awig-awig subak sebagai alat manajemen subak: … · absensi, patuh pada tugas sesuai arahan, umur...

4
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011 179 AWIG-AWIG SUBAK SEBAGAI ALAT MANAJEMEN SUBAK: KASUS SUBAK LANYAHAN KROBOKAN BULELENG I Wayan Arga Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana ABSTRACT Permasalahan subak sering ditulis oleh para peneliti, tetapi aspek awig-awig subak jarang dibahas. Tujuan penelitian ini antara lain : (1) mengetahui lembaga yang mengeluarkan awig-awig subak, (2) mengetahui isi awig-awig subak dan (3) apakah awig-awig subak ini relevan dengan pembangunan pertanian jaman sekarang. Dalam hal ini yang menjadi bahan pembahasan adalah awig-awig subak Lanyahan Krobokan Buleleng (1872). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa awig- awig subak dikeluarkan oleh raja, setelah mendapat persetujuan wakil-wakil masyarakat, Brahmana, Satrya dan Wesya. Struktur organisasi subak terdiri atas Sedahan Agung, Sedahan, Keliang Subak, Penyarikan dan Saya, yang tugasnya ditetapkan. Pembangunan subak yang baru, wajib mendapat ijin raja (Sedahan Agung), sehingga subak yang baru dibuat, dapat mererebak atau melalui pekarangan orang lain. Pelaksanaan tugas oleh manggala subak wajib mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Pelanggaran akan dikenai denda. Tata tertib pengendalian segala jenis ternak telah ditetapkan. Pada dasarnya dilarang mengembalakan ternak di sawah pada musim tanam. Pelanggaran dikenai sanksi denda, ditambah mengganti rugi tanaman yang dirusak. Jika sanggah atau pura yang dirusak pemilik ternak selain kena denda, yang wajib memperbaiki bangunan yang dirusak serta mengupacarai menurut Agama Hindu (ngulap ngambe mabalean keleneng). Ternak yang lepas wenang ditawan, sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Pembagian air wajib dilakukan dengan adil, dengan memakai tembuku. Meminjam air pada dasarnya diperbolehkan, asal sesuai dengan ketentuan awig-awig. Segala bentuk pencurian dihukum dengan denda, dengan mengembalikan barang yang dicuri serta memperbaiki barang yang dirusak. Rapat subak dilakukan setiap bulan, dan prosedurnya telah ditetapkan. Subak Lanyahan Krobokan, juga melakukan kegiatan simpan pinjam. Tata laksana kerja rodi (gotong royong) telah ditetapkan antara lain : absensi, patuh pada tugas sesuai arahan, umur minimal 13 tahun. Ijin untuk tidak ikut kerja rodi ditetapkan, termasuk sanksi-sanksinya. Menanam padi gadu dan kasumba dilarang. Musim tanam diawali dengan upacara mapag toya ke gunung (Lemukih), lengkap dengan aci-aci. Batas awal dan akhir musim tanam ditetapkan. Upacara di muara atau bedugul dengan aci- aci lengkap dilanjutkan dengan marek tirta dan upacara penyepian di sawah. Awig-awig subak ini masih relevan dengan pembangunan pertanian masa kini, namun ada beberapa pasal yang ketinggalan jaman. Pasal-pasal yang bertentangan dengan pembangunan pertanian masa kini harus dieliminasi. Kata kunci : Awig-awig, Subak, Sedahan Agung, Keliang Subak PENDAHULUAN Subak adalah organisasi pengairan pemilik-pemilik sawah, yang mendapat pengayoman dari pemerintah. Batas-batas sebuah subak sangat jelas dengan batas- batas areal subak lainnya. Sebuah subak memiliki struktur organisasi, wilayah, inventaris dan sumber air tersendiri. Karena itu subak dianggap sebagai organisasi otonom. Pengayoman oleh pemerintah jelas terlihat pada organisasi Subak Agung, yang menempatkan Sedahan dan Sedahan Agung dalam struktur organisasi. Kedua lembaga terakhir yaitu Sedahan dan Sedahan Agung berperan sebagai pemungut pajak dan mengeluarkan peraturan- peraturan kesejahteraan masyarakat, antara lain awig- awig subak. Dalam awig-awig subak Caguh (Anonim, 1822) disebutkan bahwa tujuan pembangunan subak adalah untuk mensejahterakan masyarakat (yen prade prasida kelaksanayang mejanten sampun sareng sami tan nemu sayah = Jika pembuatan subak itu dapat dilaksanakan, tentu kita semua tidak menemui kesulitan pangan). Bantuan pemerintah kepada subak, terutama berwujud bantuan pengairan (dam atau bendung dan bangunan irigasi lainnya), yang dilaksanakan oleh BOW pada jaman Belanda dan sekarang bernama DPU. Pada tahun 1980- an DPU Bali melakukan perbaikan irigasi secara besar- besaran, dengan tujuan utama meningkatkan produksi padi. Pada masa kini wilayah irigasi Bali dibagi menjadi 20 satuan wilayah sungai (SWS), (Anonim, 1998). Permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini antara lain : (1) Lembaga manakah yang membuat awig-awig subak Lanyahan Kerobokan itu ? (2) Apakah isi awig-awig itu ? (3) Apakah awig-awig itu relevan dengan kondisi pembangunan pertanian jaman sekararang ?

