aud aud?...aud? di bawah ini diuraikan mengenai ciri-ciri pembelajaran yang sesuai untuk aud dan...

14
57 Selain orangtua di rumah, guru juga memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan emosi sosial dan moral AUD. Meskipun hanya dua hingga empat jam bertemu dengan AUD, guru dapat melakukan peran strategis dalam mendukung perkembangan emosi sosial dan moral AUD. Peran strategis tersebut terwujud dalam pembelajaran-pembelajaran yang diimplementasikannya. Melalui implementasi pembelajaran tersebut, guru dapat melakukan treatment (perlakuan) yang dikhususkan pada anak yang membutuhkan. Persoalannya, pembelajaran bagaimana yang tepat bagi AUD dan khususnya dalam upaya mengembangkan emosi sosial dan moral AUD? Di bawah ini diuraikan mengenai ciri-ciri pembelajaran yang sesuai untuk AUD dan secara khusus dalam upaya mengembangkan emosi sosial dan moral siswa. Selain itu, juga dijelaskan tentang metode pembelajaran yang tepat dan bagimana mengimplementasikannya. A. CIRI PEMBELAJARAN UNTUK AUD Seperti yang sudah dipahami bahwa tidak semua metode selalu tepat (sesuai) untuk pengembangan emosi sosial dan moral. Oleh karena itu, guru PAUD perlu memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat sesuai kebutuhan AUD. Di bawah ini dijelaskan, ciri-ciri pembelajaran yang sesuai untuk mengem- bangkan emosi sosial dan moral AUD. Setiap pembelajaran (topik maupun metodenya) perlu disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Khusus pembelajaran untuk

Upload: others

Post on 10-Sep-2020

27 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: AUD AUD?...AUD? Di bawah ini diuraikan mengenai ciri-ciri pembelajaran yang sesuai untuk AUD dan secara khusus dalam upaya mengembangkan emosi sosial dan moral siswa. Selain itu, juga

57

Selain orangtua di rumah, guru juga memiliki peran penting dalam

mendukung perkembangan emosi sosial dan moral AUD. Meskipun

hanya dua hingga empat jam bertemu dengan AUD, guru dapat

melakukan peran strategis dalam mendukung perkembangan emosi

sosial dan moral AUD. Peran strategis tersebut terwujud dalam

pembelajaran-pembelajaran yang diimplementasikannya. Melalui

implementasi pembelajaran tersebut, guru dapat melakukan treatment

(perlakuan) yang dikhususkan pada anak yang membutuhkan.

Persoalannya, pembelajaran bagaimana yang tepat bagi AUD dan

khususnya dalam upaya mengembangkan emosi sosial dan moral

AUD?

Di bawah ini diuraikan mengenai ciri-ciri pembelajaran yang sesuai

untuk AUD dan secara khusus dalam upaya mengembangkan emosi

sosial dan moral siswa. Selain itu, juga dijelaskan tentang metode

pembelajaran yang tepat dan bagimana mengimplementasikannya.

A. CIRI PEMBELAJARAN UNTUK AUD

Seperti yang sudah dipahami bahwa tidak semua metode selalu

tepat (sesuai) untuk pengembangan emosi sosial dan moral. Oleh

karena itu, guru PAUD perlu memilih dan menggunakan metode

pembelajaran yang tepat sesuai kebutuhan AUD. Di bawah ini

dijelaskan, ciri-ciri pembelajaran yang sesuai untuk mengem-

bangkan emosi sosial dan moral AUD.

Setiap pembelajaran (topik maupun metodenya) perlu disesuaikan

dengan tahap perkembangan anak. Khusus pembelajaran untuk

Page 2: AUD AUD?...AUD? Di bawah ini diuraikan mengenai ciri-ciri pembelajaran yang sesuai untuk AUD dan secara khusus dalam upaya mengembangkan emosi sosial dan moral siswa. Selain itu, juga

Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD

58

PAUD, memiliki beberapa ciri yang dipenuhi oleh guru, agar tujuan

pembelajaran tersebut dapat tercapai, seperti yang dijelaskan di

bawah ini.

