankan istirahat dengan posisi semi – fowler.

Dorong ambulasi dini.

Berikan aktivitas hiburan.

Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan. Perubahan pada karakteristik nyeri menunjukkan terjadinya abses / peritonitis. Memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi.

Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang.

Meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh merangsang peristaltik dan kelancaran flatus, menurunkan ketidaknyamanan abdomen.

Fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping.

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

5 Pertahankan puasa / penghisapan NG pada awal.

Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltik usus dini dan iritasi gaster / muntah.

Diagnosa Keperawatan   :  Nutrisi, Perubahan Kurang dari Kebutuhan Tubuh, Resiko Tinggi TerhadapHasil yang diharapkan   :  Mempertahankan berat badan dan kesimbangan nitrogen positif.

No Intervensi Rasional

1

2

3

4

5

6

7

Awasi haluaran selang NG.Catat adanya muntah atau diare.

Auskultasi bising usus, catat bunyi tak ada / hiperaktif.

Ukur lingkaran abdomen

Timbang berat badan dengan teratur.

Kaji abdomen dengan sering untuk kembali ke bunyi yang lembut, penampilan bising usus normal, dan kelancaran flatus.

Awasi BUN, Protein, albumin, Glukosa, keseimbangan nitrogen sesuai indikasi.

Tambahkan diet sesuai

Jumlah besar dari aspirasi gaster dan muntah / diare diduga terjadi obstruksi usus, memerlukan evaluasi lanjut.

Meskipun bising usus sering tak ada, inflamasi / iritasi usus dapat menyertai hiperaktifitas usus, penurunan absorbsi air dan diare.

Memberikan bukti kuantitas perubahan distensi gaster / usus dan / atau akumulasi asites.

Kehilangan / peningkatan dini menunjukkan perubahan hidrasi tetapi kehilangan lanjut di duga ada devisit nutrisi.

Menunjukan kembalinya fungsi usus ke normal dan kemampuan untuk memulai masukan per oral.

Menunjukan fungsi organ dan status / kebutuhan nutrisi.

Kemajuan diet yang hati – hati

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

8

tolerans, contoh cairan jernih.

Berikan hiperalimentasi sesuai indikasi.

saat masukan nutrisi dimulai lagi menurunkan resiko iritasi gaster.

Meningkatakan penggunaan nutrien dan keseimbangan nitrogen positif pada pasien yang tak mampu mengasimilasi nutrien dengan normal.

d)   ImplementasiImplementasi adalah tahap keempat dalam proses keperawatan dimana rencana

keperawatan dilaksanakan (melaksanakan intervensi yang telah ditentukan sebelumnya)”(Marilyn.E.Doengoes , 1999: 105).

Pelaksanaan adalah inisiatif dan rencana tindakan untuk mencapai tujuan (Iyer et al, 1996) Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan yang disusun dan ditujukan kepada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor— faktor yang mempengaruhi klien. (Iyer et al, 1996).

Pelaksanaan keperawatan merupakan tindakan yang diberikan kepada klien meliputi pelaksanaan. perencanaan pelayanan keperawatan dan diskusi oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

e)    EvaluasiEvaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan dimana merupakan proses

yang kontinyu yang penting untuk menjamin kualitas dan ketepatan perawatan yang dilakukan dengan meninjau respon klien untuk menentukan keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien” (Marilyn.E.Doengoes 1999: 105).

Menurut Griffith dan Chirste, 1986, evaluasi sebagai suatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien dan mencapai suatu tujuan, maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan (Buku Proses-Proses Keperawatan, Nursalam, 1999).

BAB IIITINJAUAN KASUS

A.   PENGKAJIANTanggal masuk rumah sakit                      : 24 Mei 2011           Tanggal Pengkajian                                    : 30 Mei 2011           

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Nomor Register                                            : 33 51 89Ruangan                                                       : Bedah Pria ( kelas III )

                  : Abdominal Paint, Apendiksitis,   Post Ops Laparatomi

I. BIODATA     A. Identitas Klien.Nama                                  : Tn MUmur                                   : 36 tahunJenis Kelamin                   : Laki-lakiSuku                                   : Agama                                : PentekostaStatus Nikah                      : Belum menikahPekerjaan                           : SwastaPendidikan                                    : SMAAlamat                                : Sentani, Jl. Ifargunung

B. Identitas Penanggung. Nama                               : Tn. MUmur                                : 40 tahunJenis Kelamin                : Laki-LakiSuku                                : Agama                             : PentekostaStatus Nikah                   : Sudah menikahPekerjaan                        : SwastaPendidikan                     : SMAHub dengan klien          : Kakak KlienAlamat                             : Jl. Ifargunung

II. DATA BIOLOGIa.  Keluhan Utama Saat Dikaji

Sakit di seluruh bagian perut-          Provokative: Nyeri dirasakan saat batuk, duduk, berdiri, dan melakukan aktivitas-          Quality: Nyeri hilang timbul-          Region: Nyeri menyebar dari        daerah sayatan operasi ke semua kuadran abdomen-          Skala: Nyeri pada skala 4 (sedang)-          Time: 1- 2 menit-          Hal yang memperberat: Jika klien melakukan aktifitas yang berat.-          Hal yang memperingan: Jika klien istirahat.b.  Riwayat Keluhan Utama

Awalnya Klien merasa sakit pada daerah perut kanan bawah bekas operasi kemudian setelah 4 hari dirawat, jahitan terlepas dan dijahit ulang pada tanggal 29 mei 2011. Nyeri  menjalar ke seluruh

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

bagian abdomen atau kuadran, sakit yang di rasakan sangat berat sehingga sulit untuk melakukan aktifitas sendiri, sehingga kilen dibantu oleh keluarga, klien hanya bisa istirahat untuk mengurangi rasa sakit.

c.   Keluhan Yang MenyertaiBadan lemas, panas, sakit apabila balik ke sebalah kanan, sakit daerah operasi hilang timbul, dan rasa mual serta tidak enak makan.

d.  Riwayat Kesehatan Masa Lalu-          Klien pernah berobat ke Rumah Sakit ± 10 tahun yang lalu karena malaria, dan dirawat.-          Klien tidak pernah alergi obat – obatan.-          Klien tidak pernah menderita penyakit menular.

2.    Pemeriksaan Fisik-             Keadaan Umum            : Lemah-             Kesadaran                      : CM ( Compos Mentis ) E4, V5, M6-             Tanda – tanda vital

Tekanan Darah     : 120 / 90 MmHgNadi                         : 92 x / menitSuhu                       : 37 0 CRespirasi                : 24 x / menit

3.    Berat Badan  :  55 kg4.    Tinggi Badan            : 155 cm5.    Kepala

InspeksiKeadaan rambut dan Hygiene kepala

-              Warna rambut               : Hitam keriting-              Penyebaran                   : Merata-              Kebersihan rambut      : Kotor-              Mudah rontok                : Tidak

Palpasi-      Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan

6.    MukaInspeksi

-          Muka tampak simetris kanan dan kiri.-          Bentuk muka bulat.-          Muka pucat.-          Tidak ada pergerakan abnormal.-          Ekspresi wajah meringis kesakitan.-          Tidak ada odema pada wajah.

Palpasi

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

-          Tidak ada nyeri tekan pada bagian wajah.

7.    MataInspeksi

-          Mata simetris kanan dan kiri.-          Palpabrae tidak oedema.-          Scelera tidak ikterik.-          Conjuntiva anemis.-          Refleks pupil terhadap cahaya kanan ( + ) / Kiri ( + )-          Penglihatan tidak kabur.

Palpasi-          Tidak ada nyeri tekan pada bola mata.

8.    HidungInspeksi

-          Keadaan septum tepat berada ditengah.-          Tidak ada polip.-          Tidak terdapat secret atau cairan.-          Tidak ada radang.

9.    TelingaInspeksi

-          Bentuk simetris kanan dan kiri.-          Tidak ada seruman.-          Lubang telinga tampak bersih.-          Tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

Palpasi-          Tidak ada nyeri tekan pada daerah telinga.10. Mulut

Inspeksi-          Gigi  : Keadaan gigi lengkap, gigi tampak kotor, adanya karang gigi / keries, tidak menggunakan

gigi palsu.-          Gusi             : Tidak ada peradangan.-          Bibir : sianosis, bibir pucat, bibir kering dan pecah, mulut berbau.11. Leher

Inspeksi-          Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid-          Vena Jugularis tidak membesar

Palpasi-          Tidak ada kaku kuduk.

Page 19: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

-          Tidak ada pembesaran kelenjar limfe .

12. Thoraks dan pernapasanInspeksi

-          Bentuk dada simetris kanan dan kiri.-          Frekuensi pernafasan 24 x / menit.-          Irama pernapasan teratur.-          Sifat pernapasan dada perut.

Palpasi-          Tidak ada massa / nyeri.

Perkusi-          Suara paru sonor.

Auskultasi-          Suara napas vesikuler.-          Tidak ada suara tambahan weezhing / rongki.

13. JantungPalpasi

-          Ictus cordis tidak teraba.      Perkusi.

-       Batas atas jantung pada ICS 2-3.-       Batas kanan jantung pada linea sternalis kanan 1 jari lateral kanan.-       Batas kiri jantung pada medioclavikularis kiri.-       Tidak ditemukan adanya pembesaran jantung.

     Aukultasi.-   BJ I / Katup mitral  ICS 5 linea mideo clavicularis → terdengar tunggal.-   BJ I / Katup trikuspidalis ICS 4 linea sternalis kiri → terdengar tunggal.-   BJ II / Katup aorta ICS 2 linea sternalis kanan → terdengar tunggal.-   BJ II / Pulmonal ICS 2 linea sternalis kiri → terdengar tunggal.

14. AbdomenInspeksi

-          Perut terlihat membuncit.-          Klien memakai korset-          Adanya luka sayatan operasi laparatomi.-          Pada luka operasi masih terlihat benang operasi dan belum di lepas.-          Luka tampak masih basah dan kemerahan.

Palpasi-          adanya nyeri  operasi pada garis tengah  abdomen-          Hepar tidak teraba.

Page 20: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

-          Lien tidak teraba.Perkusi

-          Terdengar suara tympani.Auskultasi

-          Terdengar bising usus.-          Peristaltik usus ± 8 x / menit.

15. Genetalia dan anus-          Tidak dilakukan pemeriksaan.16. Ekstermitas

Ekstremitas atas-          Tangan simetris kanan dan kiri.-          Terpasang infus RL kosong 20 tetes / menit pada tangan kiri.-          Tidak terdapat pergerakan abnormal.-          Kekuatan tonus otot normal 5 / 5.

Ekstremitas bawah-          Kaki simetris kanan dan kiri.-          Tidak ada pergerakan abnormal.-          Tidak ada nyeri tekan.-          Kekuatan otot normal 5 / 5.

17. Pola Aktifitas Sehari - HariNo

Kegiatan Sebelum sakit Selama sakit

1. Nutrisi-    Pola makan

-    Jenis makanan-    Frekuensi

makan-    Nafsu makan

-    Makanan pantangan-    Jenis minum

Teratur

Nasi,sayur,lauk pauk

3 x sehari

Baik

Tidak ada

Air putih dan teh

Teratur

Bubur,sayur,lauk pauk

3 x sehari

Kurang hanya menghabiskan ± 4 –

5 sendok makanPedas – pedas

Air putih sedikit-sedikit

Page 21: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

-    Jumlah minum8 – 9  gelas

± 1.500 - 2000cc/hari

± 4 – 5 gelas / hariIVFD RL 20 tetes /

menit

2. Eliminasia.BAB-  Frekuensi-  Bau-  Warna-  Konsistensib. BAK-  Frekuensi-  Bau-  Warna-  Gangguan

1 x sehariKhas

KuningPadat

± 2 - 3 x sehariAmoniakKuning

Tidak ada

1 – 2 x sehariKhas

KuningLembek

± 3 – 4 x sehariAmoniak

Kuning tuaTidak ada

3. Istirahat Tidiur-    Tidur malam-    Tidur siang-    Keluhan tidur

21.00 - 06.30 wit13.00 - 17.00 wit

Tidak ada

20.00 - 06.00 wit12.00 - 14.00 wit

Tidak ada

4. Aktivitas - Latihan-    Berbaring-    Duduk-    Berdiri-    Berjalan-    Aktivitas rutin

Semua aktivitas dilakukan sendiri tanpa bantuan

SendiriSendiri

Dengan BantuanDengan BantuanDengan Bantuan

5. Hygiene-    Frekuensi mandi-    Gosok ggi-    Cuci rambut-    Ganti pakaian

2 x sehari

2 x sehari3 x seminggu

2 x sehari

Hanya di lap

Belum Sikat gigiBelum cuci rambut

1 x sehari

18. Pemeriksaan PenunjangNo

Nama Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Page 22: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

1 Pemeriksaan Labolatoriuma.    Tgl 24 Mei 2011        Hemoglobin        HCT        DDR        WBC        PLT

b.    Tanggal 25 Mei 2011        GDS        Ureum        Creatinine        Albumin        DDR        SGPT        SGOT

c.    Tanggal 26 Mei 2011        Hemoglobin        DDR        WBC        PLT

14,5 gram %42,5 %Negatif

14,6  103 mm3

54   103 mm3

90 mg/%132 mg/%2,46 mg/%3,11 g/dlNegatif12 u/l9 u/l

17,2 gr / %Negatif

9,46  103 mm3

49   103 mm3

11 – 15 gram / %35 – 47 %

Negatif4.0 – 10.0150 - 500

<20010 – 50 mg/%

0,5 – 1,54 – 6 g/dlNegatif46 u/l49 u/l

11 – 15 gram / %Negatif

4.0 – 10.0   103 mm3

150 – 500   103 mm3

19. Program Terapi MedisTgl 30 Mei 2011 ( Post Operatif )

-             Infus RL 20 tts / menit macro-             Bifotik 2 x 1 gr (IV)-            Metronidazole 3 x 500 mg ( Driip )-             Ranitidin 3 x 1 ampul ( IV )-             Ketorolak 3 x 1 ampul ( Driip )

III.       KEADAAN PSIKOLOGI SELAMA SAKITa.    Klien berharap semoga cepat sembuh.b.    Klien merasa bosan di Rumah Sakit.c.    Klien selalu bertanya tentang sakitnya.d.    Klien mengatakan takut apabila di operasi.e.    Klien merasa cemas dan takut dengan penyakinya sekarang ini.f.     Klien tampak gelisah.g.    Klien tampak cemas.

Page 23: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

h.    Klien tampak termenung diatas tempat tidur.i.      Klien sering bertanya tentang penyakitnya apakah bisa sembuh.j.      Selalu bertanya tentang pengobatan yang diberikan.

                     IV.      POLA INTERAKSI SOSIAL

a.    Orang terdekat klien adalah saudara.b.    Interaksi dengan keluarga cukup baik.c.    Klien jarang bergaul dengan pasien lainnya.d.    Interaksi dengan dokter dan perawat sangat baik.

V.       KEADAAN SPIRITUAL1.    Sebelum Sakit

1.1     Klien menganut agama Petekosta.1.2     Klien sering mengikuti kegiatan keagamaan baik di gereja maupun dirumah.

2.    Selama Sakit2.1     Setiap hari minggu klien mendapat kunjungan ibadah di dalam Ruangan Bedah Wanita oleh pendeta

yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Dok II Jayapura.2.2     Klien hanya dapat berdoa ditempat tidur.

B. KLASIFIKASI DATADATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

Klien mengatakan :        Sakit di seluruh bagian perut

  P: nyeri dirasakan saat batuk, duduk, berdiri, dan melakukan aktivitas

  Q: Nyeri sedang,  R: Nyeri menyebar dari daerah

sayatan operasi ke semua kuadran abdomen

  S: Nyeri pada skala 4  T: Nyeri hilang timbul 1- 2 menit  Hal yang memperberat: Jika klien

melakukan aktifitas yang berat.  Hal yang memp eringan:Jika klien

istirahat.        Sakit daerah operasi hilang

timbul        Rasa mual        Tidak enak makan.        Badan lemas

Klien tampak :        KU   : Lemah        Kesadaran : CM        Conjungtiva : anemis        TTV

TD         :  120 / 90 MmHgN           :  92 x / menitS           :  37 0 CR           :  24 x / menit

        Ekspresi wajah meringis kesakitan        Muka pucat        Gelisah        Cemas        Termenung di atas tempat tidur        Berat Badan      :  53 kg        Tinggi Badan     : 150 cm        Adanya luka sayatan operasi        Kadang terbangun karena sakit pada daerah

operasi        Adanya nyeri  operasi pada garis

Page 24: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

        Sakit pada daerah perut kanan bawah bekas operasi

        Sakit yang di rasakan sangat berat sehingga sulit untuk melakukan aktifitas sendiri, sehingga kilen dibantu oleh keluarga

        Klien hanya bisa istirahat untuk mengurangi rasa sakit

        sakit apabila balik ke sebelah kanan

        Berharap semoga cepat sembuh        Merasa bosan di Rumah Sakit        Klien selalu bertanya tentang

sakitnya        Takut apabila di operasi        Merasa cemas dan takut dengan

penyakitnya sekarang ini        Klien sering bertanya tentang

penyakitnya apakah bisa sembuh        Selalu bertanya tentang

pengobatan yang diberikan

tengah abdomen menyebar di seluruh kuadran        Pada luka operasi masih terlihat benang

operasi dan belum di lepas.        Luka tampak masih basah dan kemerahan.        Bibir pucat        Bibir kering dan pecah        Mulut berbau        Nafsu makan kurang hanya menghabiskan

±   4 – 5 sendok        Jumlah minum ± 4 – 5 gelas / hari        Program Terapi Medis

Tgl 30 Mei 2011 ( Post Operatif )               Infus RL 20 tts / menit macro               Bifotik 2 x 1 gr (IV)               Metronidazole 3 x 500 mg ( Driip )               Ranitidin 3 x 1 ampul ( IV )               Ketorolak 3 x 1 ampul ( Driip )

Page 25: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. K dengan Post AppendiktomyBAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangUsus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kuadran kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya.

Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi. Walaupun apendisitis dapat terjadi pada setiap usia, namun paling sering terjadi pada remaja dan dewasa muda (Price, Sylvia Anderson, 2006).

Apendisitis akut adalah akut abdomen yang memerlukan pembedahan segera. Menurut data yang diperoleh dari Ruang Cendana I Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Jakarta diperoleh data bahwa dari bulan Agustus 2009 sampai dengan Januari 2010, menunjukkan jumlah pasien yang dirawat 429 kasus. 86 diantaranya adalah kasus apendiksitis. Dari perbandingan diatas terdapat 20,05 % kasus apendiks yang ada di ruang Cendana I dan menempati urutan kelima setelah DHF.

Peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks) ini, apabila hal ini tidak mendapatkan tindakan, dapat mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah dan terjadi perforasi atau menginfeksi organ abdomen lainnya (peritonitis) yang dapat menyebabkan kematian akibat syok sepsis.

Peran perawat dalam memberi askep pada klien post appendictomy yaitu melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif meliputi pemberian pendidikan kesehatan tentang penyakit apendisitis, upaya preventif yaitu mencegah infeksi pada luka post op dengan cara perawatan luka dengan teknik aseptik dan antiseptik, upaya kuratif meliputi pemberian pengobatan dan menganjurkan klien untuk mematuhi terapi, serta upaya rehabilitatif meliputi perawatan luka di rumah dan menganjurkan klien meneruskan terapi yang telah diberikan.

teknik aseptik dan antiseptik, upaya kuratif meliputi pemberian pengobatan dan menganjurkan klien untuk mematuhi terapi, serta upaya rehabilitatif meliputi perawatan luka di rumah dan menganjurkan klien meneruskan terapi yang telah diberikan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan post appendiktomi dengan pendekatan proses keperawatan?

Page 26: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan UmumUntuk mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan klien Post Appendiktomi.

2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada klien Post Appendiktomi.b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien Post Appendiktomi.c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien Post Appendiktomi.d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Post Appendiktomi.e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien Post Appendiktomi.f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktek.g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta mencari solusi/ alternatif pemecahan masalah.h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi.

C. Metode PenulisanDalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode :1. Deskriptif a. Studi kasus, yang meliputi observasi, partsipasi dengan cara melakukan pengamatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien dengan cara wawancara dengan keluarga, melihat catatan medis, melihat catatan keperawatan dan informasi dari rekan satu profesi maupun dari tim lain.b. Studi dokumentasi yaitu menggunakan format pengkajian untuk melakukan pemeriksaan.2. Studi literatur yaitu dengan membaca dan mempelajari buku kepustakaan yang berkaitan dengan Post Appendiktomi untuk mendapatkan dasar-dasar ilmiah yang berhubungan dengan isi makalah ini.

D. Ruang LingkupDalam penulisan makalah ini, penulis membatasi pada Asuhan Keperawatan pada klien Ny. K dengan Post Appendiktomi di Ruang Cendana I Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Jakarta, yang dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 14 Juli 2010 sampai 16 Juli 2010.

E. Sistematika PenulisanSistematika penulisan makalah ini disusun menjadi lima bab yang terdiri dari: Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang , tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Teori, terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi, proses penyakit manifestasi klinik, komplikasi, penatalaksaan medis, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan. Bab III Tinjauan Kasus, terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Bab IV Pembahasan, terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Bab V Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB IITINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Page 27: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Apendiks adalah ujung seperti jari-jari kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci) melekat pada sekum tepat dibawah katup eleosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (apendisitis). (Brunner and suddarth, 2002).

Appendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada bayi, appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit ke arah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insiden appendisitis pada usia tersebut. (Arif Muttaqin, Kumala Sari, 2009)

Apendisitis merupakan inflamasi apendiks, suatu bagian seperti kantung yang non fungsional dan terletak di bagian inferior sekum. Penyebab paling umum dari apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses, yang akhirnya merusak suplai darah dan merobek mukosa yang menyebabkan inflamasi. Komplikasi utama berhubungan dengan apendisitis adalah peritonitis, yang dapat terjadi bila apendiks ruptur (Ester, Monica, 2002).

Appendectomy adalah pengangkatan apendiks terinflamasi dapat dilakukan oleh pasien rawat jalan dengan menggunakan pendekatan endoskopi, namun karena adanya perlengketan multipel, posisi retriperitoneal dari apendiks, atau robek perlu dilakukan prosedur pembukaan (tradisional) (Marilynn E Doenges, 2002).

B. EtiologiApendisitis merupakan infeksi bakteri. Faktor pencetusnya yaitu sumbatan pada lumen disebabkan oleh fekalit, hipertrofi limfoid, barium kering, biji atau cacing usus. Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. Histolytica. (Syamsuhidayat, et.al, 2002)

C. Patofisiologi1. Proses PenyakitObstruksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.

Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritonium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi.

Bila omentum usus yang berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak – anak karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih

Page 28: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis. (Syamsuhidayat, et.al, 2002)2. Manifestasi KlinisPada kasus apendisitis akut klasik, gejala awal adalah nyeri atau rasa tidak enak di sekitar umbilikus. Gejala ini umunya berlangsung lebih dari satu atau dua hari. Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah dengan disertai oleh anoreksia, mual, dan muntah. Dapat juga terjadi nyeri tekan di sekitar titik Mc Burney. Kemudian, dapat timbul spasme otot dan nyeri tekan lepas. Biasanya ditemukan demam ringan dan leukositosis sedang (Price, Sylvia Anderson, 2006).

Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah, dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas (hasil atau intensifikasi nyeri bila tekanan dilepaskan) mungkin dijumpai. Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnta infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks melingkar di belakang sekum, nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal. Nyeri pada defekasi menunjukkan ujung appendiks berada dekat rektum. Nyeri pada saat berkemih menunjukkan bahwa appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. 

Gambaran klinik apendisitis:a. Tanda awalNyeri mulai di episgastrium atau regiomilikus disertai mual dan anoreksia.b. Nyeri rangsang peritonium tidak langsung Nyeri rangsang peritonium tidak langsung meliputi nyeri kanan bawah pada tekanan kiri (Rovsing), nyeri tekanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg), nyeri tekanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam berjalan, batuk, atau mengedan. (Brunner dan Suddarth, 2002)

3. Komplikasi Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 10% sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Peforasi secara umum terjadi 24 jam setelah nyeri (gejala-gejalanya termasuk demam, penampilan toksik dan nyeri berlanjut). (Syamsuhidayat, et.al, 2002)

D. Penatalaksanaan MedisPembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan intravena diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgesik dapa diberikan setelah diagnosa ditegakkan.

Apendiktomi ( pembedahan untuk mengangkat apendiks ) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi,yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. (Syamsuhidayat, et.al, 2002)

E. Pengkajian KeperawatanPengkajian yang dapat dilakukan pada post appendictomi menurut Marilynn E. Doenges meliputi:1. Identitas Pasien

Page 29: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.2. Riwayat Keperawatana. Riwayat Kesehatan saat ini : keluhan nyeri pada luka post operasi apendiktomi, mual muntah, peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit.b. Riwayat Kesehatan masa lalu3. Pemeriksaan Fisika. Sistem kardiovaskulerUntuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung. Takikardi dapat ditemukan pada pasien yang dilakukan appendiktomi karena sirkulasi darah yang tidak teratur.b. Sistem hematologiUntuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan splenomegali.

c. Sistem gastrointestinalDistensi abdomen dan penurunan atau tidak adanya bising usus dapat terjadi pada pasien post appendiktomi karena pasien dalam efek anastesi sehingga aliran vena dan gerakan peristaltik usus menjadi menurun. Dehidrasi disebabkan karena pembatasan pemberian cairan dalam hal ini pasien dalam keadaan puasa, pasien mendapatkan cairan hanya melalui pemasangan infus. Mual dan muntah terjadi karena mucus yang diproduksi mukosa terus menerus dan meningkatkan tekanan gastrointesnital sehingga terjadi distensi abdomen yang menimbulkan rasa mual.d. Sistem urogenitalAda tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang.e. Sistem musculoskeletalUntuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak. Kelemahan pada saat beraktivitas dapat terjadi karena pasien dalam menjalankan operasi mendapatkan anastesi.f. Sistem PersyarafanNyeri pada luka insisi pembedahan.g. Sistem kekebalan tubuhUntuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening.4. Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan darah rutin, untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.b. Pemeriksaan foto abdomen, untuk mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan.

F. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon atual dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis klien masa lalu, dan konsultasi dengan professional lain.

Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien post appendictomi menurut Marilynn E. Doenges adalah sebagai berikut:1. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan insisi bedah, prosedur invasif.2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi (contoh puasa).3. Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi bedah.

Page 30: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

G. Perencanaan KeperawatanDiagnosa 1Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan insisi bedah, prosedur invasif.Tujua : Infeksi tidak terjadiKriteria hasil : Meningkatkan penyembuhan luka, bebas infeksi/ inflamasi (Rubor, Kalor, Dolor, Tumor, Fungsiolesa), drainase purulen dan demam.Rencana Tindakan a. Observasi tanda-tanda vitalRasional : Untuk mengetahui adanya tanda infeksi seperti peningkatan suhu.b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik dan antiseptik.Rasional : Menurunkan resiko penyebaran bakteri.c. Kaji keadaan luka dan tanda-tanda infeksiRasional : Untuk memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi.d. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasiRasional : Mencegah atau menurunkan jumlah organisme yang dapat menyebabkan infeksi.

Diagnosa 2Resiko tinggi terjadinya kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi (contoh puasa)Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairanKriteria hasil : Kelembaban membran mukosa, turgor kulit dan pengisian kapiler, baik, tanda-tanda vital stabil dan secara individual haluaran urine adekuat.Rencana tindakana. Observasi tanda-tanda vitalRasional : Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktasi volume intravaskuler.b. Lihat membran mukosa, kaji turgor kulit dan pengisian kapilerRasional : Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler.c. Awasi pengeluaran dan pemasukan, catat warna dan konsistensi urineRasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi/ kebutuhan peningkatan cairan.d. Auskultasi bising ususRasional : Indikator kembalinya peristaltik, kesiapan untuk pemasukan peroral.e. Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena dan elektrolitRasional : Peritonium bereaksi terhadap iritasi/ infeksi dengan menghasilkan sejumlah besar cairan yang dapat menurunkan volume sirkulasi darah mengakibatkan hipovolemia. Dehidrasi dan dapat terjadi keseimbangan elektrolit.

Diagnosa 3 Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi beda.Tujuan : Nyeri berkurang/ hilangKriteria hasil : Nyeri hilang/ terkontrol, pasien tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat.Rencana tindakana. Observasi tanda-tanda vitalRasional : Untuk mengetahui keadaan klien, adanya takikardi, sesak nafas atau hipertensi.b. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10)Rasional : Berguna untuk keefektifan obat dan kemajuan penyembuhan

Page 31: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

c. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalamRasional : Oksigen yang masuk dengan konsentrasi tinggi dapat beredar ke pembuluh darah sehingga merelaksasi daerah yang nyeri.d. Berikan posisi yang nyamanRasional : Agar klien merasa nyaman dan nyeri berkurang.e. Lakukan perawatan luka setiap hari dengan teknik aseptik dan antiseptikRasional : Bila luka bersih akan mempercepat penyatuan jaringan yang terputus sehingga menurangi rasa nyeri.f. Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai dengan indikasiRasional : Untuk mengurangi rasa nyeri.

Diagnosa 4Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) berhubungan dengan kurangnya informasi.Tujuan : Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit, pengobatan dan potensi komplikasiKriteria hasil : Berpartisipasi dalam pengobatanRencana tindakan a. Kaji pengetahuan klien tentang perawatan luka post operasi.Rasional: untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien.b. Beri penkes tentang cara perawatan luka post operasiRasional: agar klien mengerti tentang cara perawatan luka yang benar.c. Evaluasi pemahaman klien tentang materi yang diberikanRasional: melihat sejauh mana klien memahami informasi yang telah diberikan.

H. Pelaksanaan Keperawatan Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan, dimana rencana perawatan dilaksanakan pada tahap ini perawat siap untuk menjelaskan dan melaksanakan intervensi dan aktifitas yang telah dicatat dalam rencana keperawatan klien, agar implementasi perencanaan ini tepat waktu dan efektif terhadap biaya, perlu mengidentifikasi prioritas perawatan klien. Kemudian bila telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi dan mendokumentasikannya informasi ini kepada penyediaan perawatan kesehatan keluarga. ( Doenges, 2002; hal. 105 )

Pelaksanaan keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Prinsip dalam memberikan tindakan kepeerawatan menggunakan komunikasi terapeutik serta penjelasan setiap tindakan yang diberikan pada pasien. Pendekatan yang digunakan adalah independen, dependen dan interdependen.1. Secara mandiri (independen)Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi masalahnya atau menanggapi rekasi karena adanya stressor (penyakit), misalnya :a. Membantu klien dalam melakukan kegiatan sehari-hari.b. Melakukan perawatan kulit untuk mencegah dekubitus.c. Memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara wajar.d. Menciptakan lingkungan terapeutik.2. Saling ketergantungan /kolaborasi (interdependen)Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesame tim perawatan atau kesehatan lainnya seperti dokter, fisioterapi, analisis kesehatan, dll.3. Rujukan / ketergantunganAdalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain diantaranya dokter,

Page 32: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

psikologis, psikiater, ahli gizi, fisioterapi, dsb. Pada penatalaksanaannya tindakan keperawatan dilakukan secara :a. Langsung : ditangani sendiri oleh perawatb. Delegasi : diserahkan kepada orang lain/perawat lain yang dapat dipercaya.Apabila tujuan, hasil dan intervensi telah diidentifikasi, perawat siap untuk melakukan aktivitas pencatatan pada rencana perawatan klien. Dalam mengaplikasikan rencana kedalam tindakan dan penggunaan biaya secara efektif serta pemberian perawatan tersebut. Dalam menentukan prioritas saat ini, perawat meninjau ulang sumber – sumber sambil berkonsultasi dan mempertimbangkan keinginan klien. (Doengoes E. Marillyn, “Rencana Askep”, hal. 21)

I. Evaluasi KeperawatanMeskipun proses keperawatan mempunyai tahap-tahap, namun evaluasi berlangsung terus menerus sepanjang pelaksanaan proses keperawatan. Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Langkah dari evaluasi proses keperawatan adalah mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Perawat mengevaluasi apakah perilaku atau respon klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan atau pemeliharaan status yang sehat. Selama evaluasi, perawat memutuskan apakah langkah proses keperawatan sebelumnya telah efektif dengan menelaah respon klien dan membandingkannya dengan perilaku yang disebutkan dalam hasil yang diharapkan. 

Sejalan dengan yang telah dievaluasi pada tujuan, penyesuaian terhadap rencana asuhan dibuat sesuai dengan keperluan. Jika tujuan terpenuhi dengan baik, perawat menghentikan rencana asuhan tersebut dan mendokumentasikan analisa masalah teratasi. Tujuan yang tidak terpenuhi dan tujuan yang sebagian terpenuhi mengharuskan perawat untuk melanjutkan rencana atau memodifikasi rencana asuhan keperawatan.

Tujuan dari evaluasi antara lain:1. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.2. Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang telah diberikan.3. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.4. Mendapatkan umpan balik.5. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.Perawat menggunakan berbagai kemampuan dalam memutuskan efektif atau tidaknya pelayanan keperawatan yang diberikan. Untuk memutuskan hal tersebut dalam melakukan evaluasi seorang perawat harus mempunyai pengetahuan tentang standar pelayanan, respon klien yang normal, dan konsep model teori keperawatan.Dalam melakukan proses evaluasi, ada beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat, antara lain: mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan, mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan, mengukur pencapaian tujuan, mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian

Page 33: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

tujuan, dan melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila perlu. Evaluasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:1. Evaluasi struktur. Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, rasio perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang diinginkan.2. Evaluasi proses. Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan teknikal perawat.3. Evaluasi hasil. Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons perilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:1. Masalah teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.2. Masalah sebagian teratasi;jika klien menunjukkan perubahan sebahagian dari kriteria hasil yang telah ditetapkan.3. Masalah tidak teratasi; jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah/diagnosa keperawatan baru.Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Subjektif adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan diberikan. Objektif adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan. Analisis adalah membandingkan antara informasi subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi. Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa.Adapun evaluasi keperawatan yang dapat dicapai pada klien post appendiktomi adalah :1. Tidak terjadi infeksi dan menunjukkan proses penyembuhan luka yang optimal.2. Mempertahankan keseimbangan cairan.3. Nyeri dapat berkurang/hilang.4. Menyatakan pemahaman, proses penyakit, pengobatan, dan potensi komplikasi.BAB IIITINJAUAN KASUS

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang Asuhan Keperawatan pada klien Ny. K dengan diagnosa Post Appendiktomi di Ruang Cendana I Rumah Sakit Pusat Kepolisian Raden Said Sukanto. Saat pengambilan kasus ini klien sedang dalam keadaan Post operasi hari pertama dan studi kasus ini diambil 3 hari mulai dari tanggal 14 Juli 2010 sampai dengan tanggal 16 Juli 2010.

Berikut adalah asuhan keperawatan yang penulis lakukan sesuai dengan tahap-tahap proses keperawatan yang meliputi tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencaaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan

Page 34: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data klien. Dalam pengkajian penulis mendapatkan data dari klien, perawat ruangan, catatan medis, dan tim medis lainnya dengan melakukan wawancara dan observasi kesehatan. Adapun hal dari pengkajian adalah sebagai berikut :1. Identitas KlienKlien adalah seorang wanita berinisial Ny. K berusia 67 tahun, status perkawinan adalah menikah, berasal dari suku Jawa dengan alamat Komplek ex yon angkub Rt 12 Rw 02 Kramat Jati Jakarta Timur. Klien beragama islam. Klien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Klien di rawat di Rumah Sakit Pusat Kepolisian Raden Said Sukanto Jakarta di Ruang Cendana I pada tanggal 10 Juli 2010 dengan nomor register 53 06 79 dan diagnosa medis Appendisitis.

2. ResumeKlien tiba di ruang Cendana I Rumah Sakit Pusat Kepolisian Raden Said Sukanto Jakarta pada tanggal 10 Juli 2010 pukul 09.42 WIB. Klien merupakan seorang wanita berinisial Ny. K berusia 67 tahun dengan diagnosa medis pre appendiktomy.

Klien mengatakan nyeri pada perut kanan bawah sejak 4 hari yang lalu. Nyeri yang dirasakan klien adalah hilang timbul. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. Observasi tanda-tanda vital tekanan darah 140/90 mmHg nadi 76 x/menit pernafasan 20 x/menit suhu 36⁰C.

Klien direncanakan untuk operasi pada tanggal 14 Juli 2010. Persiapan yang dilakukan sebelum operasi adalah : melakukan pemeriksaan laboratorium hematologi dan pemeriksaan rongent foto thorax, mencukur bulu kemaluan/pubis, inform concent, mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi, serta puasa sampai selesai dilakukan tindakan operasi dan bising usus positif.

Masalah keperawatan yang timbul adalah gangguan rasa nyaman nyeri, cemas, dan kurang pengetahuan. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah melakukan observasi tanda-tanda vital, mengajarka teknik distraksi dan relaksasi, melakukan pemeriksaan laboratorium, dan melakukan kolaborasi dalam pemberian obat-obatan dan penatalaksanaan tindakan operatif. Evaluasi secara umum dilakukan adalah masalah keperawatan pre appendiktomi teratasi. Rencana selanjutnya adalah tindakan keperawatan post appendiktomi di lanjutkan di ruangan Cendana I. 

3. Riwayat Keperawatana. Riwayat kesehatan sekarangKeluhan utama : Klien mengeluh nyeri pada luka post appendiktomy, kualitas nyeri seperti berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien beristirahat, klien mengeluh kakinya tidak dapat digerakkan, klien mengatakan belum makan atau minum.b. Riwayat kesehatan masa laluKlien mengatakan sebelumnya tidak pernah di rawat di rumah sakit, klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat, makanan, binatang, maupun lingkungan. Klien tidak mempunyai riwayat pemakaian obat.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Page 35: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Keterangan := meninggal= perempuan= laki-laki= klien= hubungan pernikahan= hubungan persaudaraanDari genogram dan riwayat kesehatan keluarga dapat disimpulkan bahwa klien tidak mempunyai riwayat penyakit yang dapat menjadi faktor resiko terjadinya appendiksitis.d. Riwayat psikososial dan spiritualKlien mengatakan orang paling dekat dengan dirinya selama di rumah sakit adalah anak-anaknya, interaksi dalam keluarga baik, pola komunikasi klien dalam keluarga baik, pembuat keputusan adalah dirinya sendiri, kegiatan kemasyarakatan yang diikuti adalah mengaji.

Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah keluarga menjadi khawatir terhadap kondisi klien, masalah yang mempengaruhi klien saat ini adalah aktivitas klien terbatas. Hal yang sangat dipikirkan saat ini adalah klien ingin cepat sembuh dari sakitnya. Harapan setelah menjalani perawatan adalah klien dapat melakukan aktivitas seperti semula. Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit adalah klien mengalami keterbatasan dalam beraktivitas. Klien tidak mempunyai nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan, saat ini aktivitas keagamaan yang dilakukan adalah berdoa. Kondisi lingkungan rumah baik, ventilasi baik, tidak berada di daerah industri (pabrik) dan tidak di pinggir jalan raya. dan tidak mempengaruhi kesehatan saat ini.

e. Pola kebiasaan sehari-hari sebelum sakit1) Pola nutrisiKlien tidak ada masalah dengan pola makan. Frekunsi makan 3x/hari, nafsu makan baik, jumlah yang dihabiskan adalah 1 porsi, tidak ada makanan yang membuat alergi atau makanan yang tidak di sukai serta tidak ada makanan pantangan, diit makan di rumah yaitu makan biasa. Tidak ada penggunaan obat-obatan sebelum makan, dan tidak ada penggunaan alat bantu NGT.

2) Pola eliminasiKlien buang air kecil (BAK) sebanyak 6-7 x/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan saat BAK, tidak ada penggunaan alat bantu kateter. Klien buang air besar (BAB) 1 x/hari dengan waktu yg tidak tentu, berwarna kuning kecokelatan, bau khas feses, konsistensi padat, klien tidak pernah menggunaan obat-obatan laksatif.

3) Pola personal hygieneKlien mandi 2 x/hari dengan menggunakan sabun mandi pada waktu pagi dan sore hari, oral hygiene (sikat gigi) 2x/hari dengan menggunakan pasta gigi pada waktu pagi dan sore hari, mencuci rambut 3x/minggu dengan menggunakan shampoo.

4) Pola istirahat dan tidurKlien tidur siang + 2 jam / hari, tidur malam + 7 jam / hari, klien biasa berdoa sebelum tidur.

Page 36: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

5) Pola aktivitas dan latihanKlien bekerja dari pagi sampai sore, klien tidak pernah berolahraga dan tidak ada keluhan dalam beraktivitas.

6) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatanKlien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan merokok dan minum - minuman keras / NAPZA.

f. Pola kebiasaan di rumah sakit1) Pola nutrisiPada saat pengkajian klien masih dalam keadaan puasa sampai bising usus positif. Diit makan yang diberikan adalah bertahap sampai bising usus positif. Tidak ada keluhan mual ataupun muntah, tidak ada penggunaan obat-obatan sebelum makan dan tidak ada penggunaan NGT.

2) Pola eliminasiKlien buang air kecil (BAK) sebanyak 6-7 x/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan saat BAK, tidak ada penggunaan alat bantu kateter. Klien mengatakan belum BAB +1 hari setelah operasi.

3) Pola personal higieneKlien mandi 1x/hari pada pagi hari, oral hygine dilakukan pada pagi hari.

4) Pola istirahat dan tidurKlien tidur + 10 jam /hari, tidur siang 3 jam /hari, tidur malam 7 jam /hari, klien mempunyai kebiasaan berdoa sebelum tidur.

5) Pola aktivitas dan latihanKlien tidak dapat beraktivitas secara mandiri, aktivitas klien di bantu oleh keluarga. Klien mengatakan nyeri pada luka post op jika melakukan pergerakan. Klien juga mengatakan kakinya tidak dapat digerakkan.

4. Pengkajian Fisika. Pemeriksaan fisik umumBerat badan sebelum sakit 60 kg, berat badan setelah sakit 60 kg, tinggi badan 155 cm, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80x /menit, frekuensi nafas 20x /menit, suhu tubuh 360C

b. Sistem PenglihatanSisi mata tampak simetris baik kiri maupun kanan, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal, konjungtiva merah muda, kornea normal tidak keruh/berkabut dan tidak terdapat perdarahan, sklera anikterik, pupil isokor, otot-otot mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan baik, tidak terdapat tanda-tanda radang, klien menggunakan kacamata, tidak memakai lensa kontak, reaksi terhadap cahaya baik.

c. Sistem PendengaranDaun telinga normal, kondisi telinga tengah normal, tidak terlihat adanya cairan yang keluar dari telinga dan tidak ada perasaan penuh pada telinga, klien tidak mengalami tinnitus, fungsi pendengaran baik, klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

d. Sistem WicaraKlien tidak mengalami gangguan wicara, klien dapat mengucapkan kata-kata dengan

Page 37: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

jelas.

e. Sistem PernapasanPada jalan napas bersih, tidak ada sesak dan klien tidak menggunakan alat bantu pernapasan, frekuensi nafas 20x /menit, irama nafas teratur, jenis pernafasan spontan, klien tidak batuk dan tidak terdapat sputum, suara nafas normal/vesikuler, dan tidak ada nyeri saat bernafas.

f. Sistem KardiovaskulerNadi 80x /menit, irama teratur dengan denyut kuat, tekanan darah 130/90 mmHg, tidak terjadi distensi vena jugularis baik kanan maupun kiri, temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan, pengisian kapiler 2 detik, tidak terdapat edema, kecepatan denyut apical 84 x/menit, irama teratur, tidak terdengar adanya kelainan pada bunyi jantung dan tidak sakit dada.

g. Sistem HematologiKlien tidak terlihat pucat dan tidak ada perdarahan.

h. Sistem Saraf PusatKlien mengatakan tidak pusing, tingkat kesadaran composmentis, GCS E4 M6 V5, tidak terjadi tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (seperti muntah proyektil, nyeri kepala hebat, papil edema), klien tidak mengalami gangguan sistem persarafan.

i. Sistem PencernaanKlien tidak menggunakan gigi palsu, tidak terdapat carries, tidak tampak stomatitis, lidah tidak kotor, salifa normal, klien mengatakan tidak nyeri perut, bising usus belum ada karena masih dalam pengaruh anastesi, klien tidak megalami diare dan konstipasi, tidak teraba pembesaran hepar, dan abdomen tidak kembung.

j. Sistem EndokrinTidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak terdapat luka ganggren.

k. Sistem UrogenitalIntake 1890 cc, output 1700 cc dan balance cairan 190 cc, tidak ada perubahan pola kemih, BAK warna kuning jernih, tidak terdapat distensi kandung kemih, dan tidak ada keluhan sakit pinggang.l. Sistem IntegumenTurgor kulit baik, temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan, keadaan kulit baik, terdapat insisi operasi lokasi di perut kanan bawah dengan panjang luka ± 5 cm, kondisi luka tertutup kassa steril. Tidak ada perdarahan pada luka dan tidak ada pembengkakan. Tidak ada kelainan kulit, klien terpasang infus IVFD RL 20 tetes/menit kondisi baik, tetesan lancar, tidak ada tanda-tanda infeksi, keadaan rambut : tekstur rambut baik dan bersih.

m. Sistem MusculoskeletalKlien mengalami kesulitan dalam pergerakan karena jika melakukan pergerakan akan terasa nyeri pada luka post appendiktomi, tidak terdapat fraktur, tidak ada kelainan struktur tulang belakang. Kekuatan otot tidak di kaji dikarenakan untuk menghindari terjadinya injuri (klien post appendiktomi hari ke 1).

5. Data tambahan (pemahaman tentang penyakit)

Page 38: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Klien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya yaitu klien dapat menyebutkan penyebab, tanda dan gejala yang timbul, persiapan yang harus dilakukan sebelum operasi, dan alasan mengapa harus dilakukan tindakan pembedahan, tindakan yang dilakukan setelah post operasi (tidak boleh angkat kepala selama 24 jam, puasa sampai bising usus baik/ada, tidak beraktivitas sampai kekuatan tonus otot baik)

6. Data penunjangData penunjang yang terdapat pada klien yaitu hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 14 Juli 2010 :Hemoglobin 11,3 gr/dl (L : 13-16 gr/dl, P : 12-14 gr/dl), Leukosit 4.000/ul (5000-10.000/ul), Hematokrit 35 % (L : 40-48 %, P : 37-43 %), Trombosit 194.000/ul (150.000-450.000/ul), GDS 94 mg/dl (<200 mg/dl)

7. PenatalaksanaanPenatalaksanaan medis yang terdapat pada klien yaitu : IVFD RL 20 tetes/menit, Injeksi Kedacillin 3 x 1gr/IV, Injeksi Lactor 3 x 30mg/IV, injeksi Transamin 3 x 1 amp/IV, injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV, Metronidazole drip 3 x 500mg, dan diit makan bertahap sampai bising usus positif dan normal.

8. Data FokusData fokus terdiri dari data subyektif dan data obyektif. Data fokus yang terdapat pada klien adalah sebagai berikut :a. Data SubyektifKlien mengeluh nyeri pada luka post appendiktomi, kualitas nyeri seperti berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien beristirahat, klien mengeluh kakinya tidak dapat digerakkan. Klien mengatakan belum makan dan minum.

b. Data ObyektifKeadaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis, hasil observasi tanda-tanda vital Td : 130/90 mmHg, Nd : 80 x/menit, Rr : 20 x/menit, Sh : 360C. Terlihat luka post op dengan panjang + 5 cm di perut kanan bawah, luka bersih tertutup kassa steril, tidak ada perdarahan, tidak ada pembengkakan. Skala nyeri 5. Intake 1890 cc, output 1700 cc, balance 180 cc. mukosa bibir lembab, turgor kulit baik. Bising usus lemah, 2x/menit. Mobilisasi bedrest dalam 24 jam. Klien terpasang infus IVFD RL 20 tetes/menit di tangan sebelah kiri sejak tanggal 10 Juli 2010, tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kalor, rubor, dolor, tumor, fungsiolesa. Makan atau minum bertahap sampai bising usus positif, rangsangan sensori (+), rangsangan motorik (-).

9. Analisa DataBerdasarkan data yang terkumpul pada tanggal 14 Juli 2010 maka penulis mengelompokkan analisa data sebagai berikut :No Data Masalah Etiologi1. Data Subyektifa. Klien mengeluh nyeri pada luka post appendiktomi, kualitas nyeri seperti berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien

Page 39: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien beristirahat.Data Obyektifa. keadaan umum sakit sedangb. kes composmentisc. observasi tanda-tanda vital Td : 130/90 mmHg, Nd : 80 x/menit, Rr : 20 x/menit, Sh : 360Cd. terlihat luka post op di perut kanan bawah dengan panjang + 5 cme. skala nyeri 5 Gangguan rasa nyaman nyeri Terputusnya kontinuitas jaringan2. Data Subyektif : ------Data Obyektif a. Tampak terpasang IVFD RL 20 tetes/menit di tangan sebelah kiri sejak tanggal 10 Juli 2010.b. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 14 Juli 2010 Leukosit 4.000/ul Resiko terjadinya infeksi Masuknya mikroorganisme pathogen akibat tindakan invasive (pemasangan infus)3 Data Subyektifa. Klien mengatakan belum makan dan minum.Data Obyektifa. Bising usus lemah, 2 x/menit.b. Diit makan dan minum bertahap sampai bising usus baik. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Pembatasan masukan oral4. Data Subyektifa. Klien mengatakan kakinya tidak dapat digerakanData Obyektifa. Mobilisasi bedrest dalam 24 jamb. Tampak aktivitas di bantu oleh keluargac. Rangsangan sensori (+), rangsangan motorik (-)d. Klien post appendiktomi hari ke 1. Intoleransi aktivitas Efek anestesi 

B. Diagnosa KeperawatanSetelah data terkumpul dan di analisa, maka dapat dirumuskan beberapa diagnosa keperawatan, adapun diagnosa keperawatan tersebut disusun berdasarkan hirarki maslows adalah sebagai berikut :1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan masunya mikroorganisme pathogen akibat tindakan invasive (pemasangan infus).3. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan masukan oral.4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anestesi.

C. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi KeperawatanDiagnosa 1Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan ditandai denganData Subyektif : Klien mengeluh nyeri pada luka post appendiktomi, kualitas nyeri seperti berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien beristirahat.Data Obyektif : Keadaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis, hasil observasi tanda-tanda vital Td : 130/90 mmHg, Nd : 80 x/menit, Rr : 20 x/menit, Sh : 360C. Terlihat luka post op di perut kanan bawah dengan panjang + 5 cm. Skala nyeri 5

Page 40: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan gangguan rasa nyaman nyeri teratasi/berkurang Kriteria hasil : Klien melaporkan rasa nyeri yang berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal (Td : 120/80 mmHg, Nd : 80-100 x/menit, Rr : 18-24 x/menit, Sh : 36-370C), tampak ekspresi wajah rileks, skala nyeri 0-1.Rencana tindakanMandiri Observasi tanda-tanda vital, kaji skala nyeri, kaji lokasi, durasi, kualitas, intensitas, dan karakteristik nyeri, anjurkan untuk melakukan teknik manajemen nyeri, anjurkan untuk mengalihkan perhatian nyeri dengan cara melakukan hal-hal yang menyenangkan (menonton tv, mendengarkan radio, membaca), observasi keadaan luka, lakukan perawatan luka teknik aseptic dan antiseptic.KolaborasiBeri terapi sesuai program (Injeksi Lactor 3 x 30mg/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00 WIB.

Pelaksanaan KeperawatanTanggal 14 Juli 2010Pukul 17.00 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Alif Disiska). Pukul 17.20 WIB mengkaji keluhan nyeri, hasil : klien mengeluh nyeri pada luka post appendiktomy, kualitas nyeri seperti berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien beristirahat. (Alif Disiska). Pukul 17.30 WIB menganjurkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri, hasil : klien mengerti dan akan melakukannya. (Alif Disiska). Pukul 18.00 WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Lactor 30 mg/IV, hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Alif Disiska).

