asuhan keperawatan pada ny. d post sectio caesarea hari ke
TRANSCRIPT
Asuhan Keperawatan pada Ny. D Post Sectio Caesarea Hari
Ke-2 dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar
Gangguan EliminasiFekal (Resiko Konstipasi) di Ruangan
Tanjung II
RSUD.dr. Pirngadi Medan
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
DONNA FEBRI ROTUA
132500114
Program Studi DIII Keperawatan
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Juni 2016
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadidrat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Ny. D Post Sectio Caesarea Hari Ke-2 dengan
Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Eliminasi Fekal (Resiko
Konstipasi) di Ruangan Tanjung II RSUD. Dr. Pirngadi Medan” yang
merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan,
kemampuan serta pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik serta saran dari semua pihak yang besifat membangun guna dijadikan
pedoman bagi penulis dikemudian hari.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.Dselaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kepselaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, Sp.KMB Wakil selaku Wakil Dekan II
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku Wakil Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu
dan pikiran untuk membimbing saya menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
7. Ibu Erniyati, S.Kp, Ns, MNS selaku Dosen Penguji yang memberikan saran dan
kritik
iii
Universitas Sumatera Utara
8. Seluruh Dosen Fakultas Keperawatan khusunya Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis
selama proses perkuliahandan staf non akademik yang telah banyak membantu
penulis di bidang administrasi.
9. Teristimewa buat Ayah Tumpal Siburian dan Ibu Helena Manurung yang telah
membesarkan serta mendidik saya sehingga mampu menyelesaikan perkuliahan
saya begitu juga adik-adik saya, Sandro, Rilo, dan Dinda yang telah banyak
memberikan dukungan dan doa.
10. Sahabat-sahabat tercinta Maya, Maria, Metro, Kiki, Ida, Estina, dan Hemia yang
selalu memberidukungan, doa, dan motivasi.
11. Teman seperjuangan saya dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah, Mika, Astina,
dan Dina.
12. Seluruh teman-teman DIII terkhusus stambuk 2013 yang telah banyak memberi
semangat, doa, dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan bagi semua pihak yang memerlukan.
Medan, Juni 2016
Penulis
iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI Sampul Halaman Pernyataan Orisinalitas
Lembar Pengesahan ....................................................................................................i Kata Pengantar............................................................................................................ii Daftar Isi......................................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 3
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 3 B. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 3 C. Manfaat Penulisan ................................................................................................. 3
BAB II PENGELOLAAN KASUS ............................................................................ 5 A. Konsep Dasar Post Partum Sectio Caesarea ......................................................... 5 B. Konsep Dasar Eliminasi Fekal..............................................................................6
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Gangguan eliminasi Fekal ..................................................................................................................................12
1. Pengkajian Keperawatan ................................................................................. 12 2. Analisa Data ..................................................................................................... 14 3 Rumusan Masalah ............................................................................................. 14 4. Diagnosa Keperawatan .................................................................................... 18 5. Perencanaan Keperawatan ............................................................................... 18 6. Implementasi Keperawatan ............................................................................. 19 7. Evaluasi Keperawatan ..................................................................................... 19
D.Asuhan Keperawatan Kasus Pasien di Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan ........... 20 1. Pengkajian Keperawatan ................................................................................ 20 2. Analisa Data ..................................................................................................... 21 3. Rumusan Masalah ............................................................................................ 22 4. Diagnosa Keperawatan (Prioritas) ................................................................... 23 5. Perencanaan dan Rasional Keperawatan ......................................................... 23 6. Implementasi Keperawatan ............................................................................. 25 7. Evaluasi Keperawatan ..................................................................................... 27
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 28 A. Kesimpulan ......................................................................................................... 28 B. Saran ................................................................................................................... 28
v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 30 Lampiran 1 ................................................................................................................ 31 Lampiran 2 ................................................................................................................ 35
vi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia mempunyai kebutuhan dasar (kebutuhan pokok) untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Walaupun setiap individu mempunyai
karakteristik yang unit, kebutuhan dasarnya sama. Perbedaannya hanya dalam cara
pemenuhan kebutuhan dasar tersebut (Asmadi, 2008).
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan (Alimul, 2006).
Di kalangan profesi keperawatan, teori kebutuhan dasar yang sering dijadikan
acuan adalah hierarki kebutuhan dasar manusia yang dipublikasikan Abraham
Maslow pada tahun 1970. Menurut Maslow, pemenuhan berbagai kebutuhan tersebut
didorong oleh dua kekuatan (motivasi) yakni motivasi kekurangan (defiency
motivation) dan motivasi pertumbuhan/perkembangan (growth motivation). Motivasi
kekurangan bertujuan untuk mengatasi masalah ketegangan manusia karena berbagai
kekurangan yang ada. Misalnya lapar mendorong seseorang untuk memenuhi nutrisi;
haus untuk memenuhi kekurangan cairan dan elektrolit; sesak napas, untuk memenuhi
kekurangan oksigen di tubuh; takut cemas merupakan kebutuhan untuk memenuhi
kekurangan rasa aman; dan sebagainya (Asmadi, 2008).
Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang perlu atau penting untuk bertahan
hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan dasar yaitu: kebutuhan oksigen,
cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat tinggal, istirahat, dan seks (Potter &
Perry, 2005).
Eliminasi merupakan kebutuhan yang esensial dan berperan penting dalam
menentukan kelangsungan hidup dalam homeostatis melalui pembuangan sisa sisa
metabolisme. Secara garis besar, sisa metabolisme tersebut terbagi ke dalam dua jenis
yaitu sampah yang berasal dari saluran cerna yang dibuang sebagai feses
1
Universitas Sumatera Utara
(nondigestible waste) serta sampah metabolisme berasal dari saluran kemih berupa
urine (Asmadi, 2008).
Gangguan eliminasi fekal dapat dialami oleh ibu post persalinan dengan
Sectio Caesarea. Setelah persalinan terjadi adaptasi pada sistem pencernaan, berupa
penurunan tonus otot dan motilitas ususmenetap dalam beberapa waktu setelah bayi
lahir. Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama 1 hari sampai 2 hari setelah
melahirkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan. Biasanya
bising usus akan terdengar pada hari kedua dan ketiga. Pada hari pertama post sectio
caesaria bising usus masih lemah akibat efek anestesi, biasanya sampai 24-48 jam
setelah pembedahan, tentu saja menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan
eliminasi. Jika hal ini tidak dilakukan penatalaksanaan dengan tepat memungkinkan
dapat terjadi konstipasi (Bobak, 2004).
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. D Post Sectio
Caesarea Hari Ke-2 di Ruangan Tanjung II yang menjadi prioritas masalah terkait
dengan kebutuhan dasar manusia adalah eliminasi fekal. Dari pengkajian terhadap
pola buang air besar (BAB)Ny. D ditemukan data bahwa Ny. D tidak dapat buang air
besar selama 3 hari, terhitung dari sehari sebelum dilakukan operasi Sectio Caesarea.
Resiko konstipasi yang dialami ibu disebabkan kurangnya asupan makanan yang
berserat dan asupan cairan, serta kurangnya pergerakan ibu berhubungan dengan
nyeri luka jahitan sehingga mortilitas usus menurun. Penulis memprioritaskan
masalah kebutuhan dasar eliminasi fekal (resiko konstipasi) pada klien Ny. D, sebab
resiko konstipasi yang dialami ibu membuat ibu menjadi tidak nyaman, dan khawatir
akan keadaannya karena perut ibu terasa sudah penuh atau begah. Untuk itu perlu
adanya penanganan terhadap resiko konstipasi yang dialami ibuNy. D terlebih dahulu
untuk mendukung terpenuhinya kebutuhan dasar lainnya.
Untuk itu penulis mengangkat masalah kebutuhan dasar eliminasi fekal dalam
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.D Post Sectio
Caesarea Hari Ke-2 dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Eliminasi
Fekal (Resiko Konstipasi) di Ruangan Tanjung II RSUD.dr. Pirngadi Medan”.