1. Bermain

Khusus bagi AUD, pembelajaran yang dilakukan dalam PAUD

selalu menekankan adanya bermain karena tahap AUD adalah

memang saatnya untuk bermain. Selama bermain AUD dapat

melakukan belajar. Melalui bermain, AUD dapat merasa

senang dan nyaman sehingga lebih betah untuk „menikmatinya‟.

Sebaliknya, jika dalam pembelajaran untuk AUD tanpa

melibatkan unsur bermain, maka anak merasa tidak betah dan

kurang senang sehingga menjadi tidak terkonsentrasi dalam

pembelajaran. Selain itu, aspek kognitif anak belum mampu

untuk memahami materi yang diajarkan guru karena struktur

kognitif anak belum mengalami masa optimalisasi

(kematangan).

Dengan demikian, kegiatan bermain dalam pembelajaran untuk

AUD merupakan keutamaan yang harus dirancang guru. Perlu

dipahami bahwa ada cukup banyak metode bermain yang

dapat dipilih oleh guru.

2. Penggunaan Alat Peraga

Dalam pembelajaran di PAUD, guru perlu menggunakan alat

peraga yang berfungsi untuk mempermudah pemahaman AUD

terhadap materi yang diajarkan. Alat peraga tidah harus

berupa benda yang mahal produksi pabrik tetapi merupakan

benda yang dapat diperoleh di lingkungan sekitar. Guru dapat

membuatu alat peraga yang menarik sebagai APE (alat

permainan edukatif), sehingga hal ini merangsang untuk

meningkatkan daya kreativitas guru.

Page 3: AUD AUD?...AUD? Di bawah ini diuraikan mengenai ciri-ciri pembelajaran yang sesuai untuk AUD dan secara khusus dalam upaya mengembangkan emosi sosial dan moral siswa. Selain itu, juga

Pembelajaran untuk Perkembangan Emosi Sosial dan Moral AUD

59

Melalui alat peraga tersebut, AUD menjadi tertarik, dan

terkonsentrasi untuk mengikuti pembelajaran. AUD juga

dimungkinkan bukan hanya mengamati alat peraga tetapi juga

dapat menggunakan (mencoba) alat peraga tersebut, baik

secara individual maupun secara kelompok. Dengan demikian,

hal tersebut mendukung perkembangan pada berbagai aspek

baik kognitif, motorik kasar maupun motorik halus, emosi sosial

dan moralnya.

3. Melibatkan AUD secara Bersama

Ciri lain dari pembelajaran untuk AUD adalah melibatkan AUD

secara bersama. Keterlibatan AUD dalam pembelajaran secara

bersama akan mendukung kemampuan sosialnya, antara lain

supaya AUD mampu saling kerjasama, saling berinteraksi dan

saling memperhatikan. Selain itu, juga memicu keberanian siswa

untuk tampil mengekspresikan diri.

4. AUD Konsisten dalam Aturan

Setiap pembelajaran untuk AUD (berupa permainan) selalu

dirancang dengan menggunakan aturan-aturan yang harus

diikuti oleh AUD. Aturan-aturan tersebut (misalnya berupa

aturan dalam bermain) dijelaskan saat guru mengawali

pembelajaran. Melalui aturan tersebut diharapkan AUD mampu

mengembangkan kemampuan moralnya, melatih disiplin diri,

dan belajar untuk bertanggung jawab.

5. AUD memiliki Tugas dan Peran

Dalam pembelajaran untuk AUD, perlu memberi kesempatan

AUD untuk dapat berperan. AUD yang diberi peran akan

berusaha mengekspreikan (mengaktualisasi) kemampuan dan

Page 4: AUD AUD?...AUD? Di bawah ini diuraikan mengenai ciri-ciri pembelajaran yang sesuai untuk AUD dan secara khusus dalam upaya mengembangkan emosi sosial dan moral siswa. Selain itu, juga

Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD

60

ide-idenya. Jika diberi peran, AUD merasa dihargai dan akan

menampilkan karakter yang dimilikinya. Selain itu, AUD

berupaya untuk menunjukkan eksistensi dirinya sehingga dapat

mengembangkan kreativitas.

Perlu dipahami bahwa jika diberi kesempatan memilih, ternyata

AUD banyak memilih peran yang tidak mudah diperankan.