Evaluasi KeperawatanTanggal 15 Juli 2010 Pukul 07.00 WIBEvaluasi keperawatan secara subyektif , klien mengatakan nyeri pada daerah post operasi, intensitas nyeri terus menerus, kualitas nyeri sedang, karakteristik nyeri berdenyut, klien mengatakan nyeri baru hilang jika klien beristirahat. Secara obyektif yaitu observasi tanda-tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. Skala nyeri 4. Tampak luka post appendiktomy di perut kanan bawah, kondisi luka tertutup kassa steril. Masalah keperawatan belum teratasi, tujuan keperawatan belum tercapai. Tindakan keperawatan dilanjutkan dengan rencana tindakan secara mandiri yaitu observasi tanda-tanda vital, kaji skala nyeri, kaji lokasi, durasi, intensitas, kualitas, dan karakteristik nyeri, anjurkan teknik manajemen nyeri, observasi keadaan luka, lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic dan atiseptik. Rencana tindakan kolaborasi beri obat sesuai program (Injeksi Lactor 3 x 30mg/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00 WIB.

Pelaksanaan KeperawatanTanggal 15 Juli 2010Pukul 02.00 WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Lactor 30mg/IV, hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Perawat dinas malam). Pukul 07.00 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas malam). Pukul 10.00 WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Lactor 30mg/IV, hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Alif Disiska). Pukul 12.00 WIB melakukan

Page 41: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Alif Disiska). Pukul 17.00 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 78 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas sore). Pukul 18.00 WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Lactor 30mg/IV, hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Perawat dinas sore).

Evaluasi KeperawatanTanggal 16 Juli 2010 Pukul 07.00 WIBEvaluasi keperawatan secara subyektif , klien mengatakan nyeri pada daerah post operasi, intensitas nyeri terus menerus, kualitas nyeri sedang, karakteristik nyeri berdenyut, klien mengatakan nyeri baru hilang jika klien beristirahat dan jika diberi obat analgetik. Secara obyektif, observasi tanda-tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C, skala nyeri 3, tampak luka post appendiktomi di perut kanan bawah, kondisi luka tertutup kassa steril. Masalah keperawatan belum teratasi, tujuan keperawatan belum tercapai. Tindakan keperawatan dilanjutkan dengan rencana tindakan mandiri observasi tanda-tanda vital, kaji skala nyeri, kaji lokasi, durasi, intensitas, kualitas, dan karakteristik nyeri, observasi keadaan luka, lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik dan antiseptik, serta rencana tindakan kolaborasi beri obat sesuai program (Injeksi Lactor 3 x 30mg/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00 WIB.

Pelaksanaan KeperawatanTanggal 16 Juni 2010Pukul 02.00 WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Lactor 30mg/IV, hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Perawat dinas malam). Pukul 07.00 melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas malam). Pukul 09.00 WIB melakukan perawatan luka post op dan mengobservasi keadaan luka, hasil : klien merasa nyaman dan keadaan luka baik. (Alif Disiska). Pukul 10.00 WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Lactor 30mg/IV, hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Alif Disiska). Pukul 12.00 melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Alif Disiska). Pukul 13.00 WIB mengkaji keluhan nyeri, hasil : klien mengatakan nyeri pada luka post op sudah berkurang, skala nyeri 1. (Alif Disiska). Pukul 17.00 melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas sore). Pukul 18.00 WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Lactor 30mg/IV, hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Perawat dinas sore).

Evaluasi KeperawatanTanggal 17 Juli 2010Evaluasi keperawatan secara subyektif , klien mengatakan nyeri pada luka post op sudah berkurang. Secara obyektif , observasi tanda-tanda vital, hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 74 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C, skala nyeri 1. Masalah keperawatan teratasi, tujuan telah tercapai. Tindakan keperawatan dihentikan.

Diagnosa 2Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme pathogen akibat tindakan invasive (pemasangan infus) ditandai denganData Subyektif : ---Data Obyektif : Tampak terpasang IVFD RL 20 tetes/menit di tangan sebelah kiri sejak

Page 42: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

tanggal 10 Juli 2010, hasil pemeriksaan laboatorium tanggal 14 Juli 2010 Leukosit : 4.000/ul.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam diharapkan resiko terjadinya infeksi teratasi.Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor, dan fungsiolesa), tanda-tanda vital dalam batas normal (Td : 120/80 mmHg, Nd : 80-100 x/menit, Rr : 18-24 x/menit, Sh : 36-370C), hasil pemeriksaan laboratorium leukosit dalam batas normal ( 5.000-10.000/ul).Rencana tindakanMandiriObservasi tanda-tanda vital, kaji tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor, dan fungsiolesa), lakukan perawatan infus tiap hari, ganti lokasi penusukan infus tiap 3 x 24 jam.KolaborasiBeri terapi sesuai program (injeksi Kedacillin 3 x 1gr/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00 WIB.

Pelaksanaan KeperawatanTanggal 14 Juli 2010Pukul 17.00 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Alif Disiska). Pukul 18.00 WIB memberikan terapi parenteral injeksi Kedacillin 1gr/IV. Hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Alif Disiska). Pukul 19.00 WIB melakukan perawatan infus. Hasil : infus terpasang dengan baik, tetasan lancar, dan menetes sesuai program. (Alif Disiska). Pukul 19.10 WIB mengkaji tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor, dan fungsiolesa). Hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor, dan fungsiolesa). (Alif Disiska).

Evaluasi KeperawatanTangal 15 Juli 2010 Pukul 07.00 WIBEvaluasi keperawatan secara subyektif , tidak ada. Secara obyektif yaitu observasi tanda-tanda vital, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. Tampak terpasang infuse IVFD RL 20 tetes/menit di tangan sebelah kiri. Infus terpasang dengan baik, tetesan lancar, dan menetes sesuai program. tidak ada tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor, dan fungsiolesa). Masalah keperawatan belum teratasi, tujuan belum tercapai. Tindakan keperawatan dilanjutkan dengan rencana tindakan mandiri observasi tanda-tanda vital, kaji tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor, dan fungsiolesa), lakukan perawatan infus tiap hari, dan ganti lokasi penusukan infuse tiap 3 x 24 jam. Rencana tindakan kolaborasi, beri terapi sesuai program (injeksi Kedacillin 3 x 1gr/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00 WIB.

Pelaksanaan KeperawatanTanggal 15 Juli 2010Pukul 01.00 WIB melakukan perawatan infus : mengganti cairan infus IVFD RL 20 tetes/menit, hasil : tetesan infus lancar, menetes sesuai program 20 tetes/menit. (Perawat dinas malam). Pukul 02.00 WIB memberikan terapi parenteral injeksi Kedacillin 1gr/IV. Hasil : obat masuk sesuai dengan program melalui pembuluh darah vena. (Perawat dinas malam). Pukul 07.00 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas malam). Pukul 09.00 WIB melakukan perawatan infus : mengganti cairan infus IVFD RL 30 tetes/menit, hasil : tetesan infus lancar, menetes sesuai program. (Alif

Page 43: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Disiska). Pukul 10.00 WIB memberikan terapi parenteral injeksi Kedacillin 1gr/IV. Hasil : obat masuk sesuai dengan program melalui pembuluh darah vena. (Alif Disiska). Pukul 11.30 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Alif Disiska). Pukul 14.00 WIB melakukan perawatan infus. Hasil : infus terpasang dengan baik, tetesan lancar, dan menetes sesuai program. (Alif Disiska). Pukul 17.00 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas sore). Pukul 17.30 WIB melakukan perawatan infus : mengganti cairan infus IVFD RL 30 tetes/menit, hasil : tetesan infus lancar, menetes sesuai program. (Perawat dinas sore). Pukul 18.00 WIB memberikan terapi parenteral injeksi Kedacillin 1gr/IV. Hasil : obat masuk sesuai dengan program melalui pembuluh darah vena.(Perawat dinas sore). 

Evaluasi KeperawatanTangal 16 Juli 2010 Pukul 07.00 WIBEvaluasi secara subyektif, tidak ada. Secara obyektif , observasi tanda-tanda vital, hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C, Tampak terpasang infuse IVFD RL 20 tetes/menit di tangan sebelah kiri. Infuse terpasang dengan baik, tetesan lancar, dan menetes seuai program. tidak ada tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor, dan fungsiolesa). Masalah keperawatan belum teratasi, tujuan belum tercapai. Tindakan keperawatan dilanjutkan dengan rencana tindakan mandiri observasi tanda-tanda vital, kaji tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor, dan fungsiolesa), lakukan perawatan infuse tiap hari, ganti lokasi penusukan infuse tiap 3 x 24 jam. Rencana tindakan kolaborasi, beri terapi sesuai program (injeksi Kedacillin 3 x 1gr/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00 WIB.

Pelaksanaan KeperawatanTanggal 16 Juli 2010Pukul 02.00 WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Kedacillin 1gr/IV, hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena.(Peawat dinas malam). Pukul 07.00 melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas malam). Pukul 09.00 WIB melakukan perawatan infus : mengganti cairan infus IVFD RL 30 tetes/menit, hasil : tetesan infus lancar, menetes sesuai program. (Alif Disiska). Pukul 10.00 WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Kedacillin 1gr/IV, hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Alif Disiska). Pukul 11.30 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Alif Disiska). Pukul 13.00 WIB melakukan perawatan infuse. Hasil : infuse terpasang dengan baik, tetesan lancar, dan menetes sesuai program (20 tetes/menit). (Alif Disiska). Pukul 16.00 WIB melakukan perawatan infus : mengganti cairan infus IVFD RL 30 tetes/menit, hasil : tetesan infus lancar, menetes sesuai program. (Perawat dinas sore). Pukul 17.00 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas sore). Pukul 18.00 WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Kedacillin 1gr/IV, hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Perawat dinas sore).

Evaluasi KeperawatanTanggal 17 Juli 2010 Pukul 07.00 WIBEvaluasi keperawatan secara subyektif, tidak ada. Secara obyektif , observasi tanda-tanda vital, hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 74 x/menit, pernafasan 20 x/menit,

Page 44: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

suhu 36⁰C, tampak terpasang infuse IVFD RL 20 tetes/menit di tangan sebelah kiri, tetesan lancar, dan menetes seuai program. Masalah keperawatan belum teratasi, tujuan belum tercapai. Tindakan keperawatan dilanjutkan dengan rencana tindakan mandiri observasi tanda-tanda vital, kaji tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor, dan fungsiolesa), lakukan perawatan infuse tiap hari, ganti lokasi penusukan infuse tiap 3 x 24 jam. Rencana tindakan kolaborasi, beri terapi sesuai program (injeksi Kedacillin 3 x 1gr/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00 WIB.

Diagnosa 3Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan masukan oral ditandai dengan :Data Subyektif : Klien mengatakan belum makan dan minum.Data Obyektif : Bising usus lemah, 2x/menit, diit makan dan minum bertahap sampai bising usus baik.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi.Kriteria Hasil : Klien dapat makan dan minum sesuai dengan kebutuhan, bising usus baik 6-12x.menit.Rencana TindakanMandiriKaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien, perkirakan / hitung pemasukan kalori, anjurkan kebersihan oral sebelum makan, tawarkan minum saat makan bila toleran, libatkan pasien dalam perencanaan, beri makanan yang bervariasi, auskultasi bising usus.KolaborasiBeri diit sesuai program {makan bertahap mulai dari makan cair, makan lunak(bubur saring dan bubur kasar), makan biasa} dan beri terapi sesuai program (Injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00 WIB

Pelaksanaan KeperawatanTanggal 14 Juli 2010Pukul 18.00 WIB memberikan terapi parenteral (injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV). Hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena.(Alif Disika). Pukul 19.00 WIB melakukan auskultasi bising usus. Hasil : bising usus lemah, 2 x/menit. (Alif Disiska)

Evaluasi KeperawatanTanggal 15 Juli 2010 Pukul 07.00 WIBEvaluasi keperawatan secara subyektif yaitu klien mengatakan sudah minum sedikit. Secara obyektif bising usus lemah, 3 x/menit. Masalah keperawatan belum teratasi, tujuan keperawatan belum tercapai. Tindakan keperawatan dilanjutkan dengan rencana tindakan mandiri kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien, perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal, anjurkan kebersihan oral sebelum makan, auskultasi bising usus dan rencana tindakan kolaborasi yaitu berikan diit makan bertahap sesuai dengan kemampuan, beri terapi sesuai program (Injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00 WIB.

Pelaksanaan KeperawatanTanggal 15 Juli 2010Pukul 02.00 WIB memberikan terapi parenteral (injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV). Hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Perawat dinas malam). Pukul 07.00 WIB melakukan auskultasi bising usus. Hasil : bising usus 3 x/menit.

Page 45: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

(Perawat dinas malam). Pukul 10.00 WIB memberikan terapi parenteral (injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV). Hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Alif Disiska). Pukul 12.00 WIB memberikan diit makan cair 250 cc. Hasil : klien makan habis 240 cc. (Alif Disiska). Pukul 16.00 WIB melakukan auskultasi bising usus. Hasil : bising usus 5x/menit. (Perawat dinas sore). Pukul 17.00 WIB memberikan diit makan lunak. Hasil : klien makan habis ½ porsi. (Perawat dinas sore). Pukul 18.00 WIB memberikan terapi parenteral (injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV). Hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Perawat dinas sore).

Evaluasi KeperawatanTanggal 16 Juli 2010 Pukul 07.00 WIBEvaluasi keperawatan secara subyektif yaitu klien mengatakan sudah makan habis 1 porsi. Secara obyektif bising usus 7x/menit, diit makan lunak. Masalah keperawatan belum teratasi, tujuan keperawatan belum tercapai. Tindakan keperawatan dilanjutkan dengan rencana tindakan mandiri Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien, perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal, anjurkan kebersihan oral sebelum makan, tawarkan minum saat makan bila toleran, libatkan pasien dalam perencanaan, beri makanan yang bervariasi, auskultasi bising usus. Rencana tindakan kolaborasi beri diit sesuai program {makan bertahap mulai dari makan cair, makan lunak(bubur saring dan bubur kasar), makan biasa} dan beri terapi sesuai program (Injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00 WIB.

Pelaksanaan KeperawatanTanggal 16 Juli 2010Pukul 02.00 WIB memberikan terapi parenteral (injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV). Hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Perawat dinas malam). Pukul 06.00 WIB memberikan diit makan lunak, hasil : kliem makan habis 1 porsi. (Perawat dinas malam). Pukul 07.00 WIB melakukan auskultasi bising usus. Hasil : bising usus 10 x/menit. (Perawat dinas malam). Pukul 10.00 WIB memberikan terapi parenteral (injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV). Hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Alif Disiska). Pukul 12.00 WIB memberikan diit sesuai. Hasil : klien makan habis 1 porsi. (Alif Disiska). Pukul 17.00 WIB memberikan diit sesuai. Hasil : klien makan habis 1 porsi. (Perawat dinas sore). Pukul 18.00 WIB memberikan terapi parenteral (injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV). Hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Perawata dinas sore).

Evaluasi KeperawatanTanggal 17 Juli 2010 Pukul 07.00 WIBEvaluasi keperawatan secara subyektif yaitu klien mengatakan sudah makan habis 1 porsi. Secara obyektif bising usus 10x/menit, diit makan biasa. Masalah keperawatan teratasi, tujuan keperawatan tercapai. Tindakan keperawatan dihentikan.

Diagnosa 4Intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anestesi ditandai denganData Subyektif : Klien mengeluh kedua kakinya tidak dapat digerakkan.Data Obyektif : Keadaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis, tampak aktivitas dibantu oleh keluarga, mobilisasi bedrest dalam 24 jam, respon sensori (+), respon motorik (-), klien hari ke 1 post appendiktomi.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan kebutuhan aktivitas terpenuhi.Kriteria hasil : Respon sensori (+), respon motorik (+), klien dapat beraktivitas dengan

Page 46: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

bantuan minimal/mandiri, mobilisasi pasca operasi baik.Rencana tindakanObservasi tanda-tanda vital, kaji keadaan umum dan tingkat kesadaran, kaji respon motorik dan sensorik pasca operasi, bantu klien dalam beraktivitas, ajarkan mobilisasi bertahap pasca operasi, dekatkan alat-alat yang dibutuhkan oleh klien, kaji tingkat kekuatan otot.

Pelaksanaan KeperawatanTanggal 14 Juli 2010Pukul 17.00 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Alif Disiska). Pukul 17.10 WIB mengkaji respon motorik dan respon sensorik, hasil respon motorik (-), respon sensori (+). (Alif Disiska).

Evaluasi KeperawatanTanggal 15 Juli 2010 Pukul 07.00 WIBEvaluasi keperawatan secara subyektif, klien mengatakan kakinya sudah dapat digerakkan. Secara obyektif, observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. Tampak aktivitas dibantu oleh keluarga, respon sensori (+) respon motorik (+). Masalah keperawatan teratasi. Tindakan keperawatan dihentikan.

BAB IVPEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membandingkan dan menganalisa antara teori dengan kasus yang telah dibahas pada bab III mengenai asuhan keperawatan pada klien Ny. K dengan Post Appendiktomi.

Adapun yang akan dibahas dalam bab ini meliputi kesamaan, kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan pada klien Ny. K dengan Post Appendiktomi serta faktor penghambat dan pendukung dalam asuhan keperawatan pada klien Ny. K dengan diagnosa medis Post Appendiktomi diruang Cendana I Rumah Sakit Pusat Kepolisian Raden Said Sukanto Jakarta yang dilakukuan selama dua hari dari tanggal 14 Juli 2010 sampai 16 Juli 2010.

A. Pengkajian KeperawatanProses pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2010. Pada tahap pengkajian penulis mengumpulkan data dasar melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan catatan medis pasien.

Pengkajian menurut rencana asuhan keperawatan Marylinn E. doenges yaitu kelemahan saat beraktivitas, takikardi, distensi abdomen, penurunan atau tidak ada bising usus, dehidrasi, nyeri pada luka insisi pembedahan, konstipasi, mual dan muntah. Sedangkan data yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus adalah takikardi karena menurut teori takikardi dikarenakan sirkulasi darah yang tidak teratur sedangkan Ny. K dengan post op pada hari pertama tidak ditemukan takikardi. Hal ini dilihat dari data yang diperoleh dari pengkajian, tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu TD : 130/90mmHg, N : 80x/menit, Rr : 20x/menit, Sh : 36⁰C. Tidak ada penurunan bising usus, pada Ny. K ditemukan adanya bising usus yang lemah yaitu 3 x/menit. Dehidrasi tidak terjadi karena tidak ditemukannya data yang menunjukkan Ny. K mengalami

Page 47: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

dehidrasi, Mual muntah juga tidak ditemukan karena tidak terjadi distensi abdomen, menurut teori adanya mual disebabkan karena mucus yang diproduksi mukosa terus-menerus dan meningkatkan gastrointestinal sehingga terjadi distensi abdomen sehingga menimbulkan rasa mual.

meningkatkan gastrointestinal sehingga terjadi distensi abdomen sehingga menimbulkan rasa mual. Pada pemeriksaan penunjang/diagnostik yaitu pemeriksaan foto abdomen dan pemeriksaan laboratorium (leukosit) tidak dilakukan karena pada pemeriksaan klinik tidak ditemukan adanya tanda-tanda terjadinya komplikasi pasca pembedahan dan tidak ditemukannya tanda-tanda infeksi pasca pembedahan.

Faktor pendukung yaitu pada pengkajian keperawatan klien terlihat kooperatif sedangkan faktor penghambat yaitu data-data yang ada pada status klien kurang lengkap. Pemecahan masalahnya yaitu dengan cara bertanya kembali kepada klien ataupun keluarga klien serta pada perawat yang bertanggung jawab di ruangan tersebut.

B. Diagnosa KeperawatanPada diagnosa keperawatan pada klien dengan post appendiktomi di dalam teori terdapat 4 diagnosa keperawatan. Pada kasus Ny. K dengan post appendiktomi terdapat 4 diagnosa keperawatan. Adapun diagnosa yang muncul pada teori tetapi tidak muncul pada kasus adalah 1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi. Diagnosa ini tidak muncul karena pada Ny. K tidak di temukan data yang menunjukkan bahwa Ny. K mengalami dehidrasi yaitu mukosa bibir pasien lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu TD : 130/90 mmHg, N : 80 x/menit, Rr : 20 x/menit dan Sh : 36⁰C.2. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) berhubungan dengan kurangnya informasi. Diagnosa ini tidak muncul karena pada saat pengkajian ditemukan data bahwa klien mengerti tentang penyakitnya yaitu klien dapat menyebutkan penyebab, tanda dan gejala yang timbul, persiapan yang dilakukan sebelum operasi, dan alasan mengapa harus dilakukan tindakan pembedahan, serta tindakan yang harus dilakukan post operasi (tidak mengangkat kepala atau tirah baring selama 24 jam dan puasa sampai dengan bising usus ada dan baik).

Sedangkan ada dua diagnosa yang tidak ada di teori tetapi muncul pada kasus yaitu 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anestesi. Diagnosa ini muncul dikarenakan klien post appendiktomy hari pertama. Selain itu, pada saat dilakukan pengkajian ditemukan data Ny. K mengatakan tidak dapat menggerakkan kakinya dan belum ada respon motorik. Tirah baring selama 24 jam merupakan suatu intervensi dimana klien dibatasi untuk tetap berada di tempat tidur guna mencapai tujuan terapeutik yaitu untuk mengurangi nyeri pasca operasi dan mengembalikan kekuatan otot dari efek anestesi.2. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan pembatasan masukan oral. Diagnosa ini muncul karena klien post appendiktomi hari pertama masih dalam kondisi puasa dan diit makan yang diberikan yaitu makan dan minum bertahap sampai bising usus baik. Selain itu, pada klien post appendiktomi peristaltik usus belum normal, sehingga asam lambung/ getah lambung tidak disekresikan. Sekresi getah lambung akan kembali jika dirangsang dengan makanan (asupan nutrisi secara bertahap) sehingga akan meningkatkan fungsi lambung dan peristaltik usus.

Page 48: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Pada tahap ini yang menjadi faktor pendukung yaitu berdasarkan hasil analisa data ditemukannya data-data yang mengacu pada diagnosa keperawatan yang muncul.

Selain itu faktor penghambat yang muncul yaitu ada beberapa data atau informasi yang kurang lengkap pada saat pengkajian sehingga penulis sedikit kesulitan dalam menegakkan diagnosa. Tetapi dengan cara mengkaji ulang dan mengumpulkan informasi lebih lengkap lagi maka diagnosa pun dapat ditegakkan.

C. Perencanaan KeperawatanPada tahap perencanaan keperawatanterdapat perbedaan antara teori dan kasus. Dimana pada teori tidak dicantumkan waktu karena tidak dapat diidentifikasi, sedangkan pada kasus waktu dibutuhkan untuk program tercapainya tujuan keperawatan. Diagnosa keperawatan disusun berdasarkan hirarki Maslows.

Pada penentuan prioritas ditemukan kesenjangan dimana pada teori diagnosa gangguan rasa nyaman nyeri merupakan diagnosa ketiga, tetapi pada kasus menjadi diagnosa prioritas. Rencana tersebut menjadi prioritas karena pada klien Ny. K post operasi hari ke-1 masih merasakan nyeri pada luka insisi pembedahan dengan skala nyeri 5 (sedang). Selain itu, nyeri merupakan sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan bagi pasien berkaitan dengan kerusakan jaringan. Sehingga nyeri dapat merupakan faktor utama yang menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari suatu penyakit.Sedangkan pada diagnosa terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, Diagnosa ini menjadi diagnosa kedua dikarenakan jika resiko infeksi ini tidak diatasi maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi yang juga dapat berakibat menghambat proses penyembuhan luka pada klien.

Diagnosa resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan masukan oral. Diagnosa ini menjadi diagnosa ketiga bila intake berkurang maka kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi, sementara fungsi umum dari nutrisi sebagai sumber energi, memelihara jaringan tubuh, mengganti sel tubuh yang rusak, mempertahankan vitalitas tubuh sehingga apabila kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi dapat mempengaruhi proses penyembuhan.

Diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anestesi menjadi diagnosa keempat, hal ini karena klien masih dapat beraktivitas walaupun terbatas. Selain itu juga, tampak klien selalu didampingi oleh keluarganya sehingga kebutuhan sehari-hari klien dapat terpenuhi.

Faktor pendukung yang penulis dapatkan pada penyusunan perencanaan adalah adanya bantuan dari perawat senior dan kawan-kawan mahasiswa dalam membuat rencana keperawatan. Faktor penghambat yang ditemukan adalah penulis tidak mengalami kesulitan dalam menyusun rencana keperawatan.

D. Pelaksanaan KeperawatanDalam tahap pelaksanaan, tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan semua tindakan yang dilakukan pada klien didokumentasikan ke dalam catatan keperawatan.

Dalam diagnosa pertama yaitu gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, penulis tidak melaksanakan menganjurkan klien untuk

Page 49: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

mengalihkan perhatian nyeri ke hal-hal yang menyenagkan. Hal ini dikarenakan nyeri sudah dapat teratasi sedikit dengan bantuan teknik manajemen nyeri yang sebelumnya telah diajarkan oleh perawat kepada klien sebelum klien dilakukan operasi.

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Untuk diagnosa yang pertama yaitu gangguan rasa nyaman nyeri tindakan keperawatan yang dilakukan adalah mengkaji lokasi dan karakteristik nyeri, yaitu nyeri perut kanan bawah dengan skala nyeri 5, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, memberikan posisi nyaman sehingga klien lebih rileks dan nyaman, melakukan perawatan luka post op dan melakukan observasi keadaan luka, serta memberikan terapi parenteral injeksi Lactor 3 x 30 mg/IV. 

Untuk diagnosa yang kedua yaitu resiko terjadinya infeksi tindakan keperawatan yang dilaksanakan adalah mengobservasi tanda-tanda vital, melakukan perawatan infuse setiap hari, dan memberikan terapi parenteral injeksi Kedacillin 3 x 1gr/IV. Adapun tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan adalah mengganti lokasi penusukan infus, karena kondisi daerah pemasangan infus tidak ada tanda-tanda infeksi, infus menetes dengan lancar, dan kondisi terpasang dengan baik di dalam pembuluh darah vena. Melakukan kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (leukosit) juga tidak dapat dilaksanakan karena tidak ditemukan tanda-tanda infeksi.