Universitas Sumatera Utara
B. Tujuan Penulisan
1.Tujuan Umum
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran
Asuhan Keperawatan pada Ny. DPost Sectio Caesarea Hari Ke-2 dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Eliminasi Fekal (Resiko Konstipasi) di
Ruangan Tanjung II RSUD.dr. Pirngadi Medan.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
a. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada Ny. D dengan masalah kebutuhan
dasar gangguan eliminasi fekal.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. D berdasarkan analisa
masalah kebutuhan dasar gangguan eliminasi fekal.
c. Mampu mendeskripsikan perencanaan pada Ny. D dengan masalah kebutuhan
dasar gangguan eliminasi fekal.
d. Mampu mendeskripsikan implementasi sesuai rencana yang telah ditetapkan
pada Ny. D dengan masalah kebutuhan dasar gangguan eliminasi fekal.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan dengan masalah kebutuhan
dasar eliminasi fekal.
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
1. Bagi Instansi Pendidikan
Digunakan sebagai informasi dan laporan bagi institusi pendidikan bahwa
penulis telah melaksanakan dan menyelesaikan Tugas Akhir sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan studinya.
2. Bagi praktek keperawatan
Dapat menambah wawasan bagi perawat dalam memberikan Asuhan
Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Eliminasi
Fekal (Resiko Konstipasi) Fekal pada Ibu Post Sectio Caesarea.
Universitas Sumatera Utara
3. Bagi Penulis
Dapat menambah pengalaman bagi penulis dalam proses belajar mengajar
mengenai Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Gangguan
Eliminasi Fekal (Resiko Konstipasi) pada Ibu Post Sectio Caesarea.
4. Bagi Ibu dan keluarga
Ibu dan keluarga mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang cara
mencegah konstipasi pada ibu Post Sectio Caesarea.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Post Partum Sectio Caesarea
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Hidayat, 2010).
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2005).
Akan tetapi, persalinan melalui Sectio Caesarea bukanlah alternatif yang lebih
aman karena diperlukan pengawasan khusus terhadap indikasi Sectio Caesarea
maupun perawatan ibu setelah tindakan Sectio Caesarea, karena tanpa pengawasan
yang baik dan cermat akan berdampak pada kematian ibu (Wiknjosastro, 2005).
1. Indikasi Sectio Caesarea
Indikasi dilakukan Sectio Casarea terdiri dari tiga indikasi, yaitu: indikasi
mutlak, indikasi relatif, dan indikasi sosial (Rasjidi, 2009).
Pertama, indikasi mutlak terbagi menjadi dua indikasi, yaitu indikasi ibu dan
indikasi janin. Pada indikasi ibu yang terjadi seperti, panggul sempit, kegagalan
melahirkan secara normal karena kurang adekuat stimulasi, tumor-tumor jalan lahir,
yang menyebabkan obstruksi, stenosis serviks atau vagina, plasenta previa,
disproporsi sefalpelvik, ruptur uteri membakat. Sedangkan indikasi janin seperti,
kelainan letak, gawat janin, prolapsus plasenta, perkembangan bayi yang terhambat,
dan mencegah hipoksia janin misalnya karena preeklamsia.
Kedua, indikasi relatif seperti, riwayat Sectio Caesarea sebelumnya, presentasi
bokong, distosia, fetal distress, preeklampsia berat, penyakit kardiovaskuler dan
diabetes, ibu dengan HIV positif sebelum inpartu, dan gameli.
5
Universitas Sumatera Utara
Ketiga, indikasi sosial seperti, wanita yang takut melahirkan berdasarkan
pengalaman sebelumnya, wanita yang ingin Sectio Caesarea elektif karena takut
bayinya mengalami cedera atau asfiksia selama persalinan atau mengurangi resiko
kerusakan dasar panggul, dan wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya
atau sexuality image setelah melahirkan (Rasjidi, 2009).
Permintaan ibu untuk melakukan Sectio Caesarea sebenarnya bukanlah suatu
indikasi untuk dilakukan Sectio Caesarea. Alasan yang spesifikdan rasionalharus
dieksplorasidan diskusikan (Rasjidi, 2009).
2. Perubahan Fisiologi Sistem Pencernaan pada Periode Pascapartum
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengonsumsi
makanan ringan. Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan
keletihan. Kebanyakan ibu merasa sangat lapar.Permintaan untuk memperoleh
makanan dua kali dari jumlah yang biasa dikonsumsi disertai konsumsi cemilan yang
sering ditemukan. Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktuscerna
menetap selama waktuyang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan
anestesi biasa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu
melahirkan. Keadaan ini biasa disebabkan karena otot tonus usus menurun selama
proses persalinan dan pada awal masa pasca partum, diare sebelum persalinan, enema
sebelum melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi. Ibu seringkali sudah menduga
nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di abdomen akibat pembedahan
sectio caesarea. Kebiasaan buang yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus
usus kembali ke normal (Bobak, 2004).
B. Konsep Dasar Eliminasi Fekal
Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi fekal adalah sistem
gastrointestinal bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas
doudenum, jejunum, dan ileum dengan panjang kurang lebih 6 meter dan diameter
Universitas Sumatera Utara
2,5 cm, serta berfungsi sebagai tempat absorpsi elektrolit Na, Cl, K, Mg, HCO3, dan
kalsium (Hidayat, 2006).
Gerakan peristaltik yang kuat dapat mendorong feses ke depan. Gerakan ini
terjadi 1-4 kali dalam waktu 24 jam. Peristaltik sering terjadi sesudah makan.
Biasanya, 1/1-2/3 dari produk buangan hasil makanan dicernakan dalam waktu 24
jam, dibuang dalam feses, dan sisanya sesudah 24-48 jam berikutnya (Hidayat, 2006).
Eliminasi produk sisa pencernaan yang teratur merupakan aspek yang penting
untuk fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah pada
sistem gastrointestinal dan sistem tubuh lainnya.Karena fungsi usus bergantung pada
keseimbangan beberapa faktor, pola dan kebiasaan eliminasi bervariasi diantara
individu. Namun, telah terbukti bahwa pengeluaran feses yang sering, dalam jumlah
yang besar, dan karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya
insiden kanker kolorektal (Robinson dan Weigley, 1989 dalam Potter & Perry, 2005).
Dengan mengetahui eliminasi normal serta faktor-faktor yang meningkatkan,
menghambat, menyebabkan gangguan eliminasi dapat membantu mengatasi masalah
eliminasi klien. Asuhan keperawatan yang mendukung akan menghormati privasi dan
kebutuhan emosional klien tindakan yang dirancang untuk meningkatkan eliminasi
normal juga harus meminimalkan rasa ketidaknyamanan klien (Potter & Perry, 2010).
1. Proses Defekasi
Defekasi adalah proses pembuanganatau pengeluaran sisa metabolisme berupa
feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus(Tarwoto, 2006).
Dalam proses defekasi terjadi dua macam reflex, yaitu Pertama, refleks
defekasi intrinsik. Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rektum sehingga
terjadi distensi rektum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada flektus
mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltik. Setelah feses tiba di anus, secaras
sistematis spinter interna relaksasi maka terjadilah defekasi.
Kedua, Refleks defekasi parasimpatis. Feses yang masuk ke rektum akan
merangsang saraf rektum yang kemudian diteruskan ke spinal cord. Dari spinal cord
Universitas Sumatera Utara
kemudian dikembalikan kekolon desendens, sigmoid dan rektum yang menyebabkan
intensifnya peristaltik, relaksasi spinter internal, maka terjadi defekasi.
Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan
diafragma, dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur
dan posisi jongkok. Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10
liter/24 jam. Jenis gas yang terbanyak adalah CO2, metana, H2S, O2, dan Nitrogen
(Tarwoto, 2006).
Feses terdiri dari atas 75% airdan 25% materi padat.Feses normal berwarna
coklat karena pengaruh sterkobilin, mobilin, dan aktivitas bakteri.Bau khas karena
pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensi lembek namun berbentuk (Tarwoto,
2006).
