azmia khaerun nisa qurotul uyun - psikologi uii · antara lain mempercantik diri dan menutup...
TRANSCRIPT
1
HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU MAKAN
TIDAK SEHAT PADA REMAJA PUTRI
Oleh:
AZMIA KHAERUN NISA
QUROTUL UYUN
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2007
2
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU MAKAN TIDAK SEHAT
PADA REMAJA PUTRI
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing Utama
(Qurotul Uyun, S.Psi., M.Si., Psikolog)
3
HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU MAKAN TIDAK SEHAT
PADA REMAJA PUTRI
Azmia Khaerun Nisa
Qurotul Uyun
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik hubungan antara harga diri dengan perilaku makan tidak sehat pada remaja putri. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara harga diri dengan perilaku makan tidak sehat pada remaja putri. Semakin tinggi harga diri maka semakin rendah perilaku makan tidak sehat, dan sebaliknya, semakin rendah harga diri maka semakin tinggi perilaku makan tidak sehat. Subjek dalam penelitian ini adalah siswi SMU Kolombo, remaja putri, berusia 15-18 tahun, kelas X dan XI. Subjek penelitian berjumlah 50 orang. Skala perilaku makan tidak sehat yang digunakan untuk penelitian ini adalah modifikasi skala perilaku makan tidak sehat dari Hartantri (1996) dan skala harga diri yang digunakan adalah Modifikasi SEI (Self Esteem Inventory) Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 11,5 for windows. Analisis data yang dilakukan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson, hasil analisis menunjukkan korelasi sebesar r = - 0.322 dengan p = 0.011 (1-tailed), sehingga skor p < 0.05. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara harga diri dan perilaku makan tidak sehat. Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata Kunci: Harga Diri, Perilaku Makan Tidak Sehat.
4
Pengantar
Pada tahun-tahun terakhir ini perihal masalah perilaku makan semakin
meningkat, karena didukung peningkatan kesadaran masyarakat akan bahaya
kegemukan (Hartantri, 1996), diperkuat pula oleh Trend mode yang mengagungkan
tubuh langsing khususnya pada wanita dan stereotip terhadap kegemukan dan
kekurusan. Pumariega bahkan menegaskan bahwa identitas budaya tubuh langsing ini
paling banyak diinternalisasi remaja (hartantri 1996). Kerampingan tubuh ini
diasosiasikan sebagai trait kepribadian yang disukai dalam pikiran masyarakat,
sementara kegemukan dipandang memilki stereotip negatif. Stereotip tubuh langsing
ini tampak juga di Indonesia, mengutip pendapat sumardjono yang menyatakan
bahwa saat ini kegemukan sudah tidak trendi lagi (Aura, 2001). Berbagai hal ini
mengakibatkan sebagian masyarakat berlomba-lomba mencari upaya bagaimana
menurunkan berat badan dengan cepat dan mudah, upaya ini di negara-negara maju
tidak terbatas pada orang dewasa saja, tetapi juga dialami remaja bahkan mulai
terlihat pada para remaja awal.
Remaja menjadi salah satu pusat perhatian mengingat remaja banyak
mengalami perubahan fisik, kognitif, emosi, maupun sosial. Remaja merupakan
maasa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami
remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan mental remaja
(Grabber, Brooks_Gunn, Poikof, dan Warren, 1994). Menurut Millstein dan
Nightiangle, salah satu ancaman terhadap kesehatan dan kesejahteraan remaja ini
berkaitan dengan masalah perilaku makan tidak sehat dan gangguan makan (dalam
5
Graber, dkk, 1998) seperti dalam laporan WHO bahwa remaja menghadapi
peningkatan resiko hidup sehat yang mengarah pada peningkatan mortalitas dan
morbiditas. Hal tersebut diperkuat dalam laporan kongres Amerika Serikat 1991
bahwa selama 20 tahun terakhir ini khusus pada kelompok usia remaja Amerika
Serikat mengalami peningkatan morbiditas sebesar 11%. Gangguan makan dan
perilaku makan tidak sehat seperti pembatasan makanan merupakan problem yang
dialami sebagian besar remaja, khususnya remaja putri (Graber, dkk, 1994).
Perubahan fisik menurut sarwono (1989) mempengaruhi perkembangan jiwa
remaja karena sering menimbulkan perasaan tidak puas. Salah satu contoh perubahan
fisik remaja yaitu peningkatan lemak dalam tubuh, ternyata menimbulkan
ketidakpuasan remaja pada tubuhnya (Hill, dkk, 1992c) merasa dirinya gemuk, ingin
tubuhnya lebih kurus dan ingin menurunkan berat badannya. Kemasakan fisik dan
berkembangnya ukuran tubuh dapat berpengaruh terhadap berkembangnya diet dan
perilaku makan tidak sehat (Graber, dkk, 1994)
Pengertian perilaku makan tidak sehat adalah kebiasaan mengkonsumsi
makanan yang tidak memberikan semua zat-zat gizi esensial yang dibutuhkan dalam
metabolisme tubuh (Sarintohe dan Prawitasari, 2006). Perilaku makan tidak sehat
seperti diet, binge eating, kebiasaan makan pada malam hari dapat merusak kesehatan
dan kesejahteraan psikologis individu. Perilaku makan tidak sehat berhubungan
dengan gangguan fisik dan psikis remaja. Perilaku makan tidak sehat dalam
penelitian ini didefinisikan sebagai kebiasaan makan seseorang yang dapat merugikan
dalam metabolisme tubuh (Graber, dkk, 1994). Apa yang ada di dalam pikiran
6
seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya, seperti misalnya banyak orang
yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan dan keinginan untuk
menjadi kurus dengan mengurangi makan bahkan menolak untuk makan, hal ini
dapat meningkat menjadi perilaku makan seseorang menjadi tidak sehat.