Diagnosa resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan pembatasan masukan oral dan diagnosa intoleransi aktivitas semua rencana tindakan dapat direalisasikan secara nyata sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat pada perencanaan keperawatan.

Faktor pendukung yang penulis dapatkan adalah keluarga yang sangat kooperatif dan mau bekerja sama saat dilakukan tindakan keperawatan. Tidak banyak mengalami kesulitan karena sikap kooperatif klien dan keluarga serta bimbingan dari perawat ruangan sehingga tindakan keperawatan dapat terlaksana dengan baik. 

E. Evaluasi Keperawatan Evaluasi merupakan tahap akhir dalam penulisan proses kepeawatan, pada evaluasi ini penulis menilai sejauh mana tujuan keperawatan dapat dicapai dari 3 diagnosa pada kasus Ny. K. Setelah dievaluasi ada 3 diagnosa yang teratasi yaitu:1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhuubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan. Diagnosa ini telah teratasi, hal tersebut dapat terlihat pada klien yang tampak lebih rileks, dan didapatkan skala nyeri berkurang yaitu yang awalnya skala nyeri 5 menjadi 1.2. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan masukan oral. Disgnosa ini telah teratasi karena klien dapat memenuhi kebutuhsn nutrisinya dengan baik sesuai diit yang diberikan.3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anestesi, diagnosa ini telah teratasi karena pada hari kedua asuhan keperawatan klien mengatakan sudah dapat menggerakkan kedua kakinya.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang belum teratasi adalah resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif. Diagnosa ini belum teratasi, karena pada tanggal 17 Juli 2010 klien masih terpasang infus IVFD RL 20 tetes/menit ditangan kiri.

Faktor pendukung yang penulis temukan saat melakukan evaluasi keperawatan adalah adanya bantuan dari perawat ruangan dan rekan mahasiswa dalam memberikan askep

Page 50: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

pada klien, serta dengan adanya informasi dari tenaga medis lainnya, juga adanya kriteria hasil yang sudah penulis buat sebelumnya sehingga dapat di jadikan pedoman dalam menentukan apakah tujuan tercapai atau belum. 

Faktor penghambat yang penulis temukan adalah adanya keterbatasan waktu dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Alternatif pemecahan masalah yang penulis lakukan adalah dengan mengkonfirmasikan/mendelegasikan perencanaan keperawatan kepada perawat di ruangan untuk melanjutkan sehingga evaluasi dapat dilakukan secara tuntas.BAB VPENUTUP

A. KesimpulanBerdasarkan hasil pengkajian pada Ny. K dengan diagnosa post appendiktomi, diperoleh data bahwa Klien mengeluh nyeri pada luka post appendiktomi, kualitas nyeri seperti berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien beristirahat atau diberikan obat analgetik, klien mengeluh kakinya tidak dapat digerakkan, klien mengatakan belum makan maupun minum.

Pada diagnosa keperawatan yang muncul pada teori dengan klien post appendiktomi adalah empat diagnosa, dua diagnosa keperawatan tidak terdapat dalam kasus. Hal ini dikarenakan tidak ada data yang menunjang untuk menegakkan diagnosa keperawatan tersebut. Adapun diagnosa yang muncul pada kasus adalah gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme pathogen akibat tindakan invasif (pemasangan infus), resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan masukan oral, dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anestesi.

Pada tahap perencanaan, rencana keperawatan disusun sesuai dengan masalah keperawatan. Dalam memprioritaskan masalah keperawatan dilihat dari kebutuhan dan kondisi klien pada saat pengkajian.

Pada tahap pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah dibuat dan didokumentasikan pada catatan keperawatan. Namun ada beberapa pelaksanaan tindakan keperawatan yang tidak dilakukan sesuai dengan teori yang telah dibuat. Pada diagnosa pertama, penulis tidak mengajurkan klien untuk mengalihkan perhatian nyeri ke hal-hal yang menyenangkan. 

Pada tahap evaluasi yang di lakukan pada tanggal 17 Juli 2010 dari empat diagnosa keperawatan yang ada tujuan belum tercapai dan masalah keperawatan belum teratasi semua. Adapun diagnose yang belum teratasi adalah resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme pathogen karena tindakan invasive (pemasangan infus). Diagnosa gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anestesi dapat dievaluasi secara tuntas.

mengajurkan klien untuk mengalihkan perhatian nyeri ke hal-hal yang menyenangkan. Pada diagnosa ke dua, penulis tidak melakukan pemeriksaan laboratorium (leukosit) dan tidak melakukan penggantian lokasi penusukan infus.Pada tahap evaluasi yang di lakukan pada tanggal 17 Juli 2010 dari empat diagnosa

Page 51: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

keperawatan yang ada tujuan belum tercapai dan masalah keperawatan teratasi semua. Adapun diagnosa yang belum teratasi adalah resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme pathogen karena tindakan invasive (pemasangan infus). Diagnosa gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan masukan oral, dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anestesi dapat dievaluasi secara tuntas.B. Saran1. Untuk Klien dan KeluargaDiharapkan untuk selalu menjaga kebersihan luka dengan melakukan perawatan luka di rumah dan mematuhi jadwal kontrol yang telah ditetapkan oleh dokter.

2. Untuk rekan-rekan mahasiswaa. Diharapkan dalam melakukan pengkajian keperawatan dengan klien post appendiktomy agar mengkaji secara menyeluruh dan disesuaikan dengan teori yang ada.b. Diharapkan agar lebih memahami dan mempelajari lebih dalam ilmu keperawatan medical bedah khususnya tentang asuhan keperawatan pada klien dengan post appendiktomi dan juga untuk meningkatkan kepercayaan diri.

Asuhan Keperawatan Pada Ny. I Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Akibat Post Operasi Apendiktomi Di Ruang Fatmawati BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi

1. Pengkajian

                                                                               Tanggal Dikaji : 19 Oktober 2012

                                                                   Jam                    : 20.00 WIB

                    

Nama                                         : Ny. I

Umur                                         : 52 Tahun

Jenis Kelamin                            : Perempuan

Pendidikan                                : SMP

Page 52: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Pekerjaan                                   : Ibu Rumah Tangga

Agama                                       : Islam

Suku / Bangsa                           : Sunda / Indonesia

Status Perkawinan                     : Menikah

Alamat                                       : Kp.Ciburiang. RT 01 RW 01.

  Desa Sekarwangi. Kec.Cibadak.

  Kab. Sukabumi 

No. RM / CM                            : 271200

Dx Medis                                  : Post Operasi Apendiktomi Hari Ke-1

Tgl masuk                                  : 17 Oktober 2012      

2).  Identitas Penanggung JawabNama                                         : Tn. J

Umur                                         : 60 Tahun

Pendidikan                                : SMP

Pekerjaan                                   : Wiraswasta

                 : Kp.Ciburiang. RT 01 RW 01. Desa Sekarwangi. Kec.Cibadak. Kab.sukabumi

Hubungan Dengan Pasien         : Suami Klien

3)      Riwayat Kesehatan Klien

a).    Alasan masuk perawatan

Klien mengatakan 2 hari sebelum masuk rumah sakit, klen mengeluh sakit perut dan nyeri ulu hati, kline kira hanya penyakit maag biasa namunn rasa sakitnya itu semakin parah dan keluarga kelien langsung membawa klien ke klinik, saat diperiksa diklinik klien diidagnosa apendiksitis akut kemudian klien dirujuk ke RSUD Sekarwangi untuk dioperasi.

b).    Keluhan Utama :

Klien mengeluh nyeri di area luka operasi.

c).    Riwayat  Kesehatan Sekarang.

           Klien   mengatakan   nyeri di   area   luka operasi yaitu   di area perut   sebelah   kanan,nyeri   dirasakan   seperti ditusuk-tusuk namun nyeri tersebut tidak menjalar ke area yang lain, nyeri yang dirasakan sangat mengganggu aktivitasnya dengan   skala   nyeri   3   (skala   0-5),   nyeri   dirasakan   sebelum  dan   sesudah   dilakukan   operasi nyeri 

Page 53: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

dirasakan  bertambah   jika   klien  melakukan  pergerakan dan bangun  dari   tempat  tidur dan  berkurang  bila   klien istirahat dengan tenang atau tidur, nyeri yang dirasakan klien hilang timbul dalam waktu yang tidak menentu.

d).   Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien  mengatakan   sebelumnya   belum   pernah   dirawat   di   rumah   sakit   karena   sakityang   sama,   awalnya   klien merasakan nyeri   tersebut  seperti nyeri  haid,  kemudian klien pun berobat ke dokter  umum dan diberitahukan bahwa klien terkena apendiksitis akut, klien pun hanya diberikan obat anti nyeri, setelah ± 5 bulan nyeri itu terasa kembali

e).    Riwayat Kesehatan Keluarga

Menurut pengakuan klien dan keluarga, di dalam anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang serupa dengan klien dan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes melitus dan penyakit menular seperti TBC dan hepatitis.

4)      Data Biologis dan Fisiologis

a).    Pola aktivitas harian

No Pola kebiasan Sebelum sakit Selama sakit (Di

Rumah Sakit)

Keluhan dan tingkat

kemandirian klien

1 Pola Nutrisi Makan 3x/hr, dengan habis 1 Porsi, jenis makanannya terdiri dari lauk pauk, sayur, buah-buahan, tidak ada pantangan dalam makan dan tidak ada alergi terhadap makanan. Minum ±8 gelas/hari(±2000 cc/hari), 1 gelas = ±250 cc. jenis air putih.

BAB 1x/hr dengan konsistensi lembek, warna kunimg.

BAK 4-5 kali/ hari, warna kuning jernih bau khas urine.Tidak ada nyeri.

Makan 3x/hr, 1/2porsi, jenis makanan bubur. Pantangan makanan selama di RS yaitu makanan pedas, bersantan Klien minum air putih ± 5 gelas/hari. (± 1250 cc). jenis air putih. Gelas dengan jenis ukuran belimbing.

Klien mengatakan selama di rawat belum pernah 

Klien mengeluh mual muntah dan nafsu makan berkurang.

Klien makan dibantu oleh keluarga.

Page 54: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

2

3

Pola Eliminasi

Pola Istirahat Dan Tidur

Klien tidur malam ± 8 jam. Dari pukul 20.30 s/d 04.30 WIB. terkadang tidur siang namun waktunya tidak menentu.

Mandi 2x/hr dengan menggunakan sabunmandi,   menggosok gigi 2x/hr menggunakan pasta gigi, dan keramas rambut 2x/mg menggunakan shampo.

Dalam sehari-hari klien melakukan aktivitas secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain.

BAB.

Klien BAK dengan menggunakan kateter urine, jumlah urine dalam urin bag 1000 cc, warna kuning pekat.

Klien tidur ± hanya8 jam. Dari pukul 21.00 s/d 05.00 WIB.  dan terbangun jika nyerinya terasa. Klien dapat tidur siang hanya ± 2jamdari pukul 14.00 s/d 15.00 WIB.

Klien belum mandi, gosok gigi,dan keramas selama dirawat di rumah sakit

Klien masih terbatas untuk begerak, 

Klien terpasang kateter urine.

Tidak ada keluhan

Klien mangatakan 

Page 55: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

4

5

Personal Hygiene

Pola aktivitas

sebagaian aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat.

belum mandi, gosok gigi, dan keramas selama dirawat di RS karena nyeri jika klien beraktivitas.

Klien mengatakan masih terasa nyeri saat bergerak.

 

b).    Pemeriksaan Fisik

(1). Penampilan Umum

Klien tampak lemah berbaring di tempat tidur,  klien terkadang tampak sering meringis dan menahan melakukan pergerakan.

(2). Hasil Pemeriksaan Head To Toe dengan pendekatan secara infeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi yang ditulis per sistem tubuh

(a).  Sistem Pernapasan

Bentuk hidung simetris, keadaan bersih, tidak terdapat sekret, tidak terdapat pernapasan cuping hidung, pergerakan dada simetris. Pada saat diauskultasi suara napas terdengar vesikuler, tidak terdengar suara ronchi dan whezzing. Pada saat perkusi permukaan paru resonance tidak ada suara redup, irama pernapasan reguler, R: 24x/menit.

(b). Sistem Kardiovaskuler

Konjungtiva pucat,  tidak  terdapat  peningkatan  JVP,  nadi  mudah diraba  dan  teratur,   frekuensi  nadi 90 x/mnt, TD 150/70 mmHg, CRT kembali  < 2 detik, tidak terdapat clubbing finger,  pada auskultasi  bunyi jantung 

Page 56: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

terdengar S1 dan S2 tanpa bunyi tambahan, perkusi daerah jantung berbunyi dulness, tidak terdapat oedema pada ektremitas

(c).  Sistem Pencernaan

Bibir tampak kering, keadaan mulut tampak sedikit kotor dan berbau, mukosa mulut merah muda, tidak ada stomatitis, tidak terpasang  NGT, bentuk abdomen datar, bising usus 8x/menit, pada saat perkusi terdengar bunyi hipertimpani pada abdomen di sekitar epigastrium.

(d). Sistem Integumen

Rambut tampak lengket dan kusut, kulit tubuh lengket dan berkeringat, terdapat luka operasi di bawah umblilikus di daerah abdomen kanan bawah, bentuk luka horizontal dengan panjang luka ± 7 cm dengan jenis jahitan  subcuticular,  keadaan  luka  masih basah,  tidak  terdapat  kemerahan di   sekitar   luka, sekitar   luka   teraba panas, terdapat sedikit pengeluaran darah di sekitar luka, Suhu tubuh klien 370C, turgor kulit kembali < 2 detik, tidak terdapat kemerahan, bengkak dan nyeri  tekan disekitar kulit yang terpasang infuse, kateter urin tampak kotor, keadaan meatus uretra tampak kotor.

(e).  Sistem Muskulo Skeletal

Ekstremitas atas : Bentuk simetris antara kiri dan kanan, ROM klien baik terbukti klien dapat mengerakkan kedua tangan ke  segala  arah,  tangan kiri   terpasang  infus  pergerakan agak  terbatas,  kekuatan  otot  4  terbukti gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit penahanan, jumlah jari lengkap.

Ekstremitas bawah : Pada saat dikaji bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada varises, jari lengkap, ROM klien baik.

Kekuatan Otot : 

(f).  Sistem Persarafan

Tingkat kesadaran: Compos Mentis

GCS 15 : E4 M6 V5

N I (Olfaktorius)

Dalam keadaan mata tertutup dan salah satu hidung ditutup secara bergantian klien mampu membedakan antara bau jeruk dan minyak kayu putih .

N II (Optikus)

Klien dapat membaca dalam jarak baca normal ± 30 cm tanpa menggunakan alat.

N III, IV, VI (Okulomotoris, Trocrealis, Abdusen)

Page 57: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Keadaan gerakan mata baik ditandai dengan klien dapat menggerakan bola mata ke segala arah, kontraksi pupil ke arah cahaya baik ditandai dengan pupil kontriksi ketika dirangsang cahaya.

N V (Trigeminus)

Fungsi sensorik baik ditandai dengan dapat merasakan usapan kapas pada pipinya dengan mata tertutup, klien bisa mengunyah.

N VII (Facialis)

Sensori baik ditandai dengan klien dapat membedakan rasa asin, manis, asam dan pahit. Motorik baik ditandai dengan   klien  mampu   tersenyum,  menggembungkan   pipi,  menutup   rapat  mata   dan  menyeringai   gerakannya lembut dan simetris.

N VIII (Vestibula Acusticus)

Klien dapat mendengar gesekan kertas, klien dapat mendengar suara dan menjawab pertanyaan dengan jelas.

N IX, X (Glosofaringeus dan Vagus)

reflek menelan baik ditandai klien dapat menelan air tanpa ada rasa sakit, klien juga dapat berbicara dengan jelas.

N XI (Assesorius)

tonus   otot  baik,   klien   dapat  menahan   tekanan,   klien   dapat  menggerakan   bahu   ke   segala   arah,   klien   dapat menengok ke kanan dan ke kiri, ke bawah dan ke atas, tidak terdapat kaku kuduk.

N XII (Hipoglosus)

Lidah simetris dan klien dapat menggerakan lidahnya ke kanan dan ke kiri, lidah baik saat tahanan diberikan di sisi luar pipi.

(g). Sistem Perkemihan

Tidak terdapat distensi kandung kemih, saat palpasi tidak terdapat pembesaran ginjal,  tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih.

(h). Sistem Endokrin

Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.

5)      Data Psikologisa).     Status Emosional

Emosi klien stabil namun klien mengatakan merasa cemas dan khawatir akan kondisinya.

b).    Konsep Diri

(1).  Gambaran Diri : Klien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya, tidak ada yang klien spesialkan atau klien benci karena menurut klien seluruh bagian tubuhnya adalah berguna dan saling melengkapi.

Page 58: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

(2).  Harga Diri : Klien dapat menerima keadaan sakitnya, klien merasa lebih diperhatikan oleh keluarga.

(3).  Ideal  Diri   :  Klien  mengatakan   ingin   cepat   sembuh dari   sakitnya  dan segera  pulang  ke   rumah dan melakukan aktivitas sehari-hari.

(4).  Peran Diri : Klien adalah seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya mengurusi pekerjaan rumah dan merawat anaknya.

(5).  Identitas Diri : Klien merasa puas menjadi seorang perempuan, penampilan dan cara berpakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. 

c).     Stressor

                                     (1)       Stressor Jangka Pendek

Klien dan keluarga mengatakan cemas akan kondisinya setelah menjalankan operasi untuk penyembuhan penyakitnya.

                                     (2)       Stressor Jangka Panjang

Klien   mengatakan tidak   merasa takut   setelah   menjalankan   operasi. dan ingindapat   beraktivitas seperti biasanya.

d).    Mekanisme Koping

Klien mengatakan selalu membicarakan masalahnya pada keluarga. Klien tampak selalu bertanya pada petugas   kesehatan  mengenai   kondisinya   dan keadaan   klien   setelahoperasi,   klien   dan   keluarga   sering  minta penjelasan tentang penyakitnya.

e).     Harapan dan pemahaman klien tentang kondisinya sekarang

Klien mengatakan ingin segera sembuh dengan kondisinya sekarang, klien mengatakan ingin segera pulih seperti bisa.

6)      Data Sosiala)     Pola Komunikasi dan Interaksi Interpersonal

Klien berkomunikasi  dengan menggunakan bahasa Sunda,  terkadang menggunakan bahasa  Indonesia, klien dapat berbicara dengan jelas dan dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan keluarga, perawat, dokter dan sesama klien lain.

b)    Gaya Hidup

Gaya   hidup   klien   sederhana   terlihat   dari   segi   penampilannya.   Klien  mengatakan   tidak  mempunyai kebiasan   merokok   atau   mengkonsumsi   alkohol.   Klien   menyukai   berbagai   jenis   sayuran   dan   sering mengkonsumsinya.

c)     Support Sistem

Page 59: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Klien mendapat dukungan terbesar untuk sembuh dari semua anggota keluargakhususnya dukungan dari suami.

7)      Data Sprituala)      Pola Religius

Klien beragama Islam dan sangat percaya akan adanya Allah SWT. Meskipun sedang sakit  klien tetap menjalankan ibadah shalat. Klien selalu berdoa kepada Allah SWT untuk kesembuhannya.

b)      Kepercayaan dan Keyakinan

Klien yakin dengan perawatan yang baik klien akan sembuh,  klien menganggap sakit  yang dialaminya merupakan cobaan dari Allah SWT. Tidak ada kepercayaan terhadap budaya yang bertentangan dengan kesehatan.

8)      Data Penunjanga)      Farmakotherapi/ pengobatan

Pengobatan tanggal 19 Oktober 2012

No Nama Obat Dosis Obat Cara Pemberian Waktu Pemberian

1 Mertonidazol 3x500 mg IV 21.00, 05.00, 13.00

2 Cefotaxim 2x1gram IV 21.00, 09.00

3 Ketorolak 2 x 30 mg IV 21.00, 09.00

4 Ranitidine 3 x 50 mg IV 21.00, 05.00, 13.00

b)      Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Labolatorium Tanggal 18 Oktober 2012

PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL

Hemoglobin 11,9 g/dl P: 12-16 g/dl  - L: 14-18 g/dl

Leukosit 11900 mm3 DWS : 4000-9000/ul

Hematokrit 38 % P : 35-45% - L : 40-50 %

Trombosit 236000mm3 150.000- 350.000/uI

Ureum 23 mg/dl 10-15

Creatinin 0,64 mg/dl 0,5-1,9

Page 60: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Gula darah sewaktu 70 mg/dl < 180

SGOT 16 mg/dl < 21

SGPT 16 mg/dl < 22

9)      Analisa Data

 

No

DataEtiologi

Problem

1 DS:

         Klien mengeluh nyeri pada luka operasi

         Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk

DO :

         Skala nyeri 3 (0-5)

         Terdapat luka operasi sepanjang ± 7 cm (subcuticular) vertikal di bawah umbilikus.

         Klien tampak meringis

         Klien tampak menahan pergerakan

         TD 150/70 mmHg

         P: 90 x/ menit

         R: 24 x/ menit

Tindakan pembedaha

n(apendiktomy)

Terputusnya kontinuitas jaringan

Merangsang mediator kimia (histamin, 

bradikinin, prostaglandin)

Merangsang saraf nyeri

Merangsang stimulus reseptor nyeri

Ditransmisikan ke talamus lalu ke korteks 

serebri

Nyeri dipersepsikan

Gangguan rasa nyaman nyeri

Gangguan rasa 

nyaman: nyeri

2 DS: -

DO:

-

Memudahkan invasi 

mikroorganisme

Terdapat luka operasi vertikal sepanjang ±7 cm (subcuticular) di bawah umbilikus dengan karakteristik luka masih basah, tidak terdapat kemerahan di sekitar luka, sekitar luka teraba panas, terdapat sedikit pengeluaran darah di sekitar luka jahitan

         Tidak terdapat kemerahan, bengkak dan nyeri tekan disekitar kulit yang terpasang 

Pemasangan alat invasif : infus, 

kateter

Tindakan pembedahan

Terputusnya kontinuitas jaringan

Terbukanya jaringan 

Resiko infeksi

Page 61: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

2.     Diagnosa Perawatan Berdasarkan Prioritas masalah :a.       Gangguan rasa nyaman nyeri  berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat luka post 

operasi.

b.     Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi dan pemasangan alat invasif.

c.     Resiko perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake inadekuat.

d.    Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

3.      Perencanaan KeperawatanTanggal Perencanaan : 19 Oktober 2012

Nama Perawat : Ana Pujiyawati

No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan RasionalPara

f

1 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat luka post operasi, ditandai dengan :

DS:

         Klien mengeluh nyeri pada luka operasi

         Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk

DO :

         Skala nyeri 3 (0-5)

         Terdapat luka operasi sepanjang ± 7 cm (subcuticular) vertikal di bawah umbilikus.

         Klien tampak meringis

         Klien tampak 

Tupan : Setelah dilakukan 3 x 24 jam perawatan , gangguan rasa nyaman: nyeri klien teratasi

Tupen: Setelah 1 x 24 jam perawatan persepsi klien tentang nyeri berkurang dengan kriteria hasil:

-  Keluhan nyeri klien berkurang skala 3 ke 2 (0-5)

-  Klien mengunakan teknik untuk mengatasi nyeri yang telah diajarkan

-  Klien mampu melakukan ambulasi dini secara bertahap

-  Klien tampak lebih tenang

1.       Kaji respon klien terhadap nyeri, catat lokasi, kualitas, durasi nyeri dengan skala (0-5) setiap 6 jam.

2.       Kaji ulang faktor pencetus yang dapat memperberat nyeri.

3.       Ukur TD, Nadi dan respirasi setiap6 jam.

1.       Mengidentifikasi sejauh mana nyeri yang dirasakan klien dan membantu dalam menentukan pilihan dan keefektifan intervensi.

2.       Mengidentifikasi untuk penentuan pilihan intervensi keperawatan selanjutnya.

3.       Peningkatan TD, nadi dan respirasi mengidentifikasi nyeri yang 

ana

Page 62: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

menahan pergerakan

         TD 150/70 mmHg

         P: 90 x/ menit

-      R: 24 x/ menit

4.       Kaji ulang kemampuan klien untuk manajemen nyeri yaitu tekhnik relaksai (napas dalam) yang telah diajarkan sebelum operasi. Ajarkan kembali bila perlu.

5.       Anjurkan istirahat dengan posisi terlentang

6.       Berikan lingkungan yang tenang dan tempat tidur yang nyaman, terutama jika klien tidur malam

7.       Berikan  terapi obat analgeik ketorolak 2x30mg melalui IV  setiap 12 jam.

berlebih.

4.       Napas dalam dapat menurunkan stress dan membantu relaksasi otot yang tegang dan mengurang rasa nyeri.

5.       Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang.

6.       Meningkatkan kenyamanan, menurunkan persepsi nyeri, membantu  dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur .

7.       Membantu menurunkan rasa nyeri.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi danpemasangan   alat invasif :

Tupan: setelah dilakukan Selama  5 x 24  jam perawatan infeksi tidak terjadi

Tupen:   setelah dilakukan Selama 1 x 24 jam  perawatan tidak 

1.       Awasi tanda vital: suhu, perhatikan adanya demam, menggigil dan berkeringatsetiap 6 jam

1.       Mengidentifikasi adanya infeksi, memudahkan pilihan atau keefektifan intervensi.

Ana

Page 63: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

DS: -

DO:

         Terdapat luka operasi vertikal sepanjang ±7 cm (subcuticular) di bawah umbilikus dengan karakteristik luka masih basah, tidak terdapat kemerahan di sekitar luka, sekitar luka teraba panas, terdapat sedikit pengeluaran darah di sekitar luka jahitan

         Suhu tubuh37o

         Terpasang infus pada ekstremitas kiri.