Berdasar hasil penelitian Soesilo (2013) pada AUD anak dari

para pemulung di Salatiga menemukan bahwa ketika

plaksanaan sesi “kesibukan lalu lintas jalan raya”, anak-anak

berebut peran menjadi pengendara motor atau polisi. Namun,

ketika diberi peran yang biasa-biasa saja, anak-anak berusaha

untuk memilih peran yang lain; misalnya pilihan peran untuk

menjadi pejalan kaki, ternyata tidak ada yang memilih.

B. JENIS PEMBELAJARAN BERMAIN UNTUK AUD

Pembelajaran terkait dengan pengembangan emosi sosial dan

moral AUD pada umumnya berupa permainan. Namun, di bawah

ini hanya dijelaskan beberapa permainan yang dapat dilakukan

oleh guru, seperti berikut:

1. Permainan Tradisional

a. Pengertian Permainan Tradisional

Permainan tradisional menurut Danandjaja (dalam Bahtiar,

2013; Soesilo 2017) adalah salah satu bentuk permainan

siswa, dimana permainan ini beredar secara lisan diantara

anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional, diwarisi turun

temurun dan mempunyai banyak variasi. Permainan

tradisional menurut Nurlan Kusmaedi (dalam Bahtiar, 2013;

Soesilo, 2017) adalah jenis kegiatan, dimana kegiatan

tersebut memiliki aturan-aturan khusus dan merupakan

cerminan karakter yang berasal dan berakar dari budaya

asli masyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa permainan

Page 5: AUD AUD?...AUD? Di bawah ini diuraikan mengenai ciri-ciri pembelajaran yang sesuai untuk AUD dan secara khusus dalam upaya mengembangkan emosi sosial dan moral siswa. Selain itu, juga

Pembelajaran untuk Perkembangan Emosi Sosial dan Moral AUD

61

tradisional adalah permainan yang beredar ke kelompok-

kelompok daerah secara lisan menjadi berbagai jenis dan

variasi, namun tetap mencerminkan karakter budaya

Indonesia.

Terdapat banyak jenis permainan tradisional baik bersifat

kolektif maupun bersifat individual. Permainan tradisional

yang dibutuhkan dalam pembelajaran AUD terutama yang

melibatkan banyak anak; misalnya „gobak sodor‟, „jamuran‟,

„engklek‟.

b. Fungsi Permainan Tradisional

Fungsi permainan memiliki peran penting dalam

perkembangan siswa pada hampir semua bidang

perkembangan. Menurut Suyanto (dalam Soesilo, 2017),

bidang perkembangan tersebut antara lain:

1) Kemampuan Kognitif

Permainan sangat penting dalam mengembangkan

kemampuan berpikir logis, imajiantif, dan kreatif. Saat

bermain pikiran siswa terbebas dari situasi kehidupan

nyata yang menghambat siswa berpikir abstrak.

2) Kemampuan Sosial

Permainan sedikit demi sedikit akan mengurangi rasa

egosentris siswa dan mengembangkan kemampuan

sosialnya. Pada saat bermain siswa berinteraksi dengan

siswa yang lain, dan interaksi tersebut mengajarkan siswa

cara merespon, memberi, menerima, menolak atau setuju

dengan ide dan perilaku siswa lain.

3) Kemampuan Motorik

Melalui permainan siswa belajar mengontrol gerakannya

menjadi gerakan terkoordinasi. Pada saat bermain siswa

Page 6: AUD AUD?...AUD? Di bawah ini diuraikan mengenai ciri-ciri pembelajaran yang sesuai untuk AUD dan secara khusus dalam upaya mengembangkan emosi sosial dan moral siswa. Selain itu, juga

Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD

62

berlatih menyesuaikan antara pikiran dan gerakan

menjadi suatu keseimbangan.

4) Kemampuan Afektif

Permainan akan melatih siswa menyadari adanya aturan

dan pentingnya mematuhi aturan. Hal itu merupakan tahap

awal dari perkembangan moral. Permainan memiliki peran

penting bagai tumbuh kembang siswa. Pengalaman

bermain yang menyenangkan bersama siswa lainnya

dengan bahan, benda, dan dukungan orang dewasa

membantu siswa-siswa untuk berkembang secara optimal,

termasuk berkembangnya kemampuan sosial dan

afeksinya.