Tingginya pravelensi perilaku makan tidak sehat pada remaja, sementara efek
perilaku makan tidak sehat itu sendiri ternyata merusak kesehatan dan kesejahteraan
individu menimbulkan pertanyaan hal-hal apakah yang berperan. Dalam
perkembangannya masalah perilaku makan dan gangguan makan pada remaja.
Beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang beresiko mengembangkan perilaku
makan tidak sehat pada remaja menunjukkan, faktor internal penyebab perilaku
makan meliputi faktor status kemasakan fisik remaja, massa tubuh, usia, kepribadian,
harga diri dan citra raga. Sementara faktor eksternal meliputi pengaruh hubungan
dengan keluarga, status sosial ekonomi, dan nilai sosial masyarakat terhadap daya
tarik dan kerampingan (Attie dan Brooks_gunn, 1989)
Ketidakpuasan tubuh dan citra raga yang negatif menunjukkan harga diri
yang rendah yang menjadi salah satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang
baik (Hurlock, 1991). Penelitian Secord dan Jourard (dikutip oleh Robinson dan
Snaver, 1973) menunjukkan 43.56% dari harga diri wanita ditentukan oleh harga diri,
sedangkan pengaruh pada pria lebih rendah yaitu 33,46%. Harga diri yang rendah
seseorang dapat menurunkan kemampuannya mengembangkan diri dan membina
hubungan dengan orang lain (Helmi dan Ramdhani, 1992). Menurut Furnham, salah
satu dimensi penting dari harga diri seseorang adalah body esteem. Tingkat kepuasan
7
terhadap sosok tubuh yang tinggi diasosiasikan dengan tingkat harga diri sosial yang
tinggi pula (Furnham dan Boughton, 1995). Oleh karena itu, beberapa ahli citra tubuh
percaya bahwa ketidakpuasan terhadap sosok tubuh terutama apabila diikuti dengan
adanya perasaan benci terhadap tubuhnya merupakan suatu ekspresi dari harga diri
yang rendah dan perasaan indekuat. Tubuh merupakan bagian dari diri yang terlihat
(bagian yang konkret), sehingga bila seseorang merasa ambivalent terhadap diri
sendiri, mereka juga akan merasa ambivalent terhadap tubuhnya (Berhm, 1999)
Reaksi sosial terhadap bentuk tubuh ini menyebabkan remaja perihatin akan
pertumbuhan tubuh yang tidak sesuai dengan standar budaya yang berlaku. Adanya
kesadaran diri bahwa dirinya tidak menarik seperti yang diharapkan, mendorong
remaja mencari jalan untuk memperbaiki penampilan dirinya (Hurlock, 1991).
Berbagai upaya akan dilakukan remaja untuk memilki penampilan fisik yang ideal,
antara lain mempercantik diri dan menutup keadaan fisik yang kurang baik. Ketika
remaja memiliki keinginan untuk tampil yang lebih menarik dengan tubuh yang ideal
yaitu kurus maka remaja akan memilih untuk melakukan perilaku yang tidak sehat,
diet sembarangan seperti minum obat pencahar, tablet pangganjal perut, dll dari pada
melakukan diet yang seimbang, sehingga muncul perilaku makan yang tidak sehat.
Diet tidak seimbang untuk menurunkan barat badan yang termasuk dalam
perilaku makan tidak sehat diyakini oleh remaja dapat memperbaiki penampilannya
yaitu dengan membatasi konsumsi makanan. Pembatasan dalam jangka waktu
tertentu dapat mengurangi lemak tubuh yang diikuti menurunnya berat badan.
8
Penurunan kedua hal tersebut diharapkan dapat merubah bentuk tubuh sehingga
makin mendekati figur ideal. Mengecilnya kesenjangan antara figur ideal dengan
figur tubuh yang dimiliki dapat diartikan sebagai tanggapan yang semakin positif
terhadap penampilan diri, hal ini merupakan salah satu modal remaja agar diterima
oleh lingkungannya sehingga dapat meningkatkan harga diri remaja.
Hasil penelitian Crawford dan Worsley menunjukkan perilaku makan tidak
sehat lebih banyak dilakukan oleh wanita daripada pria (dalam Tiggemann, 1994).
Penelitian Dewberry dan Usher (1994) menunjukkan bahwa wanita yang berperilaku
makan tidak sehat ternyata memiilki harga diri yang lebih rendah dibanding mereka
yangyang perilaku makannya sehat. Sementara itu penelitian lain menunjukkan
bahwa remaja putri lebih banyak yang merasa tidak puas dengan keadaan tubuhnya
dibandingkan remaja putra (Tiggemann dan Pennington, 1990).
Penelitian mengenai perilaku makan tidak sehat remaja putri telah banyak
dilakukan di negara lain, namun masih sedikit diteliti di Indonesia. Penelitian
mengenai diet remaja ini dipandang penting mengingat remaja putri kota di Indonesia
mulai mengalami masalah berat badan, baik kelebihan berat badan atau obesitas.