-      Tidak terdapat kemerahan, oedema pada kulit di sekitar pemasangan infus

ditemukan tanda-tanda infeksi dengan kriteria hasil:

   Luka kering

   Tidak terdapat pengeluaran pada luka

   Tidak ada kemerahan pada kulit disekitar luka

   Suhu tubuh dalam batas 37,50C

   Tidak terdapat kemerahan, oedema pada kulit yang terpasang infus

2.       Observasi keadaan luka setiap hari, perhatikan karekateristik penampilan.

3.       Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik dan ganti balutan minimal 1x/perhari.

4.       Kaji karakteristik kulit di sekitar pemasangan infus. Ganti segera jika ditemukan tanda-tanda infeksi.

5.       Berikan obat antibiotik Cefotaxime 2x1gr melalui IV setiap 12 jam.

2.       Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi dan atau pengawasan penyembuhan.

3.       Perawatan luka yang baik dapat membantu mencegah terjadinya infeksi.

4.       Mendeteksi dini terjadinya infeksi pada kulit yang terpasang infus, meminimalkan terjadinya infeksi.

5.       Diberikan untukmencegah infeksi.

3. Resiko   perubahan pola   nutrisi   kurang dari   kebutuhan berhubungan dengan intake   inadekuat, ditandai dengan

DS :

-        Klien mengeluh mual muntah dan nafsu 

Tupan: setelah dilakukan Selama  3 x 24  jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

Tupen:   setelah dilakukan Selama 1 x 24 jam  perawatan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan criteria :

1.     Kaji intake nutrisi klien

2.     Anjurkan klien untuk minum air hangat sebelum makan

1. intake nutrisi yang adekuat akan membantu proses penyembuhan

2. minum air hangat sebelum makan akan 

ana

Page 64: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

makan menurun

DO :

-        Klien tampak lemas

-        Konjungtiva tampak pucat

-        Oprsi makan1/2  tidak habis

-        BB sebelum sakit 46 kg

-        BB setelah skit 45 kg

HB : 11,9 g/dl

-        Klien tidak merasa mual muntah dan nafsu makan klien bertambah

-        BB klien bertambah

3.     Sajikan klien makanan yang hangat dalam porsi makanan yang sedang.

4.     Anjurkan klien makan sedikit tapi sering

5.     Berikan  obat antasida ranitidine 3x50mg setiap 8 jam

mengurangi rasa mual.

3. Sajian makanan yang hangat dalam porsi yang sedang akan membuat klien tertarik untuk makan

4. asupan makanan yang adekuat akan membantu proses penyembuhan klien

5. golongan obat antasida membantu mengurangi sekresi asam lambung yang berlebihan

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan   fisik, nyeri ditandai dengan :

DS:

-       Klien   mengatakan belum   mandi, gosok   gigi,dan keramas   selama dirawat   di   rumah sakit

-       Klien mengatakan masih terbatas   untuk begerak,   sebagaian 

Tupan: setelah dilakukan Selama 3 x 24  jam perawatan , perawatan diri klien teratasi

Tupen: Setelah dilakukan  selama 1 x 24 jam  perawatan, kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi dengan kriteria hasil:

-  Kulit bersih

-  Rambut bersih, tidak lengket

-  Rambut rapi

-  Keluarga membantu klien dalam pemenuhan perawatan diri

1.       Kaji tingkat kemandirian klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri dengan bantuan total, sebagian  atau mandiri, perhatikan adanya perubahan dalam kelemahan.

2.       Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri sesuai dengan tingkat 

1.       Menilai kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri dan mengurangi ketergantungan.

ana

Page 65: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

aktivitas   dibantu oleh   keluarga   dan perawat

DO :

-      Klien tampak lemah barbering di tempat tidur

-      ADL klien dibantu oleh keluargadan perawat.

-     Kekuatan otot

-      Rambut lengket dan kusut

-      Kulit tubuh berkeringat dan lengket

kemampuan klien.

3.       Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien dan anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam pemenuhan perawatan diri.

2.       Membantu pemenuhan kebutuhan personal hygiene dengan tetap memandirikan klien.

3.       Memudahkan dalam memberikan kebutuhan perawatan diri klien.

 4.      Implementasi Keperawatan      

NoDiagnosa 

KeperawatanTanggal/ Waktu

Implementasi Keperawatan Paraf Evaluasi Paraf

1. Gangguan rasa   nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat   luka post operasi.

19 Oktober 2012

20.00 WIB

20.10 WIB

3.  Mengukur tanda tanda vital.

R/: TD: 110/70 mmHg, P: 80x/mnt. R: 20x/mnt.

S: 37,3 0C

1.    Mengkaji respon nyeri dan skala nyeri

R/: Klien tampak meringis kesakitan dan mengeluh nyeri pada daerah sekitar luka operasi dengan skala nyeri 3 (0-5).

4 .  mengkaji ulang kemampuan 

ana

ana

Tanggal 20 Oktober 2012

Pukul 20.00 WIB

S :

       Klien   mengatakan   nyeri pada   luka operasi belumberkurang.

       Klien   mengatakan   nyeri yang  dirasakan  seperti di sayat-sayat.

ana

4 4

4 4

Page 66: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

20.15 WIB

20.30 WIB

20.45 WIB

klien untuk manajemen nyeri yaitu tekhnik relaksai (napas dalam) yang telah diajarkan sebelum operasi. Ajarkan kembali bila perlu.

R/: klien mengatakan bisa dan akan melakukannya

5.  menganjurkan istirahat denganposisi terlentang.

     R/: klien merasa nyaman dengan posisi terlentang.

6.   Memberikan lingkungan yang tenang dannyaman.

     R/klientampak tenang dan nayman berbaring ditempt tidur

7    Meberikan  terapi obat analgei. ketorolak 1 gram melalui IV

     R/klien tmpak meringis saat dimasukan obat

2.  Mengkaji ulang faktor pencetus yang dapat memperberat nyeri.

     R/: klien mengatakan masih merasakan nyeri pada daerah luka operasi.

1.       Mengkaji respon nyeri dan skala nyeri

R/: Klien tampak meringis kesakitan dan mengeluh nyeri pada daerah sekitar luka operasi dengan skala nyeri 3 (0-5).

4.   menganjurkan untuk manajemen nyeri yaitu tekhnik relaksai (napas dalam) yang telah diajarkan sebelumnya.

ana

ana

ana

O :

       Klien   tampak   sesekali meringis

       Klien   masih   tampak menahan gerakan.

       Skala   nyeri   :   3   dalam rentang (0-5)

       TD : 140/80mmHg

       N : 80 x/mnt

       R : 20 x/mnt

       Klien tampak menggunakan teknik napas dalam  jika nyerinya dirasakan.

A :

       Masalah gangguan rasa nyaman nyeri teratasi sebagian.

P:

Intervensi dilanjutkan pada no: 1,2,3,4,5,6,7.

Page 67: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

21.00 WIB

20 Oktober 2012

05.00 WIB

05.05 WIB

05.10 WIB

      R/: klien mengatakan bisa dan akan melakukannya.

6.   Berikan lingkungan yang tenang dannyaman.

     R/: klien terlihat tenang.

3.  Mengukur tanda-tanda vital.

R/: TD: 110/80 mmHg, P: 80x/mnt. R: 22x/mnt.

2.       Mengkaji kembali respon nyeri dan skala nyeri

R/: Klien tampak meringis kesakitan dan mengeluh nyeri pada daerah sekitar luka operasi dengan skala nyeri 3 (0-5).

4.   menganjurkan untuk manajemen nyeri yaitu tekhnik relaksai (napas dalam) yang telah diajarkan sebelumnya.

      R/: klien mengatakan bisa dan akan melakukannya.

6.   Berikan lingkungan yang tenang dannyaman.

R/: klien terlihat tenang.

7.  memberikan  terapi obat analgeik ketorolac 2x1 ampul melalui IV.

ana

ana

ana

ana

Page 68: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

05.15 WIB

05.40 WIB

08.15 WIB

R/: klien meringis kesakitan.

3.  Mengukur tanda-tanda vital.

R/: TD: 110/80 mmHg, P: 80x/mnt. R: 22x/mnt

1.   Mengkaji kembali respon nyeri dan skala nyeri

R/: Klien tampak meringis kesakitan dan mengeluh nyeri pada daerah sekitar luka operasi dengan skala nyeri 3 (0-5).

4.   menganjurkan untuk manajemen nyeri yaitu tekhnik relaksai (napas dalam) yang telah diajarkan sebelumnya.

      R/: klien mengatakan bisa dan akan melakukannya.

6.  Berikan lingkungan

     yang tenang dan

     nyaman.

R/: Klien terlihat tenang

ana

ana

wahid

Page 69: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

08.20 WIB

08.30 WIB

09.00 WIB

11.00 WIB

14.20 WIB

wahid

Wahid

Wahid

Wahid

Yogi

Page 70: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

14.25 WIB

14.30 WIB

Yogi

Ogi

2. Resiko   tinggi infeksi berhubungan dengan   luka operasi.

19 Oktober 2012

20.00 WIB

1.    mengawasi tanda vital: suhu, perhatikan adanya demam, menggigil dan berkeringat.

       R/: suhu 370C

3.       Mengobservasi keadaan luka, perhatikan karekateristik danpenampilan.

ana Tanggal 20 Oktober 2012

Pukul 20.00 WIB

S : -

O :

 Terdapat   luka   operasi sepanjang ±7cm (subcuticular)

ana

Page 71: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

20.10 WIB

20.20 WIB

21.00 WIB

20 

R/: Keadaan luka masih basah, tidak terdapat kemerahan di sekitar luka, tidak ada keluaran pus, panjang luka ±7cm (subcuticular).

4.   Mengkaji keadaan di sekitar kulit yang terpasang infus.

     R/: tiak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, timbul rasa nyeri, dan bengkak.

5.   Memberikan obat antibiotik Cefotaxime 1gr dan metrodinazole 500 mg  melalui IV

       R/:klien terlihat meringis saat diberi obat.

5.   Memberikan obat antibiotik metrodinazole 500 mg  melalui IV

       R/: klien terlihatrileks saat diberi obat

1.    Mengawasi tanda vital: suhu, perhatikan adanya demam, menggigil dan berkeringat.

      R/: suhu 36,70C

3.  Mengobservasi keadaan luka, perhatikan karekateristik danpenampilan.

R/: Keadaan luka masih basah, tidak terdapat kemerahan di sekitar luka, tidak ada keluaran pus, panjang luka ±7cm (subcuticular).

4.   Mengkaji keadaan di sekitar kulit yang terpasang infus.

ana

ana

ana

 Keadaan lukamasih basah

 Tidak   terdapat   kemerahan pada sekitar   luka operasi, tidak ada pus.

 Teraba   panas   di   daerah sekitar luka

 Suhu tubuh 370C

 Terpasang   infus   pada tangan sebelah kiridengan cairan RL 20 tetes/menit.

 Tidak   terdapat   tanda-tanda adanya   infeksi (kemerahan,   oedema) disekitar   kulit   yang terpasang infus

A :

 Maslah  resiko  tinggi   infeksi belum teratasi

P :

Intervensi   dilanjutkan pada no : 1,3,4,5

Page 72: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Oktober 2012

05.00 WIB

05.10 WIB

08.30 WIB

08.55 WIB

     R/: tiak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, timbul rasa nyeri, dan bengkak.

5.   Memberikan obat antibiotik Cefotaxime 1gr melalui IV

      R/: klien terlihatmeringis saat diberi obat

1.    Mengawasi tanda vital: suhu, perhatikan adanya demam, menggigil dan berkeringat.

      R/: suhu 36,70C

5.   Memberikan obat antibiotik metrodinazole 500 mg  melalui IV

      R/: klien terlihatmeringis saat diberi obat.

3.  Mengobservasi keadaan luka, perhatikan karekateristik danpenampilan.

R/: Keadaan luka masih basah, tidak terdapat kemerahan di sekitar luka, tidak ada keluaran pus, panjang luka ±7cm (subcuticular).

4.   Mengkaji keadaan di sekitar kulit yang terpasang infus.

     R/: tiak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, timbul rasa nyeri, dan bengkak.

1.    Mengawasi tanda vital: suhu, perhatikan adanya demam, menggigil dan berkeringat

ana

ana

Wahid

Wahid

Page 73: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

09.00 WIB

11. 05WIB

 13. 00 WIB

 14. 30 WIB

Wahid

Wahid

Wahid

Yogi

Page 74: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

 14. 40 WIB

15.00 WIB

Yogi

Yogi

3 Resiko perubahan pola   nutrisi kurang   dari kebutuhan berhubungan dengan intake 

19 Oktober 2012

20.40 WIB

1.     Mengkaji intake nutrisi klien

R/klien merasakan mual saat makan dan nafsu  makan berkurang

2.     Anjurkan klien untuk minum air hangat sebelum makan

ana Tanggal 20 Oktober 2012

Pukul 20.00 WIB

S :

-    klien mengatakan masih merasa mual dan masih belum nafsu makan.

Ana

Page 75: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

inadekuat

20.45 WIB

20.50 WIB

21.00 WIB

20 Oktober 2012

05.00 WIB

07.00 WIB

R/klien tampak minum air hangat sebelum makan

3.     Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.

R/ klien tampak mengerti dan akan melakukannya

4.     berikan obat antasida ranitidine 50 mg

R/klien tampak meringis saat dimasukan obat

4.       berikan obat antasida ranitidine 50 mg

R/klien tampak meringis saat dimasukan obat

2.     Anjurkan klien untuk minum air hangat sebelum makan

      R/klien tampak minum air hangat sebelum makan

3.     Menyajikan klien makanan yang hangat dalam porsi makanan yang sedang

R/klien tampak makan sedikit-sedikit.

5.     Anjurkan klien untuk minum air hangat sebelum makan

R/klien tampak minum air hangat sebelum makan

1.   Mengkaji intake nutrisi klien

R/klien merasakan mual saat makan dan nafsu  makan berkurang

2.   Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.

R/ klien tampak mengerti dan 

ana

ana

ana

ana

Ana

O :

-    klien nampak masih mual dan makan sedikit-sedikit

A :

Masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan belum teratasi

P :

Intervensi no 1,2,3,4,5 dilanjutkan

Page 76: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

07.05 WIB

12.00 WIB

12.15 WIB

12.25 WIB

akan melakukannya

3.    Menyajikan klien makanan yang hangat dalam porsi makanan yang sedang

R/klien tampak makan sedikit-sedikit

4.       Kolaborasi pemberian obat antasida ranitidine 50 mg

R/klien tampak meringis saat dimasukan obat

5.       Anjurkan klien untuk minum air hangat sebelum makan

R/klien tampak minum air hangat sebelum makan

1.   Mengkaji intake nutrisi klien

R/klien merasakan mual saat makan dan nafsu  makan berkurang

2.   Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.

R/ klien tampak mengerti dan akan melakukannya

3.    Menyajikan klien makanan yang hangat dalam porsi makanan yang sedang

R/klien tampak makan sedikit-sedikit

Ana

wahid

wahid

Wahid

Page 77: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

12.30 WIB

13.00 WIB

19.00 WIB

19.05 WIB

19.10 WIB

Wahid

Wahid

Yogi

Yogi

Yogi

Page 78: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

19.15 WIB Yogi

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

19 Oktober 2012

20.30 WIB

20.35 WIB

1.   Mengkaji tingkat kemandirian klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.

R/: perawatan diri dibantu total.

3.   Memberi tahu kepada keluarga untuk ikut terlibat dalam pemenuhan perawatan diri klien.

     R/: keluarga mengatakan akan ikut membantu dalam pemenuhan perawatan diri klien.

6.       Membantu klien mandi di tempat tidur dan mengganti baju dengan yang baru.

R/: klien terlihat bersih dan nyaman.

1.   Mengkaji tingkat kemandirian klien untuk memenuhi 

ana

ana

Tanggal 20 Oktober 2012

Pukul 20.00 WIB

S :

 Klien mengatakan belum bisa melakukan perawatan diri.

O :

 Klien masih tampak lemah

 Klien masihmembutuhkan bantuan  dalam perawatan diri.

 Kulit tubuh bersih

 Rambut rapi

 Rambut masih lengket.

A :

 Masalah defisit perawatan diri teratasi sebagian

ana

Page 79: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

20 Oktober 2012

06.30 WIB

08.45 WIB

14.45 WIB

kebutuhan perawatan diri.

R/: perawatan diri masih dibantu total

1.   Mengkaji tingkat kemandirian klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.

R/: perawatan diri masih dibantu total

Ana

Wahid

Yogi

P :

       intervensi lanjutkan  pada no: 1,2 dan 3

Page 80: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Asuhan Keperawatan Pada Ny. I Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Akibat Post Operasi Apendiktomi Di Ruang Fatmawati BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi

1. Pengkajian

                                                                               Tanggal Dikaji : 19 Oktober 2012

                                                                   Jam                    : 20.00 WIB

                    

Nama                                         : Ny. I

Umur                                         : 52 Tahun

Jenis Kelamin                            : Perempuan

Pendidikan                                : SMP

Pekerjaan                                   : Ibu Rumah Tangga

Agama                                       : Islam

Suku / Bangsa                           : Sunda / Indonesia

Status Perkawinan                     : Menikah

Alamat                                       : Kp.Ciburiang. RT 01 RW 01.

  Desa Sekarwangi. Kec.Cibadak.

  Kab. Sukabumi 

No. RM / CM                            : 271200

Dx Medis                                  : Post Operasi Apendiktomi Hari Ke-1

Tgl masuk                                  : 17 Oktober 2012      

2).  Identitas Penanggung JawabNama                                         : Tn. J

Umur                                         : 60 Tahun

Pendidikan                                : SMP

Pekerjaan                                   : Wiraswasta

Page 81: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

                 : Kp.Ciburiang. RT 01 RW 01. Desa Sekarwangi. Kec.Cibadak. Kab.sukabumi

Hubungan Dengan Pasien         : Suami Klien

3)      Riwayat Kesehatan Klien

a).    Alasan masuk perawatan

Klien mengatakan 2 hari sebelum masuk rumah sakit, klen mengeluh sakit perut dan nyeri ulu hati, kline kira hanya penyakit maag biasa namunn rasa sakitnya itu semakin parah dan keluarga kelien langsung membawa klien ke klinik, saat diperiksa diklinik klien diidagnosa apendiksitis akut kemudian klien dirujuk ke RSUD Sekarwangi untuk dioperasi.

b).    Keluhan Utama :

Klien mengeluh nyeri di area luka operasi.

c).    Riwayat  Kesehatan Sekarang.

           Klien   mengatakan   nyeri di   area   luka operasi yaitu   di area perut   sebelah   kanan,nyeri   dirasakan   seperti ditusuk-tusuk namun nyeri tersebut tidak menjalar ke area yang lain, nyeri yang dirasakan sangat mengganggu aktivitasnya dengan   skala   nyeri   3   (skala   0-5),   nyeri   dirasakan   sebelum  dan   sesudah   dilakukan   operasi nyeri dirasakan  bertambah   jika   klien  melakukan  pergerakan dan bangun  dari   tempat  tidur dan  berkurang  bila   klien istirahat dengan tenang atau tidur, nyeri yang dirasakan klien hilang timbul dalam waktu yang tidak menentu.

d).   Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien  mengatakan   sebelumnya   belum   pernah   dirawat   di   rumah   sakit   karena   sakityang   sama,   awalnya   klien merasakan nyeri   tersebut  seperti nyeri  haid,  kemudian klien pun berobat ke dokter  umum dan diberitahukan bahwa klien terkena apendiksitis akut, klien pun hanya diberikan obat anti nyeri, setelah ± 5 bulan nyeri itu terasa kembali

e).    Riwayat Kesehatan Keluarga

Menurut pengakuan klien dan keluarga, di dalam anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang serupa dengan klien dan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes melitus dan penyakit menular seperti TBC dan hepatitis.

4)      Data Biologis dan Fisiologis

a).    Pola aktivitas harian

No Pola kebiasan Sebelum sakit Selama sakit (Di

Rumah Sakit)

Keluhan dan tingkat

kemandirian klien

1 Pola Nutrisi Makan 3x/hr, dengan habis  Makan  Klien mengeluh 

Page 82: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

2 Pola Eliminasi

Pola 

1 Porsi, jenis makanannya terdiri dari lauk pauk, sayur, buah-buahan, tidak ada pantangan dalam makan dan tidak ada alergi terhadap makanan. Minum ±8 gelas/hari(±2000 cc/hari), 1 gelas = ±250 cc. jenis air putih.

BAB 1x/hr dengan konsistensi lembek, warna kunimg.

BAK 4-5 kali/ hari, warna kuning jernih bau khas urine.Tidak ada nyeri.

Klien tidur malam ± 8 jam. Dari pukul 20.30 s/d 04.30 WIB. terkadang tidur siang namun waktunya tidak menentu.

Mandi 2x/hr dengan 

3x/hr, 1/2porsi, jenis makanan bubur. Pantangan makanan selama di RS yaitu makanan pedas, bersantan Klien minum air putih ± 5 gelas/hari. (± 1250 cc). jenis air putih. Gelas dengan jenis ukuran belimbing.

Klien mengatakan selama di rawat belum pernah BAB.

Klien BAK dengan menggunakan kateter urine, jumlah urine dalam urin bag 1000 cc, warna kuning pekat.

Klien tidur ± hanya8 jam. Dari pukul 21.00 s/d 05.00 WIB.  dan terbangun jika nyerinya terasa. Klien dapat tidur siang hanya ± 2jamdari pukul 14.00 s/d 15.00 WIB.

mual muntah dan nafsu makan berkurang.

Klien makan dibantu oleh keluarga.

Klien terpasang kateter urine.

Tidak ada keluhan

Page 83: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

3

4

5

Istirahat Dan Tidur

Personal Hygiene

Pola aktivitas

menggunakan sabunmandi,   menggosok gigi 2x/hr menggunakan pasta gigi, dan keramas rambut 2x/mg menggunakan shampo.

Dalam sehari-hari klien melakukan aktivitas secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain.

Klien belum mandi, gosok gigi,dan keramas selama dirawat di rumah sakit

Klien masih terbatas untuk begerak, sebagaian aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat.

Klien mangatakan belum mandi, gosok gigi, dan keramas selama dirawat di RS karena nyeri jika klien beraktivitas.

Klien mengatakan masih terasa nyeri saat bergerak.

Page 84: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

 

b).    Pemeriksaan Fisik

(1). Penampilan Umum

Klien tampak lemah berbaring di tempat tidur,  klien terkadang tampak sering meringis dan menahan melakukan pergerakan.

(2). Hasil Pemeriksaan Head To Toe dengan pendekatan secara infeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi yang ditulis per sistem tubuh

(a).  Sistem Pernapasan

Bentuk hidung simetris, keadaan bersih, tidak terdapat sekret, tidak terdapat pernapasan cuping hidung, pergerakan dada simetris. Pada saat diauskultasi suara napas terdengar vesikuler, tidak terdengar suara ronchi dan whezzing. Pada saat perkusi permukaan paru resonance tidak ada suara redup, irama pernapasan reguler, R: 24x/menit.

(b). Sistem Kardiovaskuler

Konjungtiva pucat,  tidak  terdapat  peningkatan  JVP,  nadi  mudah diraba  dan  teratur,   frekuensi  nadi 90 x/mnt, TD 150/70 mmHg, CRT kembali  < 2 detik, tidak terdapat clubbing finger,  pada auskultasi  bunyi jantung terdengar S1 dan S2 tanpa bunyi tambahan, perkusi daerah jantung berbunyi dulness, tidak terdapat oedema pada ektremitas

(c).  Sistem Pencernaan

Bibir tampak kering, keadaan mulut tampak sedikit kotor dan berbau, mukosa mulut merah muda, tidak ada stomatitis, tidak terpasang  NGT, bentuk abdomen datar, bising usus 8x/menit, pada saat perkusi terdengar bunyi hipertimpani pada abdomen di sekitar epigastrium.

(d). Sistem Integumen

Rambut tampak lengket dan kusut, kulit tubuh lengket dan berkeringat, terdapat luka operasi di bawah umblilikus di daerah abdomen kanan bawah, bentuk luka horizontal dengan panjang luka ± 7 cm dengan jenis jahitan  subcuticular,  keadaan  luka  masih basah,  tidak  terdapat  kemerahan di   sekitar   luka, sekitar   luka   teraba panas, terdapat sedikit pengeluaran darah di sekitar luka, Suhu tubuh klien 370C, turgor kulit kembali < 2 detik, tidak terdapat kemerahan, bengkak dan nyeri  tekan disekitar kulit yang terpasang infuse, kateter urin tampak kotor, keadaan meatus uretra tampak kotor.

(e).  Sistem Muskulo Skeletal

Ekstremitas atas : Bentuk simetris antara kiri dan kanan, ROM klien baik terbukti klien dapat mengerakkan kedua tangan ke  segala  arah,  tangan kiri   terpasang  infus  pergerakan agak  terbatas,  kekuatan  otot  4  terbukti gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit penahanan, jumlah jari lengkap.

Ekstremitas bawah : Pada saat dikaji bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada varises, jari lengkap, ROM klien baik.

Page 85: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Kekuatan Otot : 

(f).  Sistem Persarafan

Tingkat kesadaran: Compos Mentis

GCS 15 : E4 M6 V5

N I (Olfaktorius)

Dalam keadaan mata tertutup dan salah satu hidung ditutup secara bergantian klien mampu membedakan antara bau jeruk dan minyak kayu putih .

N II (Optikus)

Klien dapat membaca dalam jarak baca normal ± 30 cm tanpa menggunakan alat.

N III, IV, VI (Okulomotoris, Trocrealis, Abdusen)

Keadaan gerakan mata baik ditandai dengan klien dapat menggerakan bola mata ke segala arah, kontraksi pupil ke arah cahaya baik ditandai dengan pupil kontriksi ketika dirangsang cahaya.

N V (Trigeminus)

Fungsi sensorik baik ditandai dengan dapat merasakan usapan kapas pada pipinya dengan mata tertutup, klien bisa mengunyah.

N VII (Facialis)

Sensori baik ditandai dengan klien dapat membedakan rasa asin, manis, asam dan pahit. Motorik baik ditandai dengan   klien  mampu   tersenyum,  menggembungkan   pipi,  menutup   rapat  mata   dan  menyeringai   gerakannya lembut dan simetris.

N VIII (Vestibula Acusticus)

Klien dapat mendengar gesekan kertas, klien dapat mendengar suara dan menjawab pertanyaan dengan jelas.