Upload: truongnhi

Post on 03-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: AWIG-AWIG SUBAK SEBAGAI ALAT MANAJEMEN SUBAK: … · absensi, patuh pada tugas sesuai arahan, umur minimal 13 tahun. Ijin untuk tidak ikut kerja rodi ditetapkan, termasuk sanksi-sanksinya

The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011 179

AWIG-AWIG SUBAK SEBAGAI ALAT MANAJEMEN SUBAK: KASUS SUBAK LANYAHAN KROBOKAN BULELENG

I Wayan Arga Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

ABSTRACT

Permasalahan subak sering ditulis oleh para peneliti, tetapi aspek awig-awig subak jarang dibahas. Tujuan penelitian ini antara lain : (1) mengetahui lembaga yang mengeluarkan awig-awig subak, (2) mengetahui isi awig-awig subak dan (3) apakah awig-awig subak ini relevan dengan pembangunan pertanian jaman sekarang. Dalam hal ini yang menjadi bahan pembahasan adalah awig-awig subak Lanyahan Krobokan Buleleng (1872).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa awig-awig subak dikeluarkan oleh raja, setelah mendapat persetujuan wakil-wakil masyarakat, Brahmana, Satrya dan Wesya. Struktur organisasi subak terdiri atas Sedahan Agung, Sedahan, Keliang Subak, Penyarikan dan Saya, yang tugasnya ditetapkan. Pembangunan subak yang baru, wajib mendapat ijin raja (Sedahan Agung), sehingga subak yang baru dibuat, dapat mererebak atau melalui pekarangan orang lain. Pelaksanaan tugas oleh manggala subak wajib mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Pelanggaran akan dikenai denda. Tata tertib pengendalian segala jenis ternak telah ditetapkan. Pada dasarnya dilarang mengembalakan ternak di sawah pada musim tanam. Pelanggaran dikenai sanksi denda, ditambah mengganti rugi tanaman yang dirusak. Jika sanggah atau pura yang dirusak pemilik ternak selain kena denda, yang wajib memperbaiki bangunan yang dirusak serta mengupacarai menurut Agama Hindu (ngulap ngambe mabalean keleneng).