Masalah berat badan ini mengakibatkan ketidakpuasan remaja terhadap penampilan
fisiknya, yang berarti rendahnya harga diri remaja. Apalagi diperkuat dengan
karakteristik remaja yang mulai menunjukkan ketertarikan yang tinggi pada lawan
jenisnya, ketertarikan ini membuat remaja berusaha meningkatkan penampilannya
agar semenarik mungkin, namun usaha remaja untuk mengatasi masalah berat badan
tanpa ada pengetahuan mengenai cara menurunkan berat badan yang benar dapat
9
dapat menimbulkan perilaku makan yang tidak sehat, dan ternyata lebih merugikan
individu baik secara medis, psikis, maupun ekonomis. Berdasarkan hal tersebut,
penulis berpendapat bahwa harga diri pada remaja putri dapat mempengaruhi perilaku
makan seseorang, apabila seorang remaja putri memiliki harga diri rendah maka akan
cenderung memiliki perilaku makan yang tidak sehat, sebab individu tersebut mudah
untuk tidak percaya diri dan merasa tidak berharga dengan keadaan fisiknya yang
tidak ideal sehingga individu tersebut melakukan kebiasaan makan yang tidak sehat,
sebaliknya apabila seorang remaja putri memiliki harga diri tinggi akan memilih
perilaku makan yang sehat. Individu yang memilki harga diri tinggi ini menyadari
bahwa dirinya memiliki kekurangan tetapi tidak menjadi rendah diri karena hal
tersebut, melainkan dapat menghargai dirinya apa adanya, sehingga tidak terbujuk
melakukan perilaku beresiko saperti perilaku makan tidak sehat.
Definisi perilaku makan tidak sehat dalam penelitian ini adalah kebiasaan
atau perilaku makan seseorang yang dapat merugikan dalam metabolisme tubuh
(Graber, dkk, 1994). Perilaku makan tidak sehat seperti binge eating, kebiasaan
makan pada malam hari, diet tidak seimbang seperti dalam bentuk pengurangan
konsumsi makanan ataupun dengan menggunakan cara lain, seperti obat pencahar,
tablet pengganjal perut, dan lain-lain dapat menganggu kesehatan. Apa yang ada di
dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya, perilaku makan
tidak sehat orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.
perilaku makan tidak sehat yang akan dikaji dalam penelitian ini terbentuk dari
tiga aspek pokok yang mempengaruhi perilaku makan, yaitu:
10
a. Aspek eksternal atau external eating, mencakup situasi yang berkaitan dengan
acara makan dan faktor makanan itu sendiri dari segi bau, rasa, dan penampilan
makanan.
b. Aspek emosi atau emotional eating, mengacu pada bukti-bukti yang ada, emosi
yang dilibatkannya hanya emosi negatif, seperti rasa takut, cemas, marah, dan
sebagainya.
c. Aspek restraint atau restrained eating, merupakan usaha secara kognitif dalam
perilaku makan untuk melawan dorongan makan.
Perilaku makan tidak sehat yang merupakan perilaku yang beresiko terhadap
kesehatan lebih banyak dialami remaja wanita daripada remaja laki-laki, karena
remaja wanita lebih suka menonjolkan penampilan fisik agar selalu menarik perhatian
lawan jenis. Secara umum, faktor-faktor yang beresiko mengembangkan perilaku
yang beresiko terhadap kesehatan termasuk perilaku makan tidak sehat remaja dapat
dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu faktor internal individu dan faktor
eksternal individu (Kast dan Rosenzweig, dalam Ronodikoro dan Afiatin, 1990),
yaitu:
a) Kemasakan fisik dan usia
b) Massa tubuh dan berat badan
c) Health belief
d) Kepribadian
e) Pengaruh hubungan keluarga
11
f) Nilai sosial masyarakat terhadap daya tarik dan kerampingan tubuh
g) Status Sosial ekonomi keluarga
Menurut Coopersmith (1967), harga diri adalah penilaian secara global terhadap
diri sendiri yang bersifat khas mengenai kemampuan, keberhasilan, serta penerimaan
yang dipertahankan oleh individu. Harga diri berasal dari interaksi individu dengan
orang lain dan merupakan dasar pembentukkan konsep diri. Selanjutnya Coopersmith
menyatakan bahwa harga diri merupakan suatu penilaian pribadi tentang penghargaan
yang diekspresikan didalam sikap individu terhadap dirinya sendiri. Lebih jauh lagi
Coopersmith menerangkan bahwa harga diri dalam perkembangannya terbentuk dari
interaksi individu dengan lingkungannya dan atas sejumlah penghargaan, penerimaan
dan perlakuan orang lain terhadap dirinya (Coopersmith, 1967).
Coopersmith menyebutkan beberapa ciri-ciri harga diri. Menurut
Coopersmith, bahwa individu yang memiliki harga diri yang tinggi merupakan
individu yang puas atas karakter dan kemampuan dirinya Mereka akan menerima dan
memberikan penghargaan yang positif dalam dirinya, sehingga akan menumbuhkan
rasa aman, aktif dan berhasil dalam menyesuaikan diri atau bereaksi terhadap
stimulus dari lingkungan sosialnya, kemudian akan membawa pengaruh pada
perilaku yang positif, sedangkan individu yang memiliki harga diri yang rendah adala
individu yang tidak puas dengan karakteristik dan kemampuan diri, terfokus pada
kelemahannya, hilang kepercayaan dirinya, sehingga mereka akan merasa tidak aman
12
dan sulit untuk mengekspresikan dirinya dalam lingkungan, rendahnya harga diri ini
dapat membawa pengaruh kurang baik bagi perilaku individu dalam kehidupannya.