N IX, X (Glosofaringeus dan Vagus)

reflek menelan baik ditandai klien dapat menelan air tanpa ada rasa sakit, klien juga dapat berbicara dengan jelas.

N XI (Assesorius)

tonus   otot  baik,   klien   dapat  menahan   tekanan,   klien   dapat  menggerakan   bahu   ke   segala   arah,   klien   dapat menengok ke kanan dan ke kiri, ke bawah dan ke atas, tidak terdapat kaku kuduk.

N XII (Hipoglosus)

Page 86: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Lidah simetris dan klien dapat menggerakan lidahnya ke kanan dan ke kiri, lidah baik saat tahanan diberikan di sisi luar pipi.

(g). Sistem Perkemihan

Tidak terdapat distensi kandung kemih, saat palpasi tidak terdapat pembesaran ginjal,  tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih.

(h). Sistem Endokrin

Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.

5)      Data Psikologisa).     Status Emosional

Emosi klien stabil namun klien mengatakan merasa cemas dan khawatir akan kondisinya.

b).    Konsep Diri

(1).  Gambaran Diri : Klien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya, tidak ada yang klien spesialkan atau klien benci karena menurut klien seluruh bagian tubuhnya adalah berguna dan saling melengkapi.

(2).  Harga Diri : Klien dapat menerima keadaan sakitnya, klien merasa lebih diperhatikan oleh keluarga.

(3).  Ideal  Diri   :  Klien  mengatakan   ingin   cepat   sembuh dari   sakitnya  dan segera  pulang  ke   rumah dan melakukan aktivitas sehari-hari.

(4).  Peran Diri : Klien adalah seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya mengurusi pekerjaan rumah dan merawat anaknya.

(5).  Identitas Diri : Klien merasa puas menjadi seorang perempuan, penampilan dan cara berpakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. 

c).     Stressor

                                     (1)       Stressor Jangka Pendek

Klien dan keluarga mengatakan cemas akan kondisinya setelah menjalankan operasi untuk penyembuhan penyakitnya.

                                     (2)       Stressor Jangka Panjang

Klien   mengatakan tidak   merasa takut   setelah   menjalankan   operasi. dan ingindapat   beraktivitas seperti biasanya.

d).    Mekanisme Koping

Klien mengatakan selalu membicarakan masalahnya pada keluarga. Klien tampak selalu bertanya pada petugas   kesehatan  mengenai   kondisinya   dan keadaan   klien   setelahoperasi,   klien   dan   keluarga   sering  minta penjelasan tentang penyakitnya.

Page 87: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

e).     Harapan dan pemahaman klien tentang kondisinya sekarang

Klien mengatakan ingin segera sembuh dengan kondisinya sekarang, klien mengatakan ingin segera pulih seperti bisa.

6)      Data Sosiala)     Pola Komunikasi dan Interaksi Interpersonal

Klien berkomunikasi  dengan menggunakan bahasa Sunda,  terkadang menggunakan bahasa  Indonesia, klien dapat berbicara dengan jelas dan dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan keluarga, perawat, dokter dan sesama klien lain.

b)    Gaya Hidup

Gaya   hidup   klien   sederhana   terlihat   dari   segi   penampilannya.   Klien  mengatakan   tidak  mempunyai kebiasan   merokok   atau   mengkonsumsi   alkohol.   Klien   menyukai   berbagai   jenis   sayuran   dan   sering mengkonsumsinya.

c)     Support Sistem

Klien mendapat dukungan terbesar untuk sembuh dari semua anggota keluargakhususnya dukungan dari suami.

7)      Data Sprituala)      Pola Religius

Klien beragama Islam dan sangat percaya akan adanya Allah SWT. Meskipun sedang sakit  klien tetap menjalankan ibadah shalat. Klien selalu berdoa kepada Allah SWT untuk kesembuhannya.

b)      Kepercayaan dan Keyakinan

Klien yakin dengan perawatan yang baik klien akan sembuh,  klien menganggap sakit  yang dialaminya merupakan cobaan dari Allah SWT. Tidak ada kepercayaan terhadap budaya yang bertentangan dengan kesehatan.

8)      Data Penunjanga)      Farmakotherapi/ pengobatan

Pengobatan tanggal 19 Oktober 2012

No Nama Obat Dosis Obat Cara Pemberian Waktu Pemberian

1 Mertonidazol 3x500 mg IV 21.00, 05.00, 13.00

2 Cefotaxim 2x1gram IV 21.00, 09.00

3 Ketorolak 2 x 30 mg IV 21.00, 09.00

4 Ranitidine 3 x 50 mg IV 21.00, 05.00, 13.00

Page 88: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

b)      Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Labolatorium Tanggal 18 Oktober 2012

PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL

Hemoglobin 11,9 g/dl P: 12-16 g/dl  - L: 14-18 g/dl

Leukosit 11900 mm3 DWS : 4000-9000/ul

Hematokrit 38 % P : 35-45% - L : 40-50 %

Trombosit 236000mm3 150.000- 350.000/uI

Ureum 23 mg/dl 10-15

Creatinin 0,64 mg/dl 0,5-1,9

Gula darah sewaktu 70 mg/dl < 180

SGOT 16 mg/dl < 21

SGPT 16 mg/dl < 22

9)      Analisa Data

Page 89: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

 

No

DataEtiologi

Problem

1 DS:

         Klien mengeluh nyeri pada luka operasi

         Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk

DO :

         Skala nyeri 3 (0-5)

         Terdapat luka operasi sepanjang ± 7 cm (subcuticular) vertikal di bawah umbilikus.

         Klien tampak meringis

         Klien tampak menahan pergerakan

         TD 150/70 mmHg

         P: 90 x/ menit

         R: 24 x/ menit

Tindakan pembedaha

n(apendiktomy)

Terputusnya kontinuitas jaringan

Merangsang mediator kimia (histamin, 

bradikinin, prostaglandin)

Merangsang saraf nyeri

Merangsang stimulus reseptor nyeri

Ditransmisikan ke talamus lalu ke korteks 

serebri

Nyeri dipersepsikan

Gangguan rasa nyaman nyeri

Gangguan rasa 

nyaman: nyeri

2 DS: -

DO:

-

Memudahkan invasi 

mikroorganisme

Terdapat luka operasi vertikal sepanjang ±7 cm (subcuticular) di bawah umbilikus dengan karakteristik luka masih basah, tidak terdapat kemerahan di sekitar luka, sekitar luka teraba panas, terdapat sedikit pengeluaran darah di sekitar luka jahitan

         Tidak terdapat kemerahan, bengkak dan nyeri tekan disekitar kulit yang terpasang 

Pemasangan alat invasif : infus, 

kateter

Tindakan pembedahan

Terputusnya kontinuitas jaringan

Terbukanya jaringan 

Resiko infeksi

Page 90: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

2.     Diagnosa Perawatan Berdasarkan Prioritas masalah :a.       Gangguan rasa nyaman nyeri  berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat luka post 

operasi.

b.     Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi dan pemasangan alat invasif.

c.     Resiko perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake inadekuat.

d.    Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

3.      Perencanaan KeperawatanTanggal Perencanaan : 19 Oktober 2012

Nama Perawat : Ana Pujiyawati

No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan RasionalPara

f

1 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat luka post operasi, ditandai dengan :

DS:

         Klien mengeluh nyeri pada luka operasi

         Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk

DO :

         Skala nyeri 3 (0-5)

         Terdapat luka operasi sepanjang ± 7 cm (subcuticular) vertikal di bawah umbilikus.

         Klien tampak meringis

         Klien tampak 

Tupan : Setelah dilakukan 3 x 24 jam perawatan , gangguan rasa nyaman: nyeri klien teratasi

Tupen: Setelah 1 x 24 jam perawatan persepsi klien tentang nyeri berkurang dengan kriteria hasil:

-  Keluhan nyeri klien berkurang skala 3 ke 2 (0-5)

-  Klien mengunakan teknik untuk mengatasi nyeri yang telah diajarkan

-  Klien mampu melakukan ambulasi dini secara bertahap

-  Klien tampak lebih tenang

1.       Kaji respon klien terhadap nyeri, catat lokasi, kualitas, durasi nyeri dengan skala (0-5) setiap 6 jam.

2.       Kaji ulang faktor pencetus yang dapat memperberat nyeri.

3.       Ukur TD, Nadi dan respirasi setiap6 jam.

1.       Mengidentifikasi sejauh mana nyeri yang dirasakan klien dan membantu dalam menentukan pilihan dan keefektifan intervensi.

2.       Mengidentifikasi untuk penentuan pilihan intervensi keperawatan selanjutnya.

3.       Peningkatan TD, nadi dan respirasi mengidentifikasi nyeri yang 

ana

Page 91: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

menahan pergerakan

         TD 150/70 mmHg

         P: 90 x/ menit

-      R: 24 x/ menit

4.       Kaji ulang kemampuan klien untuk manajemen nyeri yaitu tekhnik relaksai (napas dalam) yang telah diajarkan sebelum operasi. Ajarkan kembali bila perlu.

5.       Anjurkan istirahat dengan posisi terlentang

6.       Berikan lingkungan yang tenang dan tempat tidur yang nyaman, terutama jika klien tidur malam

7.       Berikan  terapi obat analgeik ketorolak 2x30mg melalui IV  setiap 12 jam.

berlebih.

4.       Napas dalam dapat menurunkan stress dan membantu relaksasi otot yang tegang dan mengurang rasa nyeri.

5.       Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang.

6.       Meningkatkan kenyamanan, menurunkan persepsi nyeri, membantu  dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur .

7.       Membantu menurunkan rasa nyeri.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi danpemasangan   alat invasif :

Tupan: setelah dilakukan Selama  5 x 24  jam perawatan infeksi tidak terjadi

Tupen:   setelah dilakukan Selama 1 x 24 jam  perawatan tidak 

1.       Awasi tanda vital: suhu, perhatikan adanya demam, menggigil dan berkeringatsetiap 6 jam

1.       Mengidentifikasi adanya infeksi, memudahkan pilihan atau keefektifan intervensi.

Ana

Page 92: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

DS: -

DO:

         Terdapat luka operasi vertikal sepanjang ±7 cm (subcuticular) di bawah umbilikus dengan karakteristik luka masih basah, tidak terdapat kemerahan di sekitar luka, sekitar luka teraba panas, terdapat sedikit pengeluaran darah di sekitar luka jahitan

         Suhu tubuh37o

         Terpasang infus pada ekstremitas kiri.

-      Tidak terdapat kemerahan, oedema pada kulit di sekitar pemasangan infus

ditemukan tanda-tanda infeksi dengan kriteria hasil:

   Luka kering

   Tidak terdapat pengeluaran pada luka

   Tidak ada kemerahan pada kulit disekitar luka

   Suhu tubuh dalam batas 37,50C

   Tidak terdapat kemerahan, oedema pada kulit yang terpasang infus

2.       Observasi keadaan luka setiap hari, perhatikan karekateristik penampilan.

3.       Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik dan ganti balutan minimal 1x/perhari.

4.       Kaji karakteristik kulit di sekitar pemasangan infus. Ganti segera jika ditemukan tanda-tanda infeksi.

5.       Berikan obat antibiotik Cefotaxime 2x1gr melalui IV setiap 12 jam.

2.       Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi dan atau pengawasan penyembuhan.

3.       Perawatan luka yang baik dapat membantu mencegah terjadinya infeksi.

4.       Mendeteksi dini terjadinya infeksi pada kulit yang terpasang infus, meminimalkan terjadinya infeksi.

5.       Diberikan untukmencegah infeksi.

3. Resiko   perubahan pola   nutrisi   kurang dari   kebutuhan berhubungan dengan intake   inadekuat, ditandai dengan

DS :

-        Klien mengeluh mual muntah dan nafsu 

Tupan: setelah dilakukan Selama  3 x 24  jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

Tupen:   setelah dilakukan Selama 1 x 24 jam  perawatan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan criteria :

1.     Kaji intake nutrisi klien

2.     Anjurkan klien untuk minum air hangat sebelum makan

1. intake nutrisi yang adekuat akan membantu proses penyembuhan

2. minum air hangat sebelum makan akan 

ana

Page 93: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

makan menurun

DO :

-        Klien tampak lemas

-        Konjungtiva tampak pucat

-        Oprsi makan1/2  tidak habis

-        BB sebelum sakit 46 kg

-        BB setelah skit 45 kg

HB : 11,9 g/dl

-        Klien tidak merasa mual muntah dan nafsu makan klien bertambah

-        BB klien bertambah

3.     Sajikan klien makanan yang hangat dalam porsi makanan yang sedang.

4.     Anjurkan klien makan sedikit tapi sering

5.     Berikan  obat antasida ranitidine 3x50mg setiap 8 jam

mengurangi rasa mual.

3. Sajian makanan yang hangat dalam porsi yang sedang akan membuat klien tertarik untuk makan

4. asupan makanan yang adekuat akan membantu proses penyembuhan klien

5. golongan obat antasida membantu mengurangi sekresi asam lambung yang berlebihan

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan   fisik, nyeri ditandai dengan :

DS:

-       Klien   mengatakan belum   mandi, gosok   gigi,dan keramas   selama dirawat   di   rumah sakit

-       Klien mengatakan masih terbatas   untuk begerak,   sebagaian 

Tupan: setelah dilakukan Selama 3 x 24  jam perawatan , perawatan diri klien teratasi

Tupen: Setelah dilakukan  selama 1 x 24 jam  perawatan, kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi dengan kriteria hasil:

-  Kulit bersih

-  Rambut bersih, tidak lengket

-  Rambut rapi

-  Keluarga membantu klien dalam pemenuhan perawatan diri

1.       Kaji tingkat kemandirian klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri dengan bantuan total, sebagian  atau mandiri, perhatikan adanya perubahan dalam kelemahan.

2.       Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri sesuai dengan tingkat 

1.       Menilai kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri dan mengurangi ketergantungan.

ana

Page 94: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

aktivitas   dibantu oleh   keluarga   dan perawat

DO :

-      Klien tampak lemah barbering di tempat tidur

-      ADL klien dibantu oleh keluargadan perawat.

-     Kekuatan otot

-      Rambut lengket dan kusut

-      Kulit tubuh berkeringat dan lengket

kemampuan klien.

3.       Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien dan anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam pemenuhan perawatan diri.

2.       Membantu pemenuhan kebutuhan personal hygiene dengan tetap memandirikan klien.

3.       Memudahkan dalam memberikan kebutuhan perawatan diri klien.

 4.      Implementasi Keperawatan      

No

Diagnosa Keperawata

n

Tanggal/ Waktu

Implementasi Keperawatan Paraf EvaluasiParaf

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan   dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat   luka post operasi.

19 Oktober 2012

20.00 WIB

20.10 WIB

3.  Mengukur tanda tanda vital.

R/: TD: 110/70 mmHg, P: 80x/mnt. R: 20x/mnt.

S: 37,3 0C

1.    Mengkaji respon nyeri dan skala nyeri

R/: Klien tampak meringis kesakitan dan mengeluh nyeri pada daerah sekitar luka operasi dengan skala nyeri 3 (0-5).

ana

ana

Tanggal 20 Oktober 2012

Pukul 20.00 WIB

S :

       Klien   mengatakan nyeri   pada   luka operasi belumberkurang.

       Klien   mengatakan nyeri   yang   dirasakan 

ana

4 4

4 4

Page 95: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

20.15 WIB

20.30 WIB

20.45 

4 .  mengkaji ulang kemampuan klien untuk manajemen nyeri yaitu tekhnik relaksai (napas dalam) yang telah diajarkan sebelum operasi. Ajarkan kembali bila perlu.

R/: klien mengatakan bisa dan akan melakukannya

5.  menganjurkan istirahat denganposisi terlentang.

     R/: klien merasa nyaman dengan posisi terlentang.

6.   Memberikan lingkungan yang tenang dannyaman.

     R/klientampak tenang dan nayman berbaring ditempt tidur

7    Meberikan  terapi obat analgei. ketorolak 1 gram melalui IV

     R/klien tmpak meringis saat dimasukan obat

2.  Mengkaji ulang faktor pencetus yang dapat memperberat nyeri.

     R/: klien mengatakan masih merasakan nyeri pada daerah luka operasi.

1.       Mengkaji respon nyeri dan skala nyeri

R/: Klien tampak meringis kesakitan dan mengeluh nyeri pada daerah sekitar luka operasi dengan skala nyeri 3 (0-5).

4.   menganjurkan untuk manajemen nyeri yaitu 

ana

ana

ana

seperti di sayat-sayat.

O :

       Klien tampak sesekali meringis

       Klien   masih   tampak menahan gerakan.

       Skala nyeri   :  3 dalam rentang (0-5)

       TD : 140/80mmHg

       N : 80 x/mnt

       R : 20 x/mnt

       Klien tampak menggunakan teknik napas dalam  jika nyerinya dirasakan.

A :

       Masalah gangguan rasa nyaman nyeri teratasi sebagian.

P:

Intervensi dilanjutkan pada no: 1,2,3,4,5,6,7.

Page 96: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

WIB

21.00 WIB

20 Oktober 2012

05.00 WIB

05.05 WIB

tekhnik relaksai (napas dalam) yang telah diajarkan sebelumnya.

      R/: klien mengatakan bisa dan akan melakukannya.

6.   Berikan lingkungan yang tenang dannyaman.

     R/: klien terlihat tenang.

3.  Mengukur tanda-tanda vital.

R/: TD: 110/80 mmHg, P: 80x/mnt. R: 22x/mnt.

2.       Mengkaji kembali respon nyeri dan skala nyeri

R/: Klien tampak meringis kesakitan dan mengeluh nyeri pada daerah sekitar luka operasi dengan skala nyeri 3 (0-5).

4.   menganjurkan untuk manajemen nyeri yaitu tekhnik relaksai (napas dalam) yang telah diajarkan sebelumnya.

      R/: klien mengatakan bisa dan akan melakukannya.

6.   Berikan lingkungan yang tenang dannyaman.

ana

ana

ana

ana

Page 97: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

05.10 WIB

05.15 WIB

05.40 WIB

08.15 WIB

R/: klien terlihat tenang.

7.  memberikan  terapi obat analgeik ketorolac 2x1 ampul melalui IV.

R/: klien meringis kesakitan.

3.  Mengukur tanda-tanda vital.

R/: TD: 110/80 mmHg, P: 80x/mnt. R: 22x/mnt

1.   Mengkaji kembali respon nyeri dan skala nyeri

R/: Klien tampak meringis kesakitan dan mengeluh nyeri pada daerah sekitar luka operasi dengan skala nyeri 3 (0-5).

4.   menganjurkan untuk manajemen nyeri yaitu tekhnik relaksai (napas dalam) yang telah diajarkan sebelumnya.

      R/: klien mengatakan bisa dan akan melakukannya.

6.  Berikan lingkungan

     yang tenang dan

     nyaman.

R/: Klien terlihat tenang

ana

ana

wahid

Page 98: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

08.20 WIB

08.30 WIB

09.00 WIB

wahid

Wahid

Wahid

Wahid

Page 99: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

11.00 WIB

14.20 WIB

14.25 WIB

Yogi

Yogi

Ogi

Page 100: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

14.30 WIB

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan   dengan luka operasi.

19 Oktober 2012

20.00 WIB

20.10 WIB

20.20 WIB

1.    mengawasi tanda vital: suhu, perhatikan adanya demam, menggigil dan berkeringat.

       R/: suhu 370C

3.       Mengobservasi keadaan luka, perhatikan karekateristik danpenampilan.

R/: Keadaan luka masih basah, tidak terdapat kemerahan di sekitar luka, tidak ada keluaran pus, panjang luka ±7cm (subcuticular).

4.   Mengkaji keadaan di sekitar kulit yang terpasang infus.

     R/: tiak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, timbul rasa nyeri, dan bengkak.

5.   Memberikan obat antibiotik Cefotaxime 1gr dan metrodinazole 500 mg  melalui IV

       R/:klien terlihat meringis saat diberi obat.

5.   Memberikan obat antibiotik 

ana

ana

ana

Tanggal 20 Oktober 2012

Pukul 20.00 WIB

S : -

O :

 Terdapat   luka   operasi sepanjang ±7cm (subcuticular)

 Keadaan   lukamasih basah

 Tidak   terdapat kemerahan   pada sekitar   luka operasi, tidak ada pus.

 Teraba panas di  daerah sekitar luka

 Suhu tubuh 370C

 Terpasang   infus   pada tangan   sebelah kiridengan   cairan   RL 20 tetes/menit.

 Tidak   terdapat   tanda-tanda   adanya   infeksi (kemerahan, oedema) disekitar   kulit   yang terpasang infus

ana

Page 101: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

21.00 WIB

20 Oktober 2012

05.00 WIB

05.10 WIB

08.30 

metrodinazole 500 mg  melalui IV

       R/: klien terlihatrileks saat diberi obat

1.    Mengawasi tanda vital: suhu, perhatikan adanya demam, menggigil dan berkeringat.

      R/: suhu 36,70C

3.  Mengobservasi keadaan luka, perhatikan karekateristik danpenampilan.

R/: Keadaan luka masih basah, tidak terdapat kemerahan di sekitar luka, tidak ada keluaran pus, panjang luka ±7cm (subcuticular).

4.   Mengkaji keadaan di sekitar kulit yang terpasang infus.

     R/: tiak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, timbul rasa nyeri, dan bengkak.

5.   Memberikan obat antibiotik Cefotaxime 1gr melalui IV

      R/: klien terlihatmeringis saat diberi obat

1.    Mengawasi tanda vital: suhu, perhatikan adanya demam, menggigil dan berkeringat.

      R/: suhu 36,70C

5.   Memberikan obat antibiotik metrodinazole 500 mg  melalui IV

ana

ana

ana

Wahid

A :

 Maslah   resiko   tinggi infeksi belum teratasi

P :

Intervensi   dilanjutkan pada no : 1,3,4,5

Page 102: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

WIB

08.55 WIB

09.00 WIB

      R/: klien terlihatmeringis saat diberi obat.

3.  Mengobservasi keadaan luka, perhatikan karekateristik danpenampilan.

R/: Keadaan luka masih basah, tidak terdapat kemerahan di sekitar luka, tidak ada keluaran pus, panjang luka ±7cm (subcuticular).

4.   Mengkaji keadaan di sekitar kulit yang terpasang infus.

     R/: tiak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, timbul rasa nyeri, dan bengkak.

1.    Mengawasi tanda vital: suhu, perhatikan adanya demam, menggigil dan berkeringat

Wahid

Wahid

Wahid

Page 103: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

11. 05WIB

 13. 00 WIB

 14. 30 WIB

 14. 40 WIB

Wahid

Yogi

Yogi

Page 104: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

15.00 WIB

Yogi

3 Resiko perubahan pola   nutrisi kurang   dari kebutuhan berhubungan   dengan intake inadekuat

19 Oktober 2012

20.40 WIB

20.45 WIB

20.50 WIB

1.     Mengkaji intake nutrisi klien

R/klien merasakan mual saat makan dan nafsu  makan berkurang

2.     Anjurkan klien untuk minum air hangat sebelum makan

R/klien tampak minum air hangat sebelum makan

3.     Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.

R/ klien tampak mengerti dan akan melakukannya

4.     berikan obat antasida ranitidine 50 mg

R/klien tampak meringis saat dimasukan obat

4.       berikan obat antasida ranitidine 50 mg

ana

ana

ana

Tanggal 20 Oktober 2012

Pukul 20.00 WIB

S :

-    klien mengatakan masih merasa mual dan masih belum nafsu makan.

O :

-    klien nampak masih mual dan makan sedikit-sedikit

A :

Masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan belum teratasi

Ana

Page 105: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

21.00 WIB

20 Oktober 2012

05.00 WIB

07.00 WIB

07.05 WIB

R/klien tampak meringis saat dimasukan obat

2.     Anjurkan klien untuk minum air hangat sebelum makan

      R/klien tampak minum air hangat sebelum makan

3.     Menyajikan klien makanan yang hangat dalam porsi makanan yang sedang

R/klien tampak makan sedikit-sedikit.

5.     Anjurkan klien untuk minum air hangat sebelum makan

R/klien tampak minum air hangat sebelum makan

1.   Mengkaji intake nutrisi klien

R/klien merasakan mual saat makan dan nafsu  makan berkurang

2.   Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.

R/ klien tampak mengerti dan akan melakukannya

3.    Menyajikan klien makanan yang hangat dalam porsi makanan yang sedang

R/klien tampak makan sedikit-sedikit

4.       Kolaborasi pemberian obat antasida ranitidine 50 mg

R/klien tampak meringis saat dimasukan obat

5.       Anjurkan klien untuk minum air hangat sebelum 

ana

ana

Ana

Ana

P :

Intervensi no 1,2,3,4,5 dilanjutkan

Page 106: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

12.00 WIB

12.15 WIB

12.25 WIB

12.30 WIB

makan

R/klien tampak minum air hangat sebelum makan

1.   Mengkaji intake nutrisi klien

R/klien merasakan mual saat makan dan nafsu  makan berkurang

2.   Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.

R/ klien tampak mengerti dan akan melakukannya

3.    Menyajikan klien makanan yang hangat dalam porsi makanan yang sedang

R/klien tampak makan sedikit-sedikit

wahid

wahid

Wahid

Wahid

Wahid

Page 107: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

13.00 WIB

19.00 WIB

19.05 WIB

19.10 WIB

Yogi

Yogi

Yogi

Yogi

Page 108: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

19.15 WIB

4. Defisit perawatan diri berhubungan   dengan kelemahan fisik

19 Oktober 2012

20.30 WIB

20.35 WIB

20 

1.   Mengkaji tingkat kemandirian klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.

R/: perawatan diri dibantu total.

3.   Memberi tahu kepada keluarga untuk ikut terlibat dalam pemenuhan perawatan diri klien.

     R/: keluarga mengatakan akan ikut membantu dalam pemenuhan perawatan diri klien.

6.       Membantu klien mandi di tempat tidur dan mengganti baju dengan yang baru.

R/: klien terlihat bersih dan nyaman.

1.   Mengkaji tingkat kemandirian klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.

R/: perawatan diri masih dibantu total

1.   Mengkaji tingkat 

ana

ana

Ana

Tanggal 20 Oktober 2012

Pukul 20.00 WIB

S :

 Klien mengatakan belum bisa melakukan perawatan diri.