2. Pola Defekasi
Pola defekasi sangat bersifat individual, bervariasi dari beberapa kali sehari
hingga dua atau tiga kali perminggu. Jumlah feses yang dikeluarkan juga bervariasi
pada setiap orang. Penundaan keinginan defekasi berulang dapat menyebabkan
ekspansi rektum untuk mengakomodasi feses yang terakumulasi dan pada akhirnya
akan kehilangan sensitivitas terhadap keinginan defekasi. Konstipasi pada akhirnya
terjadi (Berman, 2009).
Waktu defekasi dan jumlah feses sangatlah bersifat individual. Orang dalam
keadaan normal, frekuensi buang air besar 1 kali dalam sehari. Tetapi, ada pula yang
buang bair besar 3-4 kali seminggu.Ada yang buang air besar setelah sarapan pagi,
ada pula yang malam hari. Pola defekasi individu juga bergantung pada bowel
training yang dilakukan pada masa kanak-kanak. Sebagian besar orang memiliki
kebiasaan defekasi setelah sarapan karena adanya refleks gastrokolik yang
menyebabkan ‘mass movement’ pada usus besar.
Umumnya jumlah feses bergantung pada jumlah intake makanan.Namun
secara khusus, jumlah feses sangat bergantung pada kandungan serat dan cairan pada
makanan yang dimakan. Pola defekasi akan berubah adanya konstipasi, fekal
Universitas Sumatera Utara
infaction, diare, dan inkontensia. Kondisi ini berpengaruh terhadap konsistensi dan
frekuensi buang air besar.
3. Masalah Eliminasi Fekal: Konstipasi
Menurut Wright tahun 1974, kostipasi adalah gangguan pola eliminasi akibat
adanya feses kering atau keras yang melewati usus besar. Perjalanan feses yang lama
karena jumlah air yang diabsorbsi sangat kurang menyebabkan feses menjadi
keringdan keras. Defekasi yang normal bervariasi antara 3 kali sehari dan 3 kali
seminggu. Penyebab konstipasi antara lain pola defekasi yang tidak teratur,
penggunaan laksatif yang terlalu sering, stress psikologis yang meningkat, obat-
obatan, kurang aktivitas, dan usia. Untuk mengeluarkan feses, diperlukan tenaga
yang besar saat mengedan dan terjadi peregangan otot (Mubarak, 2008).
Gangguan diet normal dan jadwal eliminasi, obat pengering, obat nyeri
(terutama morfin atau kodein), inaktivitas, dan kelambatan peristalsis karena efek
anestesi dapat menyebabkan konstipasi (penurunan frekuensi defekasi, kesulitan
mengeluarkan feses atau feses kering dan keras). Segera setelah klien dapat makan
atau minum dorong asupan cairan, terutama jus buah. Bantu klien ke kamar mandi.
Dorong ambulasi, untuk menstimulus peristalsis. Laksatatif juga dapat diberikan
untuk mencegah konstipasi (Rosdhl, 2014).
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Eliminasi
Banyak faktor yang mempengaruhi proses eliminasi fekal. Pengetahuan akan
faktor-faktor tersebut akan membantu mengantisipasi cara yang dibutuhkan untuk
mempertahankan pola eliminasi yang normal.
a) Usia
Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol defekasi yang
berbeda. Bayi belum memiliki kemampuan mengontrol secara penuh dalam buang
air besar, sedangkan orang dewasa sudah memiliki kemampuan mengontrol secara
penuh dalam buang air besar, sedangkan orang dewasa sudah memiliki
Universitas Sumatera Utara
kemampuan mengontrol secara penuh, dan pada usia lanjut proses pengontrolan
tersebut mengalami penurunan.
b) Diet
Asupan makanan harian yang teratur dapat membantu mempertahankan pola
peristaltik pada kolon. Dengan menstimulasi gerakan peristaltik, makanan yang
menbentuk bungkal akan keluar dengan cepat melalui usus, dan mempertahankan
feses tetap lembek. Makanan tinggi serat dapat meningkatkan pola eliminasi yang
normal jika faktor lainnya juga dalam keadaan normal.
c) Asupan Cairan
Asupan cairan yang tidak adekuat atau gangguan yang dapat menyebabkan
kehilangan cairan mempengaruhi karakteristik feses. Asupan cairan yang buruk
dapat meningkatkan resiko konstipasi karena reabsorpsi cairan pada kolon terjadi,
menyebabkan feses mengeras.
d) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat meningkatkan gerakan peristaltik, sedangkan imobilitas
dapat menurunkan gerakan peristaltik. Perubahan yang terjadi pada otot abdomen
dan dinding pelvis tersebut akan meningkatakan resiko konstipasi.
e) Faktor psikologi
Jika seseorang menjadi depresi, maka saraf otonom sistem pencernaan akan
memperlambat penyampaian impuls dan menurunkan peristaltik, yang selamjutnya
akan menyebabkan konstipasi.
f) Gaya hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat
terlihat pada seseorang yang terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup
sehat/kebiasaan melakukan buang air besar ditempat yang bersih atau toilet. Maka,
ketika orang tersebut buang air besar yang terbuka atau tempat yang kotor, ia
mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
Universitas Sumatera Utara
g) Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit-
penyakit yang berhubungan langsung pada sistem pencernaan, seperti
gastroenteritis atau penyakit lainnya.
h) Nyeri
Umunya kegiatan buang air besar tidak menyebabkan nyeri.Namun, sejumlah
keadaan dapat menyebabkan ketidaknyamanan, misalnya hemoroid, pembedahan
rektum, fistula rektum, dan pembedahan abdomen. Pada keadaan tersebut, klien
menekan keinginan untuk buang air besar untuk menghindari rasa nyeri, dan
kemudian akan menyebabkan kostipasi.
i) Kehamilan
Pada saat kehamilan berkembang, ukuran janin bertambah dan menimbulkan
tekanan pada rektum. Obstruksi yang sementara ini disebabkan karenan janin
menghambat jalan keluar feses. Gerakan peristaltik yang lambat selama trimester
ketiga sering menyebabkan konstipasi
j) Pembedahan dan Anestesi.
Agen anestesi general yang digunakan selama pembedahan dapat menghentikan
gerakan peristaltik. Klien yang menerima anestesi lokal dan regional memiliki
resiko rendah untuk mengalami gangguan eliminasi. Bebarapa pembedahan yang
memanipulasi usus besar secaralangsung akan menghentikan gerakan peristaltik.
k) Obat-obatan
Obat-obatan untuk meningkatkan defekasi telah tersedia.Laksatif dan katartik
melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik. Walaupun sama, kerja laksatif
lebih ringan daripada katartik. Apabila digunakan dengan benar, laksatif dan
katartik mempertahankan pola eliminasi normal dan aman.Namun, penggunaan
katartik dalam jangka waktu lama menyebabkan usus besar kehilangan tonus
ototnya dan menjadi kurang responsif terhadap stimulasi yang diberikan oleh
laksatif (Potter & Perry, 2010).
Universitas Sumatera Utara
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar
Eliminasi Fekal
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pola dan abnormalitas eliminasi fekal meliputi riwayat
keperawatan, pengkajian fisik abdomen, inspeksi, karakteristik feses, dan informasi
hasil pemeriksaan yang relevan.Tentukan juga riwayat perawatan medis klien dan
jenis asupan cairan dan makanan, kemampuan mengunyah, medikasi, dan
penyakityang baru- baru ini diderita/atau stressor.
1) Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan memberikan informasi tentang pola dan kebiasaan eliminasi
biasanya dilakukan oleh klien.Hal normal dan abnormal yang dideskripsikan klien
sering berbeda dari faktor atau keadaan yang mendukung eliminiasi normal.