2. Role Play (Bermain Peran)

a. Pengertian Bermain Peran

Menurut Supriyati (dalam Gunarti 2012), metode bermain

peran adalah melakukan permainan yang memerankan tokoh-

tokoh atau benda-benda sekitarnya sehingga anak dapat

mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan

terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan. Bermain peran

berarti menjalankan fungsi sebagai orang yang dimainkannya,

misalnya berperan sebagai dokter, guru, dan ibu.

Sedangkan Gilstrap dan Martin (dalam Gunarti 2012)

menyatakan bahwa bermain peran adalah memerankan

karakter/tingkah laku dalam pengulangan kejadian yang

diulang kembali, kejadian masa depan, kejadian masa kini

yang penting, atau situasi imajinatif.

Dengan kegiatan bermain peran, anak membuat keadaan

yang diciptakannya sendiri sambil memperbaiki kesalahan-

kesalahan dan memperkuat harapan-harapannya. Misalnya

anak yang awalnya takut dokter, melalui bermain peran

Page 7: AUD AUD?...AUD? Di bawah ini diuraikan mengenai ciri-ciri pembelajaran yang sesuai untuk AUD dan secara khusus dalam upaya mengembangkan emosi sosial dan moral siswa. Selain itu, juga

Pembelajaran untuk Perkembangan Emosi Sosial dan Moral AUD

63

dokter-dokteran berlahan-lahan dia belajar bahwa ketakutan

tidak perlu menjadi karena dokter bukan orang jahat tapi

justru ingin membantu mengobati penyakit. Oleh karena itu,

dalam bermain peran anak juga melakukan uji coba melalui

kegiatan bermain (Erikson, dalam Asmawati, 2011).

Peran diartikan sebagai suatu rangkaian perasaan, ucapan

dan tindakan individu yang ditunjukkan kepada orang lain.

Peran tersebut dipengaruhi oleh persepsi, pengalaman dan

penilaian oleh diri sendiri dan orang lain. Supaya dapat

berperan dengan baik, diperlukan dengan pemahaman

tentang peran sendiri sesuai karakter yang mencakup apa

yang tampak dan tindakan yang tersembunyi dalam

perasaan, persepsi dan sikap.

Bermain peran disebut juga main pura-pura, main khayalan

atau main fantasi. Ketika anak sedang bermain peran, ia

berpura-pura menjadi seseorang atau berbeda dengan

dirinya sendiri. Misalnya berperan menjadi dokter, ayah, ibu,

atau guru. Dengan bemain peran anak belajar memahami dan

mempraktekan kegiatan yang ada dalam kehidupan yang

sebenarnya. Seperti bagaimana peran ibu dalam keluarga

dalam sehari-hari begitupun dengan peran dokter dll.

Tujuan akhir bermain peran adalah belajar bermain dan

bekerja dengan orang lain, sebagai latihan untuk menghadapi

pengalaman di dunia nyata. Sangat penting karena

memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan

berbagai keterampilan. Menurut Asmawati (2011: 10.4)

pentingnya bermain peran pada anak yaitu sebagai berikut:

Mempelajari diri sendiri, keluarganya dan lingkungan

sekitarnya.

Belajar untuk saling berinteraksi dengan orang lain.

Belajar menjawab dan memberikan pertanyaan.

Page 8: AUD AUD?...AUD? Di bawah ini diuraikan mengenai ciri-ciri pembelajaran yang sesuai untuk AUD dan secara khusus dalam upaya mengembangkan emosi sosial dan moral siswa. Selain itu, juga

Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD

64

Belajar menjawab dan memberikan pertanyaan

Belajar membangun kerja sama

Membangun kemampuan berkosentrasi

Mempelajari keterapilan hidup

Belajar mengatasi rasa takut

Membantu anak mengembangan berbagai macam

aspek perkembangannya.

b. Jenis Bermain Peran

Menurut Erikson (dalam Asmawati, 2011) terdapat 2 jenis

yaitu bermain peran makro dan bermain peran mikro.

