asuhan keperawatan post partum dengan pijat …
TRANSCRIPT
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 2 Mei 2019
41 Ni Wayan Sridani, Nur Asia, Fauzan, Hayati Palesa, Asuhan Keperawatan Post ...
ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM DENGAN PIJAT OKSITOSIN
UNTUK PENINGKATKAN PRODUKSI ASI DIRUANGAN MERANTI
RSU TORABELO
Ni Wayan Sridani, Nur Asia, Fauzan, Hayati Palesa
Prodi DIII Keperawatan FK UNTAD
ABSTRACT
According to Indonesian health departemen, Achievement of breastfeeding in
postpartum mother in Indonesia have decreased on past three years, on 2015 was 55,7%,
20016 was 54,0%, and on 2017 was 35,73%(Indonesia health profile 2015,2016, and
2017). And in central of Sulawesi also have an decreased for past three years, on 2015 was
55,4%, on 2016 was 43,3% and on 2017 was 23,91% (Indonesia health profile 2015, 2016,
2017). From that documents can be seen that happened a decreased from a breastfeeding
mother in nationally or in central Sulawesi, one of the causes of that decreasment is
mother psikological like stress and worried. Therefor one of a nursing action to decrease
the stress is doing an Oxytocin Massage. The purpose of that researched are to describe a
nursing care in post partum patient with giving a oxytocin massage to increased the
production of breast milk. The case of study method with two patient who has a same
problem,
The result after doing the oxytocin massage in patient number 1 and patient
number 2 on the first and second day do not have yet a production of breast milk. On day 2
patient starts to producing a breast milk and on the day 3 milk producing is getting
smoother.
The conclution of the oxytocin massage is effective to giving a comfort feeling in
post partum patient so from that confortable feelings will stimulate of hormone oxytocin
and prostaglandin that can help the production of breast milk. The suggest from nurse is
always socialize and benefits and how to do an oxytocin massage to their family members
so they can do it by self to helping increased a breast milk and the mother can give a
breastfeeding to their children.
Keywords: Oxytocin massage, breast milk production decreased, postpartum
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 2 Mei 2019
42 Ni Wayan Sridani, Nur Asia, Fauzan, Hayati Palesa, Asuhan Keperawatan Post ...
ABSTRAK
Menurut Departemen Kesehatan RI, pencapain pemberian ASI esklusif pada ibu
post partum di Indonesia megalami penurunan pada tiga tahun terahkir, pada tahun 2015
sebanyak 55,7%, tahun 2016 sebanyak 54,0 %, dan tahun 2017 sebanyak 35,73%.(Propil
Kesehatan Indonesia 2015,2016 dan 2017). dan di provinsi Sulawesi tengah juga
mengalami penurunan pada tigatahunterahkir, padatahun 2015sebanyak 55,4%, tahun2016
sebanyak43,3%, tahun 2017sebanyak 23,91%. (Propil Kesehatan Sulteng 2015,2016 dan
2017). Melihat dari data tersebut diatas terjadi penurunan pemberian Asi Ekslusif baik
secara Nasional maupun di Sulawesi Tengah, salah satu penyebab kurangnya produksi
Asi adalah keadaan psikologis ibu seperti stress dan cemas. Oleh karena itu salah satu
tindakan keperawatan yang bisa dilakukan untuk mengurangi cemas atau stress adalah
dengan melakukan pijat oksitosin. Tujuan penelitian mampu mendeskripsikan asuhan
keperawatan pada pasien post partum dengan pemberian tindakan pijat oksitosin untuk
peningkatan produksi ASI. Metode studi kasus dengan 2 pasien yang memiliki masalah
yang sama.
Hasil yang di peroleh setelah dilakukan pijat oksitosin pada pasien1 dan pasien 2
yaitu pada hari pertama kedua pasien belum memiliki produksi ASI, hari kedua pasien
sudah mulai memproduksi ASI dan pada hari ketiga produksi ASI sudah semakin lancar,
Kesimpulan pijat oksitosin sangat efektif untuk memberikan rasa nyaman pada
pasien post partum sehingga dengan pasien rileks akan merangsang pengeluaran hormone
oksitosin dan prostaglandin yang dapat membantu produksi ASI. Saran perawat selalu
mensosialisasikan manfaat dan melatih cara melakukan pijat oksitosin pada keluarga
sehingga mereka bisa melakukannya secara mandiri untuk membantu peningkatan
produksi ASI sehingga ibu bisa memberikan ASI ekslusif.
Kata kunci: Pijat Oksitosin, Produksi ASI Kurang, Post Partum
PENDAHULUAN
Post partum (masa nifas) merupakan
periode waktu dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak
hamil membutuhkan waktu sekitar 6
minggu. Pada ibu post partum mengalami
perubahan-perubahan baik secara
fisiologis maupun psikologis. Perubahan
yang terjadi pada adaptasi fisologis, ibu
mengalami perubahan system reproduksi
dimana ibu mengalami proses involusio
uteri, laktasi dan perubahan hormonal.
Sedangkan perubahan pada adaptasi
psikologis adanya rasa ketakutan dan
kekhawatiran pada ibu yang baru
memiliki pengalaman tentang proses
melahirkan, dan hal ini akan berdampak
kepada ibu yang berada dalam masa nifas
menjadi sensitive terhadap faktor-faktor
yang mana dalam keadaan normal mampu
diatasinya (Yukekirana,2015).
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 2 Mei 2019
43 Ni Wayan Sridani, Nur Asia, Fauzan, Hayati Palesa, Asuhan Keperawatan Post ...
Penelitian yang dilakukan
(Maulidyah indah & Miftakhul
Magfira,2013) menyebutkan bahwa,
beberapa stress menstimulasi penurunan
laktasi baik itu stress fisik atau stress
psikologis dapat mengurangi lepasnya
oksitosin selama laktasi, dan hal ini dapat
mengganggu reflex pengeluaran air susu.