Berdasarkan penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa remaja yang memiliki
harga diri yang tinggi akan merasa percaya diri pada dirinya sendiri dan akan sukses
dalam hubungan sosialnya. Sedangkan orang yang memiliki harga diri yang rendah
akan mengalami kesulitan dalam menerima diri sendiri terutama dalam penampilan
(merasa tidak menarik), segan untuk bersosialisasi. Dengan mengetahui tinggi
rendahnya harga diri diasumsikan dapat diketahui pula perilaku diet dan pola
makannya. Kekurangan pada diri remaja dapat menyebabkan kurang percaya diri dan
mengakibatkan rendahnya harga diri karena adanya penilaian yang salah tentang
dirinya sendiri. Oleh karena itu, remaja perlu mengubah apa yang ada pada dirinya
agar penilaian terhadap dirinya menjadi positif. Bila sebelumnya merasa
penampilannya tidak menarik karena berat badan yang berlebihan, maka diubahlah
penampilannya agar tampak menarik. Ada banyak cara yang dilakukan remaja untuk
memperbaiki fisiknya, namun karena ketidaktahuan mereka tentang pola makan yang
baik, sehingga mengganggu pola pengaturan makannya sehingga mereka memilki
kebiasaan makan yang tidak sehat, akibatnya remaja justru mengalami gangguan
makan.
Mengacu pada pemaparan diatas, disimpulkan ada hubungan antara harga diri
dengan perilaku makan tidak sehat pada remaja putri. Diasumsikan remaja yang
memiliki harga diri yang tinggi, tidak akan terpengaruh untuk melakukan kebiasaan
makan yang tidak sehat dalam usahanya untuk memperbaiki penampilan, mereka
13
akan tampil percaya diri dengan apa yang ada pada dirinya. Sedangkan, remaja yang
harga dirinya rendah akan cenderung memiliki perilaku makan tidak sehat akibay dari
perilaku diet yang tidak seimbang agar penampilannya menarik, menurut mereka
dengan berdiet hingga terjadi perilaku makan tidak sehat merupakan hal yang biasa
asal mereka dapat menurunkan berat badannya sehingga mereka dapat percaya diri
terhadap diri mereka. Untuk mencapai kepercayaan diri dan kesuksesan hubungan
sosial remaja tidak seharusnya sampai melakukan hal-hal secara berlebihan seperti
perilaku makan tidak sehat. Berdasarkan asumsi tersebut, penelitian ini menguji
hubungan harga diri dengan perilaku makan tidak sehat pada remaja putri.
Berdasarkan semua pemaparan diatas, maka penulis ingin mengetahui sejauh
mana harga diri dapat mempengaruhi perilaku makan tidak sehat pada remaja putri.
Penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth Hartantri (1996), Citra Raga dan
Perilaku makan tidak sehat pada Remaja Putri,. Subjek penelitian Remaja putri
berusia sekitar 16-19 tahun yang semuanya berjenis kelamin wanita. Alat ukur yang
digunakan skala perilaku diet dari Dutch Eating Behavior Quetionaire (DEBQ) yang
disusun oleh Van Strein, at al. Hasil Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan
negatif antara citra raga dengan perilaku diet pada remaja putri. Penelitian yang kedua
dilakukan oleh Zainurrofikoh (2001). Hubungan antara Kebermaknaan Hidup dengan
Harga diri pada mahasiswa. Subjek penelitian ini yaitu Mahasiswa Universitas Gajah
Mada tahun 1999 – 2000 yang masih aktif kuliah. Alat ukur yang digunakan adalah
skala harga diri SEI yang telah dimodifikasi. Hasil penelitian adalah ada hubungan
antara kebermaknaan hidup dengan harga diri pada mahasiswa.
14
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik hubungan antara harga
diri dengan kecenderungan perilaku makan tidak sehat pada remaja putri.
Manfaat Penelitian
Dari segi teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah jumlah penelitian
yang beresiko terhadap kesehatan, khususnya kecenderungan perilaku makan tidak
sehat pada remaja putri ditinjau dari harga diri. Penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya psikologi sosial dan psikologi
kesehatan serta memberikan informasi tentang keterkaitan antara harga diri dengan
perilaku makan tidak sehat pada remaja. Dari segi praktis diharapkan dapat
memberikan informasi kepada mahasiswa yang dapat dipahami sebagai pembelajaran
bahwa harga diri memiliki peran pada diri remaja khususnya remaja putri untuk
menentukan perilakunya, memberikan masukan bagi lembaga pendidikan dalam
usaha pemberian informasi mengenai perilaku hidup sehat, khususnya perilaku
makan pada remaja putri, dan memberikan informasi tambahan bagi praktek
konseling mengenai masalah perilaku makan pada remaja, khususnya perilaku makan
tidak sehat. Apabila terbukti bahwa harga diri berperan penting terhadap timbulnya
kecenderungan perilaku makan tidak sehat, maka praktisi dapat mengantisipasi
dengan meningkatkan harga diri remaja.
15
Perilaku Makan Tidak Sehat
Perilaku makan tidak sehat adalah kebiasaan atau perilaku makan seseorang yang
dapat merugikan dalam metabolisme tubuh (Graber, dkk, 1994). Perilaku makan tidak
sehat individu dapat dilihat melalui perilaku makan sehari-hari. Perilaku makan tidak
sehat individu dalam penelitian ini diungkap dengan skala perilaku makan tidak sehat
yang dimodifikasi oleh Hartantri (1996) dari teori Schachter, Herman dan Polivy,
serta Herman dan Mack (Ruderman, 1986) yaitu berdasarkan 3 aspek: Restrained
eating, Emotional eating, dan External eating. Nilai total yang diterima menunjukkan
tinggi rendahnya perilaku diet individu. Semakin tinggi nilai total yang diperoleh,
berarti semakin tinggi pula perilaku dietnya.
