ayu tri rosana
TRANSCRIPT
Tugas : Kesehatan MasyarakatDosen : Arisal Hadi, SKM
Pemeliharaan kesehatan ibu
Hamil
Oleh :
KELOMPOK I
NAMA : Ayu tri rosanaNIM : BSN 10089SEMESTER : IV ( EmpaT )
AKBID BINA SEHAT NUSANTARAKABUPATEN BONE
2012/2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Alloh SWT. bahwa kami telah
menyelesaikan tugas mata kuliah kesehatan masyarakat dengan judul
pembahasan“ pemeliharaan kesehatan ibu hamil ”. Dalam penyusunan
tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan semua pihak yang ikut mendoakan dan
berpartisipas dalam penyelesaian makalah ini , sehingga kendala-kendala
yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang ikut mendoakan dan berpartisipas dalam
penyelesaian makalah ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi
sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi
penyusun sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.
Watampone, 10 Juni 2012
Penyusun;
Kelompok I
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang..................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................ 3
C. Rumusan masalah.............................................................. 4
D. Manfaat............................................................................... 4
BAB II : PEMBAHASAN
A. PERTOLONGAN PERSALINAN DI RUMAH......................................... 5
B. ASUHAN PASCA NIFAS DAN PERSALINAN................................ 14
C. RUJUKAN ...................................................................... 18
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................... 34
B. Saran .................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO jumlah kematian ibu sekitar 500.000 persalinan hidup,
sedangkan jumlah kematian perinatal sebesar 10.000 orang. Dari jumlah
kematian ibu dan perinatal tersebut, sebagian besar terjadi di Negara
berkembang karena kekurangan fasilitas, terlambatnya pertolongan
persalinan dan pendidikan masyarakat yang tergolong rendah. Pada
kenyataannya pertolongan persalinan oleh dukun bayi merupakan
pertolongan yang masih diminati oleh masyarakat (Manuaba, 2008)
Tingginya angka kematian ibu dan perinatal di Indonesia masih tertinggi di
ASEAN. Jika dibanding dengan negara-negara lain, angka kematian ibu di
Indonesia adalah 15 kali angka kematian ibu di Malaysia, kali lebih tinggi
dibandingkan di Thailand dan 5 kali lebih tinggi dibandingkan di Filiphina
(Saefudin, 2002). Di Indonesia pada tahun 2003 angka kematian ibu 307 /
100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi sebesar 35 per
1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2003). Di Jawa Tengah angka kematian ibu
pada tahun 2004 berdasarkan hasil survey kesehatan daerah sebesar
155,22 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu upaya pemerintah dalam
mempercepat penurunan AKI adalah dengan menempatkan bidan di
wilayah Indonesia khususnya di wilayah pedesaan (Depkes RI,1995).
Upaya menurunkan Angka Kematian Ibu yaitu dengan Safe Motherhood
dan Making Pregnancy Safer, yang mempunyai tujuan sama yaitu
melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan cara
mengurangi beban kesakitan, kecacatan dan kematian yang berhubungan
dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Oleh karena itu, kebijaksanaan Departemen Kesehatan adalah
mendekatkan pelayanan obstetri dan neonatal (kebidanan dan bayi baru
1
lahir) kepada setiap ibu hamil sesuai dengan pendekatan Making
Pregnancy Safer (MPS),yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci :
1. Semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
2. Semua komplikasi obstetri mendapat pelayanan rujukan yang adekuat
3. Semua perempuan dalam usia reproduksi mendapat akses
pencegahan dan penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan
dan aborsi yang tidak aman (Depkes RI, 2001).
Bidan di wilayah pedesaaan diharapkan mampu memberikan asuhan
kebidanan pada ibu dengan kehamilan normal, kehamilan dengan
komplikasi dan kehamilan resiko tinggi, serta mampu memberikan
pertolongan persalinan normal, sehingga dapat mempercepat penurunan
AKI (Depkes RI, 2002).
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Jawa Tengah pada tahun
2007 sebesar 86,60 %. Di Kabupaten Demak cakupan persalinan oleh
tenaga kesehatan pada tahun 2008 sebesar 93,89 %. Di Puskesmas
Mranggen II pada tahun 2008 cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan sebesar 94,70 %. Di Desa Tegalarum pada tahun
2008 cakupan pertolongan
Persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 91,50 %. (PWS KIA 2008).
Tingginya cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di
Jawa Tengah, berdasarkan survey tahun 2003 lebih dari 50 % masih
melahirkan di rumah (Julian, S.F., 2003). Di Demak khususnya di
Puskemas Mranggen II dari 9 desa yang ada di wilayah tersebut, desa
Tegalarum menduduki peringkat ke-3 setelah desa Candisari dan desa
Tamansari yang masih tinggi persalinan di rumah. Pada tahun 2008
prosentase persalinan di rumah di desa Tegalarum mencapai 70,1% atau
dari 97 ibu bersalin hanya 29 orang yang bersalin di rumah bidan.
2
Masih tingginya cakupan ibu bersalin di rumah menurut Nolan (2004)
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang pertama adalah tingkat
pengetahuan meliputi pengertian persalinan di rumah. Kedua social
budaya, hal ini yang menonjol dipengaruhi oleh ibunya sendiri dan tempat
dimana sang ibu melahirkan anak-anaknya. Jika ibunya melahirkan di
rumah dan menikmatinya, si wanita mungkin beranggapan bahwa ia juga
akan bahagia dengan hal yang sama. Ketiga tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam menentukan tempat
persalinan. Keempat tingkat ekonomi, banyak pasangan suami istri yang
beranggapan bahwa bersalin di rumah lebih hemat dibanding bersalin di
RS atau rumah bersalin. Kelima keamanan, bahwa melahirkan di rumah
jauh lebih aman dibanding di RS atau rumah bersalin karena mereka
beranggapan bayinya tidak mungkin tertukar dan tidak terkena infeksi
nosokomial. Yang terakhir adalah jarak dengan tempat pelayan
kesehatan.
Dari uraian diatas maka penulis ingin melakukan penelitian tentang
hubungan tingkat pendidikan, pengetahuan, pendapatan dan jarak ke
tempat pelayanan dengan ibu dalam memilih bersalin dirumah dirumah di
desa Tegalarum Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.
B. Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu memahami bagaimana cara menolong
persalinan di rumah
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan apa sajakah yang di
berikan pada masa nifas
3. Agar mahasiswa mampu mengerti bagaimanakah itu rujukan
3
C. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah pertolongan persalinan di rumah ?
2. Asuhah apa sajakah yang di berikan pada pasca nifas dan persalina ?
3. Rujukan yang bagaimana jika menolong persalinan maupun yang ada
masalah !
D. Manfaat
1. Untuk mendapatkan wawasan yang lebih luas lagi terutama dalam
makalah ini
2. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan yang diberikan pasca
persalinan dan nifas
3. Mahasiswa mampu memahami isi makalah ini mengenai pertolongan
persalinan di rumah dan rujukan apa yang di berikan jika perlu di rujuk
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pertolongan persalinan di rumah
1) Persalinan di Rumah
Persalinan adalah periode sejak dimulainya kontraksi uterus yang
reguler hingga pengeluaran plasenta. (Cunningham, 2005)
Proses persalinan dipengaruhi oleh bekerjanya tiga faktor yang
berperan yaitu; tenaga yang mendorong anak keluar (power), jalan
lahir (passage), dan janin (passenger). Apabila ketiga faktor ini dalam
keadaan baik, sehat, dan seimbang, maka proses persalinan akan
berlangsung secara normal. Namun, apabila salah satu dari ketiga
faktor tersebut mengalami kelainan, maka persalinan tidak dapat
berjalan secara normal. (Cunningham, 2005)
Tidak semua persalinan berjalan normal atau fisiologis. Semua ibu
hamil dianggap berisiko mengalami komplikasi pada persalinan.
Persiapan persalinan sebaiknya dilakukan untuk mengantisipasi
kesulitan yang mungkin terjadi. Persiapan persalinan meliputi;
tempat, penolong, transportasi, biaya, donor darah, dan pendamping
persalinan (Harper, 2005).
Pertimbangan mengenai tempat persalinan merupakan hal yang
penting. Evidence terbaik mengatakan ketika seorang wanita akan
membuat keputusan penting untuk persalinannya, wanita harus
mendapat informasi dari penelitian terbaik tentang efektivitas dan
manfaat dari pilihan tempat persalinan. (childbirthconnection.org).
2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Persalinan di
Rumah
Melahirkan di rumah sendiri ternyata jauh lebih aman, hemat, dan
bermanfaat. Dengan menjalani persalinan di rumah kemungkinan
tertukarnya bayi bisa dihindari. Memang, tidak semua rumah sakit
5
bisa memberi jaminan tak mungkin ada kasus bayi tertukar. Ini
sangat tergantung dari kondisi dan tingkat akurasi pengindetifikasian
bayi di masing-masing rumah sakit. Apalagi selain tidak rapinya
pengidentifikasian, kesibukan para tenaga medis yang terbatas
terkadang masih memungkinkan adanya bayi tertukar tanpa
sepengetahuan ibunya. Belum lagi kalau sistem pengamanan rumah
sakit kurang jeli, tak mustahil bisa terjadi penculikan bayi.
Faktor lain adalah kenyataan tak terbantah bahwa rumah sakit adalah
sumber penyakit, sehingga besar kemungkinan sang bayi terjangkiti
infeksi nosokomial. Selain itu ada faktor psikologis yang seringkali
dirasakan oleh ibu bersalin di rumah sakit. Yakni adanya unsur
“diskriminasi” perlakuan rumah sakit meski ini juga konsekuensi
pilihannya. Semisal, sejak awal masuk rumah sakit, ibu dan bayi telah
dibeda-bedakan menurut kelas-kelas perawatannya kelak. Apalagi
sebagai konsekuensi logis dari lembaga jasa pelayanan bagi orang
banyak, secara tak langsung perlakuan pihak rumah sakit bisa
dikatakan kurang personal atau tidak “ramah”, lantaran kebanyakan
ibu dan bayi diperlakukan sekedar sebagai “nomor kamar” saja.
Faktor terakhir yang tak kalah pentingnya adalah kecenderungan
beberapa dokter di rumah sakit bersalin mempatologiskan suatu
tindakan persalinan meskipun sebenarnya bisa dilakukan secara
fisiologis (normal). Alasannya? Lantaran terbatasnya waktu
sedangkan jumlah pasien yang harus dilayani masih banyak. Ini
tercermin dari pemakaian infus oxitocin dan suntikan prostagladin
untuk mempercepat pembukaan jalan lahir, atau kerap kali sang
calon ibu di-vacum atau di-forcep, bahkan seringkali memilih tindakan
cesar untuk mempercepat proses kelahiran (echalucu, 2007).
6
3) Manfaat Persalinan di Rumah
Persalinan di rumah adalah persalinan yang dilakukan di rumah ibu
bersalin. Persalinan di rumah, cara persalinan zaman dahulu yang
dipilih kembali di zaman dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi yang pesat ini. (Stewart, 2005). Setiap pasangan
memiliki alasan masing-masing dalam memilih tempat persalinan.
Namun, bagi pasangan yang pernah bersalin di rumah, persalinan
berikutnya direncanakan di rumah kembali. Hal ini mungkin
disebabkan oleh banyaknya manfaat yang dirasakan oleh ibu dan
pasangan.
Berikut ini adalah manfaat persalinan di rumah :
a. Asuhan yang berkesinambungan (Continuity of care)
Ketika persalinan ibu dilakukan di rumah, bidan selalu berada
mendampingi ibu selama proses persalinan. Tidak ada
perubahan pemberi asuhan pada setiap pergantian shift yang
mungkin mengetahui atau tidak mengetahui apa keputusan ibu
dalam melahirkan. (Johnson, 2005)
Ibu mendapat asuhan yang berkesinambungan secara eksklusif
dari bidan dalam pemantauan keadaan bayi dan ibu selama
proses persalinan dan periode postpartum.
Keadaan ini sangat menguntungkan karena bidan dapat
mengenal ibu dengan baik dan sebaliknya ibu juga mengenal
bidannya. Sehingga terbentuk hubungan saling percaya. (Falcao,
2005)
a. Nyaman
Di rumah, ibu dikelilingi oleh orang-orang yang ibu sayangi.