Jadi pasien post partum yang mengalami
stress dapat mempengaruhi produksi ASI.
Produksi ASI yang menurun atau
bahkan belum ada pada saat post partum
hari 1-3 akan mempengaruhi keinginan
ibu untuk menyusui sehingga bayi tidak
mendapatkan ASI eksklusi
Menurut Departemen Kesehatan RI,
pencapain pemberian ASI esklusif pada
ibu post partum di Indonesia megalami
penurunan pada tiga tahun terahkir, pada
tahun 2015 sebanyak 55,7%, tahun 2016
sebanyak 54,0 %, dan tahun 2017
sebanyak 35,73%.(Propil Kesehatan
Indonesia 2015,2016 dan 2017). dan di
provinsi Sulawesi tengah juga mengalami
penurunan pada tigatahunterahkir,
padatahun 2015sebanyak 55,4%,
tahun2016 sebanyak43,3%, tahun
2017sebanyak 23,91%. (Propil Kesehatan
Indonesia 2015,2016 dan 2017).
Melihat dari data tersebut diatas
terjadi penurunan pemberian Asi Ekslusif
baik secara Nasional maupun di
Sulawesi Tengah, salah satu penyebab
kurangnya produksi Asi adalah keadaan
psikologis ibu seperti stress dan cemas.
Oleh karena itu salah satu tindakan
keperawatan yang bisa dilakukan untuk
mengurangi cemas atau stress adalah
dengan cara melakukan pijat oksitosin.
Kondisi psikologis ibu seperti
merasa cemas atau stress dapat
mempengaruhi produksi ASI karena butuh
penyesuaian pada ibu post partum. Oleh
karena itu tenaga kesehatan memegang
peranan penting untuk tetap meningkatkan
pelayanan kesehatan yang menyeluruh
dan bermutu (Dewi, 2011). Dan salah satu
tindakan keperawatan yang bisa dilakukan
untuk mengurangi cemas atau stress
adalah dengan cara melakukan pijat
oksitosin.
Pijat oksitosin merupakan pemijatan
pada sepanjang tulang-tulang belakang
pijat, ini dilakukan untuk merangsang
hormone oksitosin atau hormone prolaktin
ASI. Ibu yang menerima pijat oksitosin
akan merasa rileks (Monika, 2014).
Berdasarkan uraian pada latar
belakang diatas, peneliti tertarik untuk
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 2 Mei 2019
44 Ni Wayan Sridani, Nur Asia, Fauzan, Hayati Palesa, Asuhan Keperawatan Post ...
melakukan penelitian tentang, asuhan
keperawatan pada pasien post partum
dengan pemberian tindakan pijat oksitosin
untuk peningkatan produksi ASI. Tujuan
Peneliti mampu mendeskripsikan asuhan
keperawatan pada pasien post partum
dengan pemberian tindakan pijat oksitosin
untuk peningkatan produksi ASI di
ruangan meranti RSUD Tora Belo
Kabupaten Sigi, dengan metode penelitian
studi kasus.
Rumusan Masalah
―Bagaimanakah tingkat keberhasilan
asuhan keperawatan pada pasien post
partum dengan pemberian tindakan pijat
oksitosin untuk peningkatan produksi ASI
di ruangan meranti RSUD Tora Belo
KabupatenSigi?‖
Tujuan Penelitian
Peneliti mampu mendeskripsikan
asuhan keperawatan pada pasien post
partum dengan pemberian tindakan pijat
oksitosin untuk peningkatan produksi ASI
di ruangan meranti RSUD Tora Belo
Kabupaten Sigi.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian yang digunakan
adalah studi kasus dengan pendekatan
proses keperawatan yaitu dengan tahapan
pengkajian, penegakan diagnose,
pembuatan intervensi, implementasi dan
evaluasi. Adapun objek studi kasus adalah
2 klien dengan masalah keperawatan dan
diagnose medis yang sama yaitu klien post
partum yang mengalami kurangnya
produksi ASI, dengan focus intervensi
manajemen pemberian pijat oksitosin
pada klien post partum yang mengalami
kurangnya produksi ASI karena stress
atau cemas di RSUD Tora Belo
Kabupaten Sigi pada tahun 2018.
Definisi Operasional Studi Kasus
1. Pasien post partum adalah masa
setelah persalinan yang
memerlukan waktu untuk pemulihan
alat kandungan selama ± 6 minggu
2. Produksi ASI kurang yaitu ibu yang
sudah melahirkan dan tidak
mengeluarkan ASI selama 1-3 hari
setelah persalinan.
3. Pijat oksitosin yaitu tindakan
penekanan sepanjang vertebra
sampai costa ke 5 dan 6, untuk
memberikan rasa nyaman dan rileks
sehingga dapat merangsang
pengeluaran hormone prolactin dan
hormone oksitosin, yang bertujuan
untuk meningkatkan produksi ASI.
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 2 Mei 2019
45 Ni Wayan Sridani, Nur Asia, Fauzan, Hayati Palesa, Asuhan Keperawatan Post ...
Setiap pijatan oksitosin dilakukan
2x sehari (jam 08:00) dan sore (jam
4:00)
Partisipan
Asuhan keperawatan pada klien
yang mengalami post partum dengan
kurangnya produksi ASI, maka partisipan
dalam Keperawatan yang di gunakan
terdiri dari.