1) Bermain peran makro

Bermain peran makro disebut juga main peran besar yakni

berperan menjadi orang lain. Misalnya anak berperan

menjadi guru, polisi, dan dokter. Saat anak berperan

menjadi seseorang atau sesuatu yang lain, maka konsep

(karakter) tentang tokoh yang akan diperankannya

direkam dalam otaknya dan kemudian dituangkannya

dalam perilaku yang dipikirkannya. Alat-alat main peran

makro pada umumnya berukuran besar; seperti macam-

macam pakaian nyata yang menunjukan profesi. Contohnya

berperan sebagai guru maka alat yang digunakan pulpen

dan buku.

2) Bermain peran mikro

Main peran mikro disebut bermain peran kecil jika peran

yang dipikirkan anak diwakilkan pada benda atau sesuatu

yang lain. Misalnya anak mewakilkan peran harimau pada

boneka harimau. Dalam main peran mikro, anak bertindak

seperti seorang dalang yang mengatur peran boneka

tangan. Alat-alat dan bahan main peran mikro berukuran

Page 9: AUD AUD?...AUD? Di bawah ini diuraikan mengenai ciri-ciri pembelajaran yang sesuai untuk AUD dan secara khusus dalam upaya mengembangkan emosi sosial dan moral siswa. Selain itu, juga

Pembelajaran untuk Perkembangan Emosi Sosial dan Moral AUD

65

kecil, misalnya rumah-rumahan, boneka-boneka binatang

dan kandangnya.

c. Tahap-Tahap Metode Bermain Peran

Dalam kegiatan bermain peran terdapat beberapa tahapan

yang dirancang oleh guru. Menurut Shaftel (dalam Tauho,

2011), terdapat 9 tahap dalam bermain peran, sebagai

berikut:

a. Menghangatkan suasana dan memotivasi siswa

Dalam tahap ini guru memberikan berbagai motivasi atau

dorongan yang mengarah pada apa yang akan

diperankan anak-anak.

b. Memilih partisipan/peran

Anak dipersiapkan untuk memilih peran sendiri, apa yang

akan ia perankan. Gurupun juga harus memberi bimbingan

kepada anak bagaimana ia memerankan tokoh yang ia

pilih.

c. Menyusun tahap-tahap peran

Guru menyiapkan tahap-tahap apa saja yang harus

dilakukan oleh seorang anak dalam memerankan suatu

tokoh.

d. Menyiapkan pengamat

Guru menyiapkan alat untuk mengamati anak saat

memainkan peran.

e. Pemeranan

Guru mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa

yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan

apa yang harus mereka kerjakan.

Page 10: AUD AUD?...AUD? Di bawah ini diuraikan mengenai ciri-ciri pembelajaran yang sesuai untuk AUD dan secara khusus dalam upaya mengembangkan emosi sosial dan moral siswa. Selain itu, juga

Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD

66

f. Diskusi dan evaluasi

Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk

memberitahukan apakah anak sudah puas dengan

memerankan peran yang sudah dilakukan.

g. Pemeranan ulang

Jika anak tidak puas atau peran yang anak bawakan

dapat diulangi lagi dengan syarat anak dapat memilih

peran yang akan dilaksanakan.

h. Diskusi dan evaluasi tahap dua

Anak diberi kesempatan lagi secara sukarela untuk menjadi

pemeran. Tetapi jika anak tidak mau menyambut tawaran

tersebut, maka guru dapat menunjuk seorang anak yang

pantas dan mampu memerankan posisi tertentu.

i. Pembagi pengalaman dan mengambil kesimpulan

Setelah anak memerankan peran yang dibawakan guru

harus menanyakan kepada anak tentang perasaannya bila

berperan sebagai orang lain. Dan guru dapat

memberitahukan atau menjelaskan lagi kepada anak

tentang peran yang anak lakukan.

Tahap-tahap di atas ini sangat penting untuk memotivasi anak

saat bermain peran. Dalam bermain peran diharapkan anak

mampu menghayati tokoh yang akan diperankannya.

Keberhasilan anak dalam bermain peran dapat

mengembangkan kemampuan komunikasi, dan kemampuan

sosial. Keberhasilan bermain peran dapat dilihat apabila

anak berminat atau tertarik dengan perannya yang telah

diajukan oleh guru ataupun yang dipilih sendiri oleh anak, jika

anak suka dengan perannya maka dengan sendirinya anak

mau melakukannya.