Harga Diri
Harga diri adalah penilaian secara global terhadap diri sendiri yang bersifat
khas mengenai kemampuan, keberhasilan, serta penerimaan yang dipertahankan oleh
individu yang berasal dari interaksi individu dengan oranglain. Untuk mengukur
harga diri pada individu, digunakan skala harga diri dimana skala ini disusun
berdasarkan 4 ciri-ciri harga diri yang membangun kesuksesan seseorang dari
Coopersmith, yaitu kekuasaan, keberartian, kebajikan dan kopetensi. Harga diri juga
berkaitan dengan rasa percaya diri individu terhadap keadaan fisiknya. Nilai total
yang diperoleh menunjukkan tinggi rendahnya harga diri seseorang. Semakin tinggi
nilai total yang diperoleh maka semakin tinggi harga dirinya, begitu pula sebaliknya
semakin rendah skor yang diterima maka semakin rendah pula harga dirinya.
16
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah adanya hubungan negatif
antara harga diri dengan perilaku makan tidak sehat pada remaja putri. Semakin
rendah harga diri, maka semakin tinggi perilaku makan tidak sehatnya. Sebaliknya,
semakin tinggi harga diri maka semakin rendah perilaku makan tidak sehat pada
remaja putri.
Metode Penelitian
Identifikasi Variabel
- Variabel tergantung : Perilaku Makan Tidak Sehat
- Variabel bebas : Harga Diri
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini memiliki karakteristik sebagai remaja tengah yang
berusia antara 15 – 18 tahun berdasarkan klasifikasi yang dikeluarkan oleh WHO
(Hartantri, 1996), duduk dikelas 1 dan 2 SMU di Yogyakarta dan seluruhnya terdiri
dari remaja wanita.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu
kuantitatif dan kualitatif .
1. Skala Harga Diri
17
2. Skala Perilaku Makan Tidak Sehat
Metode Analisis Data
Untuk menguji hipotesis penulis menggunakan analisis statistik dengan teknik
analisis korelasi product momen dari Pearson. Perhitungan dilakukan dengan
menggunakan bantuan program SPSS-11,5 for Windows.
Hasil Penelitian
Subjek dari penelitian ini berjumlah 50 orang yang memiliki klasifikasi siswa
SMU Kolombo Yogyakarta yang mencakup kelas XA, XB, XC, XI IPS 1 dan XI IPS
2, yang berusia antara 15-18 tahun, subjek berjenis kelamin seluruhnya wanita.
Dengan deskripsi usia sebagai berikut:
Tabel 1 Deskripsi Usia Subjek No usia Jumlah Persentase (%) 1 15 5 10 % 2 16 17 34 % 3 17 24 48 % 4 18 4 8 % Total 50 100 %
Gambaran data hasil penelitian secara umum dapat dilihat pada tabel deskripsi
hasil penelitian dibawah ini:
18
Tabel 2 Deskripsi Data Penelitian Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik Xmak Xmin Mean SD Xmak Xmin Mean SD Perilaku 59 34 48.28 5.584 84 21 52.5 10.5 Makan tidak sehat Harga Diri 68 40 54.88 5.854 80 20 50 10
Berdasarkan data yang diperoleh, Penulis menggolongkan subjek ke dalam lima
kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi dengan membuat
kategorisasi masing-masing berdasarkan deskripsi data penelitian. Sebaran Hipotetik
dari skala harga diri dan skala perilaku diet dapat diuraikan untuk mengetahui
keadaan subjek penelitian yang berdasarkan pada kategori standar deviasi, dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3 Kriteria Kategorisasi Skala Perilaku Makan Tidak Sehat Kategori Rentang Skor Jumlah Prosentase Sangat Rendah X < 33.6 0 0 % Rendah 33.6< X = 46.2 17 34 % Sedang 46.2 < X = 58.8 31 62 % Tinggi 58.8 < X = 71.4 2 4 % Sangat Tinggi X > 71.4 0 0 % Tabel 4 Kriteria Kategorisasi Skala Harga Diri Kategori Rentang Skor Jumlah Prosentase Sangat Rendah X < 32 0 0 % Rendah 32 < X = 44 1 2 % Sedang 44 < X = 56 29 58 % Tinggi 56 < X = 68 20 40 % Sangat Tinggi X > 68 0 0 %
19
Dari kedua kategorisasi ini diperoleh hasil, mayoritas subjek berada pada
tingkat harga diri dalam kategori sedang, yaitu sebesar 58 % dan mayoritas subjek
berada pada tingkat perilaku makan tidak sehat dalam kategori sedang, yaitu sebesar
62 %.
Uji Asumsi
a. Uji Normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sebaran skor
pada variabel penelitian mengikuti distribusi kurve normal atau tidak. Uji
normalitas dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 11.5
dengan statistik tehnik One Sample Kolmogorof Smirnov Test. Variabel Perilaku
diet menunjukkan K-SZ = 0.577; p= 0.894 (p > 0.05), dan variabel harga diri
menunjukkan K-SZ = 0.550; p= 0.923 (p > 0.05). Hasil uji normalitas ini
menunjukkan bahwa kedua alat ukur tersebut memilki sebaran normal.
b. Uji Linieritas. Uji linieritas ini dilakukan untuk mengetahui linieritas variabel
perilaku diet dengan variabel harga diri. Uji linieritas ini dilakukan dengan
menggunakan program komputer SPSS versi 11.5 yaitu untuk statistik compare
mean. Diperoleh bahwa f = 7.620 dan p = 0.010 (p < 0.05) dan deviation from
linearity f = 1.901; p = 0.58 (p > 0.05). Hasil uji linieritas menunjukkan antara
variabel perilaku makan tidak sehat dan variabel harga diri tidak mengikuti garis
linier dan bersifat tidak linier.
20
Uji Hipotesis
Hubungan antara perilaku makan tidak sehat dengan harga diri dapat diketahui
dengan cara melakukan uji hipotesis. Hasil analisis data dengan menggunakan tehnik
korelasi product moment dari Pearson pada program komputer SPSS versi 11.5,
diperoleh angka koofesien korelasi (r) sebesar = - 0.322 dengan p = 0.011 (p <0.05).