1. Klien adalah orang yang
membutuhkan pelayanan asuhan
keperawatan, dengan kriteria sbb:
a. Status persalinan: yaitu primipara
atau multipara yang mengalami
kurangnya produksi ASI (ASI
tidak keluar setelah post partum
1-3 hari)
b. Umur yaitu 20-35 tahun
2. Keluarga adalah dua atau lebih dari
dua pribadi yang tergabung karena
hubungan darah dan hubungan
perkawinan yang tinggal dalam satu
rumah, berinteraksi satu sama lain
dan dalam perannya masing-masing
dan menciptakan, serta
mempertahankan kebudayaannya
3. Perawat adalah seseorang yang telah
menamatkan pendidikan formal
dengan jenjang pendidikan DIII atau
SI Keperawatan yang memiliki hak
untuk memberikan perawatan,
konseling atau informasi kepada
klien dan keluarga klien dalam
proses penyembuhan.
4. Dokter adalah seseorang yang telah
lulus pendidikan kedokteran yang
diberi kewenangan oleh hukum
untuk melakukan praktik kedokteran
dalam upaya pelayanan kesehatan.
Instrumen Studi Kasus
Instrument penelitian yang
digunakan oleh peneliti untuk
mendukung asuhan keperawatan
adalah:
1. Format pengkajian ibu post partum
head to toe (Terlampir)
2. Standar operasional prosedur
(SOP) Pijat oksitoksin
3. Formolir persetujuan
penelitian/informend consent
(Terlampir)
4. Lembar observasi evaluasi
tindakan pijat oksitosin.
(Terlampir)
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 2 Mei 2019
46 Ni Wayan Sridani, Nur Asia, Fauzan, Hayati Palesa, Asuhan Keperawatan Post ...
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Lokasi di ruangan Meranti RSUD
Tora Belo Kabupaten Sigi pada bulan
November 2018 dengan lama penelitian 1
minggu, tetapi bila pasien pulang sebelum
waktu 3 hari peneliti akan melakukan
tindakan home care.
Pengumpulan data
1. Data primer adalah data atau
informasi yang di peroleh langsung
dari klien, yang secara teknis dalam
penelitian disebut responden. Data
primer dapat berupa data-data yang
bersifat kuantitatif maupun
kualitatif, dengan metode yang
digunakan yaitu:
a. Wawancara merupakan proses
pengumpulan data responden
dengan cara anamnese atau
tanya jawab mengenai
keadaan pasien, informasi ini
bisa didapatkan langsung dari
pasien (alloanamnese) atau
melalui keluarga yang
memahami keadaan pasien
(autoanamnese).
b. Observasi, merupakan
pengamatan terhadap klien
mengenai perkembangan
kesehatan klien untuk
mendapatkan data yang akurat.
Hal-hal yang perlu diobservasi
adalah tanda-tanda vital (tensi,
nadi, respirasi dan suhu),
reaksi nonverbal, ketidak
nyamanan, pemenuhan
istirahat tidur, dan pengeluaran
produksi ASI.
c. Pemeriksaan fisik, merupakan
suatu pelaksanan pemeriksaan
terhadap klien dengan cara
inspeksi (melihat), palpasi
(meraba), perkusi (mengetuk),
auskultasi (mendengarkan)
pada system tubuh klien.
Dalam penelitian ini penulis
menggunakan teknik
pemeriksaan fisik head to toe
yaitu pemeriksaan fisik secara
menyeluru.
d. Studi dokumentasi, merupakan
hasil yang di dapatkan dari
sebuah pemeriksaan diagnostic
klien agar data yang di
dapatkan akurat. Seperti
pemeriksaan laboratorium,
USG, dan rontgen.
2. Data sekunder dalam penelitian ini
adalah dokumentasi medis seperti
pencatatan hasil pemeriksaan
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 2 Mei 2019
47 Ni Wayan Sridani, Nur Asia, Fauzan, Hayati Palesa, Asuhan Keperawatan Post ...
laboratorium dan USG, dan non
medis, seperti data pendukung yang
didapatkan melalui profil kesehatan.
Tehnik analisis digunakan dengan
cara observasi oleh penelitian dan studi
dokumentasi yang menghasilkan data
untuk selanjutnya diinterprestasikan dan
dibandingkan teori yang ada sebagai
bahan untuk memberikan rekomendasi
dalam intervensi tersebut. Urutan dalam
analisis adalah:
1. Pengumpulan data
Data di kumpulkan dari wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan
dokumentasi.
2. Mereduksi data
Data dari hasil wawancara yang
terkumpul dalam bentuk catatan
lapangan di jadikan satu dalam
bentuk transkip dan di kelompokan
menjadi data di bandikan dengan
nilai normal
3. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan
dengan table, dan teks naratif .
kerahasiaan dari pasien dijamin
dengan menggabungkan identitas
dari pasien.