Ternak yang lepas wenang ditawan, sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Pembagian air wajib dilakukan dengan adil, dengan memakai tembuku. Meminjam air pada dasarnya diperbolehkan, asal sesuai dengan ketentuan awig-awig. Segala bentuk pencurian dihukum dengan denda, dengan mengembalikan barang yang dicuri serta memperbaiki barang yang dirusak. Rapat subak dilakukan setiap bulan, dan prosedurnya telah ditetapkan. Subak Lanyahan Krobokan, juga melakukan kegiatan simpan pinjam. Tata laksana kerja rodi (gotong royong) telah ditetapkan antara lain : absensi, patuh pada tugas sesuai arahan, umur minimal 13 tahun. Ijin untuk tidak ikut kerja rodi ditetapkan, termasuk sanksi-sanksinya. Menanam padi gadu dan kasumba dilarang. Musim tanam diawali dengan upacara mapag toya ke gunung (Lemukih), lengkap dengan aci-aci. Batas awal dan akhir musim tanam

ditetapkan. Upacara di muara atau bedugul dengan aci-aci lengkap dilanjutkan dengan marek tirta dan upacara penyepian di sawah. Awig-awig subak ini masih relevan dengan pembangunan pertanian masa kini, namun ada beberapa pasal yang ketinggalan jaman. Pasal-pasal yang bertentangan dengan pembangunan pertanian masa kini harus dieliminasi.

Kata kunci : Awig-awig, Subak, Sedahan Agung, Keliang Subak

PENDAHULUAN

Subak adalah organisasi pengairan pemilik-pemilik sawah, yang mendapat pengayoman dari pemerintah. Batas-batas sebuah subak sangat jelas dengan batas-batas areal subak lainnya. Sebuah subak memiliki struktur organisasi, wilayah, inventaris dan sumber air tersendiri. Karena itu subak dianggap sebagai organisasi otonom. Pengayoman oleh pemerintah jelas terlihat pada organisasi Subak Agung, yang menempatkan Sedahan dan Sedahan Agung dalam struktur organisasi. Kedua lembaga terakhir yaitu Sedahan dan Sedahan Agung berperan sebagai pemungut pajak dan mengeluarkan peraturan-peraturan kesejahteraan masyarakat, antara lain awig-awig subak. Dalam awig-awig subak Caguh (Anonim, 1822) disebutkan bahwa tujuan pembangunan subak adalah untuk mensejahterakan masyarakat (yen prade prasida kelaksanayang mejanten sampun sareng sami tan nemu sayah = Jika pembuatan subak itu dapat dilaksanakan, tentu kita semua tidak menemui kesulitan pangan). Bantuan pemerintah kepada subak, terutama berwujud bantuan pengairan (dam atau bendung dan bangunan irigasi lainnya), yang dilaksanakan oleh BOW pada jaman Belanda dan sekarang bernama DPU. Pada tahun 1980-an DPU Bali melakukan perbaikan irigasi secara besar-besaran, dengan tujuan utama meningkatkan produksi padi. Pada masa kini wilayah irigasi Bali dibagi menjadi 20 satuan wilayah sungai (SWS), (Anonim, 1998). Permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini antara lain :

(1) Lembaga manakah yang membuat awig-awig subak Lanyahan Kerobokan itu ?

(2) Apakah isi awig-awig itu ?

(3) Apakah awig-awig itu relevan dengan kondisi pembangunan pertanian jaman sekararang ?

Page 2: AWIG-AWIG SUBAK SEBAGAI ALAT MANAJEMEN SUBAK: … · absensi, patuh pada tugas sesuai arahan, umur minimal 13 tahun. Ijin untuk tidak ikut kerja rodi ditetapkan, termasuk sanksi-sanksinya

The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011 180

Pada masa pemerintahan Dalem Kresna Kepakisan (1350-1380) di Samplangan para pejabat kerajaan dan para Bendesa diberikan sawah yang luasnya tergantung dari berat ringannya tugas yang diemban (Tabel 1). Luas

Nama Pejabat Jabatan Besarnya bukti sawah (winih, bibit padi)

1. Pasek Lurah Gelgel

2. Pasek Prateka

Pasek Padang Subadra

Pasek Tatar

Pasek Kubakal

Pasek Salahin

Pasek Kebayan

Pasek TohjiwaPasek GaduhPasek NgukuhinPasek Kadangkan

Bendahara urusan suka duka kerajaanMenjaga keselamatan dan mengurus pekerjaan DalemBerdahara Sad Kayangan