O :

 Klien masih tampak lemah

 Klien masihmembutuhkan bantuan  dalam perawatan diri.

 Kulit tubuh bersih

 Rambut rapi

 Rambut masih lengket.

A :

 Masalah defisit perawatan diri teratasi sebagian

P :

       intervensi lanjutkan  pada no: 

ana

Page 109: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Oktober 2012

06.30 WIB

08.45 WIB

14.45 WIB

kemandirian klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.

R/: perawatan diri masih dibantu total

Wahid

Yogi

1,2 dan 3

Page 110: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

ASKEP APENDIKTOMI

A. Pengertian

Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer,2000).

Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).

Apendiksitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui peradangan, obstruksi dan iskemia di dalam jangka waktu bervariasi (Sabiston, 1995).

Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).

B. Etiologi

1. Menurut Syamsyuhidayat, 2004 :

1. Fekalit/massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat.

2. Tumor apendiks.

3. Cacing ascaris.

4. Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica.

5. Hiperplasia jaringan limfe.

2. Menurut Mansjoer , 2000 :

1. Hiperflasia folikel limfoid.

2. Fekalit.

3. Benda asing.

4. Striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya.

5. Neoplasma.

3. Menurut Markum, 1996 :

1. Fekolit

Page 111: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

2. Parasit

3. Hiperplasia limfoid

4. Stenosis fibrosis akibat radang sebelumnya

5. Tumor karsinoid

C. Patofisiologi

Menurut Mansjoer, 2000:

Apendiksitis biasa disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Feses yang terperangkap dalam lumen apendiks akan menyebabkan obstruksi dan akan mengalami penyerapan air dan terbentuklah fekolit yang akhirnya sebagai kausa sumbatan. Obstruksi yang terjadi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mukus semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukus. Pada saat ini terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Sumbatan menyebabkan nyeri sekitar umbilicus dan epigastrium, nausea, muntah. invasi kuman E Coli dan spesibakteroides dari lumen ke lapisan mukosa, submukosa, lapisan muskularisa, dan akhirnya ke peritoneum parietalis terjadilah peritonitis lokal kanan bawah.Suhu tubuh mulai naik.Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di area kanan bawah. Keadaan ini yang kemudian disebut dengan apendisitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark diding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh pecah, akan menyebabkan apendisitis perforasi.Bila proses tersebut berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks tersebut akan menyebabkan abses atau bahkan menghilang.

Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan demikian ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena

Page 112: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

telah ada gangguan pembuluh darah.Tahapan Peradangan Apendisitis

1. Apendisitis akuta (sederhana, tanpa perforasi)

2. Apendisitis akuta perforate ( termasuk apendisitis gangrenosa, karena dinding apendiks sebenarnya sudah terjadi mikroperforasi)

D. Manifestasi Klinik

1. Menurut Betz, Cecily, 2000 :

1. Sakit, kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah

2. Anoreksia

3. Mual

4. Muntah,(tanda awal yang umum, kuramg umum pada anak yang lebih besar).

5. Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonotis.

6. Nyeri lepas.

7. Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.

8. Konstipasi.

9. Diare.

10. Disuria.

11. Iritabilitas.

12. Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam setelah munculnya gejala pertama.

2. Manifestasi klinis menurut Mansjoer, 2000 :Keluhan apendiks biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilicus atau periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah. Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen bawah akan semakin progresif, dan denghan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme biasanya juga muncul. Bila tanda Rovsing, psoas, dan obturatorpositif, akan semakin meyakinkan diagnosa klinis.

Page 113: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius.

Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok.

E. Komplikasi

1. Menurut Hartman, dikutip dari Nelson, 1994 :

1. Perforasi.

2. Peritonitis.

3. Infeksi luka.

4. Abses intra abdomen.

5. Obstruksi intestinum.

2. Menurut Mansjoer, 2000 :Apendiksitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan, tetapi peyakit ini tidak dapat diramalkan dan mempunyai kecenderungan menjadi progresif dan mengalami perforasi. Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk dilakukan dalam masa tersebut.

Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus, demam, malaise, leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis umum atau pembentukan abses telah terjadi sejak klien pertam akali datang, diagnosis dapat ditegakkan dengan pasti.

Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi untuk menutup asal perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai penunjang : tirah baring dalam posisi fowler medium, pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan elektrolit, pemberian penenang, pemberian antibiotik berspektrum luas dilanjutkan dengan pemberian antibiotik yang sesuai dengan kultur, transfusi utnuk mengatasi anemia, dan penanganan syok septik secara intensif, bila ada.

Page 114: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Bila terbentuk abses apendiks akan teraba massa di kuadran kanan bawah yang cenderung menggelembung ke arah rektum atau vagina. Terapi dini dapat diberikan kombinasi antibiotik (misalnya ampisilin, gentamisin, metronidazol, atau klindamisin). Dengan sediaan ini abses akan segera menghilang, dan apendiktomi dapat dilakaukan 6-12 minggu kemudian. Pada abses yang tetap progresif harus segera dilakukan drainase. Abses daerah pelvis yang menonjol ke arah rektum atau vagina dengan fruktuasi positif juga perlu dibuatkan drainase.

Tromboflebitis supuratif dari sistem portal jarang terjadi tetapi merupakan komplikasi yang letal. Hal ini harus dicurigai bila ditemukan demam sepsis, menggigil, hepatomegali, dan ikterus setelah terjadi perforasi apendiks. Pada keadaan ini diindikasikan pemberian antibiotik kombinasi dengan drainase. Komplikasi lain yang terjadi ialah abses subfrenikus dan fokal sepsis intraabdominal lain. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan.

F. Pemeriksaan

Pemeriksaan menurut Betz(2002), Catzel(1995), Hartman(1994), antara lain :

1. Anamnesa

Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah :

1. Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah.

2. Muntah oleh karena nyeri viseral.

3. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus).

4. Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.

2. Pemeriksaan RadiologiPemeriksaan radiologi pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.

3. LaboratoriumPemeriksaan darah : lekosit ringan umumnya pada apendisitis sederhana lebih dari 13000/mm3 umumnya pada apendisitis perforasi. Tidak adanya lekositosis tidak menyingkirkan apendisitis. Hitung jenis: terdapat pergeseran ke kiri. Pemeriksaan urin : sediment dapat normal atau terdapat lekosit dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang meradang menempel pada ureter atau

Page 115: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

vesika. Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang.

Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer, 2000 :

1. Sebelum operasi

1. Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi

2. Pemasangan kateter untuk control produksi urin.

3. Rehidrasi

4. Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.

5. Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.

6. Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.

2. Operasi

1. Apendiktomi.

2. Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.

3. Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin mengecil,atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.

3. Pasca operasi

1. Observasi TTV.

2. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah.

3. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.

4. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien dipuasakan.

5. Bila tindakan operasilebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal.

Page 116: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

6. Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.

7. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2×30 menit.

8. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.

9. Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.

Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif yang ditandai dengan :

10. Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi

11. Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat tanda-tanda peritonitis

12. Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran ke kiri.

Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan, karena dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan pembedahan harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih tiggi daripada pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi.

Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda ditandai dengan :

13. Umumnya klien berusia 5 tahun atau lebih.

14. Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi lagi.

15. Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya teraba massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan.

16. Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.

Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotik dan istirahat di tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak, lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan sakit perut.Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses dengan atau tanpa peritonitis umum.

Asuhan Keperawatan Anak dengan Apendiksitis

A. Pengkajian

Pengkajian menurut Wong (2003), Doenges (1999), Catzel (1995), Betz (2002), antara lain :

Page 117: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

1. Wawancara

Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai :

1. Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.

2. Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah. kesehatan klien sekarang ditanyakan kepada orang tua.

3. Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.

4. Kebiasaan eliminasi.

2. Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.

2. Sirkulasi : Takikardia.

3. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.

4. Aktivitas/istirahat : Malaise.

5. Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.

6. Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus.

7. Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.

8. Demam lebih dari 380C.

9. Data psikologis klien nampak gelisah.

10. Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.

11. Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.

12. Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.

3. Pemeriksaan Penunjang

1. Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan mungkin terlihat “ileal atau caecal ileus” (gambaran garis permukaan cairan udara di sekum atau ileum).

Page 118: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

2. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat.

3. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.

4. Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinofil.

5. Pada enema barium apendiks tidak terisi.

6. Ultrasound: fekalit nonkalsifikasi, apendiks nonperforasi, abses apendiks.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang muncul pada anak dengan kasus apendiksitis berdasarkan rumusan diagnosa keperawatan menurut NANDA (2006) antara lain :

Pre Operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah, anoreksia.

Post Operasi

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat.

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi menurut Mc.Closkey (1996) Nursing Intervention Classsification (NIC), dan hasil yang diharapkan menurut Johnson (2000) Nursing Outcome Classification ( NOC) , antara lain :

Pre Operasi

Dx I. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.

Tujuan :Nyeri dapat berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil :

Nyeri berkurang

Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah

Page 119: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Kegelisahan atau keteganganotot

Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.

Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan.

Intervensi

Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan, factor presipitasinya.

Observasi ketidaknyamanan non verbal.

Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak terburu-buru.

Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan.

Anjurkan pasien untuk istirahat.

Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak.

Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.

Dx II. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah, anoreksia.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi pasien adekuat.

Kriteria Hasil :

Mempertahankan berat badan.

Toleransi terhadap diet yang dianjurkan.

Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.

Turgor kulit baik.

Intervensi

Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.

Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.

Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah.

Page 120: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan.

Post Operasi

Dx. I. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil :

Nyeri berkurang

Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah

Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.

Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan.

Intervensi

Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan.

Observasi ketidaknyamanan non verbal

Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak terburu-buru.

Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan.

Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tenkik relaksai saat nyeri.

Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak.

Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.

Dx II. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan pasien normal dan dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat.

Kriteria Hasil :

Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal.

Page 121: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.

Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran mukosa lembab.

Tidak ada rasa haus yang berlebihan.

Intervensi

Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.

Monitor vital sign dan status hidrasi.

Monitor status nutrisi

Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu pembekuan.

Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.

Atur kemungkinan transfusi darah.

Page 122: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN. M DENGAN POST OPERASI APPENDISITIS DI RUANG JEUMPA BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CUT MUTIA KABUPATEN ACEH UTARBAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangApendiks merupakan penonjolan kecil yang berbetuk seperti jari, yang terdapat di usus besar, tempatnya di daerah perbatasan dengan usus halus, panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum, karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi apendisitis (Bruner dan Suddarth).Menurut Kaleu Manjoer (2000), peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut. Penyakit ini dapat mengenai semua unsur, baik laki-laki maupun perempuan tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun.Berdasarkan data dunia di negara-negara berkembang menurut WHO (World Health Organization) di beberapa negara berkembang memiliki prevelensi yang tinggi seperti di negara Singapura berjumlah 15% pada anak-anak 16.5% pada dewasa, Thailand 7% pada anak-anak dan dewasa, dan di negara maju seperti Amerika Serikat berjumlah 11%, sedangkan di Indonesia yang mengalami apendisitis sebanyak 7% pada tahun 2008 (Tambahyong, 2008).Data dari Medical Record Badan Rumah Sakit Umum Daerah (BRSUD) Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara didapatkan hasil jumlah kunjungan pasien kasus Apendisitis dari bulan Januari sampai Desember tahun 2009 terdapat 900 orang, yaitu laki-laki sebanyak 56,5% orang dan perempuan sebanyak 43,4% orang sedangkan yang mengalami Post Operasi Apendisitis sebanyak 8,6% orang, yaitu laki-laki sebanyak 5,1% orang dan perempuan sebanyak 3,5% orang (Medical Record BRSUD-CM-LSM, 2009).Peradangan apendiks yang relatif sering dijumpai yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas, atau timbul setelah obstruksi apendiks oleh tinja, atau akibat terkuncinya apendiks atau pembuluh darahnya, sehingga harus dilakukan apendiktomi.Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk merawat kasus Post Operasi Apendisitis sebagai bahan studi dalam menyelesaikan Ujian Akhir Program (UAP) pada prodi D-III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Lhokseumawe “Asuhan Keperawatan pada Klien tn. M dengan Post Operasi Apendisitis diruang Jeumpa Bedah Badan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara”.

B. Tujuan Penulisan1. Tujuan UmumUntuk mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien post operasi apendisitis melalui proses keperawatan yang konfrehensif dalam bentuk karya tulis ilmiah. 

2. Tujuan Khususa. Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan secara konfrehensif pada klien Tn. M dengan post operasi apendisitis di ruang Jeumpa Bedah BRSUD Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan terhadap masalah yang timbul pada klienmengidentifikasikan serta mendiagnosa masalah yang timbul pada klien Tn. M dengan Post Operasi

Page 123: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Apendisitis di ruang Jeumpa Bedah BRSUD Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.c. Dapat membuat rencana tindakan keperawatan pada klien Tn. M dengan Post Operasi Apendisitis di ruang Jeumpa Bedah BRSUD Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan secara komprehensif pada klien Tn. M Post Operasi Apendisitis di ruang Jeumpa Bedah BRSUD Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.e. Dapat melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan pada klien Tn. M Post Operasi Apendisitis di ruang Jeumpa Bedah BRSUD Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.f. Dapat mendokumentasikan proses keperawatan yang telah diberikan klien Tn. M Post Operasi Apendisitis di ruang Jeumpa Bedah BRSUD Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.

C. Metode PenulisanDalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif (studi kasus), yaitu dengan pendekatan-pendekatan pada kasus post operasi apendisitis dengan melalui tehnik:1) Studi kepustakaan adalah data ataupun teori-teori yang dapat dipergunakan yang berkaitan dengan post operasi apendisitis.2) Studi kasus adalah pengumpulan data di lapangan melalui: wawancara (anamnese), pengamatan (observasi), pemeriksaan fisik, dokumentasi.

D. Sistematika PenulisanPenulisan karya tulis ini menggunakan sistematika yang terdiri dari lima bab sebagai berikut; Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan Sistematika Penulisan.Bab II : Tinjauan Teoritis, membahas tentang konsep dasar yang terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, serta asuhan keperawatan. Bab III : Tinjauan kasus, merupakan aplikasi proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan.Bab IV : Pembahasan, membahas tentang kesenjangan dan keterkaitan antara teori dan kenyataan yang ada pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan.Bab V : Penutup, merumuskan Kesimpulan dan Saran dari penulis.BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar1. PengertianApendisitis adalah peradangan dari apendiks yang relative sering dijumpai yang dapat menimbulkan tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah obstruksi apendiks oleh tinja atau akibat terpuntinya apendiks atau pembuluh darah. Peradangan menyebabkan apendiks membengkak dan nyeri dan dapat menimbulkan ganggren. (Corwin,2001)Apendisitis akut adalah penyakit radang pada apendiks vermiformis yang terjadi secara akut. Apendiks adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing (Kaleu Manjoer,2000).

2. EtiologiMenurut Price (2000) penyebab apendisitis adalah obtruksi non mekanik atau illius adinamik sering menyertai pembedahan peristaltik akibat visera abdomen yang tersentuh tangan. Reflek penghambatan peristaltik ini sering illius peristaltik sempuran.Penyebab usus buntu terjadi karena pembesaran kelenjar pada dindingnya. Ini biasanya terjadi pada anak-anak, pada orang dewasa penyumbatan terjadi karena gumpalan tinja yang membantu, atau biji-

Page 124: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

bijian yang masuk ke dalamnya, cacing bahkan tumor. Bila peradangan berlanjut tanpa pengobatan, usus buntu bisa pecah menyebabkan masuknya kuman usus ke dalam perut, menyebabkan peritonitis. Terbentuk abses pada wanita, indung telur dan saluran bisa terinfeksi dan menyebabkan kemandulan. Masuknya kuman ke dalam pembuluh darah yang bisa berakibat fatal. (FKUI, 2006).

3. PatofisiologiBila apendiks tersumbat, tekanan intraluminal meningkat, menimbulkan penurunan drainase vena, edema, dan invasi bakteri dinding usus, bila obstruksi berlanjut, apendiks menjadi ganggren dan perforasi. (Monica, 2000).Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat, kemungkinan oleh fekolit (masa keras dari feses), tumor, atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen. (Brunner dan Sundarth, 2000).

4. Manifestasi KlinisManifestasi klinis dari apendisitis adalah: riwayat dan urutan yang timbul merupakan gambaran diagnostik apendisitis yang paling penting. Gejala awal hampir selalu berupa nyeri abdomen jenis visceral, yang disebabkan oleh kontraksi apendiks atau distensi lumen apendiks. Biasanya lokasi nyeri di daerah periumbilikus atau epigastrium, barangkali terdapat keinginan untuk defekasi atau flatus, salah satunya membebaskan distress. Nyeri visceral ini ringan, sering seperti keram, dan jarang sekali berakibat buruk, biasanya berlangsung selama 4 sampai 6 jam. (Harrison, 2000).Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri pada abdomen kuadran kanan bawah. Nyeri tekan lepas (hasil atau intensifikasi dari nyeri bila tekanan dilepaskan) mungkin dijumpai derajat nyeri tekan, spasma otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi apendiks. Bila apendiks melingkar dibelakang sekum, nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal. (Brunner dan Suddarth, 2002).

5. Pemeriksaan PenunjangMenurut Dongoes (1999), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah: SDP: leukosit, SDP: leukosit di atas 12000/mm, neutrofil meningkat sampai 75%, urialisis: normal, tetapi eritrosit mungkin ada foto abdomen: dapat menyatakan adanya pengesahan material pada apendiks (fekolit) illius terlokalisir.

6. PenatalaksanaanUntuk klien yang mengalami apendiks, penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah:1. Sebelum Operasia) ObservasiDalam 8 – 12 jam setelah mungkin timbulnya keluhan tanda gejala apendisitis sering kali belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dipuasakan. Lakasatif tidak boleh dilakukan bila dijumpai adanya apendisitis ataupun atau bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan retal serta pemeriksaan darah (leokosit dan hitung jenis) di ulang secara periodic foto abdomen dan torak dilakukan kemungkinan adanya penyakit lain, pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah abdomen kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan (Mansjoer, dkk: 2001).b) Intubasi bila perluc) Antibotik2. Operasi Apendiktomi3. Pasca OperasiPerlu dipantau tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya pendarahan yang menyebabkan syok, hipertermia, dan gangguan pernafasan, angkat sonde lambung bila klien telah sadar, sehingga aspirasi

Page 125: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

cairan lambung dapat dicegah, baringkan klien dalam posisi tidur terlentang (Mansjoer, dkk: 2001).

7. KomplikasiMenurut Mansjoer (2001) apendisitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan, tetapi penyakit ini tidak dapat diramalkan dan mempunyai kecenderungan menjadi progresif dan mengalami perforasi. Tanda–tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus, demam, malaise, dan leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis umum atau pembentukan abses telah terjadi sejak pasien pertama kali datang, diagnosis dapat ditegakkan dengan pasti.

B. Asuhan Keperawatan1. PengkajianMenurut Dongoes (1999) mengatakan bahwa pengkajian yang harus dilakukan adalah aktivitas istirahat, malaise, nyeri abdomen terutama bagian kuadran kanan bawah bila melakukan pergerakan secara berlebihan. Sirkulasi, ditandai takikardi, nilai kecepatan jantung lebih 100 x/m pada orang dewasa.Eliminasi, gejalanya adalah konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-kadang). Ditandai dengan distensia abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan.Makanan/cairan, klien mengeluh nafsu makan menurun, mual dan muntah.Nyeri/kenyamanan, gejalanya nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik McBurney (setengah jarak antara umbilicus dan tulang ileuem kanan), meningkat karena berjalan, bersin dan batuk, atau nafas dalam (nyeri berhenti tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada apendiks). Ditandai dengan perilaku hati-hati,berbaring ke samping atau terlentang dengan lutut ditekuk, meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kanan/posisi duduk tegak. Nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi peritoneal. Keamanan, ditandai dengan demam (biasanya rendah). Pernapasan, ditandai dengan takitnea, pernapasan dangkal.Penyuluhan/pembelajaran, gejalanya adalah riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen contoh pielitis akut, batu uretra, salpingitis akut, ileitis regional, dapat terjadi pada berbagai usia.

2. Diagnosa KeperawatanMenurut (Doenges, 1999) diagnosa yang timbul pada klien Post operasi apendisitis adalah 1). Nyeri akut post operasi apendiksitis berhubungan dengan pemutusan jaringan ditandai dengan wajah meringis, klien pucat dan skala nyeri 5 (lima). 2). Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan input dan output cairan yang tidak adekuat ditandai dengan mata cekung, mukosa bibir kering. 3). Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan pemasukan yang kurang ditandai dengan klien lemas, porsi yang disediakan tidak habis. 4). Kurang pengetahuan dengan tidak mengenal sumber-sumber informasiditandai dengan klien selalu bertanya tentang penyakitnya.

3. Rencana KeperawatanResiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama apendik. Tujuannya : meningkatnya penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi/inflamasi. Kriteria hasil drainase purulen, eritma dan demam. Intervensinya : a). Awasi tanda-tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat, pertambahan mental meningkatnya nyeri abdomen. Rasionalnya Dugaan adanya infeksi / terjadinya sepsi, abses peronitis, b).Lakukan pencucian tangan yang baik dengan perawatan absektik, berikan perawatan paripurna. Rasionalnya. Menurunkan resiko penyembuhan bakteri, lihat

Page 126: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

insisi dan balutan, catat karakteristik drainase luka / drein (bila dimasukkan) adanya eritma. c). Berikan antibiotik sesuai dengan indikasi Rasionalnya mungkin diberikan secara profilaktif atou penurunkan penyebaran dan pertumbuhan pada rongga abdomen. Catat faktor resiko individu contoh trouma abdomen, apendisitis akut, dialisaperetonial. Rasionalnya mempengaruhi pilihan intervensi. Resiko tinggi terhadap kurangnya volume cairan berhubungan dengan pembatas pasca operasi(puasa), muntah pra operasi,status hypermetabolik(contoh demam, proses penyembuhan). Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan dengan kelembaban membran mukosa. kriteria hasil turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil, secara individu haluran urine adekuat, intervensinya adalah a). Awasi tekanan darah dan nadi. Rasionalnya tanda yang membantu mengidentifikasi flukluasi volume intravaskuler, b). lihat tanda mukosa, kaji turgor kulit dan pengisian kapiler. Rasionalnya in dan hidrasi seluler, c) awasi masukan dan keluaran,catat warna urine/kosentrasi,kuatan sirkulasi, berat jenis. Rasionalnya penurunan haluaran urine pekat dengan berat jenis diduga dehitdrasi/kebutuhan peningkatan cairan, d) Askultasi bising usus,catat kelancaran flatus,gerakan usus. Rasionalnya indicator kembalinya peristaltik, kesepian untuk memasukkan peroral, e). berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai, dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi. Rasionalnya menurunkan iritasi gaster/muntah untuk menimbulkan kehilangan cairan, f) berikan perawatan mulut sering dengan perhatian khusus pada perlindungan bibir. Rasionalnya dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut keringdan pecah-pecah, g). kolaborasinya pertahankan penghisapan gaster/usus. Rasionalnya selang NGT biasanya dimasukkan pada pra operasiuntuk dikompresi usus, meningkatkan istirahat usus, mencegah muntah, h). berikan cairan IVdan eletrolit. Rasionalnya peritoneum bereaksi terhadap iritasi/infeksi dengan menghasilkan sejumlahbesar cairan yang dapat menurunkan volume sirkulasi darah,mengakibatkan hypovolemia. Dehidrasi dan dapat terjadi ketidak seimbangan elekrolit. Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi. Tujuan : Berguna nyeri hilang. kriteria hasil tampak rileks, mampu tidur. Intervensi : a). awasi tanda vital,perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen. Rasional dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses, peritonitis. b). lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka yang aseptic, berikan perawatan luka yang paripurna. Rasionalnya menurunkan resiko penyebaran bakteri infeksi, c). lihat insisi dan balutan, catat karakteristik drainase luka/drainase (bila dimasukkan), adnya eritma. Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi dan/ atau pengawasan penyembuhan peritonitis yang telah ada sebelumnya, d). berikan informasi yang tepat,jujr pada klien atau orang terdekat. Rasionalnya pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi,membantu menurunkan ansietas, e)ambil contoh drainase bila di indikasikan. Rasionalnya kultur pewarnaan gram dan sensivitas berguna untuk mengidentifikasi organisme penyebab dan pilihan terapi, f). berikan antibiotik sesuai indikasi. Rasionalnya mungkin diberikan secara profilaktik atau penurunan jumlah organisme (pada infeksi yang telah ada sebelumnya) menurunkan penyebaran dan pertumbuhanya pada rongga abdomen, g) bantu irigasi dan drainase. Rasionalnya dapat mengalirkanisi abses yang terlokalisir.Untuk diagnosa keempat Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi. Tujuan : Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan potensial komplikasi. kriteria hasil berpartisipasi dalam program pengobatan. Intervensi : a). Kaji ulang pembatas aktivitas pasca operasi, contoh : meningkatkan berat, olahraga, seks, latihan, menyetir. Rasionalnya memberikan informasi kepada klien untuk merencanakan kembali rutinitas yang biasa tampa menimbulkan masalah, b).dorong aktivitas sesuai dengan toleransi dengan priode istirahat periodic. Rasionalnya mencegah kelemahan,meningkatkan penyembuhan perasaan sehat dan memperkuat kembali aktivitas normal, c). anjurkan penggunaan laksatif/ pelembek feses bila perlu dan hindari edema. Rasionalnya membantu kembali fungsi usus semula, mencegah mengedan saat defikasi, d). diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi, dan kembali kedokter untuk mengangkat jahitan/pengikat. Rasionalnya pemahaman mengenai kerja sama dengan program tetapi, meningkatkan penyembuhan dan proses perbaikan, e). identifikasi gejela yang memerlukan evaluasi medik, contoh peningkatan nyeri, eritime luka, adnya drainase, deman. Rasionalnya upaya intervensi menurunkan

Page 127: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

resiko komplikasi serius, contoh lambatnya penyembuhan,preoritis.