4. Kesimpulan
Dari data yang di sajikan kemudian
di bahas dan dibandingkan dengan
hasil-hasil penelitian terdahulu
secara teoritis dengan perilaku
kesehatan. Penarikan kesimpulan
terkait dengan data pengkajian,
diagnosa, perencanaan, tindakan,
dan evaluasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
a. Identitas Klien
Tabel 4.1 Tabel Pengkajian Identitas
Klien dan Penanggung jawab
IDENTITAS Pasien 1 Pasien 2
I. Pasien
Nama
Jenis kelamin
Umur
Agama
Suku
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
Tanggal
Masuk RS
Tanggal
Pengkajian
No. register
Ruangan
Diangnosa
medis
II. Penanggung
Ny W
Perempuan
22 thn
Islam
Kaili
Ds. Pakuli
utara
kec.Bumbasa
SMA
URT
18
November
2018
19
November
2018
023128
Meranti
Post partum
primipara
Ny Y
perempuan
33 thn
Kristen
Kaili
Ds. Poi
kec, Dolo
selatan
SMP
URT
19
November
2018
20
November
2018
023151
Meranti
Post
partum
multipara
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 2 Mei 2019
48 Ni Wayan Sridani, Nur Asia, Fauzan, Hayati Palesa, Asuhan Keperawatan Post ...
jawab
Nama
Umur
Jenis kelamin
Suku
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Hubungan dgn
pasien
Tn. I
26 thn
Laki-laki
Kaili
Islam
SMA
Wirasuasta
Ds. Pakuli
utara Kec,
Bumbasa
Suami
Tn. A
40 thn
Laki-Laki
Kaili
Kristen
SD
Petani
Ds. Poi
kec, Dolo
selatan
Suami
Sumber: Data Primer, (2018)
Interprestasi data : Tabel 4.2 di atas
terdapat perbedaan pada riwayat penyakit
yaitu, di mana pada pasien 1 skala nyeri
yang dirasakan skala 7 (sangat nyeri) dan
pasien 2 nyeri yang di rasakan skala 6
(sedang), dan kedua pasien mengatakan
ASI belum keluar (1 hari post partum)
b. Riwayat Penyakit
Tabel 4.2 Tabel Pengkajian Riwayat
Kesehatan Pasien
Riwayat
Penyakit
Pasien 1 Pasien 2
Keluhan
utama
Pasien mengelu
nyeri karena
adanya luka
jahitan pada
perineum
dimana nyeri
dirasakan terasa
ter iris dengan
skala 7 yaitu
(nyeri berat),
dan nyeri terasa
bertambah jika
beraktivitas
Pasien mengelu
nyeri karena
adanya luka
jahitan pada
perineum
dimana nyeri
dirasakan terasa
ter iris dengan
skala 6 yaitu
(nyeri sedang),
dan nyeri terasa
bertambah jika
beraktivitas
Keluhan
yang
menyertai
Pasien
mengatakan
sampai
sekarang
ASInya belum
Pasien
mengatakan
sampai sekarang
ASInya belum
keluar ( 1 hari)
keluar ( 1 hari)
Riwayat
kesehatan
lalu
Pasien
mengatakan
pernah di rawat
di rumah sakit
yang sama
dengan penyakit
mag
pasien
mengatakan
sebelumnya
pernahdirawat
di ruamah sakit
dengan
penyakit yang
sama
Sumber : Data Primer, (2018)
Interprestasi data : Tabel 4.2 di atas
terdapat perbedaan pada riwayat penyakit
yaitu, di mana pada pasien 1 skala nyeri
yang dirasakan skala 7 (sangat nyeri) dan
pasien 2 nyeri yang di rasakan skala 6
(sedang), dan kedua pasien mengatakan
ASI belum keluar (1 hari post partum).
c. Riwayat Obstetri
Tabel 4.3 Tabel Pengkajian Riwayat
Obstetri
Riwayat
Obstetri
Pasien 1 Pasien 2
Riwayat
menstruasi
Pasien
mengatakan
mengalami
menstruasi pada
usia 15 tahun
dengan siklus
selama 7 hari dan
teratur dengan
pemakaian
pembalut
sebanyak 2
pembalut perhari.
HPHT lupa,
keluhan yang
menyertai tidak
ada
Pasien
mengatakan
mengalami
menstruasi
pada usia 14
tahun dengan
siklus selama
7 hari dan
teratur dengan
pemakaian
pembalut
sebanyak 2
pembalut
perhari. HPHT
lupa, tidak ada
keluhan
Riwayat Pasien Pasien
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 2 Mei 2019
49 Ni Wayan Sridani, Nur Asia, Fauzan, Hayati Palesa, Asuhan Keperawatan Post ...
perkawinan mengatakan
menikah pada
usia 20 tahun dan
suami berusia 24
tahun. Pernikahan
sudah berusia 2
tahun.
mengatakan
menikah pada
usia 18 tahun
dan suami
berusia 25
tahun
pernikahan
sudah berusia
± 15 tahun.
Riwayat
keluarga
berencana
Pasien
mengatakan ingin
mencoba
menggunakan
kontrasepsi
suntik.
Pasien
mengatakan
sudah
melaksanakan
KB dan
memilih jenis
kontrasepsi
suntik sejak
kelahiran anak
pertama.
Selanjutnya
pasien akan
tetap
mengunakan
suntik karena
merasa cocok
Sumber: Data primer, (2018)
Interprestasi Data :Tabel 4.3 di atas
ada perbedaan antara pasien 1 dan 2, yaitu
perbedaan pada usia menarche dimana
pada pasien 1 menarche di umur 15 tahun
sedangkan pada pasien 2 menarche di
umur 14 tahun dan usia pernikahan pasien
1, 2 tahun sedangkan pasien 2 sudah 15
tahun.