Juru canang Dalem dan membersihkan Sad Kahyangan

Makalin (memberi tanda dengan batu) milik Dalem di Besakih.Menjadi Kebayan di pura Balai Agung.Menjadi Kebayan di pura Balai Agung.Tabeng dada DalemMengatur siasat perangPenjaga puri DalemPasukan dulang mangap.Bendesa

50 tenah

50 tenah

50 tenah

12 tenah

25 tenah

25 tenah

25 tenah

25 tenah40 tenah50 tenah25 tenah50 tenah

sawah luas sawah diukur dengan tenah bibit padi. Satu tenah bibit padi setara dengan 12,5-15 kg bibit, yaitu banyaknya bibit yang cukup untuk menanami sawah seluas 50 are (0,5 hektar).

Tabel 1. Sawah Yang Diberikan kepada Pejabat pada masa Pemerintahan Dalem Kresna Kepakisan di Bali (1350-1380)

Sumber : I Gusti Bagus Sugriwa (1956)

Prasasti lontar “Subak Gede Caguh” milik I Nyoman Ranawijaya dari Kesiut Kawan, yang telah dibaca oleh Jro Mangku Pamahyun pada tanggal 28 Februari 2010 menyebutkan bahwa prasasti itu selesai ditulis pada tanggal 12 Oktober 1822. Sedahan Agung pertama adalah Kyai Langsah. Manggala Subak terdiri dari : Sedahan Agung, Pekaseh, Penyarikan dan Sinoman. Guna awig-awig: agar tertib pelaksanaan aktivitas subak. Ide untuk pembangunan Subak Caguh, muncul dari kesadaran Cokorda Ngurah Agung, Raja Tabanan, untuk mengatasai penderitaan penduduk akan pangan, setelah perang saudara antara Tabanan dan Penebel. Isi awig-awig Subak Caguh meliputi antara lain :

(1) Ayah-ayahan tempekan

(2) Ngawit-pengiwit (penetapan batas awal dan batas akhir musim tanam)

(3) Pedum yeh (pembagian air)

(4) Indik ngawit nandur (perihal mulai menanam padi)

(5) Indik mapuah (perihal menghalau hama, misalnya burung, monyet dan hewan menyusui lain)

(6) Indik mabiyu kukung (upacara biyu kukung)

(7) Indik manyi (perihal panen)

(8) Indik sarin tahun (perihal tentang hasil padi untuk keperluan upacara pada tiga pura : Pura Puseh, Dalem dan Bale Agung)

(9) Indik luput ayahan (perihal bebas dari kerja rodi)

(10) Indik denda yen lempas ring awig-awig (denda karena melanggar awig-awig).

Dalam awig-awig (peraturan-peraturan dan larangan subak) subak Gianyar disebutkan bahwa awig-awig ini sudah diperiksa dan ditetapkan oleh J.M.S.P. Tuanku Anak Agung Manggis, Stedehouder dari Landschap Gianyar untuk diturut oleh para kepala-kepala dan orang-orang subak keseluruhan di Landschap Gianyar, dengan ketentuan dari Fatsal 1 sampai dengan 157.

Page 3: AWIG-AWIG SUBAK SEBAGAI ALAT MANAJEMEN SUBAK: … · absensi, patuh pada tugas sesuai arahan, umur minimal 13 tahun. Ijin untuk tidak ikut kerja rodi ditetapkan, termasuk sanksi-sanksinya

The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011 181

(Anonim,-----). Awig-awig ini ditulis dalam bahasa Indonesia, tetapi sumber (lontar ) aslinya tidak disebutkan. Awig-awig ini telah beberapa kali diperbanyak. Turunan pertama oleh Sedahan Agung Gianyar, pada 9 Agustus 1955, dan diketik oleh Ketut Djeladi, turunan kedua oleh Sedahan Toya Wos Ulu, I Made Krekek, dan turunan ketiga oleh Pekaseh Subak Tebongkang. Isi awig-awig subak Gianyar ini antara lain :

(1) Tata tertib yang menyangkut ternak besar (wewalungan), dari fatsal 1-24.