BAB IIITINJAUAN KASUS

Dalam bab ini penulis menyajikan kasus tentang hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Post Op Apendisitis yang dirawat diruang perawatan Bedah Badan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.Untuk itu mendapatkan data, penulis menggunakan metode wawancara langsung dengan klien dan keluargnya serta dari referensi keadaan klien yang termuat dalam status klien.

A. PengkajianBerdasarkan pengkajian yang penulis dapatkan pada klien dengan nama Tn.M, jenis kelamin laki-laki, umur 52 tahun, pekerjaan tani, agama islam, pendidikan sr, alamat Teupin Bayu Kecamatan Syamtalira Arun, tanggal masuk 25 Juni 2010, No.Register 20.23.45, ruangan bedah, golongan darah AB, tanggal operasi 06 Juli 2010, sedangkan pengkajian dilakukan pada tanggal 06 Juli 2010, Diagnosis Medis Post Operasi Apendisitis, yang bertanggung jawab Mahdi yang merupakan anak dari klien, pekerjaan Pedagang, Alamat Teupin Bayu Kecamatan Syamtalira Arun.Adapun saat dilakukan pengkajian didapatkan keluhan utama adalah klien mengatakan nyeri abdomen sebelah kanan bawah disertai mual muntah, keadaan umum lemah, bibir kering dan wajah tampak pucat. Dari riwayat kesehatan masa lalu klien mengatakan bahwa ia pernah mengalami sakit perut biasa. Klien mengatakan pernah berobat ke puskesmas tempat ia tinggal, dan minum obat sesuai anjuran dokter. Dari keterangan orang tua klien, klien sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit ataupun dioperasi. Alergi: Klien mengatakan tidak ada alergi makanan, dan imunisasi klien lengkap.Anak klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang seperti ini dan tidak ada saudara klien yang mengalami penyakit seperti ini.

Genogram Keluarga

Keterangan := Laki-laki meninggal = Laki-laki

= Perempuan meninggal = Perempuan= Orang Sakit = Tinggal serumah

Page 128: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Klien terlihat masih lemas, tanda-tanda vital: suhu tubuh 39 °c, nadi 90 x/m, TD 100/80 mmHg, RR 24 x/m, TB 150 cm, BB 48 kg, klien tampak pucat. Pemeriksaan kepala dan leher: bentuk kepala oval, kulit kepala bersih dan tidak bau, penyebaran rambut merata, struktur wajah lengkap. Mata: Kebersihan mata baik, pupil isokor, fungsi penglihatan baik. Hidung: Bentuk hidung simetris, tidak ada kelainan seperti penumpukan secret, fungsi penciuman baik, klien dapat membedakan bau minyak kayu putih dengan kulit jeruk. Telinga: letak telinga simetris, ketajaman pendengaran klien dapat merespon dengan baik. Mulut dan Faring: Keadaan bibir kering, keadaan gusi dan gigi kurang bersih, keadaan lidah bersih. Leher: tidak ada benjolan, tidak terdapat kelainan seperti pembengkakan kelenjar thyroid. Pemeriksaan intergument: Turgor kulit baik, kelainan kulit tidak ada. Pemeriksaan payudara dan ketiak: tidak ada kelainan seperti benjolan. Pemeriksaan Thoraks/dada: Inspeksi thoraks simetris antara kiri dan kanan, irama regular, tanda kesulitan bernapas tidak ditemukan adanya keluhan. Bentuk pemeriksaan abdomen simetris, suara usus/peristaltic normal yaitu 7 kali/menit, kemampuan menelan baik/normal, dan nyeri pada abdomen sebelah kanan bawah dikarenakan adanya insisi bedah, terdapat nyeri tekan di bagian operasi, ansietas tidak ada.Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya: Genetalia tidak dilakukan pemeriksaan, anus dan perineum tidak dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan muskuluskeletal dan ekstremitas: Pada ekstremitas atas dan bawah klien tidak terdapat kelainan seperti oedema atau cacat. Pemeriksaan Neurology: Tingkat kesadaran GCS: 15, E: 4, M: 5, V:6. Status mental stabil dan terkendali, proses berfikir (ingatan, atensi, keputusan, perhitungan) masih baik, motivasi (kemampuan) klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya dank lien menggunakan bahasa daerah. Fungsi Nervus Cranial tidak ada kelainan.Pola kebiasaan sehari-hari, pola tidur kebiasaan waktu tidur jam 23.00 WIB dan bangun berkisar jam 06.00 WIB. Pola eliminasi, pola BAB: sebelum dirawat BAB 2 x/hari, selama dirawat 1 x/hari, karakter feses cair, warna feses kekuning-kuningan, riwayat perdarahan tidak ada, dan pola BAK: BAK sebelum dirawat 4x/hari, selama dirawat 7 x/hari, karakter urine berwarna coklat dan pada saat BAK klien tidak mengeluh nyeri, riwayat ginjal/kandung kemih, klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit ginjal/kandung kemih.Penampilan secara umum kurus, nafsu makan berkurang, berat badan klien sebelum sakit 46 kg dan selama sakit berat badan klien menurun 2 kg, pola makan 3 kali sehari, dengan diet MB II. Pemenuhan kebutuhan yang di bantu : Hygiene, berjalan, eliminasi, mandi, tingkat kemampuan/pemenuhan bantuan dari orang lain.Hasil Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik- Diagnosa medis Post Op Apendisitis- Pemeriksaan diagnostik/penunjang medis• LaboratoriumTanggal 02 Juli 2010Hb : Hasil 13,0 gr% (normal)12 - 16910/oLeukosid : Hasil 3,4/x 103 (normal)4 - 11/ulx 10³Eritrosit : 3,2 mm/jam (normal)4,5 - 6,5 mm/jamTrombosit : 415 x 10°/mm (normal)130 – 450Golongan darah AB

1. Penatalaksanaan dan TerapiJudul table 2.1 Daftar obat untuk penatalaksanaan ApendisitisNo Nama Obat Dosis Kegunaan Efek Negatif

Page 129: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

1. IVFD RL 20 tetes/menit Untuk menambah intek cairan dalam tubuh kekurangan cairan dalam tubuh2. Cefotaxime 2 x 1 Untuk mencegah infeksi Gagal Ginjal3. Neuralgin 3 x 1 Anti nyeri 4. Paracetamol 2 x 1 Menurunkan panas Tidak baik digunakan untuk penderita dengan gangguan fungsi hati5. B. com 2 x 1 Vitamin Tidak ada

B. Analisa DataData subjektif klien mengatakan (skala 5) dibagian operasi, data objektif wajah klien meringis,tangan memegang abdomen, denyut nadi 90 x/menit, masalah yang muncul adalah nyeri.Data subjektif klien mengatakan mual dan muntah data objektif klien tampak gelisah dan lemah, tempratur 38,5oC, TD : 100/80 mmHg, pada saat palpasi tubuh pasien terasa panas dan terpasang infus RL 20 tetes/menit sebelah tangan kanan, mukosa mulut kering, turgor kulit jelek, denyut nadi 90 x/menit, klien tampak pucat, intake 2300 cc, output 1.500 cc, masalah yang muncul kurangnya volume cairan.Data subjektif klien mengatakan tidak ada nafsu makan, mual dan muntah, data objektif porsi yang disediakan ¼ yang dihabiskan, klien tampak gelisah dan lemas, BB selama dirawat 2 kg, masalah yang muncul adalah gangguan pola nutrisi.Data subjektif klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit apendiksitis, data objektif klien tampak cemas dan gelisah sering menanyakan tentang penyakit yang dideritanya, tidak mengenal sumber-sumber infomasi masalah yang muncul adalah kurangnya pengetahuan.

C. Diagnosa KeperawatanMenurut (Doenges, 1999) diagnosa yang timbul pada klien Post operasi apendisitis adalah 1). Nyeri akut post operasi apendiksitis berhubungan dengan pemutusan jaringan ditandai dengan wajah meringis dan tangan menekan bagian abdomen sebelah kanan bawah, klien pucat dan skala nyeri 5 (lima). 2). Kurangnya volume cairan berhubungan dengan input dan output cairan yang tidak adekuat ditandai dengan mata cekung, mukosa mulut kering, pemasukan imtake 20 tetes/menit, intake 2300 cc, out put 1500 cc. 3). Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan anoreksia, ditandai dengan klien lemas, porsi yang disediakan tidak habis, BB sebelum masuk Rumah Sakit 48 kg. 4). Kurang pengetahuan dengan tidak mengenal sumber-sumber informasi ditandai dengan klien selalu bertanya tentang penyakitnya.

D. Rencana Asuhan KeperawatanDiagnosa : Resiko akut post operasi berhubungan dengan pemutusan jaringan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan diharapkan nyeri hilang criteria hasil klien tidak meringis lagi, nyeri hilang, skala nyeri 0.

Intervensi Rasional- Kaji nyeri, catat lokasi karakteristik beratnya, selidiki dan laporkan perubahan

- Pertahankan istirahat dengan posisi terlentang 

- Dorong ambulasi dini dan berikan aktifitas hiburan- Kolaborasi dengan tim medis - Pergunakan dalam pengawasan keefektifan obat kemajuan penyembuhan perubahan pada karakteristik nyeri- Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang- Meningkatkan normalisasi fungsi organ 

Page 130: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Diagnosa 2 : Kurangnya volume cairan berhubungan dengan input dan output cairan yang tidak adekuat. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan diharapkan resiko tinggi terhadap kurangnya volume cairan terpenuhi.

Intervensi Rasional- Awasi tekanan darah dan nadi 

- Lihat membrane mukosa, kaji turgor kulit dan pengisian kapiler- Awasi masukan dan keluaran, catat kasar warna urine- Auskultasi bising usus dan berikan sejumlah kecil minuman jernih bila peroral dimulai dan dilanjutkan dengan diet sesuai dengan kebutuhan - Tanda yang membantu mengidentifikasikan fluktasi- Indikator keadekuatan sirkulasi perifer- Penurunan dugaan dehidrasi kebutuhan peningkatan cairan - Indikator kembalinya peristaltic dan menurunkan iritasi gaster atau muntah meminimalkan kehilangan cairan

Diagnosa 3 : Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan pemasukan yang kurang .Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi kriteria hasil klien dapat mengkonsumsi diet yang disajikan, mual berkurang dan porsi yang disediakan dihabiskan.

Intervensi Rasional- Jelaskan pada klien pentingnya makann untuk kesembuhannya

- Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering

- Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat merangsang lambung - Dengan memberi penjelasan kepada klien dapat memahami manfaat makanan sehingga klien mau makan- Untuk menghindari perut terlalu penuh dan terlalu kosong sehingga mual dan muntah dapat dicegah- Untuk memonimalkan mual dan muntah

Diagnosa 4 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber-sumber informasi Tujuan : setelah dilakukan tindakan diharapkan ansietas dapat berkurang atau teratasi kriteria hasil tidak menanyakan lagi tentang penyakitnya dan tidak menanyakan lagi tentang bekas operasi.

Intervensi Rasional- Kaji keparahan dari rasa sakit muncul pengumpulan informasi jika sakit jadi parah- Identifikasi persepsi klien atau orang terdekatnya terhadap situasi

- Menyatakan realita dari situasi seperti apa yang dilihat klien tanpa mempertanyakan apa yang dipercayainya - Sakit yang parah dan ansietas tanpa mempertahankan realita situasi

- Kilen mungkin perlu menolak realita sampai siap untuk menghadapinya sangat berguna untuk memaksa klien menghadapi kenyataan- Penggunaan mekanisme seperti akan mengalihkan energi yang diperlukan oleh klien untuk kesembuhan dan masalah-masalah yang dihadapi

Page 131: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

E. Implementasi

Tgl No. Dx Implementasi Evaluasi (SOAP)07 Juli 2010 Dx 1 - Menanyakan kepada klien lokasi nyeri yang masih dirasakan dimana.- Mengkaji skala nyeri 5 pada klien- Mengajarkan pada klien untuk melakukan tekhnik relaksasi dengan cara tarik nafas dalam lalu tahan 1-2 detik, kemudian keluarkan melalui mulut- Mendemontrasikan kepada klien untuk tekhnik relaksasi- Memberikan pujian positif kepada Tn.M karena dapat mendemontrasikan tekhnik relaksasi S : Klien mengatakan nyeri pada perut kanan bawahO : Klien tampak pucat, skala nyeri 5, wajah meringis, tangan menggenggam abdomen,klien tanpak gelisahA : Masalah nyeri belum teratasiP : Intervensi dilanjutkan- anjurkan klien untuk makan makanan selingan- anjurkan klien minum obat sesuai instruksi dokter07 Juli 2010 Dx 2 - Menanyakan kepada klien apakah masih merasa lemas- Melihat mukosa bibir- Mengkaji tanda-tanda vital TD 100/80 mmHg, RR 24 x/m, Pols 90 x/m, temp 39°c- Melihat wajah klien tampak meringis- Melihat konjungtiva- Menganjurkan klien untuk minum air putih yang banyak- Pemeberian cairan infuse RL 20 tetes/menitS : Klien mengatakan badannya masih terasa lemasO : Klien tampak gelisah, pada saat melakukan palpasi tubuh klien terasa panas, TD 100/80 mmHg, Pols 90 x/m, RR 24 x/m, temp 39 °CA : Masalah resiko perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasiP : Intervensi Dilanjutkan- anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering

07 Juli 2010 Dx 3 - Menganjurkan klien makan dalam porsi kecil tapi sering- Menjelaskan fungsi nutrisi terhadap tubuhnya- Memberikan obat Vitamin B.com 2 x 1 S : Klien mengatakan akan berusaha untuk makan

Page 132: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

O : Klien makan ¼ porsi, mual muntah hilang, mukosa mulut normal, kulit lembabA : Masalah resiko tinggi kekurangan cairan teratasi sebagianP : - Anjurkan klien untuk makan-makanan selingan- Anjurkan klien untuk minum obat sesuai intruksi dokter- Intervensi Dilanjutkan

07 Juli 2010 Dx 4 - Menanyakan kepada klien apa yang dimaksud dengan apendisitis- Menerangkan apendisitis pada klien yaitu penyakit radang yang terjadi pada apendiks bagian bawah- Menanyakan pada klien apakah sulit bergerak- Menganjurkan klien agar tidak makan biji-bijian yang dapat memperparah kondisi ususnya S : Klien mengatakan Apendisitis itu adalah penyakit ApendiksO : Apendisitis adalah radang usus buntu yang berbentuk seperti jarring terdapat di usus besar, tepatnya di daerah perbatasan dengan usus halusA : Masalah kurangnya pengetahuan teratasi sebagianP : Intervensi dilanjutkan- memberikan informasi tentang apendisitis kepada klien

08 Juli 2010 Dx 1 - Menanyakan kepada klien lokasi nyeri yang masih dirasakan dimana.- Mengkaji skala nyeri 5 pada klien- Mengajarkan pada klien untuk sering bergerak aktif dan pasif- Mengatur posisi klien senyaman mungkinS : Klien mengatakan nyeripada perut kanan bawah sudah berkurangO : Nyeri berkurang, kesadaran penuh, dan tangan tidak menggenggam abdomen lagiA : Masalah nyeri sebagianteratasiP : Intervensi dilanjutkan- anjurkan klien untuk makan makanan selingan- anjurkan klien minum obat sesuai instruksi dokter08 Juli 2010 Dx 2 - Menanyakan kepada klien apakah masih merasa lemas- Melihat mukosa bibir klien- Mengkaji tanda-tanda vital TD 100/80 mmHg, RR 24 x/m, Pols 90 x/m, temp 39°c- Melihat wajah klien tidak lagi tampak meringis- Mencatat tetesan infus 20 tetes/menit S : Klien mengatakan badannya masih terasa lemasO: Klien tampak gelisah, pada saat melakukan palpasi tubuh klien terasa panas, TD 100/80 mmHg, Pols90 x/m, RR 24 x/m, temp 39 °CA : Masalah resiko perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasiP : Intervensi dilanjutkan- anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering

Page 133: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

08 Juli 2010 Dx 3 - Menanyakan kepada klien apa yang dimaksud dengan apendisitis- Menanyakan pada klien apakah sulit bergerak- Menganjurkan klien agar tidak makan biji-bijian yang dapat memperparah kondisi ususnya- Menjelaskan pada klien tentang perawatan lukaS : Klien mengatakan Apendisitis itu adalah penyakit ApendiksO : Apendisitis adalah radang usus buntu yang berbentuk seperti jarring terdapat di usus besar, tepatnya di daerah perbatasan dengan usus halusA : Kurang penegetahuan teratasi sebagianP : Intervensi dilanjutkan

08 Juli 2010 Dx 4 - Memberikan makanan sepotong roti dan ¼ apel- Menjelaskan fungsi nutrisi terhadap tubuhnya- Memberikan obat Vitamin B.com 2 x 1 S : Klien mengatakan akanberusaha untuk makan walaupun sedikit tapi seringO : Klien makan ¼ porsi, mual muntah hilang, mukosa mulut normal, kulit lembabA : Masalah teratasi sebagianP : Intervensi dipertahankan

09 Juli 2010 Dx 1 - Menanyakan kepada klien lokasi nyeri yang masih dirasakan dimana- Mendemontrasikan kepada klien untuk melakukan tekhnik relaksasi- Mengajarkan pada klien untuk sering bergerak aktif- Mengatur posisi klien senyaman mungkinS : Klien mengatakan badannya tidak lemas lagiO : Nyeri hilang, klien tidak lagi meringis bila ditekan perutnya sebelah kanan bawah, skala nyeri 0A : Masalah nyeri teratasiP : Tindakan dihentikan, klien pulang09 Juli 2010 Dx 2 - Menanyakan kepada klien apakah masih merasa lemas- Mengkaji tanda-tanda vital TD 100/80 mmHg, RR 24 x/m, Pols 90 x/m, temp 39°c- Melihat wajah klien tidak tampak lemas- Menganjurkan klien untuk minum yang banyakS : Klien mengatakan badannya tidak lemas lagiO: Klien tidak tampak gelisah, pada saat melakukan palpasi tubuh klien normal, TD 120/80 mmHg, Pols 85 x/m, RR 24 x/m, temp 37,2 °C A : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan teratasiP : Tindakan dihentikan, klien pulang09 Juli 2010 Dx 3 - Menganjurkan klien makan-makanan tambahan- Memberi makanan selingan sepotong roti dan ¼ apel- Menjelaskan fungsi nutrisi terhadap tubuhnya- Memberikan obat Vitamin B.com 2 x 1 S : Klien mengatakan sudah ada nafsu makan walaupun sedikit tapi seringO : Klien makan ½ porsi, 

Page 134: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

makanan selingan dapat dihabiskanA : Defisit pemenuhan nutrisi sebagian teratasiP : Tindakan dihentikan, klien Pulang09 Juli 2010 Dx 4 - Menanyakan kepada klien apakah klien mengetahui yang dimaksud dengan apendisitis- Menerangkan apendisitis kepada klien yaitu penyakit radang yang berbahaya untuk terjadi pada apendiks- Menanyakan pada klien apakah masih sulit bergerak- Menganjurkan klien agar tidak makan biji-bijian yang dapat memperparah kondisi ususnya- Menjelaskan bahwa tindakan operasi kondisi usus aka nada pengaruh akibat pengangkatan apendiksS : Klien mengatakan sudah tau apa itu apendisitis O : Klien tidak menanyakan lagi apa itu apendisitis, klien sudah bisa bergerak, klien tidak lagi tampak lemasA : Kurang penegetahuan TeratasiP : Intervensi dihentikan, klien pulang

BAB IVPEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis akan mencoba membahas mengenai masalah-masalah yang timbul selama penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada klien apendisitis dengan melihat kesenjangan atau perbedaan yang terjadi antara teori yang menjadi rujukan dengan kasusu yang penulis jumpai langsung dilapangan melalui tahap pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. PengkajianSetelah penulis melakukan pengkajian pada klien Tn. M dengan Post Op Apendisitis maka didapat hasil pengkajian pada tinjauan kasus sama dengan tinjauan teoritis. Nyeri perut disebabkan oleh kelaina pada obdomen berupa inflamasi. Bila dilihat dari tinjauan teoritis salah satu penyebab dilakukan tindakan apendektomi adalah untuk menurunkan resiko pervorasi. Jadi, dari hasil pengkajian yang dilakukan tidak jauh seperti yang didapat pada tinjauan teoritis.

B. Diagnosa KeperawatanPada perumusan diagnosa didapatkan bahwa dari data diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus yang sama tinjauan teoritis walaupun terdapat diagnosa-diagnosa yang berbeda antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus. Diagnosa yang sama antara lain nyeri akut berhubungan dengan pemutusan jaringan, resiko tinggi terhadap kekurang volume cairan berhubungan dengan input dan output cairan yang tidak adekuatSedangkan diagnosa yang ada pada tinjauan kasus tetapi tidak ada pada tinjauan teoritis yaitu kurangnya pengetahuan. Hal ini disebabkan karena klien Tn. M dibatasi oleh usia

C. Perencanaan

Page 135: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

Perencanaan asuhan keperawatan disesuaikan dengan masalah yang dialami oleh klien Tn. M dan sesuai dengan prioritas masalah sehingga kebutuhan klien terpenuhi. Perencanaan yang telah disusun pada tinjauan teoritis sebagian besar dapat diterapkan pada pelaksanaan kasus. Hal ini disesuaikan dengan prioritas masalah yang muncul. Pada tahap ini penulis melakukan usaha-usaha pada umumnya bertujuan untuk pengobatan tindakan faktor resiko yang timbul yaitu mengurangi nyeri, memenuhi kebutuhan klien, rasa nyaman terpenuhi, memberikan tindakan keperawatan mencegah infeksi agar klien mampu melakukan perawatan sendiri di rumah, penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi/inflamasi dan menanyakan pemahaman terhadap individu/faktor resiko, dan memberikan penyuluhan untuk menambah pengalaman klien tentang penyakitnya, dapat melakukan aktivitas ringan sendiri, dapat mencapai tingkat mobilisasi fisik yang optimal 

D. PelaksanaanTindakan yang diberikan terhadap Tn. M sesuai dengan perencanaan resiko akut post operasi apendiksitis.Pada diagnosa kedua resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan input dan output cairan yang tidak adekuat, penulis melakukan vital sign yaitu TD: 100/80 mmHg, temp38,5’C, RR :24 kali/m, nadi: 90 kali/m,menggantikan cairan anfuse RL dengan kecepattan 20 tetes/menit, memberikan injeksi ranitidine amp/8 jam,memberikan injeksi isotatik 1 amp/8 jam,memberikan minuman jernih sebanyak 1500cc/hari.membantu klien dalam beraktivitas sehari-hari,menganjurkan klien untuk melakukan pergerakan sebatas kemampuannya.Pada diagnosa ketiga gangguan pola nutrisi berhubungan dengan pemesukan yang kurang, melakukan vital sign TD: 100/80 mmHg, timp: 38’C, RR: 24 kali/m, nadi: 90 kali/m.

E. evaluasi Hasil evaluasi yang didapatkan pada Tn.M yang telah dilaksanakan selama dalam masa perawatan adalah nyeri akut berhubungan dengan pemutusan jaringan, resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan input dan output yang tidak adekuat, masalah teratasi, hal ini di sebabkan oleh klien ikut berpartisipasi dalam program perencanaan dan pengobatan.Sedangkan masalah yang teratasi sebagian yaitu gangguan pola nutrisi berhubungan dengan pemasukan yang kurang, hal ini dikarenakan tindakan dihentikan klien pulang

BAB VPENUTUP

Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis akan mengambil beberapa kesimpulan adanya peningkatan pada asuhan keperawatan khususnya keperawatan pada pasien Post Op Apendisitis untuk penyempurnaan proses keperawatan dimasa yang akan datang.

A. Kesimpulan1. Apendisitis merupakan penyakit radang pada apendiks yang terjadi secara akut. Penyakit ini dapat mengenai semua umur, baik laki-laki maupun perempuan, namun yang sering menyerang laki-laki berusia 10 – 30 tahun.2. data yang penulis dapatkan yaitu nyeri dibagian operasi,klien meringis,tangan memegang abdomen , TD: 100/80, RR, 24 kali/m, nadi 90 kali/m, temp: 38,5’c.3. masalah yang didapatkan dengan post operasi apenndisitis adalah nyeri berhubungan dengan pemutusan jaringan, resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan input dan output yang tidak adekuat, gangguan aktivitas sehsri-hari berhubungan dengan kelemahan fisik.

Page 136: Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn

4. Rencana tindakan yang dapat dilakukan adalah mengkaji skala nyeri (nyeri skala 5), mengkaji tanda-tanda infeksi dolor (nyeri), tumar (bengkak), kalor (panas), rubor (kemerahan), fansiolensa, merawat luka dengan baik.mengawasi masukan dan keluaran cairan dan pertahankan imobilisasi.5. tindakan yang dilakkan untuk mengurangi rasa nyeri adalah,menganjurkan agar klien tidak memegang daerah luka,menganjurkan klien untuk minum obat sesuai dengan intruksi dokte, memberikan rasa nyaman dan memenunhi kebutuhan caira.6. Evaluasi yang didapatnyeri berkurang,tidak ada tanda-tanda infeksi, kebutuhan cairan terpenuhi dan aktivitas masih dibantu oleh perawat dan keluarga.

B. Saran – saran 1. Dalam melakukan melakukan asuhan keperawatan pada klien post operasi apendisitis, perawat harus melakukan perawatan yang optimal agar tidak terjadi infeksi.2. Dalam melakukan asuhan keperawatan diharapkan pada klien agar lebih bepartisipasi dalam proses tindakan dan penyembuhan penyakit. kepada keluarga diharapkan agar selalu memberikan support terhadap klien.3. Diharapkan pada instansi BRSUD Cut Meutia Aceh Utara untuk melengkapi dan menyempurnakan sarana (fasilitas) sesuai kebutuhan guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang handal di Aceh, khususnya di Aceh Utara dan Lhoksumawe.4. Bagi pihak institusi pendidikan sebaiknya menyediakan buku-buku di perpustakaan secara lengkap khususnya buku-buku yang berhubungan dengan medical bedah, serta para dosen yang handal dalam menerapkan kegiatan belajar mengajar.5. Seperti adik-adik mahasiswa yang akan mengambil kasus post operasi apendisitis supaya meningkatkan pengetahuannya tentang penanganan post operasi apendisitis dan dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara maksimal