d. Riwayat Psikososial
Tabel 4.4 Tabel Psikososial
RIWAYAT
PSIKOSOSIAL
Pasien 1 Pasien 2
Respon ibu
terhadap
kelahiran
bayinya:
Respon
anggota lain
terhadap
kelahiran bayi:
Kesiapan
mental untuk
menjadi ibu,
jelaskan :
Rencana
perawatan bayi
:
Ibu tinggal
dengan siapa
Self care
breas care
parineal
care
senam
nifas
Perawatan
bayi;
Sangat
senang
karena
sekarang
sudah
memiliki
bayi
Sangat
senang
Siap, karena
klien sudah
mengingikan
mempunyai
bayi
Sendiri
Masih
tinggal
dengan
orang tuanya
Pasien tidak
mengetahui
cara
perawatan
payudara
Pasien
mampu
membersikan
perineal
Secara
mandiri
Pasien tidak
melakukan
senam nifas
Sangat
senang
karena
sekarang
sudah
memiliki
bayi
Sangat
senang
Pasien
mengatak
an selalu
siap
untuk
menjadi
ibu bagi
anak-
anaknya
Sendiri
Punya
rumah
sendiri
Pasien
tidak
mengetah
ui cara
perawata
n
payudara
Pasien
mampu
membersi
kan
perineal
Secara
mandiri
Pasien
tidak
melakuka
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 2 Mei 2019
50 Ni Wayan Sridani, Nur Asia, Fauzan, Hayati Palesa, Asuhan Keperawatan Post ...
memandikan,
perawatan tali
pusat :
karena tdk
mengetahui
cara senam
nifas
Klien
mengatakan
belum tahu
mengenai
tekhnik
memandikan
bayi dan
perawatan
tali pusat
n senam
nifas
karena
tdk
mengetah
ui cara
senam
nifas
Klien
mengatak
an bisa
memandi
kan
bayinya
dan juga
perawata
n tali
pusat
Sumber : data primer,(2018)
Interpretasi data: tabel 4.4 diatas
terdapat perbedaan pada pasien 1 dan
pasien 2, yaitu pada pasien 1 masih
tinggal bersama orang tuanya dan pada
pasien 2 tinggal di rumah sendiri, dan
pada perawatan bayi juga terdapat
perbedaan di mana pada pasien 1 belum
mengetahui tehnik memandikan bayi dan
perawatan tali pusat, sedangkan pada
pasien 2 bisa memandikan dan merawat
tali pusat bayinya.
e. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Tabel 4.5 Pengkajian pemeriksaan fisik
umum
PEMERIKSAAN
UMUM
Pasien 1 Pasien
2
Keadaan umum :
Kesadaran :
BB sebelum hamil :
BB hamil :
BB sekarang :
TB :
IMT Sebelum hamil:
IMT hasil:
IMT sekarang:
Tanda – tanda vital
Tekanan Darah:
Suhu
Nadi
Respirasi
Baik
Compos
mentis
40 kg
52 kg
46kg
145 cm
19,02
24,73
21,88
110/80
mmHg
36,5 °C
80 X/
menit,
23
x/menit
Baik
Compos
mentis
45 kg
56 kg
50 kg
145 cm
21,40
26.64
23,78
120/80
mmHg
36,3 °c
80
x/menit,
20
x/menit.
Sumber : Data Primer, (2018).
Interpretasidata : tabel 4.5 di atas
ditemukan perbedaan pada pasien 1 dan
pasien 2 yaitu pada BB dimana pada
pasien 1 BB sebelum hamil 40 kg, BB
hamil 52 kg, dan BB sekarang 46 kg
sedangkan pada pasien 2 BB sebelum
hamil 45 kg, BB hamil 56 kg dan BB
sekarang 50 kg, dan pada TD pasien 1
110/80 mmHg dan pada pasien 2 120/80
mmHg
2. Pemeriksaan Khusus
Tabel 4.6. Pengkajian pemeriksaan fisik
khusus
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 2 Mei 2019
51 Ni Wayan Sridani, Nur Asia, Fauzan, Hayati Palesa, Asuhan Keperawatan Post ...
PEMERIKSA
AN KHUSUS
Pasien 1 Pasien 2
1. Kepala
2. Muka
3. Mata
4. Hidung
Rambut
berwarna
hitam tidak
rontok, Kulit
kepala bersih,
tidak nampak
adanya lesi
dan
peradangan,
Bentuk kepala
bronchiopalus,
dan tidak ada
nyeri tekan.
Ekspresi
wajah
Nampak
cemas(gelisah)
dan meringis,
tidak nampak
adanya
oedema.
Posisi mata
nampak
simetris,Kelop
ak mata tidak
nampak
oedema,
Pergerakan
bola mata
normal,
Konjungtiva
anemi,Sclera
berwarna
putih.
Pernafasan
cuping
hidung,tidak
ada secret dan
tidak terdapat
nyeri tekan.
Rambut
berwarna
hitam tidak
rontok, Kulit
kepala
bersih, tidak
nampak
adanya lesi
dan
peradangan,
Bentuk
kepala
bronchiopalu
s, dan tidak
ada nyeri
tekan.
Ekspresi
wajah
Nampak
cemas
(gelisah) dan
meringis,
tidak
nampak
adanya
oedema.
Posisi mata
nampak
simetris,Kel
opak mata
tidak
nampak
oedema,
Pergerakan
bola mata
normal,
Konjungtiva
anemi,
Sclera
berwarna
putih.
Pernafasan
cuping
hidung, tidak
ada secret
dan tidak
terdapat
5. Mulut
6. Leher
7. Daerah
dada
Jantung:
Paru-
paru:
Mammae:
Kradadan
mulut
bersih,gigi
lengkap
sebanyak 23
buah, tidak
terdapat
stomatitis,Lida
h nampak
berwarna
merah muda,
tidak terdapak
Kesulitan
menelan.
Tidak nampak
pembesaran
kelenjar
tyroid, Tidak
ada nyeri
tekan dan
tidak teraba
pembesaran
kelenjar
thiroid
Tidak
dilakukan
pemeriksaan
Tidak
dilakukan
pemeriksaan
Warna areolla
gelap
kecoklat-
coklatan,tidak
terdapat
pembengkaka
n pada
mamae, tidak
terdapat nyeri
tekan pada
saat palpasi,
papilla
mammae
menonjol dan
colostrum
nyeri tekan.