Maka hipotesis yang menyatakan ada hubungan negatif antara harga diri dan perilaku
makan tidak sehat yang diajukan peneliti diterima.
Pembahasan
Hasil Analisis data dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang
negatif antara harga diri dan perilaku diet pada remaja putri, semakin tinggi harga diri
maka semakin rendah perilaku diet pada remaja putri, sebaliknya semakin rendah
harga diri maka semakin tinggi perilaku dietnya.
Harga diri merupakan salah satu aspek yang penting dari kepribadian. Harga
diri adalah penilaian secara global terhadap diri sendiri yang bersifat khas mengenai
kemampuan, keberhasilan, serta penerimaan yang dipertahankan oleh individu. Harga
diri mempengaruhi setiap perilaku manusia. Pada remaja putri penampilan fisik
sangat diperhatikan, pada masa remaja sering terjadi ketidakpuasan terhadap keadaan
diri, ketidakpuasan ini menunjukkan rendahnya harga diri, sehingga para remaja
berusaha memperbaiki keadaan fisiknya agar timbul rasa percaya diri dan akibatnya
meningkat pula harga dirinya. Reaksi Sosial dan tekanan budaya terhadap bentuk
tubuh yang ideal juga mempengaruhi seseorang dalam mempersepsikan tentang
21
keadaan tubuhnya, sehingga remaja menjadi prihatin dan resah ketika pertumbuhan
badannya tidak sesuai dengan standar budaya yang berlaku, seperti halnya yang
terjadi pada sebagian remaja putri yang bertubuh gemuk maupun bertubuh ideal
dengan harga diri yang rendah maka ia akan merasa resah, tidak percaya diri dan
berusaha untuk memperbaiki keadaan fisiknya seperti melakukan diet.
Pada sebagian remaja dorongan untuk melakukan diet ini tampaknya
dipengaruhi oleah keinginan remaja untuk tampil menarik dan diterima oleh
lingkungan sosialnya. Remaja sangat memperhatikan penampilan fisiknya karena
pada tahap ini timbul dorongan kuat untuk memperluas lingkup pergaulannya dan
juga adanya perubahan fisik yang drastis yang dialami yang menyebabkan remaja
sangat memperhatikan fisiknya. Jika sebelumnya individu yang masih anak-anak
lebih banyak bersosialisasi dalam kelompok sebaya yang sejenis, sewaktu memasuki
remaja individu tersebut akan memperluas kelompok teman sebaya dengan
mengikutsertakan lawan jenisnya.
Perhatian terhadap penampilan remaja meskipun sangat tergantung pada remaja
yang bersangkutan, namun dipengaruhi juga oleh faktor eksternal, seperti tanggapan
orang-orang di sekitar remaja tentang penampilannya. Apabila lingkungan
memberikan reaksi negatif dan diperkuat oleh persepsi diri remaja yang negatif pula,
maka kemungkinan remaja tersebut memiliki harga diri yang rendah karena memiliki
persepsi terhadap dirinya yang negatif. Pada masa remaja, sebagian besar remaja putri
merasa tidak puas dengan keadaan tubuhnya, dan karena hal itu remaja banyak
melakukan usaha agar tampil lebih menarik. Ketidakpuasan tubuh dan keinginan
22
untuk tampil menarik yang berlebihan dalam lingkunan mengindikasikan adanya
harga diri remaja yang rendah, mereka merasa tidak percaya diri dengan keadaan
tubuhnya, hal ini mendorong remaja untuk memperbaiki penampilan fisiknya. Cara
yang paling banyak dilakukan remaja untuk mengatasi masalah berat badan biasanya
dengan melakukan diet dengan tujuan menurunkan berat badan dan meningkatkan
aktivitas fisik.
Menurut coopersmith (1967), ada 4 kriteria yang membangun kesuksesan
seorang individu sebagai aspek-aspek dari harga diri. Pada aspek kekuatan, seseorang
mampu mengontrol diri sendiri, kekuatan ini pada situasi tertentu diperlihatkan
dengan adanya penghormatan dan penghargaan dari orang lain, seseorang yang
mempunyai kemampuan ini biasanya akan menunjukkan sifat asertif. Remaja yang
memiliki harga diri tinggi mampu mengontrol keadaan dirinya, baik secara emosi
maupun perilakunya dalam hal ini adalah perilaku diet, sehingga perilaku makannya
pun dapat terkontrol dan terjaga, maka remaja ini pun dapat menghindari perilaku diet
yang negatif. Pada aspek keberartian, individu membutuhkan adanya penerimaan,
perhatian dan kasih sayang dari orang lain. Perhatian ditunjukkan dengan adanya
penerimaan dari orang lain atau lingkungan, semakin banyak ekspresi yang diterima
individu, maka individu semakin akan merasa berarti, begitu pula dengan penerimaan
lingkungan terhadap keadaan fisik remaja, remaja yang marasa tidak diterima secara
fisik akan mempengaruhi harga dirinya sehingga remaja akan melakukan usaha untuk
memperbaiki keadaan dirinya seperti melakukan diet, sedangkan pada remaja yang
berharga diri tinggi akan dapat menerima keadaan diirinya karena remaja ini memiliki
23
persepsi yang positif terhadap dirinya. Kemudian pada aspek kebajikan, menunjukkan
adanya kepatuhan kepada moral dan etika yang biasanya ditanamkan oleh orang tua.
Permasalahan nilai ini pada dasarnya berkisar pada permasalahan benar dan salah.
