atresia

11

Click here to load reader

Upload: davis-hendriko

Post on 18-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

NEONATUS

TRANSCRIPT

BAB II

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obstruksi usus dapat dijumpai pada kira-kira 1:1500 neonatus. Tanda-tanda utama pada kelainan ini adalah muntah-muntah, distensi abdomen, dan kegagalan mengeluarkan tinja. Karena beberapa hari dapat berlalu sebelum dipastikan bahwa bayi tersebut mempunyai lesi obstruksi, maka diagnosis dini tergantung evaluasi mengenai makna dari muntah-muntah serta distensi yang terjadi.

Atresia duodeni adalah salah satu obstruksi usus. Kelainan ini bisa dideteksi secara dini pada bayi baru lahir. Banyak factor yang menyebabkan timbulnya kelainan ini. Sebagai calon tenaga kesehatan adalah wajib untuk mengetahui dan memahami tentang kelainan ini. Oleh sebab itu, penulis menulis makalah ini sebagai bahan bacaan guna menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang kelainan ini.1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. sebagai bahan bacaan bagi penulis dan pembaca guna menambah pengetahuan tentang kelainan congenital ini.

2. untuk pemenuhan tugas matakuliah Askeb Neonatus, Bayi, dan Balita.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi masalah yang akan dibahas, yaitu :

1. definisi

2. etiologi

3. patofisiologis

4. tanda dan gejala

5. diagnosis

6. penatalaksanaan

7. komplikasiBAB IIPEMBAHASAN

ATRESIA DUODENUM2.1Definisi Atresia yaitu obstruksi yang mengakibatkan oklusi komplek lumen usus dan kemungkinan tidak adanya hubungan antara 2 segmen usus.

Atresia duodenum adalah kondisi dimana duodenum (bagian pertama dari usus halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran terbuka dari lambung yang tidak memungkinkan perjalanan makanan dari lambung ke usus.

2.2Etiologi

Seringnya ditemukan keterkaitan atresia atau stenosis duodenum dengan malformasi neonatal lainnya menunjukkan bahwa anomali ini disebabkan oleh gangguan perkembangan pada masa awal kehamilan. Pada kehidupan janin, duodenum masih bersifat solid, perkembangan selanjutnya berupa vakuolisasi secara progresif sehingga terbentuklah lumen. Vakuolisasi yang tertunda oleh lumen usus embrionis diduga bertanggungjawab atas terjadinya diafragma-diafragma mukosa di dalam duodenum sehingga terjadi atresia duodenum. Atresia juga dapat berkembang secara sekunder akibat insufisiensi pembuluh darah.2.3PatofisiologiGangguan perkembangan duodenum terjadi akibat proliferasi endodermal yang tidak adekuat (elongasi saluran cerna melebihi proliferasinya) atau kegagalan rekanalisasi pita padat epithelial (kegagalan proses vakuolisasi).Banyak peneliti telah menunjukkan bahwa epitel duodenum berproliferasi dalam usia kehamilan 30-60 hari lalu akan terhubung ke lumen duodenal secara sempurna. Proses selanjutnya yang dinamakan vakuolisasi terjadi saat duodenum padat mengalami rekanalisasi. Vakuolisasi dipercaya terjadi melalui proses apoptosis, atau kematian sel terprogram, yang timbul selama perkembangan normal di antara lumen duodenum. Kadang-kadang, atresia duodenum berkaitan dengan pankreas anular (jaringan pankreatik yang mengelilingi sekeliling duodenum). Hal ini sepertinya lebih akibat gangguan perkembangan duodenal daripada suatu perkembangan dan/atau berlebihan dari pancreatic buds.Pada tingkat seluler, traktus digestivus berkembang dari embryonic gut, yang tersusun atas epitel yang merupakan perkembangan dari endoderm, dikelilingi sel yang berasal dari mesoderm. Pensinyalan sel antara kedua lapisan embrionik ini tampaknya memainkan peranan sangat penting dalam mengkoordinasikan pembentukan pola dan organogenesis dari duodenum.

2.4Tanda dan gejala

Gejala atresia duodenum: Bisa ditemukan pembengkakan abdomen bagian atas

Muntah banyak segera setelah lahir, berwarna kehijauan akibat adanya empedu (biliosa)

Muntah terus-menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam

Tidak memproduksi urin setelah beberapa kali buang air kecil

Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar mekonium.