(2) Tata tertib bidang pengairan dari fatsal 25-60.

(3) Tata tertib yang menyangkut ternak unggas dan ternak kecil (ayam, itik, babi) dan lain-lain dari fatsal 61-132.

(4) Masalah perkara-perkara, sumpah, aci-aci dan adat subak dari fatsal 133-157.

Tujuan dari penelitian ini antara lain : (1) mencari tahu nama lembaga yang membuat awig-awig subak, (2) mendalami isi awig-awig, (3) relevansi awig-awig subak dalam pembangunan pertanian masa kini.

METODOLOGI

Bahan yang dikaji adalah dokumen awig-awig Subak Lanyahan Kerobokan Buleleng yang dibuat pada tahun 1872. Semula awig-awig ini ditulis dalam lontar, dengan aksara Bali, bahasa Bali halus, milik Ida Putu Jlantik dari Tangguwisia, Kecamatan Pengastulan Buleleng. Kemudian lontar ini disalin kedalam huruf latin oleh I Kt. Mangku Ngarsa, untuk Gedong Kirtya Singaraja dan disimpan dengan nomor IIa.1342/11. Isi awig-awig kemudian dikelompokkan oleh peneliti menurut bidang yang dibahas sebagai berikut :

(1) Lembaga yang membuat awig-awig

(2) Masalah perpajakan dan jual beli lahan sawah

(3) Pengamanan subak dan gangguan ternak besar (Wewalungan)

(4) Pengamanan dan gangguan ternak unggas

(5) Pencurian di sawah

(6) Organisasi subak

(7) Pengairan dan aci-aci

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan pembangunan subak yang paling penting adalah identik dengan tujuan ekonomi, yaitu menciptakan kesejahteraan masyarakat melalui pemenuhan kebutuhan bahan makanan utama yaitu beras.

Lembaga yang mengeluarkan awig-awig subak adalah lembaga pemerintahan, yang disyahkan oleh raja, melalui persidangan kerajaan yang diwakili oleh ketiga golongan masyarakat, yaitu Brahmana, Satrya dan Wesya. Salah satu keputusan penting dalam awig-awig subak adalah hak istimewa dari pembuatan saluran irigasi (telabah) yang mendapat ijin raja, adalah boleh melalui (nerebak) pekarangan, sanggah dan pura. Hak saluran irigasi untuk menerebak pekarangan telah dilakukan sejak jaman Bali Kuna. Struktur organisasi subak, terdiri atas Sedahan Agung, Sedahan, Keliang Subak (Pekaseh), Penyarikan dan Saya (Juru Arah). Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, semua pejabat tersebut di atas wajib mengikuti prosedur buku yang telah ditetapkan. Pelanggaran dikenai sanksi denda.

Isi awig-awig berikutnya adalah tata tertib pengendalian ternak besar (wewalungan), ternak kecil dan terlnak unggas. Pada dasarnya dilarang mengembalakan ternak di sawah pada musim tanam. Pelanggaran dikenai denda, yang besarnya bervariasi tergantung dari besar kecilnya kerusakan, ditambah dengan ganti rugi tanaman yang dirusak. Kalau yang diusak itu Pura atau Sanggah, selain di denda, juga wajib membiayai upacara penyucian, ngulap ngambe mabalean makeleneng.

Ternak yang lepas wenang ditawan, menurut prosedur yang ditetapkan oleh awig-awig, misalnya tidak boleh menyakiti ternak, memberi makan dan ditambahkan pada tempat yang mudah dilihat orang. Pelanggaran terhadap prosedur ini menimbulkan sanksi denda bagi penawan.