Selanjutnya, aspek kompetensi, menunjukkan performansi yang prima dalam
mencapai apa yang dicitakannya. Individu dengan harga diri yang tinggi memiliki
skill yang ia butuhkan dan akan merasa mampu mengatasi setiap masalah yang
dihadapinya dan akan bertahan, oleh karena itu remaja yang memilki daya
kompetensi tinggi tidak terpengaruh dengan melakukan diet karena remaja ini
memiliki persepsi yang positif tentang dirinya, sehingga remaja akan merasa puas
dengan bagaimanapun keadaan dirinya, dan juga remaja memiliki daya tahan yang
kuat dalam menghadapi semua masalah yang dihadapinya dari lingkungan.
Melihat sumbangan efektif harga diri terhadap perilaku diet pada penelitian ini
yang sebesar 10,3 % mengindikasikan adanya faktor lain yang turut mempengaruhi
perilaku diet. Faktor-faktor tersebut secara garis besar bisa dibedakan menjadi 2,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Hal yang belum dikontrol dalam penelitian
dan kemungkinan mempengaruhi perilaku diet antara lain faktor hubungan remaja
putri dengan ibunya, hubungan remaja putri dengan ayahnya, dan tekanan masyarakat
terhadap stereotipe daya tarik tubuh serta health belief , mungkin faktor-faktor ini
yang lebih banyak memberi sumbangan terhadap timbulnya perilaku diet pada remaja
putri.
Sumbangan harga diri terhadap perilaku diet subjek dalam penelitian ini,
kemungkinan berkaitan dengan pengaruh budaya dalam negara kita. Indonesia
24
sebagai salah satu negara berkembang tampaknya belum mengalami tekanan yang
tinggi akan budaya tubuh ramping seperti yang telah dialami di negara-negara maju
seperti di Inggris, Amerika Serikat dan Jepang (Mukai dan Mc Closkey). Hill dan
Silver (Hartantri, 1996) menambahkaan bahwa masyarakat di negara-negara maju itu
memiliki stereotipe negatif terhadap individu bertubuh gemuk, bahkan lebih jauh,
tubuh gemuk dipandang sebagai stigma (Crocker, dkk, 1993 dalam Hartantri, 1996).
Sedangkan di negara kita adat saling menghargai dan menghormati sebagai bangsa
timur masih tinggi sehingga perlakuan tidak sesuai bagi remaja yang bertubuh tidak
ideal tidak banyak terjadi, namun karena adanya pengaruh harga diri dari remaja
maka mereka tetap berusaha memperbaiki keadaan fisiknya agar diterima oleh
lingkungannya.
Hasil perilaku diet pada penelitian tergolong sedang dengan prosentase 62 %,
hal ini mungkin juga disebabkan oleh beberapa hal , seperti subjek dalam penelitian
ini kemungkinan sudah memiliki harga diri yang cukup tinggi, menurut Azwar
(Hartantri,1996), harga diri merupakan komponen psikologis yang penting yang
menentukan peluang seorang remaja untuk terlibat dalam perilaku yang beresiko
terhadap kesehatan, salah satunya adalah perilaku diet untuk menurunkan berat badan
(French, dkk, 1994). Individu yang memiliki harga diri yang tinggi dapat menerima
diri dan menganggap dirinya lebih dari orang lain walaupun sadar bahwa dirinya
tidak sempurna. Oleh karena itu, penerimaan dan pemahaman diri subjek dalam
penelitian ini sudah cukup baik atau positif sehingga subjek dengan harga diri yang
cukup tinggi tidak ingin merubah keadaan dirinya.
25
Harga diri subjek pada hasil penelitian ini tergolong sedang sebesar 58 %,
artinya subjek memiliki persepsi yang cukup positif terhadap dirinya. Individu yang
memiliki harga diri yang tinggi dapat menerima diri dan menganggap dirinya lebih
dari orang lain walaupun sadar bahwa dirinya tidak sempurna. Oleh karena itu,
penerimaan dan pemahaman diri yang positif ini membuat individu yang berharga
diri tinggi tidak ingin merubah dirinya. Lingkungan juga mempengaruhi harga diri
remaja, seperti lingkungan sekolah ataupun dalam masyarakat. Bagi remaja
kehidupan sosial bersama teman sebaya merupakan salah satu bagian penting dalam
pengalaman hidupnya. Adanya perasaan diterima dalam kelompok sebayanya di
sekolah dan diluar memberikan pengaruh positif pada penerimaan diri subjek
terhadap penampilan fisiknya, yang selanjutnya mengakibatkan meningkatnya harga
diri remaja.
Secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil penelitian tentang
harga diri dan perilaku diet ini dapat memenuhi tujuan penelitian yang menunjukkan
adanya hubungan negatif antara harga diri dan perilaku diet pada remaja putri.
Namun perlu diingat bahwa subjek pada penelitian ini terbatas pada remaja dengan
usia antara 15 – 18 tahun saja dan tidak memakai metode sampling sehingga
generalisasi hasil penelitian ini terbatas pada remaja putri yang menjadi subjek pada
penelitian ini saja. Walaupun penelitian ini terbatas pada remaja putri dengan rentang
usia tersebut di atas, namun kemungkinan besar hasil yang sama akan terlihat pada
tahap perkembangan selanjutnya. Sesuai dengan pendapat Pliner dan Chaiken (dalam
26
Hartantri, 1996) bahwa perhatian wanita terhadap penampilan, makan, dan berat
badan akan terus menerus sepajang rentang kehidupannya.
Kesimpulan
Hasil Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara
harga diri dan perilaku diet pada remaja putri, yaitu semakin tinggi harga diri maka
semakin rendah perilaku diet, sebaliknya semakin rendah harga diri maka semakin
tinggi perilaku diet pada remaja putri. Dalam penelitian ini harga diri sebagai salah
satu hal yang mempengaruhi perilaku diet memberi sumbangan sebesar 10.3 %.