Mengidentifikasi pola, kebiasaan normal dan abnormal, serta persepsi klien yang
normal dan abnormal terhadap eliminasi fekal membantu menentukan masalah
klien. Anda dapat mengorganisasi riwayat keperawatan melalui faktor yang
mempengaruhi eliminasi dengan cara sebagai berikut:
a) Tentukan pola eliminasi normal klien: sertakan frekuensi dan waktunya dalam
sehari. Minta klien dalam pemberian perawaatn untuk melengkapi catatan
eliminasi fekal, sehingga dapat membantu melakukan pengkajian yang akurat
tentang pola eliminasi fekal harian klien saat ini.
b) Deskripsikan klien terhadap karaktersirik fekal yang biasanya: tentukan
apakah feses memiliki bentuk normal, lembek arau keras, warna, dan apakah
mengandung darah atau tidak minta klien untuk klien untuk mendeskripsikan
bentuk feses biasanya dan jumlah feses per hari.
c) Identifikasi rutinitas yang dilakukan untuk mendukung pola eliminasi normal:
contohnya mengonsumsi minuman hangat, memakan makanan tertentu, buang
air besar pada waktu tertentu.
d) Pengkajian penggunaan alat bantu artificial dirumah: kaji apakah klien
menggunakan enema, laksatif, atau makanan tambahan yang membentuk
Universitas Sumatera Utara
bungkal sebelum buang air besar. Tanyakan seberapa sering klien
menggunakannya.
e) Perubahan nafsu makan: termasuk perubahan pola makandan perubahan berat
badan (jumlahberat badan yang berkurang atau meningkat). Jika terjadi
perubahan berat badan, tanyakan apakah perubahan tersebutdirencanakan,
seperti kehilangan berat badan disertai diet.
f) Riwayat diet: tentukan pilihan makanan klien dalam satu hari. Tentukan
asupan buah, sayur, sereal, dan roti; dan apakah klien makan teratur atau
tidak.
g) Deskripsikan asupan cairan per hari: meliputi jenis dan jumlah cairan
menggunakan alat ukur yang ditemukan dirumah sakit.
h) Riwayat pembedahan dan penyakit yang mempengaruhi sistem pencernaan:
informasi ini sering membantu untuk menjelaskan tanda dan potensi untuk
mempertahankan dan mengembalikan pola eliminasi fekal yang normal, dan
apakah klien memiliki riwayat keluarga dengan penyakit kanker
gastrointestinal.
i) Riwayat medikasi: tanyakan apakah klien menggunakan medikasi (misalnya
laksatif, antasida. Suplemen zat besi, dan analgesik) yang dapat mengganggu
defekasi atau karakteristik fekal.
j) Keadaan emosional: keadaan emosional klien secara signifikan dapat
menggangu frekuensi buang air besar. Selama pengkajian, observasi emosi
klien, nada suara, dan sikap yang mempengaruhi perilaku secara signifikan
yang mengindikasikan stress.
k) Riwayat latihan: minta klien untuk mendeskripsikan jenis dan jumlah latihan
per hari secara spesifik.
l) Riwayat nyeriatau ketidaknyamanan: tanyakan klien apakah terdapat riwayat
nyeri abdomen atau anal. Jenis, frekuensi, dan lokasi nyeri dapat membantu
mengidentifikasi sumber penyakit.
Universitas Sumatera Utara
m) Riwayat sosial: klien mungkin memiliki berbagai penataan pada tempat
tinggal. Dimana pasien tinggal dapat mempengaruhi kebiasaan buang air besar
klien.
n) Mobilitas dan ketangkasan: mobilitas dan ketangkasan klien perlu dievaluasi
sehingga dapat membantu menentukan apakah klien membutuhkan alat bantu
atau bantuan dari orang lain (Potter & Perry, 2010).
2. Analisa Data
Analisa data mencakup mengenai pola atau kecenderungan, membandingkan
pola ini dengan pola kesehatan yang normal, menarik konkulsi tentang respon klien.
Perawat memperhatikan pola atau kecenderungan sambil memeriksa kelompok data.
Kelompok data terdiri dari batasan karakteristik. Batasan karakteristik adalah kriteria
klinis yang mendukung adanya kategori diagnostik. Kategori klinis adalah tanda dan
gejala objektif atau subjektif atau faktor resiko. Kategori diagnostik dan batasan
karakteristik memberikan struktur untuk proses kognitif dalam mengidentifikasi
kebutuhan klien dan penurunan aktual dari diagnosa keperawatan (Potter & Perry,
2005).
3. Rumusan Masalah
Menurut NANDA tahun (2012). Definisi konstipasi adalah penurunan pada
frekuensi normal defekasi yang disertai oleh kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap
feses dan/atau pengeluaran feses yang keras, kering, dan banyak
Batasan Karakteristik:
1. Nyeri abdomen
2. Nyeri tekan abdomen
3. Nyeri tekan pada abdomen
denganresistansi otot yang dapat
dipalpasi
4. Nyeri tekan pada abdomen tanpa
resistansi otot yang dapat dipalpasi
5. Anoreksia
6. Penampilan tidak khas pada lansia
(mis, perubahan pada status mental,
inkontinensia urinarius, jatuh yang
tidak penyebabnya, peningkatan
suhu tubuh)
7. Borborigmi
Universitas Sumatera Utara
8. Darah merah pada feses
9. Perubahan pada pola defekasi
10. Penurunan frekuensi feses
11. Penurunan volume feses
12. Distensi abdomen
13. Rasa rektalpenuh
14. Rasa tekanan rektal
15. Kelelahan umum
16. Feses keras dan berbentuk
17. Sakit kepala
18. Bising usus hiperaktif
19. Bising usus hipoaktif
20. Peningkatan tekanan abdomen
21. Tidak dapat makan
22. Mual
23. Rembesan feses cair
24. Nyeri pada saat defekasi
25. Massa abdomen yang dapat diraba
26. Adanya feses lunak, seperti pasta
di dalam rektum
27. Perkusi abdomen pekak
28. Sering Flatus
29. Mengejan saat defekasi
30. Tidak daapt mengeluarkan feses
31. Muntah
Faktor yang Berhubungan:
1. Kelemahan otot abdomen
2. Kebiasaan mengabaikan dorongan
defekasi
3. Ketidakadekuatan toiloeting (mis,
batasan waku, posisi untuk
defekasi, privasi)
4. Kurang aktivitas fisik
5. Kebiasaan defekasi tidak teratur
6. Perubahan lingkungan saat ini
Psikologis:
1. Depresi
2. Stress emosional
3. Konfusi mental
Farmakologis:
1. Antasida yang mengandung
alumunium
2. Antikolinergik
3. Antikonvulsan
4. Antidepresan
5. Agens antilipemik
6. Garam bismuth
7. Kalsium karbonat
8. Penyekat
9. Diuretik
15
Universitas Sumatera Utara
10. Garam besi
11. Penyalahgunaan laksatif
12. Agens antinflamasi nonsteroid
13. Opiat
14. Fenotiazid
15. Sedative
16. Simpatomimetik
Mekanis:
1. Ketidakseimbangan eletrolit
2. Hemoroid
3. Penyakit hirschsprung
4. Gangguan neurologis
5. Obesitas
6. Obstruksi pasca-bedah
7. Kehamilan pembesaran prostat
8. Abses rektal
9. Fisura anal rectal
10. Struktur anal rectal
11. Prolaps rectal
12. Ulkus rectal
13. Rektokel
14. Tumor
Menurut Wilkinson tahun (2011). Definisi Resiko konstipasi adalah berisiko
mengalami penurunan frekuensi normal defekasi, disertai dengan kesulitan atau
pengeluaran feses tidak tuntas, pengeluaran feses yang sangat kerasdan kering.