Ibu bersalin di lingkungan yang familiar dan menjaga privasi,
serta mengenakan pakaian yang paling nyaman bagi ibu.
7
(Kitzinger, 2003) Sehingga ibu mendapat relaksasi yang
mendalam.
Ketika tubuh berada dalam keadaan relaks, sekresi
cathecolamine ditekan dan β-endorphine disekresi oleh
kelenjar pituitari. Hormon ini bekerja sebagai natural pain-
killer yang bisa menimbulkan perasaan senang, dan
meningkatkan kesadaran akan tempat dan waktu.
Sedangkan adrenaline dan nor-adrenaline yang dikenal juga
sebagai cathecolamine disekresi tubuh sebagai respon
terhadap stres, lapar, takut, dan dingin. Cathecolamine dapat
menghambat pengeluaran hormon oksitosin, yang
mengakibatkan persalinan berjalan lambat atau berhenti.
(Edwins, 2008)
b. Terbebas dari intervensi
Persalinan dapat berjalan secara normal, tanpa campur
tangan dan intervensi yang tidak perlu.
Persalinan merupakan proses tubuh secara natural yang
bekerja secara optimal ketika tidak ada intervensi. Bersama
bidan mendampingi persalinan di rumah ibu sendiri dengan
tingkat intervensi paling rendah, seperti tidak didampingi oleh
seorang birth attendant. Ketika ibu di rumah, tidak ada risiko
mendapat intervensi berbahaya, seperti pitogin dan epidural.
(Sears,2000) sebagian besar masalah yang timbul pada
persalinan di rumah dapat dikoreksi dengan memberikan ibu
ekstra cairan atau makanan atau mengganti posisi. (Falcao,
2005)
c. Pilihan ibu tidak terbatas
Ibu mendapat kebebasan dalam memilih posisi dan waktu
pemeriksaan. Ibu memiliki otoritas untuk memilih siapa yang
8
boleh menghadiri persalinannya. Birth ball dan herbal-pain
relief tersedia jika ibu menginginkan. (Wagner, 2003).
Ibu dapat mengendalikan semua hal yang berdampak
terhadap persalinannya. Karena berada di rumahnya sendiri,
ibu merasa memiliki kendali terhadap tubuhnya. Ibu
mendapatkan apa yang dibutuhkan olehnya. Tidak ada satu
pun intervensi dilakukan tanpa persetujuan ibu. (Kitzinger,
2003)
d. Meningkatkan bonding attachment
Sejak awal kehidupannya, bayi sudah didekatkan dengan
orangtua, kerabat, dan saudaranya. Menyusui dapat
difasilitasi karena bayi selalu bersama ibu. Ayah selalu
bersama karena tidak dijauhkan atau diberi status sebagai
orang asing. Ibu dapat memulai hari-hari sebagai sebuah
keluarga sejak hari ini. (Falcao, 2005)
e. Aman
Rumah merupakan tempat pelayanan persalinan yang paling
privasi dan dibawah asuhan seorang bidan, persalinan di
rumah yang terencana lebih aman daripada bersalin di rumah
sakit untuk sejumlah alasan pertama persalina alami lebih
aman dari pada persalinan secara medis karena ibu merasa
lebih tenang, merasa lebih sentosa mengakibatkan terjadinya
sekresi hormon yang menginisiasi dan mengatur persalinan
normal dan fisiologis ( Wagner, 2003 )
Kedua, ibu sudah pernah terpapar dengan kuman-kuman
yang sudah biasa berada di lingkungan rumah sehingga ibu
sudah memiliki antibodi melawan kuman-kuman ini dan
sudah memberikan antibodi ini kepada bayi selama berada di
dalam rahim. (Horn, 2003).
9
Ketiga, ketiadaan rutinitas intervensi seperti pemasangan
infus, pemantauan janin dan ibu, medikasi untuk mengurangi
nyeri, augmentasi atau induksi persalinan pada persalinan di
rumah memiliki arti komplikasi sering dapat dihindari. Fakta
memperlihatkan bahwa teknologi mengakibatkan ibu lebih
sering dilakukan praktik invasif. (Wagner, 2003)
Keempat, penggunaan berlebih intervensi obstetri yang
berbahaya seperti induksi dan sectio saesarea hampir di
sebagian besar rumah sakit dapat dihindari. (Wagner, 2003)
Selain itu, karena ibu dan bayi selalu bersama sepanjang
waktu sehingga imunitas bayi yang belum matur dapat
berfungsi secara optimal. Interaksi ibu-bayi yang konstan ini
membantu keberhasilan inisiasi menyusu dini, yang
merupakan proteksi terbaik melawan infeksi. (Horn, 2003)
4) Persyaratan Persalinan di Rumah
Yang perlu dilakukan pertama kali adalah mengkonfirmasikan bahwa
kehamilan tersebut sifatnya fisiologis atau normal. Artinya tidak
terdapat kelainan 3 P, yakni power atau kekuatan dari si calon ibu;
passage atau jalan lahir; dan passanger yakni kondisi janin yang
akan melaluinya. Kalau ketiga faktor tersebut dalam keadaan baik,
bisa disimpulkan bahwa persalinan tersebut adalah fisiologis atau
akan berlangsung normal.
Syarat kedua adalah tersedianya tenaga penolong persalinan yang
andal. Sebenarnya tidak harus seorang dokter ahli kebidanan dan
kandungan, namun cukup seorang dokter umum yang terampil dalam
bidang tersebut. Bahkan bidan yang berpengalaman pun akan bisa
melakukannya. Memilih tenaga berkualifikasi seperti itu sebenarnya
tidak terlalu sulit. Dalam waktu yang tidak terlalu lama kita akan bisa
memperoleh informasi tentang dokter atau bidan mana yang andal
10
sebagai penolong persalinan dan bersedia dimintai pertolongan
sewaktu-waktu. Meskipun berprofesi sebagai penolong persalinan,
mereka harus mengenal dengan baik siapa yang akan ditolong. Oleh
karena itu kontrolkanlah kehamilan Anda secara teratur.Dokter yang
memiliki banyak pasien atau yang sangat sibuk bukanlah tipe
penolong persalinan yang ideal. Sebab seorang penolong persalinan
yang baik tidak hanya berpengalaman, berpengetahuan, dan
berketerampilan di bidangnya, sebaiknya juga seorang pribadi yang
berdedikasi tinggi dalam membimbing persalinan. Sebagai contoh,
proses pembukaan jalan lahir hingga sempurna biasanya dipimpin
seorang bidan. Selama proses ini sang calon ibu biasanya
mengalami rasa sakit mulas yang makin lama makin sering disertai
nyeri dalam waktu yang relatif agak lama. Dalam kondisi seperti ini
sang penolong persalinan harus bisa menanamkan rasa percaya diri,
rasa tenang dan aman, rasa terlindung, serta kepastian akan
keselamatan pada sang calon ibu yang ditolong.