Saran
Berdasarkan penelitian ini, ada beberapa saran yang dikemukakan oleh
peneliti, yaitu:
1. Bagi subjek penelitian / remaja
Harga diri remaja dalam penelitian ini tergolong sedang yang menunjukkan remaja
putri memiliki persepsi yang positif terhadap dirinya. Keadaan ini hendaknya
dipertahankan bahkan ditingkatkan lagi. Untuk mempertahankan dan meningkatkan
penampilan fisiknya, remaja putri boleh saja melakukan diet asal dengan cara-cara
yang sehat dan terkontrol
2. Bagi peneliti selanjutnya
- Penelitian selanjutnya diharapkan mencoba meninjau faktor-faktor lain yang
mempengaruhi perilaku diet pada remaja putri, kemasakan fisik, tahap
27
perkembangan, pengaruh hubungan baik keluarga antara remaja putri dengan
ibu atau ayahnya, pengaruh teman sebaya serta pengaruh budaya terhadap daya
tarik dan kerampingan tubuh, mengingat sumbangan harga diri yang kecil
terhadap perilaku diet pada remaja putri
- Menambah subjek penelitian, agar tidak terbatas pada remaja putri, seperti
digunakan pula subjek remaja putra sehingga dapat dilihat pula bagaimana pola
hubungan yang ada yang mungkin berbeda dengan pola hubungan yang ada
pada remaja putri. Selain itu subjek penelitian ini hanya terbatas jumlahnya,
mungkin dalam penelitian lain dapat menggunakan subjek yang lebih banyak
dan luas dan menggunakan metode sampling sehingga penerapan hasil
penelitian dapat lebih baik atau umum.
3. Bagi pihak-pihak yang perduli pada permasalahan remaja
- Harga diri remaja dapat ditingkatkan melalui pelatihan yang dapat
diselenggarakan di sekolah atau lingkungan masyarakat. Dan menjelaskan pada
orang-orang disekitar remaja bahwa penerimaan dan penghargaan pada renaja
sangat berguna untuk meningkatkan harga diri remaja.
- Perilaku diet pada remaja hendaknya diarahkan pada metode yang sehat dengan
cara memberikan informasi yang jelas dan benar mengenai perilaku diet yang
sehat dan pengaruh negatif dari perilaku diet yang salah.
28
DAFTAR PUSTAKA
Attie .I. & Brooks Gunn .J. 1989. Development of Eating Problem in Adolescent Girls: A Longitudinal Study. Developmental Psychology, 25, 1, 70 – 79
Azwar, S. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Edisi ke 5. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Coopersmith, S. 1967. The Antecedent of Self Esteem. San Fransisco: W. H. Freeman and Company.
French, S. A., & Jeffery, R. W. 1994. Consequences of Dieting to Lose Weight: Effects on Physical and Mental Health. Health Psychology, 13, 3, 195-212
Furhmann, B. S. 1990. Adolescence Adolescent. 2nd Edition. Glenview, Illinois: Scott, Forresman & Co.
Graber, J. A., Brooks Gunn, J. C., Paikoff, R. L., & Warren, M. P. 1994. Prediction of Eating Problem: An 8-year Study of Adolescent Girls. Develpomental Psychology, 30, 6, 823-834
Hartantri, E., 1996. Citra Raga dan Kecenderungan Perilaku Diet pada Remaja Putri. Skripsi (tidak diterbitkan), Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Helmi, A. F., & Ramdhani, N. 1992. Konsep Diri dan Kemampuan Bergaul. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Hidayah. 1999. Hubungan antara Harga Diri dengan Kolektivitas dengan Kecenderungan Perilaku Konsumtif pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
29
Hill, A. J., Oliver, S., & Rogers, P. J. 1992. Eating in Adult World: The Rice of Dieting in Childhood and Adolescence. British Journal of Clinical Psychology. 31, 95-105.
Hurlock, E. B. 1976. Personality Development. New Delhi: Mc Graw-Hill.
Publishing Company TMH Edition.
Lester, R., & Petrie, T. A. 1995. Personality and Physical Correlates of Bulimic Symptomology Among Mexican America Female College Students. Journal of Counseling Psychology, 42, 2, 199-203.
Maria, H., Prihanto, S. F. X., & Sukamto, M. E. 2001. Hubungan Antara Ketidakpuasan Terahadap Sosok Tubuh (Body Dissatisfaction) dan Kepribadian Narsistik dengan Gangguan Makan (Kecenderungan Anorexia Nervosa dan Bulimia Nervosa). Anima. Indonesian Psychological Journal, 16, 3, 272-289.
Mukai T, McCloskey L. A., 1996. Eating Attitudes Among Japanese And American Elementary SchoolGirls. Journal of Cross-Cultural Psychology, 27, 4, 424 – 435
Santrock J. W., 2003. Adolescense, Perkembangan Remaja. 6th Edition. The
University of Texas Dallas. Penerbit Erlangga.
Sarintohe, E. & Prawitasari, J. E., 2006. Teori Sosial Kognitif dalam Menjelaskan Perilaku Makan Tidak sehat pada Anak yang Mengalami Obesitas. Sosiosains, 19, 3 (Juli). 345-355
Setyaningsih, H., 1992. Citra Raga, Pemakaian Kosmetika, dan Harga Diri pada Remaja Putri. Skripsi (Tidak diterbitkan), Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
30
Zainurofikoh, 2001. Hubungan antara Kebermaknaan Hidup dengan Harga Diri pada Mahasiswa. Skripsi (Tidak diterbitkan), Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.