Faktor Resiko
Fungsional :
1. Kelemahan otot abdomen
2. Kebiasaan mengabaikan dorongan
defekasi
3. Ketidakadekuatan toiloeting (mis,
batasan waku, posisi untuk
defekasi, privasi)
4. Kurang aktivitas fisik
5. Kebiasaan defekasi tidak teratur
6. Perubahan lingkungan baru
Psikologis :
1. Depresi
2. Stress emosional
3. Konfusi mental
16
Universitas Sumatera Utara
Fisiologis :
1. Perubahan pola makan
2. Perubahan makanan
3. Penurunan motilitas traktus
gastrointestinal
4. Dehidrasi
5. Ketidakadekutan gigi geligi
6. Ketidakadekutan higiene oral
7. Asupan serat tidak cukup
8. Asupan cairan tidak cukup
9. Kebiasaan makan buruk
Farmakologis:
1. Antasida yang mengandung
alumunium
2. Antikolinergik
3. Antikonvulsan
4. Antidepresan
5. Agens antilipemik
6. Garam bismuth
7. Kalsium karbonat
8. Penyekat
9. Diuretik
10. Garam besi
11. Penyalahgunaan laksatif
12. Agens antiinflamasi
13. Opiat
14. Fenotiazid
15. Sedatif
16. Simpatomimetik
Mekanis :
1. Ketidakseimbangan eletrolit
2. Kemoroid
3. Penyakit hirschsprung
4. Gangguan neurologi
5. Obesitas
6. Obstruksi pasca-bedah
7. Kehamilan
8. Abses rektal
9. Pembesaran prostat
10. Fisura anal rektal
11. Struktur anal rektal
12. Prolaps rektal
13. Ulkus rektal
14. Rektoke
15. tumor
17
Universitas Sumatera Utara
4. Diagnosa Keperawatan
Pengkajian keperawatan akan fungsi usus klien memberikan data yang dapat
mengindikasikan masalah eliminasi yang aktula atau potensial, atau masalah yang
disebabkan oleh perubahan eliminasi. Pada contoh yang didiskusikan pada rencana
asuhan keperawatan. Contoh diagnosis yang diberikan pada klien dengan masalah
eliminasi meliputi:
a) Inkontinensia usus
b) Konstopasi
c) Resiko konstipasi
d) Konstipasi dipersepsikan
e) Diare
f) Defisit perawatan diri akan kebutuhan untuk ke kamar mandi.
Kemampuan untuk mengidentifikasi diagnosis yang tepat bergantung hanya
padapengkajian, tetapi juga pada kemampuan mengenal karakteristik dan faktor yang
mengganggu eliminasi. Tentukan resiko dan lakukan pemeriksaan untuk memastikan
fungsi usus yang normal dapat dipertahankan (Potter & Perry, 2010).
5. Perencanaan Keperawatan
Selama menyusun rencana asuhan keperawatan, dapatkan informasi dari
berbagai sumber.Berpikir kritis membantu memastikan bahwa rencana perawatan
mengintegrasikan semua yang Anda ketahui tentang masalah klien dan masalah
klinisnya.Lakukan standard professional (Potter & Perry, 2010).
Tujuan dan hasil yang diharapkan. Anda danklien menyusun tujuan dan
hasil yang diharapkan dengan menggabungkan kebiasaan eliminasi klien atau
rutinitas sebanyak mungkin dan mendukung rutinitas yang dapat meningkatkan
kesehatan. Pertimbangkan juga kekhawatiran pada kesehatan. Jika kebiasaan usus
klien menyebabkan masalah eliminasi, bantu klien mempelajari hal yang baru (Potter
& Perry, 2010).
Tujuan secara keseluruhan dalam mengembalikan pola eliminasi normal
kliendapat meliputi hasil yang diharapkan sebagai berikut :
18
Universitas Sumatera Utara
a. Klien mengusahakan kebiasaan defekasi teratur.
b. Klien mampu membuat daftar asupan makanan dan cairan yang tepat untuk
meningkatkan eliminasi feses.
c. Klien melakukan program latihan secara reguler.
d. Klien melaporkan bahwa feses yang dikeluarkan lembek, berbentuk, dan berwarna
coklat.
e. Klien tidak melaporkan ketidaknyamanan lainnya yang berhubungan dengan
defekasi.
Prioritas masalah. Pola buang air besar bervariasi pada masing-masing
individu. Oleh karena itu, perawat danklien harus berkerjasama dalam menyusun
rencana intervensi yang efektif. Klien biasanya memiliki diagnosa lebih dari satu
(Potter & Perry, 2010).
6. Implementasi Keperawatan
Kesuksesan pelaksanaan rencana intervensi keperawatan bergantung pada
meningkatnya pemahaman klien dan anggota keluarga tentang eliminasi fekal. Di
rumah, rumah sakit, atau fasilitas perawatan jangka panjang; klien mampu
mempelajari kebiasaan usus yang efektif (Potter & Perry, 2010).
Ajarkan klien dan anggota keluarga tentang diet yang tepat tentang asupan
cairan yang adekuat, dan faktor yang menstimulasi atau memperlambat peristaltik,
seperti stress emosional. Hal yang paling baik dilakukan pada jam makan klien. Klien
juga perlu memperlajari pentingnya menerapkan rutinitas usus yang reguler dan
latihan yang reguler dan melakukan tindakan yang sesuai saat masalah eliminasi
terjadi (Potter & Perry, 2010).
19
Universitas Sumatera Utara
7. Evaluasi Keperawatan
Keefektifan perawatan bergantung pada kesuksesan mencapai hasil yang
diharapkan pada perawatan yang dilakukan secara mandiri. Klien mampu melakukan
defekasi feses yang lembek secara teraturdan bebas nyeri. Untuk mengevaluasi hasil
yang diharapkan, tanyakan pertanyaa seperti: apakah klien mampu
mendemonstrasikan informasi yang didapatkan untuk menerapkan pola eliminasi
normal? Apakah klien mampu mendemonstrasikan keterampilan yang dipelajari?
Apakah klien mampu menerapakan defekasi normal dengan manipulasi alami dalam
kehidupan sehari-hari seperti diet, asupan cairan, dan latihan? Apakah klien
menggunakan alat bantu defekasi seperti enema dan laksatif? Klien adalah satu-
satunya orang yang menentukan apakah masalah eliminasi fekal telah teratasi dan
terapi apa yang paling efektif (Potter & Perry, 2010).
Jika perawat berhasil melakukan hubungan terapeutik dengan klien, klien
akan merasa nyaman untuk mendiskusikan masalah yang lebih intim secara detail
yang sering dihubungkan dengan masalah eliminasi fekal. Klien tidak akan malu saat
perawat membantunya dalam memenuhi kebutuhan eliminasi. Klien akan
menghubungkan perasaan nyaman dan bebasdari nyerisaat kebutuhan eliminasi
dipenuhi dalam batas keadaan dan terapi klien (Potter & Perry, 2010).
D. Asuhan Keperawatan KasusPasien di Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnese
Berdasarkan dari Pengkajian yang di lakukan pada identitas pasien, di dapat
data yaitu Ny. D, umur 33 tahun dengan jenis kelamin perempuan, status kawin,
agama Islam, pekerjaan seorang Ibu Rumah Tangga, beralamat Jalan Kiwi P.
Mandala, Kec. Percut Sei Tuan, Kota Deli. Keluhan utama, ibu mengatakan adanya
luka sayatan pada abdomen disebabkan post Sectio Caesarea pada tanggal 29 mei
2016 karena kehamilan sebelumnya di lakukan operasi Sectio Saecarea dan keinginan
20
Universitas Sumatera Utara
ibu itu sendiri. Saat ini ibu mengeluh tidak buang air besar sejak sehari sebelum
operasi. Keadaan Umum ibu, tingkat kesadaran composmentis dengan Gaslow Coma
Scale (GCS): 14 (E4V5M5), Capilary Refill Time (CRT) kurang dari 3 detik, akral
hangat, tampak gelisah, tidak ada pernapasan cuping hidung. Ibu kurang melakukan
aktivitas karena luka Post Sectio Caesarea. Tekanan darah: 110/80mmHg, Nadi: 80
x/menit, Pernafasan: 22 x/menit, Suhu Tubuh : 37,3oC, Tinggi Badan : 150 cm, Berat
Badan: 64 kg. Ibu mengatakan makan 3 kali dalam sehari sesuai waktu diet dari
rumah sakit.Ibu mengatakan kadang keluarga membawa makan dari rumah. Ibu
biasanya minum 4-6 gelas sehari dan minum jika haus. Untuk pola eliminasi, ibu
mengatakan selama masa kehamilan ibu BAB 1 kali dalam 2 hari. Tetapi, sejak sehari
sebelum operasi Sectio Caesarea ibu tidak BAB. Klien BAK 5-7 sehari. Saat dikaji
ibu tidur 7 – 8 jam sehari. Ibu mandi 1 kali sehari, menggosok gigi 1 kali sehari
selama di rumah sakit.