Keadan
mulut
bersih,gigi
lengkap
sebanyak 23
buah, tidak
terdapat
stomatitis,Li
dah nampak
berwarna
merah muda,
tidak
terdapak
Kesulitan
menelan.
Tidak
nampak
pembesaran
kelenjar
tyroid,Tidak
ada nyeri
tekan dan
tidak teraba
pembesaran
kelenjar
thiroid
Tidak
dilakukan
pemeriksaan
Tidak
dilakukan
pemeriksaan
Warna
areolla gelap
kecoklat-
coklatan,
tidak
terdapat
pembengkak
an pada
mamae,
tidak
terdapat
nyeri tekan
pada saat
palpasi,
papilla
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 2 Mei 2019
52 Ni Wayan Sridani, Nur Asia, Fauzan, Hayati Palesa, Asuhan Keperawatan Post ...
8. Abdomen
9. Genetalia
Inspeksi
10. Anus
11. Ekstrimita
s
Atas
belum keluar
Bentuk perut
buncit, tidak
ada luka
operasi,
terdapat striae
berwarna
hitam, Turgor
kulit normal,
Terdapat nyeri
tekan, tidak
ada massa,
TFU 1 jari
dibawah pusat.
Daerah vagina
nampak
terdapat cairan
lochia
berwarna
merah,
nampak
adanya luka
hecting karena
terjadinya
rupture dan
menggunakan
pembalut
Tidak nampak
terjadinya
pembesaran
hemoroid dan
nampak bersih
Tangan
nampak
simetris, jari
tangan
lengkap 10,
mammae
menonjol
dan
colostrum
belum keluar
Bentuk perut
buncit, tidak
ada luka
operasi,
terdapat
striae
berwarna
hitam,
Turgor kulit
normal,
Terdapat
nyeri tekan,
tidak ada
massa, TFU
1 jari
dibawah
pusat.
Daerah
vagina
nampak
terdapat
cairan lochia
berwarna
merah,
nampak
adanya luka
hecting
karena
terjadinya
rupture dan
menggunaka
n pembalut
Tidak
nampak
terjadinya
pembesaran
hemoroid
dan nampak
bersih
Tangan
nampak
simetris, jari
tangan
lengkap 10,
bawah
kuku nampak
bersih,
nampak
terpasan Infus
RL
20tts/menit
pada tangan
kiri
Kaki nampak
simetris kiri
dan kanan,
jumlah jari
lengakp 10,
tidak terdapat
lesi, kuku
nampak
bersih.
kuku
nampak
bersih,
nampak
terpasan
Infus RL 20
tts/menit
pada tangan
kiri
Kaki
nampak
simetris kiri
dan kanan,
jumlah jari
lengakp 10,
tidak
terdapat lesi,
kuku
nampak
bersih.
Sumber : Data primer, (2018).
Interpretasi data : tabel 4.6. Dari
table di atas terdapat persamaan pada
pasien 1 dan pasien 2 yaitu pada
pemeriksaan mammae, dimana warna
areolla gelap kecoklat-coklatan, tidak
terdapat pembengkakan pada mammae,
tidak terdapat nyeri tekan pada saat
palpasi, papilla mammae menonjol dan
colostrum belum keluar.
f. Keadaan Psikologis
Tabel 4.7. Pengkajian keadaan psikologis
Keadaan
Psikologis
Pasien 1 Pasien 2
Persepsi klien
terhadap
keadaan
sekarang
Pasien
mengatakan
cemas
dengan
nutrisi
Pasien
mengatakan
cemas
dengan
nutrisi
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 2 Mei 2019
53 Ni Wayan Sridani, Nur Asia, Fauzan, Hayati Palesa, Asuhan Keperawatan Post ...
bayinya
karena,
ASInya
belum
keluar.
bayinya
kerena,
ASInya
belum
keluar.
Harapan klien
terhadap
keadaan
kesehatannya
Pasien
mengatakan
berharap
kondisinya
kembali
pulih dan
bisa
berkumpul
dengan
keluarga.
Pasien
mengatakan
ingin cepat
pulang agar
bisa
berkumpul
dengan
keluarganya.
Pola interaksi
dengan tenaga
kesehatan
Baik Baik
Sumber : data primer (2018).
Interprestasi data : Tabel 4.7. di atas
terdapat persamaan pada pasien 1 dan 2
yaitu pada persepsi klien terhadap
keadaan sekarang, kedua pasien
mengatakan cemas dengan nutrisi bayinya
kerena, ASInya belum keluar.
g. Pengobatan / Terapi
Tabel 4.8. Pengobatan /Terapi
Pasien 1 Pasien 2
Amoxilin 3x 500mg
Asam mefenamat
3x500 mg
Ketorolax 1x/ ampul
Amoxilin 3x 500mg
Asam mefenamat
3x500 mg
Ketorolax 1x/ ampul
Sumber : Data Sekunder,(2018)
Iterpretasi data : tabel 4.8 di atas
terdapat persaman pada pasien 1 dan
pasien 2 yaitu pada pemberian obat oral di
mana pasien 1 dan pasien 2 sama-sama
mengonsumsi 3 buah obat oral, yaitu
amoxilin, asammevenamat dan ketorolax.
Analisa data
Interpretasi data :tabel 4.9 dan 4.10
di atas menunjukan bahwa masalah
keperawatan pasien 1 dan 2 adalah sama
yaitu nyeri dan ketidak efektifan
menyusui.
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 2 Mei 2019
54 Ni Wayan Sridani, Nur Asia, Fauzan, Hayati Palesa, Asuhan Keperawatan Post ...
B. Pembahasan
Hasil pengkajian yang peneliti
dapatkan, ada perbedaan antara pasien 1
dan pasien 2 yaitu umur, agama,
pendidikan dan jumlah persalinan,
demikian juga pada riwayat penyakit
terdapat perbedaan pada skala nyeri,
pasien 1 skala nyeri 7 (sangat nyeri) dan
pasien 2 skala nyeri 6 (nyeri sedang).