Page 11: AUD AUD?...AUD? Di bawah ini diuraikan mengenai ciri-ciri pembelajaran yang sesuai untuk AUD dan secara khusus dalam upaya mengembangkan emosi sosial dan moral siswa. Selain itu, juga

Pembelajaran untuk Perkembangan Emosi Sosial dan Moral AUD

67

3. Pretend Play

a. Pengertian Pretend Play

Menurut Soesilo (2013) pretend play merupakan permainan

yang berguna untuk mengembangkan theory of mind (TOM).

TOM adalah kemampuan anak dalam memahami status

mental diri dan orang lain. Ketika seorang anak mampu

mengembangkan kecerdasan emosinya, yang terdiri dari

pemahaman terhadap diri, disiplin diri, dorongan,

pemahaman terhadap hubungan dengan orang lain dan

kecakapan sosial, maka dapat dikatakan anak telah

memahami diri sendiri dan orang lain.

Selanjutnya Soesilo (2013) juga menyatakan bahwa

pemahaman terhadap diri adalah kemampuan anak dalam

memahami emosi, keinginan dan keyakinan dirinya sendiri.

Disiplin diri adalah kemampuan anak dalam menekan impuls-

impuls negatif, sehingga anak mampu menekannya agar

tidak muncul. Misalnya ketika anak merasa jengkel terhadap

perilaku temannya ketika bermain, maka anak berusaha

untuk tidak merusaknya karena kesadaran tentang reaksi

temannya juga berakibat pada dirinya. Aspek dorongan

nampak ketika anak bermain dengan semangat dan

berkeinginan untuk bermain. Pemahaman terhadap hubungan

dengan orang lain adalah kemampuan anak dalam

memahami tentang perilaku orang lain. Sedangkan

kecakapan sosial adalah kemampuan anak untuk merasa

nyaman dalam berbagai situasi. Semakin lama anak bermain

anak merasa nyaman dengan situasi yang ada.

Melalui pretend play anak juga memahami mental

representations. Dengan kemampuan ini anak akan memahami

bagaimana reaksi orang lain dan apa yang harus dilakukan

untuk mengimbangi reaksi orang lain. Curran (1999)

menyebutkan bahwa dalam bermain pretend play anak akan

Page 12: AUD AUD?...AUD? Di bawah ini diuraikan mengenai ciri-ciri pembelajaran yang sesuai untuk AUD dan secara khusus dalam upaya mengembangkan emosi sosial dan moral siswa. Selain itu, juga

Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD

68

melihat sebuah rangkaian perilaku yang akan dilakukan dan

melalui rangkaian perilaku tersebutlah anak mengembangkan

peran yang harus dimainkannya. Dalam hal ini nampak

bahwa dengan adanya pergantian peran tersebut, seorang

anak akan melakukan pergantian peran dari yang berkuasa

menjadi anak yang tidak berkuasa dan perubahan posisi ini

akan membantu anak dalam menghayati emosi yang ada.

Contohnya ketika anak melakukan permainan dokter, saat

tertentu anak menjadi seorang dokter dan saat yang lain ia

akan menjadi yang sakit. Ekspresi yang dikeluarkan anak

ketika memainkan hal tersebut membuktikan bahwa anak

telah belajar emosi dan peran yang harus dimainkannya.

Oleh karena itu dalam memainkan permainan pretend play ini

akan menjadi lebih baik dilakukan dalam bermain bersama,

bukannya sendirian (solitary pretend play).

b. Ciri-ciri Pretend Play

Berdasarkan pelaksanaan pretend play selama 5 sesi,

beberapa ciri khas pretend play perlu menjadi perhatian

peneliti (termasuk guru) agar sesi yang dilaksanakan dalam

pretend play dapat berjalan lancar. Ciri-ciri khas pretend play

(Soesilo, 2013) sebagai berikut:

Topik pretend play perlu disesuaikan dengan kondisi

lingkungan anak

Topik yang dipilih dalam pretend play perlu disesuaikan

dengan kondisi lingkungan anak, berupa peristiwa

(fenomena) yang pernah atau sering dijumpai. Jika anak-

anak memainkan peran yang tidak sesuai dengan kondisi

lingkungannya, maka anak-anak agak kesulitan dalam

melakonkannya.