Pembagian air harus dijalankan dengan adil, dengan mempergunakan temuku (balok distribusi). Pencurian air dan perusakan sarana irigasi di denda berat. Meminjam air pada dasarnya diperkenankan. Peminjaman air antar subak harus mendapat ijin Sedahan Agung atau sedahan, dan peminjaman air antar tempek harus mendapat ijin keliang subak (Pekaseh).

Pencurian padi, perkakas kerja, dan benda-benda

Page 4: AWIG-AWIG SUBAK SEBAGAI ALAT MANAJEMEN SUBAK: … · absensi, patuh pada tugas sesuai arahan, umur minimal 13 tahun. Ijin untuk tidak ikut kerja rodi ditetapkan, termasuk sanksi-sanksinya

The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011 182

sakral milik subak dikenai sanksi berat.

Rapat subak dilakukan setiap bulan (Rabu-kliwon sesuai wuku) dan prajuru subak wenang menyediakan canang upakara, dan hidangan konsumsi untuk rapat. Tata karma rapat harus sopan santun.

Subak Lanyahan Krobokan juga melakukan kegiatan simpan pinjam dan keterlambatan membayar harga uang dikenai denda.

Tata laksana kerja rodi (gotong royong) untuk pekerjaan subak wajib mengikuti tata tertib berikut : absensi, patuh kepada tugas sesuai arahan, umur minimal, laki-laki 13 tahun. Ijin untuk tidak ikut kerja rodi diatur dan sanksi berupa denda ditetapkan.

Menanam padi gadu di larang, demikian juga menanam kasumba, didenda. Musim tanam diawali dengan upacara mendak toya ke gunung (Lemukih) pada sasih ketiga (bulan September) lengkap dengan sarana aci-aci yang telah ditetapkan, dengan tujuan memohon keselamatan kepada pemilik bumi, dan semua anggota subak wajib ikut masambang semadi. Selain itu upacara di muara atau Bedugul harus dilaksanakan, dan diikuti upacara marek tirta dan penyepian di sawah. Pada saat penyepian tidak boleh ada kegiatan apapun di sawah, dan prajuru subak wajib memberitahukan penyepian itu kepada masyarakat di sekitar subak dengan memasang sawen penyepian untuk menghindari pelanggaran.

Menurut pendapat peneliti awig-awig subak masih relevan dengan perkembangan pertanian masa kini, asal saja aspek-aspek yang ketinggalan jaman dihilangkan, misalnya larangan menanam padi gadu, dan kasumba atau tanaman lain yang ekonomis.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah berjasa membantu sehingga penelitian ini terwujud. Selanjutnya peneliti menyampaikan terima kasih kepada IGK Tregis yang membantu untuk mendapatkan salinan Awig-awig subak Lanyahan Krobokan di Gedong Kertya. Demikian juga kepada Saudara Ir. I Ketut Suamba yang membantu mengusahakan awig-awig subak Gianyar saya sampaikan banyak-banyak terima kasih. Akhirnya saya menyampaikan terima kasih kepada saudara I Nyoman Ramawijaya yang berjasa memberikan salinan awig-

awig Subak Caguh.

DAFTAR PUSTAKA

Sugriwa, I.G.B. 1956. Babad Pasek. Penerbit Balimas, Denpasar.

Anonim, ___. Awig-awig (Peraturan-peraturan dan Larangan Subak, Salinan Pertama, 9 Agustus 1955, oleh Sedahan Agung Gianyar.

Anonim. 1822. Awig-awig Subak Caguh. Alih Aksara oleh Jero Mangku Pemahyun, 2010. Kawitan leluhur Ki Gusti Gde Branjingan (Lontar Asli disimpan oleh Merajan Gde I Nyoman Rama Wijaya di Kesiut Kawan, Kerambitan Tabanan.

Anonim. 1998. Ketersediaan dan Kebutuhan Air di Daerah Bali, Bappeda TK I Bali dan Universitas Udayana.

Anonim. 1872. Awig-awig Subak Lanyahan, Kerobokan, Kropak, No. 1392 Gedong Kertya, Singaraja.