Ketiga adalah mempersiapkan satu kamar atau ruang bersalin di
rumah. Tidak perlu harus ruangan khusus. Cukup sebuah kamar
tidur keluarga dapat dipersiapkan merangkap sebagai “kamar
bersalin”. Toh, yang akan dilahirkan adalah warga baru keluarga ini
juga. Kamar ini hendaknya bersih, tenang dengan penerangan dan
ventilasi udara yang baik dan memadai. Tersedia pula
perlengkapan lain untuk kebutuhan ibu dan bayi. Misalnya untuk
ibu, dua helai kain panjang bersih, satu gunting steril, minimal
direbus dulu dalam air mendidih selama lebih dari 15 menit.
Jangan lupa, benang kasur steril, satu buah kateter urin logam
steril untuk wanita, sebuah neerbeken atau pispot bersih dan
sebuah baskom penampung ari-ari. Sedangkan untuk bayinya
harap disediakan air hangat secukupnya untuk mandi, sebotol
11
baby-oil, baju, popok, baju hangat, sepotong kain kasa steril, dan
sebotol alkohol 70% sebanyak kurang lebih 60 cc (echalucu, 2007).
5) Kelebihan dan kekurangan persalinan di rumah
Persalinan di rumah ada kelebihan dan kekurangannya.
Kelebihannya, suasana di rumah yang akrab membuat ibu hamil
merasa didukung keluarga maupun tetangga. Kamar selalu
tersedia dan tak memerlukan pengangkutan ke rumah sakit. Di
rumah, ibu hamil terhindar dari infeksi silang yang bisa terjadi di
rumah sakit. Hal terpenting, biaya bersalin di rumah jauh lebih
murah. (echalucu, 2007).
Kekurangannya, penolong persalinan (dukun bayi, bidan atau
tenaga lain) umumnya hanya satu. Sanitasi, fasilitas, peralatan dan
persediaan air bersih mungkin kurang. Jika memerlukan rujukan,
diperlukan pengangkutan dan pertolongan pertama selama
perjalanan. Jika perjalanannya jauh atau lama, maka komplikasi
yang terjadi misalnya perdarahan atau kejang-kejang dapat lebih
parah. Di rumah, perawatan bayi prematur juga sulit.
Persalinan di rumah diharapkan berlangsung normal. Untuk
amannya persalinan di rumah, penolong perlu memperhatikan
beberapa hal berikut ini:
Tugas penolong persalinan pada waktu ibu menunjukkan
tanda-tanda mulainya persalinan ialah mengawasinya dengan
sabar, dan tak melakukan tindakan jika tidak indikasi.
Ibu yang sedang dalam persalinan perlu ditenangkan agar
kontraksi rahim teratur dan adekuat, sehingga persalinan
berjalan lancar. Jika persalinan belum selesai setelah 18 jam,
ia perlu dirujuk karena ini berarti persalinannya mengalami
kesulitan.
12
Kala pengeluaran bayi hendaknya jangan terburu-buru, karena
dapat menyebabkan robekan pada jalan lahir dan terjadinya
perdarahan pasca-persalinan sebab rahim tidak bisa
berkontraksi dengan baik. Jika persalinan tidak juga selesai 1
jam, maka ibu bersalin perlu dirujuk karena ini berarti
persalinannya macet.
Setelah bayi lahir, penolong hendaknya jangan memijat-mijat
rahim atau menarik tali pusat dengan maksud melepaskan dan
melahirkan uri, tunggulah dengan tenang. Jika setelah
setengah jam uri belum juga lepas, dapat diberikan obat untuk
memperkuat kontraksi rahim. Kalau perlu, uri dapat
dikeluarkan dengan tangan setelah 1 jam bayi lahir.
Jika terjadi perdarahan setelah uri lahir, berilah obat penguat
kontraksi rahim, karena biasanya perdarahan itu disebabkan
rahim yang berkontraksi lemah. Periksalah apakah ada
robekan jalan lahir.
Para penolong persalinan hendaknya memeriksakan kembali
ibu bersalin sebelum meninggalkan rumahnya. Periksalah
nadi, pernapasan, tekanan darah, kontraksi rahim, ada
tidaknya perdarahan dari jalan lahir, dan keadaan bayinya.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, persalinan di rumah
dapat dibenarkan bagi wanita dengan kehamilan risiko rendah
setelah penapisan melalui Pan. Namun persalinan ini perlu
didukung fasilitas yang memadai. Jika diperlukan, rujukan
dapat diberikan dengan cepat dan tepat. Di sisi lain, para
penolong persalinan di rumah juga perlu ditingkatkan
kemampuannya, dan mampu menjalin kerja sama dengan
jaringan pelayanan yang lebih tinggi (Lesti, 2005).
13
B. Asuhan Pasca Nifas dan Pasca Persalinan
Masa nifas merupakan masa pembersihan rahim. Masa nifas biasanya
berlangsung selama 40 hari setelah melahirkan. Pada masa ini, darah
akan keluar seperti pada masa haid. Darah nifas harus mengalir keluar
dengan lancar untuk menghindari infeksi rahim. Lama masa nifas bisa
berbeda-beda pada setiap ibu. Darah akan cepat berhenti apabila jumlah
yang keluar memang sedikit tetapi optimal, atau keluar sekaligus banyak
dan berhenti sebelum 40 hari. Sementara itu mungkin ada ibu yang darah
nifasnya masih keluar melewati masa 40 hari. Meskipun darah sudah
berhenti sebelum 40 hari, sebaiknya masa nifas dianggap selesai setelah
40 hari, karena perawatan masa nifas adalah masa pemulihan pasca
persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang
telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti
sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat
genetelia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu
3 bulan.
Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan
menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan post
partum dan infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau luka bekas
episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-
baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1
jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya
perdarahan post partum.
Ada empat tahapan masa nifas yang harus dilalui oleh ibu yang baru saja
melahirkan:
1. Lokia Lubra
14
Keluarnya darah berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan
sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, rambut bayi dan kotoran
bayi saat dalam kandungan. Biasanya masa ini berlangsung selama 1
minggu.
2. Lokia Sanguelenta
Keluarnya darah berwarna merah dan berlendir
3. Lokia Serosa
Keluarnya cairan berwarna kekuningan karena jaringan serosa atau
sisa-sisa pengaruh hormone
4. Lokia Alba
Cairan yang keluar berwarna putih dan bening. Ini tandanya sudah
memasuki tahap pemulihan
Masa nifas adalah masa yang penting bagi pemulihan pasca persalinan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan nifas untuk pemulihan
pasca persalinan:
1. Masa istirahat
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila
persalinan berlangsung lama, oleh karena itu ibu harus cukup
beristirahat. Jangan melakukan aktivitas yang dapat menyebabkan
perdarahan. Bila ibu melahirkan dirumah sakit, biasanya baru
diperbolehkan pulang setelah tiga atau empat hari.
2. Makanan
Makanan yang diberikan harus cukup kalori, protein, banyak cairan,
serta buah-buahan dan sayuran.
3. Mules-mules
Hal ini timbul akibat kontraksi uterus dan biasanya lebih terasa saat
menyusui. Hal ini dialami selama 2-3 hari sesudah bersalin. Perasaan
sakit ini juga timbul bila masih ada sisa selaput ketuban, plasenta atau
15
gumpalan dari di cavum uteri. Ibu dapat diberikan analgetik supaya ia
dapat beristirahat tidur.
4. Demam
Sesudah bersalin, suhu badan ibu naik ± 0,5 C dari keadaan normal,
tapi tidak melebihi 38 C. Dan sesudah 12 jam pertama suhu badan
akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 C mungkin ibu
mengalami infeksi. Silahkan konsultasikan dengan dokter Anda.
5. Mobilisasi
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila
persalinan berlangsung lama, karena si ibu harus cukup beristirahat,
dimana ia harus tidur terlentang selama 8 jama post partum untuk
memcegah perdarahan post partum. Kemudian ia boleh miring ke kiri
dan ke kanan untuk memcegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli. Pada hari kedua telah dapat duduk, hari ketiga telah
dapat jalan-jalan dan hari keempat atau kelima boleh pulang.
Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya
komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka.
6. Buang Air Kecil
Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri. Kadang-kadang
wanita sulit kencing karena pada persalinan m.sphicter vesica et
urethare mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi
musc. sphincter ani. Juga oleh karena adanya oedem kandungan
kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh
dengan wanita sulit kencing sebaiknya lakukan kateterisasi, sebab hal
ini dapat mengundang terjadinya infeksi. Bila infeksi telah terjadi
(urethritis, cystitis, pyelitis), maka pemberian antibiotika sudah pada
tempatnya.
7. Buang Air Besar
16
Buang air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari post partum. Bila ada
obstipasi dan timbul berak yang keras, dapat kita lakukan pemberian
obat pencahar (laxantia) peroral atau parenterala, atau dilakukan
klisma bila masih belum berakhir. Karena jika tidak, feses dapat
tertimbun di rektum, dan menimbulkan demam.
8. Laktasi
8. Jam sesudah persalinan si ibu disuruh mencoba menyusui bayinya
untuk merangsang timbulnya laktasi, kecuali ada kontraindikasi untuk
menyusui bayinya, misalnya: menderita thypus abdominalis,
tuberkulosis aktif, thyrotoxicosis,DM berat, psikosi atau puting susu
tertarik ke dalam, leprae. Atau kelainan pada bayinya sendiri misalnya
pada bayi sumbing (labiognato palatoschizis) sehingga ia tidak dapat
menyusu oleh karena tidak dapat menghisap, minuman harus
diberikan melalui sonde.
Pemeriksaan pasca persalinan meliputi :
a. Pemeriksaan keadaan umum: tensi, nadi, suhu badan, selera makan,
keluhan, dll
b. Keadaan payudara dan puting susu.
c. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektrum.
d. Sekret yang keluar (lochia, flour albus).
Keadaan alat-alat kandungan (cervix, uterus, adnexa).
Pemeriksaan sesudah 40 hari ini tidak merupakan pemeriksaan terakhir,
lebih-lebih bila ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan. Alangkah
baiknya bila cara ini dipakai sebagai kebiasaan untuk mengetahui apakah
wanita sesudah bersalin menderika kelainan biarpun ringan. Hal ini
banyak manfaatnya agar wanita jangan sampai menderita penyakit yang
makin lama makin berat hingga tidak dapat atau susah diobati.
Nasihat/penkes untuk ibu post natal:
17
a. Fisioterapi pastnatal adalah baik diberikan
b. Susukanlah bayi anda
c. Kerjakan senam hamil
d. Ber-KB untuk menjarangkan anak dan untuk kesehatan ibu, bayi dan
keluarganya.
e. Bawalah bayi untuk imunisasi.
C. Rujukan
1. Pengertian Sistem Rujukan
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan
fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya
penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik atas masalah yang
timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang sederajat)
maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih
rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau,
rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.
Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh
bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi
atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu
menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga
layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan
kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun
vertical.
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan /
fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu
menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian
besar ibu akan mengalami persalinan normal namun 10 sampai 15 %
diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan
kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk kefasilitas kesehatan rujukan.
18
Sangat sulit untuk menduga kapan penyakit akan terjadi sehingga
kesiapan untuk merujuk ibu dan atau bayinya kefasilitas kesehatan
rujukan secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi) menjadi
saran bagi keberhasilan upaya penyelamatan, setiap penolong
persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang mampu
untuk menatalaksana kasus gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir
seperti :
Pembedahan termasuk bedah sesar
Transfuse darah
Persalinan menggunakan ekstraksi fakum / cunam
Pemberian anti biotik intravena
Resusitasi BBL dan asuhan lanjutan BBL
Informasi tentang pelayanan yang tersedia ditempat rujukan,
ketersediaan pelayanan, biaya pelayanan dan waktu serta jarak
tempuh ketempat rujukan adalah wajib untuk diketahui oleh setiap
penolong persalinan jika terjadi penyulit, rujukan akan melalui alur
yang singkat dan jelas.