Pada pemeriksaan fisik tampak dinding perut yang memberi kesan skafoid

Kadang dapat dijumpai epigastrik yang penuh akibat dari dilatasi lambung dan duodenum proksimal

Tanda dan gejala yang ada adalah akibat dari obstruksi intestinal tinggi. Atresia duodenum ditandai dengan onset muntah dalam beberapa jam pertama setelah lahir. Seringkali muntahan tampak biliosa, namun dapat pula non-biliosa karena 15% kelainan ini terjadi proksimal dari ampula Vaterii. Jarang sekali, bayi dengan stenosis duodenum melewati deteksi abnormalitas saluran cerna dan bertumbuh hingga anak-anak, atau lebih jarang lagi hingga dewasa tanpa diketahui mengalami obstruksi parsial. Sebaiknya pada anak yang muntah dengan tampilan biliosa harus dianggap mengalami obstruksi saluran cerna proksimal hingga terbukti sebaliknya, dan harus segera dilakukan pemeriksaan menyeluruh.

Setelah dilahirkan, bayi dengan atresia duodenal khas memiliki abdomen skafoid. Kadang dapat dijumpai epigastrik yang penuh akibat dari dilatasi lambung dan duodenum proksimal. Pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan biasanya tidak terganggu. 2.5Diagnosis

1. Pada pemeriksaan X-ray abdomen memperlihatkan pola gelembung ganda. Jika obstruksi tidak lengkap ditemukan sejumlah kecil udara dalam usus bagian bawah.

Radiografi polos yang menunjukkan gambaran double-bubble tanpa gas pada distalnya adalah gambaran khas atresia duodenal. Adanya gas pada usus distal mengindikasikan stenosis duodenum, web duodenum, atau anomali duktus hepatopankreas. Kadang kala perlu dilakukan pengambilan radiograf dengan posisi pasien tegak atau posisi dekubitus. Jika dijumpai kombinasi atresia esofageal dan atresia duodenum, disarankan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi.

2. Enema barium harus dilakukan sebagai suatu tindakan gawat darurat untuk menetapkan adanya malrotasi atau tidak.

Jika sekum tidak mengalami penurunan, maka harus dianggap bahwa obstruksi tersebut terjadi akibat pita-pita ladd yang berhubungan dengan malrotasi serta suatu volvulus neonatus yang terjadi bersamaan pada seluruh usus.2.6Penatalaksanaan

Pada atresia duodeni prosedur bedah pilihan adalah suatu duodenoduodenostomia atau duodenoyeyunostomia untuk menghindari serta melewati obstruksi tersebut. Jika obstruksi tersebut disebabkan oleh pita-pita ladd dengan malrotasi, maka diperlukan tindakan pembedahan gawat darurat. Setelah pembagian dan pemisahan lipatan-lipatan peritoneum atau pita-pita abnormal itu, maka seluruh usus besar ditempatkan pada bagian kiri di dalam abdomen, dengan usus halus disebelah kanannya posisi janin.

Malrotasi dapat pula terjadi bersama-sama dengan suatu obstruksi intrinsic duodenum seperti suatu membrane atau stenosis; keadaaan ini dapat dikenal dengan memasukkan kateter nasogatrik yang ujungnya terdapat balon ke dalam yeyenum hingga di bawah tempat obstruksi tersebut, kemudian memompa balon serta perlahan-lahan menarik kateter tersebut keluar.

2.7Komplikasi

Dapat ditemukan kelainan kongenital lainnya. Dehidrasi, penurunan berat badan, ketidakseimbangan elektrolit segera terjadi kecuali kehilangan cairan dan elektrolit yang terjadi segera diganti. Jika hidrasi intravena belum dimulai, maka timbullah alkalosis metabolik hipokalemi/hipokloremi dengan asiduria paradoksikal, sama seperti pada obstruksi gastrointestinal tinggi lainnya. Setelah pembedahan, dapat terjadi komplikasi lanjut seperti pembengkakan duodenum (megaduodenum), gangguan motilitas usus, atau refluks gastroesofageal.

BAB IIIPENUTUP3.1KesimpulanAtresia yaitu obstruksi yang mengakibatkan oklusi komplek lumen usus dan kemungkinan tidak adanya hubungan antara 2 segmen usus.

Atresia duodenum adalah kondisi dimana duodenum (bagian pertama dari usus halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran terbuka dari lambung yang tidak memungkinkan perjalanan makanan dari lambung ke usus.

Seringnya ditemukan keterkaitan atresia atau stenosis duodenum dengan malformasi neonatal lainnya menunjukkan bahwa anomali ini disebabkan oleh gangguan perkembangan pada masa awal kehamilan. Pada kehidupan janin, duodenum masih bersifat solid, perkembangan selanjutnya berupa vakuolisasi secara progresif sehingga terbentuklah lumen. Vakuolisasi yang tertunda oleh lumen usus embrionis diduga bertanggungjawab atas terjadinya diafragma-diafragma mukosa di dalam duodenum sehingga terjadi atresia duodenum. Atresia juga dapat berkembang secara sekunder akibat insufisiensi pembuluh darah.

3.2Saran

Melalui makalah ini penulis berharap agar setiap mahasiswa kebidanan dapat mengetahui dan memahami tentang atresia duodeni dan dapat menerapkan semua yang telah didapatnya di lapangan.PAGE 7