Setiap anak perlu diberi peran sehingga menjadi aktif dan

dapat merasakan perannya.

Page 13: AUD AUD?...AUD? Di bawah ini diuraikan mengenai ciri-ciri pembelajaran yang sesuai untuk AUD dan secara khusus dalam upaya mengembangkan emosi sosial dan moral siswa. Selain itu, juga

Pembelajaran untuk Perkembangan Emosi Sosial dan Moral AUD

69

Anak-anak yang diberi peran akan berusaha

mengekspreikan (mengaktualisasi) kemampuan dan ide-

idenya. Selain itu, jika diberi peran, anak-anak merasa

dihargai dan akan menampilkan karakter yang

dimilikinya.

Setiap anak diberi peran yang bersifat menantang.

Jika diberi kesempatan memilih ternyata anak-anak

banyak yang memilih peran yang tidak mudah

diperankan. Misalnya ketika pelaksanaan sesi “kesibukan

lalu lintas jalan raya”, anak-anak berebut peran menjadi

pengendara motor atau polisi. Namun, ketika diberi peran

yang biasa-biasa saja, anak-anak berusaha untuk memilih

peran yang lain; misalnya pilihan peran untuk menjadi

pejalan kaki, ternyata tidak ada yang memilih.

Memberi fleksibilitas terhadap imajinasi, pemikiran atau

ide anak-anak selama permainan berlangsung

Sebelum pretend play dilaksanakan, peneliti menyusun

skenario sesuai topic yang telah ditentukan. Isi skenario

dijelaskan pada tahap penjelasan sehingga anak-anak

memahami masing-masing perannya yang dipilihnya.

Ketika tahap pelaksanaan berlangsung, anak-anak diberi

fleksibilitas melakonkan perannya sesuai dengan imajinasi

atau keinginannya. Melalui „improvisasi‟ peran tersebut,

manampakkan pula kemampuan kreativitas masing-masing

anak. Kondisi ini membuat anak-anak merasa senang dan

nyaman untuk melakonkan perannya selanjutnya.

Setiap sesi mengikuti 5 tahap berupa tahap penjelasan,

persiapan, pelaksanaan, refleksi dan tahap evaluasi.

Sesuai penjelasan di atas, tahap dalam penerapan model

pretend play perlu mengikuti 5 tahap yakni tahap

Page 14: AUD AUD?...AUD? Di bawah ini diuraikan mengenai ciri-ciri pembelajaran yang sesuai untuk AUD dan secara khusus dalam upaya mengembangkan emosi sosial dan moral siswa. Selain itu, juga

Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD

70

penjelasan, persiapan, pelaksanaan, refleksi dan tahap

evaluasi.

Anak-anak harus disiapkan secara mental (penjelasan dan

pembagian peran) maupun fisik (penyediaan sarana

prasarana permainan, akomodasi)

Keterlibatan anak-anak akan menjadi optimal jika anak-

anak sejak awal (tahap penjelasan) disiapkan secara

mental, dan dijelaskan pula mengenai perannya selama

pretend play diimplementasikan. Selain itu, sarana dan

prasarana pendukung berjalannya skenario sesuai topik

yang ditentukan harus telah disediakan. Tim pembimbing

atau peneliti juga harus menyediakan akomodasi (ruang

istirahat, makan/snack dan minum) sesuai kebutuhan,

karena selama permainan berlangsung anak-anak juga

mengeluarkan banyak energi.

Perlu pembimbing yang berkarakter

Anak-anak akan menampakkan sikap dan perilaku yang

berkarakter jika para pembimbing juga memiliki sikap dan

perilaku berkarakter yang dapat diteladani oleh anak-

anak itu sendiri. Oleh karena itu, sejak berhubungan

dengan anak-anak, sikap dan perilaku pembimbing harus

menunjukkan berkarakter juga.

Penyediaan Instrumen untuk Pengumpulan Data

Data tentang sikap dan perilaku yang berkarakter selama

menerapkan model pretend play ini dikumpulkan dengan

menggunakan instrument berupa panduan observasi dan

cek list. Selain itu, pengumpulan data tentang pendapat

atau respon anak-anak mengenai sikap dan perilaku diri

maupun teman lainnya dilakukan melalui panduan

wawancara, yang dilaksanakan selama tahap refleksi.