Jika ibu bersalin / BBL dirujuk ketempat yang tidak sesuai maka
mereka akan kehilangan waktu yang sangat berharga untuk
menangani penyakit untuk komplikasi yang dapat mengancam
keselamatan jiwa mereka pada saat ibu melakukan kunjungan
antenatal,jelaskan bahwa penolong akan selalu berupaya dan
meminta bekerja sama yang baik dari suami / keluaga ibu untuk
mendapatkan layanan terbaik dan bermanfaat bagi kesehatan ibu dan
bayinya,termasuk kemungkinan perlunya upaya rujukan pada waktu
penyulit,seringkali tidak cukup waktu untuk membuat rencana rujukan
dan ketidaksiapan ini dapat membahayakan keselamatan jiwa ibu dan
bayinya.
19
Anjurkan ibu untuk membahas dan membuat rencana rujukan
bersama suami dan keluarganya. Tawarkan agar penolong
mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan suami dan
keluarganya untuk menjelaskan tentang perlunya rencana rujukan
apabila diperlukan.
2. Tata laksana rujukan:
a) Internal antar-petugas di satu rumah
b) Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
c) Antara masyarakat dan puskesmas
d) Antara satu puskesmas dan puskesmas lainnya
e) Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya
f) Internal antar-bagian/unit pelayanan di dalam satu rumah sakit
g) Antar rumah sakit, laboratoruim atau fasilitas pelayanan lain dari
rumah sakit
3. Tujuan Sistem Rujukan
Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu,
cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu
(Kebidanan Komunitas). Tujuan umum rujukan untuk memberikan
petunjuk kepada petugas puskesmas tentang pelaksanaan rujukan
medis dalam rangka menurunkan IMR dan AMR.
Tujuan khusus sistem rujukan adalah:
a. Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam
rangka menangani rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat darurat
yang terkait dengan kematian ibu maternal dan bayi.
b. Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di
wilayah kerja puskesmas.
4. Kegiatan Dan Pembagian Dalam Sistem Rujukan
20
Rujukan dalam pelayanan kebidanan merupakan kegiatan pengiriman
orang sakit dari unit kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih
lengkap berupa rujukan kasus patologis pada kehamilan, persalinan
dan nifas masuk didalamnya, pengiriman kasus masalah reproduksi
lainnya seperti kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan
penanganan spesialis. Termasuk juga didalamnya pengiriman bahan
laboratorium.
Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai,
kembalikan dan kirimkan ke unit semula, jika perlu disertai dengan
keterangan yang lengkap (surat balasan).
Rujukan informasi medis membahas secara lengkap data-data medis
penderita yang dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang
mengirim. Kemudian Bidan menjalin kerja sama dalam sistem
pelaporan data-data parameter pelayanan kebidanan, terutama
mengenai kematian maternal dan pranatal. Hal ini sangat berguna
untuk memperoleh angka-angka secara regional dan nasional
pemantauan perkembangan maupun penelitian.
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari:
rujukan internal dan rujukan eksternal.
a) Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit
pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring
puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk.
b) Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit
dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari
puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal
(dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan
medik dan rujukan kesehatan.
c) Rujukan Medik
21
adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya,
merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung
koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum
daerah.
d) Rujukan Kesehatan .
adalah hubungan dalam pengiriman dan pemeriksaan bahan ke
fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan ini umumnya
berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan
(promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien
dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi
puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke
klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).
5. Jenis rujukan medik:
a) Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluan
diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain.
b) Transfer of specimen. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
c) Transfer of knowledge/personel. Pengiriman tenaga yang lebih
kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan
setempat. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk
memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah,
konsultasi penderita, diskusi kasus dan demonstrasi operasi
(transfer of knowledge). Pengiriman petugas pelayanan kesehatan
daerah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mereka
ke rumah sakit yang lebih lengkap atau rumah sakit pendidikan,
juga dengan mengundang tenaga medis dalam kegiatan ilmiah
yang diselenggarakan tingkat provinsi atau institusi pendidikan
(transfer of personel).
22
6. Alur Sistem Rujukan
Alur rujukan kasus kegawat daruratan:
a) Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke:
1) Puskesmas pembantu
2) Pondok bersalin atau bidan di desa
3) Puskesmas rawat inap
4) Rumah sakit swasta / RS pemerintah
b) Dari Posyandu
Dapat langsung merujuk ke:
1) Puskesmas pembantu
2) Pondok bersalin atau bidan di desa
7. Langkah-Langkah Rujukan Dalam Pelayanan Kebidanan
a) Menentukan kegawatdaruratan penderita
Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan
penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau
kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu
dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan
puskesmas. Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas
pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan
tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus
menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan
kasus mana yang harus dirujuk.
b) Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas
pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk
23
fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan
dan kemampuan penderita.
c) Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika perlu
dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan,
perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah
dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan. Jika ibu tidak siap
dengan rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya
tentang rencana tersebut. Bantu mereka membuat rencana rujukan
pada saat awal persalinan.
d) Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka
persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong
penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
e) Persiapan penderita (BAKSOKU)
B (Bidan) :
Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh
penolong persalinan yang kompeten untuk menatalaksana
gawat darurat obstetri dan BBL untuk dibawa kefasilitas
rujukan.
A (Alat) :
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan
persalinan, masa nifas dan BBL (tabung suntik, selang iv, alat
resusitasi, dll) bersama ibu ketempat rujukan. Perlengkapan
dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu
melahirkan dalam perjalanan menuju ke fasilitas rujukan.
24
K (Keluarga) :
Beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan
bayi dan mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada
mereka alas an dan tujuan merujuk ibu kefasilitas rujukan
tersebut. Suami / anggota keluarga yang lain harus menemani
ibu dan BBL hingga kefasilitas rujukan.