2. Analisa Data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 30 Mei 2016, dari
data-data yang diperoleh dilakukan analisa data dengan mengelompokkan data
objektif dan data subjektif. Secara lengkap terdapat pada tabel berikut :
No Analisa Data Penyebab Masalah
1.
Data Subjektif :
1) Ibu mengatakan belum
BAB sehari sebelum
operasi Sectio Caesarea
dilakukan.
2) Ibu mengatakan merasa
penuh dan begah pada
abdomen.
3) Ibu mengatakan selama
Post partum SC hari ke-2
Luka post SC + Penurunan tonus + Asupan rendah serat
otot abdomen
Volume feses padat
Nyeri
Regangan ususminimal
Imobilisasi fisik
Perangsangan
defekas menurun
Resiko
konstipasi.
21
Universitas Sumatera Utara
perawatan kurang
makan makanan yang
berserat dan minum air
putih.
Data Objektif :
1) Ibu post Sectio
Caesarea.
2) Skala nyeri ibu :3.
3) Terjadi kelemahan otot
abdomen post partum.
4) Bising usus: 4x / menit.
5) Kurangnya aktivitas
fisik.
Peristaltik usus menurun
Resiko Konstipasi
2. Data Subjektif :
Ibu mengatakan kurang
bergerak karena luka
jahitan diabdomennya
masih baru dan sedikit
nyeri tapi masih bisa
ditahan.
Data Objektif :
1) Terdapat luka post
Sectio Caesarea ± 15
cm.
2) Temperatur:37,3oC.
3) TD: 110/80 mmHg.
4) Skala nyeri ibu: 3.
Post Sactio Caesarea hari ke-2
Tindakan Prosedur invasif
Luka post operasi SC
Nyeri
Peningkatan suhu
Resiko
infeksi.
22
Universitas Sumatera Utara
Resiko infeksi
3. Rumusan Masalah
a. Resiko konstipasi.
b. Resiko infeksi.
4. DiagnosaKeperawatan(Prioritas)
Masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam bentuk diagnosa
keperawatan berdasarkan keterkaitan dan faktor-faktor yang menandai masalah yaitu
data subjektif dan data objektif yang telah dikaji.
Dari hasil perumusan diperoleh dua diagnosa yaitu:
a. Resiko konstipasi berhubungan dengankelemahan otot abdomen,asupan serat
tidak cukup dan kurangnya aktivitas fisikditandai dengan luka post Sectio
Caesarea dan bising usus hipoaktif.
b. Resiko infeksi berhubungan dengantindakan prosedur invasif ditandai dengan
luka post Sectio Caesarea dan peningkatan suhu.
5. Perencanaandan Rasional Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian keperawatan, dari data yang diperoleh
dilakukan analisa dan menemukan masalah-masalah keperawatan kemudian
23
Universitas Sumatera Utara
dirumuskan dalam diagnosa keperawatan. Pada saat itu juga perawat melakukan
perencanaan tindakan keperawatan untuk memberi asuhan keperawatan kepada ibu.
Perencanaan keperawatan dan rasional dari setiap diagnosa dapat dilihat
ditabel berikut :
Hari/
Tanggal
No.
Dx
Intervensi Keperawatan
Selasa/
31 Mei
2016
1. Tujuan dan Kriteria Hasil :
NOC : Resiko konstipasi menurun, setelah dilakukan perawatan selama
dua hari resiko konstipasi pasien berkurang.
Rasional/Indikator :
1. Pola eliminasi setiap hari.
2. Feses lunak dan berbentuk.
3. Mengeluarkan feses tanpa bantuan.
4. Nyeri saat defekasi berkurang.
Intervensi Keperawatan (NIC) Rasional
1. Lakukan hubungan teraupetik
dengan klien dan keluarga.
2. Kaji kebiasaan defekasi klien.
3. Pantau gerakan usus, frekuensi,
bentuk, volume, warna, dan
konsistensi feses.
4. Pantau faktor penyebab (obat,
imobilisasi, diet) konstipasi.
5. Anjurkan klien meningkatkan
cairan yang adekuat.
6. Instruksikan klien untuk
mengkonsumsi diet tinggi serat.
1. Membina hubungan percaya
antara klien dan keluarga klien
terhadap perawat.
2. Memudahkan penanganan atau
perawatan.
3. Untuk menentukan intervensi
yang sesuai dan keefektifan dari
therapi yang diberikan.
4. Deteksi dini penyebab
konstipasi.
5. Obat, diet, imobilisasi dapat
mempengaruhi gerakan usus
24
Universitas Sumatera Utara
7. Anjurkan aktivitas optimal untuk
merangsang eliminasi defekasi
klien.
8. Ajarkan klien dan keluarga cara
membuat catatan harian makanan.
yang memicu terjadinya
konstipasi.
6. Membantu agar feses lebih
lunak.
7. Meningkatkan pergerakan usus
sehingga menurunkan konstipasi
8. Dengan membuat catatan harian
makanan seperti makanan
bervariasi, nutrisi klien tetap
seimbang.
Hari/
Tanggal
No.
Dx
Intervensi Keperawatan
Selasa/
31 Mei
2016
2. Tujuan dan Kriteria Hasil :
NOC : Faktor resiko infeksi, setelah dilakukan perawatan selama dua hari
nyeri pasien berkurang.
Rasional/ Indikator :
1. Terbebas dari tanda dan gejala infeksi.
2. Memperlihatkan higiene personal yang adekuat.
3. Tanda-tanda vital normal (36oC– 37oC).
Intervensi ( NIC) Rasional
1. Kaji tanda-tanda vital.
2. Kaji luka dan balutan pada
abdomen.
3. Menjaga kebersihan sekitar
luka dan lingkungan klien,
teknik rawat luka dengan
antiseptik.
1. Suhu yang meningkat dapat
menunjukkan terjadinya infeksi.
2. Mengidentifikasi apakah ada
tanda-tanda infeksi adanya pus.
3. Mencegah kontaminasi silang
atau penyebaran organisme
infeksius.
25
Universitas Sumatera Utara
4. Kaji faktor yang dapat
meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi.
5. Amati penampilan praktik
higiene personal untuk
perlindungan terhadap infeksi.
6. Jelaskan kepada pasien
mengapa luka terasa sakit serta
pencegahan infeksi.
4. Memudahkan penanganan atau
perawatan.
5. Praktik higiene merupakan cara
paling sederhana dan mudah
untuk pencegahan infeksi oleh
kuman dan bakteri terhadap
luka.
6. Membina rasa saling percaya
dan membantu klien
menurunkan resiko infeksi.
6. Implementasi Keperawatan
Perawat telah menyusun tindakan keperawatan yang akan di implementasikan
kepada ibu.
Hari/
Tanggal
No. Dx : 1
Waktu
Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Selasa/31
Mei 2016
09.00 Wib
09.05 Wib
09.10 Wib
09.20 Wib
09.30 Wib
1. Membina hubungan saling
percaya.
2. Mengkaji kebiasaan defekasi
ibu.
3. Memantau gerakan usus,
frekuensi, bentuk, volume,
warna dan konsistensi feses.
4. Memantau factor penyebab
konstipasi (obat, imobilisasi,
diet).
5. Menganjurkan ibu
meningkatkan cairan yang
S:
a) Ibu mengatakan belum
BAB sehari sebelum
operasi Sectio Caesarea
dilakukan.
b) Ibu mengatakan merasa
penuh dan begah pada
abdomen.
c) Ibu mengatakan selama
perawatan kurang
makan makanan yang
berserat dan minum air
26
Universitas Sumatera Utara
09.35 Wib
09.45 Wib
adekuat.
6. Menginstruksikan ibu untuk
mengkonsumsi diet tinggi serat.
7. Menganjurkan aktivitas optimal
untuk merangsang defekasi ibu.
putih.