Menurut peneliti perbedaan umur,
pendidikan dan jumlah anak yang
dilahirkan dapat mempengaruhi
kemampuan pasien dalam proses
perawatan post partum dimana pasien 2
umurnya lebih dewasa dan pengalaman
melahirkan sudah berulang kali dengan
nyeri yang sama yaitu nyeri post partum,
hal ini membuat koping pasien 2 lebih
baik dibandingkan dengan pasien 1.
Koping yang baik akan mempengaruhi
persepsi pasien terhadap nyeri.Hal ini di
dukung oleh teori (Andarmoyo,S 2016)
usia merupakan variabel penting bagi
seseorang dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam proses
perkembangan yang di temukan di antara
kelompok usia ini dapat mempengaruhi
reaksi terhadap nyeri.
Selain itu di dapatkan pula persamaan
pada data psikologis di mana pada kedua
pasien sama-sama mengalami cemas,
kecemasan ini terjadi karena pasien 1 dan
2 belum bisa menyusui bayinya karena
ASI belum keluar. Kecemasan ini terjadi
karena ketidaktahuan pasien terhadap efek
kecemasan yang bisa menyebabkan ASI
semakin tidak bisa diproduksi sehingga
mereka perlu diberikan pengetahuan
tentang kecemasan berpengaruh terhadap
produksi ASI dan diberikan tindakan
keperawatan pijat oksitosin agar mereka
bisa rileks sehingga ASInya bisa keluar.
Hal ini didukung oleh teori (Susilo Rini &
Feti Kumala, 2016) di mana dalam
keadaan psikologis ibu yang tertekan,
sedih dan tegang akan mempengaruhi
produksi ASI.
Diagnose Keperawatan pada kedua
pasien sama yaitu nyeri dan ketidak
efektifan pemberian ASI, diagnose ini
ditegakan karena klien mengeluh nyeri
akibat adanya luka heacting pada
perineum dan belum adanya produksi ASI
Intervensi pada penelitian ini adalah
pijat oksitosin karena memiliki tujuan
untuk meningkatkan produksi ASI pada
ibu post partum. Pijat oksitosin dapat
mempengaruhi psikologis ibu sehingga
meningkatkan relksasi dan kenyaman
pada ibu, hal ini dapat memicu produksi
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 2 Mei 2019
55 Ni Wayan Sridani, Nur Asia, Fauzan, Hayati Palesa, Asuhan Keperawatan Post ...
hormone oksitosin dan menstimulasi sel-
sel dari kelenjar susu sehingga dapat
mengeluarkan ASI.
Implementasi, dalam pelaksanaan
peneliti melakukan asuhan keperawatan
selama 3 hari pada masing-masing pasien.
Peneliti menggunakan lembar observasi
untuk mengetahui keberhasilan pijat
oksitosin dalam peningkatan produksi
ASI, lembar observasi nantinya akan
menjadi penilaian, dalam evaluasi hasil
tindakan asuhan keperawatan.
Hasil yang di peroleh setelah
dilakukan pijat oksitosin pada pasien1 dan
pasien 2 yaitu pada hari pertama ke kedua
pasien belum memiliki produksi ASI, hari
kedua pasien sudah mulai memproduksi
ASI dan pada hari ketiga produksi ASI
sudah semakin lancar, Selama
pelaksanaan pijat oksitosin kedua pasien
sangat kooperatif dan menikmati pijatan
yang diberikan, sehingga mereka merasa
lebih nyaman dan rileks. Dan pada saat
pasien keluar dari Rumah Sakit, mereka
sudah bisa memberikan ASInya dengan
baik dan lancar.
Kesimpulan
1. Pengkajian yang dilakukan oleh
peneliti berdasarkan format
pengkajian post partum dan head to
toe mendapatkan hasil bahwa kedua
klien memiliki keluhan utama nyeri
pada perineum dan belum ada
produksi ASI
2. Dari diagnose keperawatan kedua
pasien,yaitu nyeri dan ketidak
efektifan pemberian ASI, di
dapatkan karena pada kedua pasien
mengalami luka heacting pada
perineum dan belum memiliki
produksi ASI selama post artum.
3. Itervensi keperawatan peneliti
berfokus terhadap masalah
keperawatan ketidak efektifan
pemeberian ASI berhubungan
dengan kurangnya produksi ASI.
Setiap tindakan yang akan di
lakukan disusun dalam rencana
keperawatan yang mengacu dari
Nanda, Nursing Intervention
Clasification (NIC) dan Nursing
Outcome Clasification (NOC) 2015-
2017.
4. Implementasi yang diterapkan pada
pasjen 1 dan pasien 2 yaitu pijat
oksitosin untuk meningkatkan
produksi ASI sehingga pemberian
ASI eksklusif dapat tercapai.
5. Evaluasi yang didapatkan bahwa
pada hari pertama ke kedua pasien
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 2 Mei 2019
56 Ni Wayan Sridani, Nur Asia, Fauzan, Hayati Palesa, Asuhan Keperawatan Post ...
belum memiliki produksi ASI, hari
kedua pasien sudah mulai
memproduksi ASI dan pada hari
ketiga produksi ASI sudah semakin
lancar, dan bayi nampak menyusu
pada ibunya.