S (Surat) :
Berikan surat ketempat rujukan. Surat ini harus memberikan
identifikasi mengenai ibu dan BBL, cantumkan alasan rujukan
dan uraikan hasil penyakit, asuhan / obat-obatan yang
diterima ibu dan BBL. Sertakan juga partograf yang dipakai
untuk membuat keputusan klinik
O (Obat) :
Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu
kefasilitas rujukan. Obat-obatan tersebut mungkin diperlukan
selama diperjalanan.
K (Kendaraan) :
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk
ibu dalam kondisi cukup nyaman. Selain itu, pastikan kondisi
kendaraan cukup baik untuk mencapai tujuan pada waktu
yang tepat.
U (Uang) :
Ingatkan keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang
cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-
bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan bayi
baru lahir tinggal difasilitas rujukan.
f) Pengiriman Penderita
g) Tindak lanjut penderita :
25
1) Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca
penanganan)
2) Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor
harus ada tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan
rumah
8. Rujukan Terhadap Kelainan Ginekologi
a) Asuhan yang diberikan oleh Bidan
1) Anamnesa
Pada anamnesa hal-hal yang perlu ditanyakan :
Riwayat Kesehatan
Ini berhubungan dengan kebudayaan, ras, dan umur, ini
berguna untuk membantu perawat mengkaji kelompok
resiko terjadinya penyakit-penyakit gangguan sistem
reproduksi.
Kebudayaan kepercayaan/agama sangat mempengaruhi
perilaku seseorang dalam hal seksualitas, jumlah
pasangan. Penggunaan kontrasepsi dan prosedur
spesifik terhadap mengakhiri kehamilan.
Riwayat Kesehatan Individu dan Keluarga
Kebiasaan sehat pasien seperti: diet, tidur dan latihan
penting untuk dikaji. Pentingnya juga ditentukan apakah
pasien peminum alcohol, perokok dan menggunakan
obat-obat.
Status Sosial Ekonomi
Yang perlu dikaji : tempat lahir, lingkungan, posisi dalam
keluar, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, situasi
financial, sumber stress, agama, aktivitas-aktifitas yang
26
menyenangkan akan mempengaruhi kesehatan
reproduksi.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi keluhan utama, misalnya : nyeri, perdarahan,
pengeluaran cairan / sekret melalui vagina, ada massa
keluhan
Fungsi roproduksi
Nyeri yang berhubungan dengan gangguan sistem
reproduksi hampir sama dengan nyeri pada gangguan
system gastrointestinal dan perkemihan pasien harus
menguraikan tentang : nyeri, intensitas kapan dan
dimana kesediannya, durasi dan menyebabkan nyeri
bertambah dan berkurang, hubungan nyeri dan
menstruasi, seksual fungsi urinarius dan gastrointestinal.
Perdarahan perlu dikaji ke dalam perdarahan abnormal
seperti : perdarahan pada saat kehamilan, dan setelah
menopause, karakteristik perdarahan abnormal harus
dikaji mencakup : terjadinya durasi, interval, dan faktor-
faktor pencetus perdarahan. Kapan kejadiannya : pada
siklus menstrurasi atau menopause, setelah
berhubungan seksual, trauma atau setelah aktifitas juga
dikaji jumlah darah, warna konsistensi dan perubahan-
perubahan yang terjadi. Pengeluaran cairan melalui
vagina dapat menyebabkan infeksi berair di sekitarnya
jaringan, gatal, nyeri, selanjutnya timbul rasa malu dan
cemas. Perawat harus menanyakan tentang tentang
jumlah, warna, konsiskensi, bau dan pengeluaran terus-
menerus. Gejalanya seperti luka, perdarahan, gatal, dan
nyeri pada genital.
27
2) Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan ini mencakup:
Pemeriksaan fisik umum yaitu : tinggi badan, berat
badan, bentuk / postur tubuh, sistem pernapasan,
kardiovaskaler tingkat kesadaran
Pemeriksaan spesifik yaitu:
Pemeriksaan payudara
Pemeriksaan inspeksi payudara dilakukan pada
pasien dengan posisi duduk.
Hal yang diperiksa : ukuran, simetris, apakah ada
pembengkakan, masa retraksi, jaringan perut / bekas
luka, kondisi puting susu.
Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya
masa abdominopelvic. Massa yang dapat ditemukan
pada organ reproduksi, sehingga perlu
dikombinasikan riwayat kesehatan
Pemeriksaan genetalia eksternal
Bertujuan mengkaji kesesuaian umur dengan
perkembangan system reproduksi. Posisi pasien saat
pemeriksaan genetalia eksternal adalah litotomi.
Kaji kondisi rambut pada simpisis pubis dan vulva,
kulit dan mukosa vulva dari anterior ke posterior hal
yang dikaji mencakup adanya tanda-tanda
peradangan, bengkak, lesi dan pengeluaran cairan
dari vagina.
Pemeriksaan pelvic
28
Pemeriksaan dalam pada vagina dan serviks,
pertama kali dilakukan secara manual dengan jari
telunjuk, untuk menentukan lokasi seviks. Lakukan
inspeksi serviks, erosi, nodul, massa, cairan
pervaginam dan perdarahan, juga lesi atau luka.
9. Asuhan yang dilakukan di Puskesmas
a) Pemeriksaan Laboratorium
Tes papanicolaou’s atau pap smear
Merupakan pemeriksaan sitologi untuk deteksi adanya sel
prekanker dan kanker juga untuk mendeteksi adanya
gangguan virus, jamur dan parasit. Pemeriksaan sel dinding
vagina juga untuk mengevaluasi fungsi hormon-hormon
steroid.
10.Asuhan yang dilakukan di Rumah sakit
a) Pemeriksaan laboratorium di RS
1) Pemeriksaan darah
Pituitary Endotropin
Pemeriksaan ini untuk menentukan tingkat kuantitatif follicle
stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone (LH) dan
prolaktin kadar serum diperiksa mempergunakan metode
radioimmuniassay
Hormon Steroid
Pemeriksaan radioimmuniassay untuk mendeteksi kadar
estrogen, progesterone dan testosterone pada siklus
menstruasi atau orang dewasa laki-laki.