O:
a) Ibu post Sectio Caesarea
dengan luka ±15 cm.
b) Terjadi kelemahan otot
abdomen post partum
c) Bisingusus: 4x / menit.
d) Skal nyeri ibu : 3.
A: Masalah teratasi
sebagian.
P: Intervensidilanjutkan.
Hari/
Tanggal
No. Dx: 2
Waktu
ImplementasiKeperawatan Evaluasi (SOAP)
Selasa/31
Mei 2016
11.00 Wib
11.10 Wib
11.15 Wib
11.25 Wib
11.30 Wib
10.00 Wib
1. Mengkaji tanda-tanda vital.
2. Mengkaji luka dan balutan di
abdomen.
3. Menjaga kebersihan sekitar luka
dan lingkungan ibu, teknik
rawat luka dengan antiseptik.
4. Mengamati penampilan praktik
higiene personal untuk
perlindungan terhadap infeksi
5. Menjelaskan kepada ibu
mengapa luka terasa sakit serta
pencegahan infeksi.
6. Mengkolaborasi pemberian
antibiotik dengan tim medis.
S: Ibu kurang bergerak
karena luka jahitan
diabdomennya masih baru
dan sedikit nyeri tapi masih
bisa ditahan.
O:
a) Luka post Sectio
Caesarea±15 cm.
b) Suhu:37,5oC.
c) Injeksi Ampicilin 1gr/ 8
jam.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan.
27
Universitas Sumatera Utara
7. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukantindakan keperawatan, maka hasil evaluasi untuk diagnosa
keperawatan pertama Resiko konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot
abdomen,asupan serat tidak cukup dan kurangnya aktivitas fisik ditandai dengan ibu
post Sectio Caesarea dan bising usus hipoaktif. Ibu mampu melakukan defekasi, feses
keras dan belum lancar, masih nyeri ringan, ibu dan keluargapaham dan mampu
menjelaskan kembali penjelasan yang diberikan perawat.
Hasil evaluasi untuk diagnosa keperawatan selama perawatan, untuk diagnosa
kedua, Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan prosedur invasif ditandai dengan
peningkatan suhu,dihari kedua selama perawatan, masalah sebagian teratasi. Ibu
mengatakan bahwa nyeri luka Sectio Caesarea mulai berkurang, luka tampak bersih
dan mulai kering, suhu tubuh 36,8oC.
Oleh karena itu, perawat menganjurkan supaya ibu dapat mempertahankan
dan melakukan kembali setelah pulang untuk setiap intervensi yang telah diajarkan
pada klien dan keluarga pada kedua diagnosa.
28
Universitas Sumatera Utara
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari seluruh uraian maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
a) Hasil dari pengkajian dengan masalah eliminasi fekal: ibu post Sectio
Caesarea hari ke-2 mengalami resiko konstipasi. Ditemukan ada luka post
Sectio Caesarea di abdomen ±15 cm. Ibu mengeluh belum BAB sejak sehari
sebelum dilakukan operasi Sectio Caesarea. Masalah yang ditemui setelah
pengkajian pada ibu post Sectio Caesarea hari ke-2, yaitu: resiko konstipasi
dan resiko infeksi.
b) Rencana asuhan keperawatan dengan priotas masalah gangguan eliminasi
fekal (resiko konstipasi) pada ibu adalah mengkaji kebiasaan defekasi ibu,
mengkaji penyebab konstipasi, memberi informasi mengenai konstipasi pada
ibu post Sectio Caesarea, dan penanganannya.
c) Implementasi asuhan keperawatan dengan prioritas masalah gangguan
eliminasi fekal telah dilakukan keseluruhan.
d) Evaluasi kebutuhan dasar dengan gangguan eliminasi fekal pada ibu yaitu ibu
dan keluarga mengerti mengenai konstipasi, pencegahan, dan penanganannya.
Resiko konstipasi berkurang, ibu dapat BAB dengan pola 1 kali dalam sehari.
Namun, intervensi masih dilanjutkan karena ibu belum dapat BAB dengan
teratur dan feses masih keras. Untuk Resiko infeksi juga berkurang dengan
suhu kembali normal. Tidak ada diagnosa tambahan yang muncul dan yang
ditemui penulis selain dari yang dua diagnosa diatas.
29
Universitas Sumatera Utara
B. Saran
1). Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang
gangguan eliminasi fekal dan penanganannya. Khususnya, bagi mata kuliah
kebutuhan dasar manusia, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan
yang komprehensif terhadap masalah eliminasi fekal.
2). Bagi Praktek Keperawatan
Sebaiknya perawat mampu lebih optimal dalam memberikan pelayanan
terhadap kebutuhan dasar eliminasi fekal sehingga dapat mencegah masalah
konstipasi pada ibu post Sectio Caesarea.
3). Bagi Penulis
Hasil penulisan ini di harapkan dapat memberikan dan menambah wawasan
serta informasi baru bagi penulis tentang kebutuhan dasar eliminasi fekal sehingga
penulis dapat memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik lagi terhadap masalah
kebutuhan eliminasi fekal.
30
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Bobak, Lowdermik, Jensen. 2005, Buku Ajar Keperawatan Maternitas (terjemahan),
Edisi IV. Jakarta: EGC. E. Doenges, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC Herdman, T. Heather. 2012. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Klasifikasi (2012-2014). Jakarta: EGC Mubarak, W. Iqbal & Chayatin, Nurul. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia:
Teori & Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, Asri & Sujiyatini. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha
Medika. M. Wilkinson, Judith. 2012. Buku Saku : Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta :
EGC Potter, P & Perry, A. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC. Potter, P & Perry, A. 2010. Fundamental Keperawatan. Buku 3 Edisi7. Jakarta :
EGC. Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Rasjidi, Imam. 2009. Manual Seksio Sesarea & Laparotomi Kelainan Adneksa.
Jakarta: CV Sabung Seto Tarwoto, Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Edisi 3. Jakarta: SalembaMedika. Wiknjosastro, Hanafi. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1
PROGRAM D III KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN USU
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN I. Biodata
Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 33 Tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jalan Kiwi P.Mandala, Kec. Percut Sei Tuan, Kota Deli
Tanggal Masuk RS : 29 Mei 2016
Golongan Darah : A positif
Tanggal Pengkajian : 30 Mei 2015
Tanggal Operasi : 29 Mei 2015
Diagnosa Medis : Post Sectio Caesarea Hari Ke-2
Status Obstetrik : G : 4 P :4 A: 0
No. Umur Komplikasi
Kondisi
Anak
Penolong
Kehamilan Persalinan Nifas
1. 10 tahun Normal Normal Normal Meninggal Bidan
2. 8 tahun Normal Operasi SC Normal Sehat Dokter
Universitas Sumatera Utara
3. 5 tahun Normal Operasi SC Normal Sehat Dokter
4 0 bulan Normal Operasi SC BBL: 3100 gram Sehat Dokter
II. Keluhan Utama
Dari hasil pengkajian ditemukan keluhan utama yang diperoleh, ibu
mengatakan adanya luka sayatan pada abdomen disebabkan post Sectio Caesareapada
tanggal 29 mei 2016 karena kehamilan sebelumnya di lakukan operasi Sectio
Saecarea dan keinginan ibu itu sendiri. Saat ini ibu mengeluh tidak buang air besar
sejak sehari sebelum operasi.
III. Riwayat Kesehatan Sekarang
Dari hasil pengkajian riwayat kesehatan sekarang diperoleh data ibu
mengatakan setelah dilakukan operasi Sectio Caesar, ibu mengalami kurang
pergerakan karena luka post operasi masih terasa nyeri. Sekarang ibu belum BAB
sudah 3 hari. Ibu merasa perutnya terasa penuh dan begah serta belum ada tindakan
yang dapat memperbaiki keadaannya.
IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Darihasil pengkajian riwayat kesehatan masa lalu diperoleh data, ibu
mengatakan bahwa ibu sudah pernah mangalami persalinan Sectio Caesarea dan ibu
tidak pernah mengalami penyakit yang serius dari kecil hingga saat ini. Sebelum
dirawat, ibu terbiasa buang air besar (BAB) 1 kali dalm sehari.Jika sakit ringan, ibu
membeli obat generik ke warung, kalau sakit berlanjut ibu pergi berobat ke bidan
terdekat atau puskesmas.
V. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari hasil pengkajian riwayat kesehatan keluarga diperoleh data ibu tidak ada
anggota keluarga yang mengalami gangguan pada pencernaan, atau penyakit
Universitas Sumatera Utara
keturunan, dimasa kehamilan orangtua ibu dahulu tidak pernah mengalami gangguan
seperti yang dialami ibu.Tidak ada anggota keluarga yang sakit serius dan tidak ada
anggota keluarga terdekat yang meninggal karena masalah sistem pencernaan.
VI. Riwayat Keadaan Psikososial
Dari hasil pengkajian riwayat keadaan psikologis diperoleh data, ibu cukup
cemas dan takut saat defekasi karena ibu takut kalau mengedan maka jahitan luka
Sectio Caesarea akan rusak atau akan menimbulkan masalah seperti nyeri hebat pada
luka Sectio Caesarea. Ibu memiliki persepsi bahwa ibu yakin dapat melewati masa
nifas dengan baik dan ibu berharap dapat mengurus bayinya sekaligus keluarganya.
Untuk status gambaran diri, ibu mengatakan ibu menerima seluruh bagian yang ada
pada tubuhnya tanpa merasa ada yang kurang. Saat ini keadaan emosi ibu stabil,
mampu memecahkan masalah dengan berdiskusi pada suami atau teman dekatnya.
Dalam hubungan sosial ibu dengan keluarganya maupun dengan masyarakat
lainnya baik. Orang yang paling berarti untukibu saat ini adalah keluarga
intinya.Keluarga adalah penyemangat ibu untuk bekerja dan menjalani aktivitas
sehari-harinya. Ibu beradaptasi dengan baik dengan lingkungannya. Dalam kehidupan
sehari-hari ibu meyakini Tuhan yang Maha Esa. Ibu mejalankan sholatnya sesuai
waktu sholat.
VII. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum ibu tampak baik, ibu dapat berkomunikasi dengan baik. Setelah
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil pemeriksaan tekanan
darah 110/80 mmHg, suhu tubuh 37,3OC, denyut nadi klien 80x/menit,
frekuensi pernapasan 22x/menit, tinggi badan 150 cm, dan berat badan sebelum
melahirkan 64 kg.
Universitas Sumatera Utara
b. Mulut dan faring
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan, pada bagian mulut ibu tampak
kering dan keadaan gusi dan gigi tampak bersih. Ibu mengatakan tidak ada
gangguan dalam proses menelan.
c. Pemeriksaan integument
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan, integumen terlihat kulit ibu bersih
dengan warna kulit, dan akral hangat. Turgor kulit ibu <2 detik dan kulit teraba
kurang kelembaban. Secara keseluruhan tidak ada kelainan pada kulit ibu.
d. Pemeriksaan abdomen
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan, tampak luka jahitan ± 15 cm,
peristaltik usus 4x/menit, dan kelemahan otot abdomen.
VIII. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Setelah dilakukan pengkajian, ibu mengatakan makan 3 kali dalam sehari
sesuai waktu diet dari rumah sakit. Ibu mengatakan kadang keluarga membawa
makan dari rumah.
Ibu biasanya minum 4-6 gelas sehari dan minum jika haus. Untuk pola
eliminasi, ibu mengatakan selama masa kehamilan ibu BAB 1 kali dalam2 hari.
Tetapi, sejak sehari sebelum operasi Sectio Caesarea ibu tidak BAB. Klien BAK 5-7
sehari. Saat dikaji ibu tidur 7 – 8 jam sehari. Ibu mandi 1 kali sehari, menggosok gigi
1 kali sehari selama di rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/
Tanggal
No. Dx : 1
Waktu
Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Selasa/31
Mei 2016
09.00 Wib
09.05 Wib
09.10 Wib
09.20 Wib
09.30 Wib
09.35 Wib
09.45Wib
1. Membina hubungan saling percaya.
2. Mengkaji kebiasaan defekasi ibu.
3. Memantau gerakan usus, frekuensi,
bentuk, volume, warna dan
konsistensi feses.
4. Memantau factor penyebab
konstipasi (obat, imobilisasi, diet).
5. Menganjurkan ibu meningkatkan
cairan yang adekuat.
6. Menginstruksikan ibu untuk
mengkonsumsi diet tinggi serat.
7. Menganjurkan aktivitas optimal
untuk merangsang defekasi ibu.
S:
a) Ibu mengatakan belum
BAB sehari sebelum
operasi Sectio Caesarea
dilakukan.
b) Ibu mengatakan merasa
penuh dan begah pada
abdomen.
c) Ibu mengatakan selama
perawatan kurang
makan makanan yang
berserat dan minum air
putih.
O:
a) Ibu post Sectio
Caesarea dengan luka
±15 cm.
b) Terjadi kelemahan otot
abdomen post partum.
c) Bising usus: 4x / menit.
d) Skal nyeri ibu : 3.
A: Masalah teratasi
sebagian.
P: Intervensi dilanjutkan.
Universitas Sumatera Utara
Hari/
Tanggal
No. Dx: 2
Waktu
ImplementasiKeperawatan Evaluasi (SOAP)
Selasa/31
Mei 2016
11.00 Wib
11.10Wib
11.15 Wib
11.25 Wib
11.30 Wib
10.00 Wib
1. Mengkaji tanda-tanda vital.
2. Mengkaji luka dan balutan di
abdomen.
3. Menjaga kebersihan sekitar luka
dan lingkungan ibu, teknik rawat
luka dengan antiseptik.
4. Mengamati penampilan praktik
higiene personal untuk
perlindungan terhadap infeksi
5. Menjelaskan kepada ibu mengapa
luka terasa sakit serta pencegahan
infeksi.
6. Mengkolaborasi pemberian
antibiotik dengan tim medis.
S: Ibu kurang bergerak
karena luka jahitan
diabdomennya masih baru
dan sedikit nyeri tapi
masih bisa ditahan.
O:
a) Luka post Sectio
Caesarea ±15 cm.
b) Suhu: 37,5oC.
c) Injeksi Ampicilin 1gr/
8 jam.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan.
Hari/
Tanggal
No. Dx
Waktu
Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Rabu/01
Juni 2016
09.30 Wib
09.35 Wib
09.45 Wib
09.55Wib
10.00 Wib
1. Menanyakan ibu sudah BAB
atautidak.
2. Memantau bising usus ibu.
3. Menganjurkan ibu untuk
meningkatkan cairan yang adekuat.
4. Menginstruksikan ibu untuk
mengkonsumsi diet tinggi serat.
5. Menganjurkan aktivitas optimal
untuk merangsang defekasi ibu.
S: Ibu mengatakantadi
pagi ibu buang air besar
tetapi fesesnya keras.
O:
a) Peristaltik : 6 x/menit
A: Masalah teratasi
sebagian.
P: Intervensi dilanjutkan.
Universitas Sumatera Utara
Hari/
Tanggal
No. Dx: 2
Waktu
ImplementasiKeperawatan Evaluasi (SOAP)
Rabu/31
Mei 2016
11.05 Wib
11.15 Wib
11.20 Wib
11.35 Wib
10.00Wib
1. Mengkaji tanda-tanda vital.
2. Mengkajiluka dan balutan di
abdomen.
3. Menjaga kebersihan sekitar luka
dan lingkungan ibu, teknik rawat
luka dengan antiseptik
4. Menjelaskan kembali kepada ibu
mengapa luka terasa sakit serta
pencegahan infeksi
5. Mengkolaborasi pemberian
antibiotik dengan tim medis.
S: -
O:
a) Luka post Sectio
Caesarea±15 cm.
b) Suhu: 36,8oC.
c) Injeksi Ampicilin 1gr/
8 jam.
A: Masalah sebagian
teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan.
Universitas Sumatera Utara