Saran, karena efektifitas pijat oksitosin
sangat baik meningkatkan kenyamanan
pasien sehingga dapat merangsang
pengeluaran ASI, maka peneliti berharap
agar perawat selalu mensosialisasikan dan
melatih keluarga agar mereka bisa
melakukan pijat oksitosin secara mandiri,
untuk membantu meningkatkan produksi
ASI sehingga ibu bisa memberikan ASI
ekslusif.
Ucapan terima kasih peneliti haturkan
kepada Kepala UPF Kebidanan dr. I Putu
Fery, Sp.OG, Kepala Ruangan, seluruh
perawat dan bidan yang ada dirungan
Meranti yang sudah membantu untuk
kelancaran penelitian ini. Demikian juga
kepada pasien dan keluarga yang selama
penelitian telah iklas memberikan
informasi dan mau mengikuti semua yang
dianjurkan oleh peneliti. Semua kebaikan
Bapak dan ibu menjadi Amal jariah untuk
peningkatan pengetahuan terutama
tentang pijat oksitosin.
Daftar Pustaka
Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Nifas Normal;editor,
Manica Ester.-Jakarta : EGC.
Bulechek,M,Gloria, Dkk,
2016.Terjemahan Nursing
Interventions Clasification
(NiIC), edisi ke 6, CV.
Mocomedia, Elsevier Inc.
Dewi V. 2011. Asuhan Kebidanan Pada
Ibu Nifas. Jakrta: Salemba
medika.
Ferre, Helln. 2010. Keperawatan
Maternitas, Penerbit EGC
Jakarta
Herdmand,T.Heather & Kamitsuru
Shigemi. 2018-2020. Diagnosa
Keperawatan Definisi &
Klasifikasi, Edisi 11. Jakarta :
EGC.
Humaediah Lestari, dkk. 2016.Pengaruh
Pijat Oksitosin Terhadap
Kelancaran Produksi Kolostrum.
ISSN:2477-0604 Vol. 2 No.2
Ika Puji Rahayu &Tutik Rahayuningsih.
2015. Kajian Asuhan
Keperawatan Post-Partum
Spontan Hari Ke-0 Indikasi
Ketuban Pecah Dini. Jurnal
Profesi Media Publikasi
Penelitian Vol.12 No.02.
Iman Jauhari, Rini fitriani & Bustami,
2018. Perlindungan hak Anak
Terhadap Pemberian Air Susu
Ibu. Ed.1,Cet.1—Yogyakarta:
Deepublish.
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 2 Mei 2019
57 Ni Wayan Sridani, Nur Asia, Fauzan, Hayati Palesa, Asuhan Keperawatan Post ...
Karistiyanan, 2011. ASI, Menyusui dan
Sadari. Yogyakarta. Nuha
Medica.
Lilis Wijayanti, 2014. Pengaru Pijat
Oksitoksin Terhadap Produksi
Asi Pada Ibu Post Partumum,
Program studi bidan pendidik
jenjang DIV Sekolah Tiggi Ilmu
Kesehatan ―Aisyiyah
Yogyakarta.‖
―www.Digilib.unisayogya.ac.id‖
diakses pada tanggal 4 juli 2018
Maulidyah indah & Miftakhul Magfira
2013. Faaktor-Faktor Yang
Memengaruhi Waktu Keluarnya
Kolostrum.
―http://stikeskendedesmalang.aca
demia.edu/indahmauludiyah‖ di
akses pada tanggal 20 juli 2018
pikul 20:20
Mansjoer, et al., 2007. Masa Nifas :
Defenisi, Perubahan. Jakarta, EGC
Maryunani,A, 2012. Inisiasi Menyusui
Dini, ASI Eksklusif dan
Manajemen Laktasi. Jakarta:
Trans Info Media
Mitayani, 2013.Asuhan Keperawatan
Maternitas. Salemba Medika:
Jakarta
Monika. 2014. Buku Pintar ASI dan
Menyusui. Diterbitkan oleh
Noura books ( PT. Mizan
Publika) Jln.Jagakarsa Raya
No.40 RT 007/04, Jagakarya.
Jakarta selatan 12620.
Moorhead, Sue, PhD, RN, dkk. 2016
Terjemahan Nursing Outcomes
Classification (NOC), edi ke 5,
CV. Mocomedia, Elsevier Inc.
Nugroho, T. 2014. Asuhan Keperawatan.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Purwanti, H. S. 2017. Buku saku untuk
bidan konsep penerapan ASI
eklusif. Jakarta:EGC
Prasetyono, 2012. Buku Pintar ASI
Eksklusif, Pengenalan, Praktik
Dan Kemanfaatan –
Kemanfaatannya. Yogyakarta:
Diva Press
Rahayu. 2016.Panduan Praktikum
Keperawatan Maternitas.—Ed.1,
Cet.1 – Yogyakarta Deempublis
Reader, Martin (2014), Asuhan
Keperawatan Maternitas Volume,
Penerbit Buku kedokteran EGC.
Susilo Rini & Feti Kumala, 2016.
Panduan Asuhan NIfas dan
Evidence Based Practice. D.—
Ed,1, Cet, 1-Yogyakarta:
Deepublish
Risa pitriani & Rika Andriyani.
2014.Panduan Lengkap Asuhan
Kebidanan Ibu nifas normal
(ASKEB III)--Ed.1, Cet.1--
Yogyakarta:Deepublish
Widiyanto Subur. 2012. Hubungan
Pendidikan Dan Pengetahuan
Ibu Tentang Asieksklusif Dengan
Sikap Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif.http://jurnal.unimus.ac.i
d/index.php/kedokteran/article/vi
ew/743
Yuke kirana. 2015 .Hubungan Tingkat
Kecemasan Post Partum dengan
kejadian post partum Blues di
Rumah sakit Dustira Cimahi.
Jurnal Vol:3 No 1.