Tes Serologi
29
Untuk mendeteksi reaksi antigen-anti bodi terhadap respon
mikroorganisme seperti pada pasien sifillis, rubella dan
herpes simpleks
VDRL (Veneral Discase Research Laboratory)
Ini digunakan untuk mendeteksi, menentukan dan
memantau sifillis. Hasil pemeriksaan berbeda pada setiap
tahap sifillis. Pada minggu pertama setelah timbulnya
kelainan kulit hasilnya negatif dan positif sekali 1-3 minggu.
Hasil pemeriksaan VDRL dibaca dalam tingkat kualitas
Normal disebut non reactive
Titer 1 : 8 indikasi adanya sifillis
Titer diatas 1 : 32 indikasi sifillis stage ill
etreponomo pallidum Immobilization (TPI) dan
Fluoroscent Troponemal Antibody Absorption Test
(FTA).
Pemeriksaan ini dilakukan khusus deteksi adanya :
Treponema pollidron, tetapi pemeriksaan ini lebih mahal
dan lama dibandingkan dengan pemeriksaan VDAL.
Hasilnya dibaca positif dan negative, hasil yang (+)
mungkin ditemukan lama setelah terapi.
2) Pemeriksaan Urinalis untuk hormone steroid
Pemeriksaan urine 24 jam dapat di pergunakan untuk
menentukan kadar esterogen total dan pregnonodial
3) Pemeriksaan Mikroskopi
Wet Prep (Wet Smears) : Sekresi vagina dapat diambil pada
awal pemeriksaan
b) Tindakan Operatif
1) Persiapan (Pre-Operatif)
30
Tindakan operasi pada sistem reproduksi wanita ada 2 jenis
yaitu operasi minor dan mayor. Operasi minor bertujuan
utamanya adalah untuk diagnostik sedangkan operasi mayor
adalah pengangkatan satu atau lebih organ reproduksi.
Operasi minor mencakup : dilatasi dan kuret, biopsi serviks,
konisasi serviks.
Operasi mayor mencakup : oocpharectomy (pengangkutan
ovarium), salpectomy (pengangkutan tuba palofi), histerektomi
(pengangkutan usus), histerektomi radikal (pengangkutan
uterus, vagina dan parametrium) serta eksentrasi pelvic
(pengangkatan pelvic dalam mencakup kandung kemih,
rektosigmoid dan semua organ reproduksi).
Persiapan preoperative mencakup persiapan psikologis,
pengangkatan organ reproduksi mempunyai dampak emosional
yang sangat penting pada wanita. Peran perawat dan bidan
adalah membantu wanita untuk eksplorasi perasaannya dan
penjelasan tentang tujuan operasi, prosedur dan dampaknya
sehingga membantu proses pemulihan. Persiapan fisiologis,
untuk mencegah terjadinya infeksi perlu dilakukan pembersihan
pada traktus urinarius dan kolon. Hal-hal yang perlu
dipersiapkan:
Pemberian antibiotic untuk mencegah dan mengobati infeksi
Pembersihan kolon mencakup : pemberian laxative, enema
dan diet cair selama 24 jam.
Beri obat-obatan pervagina jika resiko tinggi infeksi
Untuk individu yang resiko thromboplebitis (varises,
obesitas dan diabetes mellitus) anjurkan mempergunakan
31
stocking penunjang, heparin dosis rendah, hentikan oral
konstrasepsi 3-4 minggu sebelum operasi.
2) Pemantauan Post Operasi mencakup hal-hal sebagai berikut :
a) Monitor
Keseimbangan cairan elektrolit
Bunyi paru dan respirasi
Distensi abdomen
Nyeri tungkai bawah
Pembalut luka
Tanda-tanda infeksi
b) Anjurkan latihan nafas setiap 2-4 jam sampai pasien aktif.
c) Beri obat-obat untuk nyeri secara teratur selama 3 hari post
operasi, selanjutnya sesuai kebutuhan.
d) Untuk nyeri karena abdomen gembung (gas) beri kompres
panas pada abdomen, anjurkan ambulasi
e) Cegah tromboplebilitis
f) Beri support mental terus-menerus
g) Anjurkan pasien sebagai berikut :
Hindari kerja berat yang menyebabkan kongesti
pembuluh darah pelvic seperti: angkat barang, jalan
cepat, loncat, jogging, selama 6-8 minggu post
operasi.
Latihan aktifitas seksual post operasi
Resume hubungan seksual selama 4-6 minggu
Lapor dokter segera jika terdapat tanda-tanda
tromboemboli
Batasi aktifitas sehari-hari
Kembali ke RS untuk evaluasi terhadap pengobatan.
32
33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan di Rumah
Persalinan di rumah memiliki manfaat antara lain ibu merasa lebih
nyaman, mendapat asuhan yang berkesinambungan (continuity of
care), terbebas dari intervensi, mendapat pilihan yang tidak terbatas,
meningkatkan bonding-attachment, dan lebih aman daripada persalinan
di rumah sakit bagi ibu tanpa riwayat komplikasi selama persalinan lalu
dan kehamilan sekarang.
Perawatan masa nifas
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang
telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti
sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat
genetelia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam
waktu 3 bulan.
.Rujukan
Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh
bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau
sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu
menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan
yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan
atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun vertical.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
mengenai pemeliharaan kesehatan ibu hamil
34
35
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Adriaansz G.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Mandriwati GA, Ester M. Penuntun belajar asuhan kebidanan ibu hamil. Jakarta : EGC 2007.
Martaadisoebrata D, Sastrawinata RS, Saifuddin AB. Bunga rampai obstetri dan ginekologi sosial.
Depkes RI. Buku kesehatan ibu dan anak, Jakarta.1997.
Masdanang. Tanda bahaya kehamilan http:// www.masdanang.co.cc
Rachmat. 2007. Komplikasi Kehamilan Risiko Tinggi (High Risk). http://www.info-wikipedia.com.id diakses pada tangal 4 Maret 2010
Rochjati. 2003. Skrining Antenatal Care Dan Komplikasi Kehamilan. Surabaya : Unair Press
Suririnah. 2008. Tanda Bahaya Pada Kehamilan Trimester I. http://www.kes-pro.com.id diakses tanggal 15 Maret 2010
Tiran. 2007. Kehamilan Dan Permasalahannya. Jakarta : EGC
Safrudin, SKM, M.Kes & Hamidah, S.Pd, M.Kes. ____. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
www.google.com
www.wordprewss.com
36